bab i pendahuluan a. latar...

74
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Tanda dan gejalanya antara lain cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif atau mudah tersinggung, serta merasa kurang menyayangi bayinya. Peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga sangat di perlukan dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas ini (Dahro, 2012) Saat ini dalam setiap menit, setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, kematian, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan dunia ( WHO ) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian disetiap tahun diantaranya 99% di negara berkembang. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi. Hasil survey demografi indonesia ( SDKI ) pada tahun 2003, AKI yaitu 307 / 100.000 kelahiran hidup ( Depkes, 2004 ) Angka kejadian post partum blues di luar negeri cukup tinggi mencapai 26-85%. Secara global diperkirakan 20% wanita melahirkan

Upload: lyliem

Post on 06-Mar-2018

229 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah

melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar dua hari

hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Tanda dan gejalanya antara lain

cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri,

sensitif atau mudah tersinggung, serta merasa kurang menyayangi bayinya.

Peningkatan dukungan mental atau dukungan keluarga sangat di perlukan

dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas

ini (Dahro, 2012)

Saat ini dalam setiap menit, setiap hari, seorang ibu meninggal

disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, kematian,

persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan dunia ( WHO ) melaporkan bahwa

kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian disetiap tahun

diantaranya 99% di negara berkembang. Indikator derajat kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan

perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi.

Hasil survey demografi indonesia ( SDKI ) pada tahun 2003, AKI yaitu 307

/ 100.000 kelahiran hidup ( Depkes, 2004 )

Angka kejadian post partum blues di luar negeri cukup tinggi

mencapai 26-85%. Secara global diperkirakan 20% wanita melahirkan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

2

menderita post partum blues. Di belanda tahun 2001 diperkirakan 2-10% ibu

melahirkan mengidap gangguan ini. Diperkirakan 50-70% ibu melahirkan

menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan post partum blues, walau

demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi

yang baik serta dukungan dari keluarga yang cukup. Suatu penelitian di

Negara yang pernah di lakukan seperti di Swedia, Australia, Italia dan

Indononesia dengan menggunakan EDPS (Edinburg Postnatal Depressiob

Scale) tahun 1993 menunjukkan 73% wanita mengalami post paritum bluies.

(Munawaroh, 2008).

Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah

peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap

sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya

(Iskandar, 2007). Maka kualitas hidup manusia baik fisik dan psikologis

wanita perlu dipertahankan. Penurunan psikologis dapat terjadi pada ibu post

partum yaitu post partum blues. Post partum blues terjadi karena kurangnya

dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita 18 dalam

menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan

(Iskandar, 2007).

Namun hasil penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta oleh dr. Irawati

Sp.Kj menunjukkan 25% dari 580 ibu yang menjadi respondennya

mengalami sindroma ini. Dan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

3

11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu

saja (Sylvia, 2006).

Walaupun hampir 80% wanita hamil mengalami serangan post partum

blues setelah melahirkan bayi mereka, depresi pasca kelahiran merupakan

masalah yang lebih serius. Menghinggapi kira-kira 10% ibu baru, depresi ini

lebih parah dan lebih kuat, serta bisa memengaruhi kemampuan merawat

bayi. Wanita yang pernah mengalami depresi lebih rentan terhadap depresi,

tanpa memandang usia atau jumlah kelahiran sebelumnya (Deepak, David,

dkk, 2006)

Periode kehamilan dan melahirkan merupakan periode kehidupan

yang penuh dengan potensi stres. Seorang wanita dalam periode kehamilan

dan periode melahirkan (Post Partum) cenderung mengalami stres yang

cukup besarkarena keterbatasan kondisi fisik yang membuatnya harus

membatasi aktivitas. Secara psikologis seorang ibu post partum akan melalui

proses adaptasi psikologi semasa post partum (Sarwono, 2005).

Dari kantor BKKBN provinsi aceh di temukan data bahwa 7 dari 10

ibu yang melahirkan di provinsi aceh pada tahun 2012 mengalami depresi

berat setelah melahirkan, gejala depresi seperti tidak nafsu makan dan susah

tidur merupakan keluhan yang paling sering di utarakan para ibu pasca

melahirkan. (BKKBN, 2012)

Data dari Dinas Kesehatan Aceh Besar juga menunjukkan bahwa 10

% ibu pasca melahirkan mengalami Post Partum Blues pada tahun 2011 dan

meningkat pada tahun 2012, yaitu 11,4% ibu yang melahirkan 2-14 hari

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

4

setelah melahirkan mengalami gejala yang sama, yaitu tidak nafsu makan,

susah tidur dan merasa tidak mampu merawat bayinya sendirian.

Jumlah semua ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kajhu

Kabupaten Baitussalam pada Tahun 2013 antara bulan Januari s/d Desember

2013 tercatat ada 682 pasien yang datang rawat inap untuk melahirkan dan

jumlah ibu yang mengalami Post Partum Blues di wilayah kerja Puskesmas

Kajhu ada 416 (77,76 %) pasien. (Laporan Puskesmas Kajhu 2013).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan penulis di

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar di ambil 10

sampel Ibu Post Partum 7- 44 hari. Dari hasil wawancara yang penulis

dapatkan 8 dari 15 orang ibu mengalami Syndrome Baby Blues, sedangkan 7

orang ibu lagi tidak mengalami Syndrome Baby Blues, karena banyak ibu

yang belum siap menjadi seorang ibu dan kurangnya dukungan dari keluarga.

(Puskesmas Kajhu, 2013)

Dari hasil wawancara tersebut, ke 8 ibu yang mengalami Post Partum

Blues mengatakan : ibu tidak mau menyusui setelah melahirkan, cenderung

marah ketika mendengar tangisan bayinya, tidak mau mengurusi bayinya dan

menyerahkan bayi kepada ibu atau mertuanya, kesal ketika suaminya

perhatian kepada bayi yang baru ia lahirkan, gelisah dan susah tidur, ibu juga

merasa cemburu atas kehadiran bayinya. Sehingga dari itu penulis merasa

tertarik untuk mengetahui “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Post

partum Blues pada Ibu Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013”

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dikemukakan

masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah Ada Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Post partum Blues pada Ibu Pasca Persalinan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh

Besar Tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Post

partum Blues pada Ibu Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kejadian

Post Partum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian Post

Partum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam

melakukan penelitian selanjutnya serta sebagai penerapan ilmu yang

telah didapat selama di bangku kuliah

2. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan ibu postpartum tentang terjadinya

syndrome baby blues

3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitan ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dalam

memberikan mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan guna meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan

antenatal dengan menggunakan asuhan kebidanan tentang terjadinya

baby blues

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang penelusuran peneliti, penelitian yang berhubungan dengan

Syndrom Baby Blues sebelumnya sudah pernah diteliti oleh :

1. Nuzulul Rahmi (2013) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Syndrome Baby Blues Pada Ibu Post Partum Di

Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar” dengan variabel independen Jenis

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

7

Persalinan, Dukungan Sosial, Persiapan Menjadi Ibu dan Populasi yang di

gunakan yaitu seluruh ibu yang melahirkan yaitu sebanyak 45 orang,

desain penelitian cross sectional. Dengan hasil p<0,05 ada hubungan yang

bermakna antara jenis persalinan dengan Syndrome baby blues, p<0,05

ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan syndrome

baby blues, p<0,05 ada hubungan yang bermakna antara persiapan

menjadi ibu dengan syndrome baby blues, Yang membedakan penelitian

ini dengan peneliti adalah variabel, tempat, sampel dan populasi.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Partum Blues

a. Pengertian Post Partum Blues

Post Partum Blues adalah perasaan sedih dan depresi segera

setelah persalinan, dengan gejala dimulai dua atau tiga hari pasca

persalinan dan biasanyahilang dalam waktu satu atau dua minggu

(Gennaro, dalam Bobak dkk., 2004). Periode Post Partum adalah

periode waktu yang muncul sesegera setelah seorang wanita

melahirkan hingga 52 minggu (Registered Nurses’Association

of Ontario, 2005).

Post partum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat

sementara yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan

karena perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru akibat

perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi. Keadaan ini

biasanya muncul antara hari ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca

persalinan, seringkali setelah pasien keluar dari rumah sakit. Apabila

gejala ini berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda

terjadinya gangguan depresi yang lebih berat, ataupun psikosis post

partum dan tidak boleh diabaikan (Novak dan Broom, 2009).

Post partum blues merupakan keadaan psikologis ini yang

dapat dijelaskan sebagai tingkat depresi post partum ringan, dengan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

9

reaksi yang dapat muncul setiap saat pasca persalinan, sering kali pada

hari ke-tiga atau ke-empat dan mencapai puncaknya antara hari ke-

lima hingga hari ke-empat belas pasca persalinan (Bobak dkk., 2004).

Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian Post partum blues adalah suatu keadaan psikologis setelah

melahirkan yang bersifat sementara dan dialami oleh kebanyakan ibu

baru, muncul pada hari ke-tiga atau ke-empat dan biasanya berakhir

dalam dua minggu pasca persalinan, ditunjukkan dengan adanya perasaan

sedih dan depresi, sebagai bentuk depresi post partum tingkat ringan

sehingga memungkinkan terjadinya gangguan yang lebih berat,

disebabkan karena perubahan tingkat hormon, tanggung jawab baru

akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap bayi (Novak dan

Broom, 2009).

b. Gejala-Gejala Post partum Blues

Gejala post partum blues (Novak dan Broom, 2009) yaitu suatu

keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa sedih, mudah tersinggung,

gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya dengan kata lain,

ciri-ciri post partum blues menurut Young dan Ehrhardt (dalam Strong

dan Devault, 2009) diantaranya:

1) Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit

diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung,

kadang-kadang mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

10

2) Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru

dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan

perasaan asing terhadap lingkungan tempat bersalin.

3) Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri

karena suasana hati yang terus berubah-ubah.

4) Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan

bayi yang baru dilahirkannya.

Gennaro (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwa selama

Post partum blues, ibu akan mengalami perasaan kecewa dan mudah

tersinggung, ditunjukkan dengan perilaku mudah menangis,

kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, dan merasa

cemas.

Hansen, Jones (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwa

Post partum blues dapat menyebabkan serangan menangis, perasaan

kesepian atau ditolak,kecemasan, kebingungan, kegelisahan,

kelelahan, mudah lalai, dan sulit tidur.

Kennerley dan Gath menggambarkan suatu instrumen yang

reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu

perubahan suasana hati yang tidak pasti, merasa “tidak mampu”,

kecemasan, perasaan emosional yang berlebihan, mengalami

kesedihan, kelelahan, dan kebingungan atau fikiran yang kacau (dalam

Bobak dkk, 2004).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

11

c. Penyebab Post Partum Blues

Beberapa penyebab post partum blues diantaranya :

a) Perubahan Hormon

b) Stress

c) ASI tidak keluar

d) Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh

e) Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.

f) Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri

maupun persoalan lainnya dengan suami.

g) Masalah dengan Orang tua dan Mertua.

h) Takut kehilangan bayi.

i) Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.

j) Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan

terganggu.

k) Bayi sakit (Kuning, dll).

l) Rasa bosan si Ibu.

m) Problem dengan si Sulung.

d. Masalah Pada Postpartum Blues

Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami Post

partum blues diantaranya :

a) Menangis dan ditambah ketakutan tidak bisa memberi asi

b) Frustasi karena anak tidak mau tidur

c) Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

12

d) Merasa sebal terhadap suami

e) Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua

f) Menangis dan takut apabila bayinya meninggal

g) Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami

h) Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis

sehingga membuat ibu frustasi

i) Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress

j) Adanya persoalan dengan suami

k) Stress bila bayinya kuning

l) Adanya masalah dengan ibu

m) Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis

n) Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah

masalah bagi ibu

o) Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi

p) Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu

bayi

q) Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orang tuanya dan

berada didekat ibunya.

e. Penanganan Post Partum Blues

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami

fase-fase sebagai berikut :

1) Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung

pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

13

saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Pengalaman selama proses persalinan sering berulang

diceritakannya. Hal ini membuat cenderung menjadi pasif

terhadap lingkungannya.

2) Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima

berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga

timbul percaya diri.

3) Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.

Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya

sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental post partum pada prinsipnya

tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-

momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues

membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini

membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini

membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik

lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan

untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

14

menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan

dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat

pertolongan yang praktis.

Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin

perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari,

atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan

konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang

diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari

seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang

tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk

mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan

mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila

terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli

psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang

memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat

sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang

memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk

penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut

serta penanganannya.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam

penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan

medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

15

secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka

mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan

bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional,

intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan

melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman

dekatnya.

f. Pencegahan Postpartum Blues

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,

memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat

faktor ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.

Hampir semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang

tak menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang

memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.

Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk

menghindari post partum blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah

berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam

diri.

Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya,

serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat

dijadikan alternative untuk menghindari post partum blues. Selain itu

juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang

profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan

membantu melakukan pengawasan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

16

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi

resiko post partum blues yaitu :

1) Pelajari diri sendiri. Pelajari dan mencari informasi mengenai

Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini.

Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan

secepatnya.

2) Tidur dan makan yang cukup. Diet nutrisi cukup penting untuk

kesehatan lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur

yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan

kehamilan.

3) Olah raga. Olah raga adalah kunci untuk mengurangi post partum.

Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,

sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi

berlebihan dalam diri Anda.

4) Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti

membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah

melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari

stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan

postpartum yang diderita.

5) Beritahukan perasaan. Jangan takut untuk berbicara dan

mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi

kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

17

nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau

orang terdekat.

6) Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan. Dukungan dari

keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat

diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau

siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan

diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap

mengalami kesulitan.

7) Persiapkan diri dengan baik. Persiapan sebelum melahirkan sangat

diperlukan.

8) Senam Hamil. Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda

dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga

nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.

Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat

melahirkan akan dapat dihindari.

9) Lakukan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga

sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan

yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum

stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan

rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda,

meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.

10) Dukungan emosional. Dukungan emosi dari lingkungan dan juga

keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

18

menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta

perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik

setelahnya.

11) Dukungan kelompok post partum blues. Dukungan terbaik datang

dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang

sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok

Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak

merasa sendirian menghadapi persoalan ini

B. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Terjadinya Post partum

Blues

Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi post

partum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau

gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat

dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan emosional.

Nadesul (2002), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan

adalah adanya ketidak seimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek

sampingan kehamilan dan persalinan.

Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap

sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang

mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang

overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidak

puasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

19

emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel

sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol

eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones

(2004), karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum

adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi,

wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang

kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya

selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi

dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi

dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi

postpartum sebagai berikut :

a) Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status

paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil

sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan

persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita

primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena

setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,

kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu

tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya

harus tetap dirawat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

20

b) Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan

memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama

menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran

pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis

setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara

kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh

pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang

menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab

yang sudah pasti.

c) Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu”

pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak

bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel

(Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam

menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik

antara ibu dan anak.

d) Faktor dukungan dari keluarga. Paykel (Regina dkk, 2001)

mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering

menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan

dalam perkawinan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

21

a. Dukungan keluarga

1. Definisi

Menurut Suparyanto (2012), dukungan keluarga adalah

sikap, tindakan dan penerimaan kelurga terhadap anggotanya.

Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan

bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial keluarga tersebut bersifat

reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan

balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) serta keterlibatan

emosional ke dalam intimasi dan kepercayaan dalam hubungan

sosial. Dukungan keluarga juga diartikan sebagai keberadaan,

kesedian, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan,

serta dapat menghargai dan saling menyayangi (Setiadi, 2008).

Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan

nonverbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek yang nyata

atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subyek di dalam lingkungan sosial atau berupa kehadiran

dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

22

seseorang merasa memperoleh dukungan secara emosional

merasa lega karena mendapat perhatian, saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya (Purnawan, 2008).

2. Jenis Dukungan Keluarga

1) Jenis- Jenis Dukungan Keluarga

House (Suhita, 2005) berpendapat bahwa ada empat

aspek dukungan keluarga yaitu:

a) Emosional

Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan

keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga

individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang

lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang

kepada dirinya.

b) Instrumental

Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk

mempermudah atau menolong orang lain sebagai

contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana

pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan

peluang waktu.

c) Informative

Aspek ini berupa pemberian informasi untuk

mengatasi masalah pribadi. Terdiri dari pemberian

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

23

nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan

oleh individu yang bersangkutan.

d) Penghargaan

Aspek ini terdiri atas dukungan peran keluarga yang

meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi.

Menurut Barrera (Suhita, 2005) terdapat lima macam

dukungan sosial suami yaitu:

1) Bantuan Materi: dapat berupa uang

2) Bantuan Fisik: interaksi yang mendalam, mencakup

pemberian kasih sayang dan kesediaan untuk

mendengarkan permasalahan.

3) Bimbingan: termasuk pengajarandan pemberian

nasehat.

4) Umpan balik: pertolongan seseorang yang paham dengan

masalahnya sekaligus memberikan pilihan respon

yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

5) Partisipasi keluarga: bersenda gurau dan berkelakar

untuk menghibur seseorang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek dukungan keluarga adalah aspek emosional,

aspek instrumental, aspek informatif, dan aspek penghargaan.

Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan bantuan materi,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

24

bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, dan partisipasi

sosial.

Menurut Suparyanto (2012), dalam suatu keluarga

terdapat 4 dukungan yang harus dilakukan padaanggotanya yaitu:

a) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator

informasi tentangdunia yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stresor karena

informasi yang diberikan dapat menyambungkan aksi sugesti

yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini

adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

b) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber

validator identitas anggota keluarga, diantaranya

memberikan support, pengakuan, penghargaan dan

perhatian.

c) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit diantaranya bantuan langsung dari orang yang di

andalkan seperti tenaga, sarana dan materi. Manfaat

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

25

dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau atau

setamina dan semangat yang menurun selain itu individu

merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari

lingkungan terhadap anggotanya yang sedang mengalami

kesulitan atau penderitaan.

d) Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosinal

menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan

selalu terjaga kerahasiannya dari keingintahuan orang lain.

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan

yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian dan mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut

efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisa menjadi

fungsi yang bersamaan.

3. Sumber Dukungan Keluarga

Sumber- sumber dukungan keluarga menurut suhita (2005)

yaitu :

a) Suami

Menurut Wirawan (2001) hubungan prkawinan

merupakan hubungan akrap yang diikuti oleh minat yang

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

26

sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan,

saling mendukung, dan menyelesaikan permasalahan bersama.

b) Orang tua

Menurut Heardman (2000) keluarga merupakan sumber

sumber dukungan keluarga karena dalam hubungan keluarga

tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai

anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan

harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat

mengeluarkan keluhan- keluhan apabila individu sedang

mengalami permasalahan.

c) Saudara

Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005) saudara

merupakan sumber dukungan keluarga karena dapat

memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami

suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (2001)

bahwa persaudaraan adalah hubungan yang saling mendukung, saling

memelihara, pemberian dalam persaudaraan dapat terwujud

barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.

Menurut Purnawan (2008), ada 2 sumber dukungan

keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga natural

diterima sesorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya

secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya

misal anggota keluarga (ibu, ayah,saudara dan kerabat) teman

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

27

dekat. Dukungan keluarga bersifat non formal sedangkan

dukungan keluarga artifisial adalah dukungan keluarga yang

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya

dukungan kelurga akibat bencana alam melalui berbagai

macam sumbangan sehingga sumber dukungan keluarga

natural memiliki berbagai berbedaan jika dibandingkan dengan

dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada:

a) Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat

apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh

dan bersifat spontan.

b) Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai

kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan

sesuatu harus diberikan.

c) Sumber dukungan keluarga natural berakar dari

hubungan yang telah lama.

d) Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam

penyampaian dukungan mulai dari dukungan secara fisik

dan dukungan secara moral.

e) Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban

dan psikologis.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

28

a) Faktor Internal

1) Tahap perkembangan

Dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal

ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian

setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan

respon terhadap perubahan yang dalam anggotanya yang

bebeda-beda.

2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.

3) Faktor psikologis

Psikologis juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam

dukungan keluarga terhadap anggota keluarganya terutama

anak pada usia prasekolah. Adapun yang dapat dilakukan oleh

keluarga dalam dukungan psikologis sebagai sumber

penguatan emosional seorang anak. Dimana pada usia

prasekolah anak masih memiliki psikologis yang masih labil

dan memerlukan dukungan untuk keluarga.

4) Faktor spritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

29

dilaksanakan hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b) Faktor eksternal

1) Praktik dalam Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan

mempengaruhi anggotanya dalam pencapaian pengembangan

kebutuhan dasarnya dan motivasi dalam belajar.

2) Faktor sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan pengetahuan

dan cara berpikir seseorang untuk lebih meningkatkan

kebutuhan dasarnya seperti belajar. Semakin tinggi tingkat

ekonomi suatu keluarga biasanya akan lebih cepat untuk

memenuhi setiap tingkatan kebutuhan yang ia perlukan.

3) Faktor budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan keluarga dalam memberikan dukungan termasuk

bagaimana cara pemberian dukungan untuk pencapaian pada

pretasi belajar.

5. Cara Mengukur Dukungan Keluarga

Menurut Suparyanto (2012) cara untuk mengukur dukungan

keluarga dapat dilihat dengan ciri-ciri dukungan yaitu :

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

30

a) Informatif, yaitu dengan cara memberikan dukungan infomasi yang

diperlukan oleh keluarganya seperti pemberian nasehat,

pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya.

b) Perhatian sosial, dukungan tersebut dapat ditunjukan berupa

dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.

c) Bantuan instrumental, anggota keluarga bersedia menolong secara

langsung jika salah satu dari anggotanya mengalami kesulitan.

Misalnya dengan cara menyediakan peralatan yang lengkap dan

obat-obatan yangdibutuhkan anggota keluarganya.

d) Bantuan penilaian, pemberian penilaian positif dan negatif yang

pengaruhnya sangat berarti seperti pujian jika anggotanya

melakukan tindakan yang benar dan teguran saat anggotanya

melakukan kesalahan.

Dukungan keluarga diterjemahkan sebagai sikap penuh

perhatian yang ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta

memberikan dukungan moral dan emosional (Jacinta, 2005)

2) Variabel- variable yang Mempengaruhi Dukungan keluarga

a) Keintiman

Dukungan keluarga lebih banyak di dapat dari keintiman

dari pada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin

intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan

semakin besar.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

31

b) Harga diri

Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang

lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena

dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa

individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam

berusaha.

c) Keterampilan sosial

Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki

ketrampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki

jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu yang

memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki

keterampilan sosial yang rendah.

3) Bentuk- Bentuk Dukungan Keluarga (Kuntjoro, 2002).

a) Adanya kedekatan emosional

b) Suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok

yang menginginkannya untuk berbagi minat

c) Perhatian

d) Keluarga menghargai atas kemampuan dan keahlian ibu

e) Suami dapat diandalkan saat istri membutuhkan bantuan

f) Keluarga merupakan tempat bergantung untuk

menyelesaikan masalah ibu

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

32

4) Komponen dukungan keluarga

a) Kedekatan Emosional ( Emotional Attechement )

b) Integrasi Sosial ( Social Integration )

c) Adanya Pengukuran ( Reassurance off Worth )

d) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance )

e) Bimbingan ( Guindance )

f) Kesempatan untuk mengasuh ( Opportunity for Nurturance )

6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Post partum Blues

Bedasarkan penelitian yang di lakukan terhadap 54

responden di Rumah Sakit Bougenvil pada ibu-ibu post partum

kami mendapat responden yang rata-rata mengalami post partum

blues sejak 2 hari setalah melahirkan. Responden tersebut sering

menangis tanpa sebab dan tidak mau makan serta merasa tidak

mampu mengurusi bayinya. Hal ini di karenakan kurangnya

dukungan dari keluarga baik suami maupun ibunya dalam

memperhatikan keluh kesah responden setelah melahirkan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa Katc dan

Kahn (2000), bahwa perhatian dari lingkungan terdekat seperti

suami dan keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya

syndrome baby blues. Dukungan berupa perhatian, komunikasi dan

hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dorongan moral

dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat membantu

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

33

Suami berperan dalam memberikan support atau dukungan

terhadap masalah yang dihadapi oleh anggota istrinya

dalam melewati masa- masa adaptasi psokologis post partum,

dimana dukungan yang dibutuhkan tidak hanya secara fisik tapi

juga moral (Yofie dalam Hawari, 2001). Selain hal tersebut,

suamidalam membuat keputusan ditentukan oleh kemampuan

keluarga, tentunya hal iniakan berpengaruh pada dukungan yang

diberikan (Gillies, et all, 1989). Hubungan perkawinan merupakan

hubungan akrap yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang

sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan menyelesaikan

permasalahan bersama (Wirawan, 2001).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Dian Irawati (2013)

di di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto menunjukkan

terdapat pengaruh dukungan keluarga dengan terjadinya post

partum blues dengan nilai p = 0,013. Dukungan keluarga

merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di dalamnya

terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan

yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-

individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan

dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment

baik pada keluarga sosial maupun pasangan (Ingela,2009).

Dukungan keluarga sangat penting dan tidak bisa

diremehkan dan yang tak kalah penting membangun suasana

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

34

positif, dimana istri merasakan hari-hari pertama yang melelahkan.

Oleh sebab itu dukungan atau sikap positif dari pasangan dan

keluarga akan memberikekuatan tersendiri bagi ibu postpartum.

Keluarga memegang peranan penting dalam terjadinya postpartum

blues dan diharapkan keluarga menyadari bahwa ibu sangat

membutuhkannya pada saat saat tertentu dan suami diharapkan ada

saat istri membutuhkannya. Dukungan itu tidak hanya berupa

dukungan psikologis tapi dukungan fisiologis, penilaian, informasi

dan finansial sangat dibutuhkan oleh istri, jadi dukungan yang

diberikan itu dikemas secara utuh sehingga istri merasa nyaman

dan dapat persalinan dengan baik. Dukungan suami merupakan

strategi coping penting pada saat mengalami stres dan berfungsi

sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi

negatifnya. Untuk itu dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh

perempuan setelah mengalami persalinan.

Peran suami dalam meminimalkan post partum blues yaitu

memahami kebutuhan istri, suami bisameluangkan waktunya untuk

menemani istri dalam perawatan bayi, kesediaansuami mengambil

alih sebagian tugas-tugas rumah tangga yang selama inidilakukan

istri, kewajiban suami membagi perhatian secara adil kepada bayi

danibunya. Meskipun kehadiran bayi sangat menyenangkan dan

membahagiakan,perlu di ingat bahwa ibu yang melahirkannya, dan

Perlunya sentuhan fisik sangatdirasakan pada masa-masa pasca

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

35

melahirkan. Dengan dukungan sosial suami yang baik maka ibu

tidak terjadi post partum blues. Sehingga kualitas dukungan yang

diberikan pada ibu berupa dukungan instrumental, dukungan

informatif, kemudian dukungan emosional dan dukungan

penghargaan akan berakibat pada penanggulangan coping yang baik pada

ibu dalam melewati mada adaptasi psikologisnya. Kualitas

dukungantersebut bisa diakibatkan salah satunya oleh karena faktor

internal yaitu faktor psikologis yaitu emosi. Wirawan, 2001).

Dukungan suami yang diberikan kepada ibu akan

mempengaruhi kondisi psikolgis ibu, sehingga ibu akan

mempunyai motivasiyang kuat untuk melewati masa adaptasi

psikologis post partum dengan baik. Faktor eksternal contohnya

saja dari segi pendidikan, semakin tinggi bangku sekolah maka

semakin maju dan luas pula pengetahuannya, dari segi usia

semakin matang usia seseorang cara serta pola berfikirnya pun

akan jauh berbeda dengan anak- anak usia remaja, dari segi

pekerjaan saat ibu memiliki banyak relasi atau teman hal ini juga

dapat mempengaruhi karena bisa berbagi pengalaman dengan

orang yang lebih dulu mengalami adaptasi post partum blues

sehingga bisa mengurangi kemungkinan untuk post partum blues.

(Yofie dalam Hawari, 2001).

Dari semua hal diatas, yang paling berpengaruh yaitu

pengalaman, berbeda dengan ibu primipara yang belum pernah

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

36

melewati masa- masa adaptasi psikologis post partum, ibu

multipara yang sudah memiliki anak ke dua atau lebih mungkin

lebih bisa menangani hal tersebut karena dapat berkaca dari

pengalaman sebelum- sebelumnya. (Wirawan, 2001).

Oleh karena itu pada ibu primipara lebih dibutuhkan

dukungan dari orang - orang terdekat khususnya suami sebagai

pendamping hidupnya agar dapat melewati masa- masa adaptasi

post partum tersebut dengan baik dan bahagia. Namun pada intinya

faktor eksternal tidak bisa lepas dari faktor internal, sehingga jika

suami memberikandukungan kepada ibu maka motivasi ibu akan lebih kuat

yang pada akhirnya ibu dapat terhindar dari keadaan post partum

blues, sebaliknya bila suami tidak memberikan dukungannya,

maka ibu juga lebih besar kemungkinan untuk terjadi post partum

blues. Berdasarkan hal tersebut, bila suami mendapatkan

pengetahuan tentang kondisi yang dijalani oleh ibu dengan benar

dan tepat, tidak hanya dari petugas kesehatan saja akan tetapi

melalui informasi dari media elektronik lainnya. (Wirawan, 2001).

Diperkirakan bahwa wanita dengan riwayat depresi pasca

partum memiliki risiko untuk terulang kembali sebesar 50% hingga

62% pada kehamilan yang berikutnya (Hendrick, cohen dan

Altshuler,2008). Beck (2006), dalam 44 penelitian meta-

analisisnya menentukan besarnya jarak hubungan antara depresi

pasca partum dengan variabel-variabel yang mendukung,

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

37

mengidentifikasi pengaruh ringan dari riwayat depresi sebelumnya,

kondisi ekonomi lemah, meningkatnya stres dalam kehidupan,

stres dalam merawat anak, adanya blues pots partum, dan

menurunnya kebahagiaan dalam perkawinan. Suatu pengaruh

yang besar di temukan sebagai faktor pendukung pada depresi

prenatal.

Secara umum sebagaian besar wanita mengalami

gangguan emosional setelah melahirkan. Clydde (Regina dkk,

2001), bentuk gangguan post partum yang umum adalah depresi,

mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.

Penelitian mengenai keefektifan penambahan estrogen

selama periode pasca partum terbatas oleh sejumlah variabel bebas.

Penurunan progesteron setelah persalinan juga merupakan

implikasi perkembangan gejala depresi, namun penelitian gagal

menemukan hubungan antara depresi dengan kadar progesteron

total atau progesteron bebas. Tidak ada penelitian yang

mengeksplorasi pengaruh penambahan progesteron sebagai

penatalaksanaan untuk mencegah gejala depresi. Penelitian telah

gagal menemukan hubungan antara oksitosin, vasopresin, prolaktin

dan kadar kortisol, dengan perkembangan depresi. Wanita yang

memiliki anti body tyroid dapat berisiko mengalami depresi pasca

partum. (Yofie dalam Hawari, 2001).

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

38

Dengan adanya dukungan dari keluarga maka ibu tidak

akan merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya dan tidak

merasa bahwa dirinya sedang di abaikan. Ibu dengan dukungan

keluarga yang baik tidak akan mengalami depresi post partum

setelah melahirkan karena segala masalah yang mungkin di

timbulkan oleh bayi yang baru ia lahirkan bisa di atasinya. (silvia,

2008)

b. Pengetahuan

1. Pengertian

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengetahuan

(knowledge) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui

berkenaan dengan hasil, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002.

Hlm 687). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala

kita. Kita dapat mengetahui sesuatu bedasarkan pengalaman yang

di miliki. Selain dari pengalaman, kita juga dapat mengetahui

karena di beritahu oleh orang lain (Prasetio,2007)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil

tahu seseorang terhadap objek malalui panca indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo,

2005). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan peninggraan terhadap suatu objek

tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

39

pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Banyak faktor yang dapat menyebabkan masyarakat kita

masih mengalami post partum blues setelah melahirkan, karena

kurangnya dukungan dari keluarga. Bisa karena pengetahuan yang

kurang tentang hal tersebut dan dampak dari budaya. Untuk dapat

melihat sebuah prilaku maka seseorang harus melewati sebuah

proses perubahan yang terdiri dari pengetahuan dan sikap

(Notoatmodjo, 2003).

2. Klafikasi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Sementara pengetahuan dibagi atas 6 tingkat yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) teori

yang telah ada sebelumnnya setelah mengamati sesuatu. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk memgukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehention)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

40

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek dan dapat mengiterpresentasikan materi tersebut.

c) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

pelajari pada situasi dan kondisi yang riil (Sebenarnya).

d) Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau objek dalam komponen tetapi masih ada kaitannya satu

sama lain.

e) Sintesis (Syntesis)

Menunjukan suatu kemampuan untuk atau

menghubung bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

Dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers, (2001)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadaptasi perilaku baru

dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

a) Awarenes (kesadaran)

b) Interest (meras, tertarik)

c) Evalution (menimbang-nimbang)

d) Trial (mencoba)

e) Adoption (beradptasi)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

41

3. Cara Mengukur Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang dapat

dilakukan pengkuran dengan wawancara angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden dengan kriteria : Baik jika responden menjawab benar

76%-100%, Cukup jika responden menjawab benar 56%-75%, dan

Kurang jika responden menjawab <56%. (Notoatmodjo, 2005).

4. Hubungan pengetahuan dengan Post Partum Blues

Bedasarkan hasil penelitian yang di lakuakn oleh Dian

Irawati pada ibu nifas di RSUD RA Basoeni Mojokerto tahun 2013

Pengaruh Pengetahuan terhadap terjadinya post partum blues dapat

dilihat bahwa yang mengalami post partum blues terbanyak adalah

pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 16 responden

(72,7%), sedangkan pada kelompok yang tidak mengalami post

partum blues paling banyak adalah yang berpengetahuan baik

yaitu 11 responden (73,3%). Terdapat pengaruh yang bermakna

antara pengetahuan dengan kejadian post partum blues yaitu p

value = 0,006.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh dian

irawan di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto tahun 2013

dapat dilihat bahwa yang mengalami postpartum blues terbanyak

adalah pada responden yang berpengetahuan kurang yaitu 16

responden (72,7%), sedangkan pada kelompok yang tidak

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

42

mengalami postpartum blues paling banyak adalah yang

berpengetahuan baik yaitu 11 responden (73,3%). Terdapat

pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian

postpartum blues yaitu p value = 0,006.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah

melakukan pengindraan terhadap suatu objek sehingga

pengetahuan merupakan faktor penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan bisa didapat

baik secara langsung maupun secar tidak langsung dan

pengetahuan yang didapat akan berpengaruh terhadap

pengembangan perilaku seseorang. Bila seseorang pengetahuannya

rendah seperti pengetahuan tentang postpartum blues maka dapat

mempengaruhi terjadinya post partum blues.

Hasil penelitian yang dilakukan Hikmah 2006 bahwa

informasi asuhan nifas memiliki hubungan yang bermakna untuk

mencegah terjadinya post partum blues. Dan hal ini sesuai dengan

teori Helman tahun 2000 bahwa pentingnya informasi yang didapat

oleh ibu postpartum menurunkan tingkat kecemasan dan krisis

situasi.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

43

1. Kerangka Teoritis

Bedasarkan teori di atas maka penulis dapat menyusun

kerangka teori sebagai berikut:

Ket : : Variabel yang tidak di teliti

: Variabel yang di teliti

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Coping ibu (-)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

dukungan sosial

suami, (Jacinta,

2005):

1. Keintiman

2. Harga diri

3. Ketrampilan

4. Sosial

Dukungan sosial

suami, (Suita,

2005):

1. Dukungan

emosional

2. Dukungan

informative

3. Dukungan

instrumental

4. Dukungan

penghargaan

Coping ibu (+)

Depresi Post

Partum

Post partum

blues

Menerima peran

barunya dengan

baik

Strsor , (Nonas

dan Cohen,

1998) :

a. Biologis

b. Psikologis

c. Sosial

Fase Adaptasi Psikologis, (Reva Rubin,

1963):

a. Fase talking in

b. Fase talking hold

c. Fase letting go

Ibu yang pernah

melahirkan

Faktor postpartum blues

Pitt (Regina dkk, 2001):

a. Dukungan keluarga

b. Pengetahuan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

44

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan abtraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi,

maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat

diamati atau diukur melalui variabel. Jadi variabel adalah simbul atau

lambang yang menunjukkan nilai bilangan dari konsep. Variabel adalah

sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain dari

masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah

dukungan keluarga, dan pengetahuan ibu serta variabel dependennya adalah

kejadian baby blues, maka kerangka konsepnya adalah:

Variabel Independen Variabel

Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Dukungan Keluarga

Post Partum Blues

Pengetahuan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

45

D. Hipotesa

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan post partum blues

pada ibu pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

Ha : Ada hubungan antara Pengetahuan dengan post partum blues pada

ibu pasca persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

E. Definisi Operasional

Tabel 2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen (Terikat)

1. Pos

Partum

Blues

Adanya

perasaan

sedih, dan

stress setelah

melahirkan

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:

- Ada: bila ibu merasa

sedih setelah

melahirkan

- Tidak ada: bila ibu

tidak merasakan

kesedihan setelah

melahirkan

Kuesioner - Ada

- Tidak ada

Nominal

Variabel Independen (Bebas)

1. Dukungan

Keluarga

Perhatian

dari suami

dan keluarga

dalam

memberikan

dorongan

kepada ibu

dalam

menghadapi

kondisi pasca

persalinan

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:

- Mendukung jika ibu

menjawab

- Tidak Mendukung

jika ibu menjawab

Kuesioner - Mendukung

- Tidak

mendukung

Nominal

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

46

2. Pengetahuan Pemahaman

ibu pasca

melahirkan

tentang

kejadian post

partum blues

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:

- Baik 76%-100%

- Cukup 56%-75%

- Kurang <56%

Kuesioner - Baik

- Cukup

- Kurang

Ordinal

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

47

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik dengan pendekatan Cross

sectional. Menurut Sudjana (2004) desain cross sectional adalah

pengukuran variabel penelitian dilakukan pada satu waktu tertentu saja

tanpa ada fallow up (pengulangan) dari kegiatan pengukuran tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan dukungan keluarga

dan pengetahuan ibu dengan kejadian post partum blues pada ibu pasca

persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

Penelitian ini di laksanakan dengan cara peneliti di bantu dalam hal

membagikan kuesioner kepada responden oleh bidan-bidan desa yang

bertugas di setiap desa yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Kajhu

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 ketika

posyandu berlangsung.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

48

populasi (Sabar, 2007). Sedangkan menurut Sugiyono (2011) populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang pernah

melahirkan yaitu sebanyak 682 orang ibu di Puskesmas Kajhu

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang

diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili

populasinya (Sabar,2007)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu-ibu pasca

melahirkan yang berada di wilayah kerja puskesmas Kajhu Kabupaten

Aceh Besar Tahun 2013. Besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n =

( )

Keterangan :

n = Nilai Sampel

N = Nilai Populasi

d = Nilai Galat Pendugaan berdasarkan taraf kepercayaan

90% yaitu (0,1)

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

49

Untuk sampel dengan jumlah populasi 682 orang, maka di peroleh hasil:

n =

( )

n =

( )

n =

n =

n = 151,2

n = 152 orang

Tabel 3.1. Proporsional Sampling :

No. Nama Desa Jumlah ibu /

populasi / N

Sampel / n

1. Kajhu 50

x 152

11

2. Cadek 56

x 152

12

3. Baet 61

x 152

14

4. Cot Paya 40

x 152

9

5. Klieng Cot

Aron

17

x 152

4

6. Klieng Meuria 62

x 152

15

7. Miruk Lam

Reudep

71

x 152

16

8. Labuy 56

x 152

12

9. Lam Ujong 65

x 152

14

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

50

10. Blang Krueng 70

x 152

16

11. Lambada Lhok 83

x 152

18

12. Lam Asan 51

x 152

11

Jumlah 682 152

Untuk teknik pengambilan sampel pada tiap kelas digunakan

cara Proporsional Sampling.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kajhu

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah di lakukan pada tanggal 07-15 Februari Tahun

2014

D. Pengumpulan Data

1. Tehnik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan merupakan data Primer dan Sekunder

a. Data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari ibu-ibu yang

pernah melahirkan yang berada di Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

b. Data sekunder merupakan data yang di dapatkan di Puskesmas

Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

51

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang ditujukan kepada ibu di wilayah kerja Puskesmas Kajhu yang

berisi 25 pertanyaan dengan mengacu kepada kerangka konsep

penelitian.

F. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan, adapun tahapan tersebut (Arikunto, 2006):

1. Editing data (memeriksa) yaitu dilakukan semua data terkumpul

melalui pengecekan daftar isian. Tahapan ini bertujuan untuk

memeriksa kelengkapan isian data.

2. Coding data (memberi kode) yaitu memberi kode terhadap chek list

yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan

data selanjutnya.

3. Transferring (mentransfer data) yaitu tahap untuk memindahkan data

ke dalam tabel pengolahan data.

4. Tabulating data yaitu melakukan klasifikasi data, mengelompokkan

data variabel masing-masing berdasarkan kuesioner untuk dimasukan

kedalam tabel.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

52

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).

Kemudian ditentukan presentasi (P) dengan menentukan rumus sebagai

berikut:

x 100 %

Ket:

P = Presentase

F = Frekuensi teramati

N = Jumlah sampel

100% = Bilangan tetap.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari varibel bebas yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang

digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan

analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square pada tingkat

kemaknaannya 99% (p<0,01) sehingga dapat diketahui ada tidaknya

hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan

program komputer SPSS for window versi 16.0. Melalui perhitungan uji

chi-square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

53

kecil dari alpha (p≤0,01) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan

variabel bebas dan jika p lebih besar alpha (p≥0,01) maka Ho diterima

dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas (Notoatmodjo, 2005).

Rumus :

( 0-E )2

X2

= Ʃ

E

Keterangan :

Ʃ = Jumlah

0 = Frekuensi Observasi

E = Frekuensi Harapan

Melalui perhitungan uji chi-sguare test selanjutnya ditarik

pada kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha dalam (p<0,05)

maka H ditolak dan H diterima, yang menunjukan ada hubungan

bermakna antara variabel bebas, maka akan digunakan dalam rumus

(Budiarto, 2002).

1) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5,

maka hasil yang dibaca di Fisher Exact.

2) Bila pada tabel 2x2, dan tidak dijumpai nilai E kurang dari 5,

maka hasil yang dibaca di Continuity Correction.

3) Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3 dll, maka hasil

yang dibaca di Pearson Chi-square

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Kajhu merupakan salah satu

Puskesmas yang berada di Wilayah Kabupaten Aceh Besar Kecamatan

Baitussalam yang mempunyai luas Wilayah 37,76 km yang berpenduduk

sebesar 10470 jiwa, laki-laki berjumlah 9808 jiwa dan perempuan 5515 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga 4955 KK. Wilayah Kerja Puskesmas terletak di

Desa Lambada lhok Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, saat ini

Puskesmas Kajhu dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 75 orang yang terdiri

dari 60 orang bidan. Lokasi Puskesmas berjarak 9,5 Km dari Ibu Kota

Provinsi Aceh. Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu terdiri dari 12 desa dan 2

mukim yang meliputi:

a. Mukim Kling : Desa Cot Paya, Lambada Lhok, Kling Cot Aron, Kling

Meuria, Miruk Lamreudep, Lam Asan, Labuy, Lam Ujong.

b. Mukim Silang Cadek: Desa Baet, Cadek, Kajhu, Blang Krueng.

Batas-batas Wilayah Puskesmas Kajhu adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mesjid Raya

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darussalam

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Darussalam

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

55

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 07 s/d

15 Februari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan

kuesioner yang berisi pertanyaan tentang Faktor - Faktor Yang Berhubungan

Dengan Post Partum Blues Pada Ibu Pasca Persalinan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Sebelum

memberikan kuesioner peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan

penelitian, kerahasian identitas responden dan cara pengisian kuesioner kepada

responden.

Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden, setiap data yang

terkumpul diperiksa kelengkapannya maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Post partum blues

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Post Partum Blues Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2013

No Post partum blues F %

1 Ada 75 49.3

2 Tidak Ada 77 57.7

Jumlah 152 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan Tabel 4.1 menujukkan bahwa dari 152 responden,

yang mengalami post partum blues pada pasien pasca persalinan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

56

Aceh Besar Pada Tahun 2013 sebagian besar tidak mengalami post

partum blues sebanyak 77 orang (57.7%).

b. Dukungan Keluarga

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

No Dukungan Keluarga F %

1 Mendukung 85 55.9

2 Tidak Mendukung 67 44.1

Jumlah 152 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan Tabel 4.2 menujukkan bahwa dari 152 responden,

dukungan keluarga pada pasien pasca persalinan di wilayah kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Pada

Tahun 2013 sebagian besar mendukung sebanyak 85 orang (55.9%).

c. Pengetahuan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar

Tahun 2013

No Pengetahuan F %

1 Baik 55 36.2

2 Cukup 60 39.5

3 Kurang 37 24.3

Jumlah 152 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan Tabel 4.3 menujukkan bahwa dari 152 responden,

pengetahuan mengenai post partum blues pada pasien pasca persalinan di

wilayah kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

57

Aceh Besar Pada Tahun 2013 sebagian besar berpengetahuan cukup

sebanyak 60 orang (39.5%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Post Partum Blues

Tabel 4.4

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Post Partum Blues Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

No

Dukungan

Keluarga

Post Partum Blues Total P Value

Ada Tidak Ada

f % f % F %

0.015 1 Mendukung 34 40 51 60 85 10

0

2 Tidak

Mendukung

41 61.2 26 38.8 67 10

0

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 85

responden (100%) yang mendapat dukungan keluarga mengalami Post

Partum Blues, sebanyak 34 responden (40%) dan yang tidak mengalami

Post Partum Blues sebanyak 51 responden (60%) dan dari 67 responden

(100%) yang tidak mendapat dukungan keluarga, mengalami Post

Partum Blues sebanyak 41 responden (61.21%) dan yang tidak

mengalami Post Partum Blues sebanyak 26 responden (38.8%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai P value ( 0,015) berarti ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian post partum blues

di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten

Aceh Besar Tahun 2013

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

58

b. Hubungan Pengetahuan Dengan Post Partum Blues

Tabel 4.5

Hubungan Pengetahuan Dengan Post Partum Blues Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

No

Pengetahuan

Post Partum Blues Total P Value

Ada Tidak Ada

f % f % F %

0,012 1 Baik 25 45.5 30 54.5 55 100

2 Cukup 24 40 36 60 60 100

3 Kurang 26 70.3 11 29.7 37 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 55

responden (100%) yang berpengetahuan baik, mengalami Post Partum

Blues sebanyak 25 responden (45.5%) dan yang tidak mengalami Post

Partum Blues sebanyak 30 responden (54.5%) dari 60 responden (100%)

yang berpengetahuan cukup, mengalami Post Partum Blues sebanyak 24

responden (40%) dan yang tidak mengalami Post Partum Blues 36

responden (60%) dan dari 37 responden (100%) yang berpengetahuan

kurang, mengalami Post Partum Blues sebanyak 26 responden (70.3%)

dan yang tidak mengalami Post Partum Blues sebanyak 11 respondens

(29.7%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai P value ( 0.012) berarti ada

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Post Partum Blues Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten

Aceh Besar Tahun 2013

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

59

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulisan pembahasan

berdasarkan variabel-variabel yang ada pada tujuan khusus.

1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Post Partum Blues

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 85 responden

(100%) yang mendapat dukungan keluarga mengalami Post Partum Blues,

sebanyak 34 responden (40%) dan yang tidak mengalami Post Partum Blues

sebanyak 51 responden (60%) dan dari 67 responden (100%) yang tidak

mendapat dukungan keluarga, mengalami Post Partum Blues sebanyak 41

responden (61.21%) dan yang tidak mengalami Post Partum Blues sebanyak

26 responden (38.8%). Setelah dilakukan uji statistik diperoleh P value =

0,015 (P < 0,05), sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dapat

diterima yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga dengan Post Partum

Blues.

Bedasarkan penelitian yang di lakukan terhadap 54 responden di

Rumah Sakit Bougenvil pada ibu-ibu post partum kami mendapat responden

yang rata-rata mengalami post partum blues sejak 2 hari setalah melahirkan.

Responden tersebut sering menangis tanpa sebab dan tidak mau makan serta

merasa tidak mampu mengurusi bayinya. Hal ini di karenakan kurangnya

dukungan dari keluarga baik suami maupun ibunya dalam memperhatikan

keluh kesah responden setelah melahirkan

Dukungan keluarga sangat penting dan tidak bisa diremehkan dan

yang tak kalah penting membangun suasana positif, dimana istri merasakan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

60

hari-hari pertama yang melelahkan. Oleh sebab itu dukungan atau sikap

positif dari pasangan dan keluarga akan memberikekuatan tersendiri bagi

ibu postpartum. Keluarga memegang peranan penting dalam terjadinya

postpartum blues dan diharapkan keluarga menyadari bahwa ibu sangat

membutuhkannya pada saat saat tertentu dan suami diharapkan ada saat istri

membutuhkannya. Dukungan itu tidak hanya berupa dukungan psikologis

tapi dukungan fisiologis, penilaian, informasi dan finansial sangat

dibutuhkan oleh istri, jadi dukungan yang diberikan itu dikemas secara utuh

sehingga istri merasa nyaman dan dapat persalinan dengan baik. Dukungan

suami merupakan strategi coping penting pada saat mengalami stres dan

berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi

negatifnya. Untuk itu dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh perempuan

setelah mengalami persalinan (Wirawan, 2001)

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Dian Irawati (2013) di di Ruang

Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto menunjukkan terdapat pengaruh

dukungan keluarga dengan terjadinya post partum blues dengan nilai p =

0,013. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk interaksi sosial

yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima

bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-

individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat

memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada

keluarga sosial maupun pasangan (Ingela,2009).

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

61

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa Katc dan Kahn (2000),

bahwa perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan keluarga dapat

berpengaruh terhadap terjadinya syndrome baby blues. Dukungan berupa

perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat penting.

Dorongan moral dari teman-teman yang sudah pernah bersalin juga dapat

membantu

Sesuai dengan pendapat Nirwana (2011) yaitu faktor yang

mempengaruhi post partum blues adalah faktor psikologis yang meliputi

dukungan keluarga khususnya suami. Dalam asuhan pasca persalinan

dukungan keluarga sangat diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia,

keputusan suami dan arahan dari ibu sangat berpengaruh dan menjadi

pedoman penting bagi si ibu dalam praktik asuhan bayinya sehari-hari. Bila

suami dan keluarga tidak mendukung, ibu pasca melahirkan biasanya

merasa sedih dan kewalahan dalam mengasuh bayinya di hari-hari pertama

setelah melahirkan.

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data

tersebut menunjukkan bahwa responden yang mengalami post partum blues

rata-rata adalah ibu-ibu yang tidak mendapat perhatian yang lebih dari

keluarganya. Ibu yang melahirkan di anggap sudah siap untuk mengasuh

bayinya dan memenuhi kewajibanya sebagai ibu. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan responden pada saat penelitian, hal tersebut

disebabkan karena responden tinggal berjauhan dengan orang tuanya dan

juga mertuanya. Sebagian di antara mereka sudah tidak ada orang tua lagi di

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

62

sebabkan meninggal dalam musibah Stunami 9 tahun yang lalu, dan di

antara suami mereka rata-rata bekerja sebagai nelayan atau buruh kasar

sehingga tidak sempat membantu istrinya dalam mengasuh bayi mereka.

Hal tersebut sering membuat ibu-ibu pasca melahirkan kewalahan di hari-

hari pertama setelah melahirkan.

2. Hubungan Pengetahuan Dengan Post Partum Blues

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 55

responden (100%) yang berpengetahuan baik, mengalami Post Partum

Blues sebanyak 25 responden (45.5%) dan yang tidak mengalami Post

Partum Blues sebanyak 30 responden (54.5%) dari 60 responden (100%)

yang berpengetahuan cukup, mengalami Post Partum Blues sebanyak 24

responden (40%) dan yang tidak mengalami Post Partum Blues 36

responden (60%) dan dari 37 responden (100%) yang berpengetahuan

kurang, mengalami Post Partum Blues sebanyak 26 responden (70.3%) dan

yang tidak mengalami Post Partum Blues sebanyak 11 respondens (29.7%).

Setelah dilakukan uji statistik diperoleh P value = 0,012 (P < 0,05),

sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang ditegakkan dapat diterima yaitu ada

hubungan antara pengetahuan dengan Post Partum Blues.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan

pengindraan terhadap suatu objek sehingga pengetahuan merupakan faktor

penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan bisa didapat baik secara langsung maupun secar tidak langsung

dan pengetahuan yang didapat akan berpengaruh terhadap pengembangan

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

63

perilaku seseorang. Bila seseorang pengetahuannya rendah seperti

pengetahuan tentang postpartum blues maka dapat mempengaruhi terjadinya

postpartum blues.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh dian irawan di

Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni Mojokerto tahun 2013 dapat dilihat bahwa

yang mengalami postpartum blues terbanyak adalah pada responden yang

berpengetahuan kurang yaitu 16 responden (72,7%), sedangkan pada

kelompok yang tidak mengalami postpartum blues paling banyak adalah

yang berpengetahuan baik yaitu 11 responden (73,3%). Terdapat pengaruh

yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian postpartum blues yaitu

P value = 0,006.

Hasil penelitian yang dilakukan Hikmah 2006 bahwa informasi

asuhan nifas memiliki hubungan yang bermakna untuk mencegah terjadinya

postpartum blues. Dan hal ini sesuai dengan teori Helman tahun 2000

bahwa pentingnya informasi yang didapat oleh ibu postpartum menurunkan

tingkat kecemasan dan krisis situasi.

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengelolahan data

tersebut menunjukkan bahwa responden berpengetahuan baik lebih sedikit

mengalami post partum blues sedangkan yang berpengetahuan kurang lebih

sering mengalami post partum blues. Pengetahuan ibu sangat erat kaitannya

terhadap post partum blues, karena dengan adanya pengetahuan yang baik

mengenai post partum blues dan pesiapan untuk menjadi ibu maka akan

merubah paradigma ibu pasca melahirkan sehingga post partum blues bisa

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

64

di hindari dengan menyadari kodratnya sebagai ibu dan menjalani hari- hari

pasca melahirkan dengan sebaik mungkin.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden pada saat

penelitian, hal tersebut disebabkan karena responden tidak mengetahui

bagaimana cara mengasuh bayi baru lahir terutama dalam perawatan tali

pusat. Responden sering cemas ketika tali pusatnya mulai menghitam

karena mengering. Renponden sering berfikir tali pusat bayinya sudah

infeksi dan timbullah rasa cemas. Responden juga takut memandikan,

mengganti popok dan tidak bisa membedung bayinya. Responden merasa

cemas ketika ASI nya tidak keluar dan merasa risih saat bayinya rewel di

malam hari.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada 152 responden

didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian post partum

blues di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 ( p value = 0,015)

2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian post partum blues di

Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh

Besar Tahun 2013 ( p value = 0,012)

B. Saran

1. Bagi Penulis

Dengan adanya skripsi ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman serta wawasan dalam melakukan penelitian selanjutnya serta

sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama di bangku kuliah

2. Bagi Responden

Agar ibu pasca melahirkan dapat mengetahui tentang post partum blues dan

lebih maksimal mempersiapkan diri menjadi seorang ibu sehingga post

partum blues tidak terjadi

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

66

3. Bagi Instansi Pendidikan

Dapat dijadikan masukan untuk pengembangan pendidikan serta sebagai

bahan bacaan yang dapat menambah referensi perpustakaan, dan dapat

dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu program-program kesehatan.

4. Instansi Kesehatan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

pada ibu nifas (pasca persalinan) dan meningkatkan derajat kesehatan pada

ibu nifas secara optimal dan dapat memperluas wawasan dengan cara

memberikan penyuluhan kepada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas kajhu

kecamatan baitussalam kabupaten aceh besar sehingga resiko post partum

blues dapat di cegah secara maksimal

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

67

Lampiran 1

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Saudara/Saudari

Responden Penelitian

Di-

Tempat

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yulianti

Nim : 121010210138

Alamat :Desa Lam-U, Kec. Ingin Jaya, Kab. Aceh besar

Adalah mahasiswa Program Studi Diploma IV Kebidanan (STIKes)

U’budiyah Banda Aceh, yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan

(SST) Adapun judul Penelitian yaitu” Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Post partum Blues pada Ibu Pasca Persalinan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada saudari,kerahasiaan

informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Jika saudari bersedia menjadi Responden, maka tidak ada ancaman atau

paksaan bagi saudari, dan jika terjadi hal-hal yang memungkinkan saudari untuk

tidak mengundurkan diri dan menyutujuinya, maka saya mohon kesediaannya

untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab dengan sesunguhnya

dan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan yang saya sebarkan pada surat ini.

Atas perhatian dan kesediaan Saudari sebagai responden saya ucapkan

terima kasih.

Banda Aceh, Februari 2014

STIKes U’Budiyah

Peneliti

Yulianti

NIM : 121010210138

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

68

Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia

untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program

Studi Diploma IV Kebidanan (STIKes) U’Budiyah Banda Aceh dengan judul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Post partum Blues pada Ibu

Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar”.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat

dipergunakan seperlunya.

Banda Aceh, Februari 2014

Responden

( )

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

69

Lampiran 3

LEMBARAN KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POST PARTUM

BLUES PADA IBU PASCA PERSALINAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAJHU

KECAMATAN BAITUSSALAM

KABUPATEN ACEH BESAR

TAHUN 2013

A. Identitas Responden :

No. Responden :

Umur :

Ruang/poli :

Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberikan tanda

silang (X) pada jawaban yang telah di sediakan

1. Apakh ibu pernah mengalami post partum blues?

a. Ada

b. Tidak ada

B. Dukungan Keluarga

Berikut isi dari pernyataan kuesioner dengan keterangan sbb:

Keterangan:

SS : Untuk jawaban Sangat Sesuai dengan keadaan ibu.

S : Untuk jawaban Sesuai dengan kondisi ibu.

N : Untuk jawaban Netral dengan keadaan ibu.

TS : Untuk jawaban Tidak Sesuai dengan keadaan ibu.

STS : Untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan ibu

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

70

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya merasa keluarga sudah tidak

peduli lagi pada saya

2. Saya tidak bisa mengganti popok

dan membedung bayi

3. Suami saya lebih menyayangi

bayi kami

4. Suami dan keluarga tidak pernah

membantu menyelesaikan

pekerjaan saya ketika saya

mengalami kesulitan dalam

mengurus bayi

5. Keluarga dan suami tidak peduli

mengenai masalah yang saya

alami, seperti memandikan bayi

dan menyusui di malam hari, dan

gumoh (bayi sering muntah

setelah menyusui)

6. Saya takut mengganggu bayi kami

jika melakukan hubungan suami

istri

7. Saya susah tidur malam karena

bayi kami rewel

8. ASI saya tidak mau keluar di hari

melahirkan

9. Ibu/Mertua saya tidak datang saat

saya melahirkan dan tidak

membantu saya dalam mengurusi

bayi kami

10. Suami saya tidak mendampingi

saya saat proses persalinan

C. Pengetahuan

1. Apakah yang di maksud dengan post partum blues?

a. Ibu menangis saat melihat bayinya lahir

b. Perasaan sedih dan depresi setelah persalinan yang bersifat sementara

c. Perasaan benci kepada suami setelah melahirkan

d. Tidak memperdulikan bayi yang di lahirkan

2. Kapankah post partum blues itu terjadi?

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

71

a. Hari ke dua atau ke empat dan berakhir dalam 2 minggu

b. Hari kedua sampai hari ke empat

c. Segera setelah melahirkan dan menetap

d. Segera setelah melahirkan sampai hari ke dua

3. Apa yang paling di butuhkan oleh ibu setelah melahirkan?

a. Uang / Materi

b. Dukungan psikologis

c. Pembantu rumah tangga

d. Suami harus selalu ada di samping

4. Apa saja gejala dari post partum blues?

a. Marah-marah kepada suami dan keluarga

b. Benci kepada bayinya dan tidak mau mengurus bayi

c. Merasa sedih, mudah tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan

tidur

d. Gelisah dan selalu curiga pada suami

5. Siapa saja yang biasanya mengalami post partum blues?

a. Semua ibu-ibu yang melahirkan

b. Hanya ibu yang kurang perhatian dari suaminya

c. Semua orang yang merawat bayi

d. Semua ibu yang takut kehilangan bayinya

6. Bagaimanakah perilaku ibu yang mengalami post partum blues pada

umumnya?

a. Susah tidur, menangis dan cemas

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

72

b. Perasaan was-was dan cemburu berlebihan kepada suaminya

c. Tidak nafsu makan dan ingin suami selalu di sampingnya

d. Tidak mau mengurusi bayinya dan benci kepada suami

7. Apa saja yang dapat di lakukan keluarga dalam membantu ibu untuk

mengatasi kejadian post partum blues?

a. Membantu mengurusi suaminya dan bayi yang ia lahirkan

b. Membiarkan ibu sendirian

c. Menyewa pembantu untuk membantu ibu pasca melahirkan

d. Memberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan

oleh ibu

8. Apakah penyebab post partum blues?

a. Masalah dengan orang tua dan mertua

b. Tidak pernah memperhatikan orang lain dalam mengurusi bayi

sebelumnya

c. Suami bekerja di tempat yang jauh dan jarang pulang

d. Orang tua dan mertua perempuan sudah meninggal

9. Masalah apa saja yang biasanya di alami oleh ibu post partum blues?

a. Menangis dan ketakutan karena tidak bisa menyusui bayinya

b. Marah-marah dengan suami karena merasa tidak di perdulikan

c. Hubungan dengan mertua terganggu karena sensitif

d. Bertengkar dengan suami karena tidak memasak

10. Di bawah ini dukungan yang dapat di berikan oleh keluarga pada ibu

pasca melahirkan, kecuali?

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

73

a. Dukungan informasi

b. Dukungan instrumental

c. Dukungan emosional

d. Dukungan material

11. Bagaimana cara mengatasi ibu yang terkena post partum blues?

a. Dengan cara memberi penyuluhan / informasi mengenai apa yang ia

tidak mengerti

b. Dengan cara membantu ibu pasca melahirkan dalam merawat bayinya

c. Dengan cara memberi ibu banyak uang

d. Dengan cara mengajarkan ibu cara merawat bayinya

12. Mengapa ibu yang baru melahirkan menjadi lebih sensitif?

a. Karena perubahan hormon yang tidak stabil

b. Karena takut terjadi sesuatu dengan bayinya

c. Karena baru saja mengalami sakit melahirkan yang sangat hebat

d. Karena merasa kurang perhatian

13. Kapankah post partum blues mencapai puncaknya?

a. Pada hri ke lima sampai hari ke empat belas

b. Pada hari ke dua sampai hari ke empat belas

c. Pada hari pertama sampai 1 minggu

d. Pada hari ke tujuh sampai hari ke enam belas

14. Apakah yang dapat di lakukan oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya

Post Partum Blues?

a. Olah raga, senam hamil, dan persiapan diri dengan baik

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/YULIANTI-skrisi_bab_i,ii,iii,iv,v.pdf · reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan

74

b. Melakukan pekerjaan rumah tangga, mencari banyak informasi

tentang persalinan

c. Melakukan senam hamil dan sering berkonsultasi dengan dokter di

masa kehamilan

d. Melakukan kunjungan hamil setiap bulannya dan senam hamil

15. Faktor apa saja yang mempengaruhi post partum blues?

a. Faktor hubungan rumah tangga, pendidikan dan sosial ekonomi

b. Faktor hubungan dengan orang tua dan pekerjaan

c. Faktor lingkungan, pendidikan, pergaulan dan pengetahuan

d. Faktor dukungan keluarga, lingkungan dan pengetahuan