d a n k a s i h berita u.k - uki.ca · dalam doa-doa anda. saya percaya, rahmat dan cinta tuhan...

12
GEREJA St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood) Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Novius Handy Randy Danurahardja Yusup Yusup Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email: [email protected] WWW.UKI.CA MARET 2015/NO.274 BERITA U.K.I M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h KEGIATAN DI BULAN APRIL Misa Minggu Paska, dan Perayaan Paska bersama 5 April 2015 Misa Minggu II, 12 April 2015 Misa Minggu IV, 26 April 2015 Damianus Indyarta Damianus Indyarta Koordinator Koordinator UKI UKI Periode Periode 2015 2015 - - 2018 2018 Albert Tee, Rm J. Juliwan M, SCJ, Christine Budihardjo

Upload: doannga

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GEREJA

St. Anselm’s Church

1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)

Toronto

ON M4G 3H3

Ph: (416) 485-1792

Subway Stn:

Davisville

Redaksi:

Angelina Hanapie

Julian Wibowo

Novius Handy

Randy Danurahardja

Yusup Yusup

Penasehat:

Rm. J. Juliwan M. SCJ

Alamat Redaksi:

c/o Priests of the

Sacred Heart

58 High Park Blvd.

Toronto

ON M6R 1M8

Email:

[email protected]

W W W . U K I . C A M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4

BERITA U.K.I M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h

K E G I A T A N

D I B U L A N

A P R I L

Misa Minggu Paska,

dan Perayaan Paska

bersama

5 April 2015

Misa Minggu II,

12 April 2015

Misa Minggu IV,

26 April 2015

Damianus IndyartaDamianus Indyarta

Koordinator Koordinator

UKIUKI

Periode Periode

20152015--

20182018

Albert Tee, Rm J. Juliwan M, SCJ,

Christine Budihardjo

M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 3

elapan Maret 2015, St Anselm’s

Church, Toronto.

Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ,

Para Senior dan Teman-teman UKI

yang terkasih,

Pertama-tama saya

mengucapkan terima kasih atas

kepercayaan yang telah diberikan

kepada saya untuk melayani UKI

selama tiga tahun mendatang, periode

2015-2018. Ijinkanlah, secara khusus

saya mengucapkan terima kasih kepada

Romo Aegidius Warsito SCJ, yang

telah membimbing kami selama ini,

bimbingannya membuat saya dan

keluarga bertumbuh dalam iman dan

pelayanan.

Atas nama warga UKI, kami

juga ingin mengucapkan terima kasih

sebesar besarnya kepada Koordinator

dan Wakil Koordinator UKI –

CHRISTINE DAN OOM ALBERT -

atas pengabdian dan dedikasi yang

tinggi yang telah kita rasakan bersama

selama periode lalu, dari tahun 2012-

2015. Pengorbanan yang tidak sedikit

tentunya, sekali lagi terima kasih.

Kami berusaha untuk tetap melanjutkan

kegiatan-kegiatan rutin yang sudah

dijalankan selama ini, (Rekoleksi,

Retreat, Piknik dan Camping). Tetapi

di dalam setiap kegiatan saya berharap

adanya keterlibatan yang menyeluruh

dari setiap warga UKI, suatu kegiatan

yang bisa merangkul anggota yang tua

dan muda, yang tinggal di East dan

West, dan juga bagi kepada pendatang

atau imigran baru dan lama. Saya juga

berharap dalam kegiatan UKI mampu

menciptakan kegembiraan dalam

melayani. Volunteering itu bukan beban

– tapi suatu kesempatan berbagi dan

menjadikannya berkat untuk semua.

Seperti seruan Rasul Paulus

“Kalian adalah Tubuh Kristus,”, doa

dan harapan saya adalah agar kita bisa

belajar bersama menemukan peran kita

masing-masing yang khas, entah

sebagai tangan, kaki, kepala, atau

bagian apa pun dalam apa yang kita

yakini sebagai bentuk nyata Tubuh

Kristus dalam UKI ini. Saya berdoa

agar tidak ada satu bagian tubuh pun

yang merasa lebih penting daripada

yang lain, melainkan bahwa kita bisa

saling melengkapi, mendukung, dan

menguatkan.

Tubuh Kristus yang kita

bangun ini terdiri dari kita manusia-

manusia lemah. Sudah ada kesalahan

yang kita buat, dan masih akan ada

kesalahan yang kita buat. Karena itu,

saya berdoa, agar dalam UKI ini ada

semangat jujur untuk saling memahami,

saling memohon maaf, dan saling

mengampuni.

Saya akan melakukan yang

terbaik yang bisa saya lakukan,

Bersama kita lanjutkan perjalanan UKI

tercinta ini. Tolong sebut nama kami

dalam doa-doa Anda. Saya percaya,

rahmat dan cinta Tuhan senantiasa lebih

besar dan lebih kuat dari kelemahan

kita semua.

Sekali lagi terima kasih. Tuhan

memberkati.

Damianus Indyarta

Foto atas, Damianus Indyarta sedang menerima berkat setelah dilantik sebagai Koordinator baru

UKI. Foto bawah, Rm. Juliwan sebagai saksi turut

menandatangani surat serah terima jabatan dari Koordinator lama, Christine Budihardjo kepada

Damianus Indyarta

“ Volunteering

itu bukan beban

– tapi suatu

kesempatan

berbagi dan

menjadikannya

berkat untuk

semua…” Indy

Damianus Indyarta Koordinator UKI

Periode 2015-2018

D

H A L A M A N 4 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4

Dosa yang menghancurkan..

alam Kitab Suci kita dapat

membaca Sabda Tuhan yang

mengatakan bahwa Tuhan

membenci dosa namun mencintai

pendosa. Mengapa Tuhan membenci

dosa dan mengapa pula Tuhan mencintai

manusia? Bukankah manusia dan dosa

sudah menyatu sehinga setiap manusia

sudah menjadi pendosa? Memang situasi

kedosaan manusia sudah parah sehingga

manusia harus diselamatkan dari jerat

dosa dan

dibebaskan untuk menjadi manusia baru

dengan penuh sukacita. Maka jelaslah

Tuhan akan selalu berjuang agar manusia

bisa selamat dan kembali dalam hidup

yang penuh Rahmat. Tuhan menghendaki

keselamatan manusia dan bukan

kehancuran.

Dosa telah mengakibatkan

kehancuran manusia yang sekarang ini

semakin merajalela. Kehancuran ini

terjadi karena dengan berbuat dosa,

manusia menjauhkan diri dari Tuhan,

seperti dalam kisah kejatuhan manusia

pertama ke dalam dosa. Ketika manusia

pertama, Adam dan Hawa melanggar

perintah Tuhan Allah, berarti mereka

telah menolak Kasih Allah bagi mereka.

Penolakan itulah yang menjauhkan

mereka dari Tuhan, Sang Sumber Kasih

itu. Dosa membuat manusia hidup di luar

jalur Kasih Tuhan, ini tampak dari

tindakan dan perbuatannya yang

menyeretnya ke dalam dosa. Manusia

pada hakekatnya adalah citra Allah dan

diciptakan Tuhan dengan kriteria

‘sungguh sangat baik’. Oleh sebab itulah

manusia seharusnya selalu ada bersama

Tuhan yang telah menciptakannya.

Dengan akal budi dan kehendak bebas

yang dikaruniakan Tuhan, manusia telah

menyalahgunakannya. Memang

semuanya itu karena peranan setan yang

luar biasa untuk menghancurkan manusia.

Ternyata karunia yang telah Tuhan

berikan kepada manusia itu, tidak

digunakannya untuk mendengarkan suara

Tuhan, melainkan untuk mendengarkan

suara setan yang menyesatkan. Manusia

telah dibelokkan oleh setan untuk

melawan Tuhan, yang berbuah dosa dan

kematian.

Begitu pula di jaman sekarang

ini, kedosaan manusia telah menjadi

awan tebal yang membuat penglihatan

manusia terhadap Tuhan makin kabur.

Dosa telah menghantar manusia menuju

kehancuran dan manusia hidup dalam

‘budaya kematian’. Tentu saja godaan

yang membawa manusia untuk berdosa

tampil dengan sangat indah dan menarik,

ditambah lagi dengan alasan kebebasan,

hak asasi manusia dan penyesuaian diri

dengan situasi modern. Semua alasan itu

semakin mempertajam kejatuhan manusia

ke dalam dosa yang menhancurkan

dirinya sendiri. Akhirnya manusia mati

tanpa Tuhan di sisinya, karena manusia

meninggalkanNya dan bahkan

menolakNya.

Cinta Allah

Kehadiran Yesus Kristus di

dunia ini dengan jelas menunjukkan

Cinta Allah kepada manusia. Cinta yang

tercurahkan demi keselamatan manusia

yang terbelenggu oleh dosa. Cinta Allah

itu tampak dalam pemberian diri Allah di

dalam pribadi Yesus Kristus. Dengan

menjadi manusia, Yesus menunjukkan

solidaritasNya dengan manusia yang

berdosa dan ikut mengalami sendiri

penderitaan manusia. Cinta Allah kepada

manusia bukanlah teori, namun sebuah

realita yang sudah berlangsung sepanjang

sejarah manusia. Dari realita itulah, kita

mengalami sendiri bahwa Allah sungguh

hadir di dalam kehidupan manusia untuk

membawa manusia kembali dalam

persatuan dengan DiriNya. Tindakan

penyelamatan Allah ini menjadi terwujud

karena dasarnya adalah Cinta, yang

adalah diri Allah sendiri.

Di dalam Pribadi Yesus Kristus

tampaklah dua sisi yang ada bersama

dengan satu fokusnya, yakni Cinta. Sisi

pertama adalah Pribadi Allah Putera

yang merupakan Cinta Allah kepada

manusia. Cinta ini adalah Cinta yang

total, yang menjadi nyata dengan

peristiwa Salib sebagai totalitas

pemberian diri Allah kepada manusia

dalam diri Yesus Kristus. Inilah Misteri

Cinta Ilahi yang sejati, yakni pemberian

diri Allah bagi keselamatan manusia. Sisi

kedua adalah Pribadi Manusia Yesus

yang menderita. Sebagai manusia, Yesus

membawa semua manusia kepada Allah

untuk diselamatkan. Maka penderitaan

yang dialami Yesus dimaknaiNya sebagai

CintaNya kepada Allah. Ia membawa

Mencinta

Kasih Tuhan dan Kedosaan Manusia

| Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ |

hingga Terluka

D

H A L A M A N 5

Bersambung ke halaman 8,

semua manusia dalam gerak membalas

Cinta Allah yang telah tercurah bagi

manusia. Yesus ingin membawa semua

manusia untuk menanggapi dan

membalas Cinta Allah yang telah tercurah

itu.

Di dalam Pribadi Yesus Kristus

inilah kedua arus Cinta itu bertemu dan

menjadi satu kesatuan Cinta yang

mendatangkan keselamatan bagi manusia.

Cinta yang menyelamatkan itu

menunjukkan persatuan Allah dan

manusia juga manusia dengan Diri Allah

sendiri. Yesus Kristus menjadi pusat dan

sumber serta puncak dari seluruh

perjalanan keselamatan manusia. Oleh

sebab itulah kita semua memusatkan diri

kepada Pribadi Yesus Kristus, Pribadi

Allah dan Manusia yang sempurna.

Terluka karena cinta

Masa Prapaskah adalah masa

kita menghadirkan Misteri Cinta Allah

yang luar biasa di dalam diri Yesus

Kristus bagi keselamatan manusia.

Namun sekaligus kita juga disadarkan

akan penolakan manusia akan Cinta

Allah yang melimpah itu. Ketika kita

membuka mata dan hati kita akan Cinta

Allah dalam seluruh Sejarah Keselamatan

manusia, maka kita akan melihat dengan

jelas semua yang telah terjadi. Dengan

jelas tampaklah bahwa seiring dengan

tercurahnya Cinta Allah bagi manusia,

terjadi pula penolakan Cinta Allah dari

manusia. Oleh sebab itulah Cinta yang

sungguh nyata di dalam Pribadi Yesus

Kristus itu telah terluka parah. Cinta

Allah kepada manusia ternyata tidak

semua diterima dengan hati yang terbuka

oleh manusia, bahkan tidak jarang

ditolak.

Perjalanan hidup Yesus di dunia

ini sudah menampakkan bagaimana Ia

mencintai Allah Bapa dan manusia

sampai tuntas dan total. Seluruh

perjalanan kehadiran Yesus di dunia ini

dimulai sejak Misteri Inkarnasi. Sejak

Yesus mulai bersabda dan berkarya di

tengah manusia, sejak itu pula Ia

memancarkan Kasih Allah secara

melimpah kepada manusia. Bersamaan

dengan terpancarnya Cinta Kasih Tuhan

itu, terjadilah pula penolakan demi

penolakan akan Cinta Tuhan ini. Begitu

halusnya penolakan demi penolakan

terjadi dan Cinta Tuhan semakin

diabaikan sehingga manusia pun semakin

jauh dari sumber keselamatan.

Kemalangan dan malapetaka yang

selama ini terjadi adalah akibat penolakan

manusia akan Cinta Allah. Jika hal ini

diteruskan, maka manusia akan hidup

tanpa Allah, tanpa Cinta, Iman dan

akhirnya juga tanpa Harapan. Kehancuran

manusia dimulai dari sikap manusia yang

memasukkan dirinya ke dalam jurang

dosa. Manusia menjadi murtad,

menyangkal Allah yang adalah Cinta

Kasih. Oleh sebab itulah situasi

kemalangan manusia saat ini tidak hanya

karena masalah politik, sosial, hak asasi

manusia, namun juga ada masalah

ROHANI.

Dari atas salib, Yesus

memndang betapa banyaknya manusia

yang menghojat dan mencemooh Dia.

Yesus melihat bagaimana CintaNya

ditolak, dihina dan disepelekan oleh

manusia yang dicintaiNya dan yang ingin

diselamatkanNya. Bahkan orang-orang

dekatNya pun menjauh dariNya dan

menyangkalNya. Inilah Cinta yang

terluka atau mencintai sampai terluka,

sampai total dan habis. Ibarat lilin yang

dibakar untuk menerangi yang ada di

sekitarnya sampai lilin itu habis terbakar.

Pernahkan kita bersyukur karena adanya

lilin sehingga kita bisa melihat dan

mengerjakan sesuatu karena ia memberi

terang? Begitu pula, pernahkan kita

bersyukur dan berterima kasih kepada

Tuhan Yesus yang telah memberikan

HidupNya untuk kita manusia dan untuk

keselamatan kita? Yang diterima Yesus

tidak lain adalah penolakan dan

penghinaan melalui kedosaan kita. Itu

pula yang terjadi di jaman sewaktu Yesus

hidup. Itulah yang menyakiti Tuhan

Yesus dan melukai HatiNya.

Cinta Yesus kepada manusia

telah membawa diriNya sampai kepada

penderitaan yang luar biasa, bahkan

hingga kematianNya di salib. Walaupun

Yesus yang menderita telah mati di salib,

seorang serdadu masih pula menikam

lambungNya sehingga keluarlah Air dan

Darah. Yesus telah menanggung

penderitaan yang sangat berat sampai

pada kematianNya demi manusia. Bagi

Yesus penderitaan yang dialamiNya

menjadi jalan untuk menyelamatkan dan

menguduskan manusia. Yesus menerima

dan tidak menolak penderitaan serta

semua malapetaka yang menimpa

diriNya. Yesus tetap mencintai manusia

walaupun manusia menolakNya. Dengan

menerima realita penderitaan itu, Yesus

mengajar kepada semua manusia

perlunya membuka hati bagi setiap

penderitaan yang dialami dan

menjadikannya jalan menuju

keselamatan.

Membalas Kasih Tuhan =

Menata Hidup

Kita disadarkan bahwa penyebab

utama kemalangan dan penderitaan

manusia adalah penolakan Cinta Allah.

Masa Prapaska menjadi masa untuk

menata dan membenahi hidup kita

sebagai seorang Katolik. Tuhan Yesus

telah memberikan hidupNya bagi kita dan

menyadarkan kita semua bahwa

sekaranglah saatnya untuk membuka hati

dan membalas Cinta Tuhan yang begitu

melimpah itu. Sangat dibutuhkan dari

setiap pribadi kita untuk membuka hati

kita lebih lebar bagi kehadiran Tuhan di

dalam diri kita. Menyadari dan

mengalami Cinta Tuhan yang begitu

melimpah, membuat diri kita terkagum

dan tidak bisa berbuat lain selain

membuka hati dan menerima Cinta Tuhan

itu. Dengan sadar kita ingin menerima

Cinta Tuhan di dalam setiap peristiwa

hidup kita. Dengan membuka hati dan

menerima Cinta Tuhan itu, kita telah

membalas Cinta Tuhan bagi kita.

Cinta Kasih Tuhan yang

melimpah bagi kita manusia, perlu kita

terima dengan hati terbuka, karena itu

juga untuk keselamatan kita. Membuka

M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 6

edjugorje adalah kota yang

terletak di wilayah Herzegovina

(Bosnia-Herzegovina) sekitar 25

km barat daya dari Mostar dan dekat

dengan perbatasan negara Croatia. Kota

ini merupakan bagian dari kotamadya

Čitluk. Nama Medjugorje secara harfiah

berarti "antara gunung-gunung". Kota ini

berada pada ketinggian 200 m di atas

permukaan laut dan memiliki

iklim Mediterania ringan.

Penduduk kota ini sebagian

berasal dari etnis Croatia (lebih

dari 4.000 jiwa) dan oleh karena

itulah mayoritas penduduk kota

ini beragama Katolik Roma

walaupun berada di wilayah

negara yang mayoritas beragama

Islam.

Medjugorje menjadi terkenal

seperti sekarang ini bermula dari

kejadian, yang menurut

penduduk setempat diklaim

sebagai, fenomena penampakan

Bunda Maria kepada Ivanka

Ivankovic (15 th) dan Mirjana

Dragicevic (16 th) pada tgl. 24

Juni 1981. Penampakan yang

sama terjadi lagi pada tgl. 25 Juni

1981 dan kali ini tidak hanya

kepada Ivanka dan Mirjana saja

akan tetapi juga disaksikan oleh Vicka

Ivankovic (16 th), Ivan Dragicevic (16

th), Marija Pavlovic (16 th) dan Jakov

Colo (10 th). Penampakan ini

memberikan pesan: damai bagi dunia,

pertobatan, doa, dan puasa. Fenomena

penampakan ini diklaim masih

berlangsung sampai hari ini kepada

beberapa anak (yang sekarang tentu

sudah menjadi dewasa dan berkeluarga)

itu. Awalnya fenomena penampakan ini

terjadi di puncak gunung di mana terletak

Salib besar untuk memperingati

Kebangkitan Yesus, akan tetapi setelah

itu fenomena ini terjadi di tempat yang

berbeda, termasuk di gereja St. James dan

di manapun para visioner itu berada.

Fenomena ini sampai th. 2009 ( selama

28 th) tercatat sudah mencapai ke angka

40.000 kali dan kalau fenomena ini masih

terjadi sampai hari ini(seperti yang diakui

oleh penduduk dan orang-orang yang

percaya kepada peristiwa ini) maka boleh

dipastikan sudah melebihi dari 40.000

kali.

Bagaimana sikap Gereja Katolik Roma

dengan fenomena ini?

Yang jelas, Gereja, dari tingkat local

(keuskupan Mostar-Duvno)

sampai tingkat tertinggi

(Vatikan), sejak awal hingga

sampai hari ini, telah dengan

jelas dan konsisten

mengulangi pernyataan ini:

Non constat de

supernaturalitate (kurang

lebih artinya tidak ada

peristiwa supernatural) di

dalam fenomena

penampakan ini. Dengan

pernyataan ini Gereja hendak

menegaskan bahwa Bunda

Maria tidak pernah menampakkan diri di

tempat ini.

Lalu apa yang Gereja izinkan di tempat

ini?

Umat Katolik tetap diberi izin untuk

mengadakan peziarahan dan berdoa di

tempat ini karena tempat ini bisa

memperkaya iman dan di tempat ini juga

orang bisa mengalami pertemuan dan

merasakan kehadiran Tuhan melalui:

antusiasme orang yang datang dari

berbagai pelosok dunia, Ekaristi,

Adorasi, Rosario, dan pelayanan

Sakramen Tobat yang diadakan di

tempat ini. Dengan melihat banyaknya

orang yang menerima Sakramen Tobat di

tempat ini, hal itu dapat membantu

banyak orang untuk memperbaharui

komitmen mereka sebagai seorang murid

Yesus. Gereja juga tetap terbuka bagi

Medjugorje

1) Di depan gereja St. James 2) Patung Salib 3) Medan pendakian ke tempat para Visioner mendapatkan penampakan I & II 4) Foto para Visioner 5) Bersama Guide berdoa Rosario dan berhenti di tempat I para Visioner menerima penampakan

6) Peziarah UKI berfoto di depan penampakan Maria kepada para Visioner II 7) Pemandangan saat malam hari.

M

1.

6. 5.

3. 2.

H A L A M A N 7 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4

adanya diskusi-diskusi mengenai

permasalahan fenomena penampakan dan

jika memang hal itu otentik tentunya

Tuhan sendiri akan menyatakannya. Akan

tetapi Gereja juga menegaskan bahwa

Medjugorje bukanlah sebuah parameter

uji dari kebenaran iman.

Fasilitas yang ada di lokasi peziarahan

Medjugorje

1.Gereja St. James : di tempat inilah

Misa dan Adorasi dipersembahkan,

akan tetapi pada musim summer

(dengan jumlah peziarah yang

berlimpah) maka Misa dan Adorasi

dilakukan di tempat terbuka dengan

altar yang posisinya persis di

belakang altar yang ada di dalam

gereja St. James.

2.Ruang Pengakuan Dosa : berada di

halaman yang mengitari gereja St.

James, dengan jumlah lebih dari 40

tempat pengakuan dosa dengan

berbagai Bahasa (Kroasia, Italia,

Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman,

dllnya). Saya melihat ruangan ini

dipenuhi oleh orang-orang yang

ingin menerima Sakramen Tobat

(anak-anak, muda-mudi, dan orang

tua).

3.Taman meditasi : berada di sebelah

kanan gereja St. James, tempatnya

cukup tenang dan sangat membantu

siapa saja yang ingin bermeditasi

dan berbicara dengan Tuhan secara

pribadi di dalam keheningan.

4.Taman Jalan Salib : tidak begitu luas

dan besar akan tetapi dapat

membantu para peziarah

merenungkan Jalan Salib Yesus.

5.Patung Salib Kristus : di tempat ini ada

sebuah patung Salib Yesus yang

terbuat dari perunggu, akan tetapi

yang menarik dari patung ini: dari

kaki Yesus mengalir setetes air.

Penduduk setempat meyakini ini

sebagai sebuah keajaiban. Saya

sendiri tidak tahu apakah ini sebuah

keajaiban atau bukan, akan tetapi

yang saya lihat ada air yang

mengalir setetes demi setetes. Bagi

saya pribadi bukan air yang

mengalir itu yang penting, akan

tetapi bagaimana orang mengimani

Yesus yang menawarkan

keselamatan dan bagaimana orang

berdoa dengan khusuk di tempat ini.

6.Komplek makam Fr. Slavko Barbaric,

OFM : Imam ini sangat dihormati

oleh penduduk di tempat ini karena

kesalehan hidupnya yang selalu

menekankan doa dan puasa sebagai

bekal untuk melayani umat yang

dipercayakan kepadanya. Beliau

juga menaruh devosi kepada Bunda

Maria sebagai latihan rohani yang

utama baginya. Fr. Slavko juga yang

menjadi pembimbing rohani bagi

para visioner dari Medjugorje. 24

November 2000 (dalam usia 54 th)

Fr. Slavko Barbaric, OFM

meninggal dunia dan dimakamkan

tgl 25 November 2000 di kompleks

pemakaman yang berada dalam

kompleks peziarahan Medjugorje.

7.Pusat Informasi, Chapel, Musium,

dan toko Souvenir : berada di

sebelah kiri bangunan gereja St.

James.

8.Jalan Salib di bukit Crnica: di tempat

inilah ke 6 anak dari Medjugorje,

dipercayai oleh penduduk setempat,

menerima penampakan Bunda

Maria untuk pertama kalinya (24

dan 25 Juni 1981) dan satu lagi

Jalan Salib di bukit Krizevac di

tempat ini sejak 1933 didirikan Salib

sebagai peringatan 1900 Yesus

disalibkan dan sebagai bentuk

penyerahan seluruh penduduk

Medjugorje di dalam perlindungan

dan keselamatan yang berasal dari

Medjugorje

1) Di depan gereja St. James 2) Patung Salib 3) Medan pendakian ke tempat para Visioner mendapatkan penampakan I & II 4) Foto para Visioner 5) Bersama Guide berdoa Rosario dan berhenti di tempat I para Visioner menerima penampakan

6) Peziarah UKI berfoto di depan penampakan Maria kepada para Visioner II 7) Pemandangan saat malam hari.

| Oleh Rm. Aegidius Warsito SCJ |

Bersambung ke halaman 11,

7.

4.

H A L A M A N 8 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4

hati dan menerima Cinta Tuhan, berarti

kita telah membalas Cinta Tuhan melalui

pemberian diri kita. Oleh sebab itulah

mulai dari saat ini kita harus selalu

menyadari kebaikan Tuhan. Dengan

menyadari kebaikan Tuhan, kita diajak

untuk menata diri kita dan memperbaiki

hidup. Mengasihi Tuhan dan membalas

CintaNya menjadi sangat nyata di dalam

kehidupan kita setiap hari. Melalui setiap

tindakan, sekecil apapun, kita

melakukanNya untuk Tuhan.

Kita juga ingin bersatu dengan

Yesus yang menderita dan menyatukan

semua penderitaan kita dengan

penderitaanNya. Dalam realita kehidupan

harian kita, kita selalu ingin menghindari

penderitaan dan kemalangan yang terjadi

di dalam hidup kita. Sekaranglah saatnya

kita memaknai setiap penderitaan yang

terjadi di dalam diri kita dalam rangka

membalas Cinta Tuhan kepada kita.

Dengan memandang Misteri Cinta Tuhan

di dalam pribadi Yesus yang menderita,

kita juga diingatkan untuk melalukan

segala sesuatu dengan ketulusan hati dan

untuk membalas CintaNya. Melalui

segala sesuatu yang kita lakukan, bahkan

jika harus berakibat penderitaan,

semuanya itu kita lakukan bagi Tuhan.

Inilah saatnya kita menerima

dan membalas Cinta Tuhan dengan hati

yang terbuka dikala banyak orang

menolak Cinta KasihNya. Melalui diri

kita masing-masing yang membuka hati

bagi Tuhan. Dengan membalas Cinta

Tuhan itu, kita telah ikut serta dalam

gerak keselamatan dan ikut mengubah

wajah dunia menjadi lebih cerah. Masa

Prapaskah mempersiapkan kita untuk

merayakan Paskah. Oleh sebab itulah,

setiap pribadi diundang untuk

mewujudkan di dalam dirinya Cinta Allah

yang selalu tercurah itu melalui hal-hal

sederhana yang kita lakukan setiap hari.

Inilah saatnya kita ingin keluar

dari situasi kedosaan kita dan masuk ke

dalam jalur keselamatan. Dengan

menyambut Cinta Tuhan, kita sedang

mengubah wajah dunia dari ‘budaya

kematian’ menjadi Budaya Kehidupan di

dalam Tuhan. Marilah kita sambut Cinta

Tuhan dengan penuh sukacita, walaupun

terkadang kita pun harus ikut menderita.

Kita perlu bersiap untuk mencintai

hingga terluka.□

Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ

aat saya menjadi pamong UKI yang hanya beberapa saat,

saya mengenal mereka sebagai PENGURUS. Ya pengurus

UKI. Kata “PENGURUS” sendiri bisa “diothak-

athik” (suku

katanya direka

reka), dan mudah

mudahan

“gathuk” (dibuat

kesimpulan yang

pas). Kata

“pengurus” bisa

dipenggal menjadi; “peng-urus”.

Tentu, pemenggalan ini sangat

tidak ilmiah. Apalagi memenuhi

standar tata Bahasa EYD (Ejaan

Yang Disempurnakan). Dan saya

ingin mengartikannya: peng-

(berasal dari kata peng-pengan

yang artinya semangat luar biasa

untuk sesuatu) dan urus (kata dasar

dari mengurus-i). Sehingga

PENGURUS berarti semangat luar

biasa untuk mengurusi sesuatu.

Jika kata PENGURUS di gabung dengan kata UKI, dan

menjadi PENGURUS UKI, maka artinya sosok yang memiliki

totalitas, kerja keras dan semangat yang luar biasa untuk

mengkoordinir, menganimasi, dan menyemangati segala hal

yang berkaitan dengan dinamika kehidupan UKI. Dari urusan

makan sampai ke makam, dari soal sampah sampai ziarah, dan

banyak lagi yang tak perlu disebutkan di sini. Singkatnya:

jempol empat terangkat alias thumbs up.

Kembali ke Christine dan Albert. Rasanya tidak

berlebihan bila penjelasan singkat di atas disematkan pada

pundak mereka yang baru saja “wisuda” kelengserannya.

Sebagai bentuk rasa bangga,

haru dan bahagia namun tak

perlu meneteskan air mata.

Tentu, ucapan syukur dan

terima kasih, atas pengorbanan

tak terukur dan kasih yang telah

mereka curahkan seiring waktu

yang terus berjalan.

Dan sekarang, makna

kata itu disematkan di pundak

Damianus Indyarta.

Keyakinanpun bulat dan penuh. Tuhan telah memulai dan Dia

pula yang akan menyelesaikannya. UKI akan tumbuh menjadi

komunitas yang berkembang dalam iman, persaudaraan, dan

pelayanan. Berakar dalam Gereja setempat dan berasa pada

budaya asalnya: Indonesia.

Christine, Albert dan Indy, selamat dan profisiat atas

persembahan diri kalian untuk komunitas ini. Berkat Tuhan

melimpah untuk kalian.□ [Rm. Antonius Purwono SCJ]

Christine Budihardjo & Albert Tee 2012 - 2015

S

Sambungan dari halaman 5,

26 Mei 2012, foto dari kiri ke kanan, Rm. Aegidius Warsito SCJ, Rudy SB Har-tono, Albert Tee, Christine Budihardjo pada acara serah terima jabatan dari

Koordinator UKI Rudy SB Hartono kepada Christine dan Albert.

H A L A M A N 9 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4

Bersambung ke halaman 9,

March 03, 2015

Dear Members of the UKI Community,

Thank you very

much for your expression

of sympathy on the occa-

sion of the death of Father

George with the beautiful

bouquet of flowers, the

Mass Cards and the finan-

cial donation to help us

with the expenses of the

funeral. When we celebrate

your intention at the Eu-

charist we will remember

not only Father George but

we will also offer the Mass for the intentions of all the mem-

bers of the UKI and for those you hold in your hearts. As

you know, Father George does not need our prayers any

longer. The good news is – we can now pray to him!

As you know, Father George was quite elderly, 94

years old in fact, had been a member of our community for

over 72 years and a priest for 67 years yet very very alert in

mind but diminishing in body. His death is still quite a shock

and leaves a tremendous sense of loss for us. Yet, we know

the time is right. Father George had a good death surround-

ed by the love and care of all of us. He was such a wonder-

ful man, a true inspiration of growing old as a priest and

religious. His death will leave a hole not only in the life of

our community but also in our hearts.

We receive your expression of sympathy

as a sign of your caring friendship with us, the Priests of the

Sacred Heart.

We count on your prayerful support as you can on

ours.

In the Heart of Christ,

(Fr.) Peter McKenna, SCJ

for all of the Priests of the Sacred Heart

58 HIGH PARK BOULEVARD,

TORONTO, ONTARIO, M6R 1M8

TEL 416-531-1454

[email protected]

WWW.SCJCANADA.ORG

Hadiah Prapaska (sebuah cerita bersambung)

| Rm. Antonius Purwono SCJ |

Enam hari lagi adalah Rabu Abu. Awal masa prapaska.

Aku ingin membuat sesuatu yang spesial. Sebuah komitmen. Se-

buah janji yang seperti tahun-tahun lalu, selalu kuingkari. Kuka-

takan special, karena aku ingin menuliskan janji-janji itu. Dalam

komputer ini. Dan dalam hati yang sering ingkar ini. Sehingga itu

semua akan membekas. Meninggalkan jejak yang mampu

menertawakan diri sendiri. Dan aku ingin menyebutnya “Hadiah

Prapaska”. Tanpa tahu mengapa. Yang kutahu adalah, sore itu aku

tidak lagi merasa sedih.

Mentari bersinar sangat cerah. Namun sengatan sinarnya

tidak pernah mampu mengusir suhu dingin yang beberapa minggu

terakhir ini sangat akut. Tak ada cara lain yang lebih nyaman,

kecuali mendandani diri seperti robot yang mau berangkat ke luar

angkasa. Seperti toko pakaian berjalan, karena memakai tidak

hanya satu lembar pakaian, melainkan berlapis-lapis. Dan pagi

itu, kami hendak ke Toronto. Ke Gereja St. Thomas More. Berem-

pat dalam satu mobil. Romo Bill yang nyopir. Romo Gustave di

sampingnya. Aku bersama Rm Jose di bangku belakang. Cukup

nyaman tidak berdesak-desakan.

Berangkatlah kami meninggalkan Ottawa. Sepanjang

jalan kami menikmati paduan warna alam dominan. Putih bumi

dan biru langit. Kami melewati hamparan pertanian tanpa tanam-

an. Hanya putih salju membentang menutupi seluruh areanya.

Sesekali melewati aneka pepohonan seperti mati. Kering

membeku. Sesekali melihat kepulan asap membubung dari atap-

atap rumah, pertanda bahwa suhu di luar masih sangat dingin, dan

itu keluar dari pemanas yang dipasang di rumah-rumah. Kepul-

annya menghiasi dan seakan menari di langit biru. Di sepanjang

Highway 401 terlihat lalu lalang kendaraan dengan kecepatan

tinggi. Seakan-akan mau berkata, “aku sedang sibuk, dan ingin

cepat-cepat sampai menyelesaikan kesibukanku”. Masing-masing

seakan berjalan mengikuti ritme alam pagi itu. Semua seakan

mengisyaratkan sebuah misteri kehidupan, yang dengan cara ma-

sing-masing mencoba merayakan. Dan kamipun terus melaju un-

tuk merayakan misteri kehidupan itu.

Sepanjang jalan kami lebih banyak diam. Sesekali aku

menoleh ke kiri, dan mendapati Rm Jose tidur pulas. Sementara di

depanku, Rm Gustave dengan kacamata hitamnya sulit di tebak.

tidur atau terjaga. Aku juga tak mau mengganggu konsentrasi Rm.

Bill saat nyopir dengan mengajaknya ngobrol. Maka, aku memilih

diam. Dan anganku melayang. Mengenang saat saat awal aku ber-

ada di Canada ini.

Rm George Coppens, itulah namanya. Pertama kali aku

menginjakkan kaki di Pearson Airport, Toronto, aku tidak

melihatnya berada di antara para penjemput. Bahkan ketika

PRIESTS OF THE SACRED HEART LES PRÊTRES DU SACRÉ COEUR

M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 1 0

akhirnya aku sampai di rumah dimana

aku akan tinggal, 58 High Park Blvd, aku

tidak melihatnya. Paginya baru kutahu. Ia

sudah tua. Jalannya memakai tongkat.

Penampilannya selalu klimis meskipun

aroma pakaiannya tak seklimis rambut-

nya. Suaranya agak “ngebas” dan

“serak”, namun tidak basah. Seraknya

kering seiring usianya, yang ternyata su-

dah 92 tahun. Dan aku mulai maklum,

mengapa dia tidak berada di antara para

penjemput, saat aku tiba. Kondisi fisiknya

tidak memungkinkan. Sampai detik ini,

pengetahuanku adalah; aku akan hidup

bersama dengan dia. Tentu juga bersama

dengan konfrater lain. Konfrater? Ya.

Konfrater sebuah sebutan untuk meng-

identifikasi cara hidup kami yang unik.

Tinggal bersama dalam sebuah

komunitas itu unik. Tak seorangpun dari

kami yang hidup di sebuah komunitas

didasarkan kemauan sendiri, memilih

teman komunitas sendiri, menentukan

tempat sendiri. Tidak. Ketaatanlah yang

mempertemukan kami. Untuk hidup da-

lam persaudaraan iman, harapan dan

kasih. Konfraternitas lalu bukan hanya

menjadi sarana untuk mencapai cita-cita

tertentu, melainkan juga tujuan.

Konsekwensi logisnya, tidak akan

dibenarkan siapapun dalam komunitas

abai dan lalai terhadap kehidupan bersa-

ma itu sendiri. Masing-masing harus sa-

ling mendukung dan menumbuh-

kembangkan. Saling menaruh kasih dan

pengampunan. Bersikap rendah hati dan

saling melayani. Merdu sekali kedengar-

annya, meski prakteknya tak semerdu itu.

Namun, kemerduan itu tetaplah menjadi

darah daging perjuangan. Sampai kapan-

pun. Rm. George telah membuktikan itu.

Setelah menempuh perjalanan

selama 4,5 jam. Sampailah kami di To-

ronto. Kami langsung menuju ke Gereja

Thomas More. Jam 3.30 kami masuk

Gereja. Kulihat beberapa orang sudah

duduk di bangku baris ketiga dan keem-

pat. Aku berjalan menuju pintu depan. Di

dekat pintu terdapat meja. Di atasnya ada

buku tamu yang sudah terbuka. Kulihat

beberapa nama tertulis di buku itu. Di

samping kiri terdapat tumpukan kartu.

Kuambil satu. Kulihat foto Rm. George

memakai kasula warna merah. Di bawah

foto tersebut terdapat tulisan:

P. Joseph George Coppens SCJ

Lahir: 29-08-1920

Kaul Pertama: 08-09-1942

Tahbisan imam: 20-07-1947

Wafat: 14-02-2015

Ia telah meninggal dunia. Itulah

misteri kehidupan yang hendak kami

rayakan. Mobil jenazah akhirnya datang

dari Funeral Home. Kami menyambut-

nya. Kulihat Rm. Peter menangis. Aku

ingin seperti dia, menangis. Tapi entah

mengapa aku tidak bisa. Justru di bilik

hati yang terdalam, aku merasa bahagia.

Bukan atas kematiannya, tapi atas kesem-

patan “menyentuh” seluruh sisi ke-

hidupannya. Hidup dan matinya.

Peti jenazah kami bawa ke depan altar

dan disemayamkan di sana. Petugas

membuka peti tersebut. Di dalamnya Rm

George terbujur kaku dan dingin.

Dan aku melihat, bukan warna

kematian yang terpancar dari tubuhnya

yang telah mati. Ada warna lain. Ya,

warna lain. Warna itu memancar dari

kaca patri warna warni yang di pasang di

atap Gereja. Sinar matahari sore itu me-

nerobosnya. Lalu sinar itu berpendar se-

perti pelangi tepat mengenai peti jenazah

yang terbuka. Sehingga peti itu bersinar

cerah. Jenazah Rm. George bernyala

pelangi. Yah, alam memang sangat lihai

meramu kehidupan menjadi sebuah mis-

teri. Aku kembali mengamati tubuh Rm.

George, ada banyak hal terbaca di

wajahnya; kematian yang damai dan

ikhlas. Persembahan diri yang total dan

tuntas. Lebih dari itu, aku melihat pelangi

indah di hidupnya. Pelangi yang tak ha-

nya muncul sehabis hujan. Tapi pelangi

abadi. Dan kami merayakan kehidupan-

nya; dalam doa dan misa. Bagi arwahnya.

Sore itu aku kembali pulang ke

Ottawa. Sepanjang jalan, aku ingat janji-

janji yang kubuat. Dan aku telah meneri-

ma hadiah prapaska; tertawa geli terhadap

diri sendiri. Bahwa selama masa prapaska

tidak cukup hanya berjanji, tidak akan itu

dan ini. Tapi ada hadiah yang jauh lebih

berharga. Rm. George telah pergi. Tidak

untuk meninggalkan kami. Justru makin

dekat dengan kami. Menjadi pendoa yang

sejati. Dan cara hidupnya yang terus

menginspirasi, dalam kekonyolan,

kesederhanaan, ketekunan dan kesetiaan.

Sebuah nilai hidup yang tak pernah habis

digali. Dan hadiah itu akan kubuka satu

persatu. Di kemudian hari.

….bersambung….

Sambungan dari halaman 8,

H A L A M A N 1 1

Yesus Kristus. Kedua bukit ini tidak berada dalam

kompleks gereja St. James, maka untuk menuju ke lokasi

ini harus menaiki kendaraan: taksi atau bus (akan tetapi bus

tidak bisa sampai di lokasi jadi harus ganti dengan

kendaraan kecil). Perjalanan dari gereja St. James ke bukit

Crnica kurang lebih memakan waktu 30 menit lalu di

sambung lagi dengan kendaraan kecil kurang lebih 10

menit. Bagi yang ingin melanjutkan ke bukit Krizevac dari

perhentian bus masih harus naik kendaraan kecil kurang

lebih 30 menit. Kondisi jalan salibnya sendiri cukup

menantang karena peziarah harus mendaki sebuah bukit

yang penuh dengan batu karang sehingga salah melangkah

bisa berbahaya.

Apa yang dilakukan oleh rombongan UKI di tempat ini:

Pada hari pertama rombongan diberi kebebasan untuk

mengadakan acara sendiri karena kita sampai di tempat ini jam

5.30 pm. Pada hari berikutnya rombongan diberi kesempatan

untuk mengadakan Misa di kapel yang kemudian dilanjutkan

dengan tour di kompleks peziarahan ini yang dipotong dengan

waktu lunch bebas sebelum melanjutkan perjalanan dan

mengadakan Doa Rosario di Apparitions Hill di Crnica. Suatu

pengalaman Jalan Salib yang sulit karena lokasi yang mendaki

dan berbatu karang tanpa perlindungan apa-apa, sehingga harus

ekstra hati-hati. Jam 8 pm rombongan mengikuti Adorasi yang

cukup indah dan menyentuh di gereja St. James.

Pada hari ketiga rombongan UKI diberi kesempatan untuk

mengadakan Jalan Salib di kompleks peziarahan dan ditutup

dengan Misa di kapel.

Kesan Pribadi:

Walau tempat ini belum mendapat pengakuan dari Vatikan,

tempat ini bisa membantu orang untuk menemukan dan

menumbuhkan imannya dengan pelayanan yang diberikan di

lokasi peziarahan ini, seperti kalau kita pergi ke Sendangsono

atau tempat peziarahan yang lainnya. Yang penting bukan

mukjijat atau hal-hal ajaib yang hendak kita kejar di tempat-

tempat semacam ini, akan tetapi melalui peziarahan semacam ini

kita menyediakan waktu secara khusus untuk lebih mendekatkan

diri kepada Tuhan dengan berdoa, meditasi, merayakan Ekaristi,

Adorasi, menerima Sakramen Tobat. Saya percaya kalau hal ini

kita lakukan maka “mukjizat” akan terjadi di dalam diri kita,

akan tetapi hal ini terjadi bukan karena tempatnya yang

menyebabkan “mukjizat” itu terjadi akan tetapi iman kita akan

Tuhan lah yang menyebabkannya.□

Sambungan dari halaman 7,

Misa di belakang gereja St. James

untuk peziarah

dalam jumlah

Di depan makam Fr. Slavko Barbaric, OFM

Suasana pengakuan dosa

WARGA UKI DAN INDONESIA HUBUNGI GREG ATAU SONELA HOXA

TELEPHONE # 905-695-1745