cuci tangan setuju
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
1/17
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berikut adalah kerangka konsep untuk tingkat pengetahuan perawat RSU Siti Hajar
dalam mencegah infeksi nosokomial:
Grafik 3.1 Kerangka konsep tingkat pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar
dalam mencegah infeksi nosokomial
Pengetahuan Perawat RSU Siti
Hajar
i. Definisi infeksi
ii. Gejala dan tanda infeksi
iii.
Definisi infeksi
nosokomial
iv.
MDROs
v.
Elemen Rantai Infeksi Pencegahan
infeksi
nosokomial
Sikap Perawat RSU Siti Hajar
i.
Kontrol reservoir / host
ii.
Kontrol portal keluar
iii.
Kontrol transmisiiv.
Kontrol portal masuk
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
2/17
3.2 Definisi Operasional
Variabel dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti
berikut:
Tabel 3.1
Variabel, definisi operasional, alat ukur, cara ukur dan skala ukur tingkat
pengetahuan dan sikap perawat RSU Siti Hajar dalam mencegah infeksi
nosokomial
Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Cara ukur Skala ukur
Tingkat
pengetahuan
Pengetahuan
perawat
Kuesioner Angket Ordinal
Sikap Tanggapan dan
kepercayaan
Perawat
Kuesioner Angket Ordinal
Kuesioner ini mengandungi 5 soal untuk pengetahuan dasar tentang infeksi. Alat
ukur untuk pengetahuan adalah kuesioner yang dinilai dengan menggunakan jumlahskor. Responden yang menjawab dengan :
1.
Jawapan benar diberi skor 2
2. Jawapan salah diberi skor 0
Total score untuk soal pengetahuan ialah 10.
Menurut Pratomo (1986) dikategorikan pengetahuan atas baik, sedang, dan
buruk dengan definisi sebagai berikut:
1. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu
apabila responden mendapat skor 8 – 10.
2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu apabila responden mendapat skor 4 – 7.
3.
Buruk, apabila skor jawaban responden
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
3/17
Manakala, 12 soal sikap mengawal elemen rantai infeksi di uji dalam
kuesioner ini. Penskoran skala penilaian berjenjang dari skor tertinggi sampai
dengan terendah. Jenjang skor untuk skala sikap tertinggi 3 dan terendah 1. Skor
sikap diberikan nilai berdasarkan soalan.
Soalan dari no 1, 2, 3, 4, 7, dan 9 diberikan skor:
1.
3 jika responden menjawab setuju
2. 2 jika responden menjawab ragu – ragu.
3. 1 responden menjawab jika tidak setuju.
Akan tetapi, soal no. 5, 6, 8, 10, 11, dan 12 diberikan skor:
1.
3 jika responden menjawab tidak setuju
2.
2 jika responden menjawab ragu – ragu.
3. 1 jika responden menjawab setuju.
Total score untuk soal sikap ialah berjumlah 36.
Menurut Pratomo (1986) dikategorikan sikap atas baik, sedang, dan buruk
dengan definisi sebagai berikut:
4.
Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu
apabila responden mendapat skor 27 – 36.
5.
Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
yaitu apabila responden mendapat skor 14 – 26.
6. Buruk, apabila skor jawaban responden
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
4/17
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni berupa tinjauan pengetahuan
dan sikap perawat Rumah Sakit Umum Siti Hajar pada tahun 2011 tentangpencegahan infeksi nosokomial. Desain penelitian ini adalah secara cross sectional
study dimana data dikumpul pada satu waktu tertentu.
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011 sehingga November 2011.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Siti Hajar. Tempat penelitian ini
dipilih karena belum terdapat penelitian tentang infeksi nosokomial serta perawat
lebih banyak terdedah dengan pasien samada rawat inap atau rawat jalan.
4.3.Populasi Penelitian
Populasi terjangkau (accessible population, source population) pada penelitian ini
adalah semua perawat Rumah Sakit Umum Siti Hajar yang berjumlah 25 orang.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
5/17
4.4.Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
4.4.1 Sampel Penelitian
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Umum
Siti Hajar.
4.4.2 Cara Pemilihan Sampel
Cara Pemilihan Sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan totalsampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 25 orang.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
4.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang
telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian yang akan disebarkan pada responden
yang memenuhi kriteria inklusi.
4.5.2 Uji Validitas dan Realibilitas
Pertanyaan yang dimuatkan dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh instrument atau kuesioner tersebut. Uji validitas dalam penelitian
ini menggunakan content validity. Content validity ini telah ditandatangani oleh Dr
Sofyan Lubis (NIP: 130279482).
4.6 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari setiap responden akan dianalisis melalui beberapa tahapan.
Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun
data responden serta memastikan bahawa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.
Tahap kedua ialah proses coding yaitu member kode atau angka tertentu pada
kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
6/17
ketiga adalah entry data yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program
computer dengan menggunakan program SPSS 17.0. Tahap keempat adalah
cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui
adanya kesalahan atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
7/17
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Siti Hajar, yang terletak di Jl
Jamin Ginting, Medan. Rumah Sakit ini diresmikan pada tanggal 20 Juli 1986 untuk
memberikan pelayanan medis serta menyediakan fasilitas dan sarana kesehatan
yang lengkap dengan izin Dinas Kesehatan no. 440/9893/PK/RS/1993. Fasilitas
yang disediakan antara lain, ruang perawatan, pelayanan rumah sakit, serta fasilitas
diagnosis khusus dan pelayanan jamsostek.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian adalah perawat yang berkerja di Rumah Sakit
Umum Siti Hajar, Medan yaitu sebanyak 25 orang. Penelitian yang bersifat
deskriptif ini dilakukan dengan cara mengambil data melalui kuesioner yang
diedarkan kepada perawat pada bulan Juni, 2011. Berikut merupakan distribusi
responden mengikut jenis kelamin dan umur.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
8/17
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, 2011.
Berdasarkan tabel 5.1 didapati jumlah responden laki-laki sebanyak 3 orang (12%)
manakala responden perempuan sebanyak 22 orang (88%) .
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Perawat Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, 2011.
Usia (tahun) N (%)
20 – 24 9 36
25 – 30 6 24
30 – 34 6 24
35 – 39 2 8
40 – 44 1 445 – 49 1 4
Manakala berdasarkan tabel 2 usia didapati yang paling banyak adalah yang
berusia rentang 20 – 24 tahun yaitu sebanyak 9 orang (36,0%) di ikuti dengan
rentang usia 25 – 30 tahun dan 30 – 34 tahun sejumlah 6 orang (24,0%), usia 35- 39
tahun seramai 2 orang (8,0%) dan yang paling sedikit adalah dalam rentang usia 40
-44 tahun dan 45 – 49 tahun yaitu sebanyak seorang (4,0%).
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
9/17
5.2
Tingkat Pengetahuan Infeksi Nosokomial
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan
mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan ini disertai dengan
kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu (Purwanto,
1999). Berikut merupakan hasil tingkat pengetahuan perawat:
Tabel 5.3Nilai Pengetahuan Perawat dalam Infeksi Nosokomial
Nilai pengetahuan n (%)
Baik 22 88
Sedang 3 12
Buruk 0 0
Total: 25 100
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, lebih separuh atau setengah
responden yaitu perawat di Rumah Sakit Umum Siti Hajar mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik yaitu sebesar 88%. Ini segaris dengan rekomendasi oleh
Centre of Disease Control yang mengesyorkan bahwa semua ahli medis seperti
perawat mempunyai ilmu dasar yang baik tentang pencegahan infeksi.
Penilaian pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan
dengan pilihan jawaban.
Dalam penelitian ini, pengetahuan yang akan dikaji adalah informasi tentang
pengetahuan dasar perawat mengenai infeksi yaitu definisi, tanda dan gejala terkena
infeksi, mikroba yang resistan terhadap pelbagai antimikroba serta elemen-elemen
yang terdapat dalam rantai infeksi.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
10/17
Tabel 5.4
Pengetahuan dasar perawat tentang infeksi
PENGETAHUAN BENAR SALAH
n f n f
1. Definisi infeksi 25 100 0 0
2. Gejala infeksi 25 100 0 0
3.
Definisi infeksi nosokomial 25 100 0 0
Berdasarkan tabel di atas, pengetahuan dasar pengetahuan perawat tentang definisi
serta gejala infeksi diketahui dengan baik dan benar. Ini bersesuaian karena
pengetahuan asas sangat penting sebelum melakukan sesuatu.
Tabel 5.5
Pengetahuan tentang Multiple Drug-Resistant Organisms (MDRO)
Jenis – jenis Multiple Drug-Resistant Organisms n %
1.
Methicillin-resistant Staphylococcus Aureus
(MRSA)
5 20
2. Vancomycin-resistant Enterococcus (VRE) 4 16
3. Erythromycin-resistant Streptococcus Aureus
(ERSA)
0 0
4.
MRSA dan VRE 15 60
5.
MRSA, VRE dan ERSA 1 4
Total 25 100
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
11/17
Berdasarkan tabel 5.5, seramai 15 orang responden tahu pelbagai tipe
mikroba yang telah resistan terhadap bakteri. Menurut Moinuddin (2005), langkah
pertama dalam mencegah dan kontrol MDRO adalah mengetahui bakteri yang telah
resisten terhadap pelbagai antibiotik. Menurut teori Sorrentino & Greek, tipe – tipe
MDRO yang paling biasa terdapat di rumah sakit adalah MRSA dan VRE. Ternyata
masih ramai lagi perawat yang mempunyai pengetahuan tidak lengkap tentang
MDROs. Berdasarkan penelitian tentang persepsi perawat terhadap MRSA,
sebanyak 60% responden percaya bahwa MRSA tidak dapat dikontrol dan mereka
tidak terlalu prihatin dalam manejemen bakteri tersebut ( Lines L, 2006).
Tabel 5.6
Pengetahuan tentang Elemen dalam Rantai Infeksi
Elemen-elemen Rantai infeksi n %
1.
Reservoir dan portal exit 0 0
2. Reservoir, portal exit dan transmisi 2 8
3. Portal exit, transmisi dan portal entri 0 0
4.
Transmisi, portal entri, host, reservoir 6 245. Reservoir, portal exit, transmisi, portal entri dan host 17 68
Total 25 100
Pengetahuan responden yang di uji dalam soal terakhir adalah tentang
elemen dalam rantai infeksi dan seramai 8 orang (32%) tidak tahu dengan jelas
keseluruhan elemen dalam rantai infeksi dan seramai 17 orang (68%) tahu semua
elemen rantai infeksi.
Untuk elemen rantai infeksi, sebanyak 68% daripada keseluruhan perawat
mengetahui kesemua elemen dalam rantai infeksi. Menurut Lisa A. Morici (2009),
yang dikutip dari Infection Control Today, kesemua elemen dalam rantai infeksi ini
bisa ‘hidup dengan sempurna’ disebabkan oleh Healthcare-acquired Infections
(HAI), melainkan kesemua pekerja atau tenaga medis tahu dan faham dengan benar
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
12/17
implementasi praktis kebersihan yang baik untuk membantu mencegah transmisi
bakteri dan virus yang tidak sengaja.
5.3 Nilai Sikap Perawat dalam pencegahan Infeksi Nosokomial.
Penilaian sikap perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala likert, dengan pilihan
jawaban setuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Hasilnya akan dibagi tiga kategori
tingkatan sikap yaitu: baik, sedang dan buruk. Hasil penelitian tentang penilaian
sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.7
Hasil Sikap Perawat dalam Mencegah Infeksi Nosokomial
Berdasarkan tabel 5.7, keseluruhan perawat yaitu 100% mempunyai sikap yang baik
dalam mencegah infeksi nosokomial. Sikap baik atau positif ini perlu dikembangkan
karena ia berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui
pengamatan dan penilaian model peran sikap perawat yang baik, sehingga sikap
positif yang diterapkan akan memberi manfaat untuk pasien. Sikap ini dinilai
dengan menjawab tentang soalan-soalan yang terdapat dalam elemen rantai infeksi.
Untuk memastikan pencegahan infeksi nosokomial, salah satu elemen dalam rantai
infeksi harus di putuskan atau sebolehnya, di kontrol kesemua elemen tersebut.
Berikut merupakan hasil pertanyaan tentang elemen rantai infeksi:
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
13/17
Tabel 5.8
Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi I (Kontrol Host)
Soal Setuju Ragu-
ragu
Tidak
setuju
n % n % n %Kontrol reservoir/host
1.
Mencuci tangan dengan sabun 25 100 0 0 0 0
2.
Alatan tajam dibuang di wadah anti bocor 25 100 0 0 0 0
3. Buang sampah medis di wadah kuning 25 100 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 5.8, sikap perawat dalam mengontrol reservoir/ host adalah baik.
Ini bersesuaian dengan tanggapan Sorrentino & Gerek (2006) yang memerlukan
perawat tahu dan mahir dalam mengawal reservoir organisme patogen.
Tabel 5.9
Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi II (Kontrol Portal Keluar)
Soal Setuju Ragu-
ragu
Tidak
setuju
n % n % n %
Kontrol portal keluar
1.
Guna sarung tangan apabila kontak
dengan pasien
25 100 0 0 0 0
2. Bisa kontak langsung dengan pasien
ketika demam ringan
3 12 0 0 22 88
3. Masker dipasang ketika kontak denganpasien ISPA
25 100 0 0 0 0
Berdasarkan hasil yang dapat pada kontrol portal keluar, terdapat 3 orang perawatyang masih kurang jelas dengan situasi apabila seseorang perawat sakit tapi masih
bisa berkerja. Dalam mengawal portal keluar, perawat harus mencegah untuk kontak
langsung dengan pasien dengan cara mencuci tangan dengan benar, mengisolasi
pasien yang dikhuatiri infeksius kepada pasien lain serta tidak bekerja pada saat
sakit teruk. Jika perawat demam ringan dan bisa berkerja, perawat harus memakai
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
14/17
masker supaya tidak kontak langsung dengan pasien. Ini karena, dikhuatiri pasien
yang rentan bisa terinfeksi akibat kewalahan perawat tersebut.
Tabel 5.10
Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi III (Kontrol Transmisi)
Soal Setuju Ragu-
ragu
Tidak
setuju
n % n % n %
Kontrol transmisi
1.
Tehnik asepsis ialah tehnik cuci tangan yangbenar
24 96 0 0 1 4
2. Linen kotor yang diangkat bisa terkenalangsung pada seragam
1 4 0 0 24 96
Dalam pencegahan kontrol transmisi, masih ada lagi perawat yang kurang tahu
tentang tehnik asepsis dalam mencuci tangan serta pernyataan bahwa kain linen
yang kotor tidak bisa kontak langsung dengan seragam perawat. Menurut
Sorrentino & Gerek (2006) dalam penilaian untuk kontrol transmisi, seorangperawat harus tahu tehnik mencuci tangan yang benar serta tahu mengontrol
kotoran/debu dalam satu ruang dengan menghindar kontak langsung benda kotor ke
seragam perawat.
Tabel 5.11
Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi IV (Kontrol Portal Masuk)
Soal Setuju Ragu-
ragu
Tidak
setuju
n % n % n %Kontrol portal masuk
1. Pembersihan luka dimulai dari dalam ke luar 25 100 0 0 0 0
2.
Jarum suntik ditempatkan dalam bak steril 20 80 0 0 5 20
3. Tindakan invasif bisa menggunakan alat
tidak steril
4 16 0 0 21 82
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
15/17
Pada hasil penelitian dalam sub kontrol portal masuk, sterdapat sebilangan
responden yang keliru dengan tindakan invasif yang menggunakan alat tak steril.
Sebanyak 16% responden menjawab bisa melakukan tindakan invasif dengan
menggunakan alatan tidak steril. Ini merupakan sikap yang harus dihindari oleh
perawat atau tenaga medis yang lain karena tindakan sebegini menurut Mirza
(2011), kebanyakan penularan portal masuk berlaku akibat tindakan invasif seperti
intubasi endotrakeal dan pemasangan keteter urin.
Tabel 5.12
Hasil Sikap dalam Pencegahan Rantai Infeksi V (Kontrol Penjamu Rentan)
Soal Setuju Ragu-
ragu
Tidak
setuju
n % n % n %
Kontrol penjamu rentan1.
Proteksi diri tidak diperlukan sewaktu
masuk ke ruang isolasi dalam waktu
singkat
2 8 0 0 23 92
Untuk hasil penelitian pada sub kontrol penjamu rentan, terdapat sedikit responden
yang keliru dengan tindakan memakai proteksi diri sewaktu masuk ke ruang isolasi.
Menurut Sorrentino & Greek (2006), CDC telah menetapkan pemakaian proteksi
diri sewaktu masuk ke ruang isolasi di dalam Standard Precaution. Ini adalah untuk
mengurangkan angka risiko menyebarnya patogen terhadap penjamu yang rentan.
Walaupun tenaga medis masuk ke ruang isolasi dalam waktu yang singkat, Standard
Precaution harus tetap di turuti.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
16/17
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARANAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sepanjang bulan Juli 2011 di
Rumah Sakit Umum (RSU) Siti Hajar, Medan tentang tingkat pengetahuan dansikap perawat dalam mencegah infeksi nosokomial,dapat ditarik kesimpulan
berikut:
1. Keseluruhan perawat mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dengan
persentase 88% yaitu seramai 22 orang, manakala selebihnya yaitu 3 orang
mempunyai tingkat pengetahuan sedang (12%).
2. Seramai 25 orang perawat atau keseluruhan perawat (100%) tahu tentang
pengetahuan dasar infeksi.
3.
Mayoritas perawat tahu MRSA dan VRE merupakan bakteri yang resisten
terhadap pelbagai antibiotik (MDRO) yaitu dengan persentase sebanyak
60%. Seramai 5 orang (20%) perawat hanya mengenali MRSA sahaja dan
seramai 4 orang (16%) perawat hanya mengetahui VRE sahaja. Terdapat
satu orang perawat (4%) yang menganggap Erythromycin-resistant
Streptococcus Aureus merupakan bakteri resisten terhadap antibiotik.
4. Mayoritas perawat mengetahui kesemua elemen – elemen dalam rantai
infeksi yaitu sebesar 68% (17 orang). Sebanyak 6 orang (24%) berpendapat
bahwa terdapat 4 elemen dalam rantai infeksi manakala sebanyak 2 orang
(8%) berpendapat hanya terdapat 2 elemen sahaja dalam rantai infeksi.
5.
Seramai 25 orang perawat yaitu keseluruhan perawat RSU Siti Hajar
mempunyai nilai sikap yang baik dengan persentase 100%. Walaupun
begitu, ternyata msih ada lagi perawat yang mempunyai nilai sikap buruk.
Universitas Sumatera Utara
-
8/19/2019 Cuci Tangan Setuju
17/17
Seramai 20% perawat menganggap jarum suntik tidak perlu disterilkan dan
sebanyak 16% menganggap tindakan invasif bisa menggunakan alatan yang
tidak steril.
6.2 Saran
6.2.1 Praktek keperawatan
Dalam pelayanan keperawatan, perawat harus aktif dan berinisiatif mendapatkan
maklumat atau info terbaru tentang pencegahan infeksi. Selain itu, perawat harus
standar pengetahuan mereka mengikut guideline yang direkomendasi oleh CDC
khususnya tentang bahaya infeksi nosokomial terhadap pasien.
Selain itu, perawat bisa mengikuti seminar atau workshop pencegahan infeksi yang
dianjurkan oleh Badan Layanan Umum supaya sentiasa memperbaharui
pengetahuan tentang infeksi yang menular di rumah sakit.
6.2.2 Penelitian selanjutnya
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahawa tingkat pengetahuan dan sikap perawat
sangat bagus dalam mencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum (RSU)
Siti Hajar, Medan. Maka, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi
penelitian ini dengan mencari faktor tingkat tertinggi pendidikan, serta lama
berkerja serta faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan dan sikap perawat
dalam mencegah infeksi nosokomial.
6.2.3 Pendidikan keperawatan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan kepada
mahasiswa keperawatan. Ini dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman serta
meningkatkan mutu pelayanan apabila di rumah sakit kelak.