css kelainan refraksi mata (yeni marlina-0718011038)

45
CLINICAL SCIENCE SESSION REFRAKSI MATA Oleh : Yeni Marlina N. 0718011038 Preceptor : dr. Helmi Muchtar, Sp.M SMF ILMU PENYAKIT MATA

Upload: helda-septivany

Post on 20-Feb-2016

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

CLINICAL SCIENCE SESSION

REFRAKSI MATA

Oleh :

Yeni Marlina N.0718011038

Preceptor :

dr. Helmi Muchtar, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATARSUD Dr. Hi. ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

PERIODE 4 JUNI 2012 – 23 JUNI 2012

Page 2: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan....................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Mata...................................................... 3

B. Kelainan Refraksi...................................................................... 12

1. Miopia.................................................................................. 13

2. Hipermetropia....................................................................... 17

3. Astigmatisma........................................................................ 22

4. Presbiopi............................................................................... 25

III. PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 28

Page 3: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panca indra adalah organ–organ yang dikhususkan untuk menerima jenis

rangsangan tertentu. Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang

mempunyai fungsi yang sangat besar.

Penyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat membatasi fungsi

tersebut. Ada tiga kelainan refraksi, yaitu: miopia, hipermetropia,

astigmatisme, atau campuran kelainan-kelainan tersebut. Diantara kelainan

refraksi tersebut, miopia adalah yang paling sering dijumpai, kedua adalah

hipermetropia, dan yang ketiga adalah astigmatisma (H. Sidarta Ilyas, 2007).

Hasil survai Morbiditas Mata dan Kebutaan di Indonesia yang dilaksanakan

oleh Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter

Ahli Mata Indonesia pada tahun 1982, menunjukkan bahwa kelainan refraksi

menduduki urutan paling atas dari 10 penyakit mata (Hamurwono, 1984).

Dari hasil survai kesehatan anak di daerah DKI Jaya yang dilakukan oleh

Kanwil Depkes DKI bersama PERDAMI Cabang DKI pada anak Sekolah

Dasar dan lbtiddaiah di seluruh wilayah DKI diketahui bahwa angka kelainan

refraksi rata-rata sebesar 11,8%. Sehingga di Indonesia dari ± 48,6 juta murid

Sekolah Dasar diperkirakan terdapat 5,8 juta orang anak yang menderita

kelainan refraksi.

Kainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan

sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata

normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada

sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai

Page 4: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan

tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula.

Miopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia dibawah 40

tahun. Miopia tinggi adalah myopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih.

Penderita dengan minus di atas 6 dioptri akan menyebabkan 3-4 kali lebih

besar untuk terjadinya komplikasi pada mata. Dalam bidang oftalmologi

tercatat bahwa miopia merupakan obyek penelitian yang paling lama telah

dilakukan. Hal ini disebabkan karena penglihatan sangat penting untuk

kehidupan. Dalam sejarahnya kelainan miopia telah diketahui sejak zaman

Aristoteles, tetapi penelitian yang lebih mendalam dan akurat serta sistematis

baru dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh Von Jaegger, Donders, Von

Graefe, Von Reuss dan Von Arlt. Pada permulaan pertengahan abad ke 19

sejalan dengan kemajuan di bidang oftalmologi dan optik, Schnabel &

Herrnheiser telah membuktikan bahwa miopia antara lain dapat disebabkan

oleh panjang sumbu bola mata (H. Sidarta Ilyas, 2004).

Astigmatisme idiopatik lebih sering. Secara klinis astigmatisme refraktif

ditemukan sebanyak 95% mata. Insidensi astigmatisme yang signifikan secara

klinis dilaporkan 7,5-75%, bergantung pada specific study dan defenisi derajat

astigmatisma yang signifikan secara klinis. Kira-kira 44% dari populasi

umum memiliki astigmatisme lebiih dari 0.50 D, 10% lebih dari 1.00 D, dan

8% lebih dari 1.50 D. astigmatisme ditemukan 22% pada Down Syndrome.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui kelainan refraksi

2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi mata

3. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar tentang kelainan refraksi

4. Untuk mengetahui pengertian, proses terjadi, tanda gejala, serta koreksi

mata pada kelainan refraksi

BAB II

Page 5: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Mata

Gambar 1. Anatomi Mata

1. Struktur Mata

Terdapat 4 struktur bola mata yang berperan dalam proses perjalanan

cahaya dari luar menuju retina, yaitu:

a) Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya

sebanding dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea dewasa

rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi,

dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior kornea

mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda, yaitu lapisan epitel,

lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.

Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel sedangkan endotel

Page 6: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

hanya satu lapis. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler,

yang merupakan bagian stroma yang berubah. Membran Descemet

merupakan suatu membran elastik yang jernih yang tampak amorf

pada pemeriksaan mikroskop elekron dan merupakan membran

basalis dari endotel kornea. Stroma kornea mencakup sekitar 90% dari

ketebalan lensa. Bagian ini tersusun dari lamella fibril-fibril kolagen

dengan lebar sekitar 1μm yang salin menjalin yang hampir mencakup

seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan

permukaan kornea dan karena ukuran dan periodiditasnya secara optic

menjadi jernih. Lamella terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan

hidrat bersama dengan keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat

dasar ( Sidarta ilyas, 2007).

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea berasal dari pembuluh-pembuluh

darah limbus, humor aqueus, dan air mata. Kornea superficial juga

mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik

kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus

kranialis V (trigeminus).

Kornea mempunyai indeksi bias 1,38. Kelengkungan kornea

mempunyai kekuatan yang sebanding dengan lensa hingga 40 dioptri.

Pemeriksaan kelengkungan kornea ditentukan dengan keratometer.

Keratometri diperlukan untuk:

1) Melihat kecembungan yang teratur

2) Melihat kecembungan berbeda pada meridian berbeda sehingga

diketahui mata tersebut mempunyai kelainan refraksi

astigmatisma/silinder

3) Menyesuaikan kelengkungan lensa kontak pada permukaan

cembung, flat (permukaan yang rata) dan normal

4) Melihat kemungkinan terdapat permukaan kornea yang tidak

teratur atau astigmatisme ireguler

b) Humor aquaeus

Page 7: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Humor aqueus diproduksi oleh prosesus siliaris. Setelah memasuki

kamera okuli posterior, humor aqueus melalui pupil masuk ke kamera

okuli anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera okuli

anterior.

Gambar 2. Aliran Humor Aquosus yang normal

c) Lensa

Page 8: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Lensa yang berkembang dengan sempurna berbentuk bikonveks dan

tidak berwarna sehingga hampir transparan sempurna. Permukaan

posteriornya lebih konveks dari permukaan anteriornya. Pada orang

dewasa, tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm. Berat suatu

lensa bertambah lima kali lipat berbanding berat lensa saat lahir.

Lensa pada orang dewasa diperkirakan seberat 220 gm. Lensa terletak

pada bilik mata belakang yaitu antara bagian posterior dari iris dan

bagian anterior dari corpus vitreous yang dinamakan fossa hialoid.

Terdapat serabut-serabut yang dinamakan zonulla zinn (zonula fibres)

di sekitar ekuator lensa yang berfungsi untuk mengikat lensa dengan

corpus siliaris. Serabut-serabut ini memegang lensa pada posisinya

dan akan berkontraksi atau mengendur saat otot siliaris berkontraksi

atau berdilatasi saat proses akomodasi.

Lensa merupakan salah satu media refraksi yang penting. Kekuatan

dioptri seluruh bola mata adalah sekitar 58 dioptri. Lensa mempunyai

kekuatan dioptri sekitar 15 dioptri. Tetapi kekuatan dioptri ini tidak

menetap seperti pada kornea (43 dioptri). Kekuatan dioptri lensa

berubah dengan meningkatnya umur, yaitu menjadi sekitar 8 dioptri

pada umur 40 tahun dan menjadi 1 atau 2 dioptri pada umur 60 tahun.

Lensa terbentuk dari kapsul yang elastis, epitel yang terbatas pada

permukaan anterior lensa dan serabut-serabut lensa yang dibagi lagi

menjadi nukleus dan korteks.

Kapsul lensa merupakan suatu membran elastis yang membungkus

seluruh permukaan lensa. Kapsul bagian anterior (20µm) lebih tebal

berbanding kapsul bagian posterior (3µm). Di bawah mikroskop

electron, kapsul lensa terdiri dari lamela yang mengandung kolagen

tipe 4. Pada bagian ekuator lensa, terdapat zonula zinnia yang

mengikat lensa pada prosessus ciliaris. Kapsul lensa berfungsi sebagai

diffusion barier dan permeabel terhadap komponen dengan berat

molekul rendah. Fungsi utama kapsul lensa adalah untuk membentuk

Page 9: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

lensa sebagai respon dari penarikan serabut-serabut zonula saat proses

akomodasi.

Epitel lensa berbentuk kuboid dan terletak di bawah kapsul bagian

anterior. Di bagian ekuator, sel-sel ini memanjang dan membentuk

kolumnar. Di bagian ekuator ini juga sel epitel lensa berubah

membentuk serabut-serabut lensa karena di bagian ini aktivitas mitotik

berada pada puncaknya. Fungsi sel epitel lensa adalah untuk

berdiferensiasi membentuk serabut lensa dan terlibat dalam

transportasi antara humor aquous dengan bagian dalamnya dan sekresi

material kapsul.

Seperti yang telah diketahui, serabut-serabut lensa terbentuk dari

multiplikasi dan diferensiasi dari sel epitel lensa di bagian ekuator.

Oleh karena pertumbuhan normal dari lensa bermula dari permukaan

ke arah dalam, maka serabut yang terbentuk terlebih dahulu

dinamakan nukleus lensa dan serabut yang baru terbentuk dinamakan

korteks.

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 15 % protein,

dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan

jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah

dan persarafan di lensa.

d) Korpus Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang

membentuk duapertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi

ruangan yang dibatasi oleh kornea, retina dan diskus optikus.

Permukaan luar vitreus (membrane hiloid) normalnya kontak dengan

struktur-struktur seperti kapsul lensa posterior, serat-serat zonula pars

plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus

Page 10: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

mempertahankan penempelan yang kuat sepanjang hidup ke lapisan

epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serata Perlekatan ke

kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi

segera hilang. Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua

komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk

dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya

mengikat banyak air.

Selain keempat struktur bola mata di atas, terdapat satu struktur lagi yang

penting pada proses masuknya cahaya ke retina, yaitu pupil. Pupil

merupakan lubang bundar di tengah iris yang sesuai dengan bukaan lensa

pada sebuah kamera. Pupil mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk

ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya diatur oleh keseimbangan

antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui

nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.

Pada proses miosis (konstriksi), otot sfingter pupil mengecilkan pupil. Hal

ini terjadi pada kondisi lingkungan yang terang dan selama proses

akomodasi. Miosis merupakan aktivitas saraf parasimpatis. Pada proses

midriasis (dilatasi), otot dilator pupil melebarkan pupil. Hal ini terjadi

pada kondisi lingkungan yang gelap. Midriasis merupakan aktivitas saraf

simpatis.

1. Media Refraksi

Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas

cahaya untuk mencapai retina. Komponen media refraksi adalah:

a. Kornea

b. kamera okuli anterior

c. kamera okuli posterior

d. lensa

e. badan vitreus

Mata dapat dianggap sebagai kamera dimana sistem refraksinya

menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini

Page 11: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

diterima oleh sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui N.II

ke korteks serebri pusat penglihatan, yang kemudian tampak sebagai

bayangan yang tegak. Supaya bayangan tak kabur, kelebihan cahaya

diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu

tinggi, pupil akan mengecil untuk menguranginya. Alat-alat refraksi mata

terdiri dari permukaan kornea, humor aqueus, lensa, dan korpus vitreus.

Daya refraksi kornea hampir sama dengan humor aqueus, sedangkan daya

refraksi lensa hampir sama dengan korpus vitreus. Keseluruhan sistem

refraksi mata ini membentuk lensa yang cembung dengan vokus 23 mm.

dengan demikian pada mata yang emetrop, dalam keadaan istirahat, sinar

yang sejajar yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis di

retina. Fovea sentralis merupakan posterior principal focus dari sistem

refraksi mata ini dimana cahaya yang datangnya sejajar, setelah melalui

sistem refraksi ini bertemu. Fovea sentralis letaknya 23 mm di belakang

kornea, tepat dibagian dalam macula lutea. Pembiasan yang terbesar

terdapat pada permukaan anterior dari kornea, ditambah dengan

permukaan anterior dan posterior dari lensa (Sidarta ilyas, 2007).

Gambar 3. Refraksi pada mata emetrop

Page 12: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa dan panjangnya bola mata. Pada

orang normal, susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya

bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui

media penglihatan dibiaskan tepat pada daerah makula lutea. Mata yang

normal dikenal dengan emetropia dan akan menempatkan bayangan benda

tepat diretinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi / melihat

jauh.

Bagan 1. Mekanisme penglihatan normal

Page 13: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Dikenal beberapa titik didalam bidang refraksi, seperti Pungtum

Proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat

melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana

seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Titik ini merupakan titik

dalam ruang yang berhubungan dengan retina bila mata beristirahat. Pada

emetropia pungtum remotum terletak di depan mata sedang pada mata

hipermetropia titik semu di belakang mata.

2. Akomodasi

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya

pembiasannya. Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler. Fungsi

serat-serat sirkuler adalah mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula

yang berorigo di lembah-lembah di antara prosesus siliaris. Otot ini

mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat mempunyai

berbagai focus baik untuk objek dekat maupun yang berjarak jauh dalam

lapangan pandang (Sidarta ilyas, 2007).

Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain:

1) Teori Helmholtz. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus

siliaris digerakkan ke depan bawah, sehingga zonulla Zinnii menjadi

kendor, lensa menjadi cembung.

2) Teori Schoen. Terjadi akibat mm.siliaris pada bola karet yang

dipegang dengan kedua tangan dengan jari akan mengakibatkan

pencembungan bola di bagian tengah.

3) Teori dari Tichering. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan

korpus siliaris digerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonulla

Zinnii menjadi tegang, bagian perifer lensa juga menjadi tegang,

sedangkan bagian tengahnya didorong ke sentraldan menjadi cembung

(Sidarta ilyas, 2007)

Page 14: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Gambar 4. Skema terjadinya akomodasi mata

Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata

tanpa akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum

proksimum (P) adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi

maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di antara titik R dan titik P.

Lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan untuk melihat

daerah akomodasi. Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya

sama dengan kekuatan lensa konfeks yang harus diletakkan di depan mata

yang menggantikan akomodasi untuk punctum proksimum.

A = 1/P – 1/R

Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan

punctum proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh

karena berkurangnya elastisitas dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot

siliarnya.

B. Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan

yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola

mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea

tanpa bantuan akomodasi. Kelainan refraksi dapat dibagi menjadi miopia

(rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisme, serta presbiopia

yang terjadi pada orang lanjut usia.

Page 15: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

1. Miopia

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di

depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat

dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu

objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina,  tanpa akomodasi.

Myopia berasal dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup

mata. Myopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah

populernya adalah “nearsightedness (American Optometric Association,

2000). Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis

kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu

panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Sidarta, 2007).

Gambar 5. Refraksi Pada Mata Miopi

Page 16: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Sebenarnya, myopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana

panjang fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya,

panjang aksial bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di

retina) (Nisna, 2008).

a) Klasifikasi

Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly,

antara lain :

1) Myopia ringan : Spheris - 0.25 Dioptri s/d Spheris - 3.00 Dioptri

2) Myopia sedang : Speris - 3.25 Dioptri s/d Spheris - 6.00 Dioptri

3) Myopia tinggi : Lebih dari Spheris - 6.25 Dioptri

Klasifikasi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat anomaly secara

klinik, antara lain :

1) Myopia simplek/stasioner/fisiologik

Myopia simplek biasanya timbul pada usia yang masih muda

kemudian akan berhenti. Tetapi dapat juga naik sedikit kemudian

berhenti. Dapat juga naik sedikit pada masa puber sampai sekitar

umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari S -5.00 Dioptri atau S -

6.00 Dioptri. Tetapi kalau dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat

mencapai normal yaitu 6/6 atau 20/20.

2) Myopia progresif

Myopia ini ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini akan

terjadi kelainan fundus yang khas untuk myopia tinggi (myopia lebih

dari Speris - 6.00 Dioptri).

3) Myopia maligna

Myopia ini disebut juga dengan myopia patologis/degeneratif karena

disertai penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bolamata (lensa,

koroid, badan siliar).

Page 17: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1) Myopia axial

Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor

hereditas, komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan

campak maupun karena konginetal. Selain itu juga dapat karena anak

biasa membaca dalam jarak yang selalu dekat sehingga mata luar

dan polus posterior yang paling lemah dari bolamata memanjang.

Orang yang berwajah lebar akan menyebabkan konvergensi

berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat, karena peradangan atau

melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata disertai tekanan

yang tinggi.

Myopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa. Myopia axial

merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih

pendek dibandingkan sumbu orbitnya. Dalam hal ini jarak fokus

media refrakta normal 22,6 mm sedangkan jarak sumbu orbitnya

adalah > 22,6 mm.

2) Myopia refraktif

Myopia refraktif merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus

media refrakta lebih pendek dibandingkan sumbu orbitnya. Namun

dalam hal ini sumbu orbit normal 22,6 mm sedangkan jarak fokus

media refrakta < 22,6 mm.

b) Gejala dan Tanda Miopia

Tanda-tanda Myopia :

Penderita mata myopia kurang mampu untuk berakomodasi

dibandingkan dengan mata emetropia. Penderita myopia mampu

melihat obyek dekat dengan jelas tetapi untuk melihat obyek jauh

kurang jelas. Oleh karena itu seorang penderita myopia biasanya selalu

Page 18: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

menyipitkan matanya saat melihat obyek jauh untuk mendapatkan efek

pin hole yang akan membantu menggeser bayangan yang tadinya jatuh

didepan retina supaya dapat mendekati retina.

Gejala Myopia :

1. Gejala tunggal paling penting dari myopia adalah penglihatan jauh

yang kabur atau buram.

2. Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi

kesalahan myopia yang rendah membantu mengurangi rasa sakit

kepala akibat asthenopia.

3. Ada kecenderungan pasien untuk memincingkan mata jika ia ingin

melihat jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat

lebih jelas.

4. Keadaan bolamata cepat lelah, mudah berair, terasa pusing, cepat

terasa mengantuk, atau biasanya disebut dengan asthenopia ( kedaan

mata cepat lelah/capai).

c) Koreksi Mata

Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,

perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.

Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu

besar, seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi

dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata (Guyton, 2000).

Gambar 6. Koreksi myopia dengan lensa cekung

Page 19: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata

myopia ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula

meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang

lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang

terbaik (Guyton, 2000).

Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil

yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh

bila pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam

penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka

sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan

istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi (Sidarta, 2007).

2. Hipermetropia

Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada

mata tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning

(macula lutea), sehingga mata menfokuskan sinar di belakang retina.

Hipermetropia merupakan kelainan refraksi dimana dalam keadaan mata

istirahat semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak

terhingga dibiaskan dibelakang retina, dan sinar-sinar divergen yang

datang dari benda-benda yang jaraknya dekat dibiaskan lebih jauh lagi di

belakang retina.

Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih

pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan

difokuskan di belakang retina atau selaput jala.

Berdasarkan penyebabnya, hipermetrop dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

1) Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan

refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang

pendek.

2) Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa

kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.

Page 20: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

3) Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang

kurang pada sistem optic mata, misalnya pada usia lanjut lensa

mempunyai indeks refraksi yang berkurang (Sidarta ilyas, 2007)

Gambar 7. Refraksi pada mata hipermetrop

Gambar 8. Penggunaan lensa positif pada hipermetrop

1) Bentuk hipermetropia

Hipermetropia dikenal dalam bentuk :

a) Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi

dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam

penglihatan normal. Hipermetropia ini tediri atas hipermetropia

absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Bila dilakukan

pemeriksaan mata pada seorang hipermetropia dan dapat melihat

jelas (visus 6/6) dengan ∫ +3,00 akan tetapi dapat menjadi lebih jelas

dengan ∫ +3,50 maka dikatakan hipermetropia manifesnya adalah

∫ +3,50

b) Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak dapat

diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif

untuk melihat jauh. Pada contoh di atas hipermetropia absolutnya

bernilai ∫ +3,00.

Page 21: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

c) Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat

diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif.

Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat

normal tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata positif yang

memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan

beristirahat. Pada contoh di atas maka hipermetropia fakultatifnya

adalah ∫ +3,50 dikurang ∫ +3,00 atau 0,50.

d) Hipermetropia laten, di mana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi

(atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi

seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat

diukur bila diberikan siklopegia. Hipermetropia laten merupakan

selisih antara hipermetropia total dan manifes yang menunjukkan

kekuatan tonus dari mm.siliaris. Makin muda makin besar komponen

hipermetropia laten seseorang, makin tua seseorang akan terjadi

kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi

hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia

absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan

akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya

akomodasinya masih kuat

e) Hipermetropia total ialah hipermetropia yang ukurannya didapat

sesudah diberikan siklopegia. Hasil pengukuran lensa sesudah

diberikan siklopegia (hipermetropia total) lebih besar daripada

hipermetropia manifes (Sidarta ilyas, 2007).

2) Gejala dan tanda hipermetropia

Pada hipermetropia, untuk melihat benda yang terletak pada jarak jauh

sampai tak terhingga (6m atau lebih) dengan baik, mata penderita harus

berakomodasi supaya bayangan benda yang difokuskan di belakang

retina dapat dipindahkan tepat di retina. Untuk melihat benda yang

lebih dekat dengan jelas, akomodasi lebih banyak dibutuhkan, karena

bayangannya jatuh lebih jauh lagi di belakang retina. Dengan demikian

untuk mendapatkan ketajaman penglihatan sebaik-baiknya penderita

Page 22: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

hipermetropia harus selalu berakomodasi, baik untuk penglihatan jauh,

apalagi untuk penglihatan dekat.

Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan tidak sukar

melihat jauh. Penglihatan jauh dapat terganggu bila hipermetropianya

tinggi melebihi daya akomodasi, jadi merupakan hipermetropia manifes

absolut. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan mata

berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringan berkurang. Pasien

hipermetropia hingga ∫ + 2,00 D dengan usia 20 tahun masih dapat

melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan

kesukaran. Tidak demikian bila sudah berumur 60 tahun.

Pada penderita hipermetropia, dirasakan sakit kepala terutama di daerah

dahi atau frontal, rasa silau, dan kadang rasa juling atau melihat ganda.

Pasien hipermetropia akan mengeluh matanya lelah, panas, mengantuk

dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau

memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina agar terletak di

daerah macula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat

terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama

melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai

kedudukan esotropia atau juling kearah dalam (nasal).

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan

karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk

melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau

mempergunakan matanya, terutama pada usia yang lanjut akan

memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Selain itu sering

terasa sakit kepala, mata terasa pedas, dan tertekan. Pada usia lanjut

seluruh titik focus akan berada di belakang retina karena berkurangnya

daya akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.

Pada hipermetropia terjadi akomodasi terus-menerus sehingga timbul

hipertrofi otot siliaris, yang disertai terdorongnya iris ke depan,

Page 23: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

sehingga bilik mata depan menjadi dangkal. Karena selalu

berakomodasi, pupil menjadi miosis.

3) Penyulit pada hipermetropia

Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia

akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik

dan jelas. Bila terdapat perbedaan kekuatan hipermetropia antara kedua

mata maka akan terjadi ambliopia pada salah satu mata. Mata ambliopia

sering menggulir kearah temporal. Penyulit lain adalah esotropia dan

glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien

selamanya menggunakan akomodasi. Glaucoma sekunder terjadi akibat

hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut

bilik mata.

4) Koreksi mata

Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem

pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung

atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam lensa.

Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia

manifes dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif

maksimal yang memberiakn tajam penglihatan normal.

Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis

positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam

penglihatan maksimal. Bila pasien datang dengan + 3,00 D ataupun

dengan + 3,25 D dan memberikan ketajaman penglihatan normal, maka

diberikan kacamata + 3,25 D. Hal ini untuk memberikan istirahat pada

mata akibat hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan lensa

positif.

Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak,

maka sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau

melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi,

Page 24: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamatanya dengan mata yang

istirahat.

Pada pasien hipermetropia aksial memerlukan kekuatan lensa yang

lebih tinggi untuk menggeser sinar ke macula lutea dibanding dengan

hipermetropia lain. Pada setiap kekuatan lensa +1 dioptri akan terjadi

pembesaran benda yang dilihat sebesar 2%. Penderita yang memakai

kacamata positif akan terlihat seolah-olah matanya menjadi besar.

Dengan kacamata positif tebal akan terjadi kesukaran melihat seperti

gangguan penglihatan tepi dan aberasi sferis.

Lensa kontak dapat mengurangi masalah dalam hal koreksi visus

penderita hipermetropia akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan

ketelitian pemakaiannya. Selain itu, perlu diperhatikan juga masalah

lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.

3. Astigmatisma

Yang dimaksud dengan astigmatismus atau astigmat atau silinder adalah

terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa pada

meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada

satu titik. Setiap meridian mata mempunyai titik focus tersendiri yang

letaknya mungkin teratur (pada astigmat regular) dan mungkin pula tidak

teratur (pada astigmat ireguler).

Astigmatismus biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir,

biasanya berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak

banyak terjadi perubahan selama hidup. Astigmat merupakan akibat

bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin

tinggi astigmat mata tesebut. Astigmat juga dapat terjadi akibat jaringan

parut pada kornea atau setelah pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat

pada bedah mata dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan kornea.

Bila dilakukan pengencangan atau pengendoran jahitan pada kornea maka

dapat terjadi astigmat akibat terjadi perubahan kelengkungan kornea.

Page 25: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

Gambar 9. Gambaran Refraksi pada mata astigmat.

1) Bentuk Astigmatismus

Pada astigmat regular, meskipun setiap meridian mempunyai daya bias

tersendiri, tetapi perbedaan itu teratur, dari meridian dengan daya bias

terlemah sedikit demi sedikit membesar sampai meridian dengan daya

bias terkuat. Meridian dengan daya bias terlemah tegak lurus terhadapa

meridian dengan daya bias yang terkuat.

Pada astigmat ada dua bidang utama, yaitu meridian dengan daya bias

maksimal dan minimal yang saling tegak lurus letaknya. Jadi ada

meridian yang vertical dan ada yang horizontal. Bila meridian vertical

mempunyai daya bias yang yang lebih besar daripada yang horizontal

dinamakan astigmat lazim (astigmat with the role), bila sebaliknya

disebut astigmat tidak lazim (astigmat against the role). Astigmat lazim

Page 26: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

lebih sering muncul pada anak-anak sedangkan astigmat tidak lazim

lebih banyak pada orang dewasa. Astigmat regular dimana bidang

meridian tidak terletak di bidang vertical dan horizontal dikenal sebagai

astigmat oblik.

Pada astigmat ireguler terdapat perbedaan refraksi yang tak teratur pada

setiap meridian dan bahkan mungkin terdapat perbedaan refraksi pada

meridian yang sama. Videokeratografi merupakan cara terbaik untuk

mengobservasi atau melihat permukaan kornea yang ireguler. Selain itu,

astigmat ireguler dapat diketahui dengan keratometer dan/atau feflex

retinoskopi yang ireguler (Sidarta ilyas, 2007).

2) Gejala dan tanda astigmatismus

Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan:

a) Penglihatan ganda pada satu atau kedua mata

b) Melihat benda yang bulat menjadi lonjong

c) Penglihatan kabur

d) Bentukbenda berubah

e) Sakit kepala

f) Mata tegang dan pegal

g) Mata dan fisik lemah

h) Pada astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering

mengakibatkan ambliopia.

3) Koreksi mata

Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan dua

kekuatan yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kacamata.

Pada astigmat yang berat dapat diberi kacamata silinder, lensa kontak

atau pembedahan. Pada astigmat ireguler, dapat digunakan kontak lensa

yang kaku, dimana air mata antara kontak lensa dan permukaan kornea

dapat mengkompensasi permukaan kornea yang tidak regular.

Page 27: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

4. Presbiopia

Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctum proksimum

(titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah

begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca,

menjahit sukar dilakukan.

Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Presbiopia

biasanya mulai muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia

maka semakin kurang kemampuan mata untuk melihat dekat. Presbiopia

terjadi akibat lensa makin keras, sehingga elastisitasnya berkurang.

Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya kontraksinya berkurang

sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinnii yang sempurna. Orang

yang lemah dengan keadaan umum yang kurang baik sering lebih cepat

membutuhkan kacamata baca akibat presbiopia daripada orang sehat dan

kuat.

1) Gejala dan tanda

Keluhan muncul pada saat membaca dekat. Semua pekerjaan dekat

sukar dilakukan karena penglihatan kabur. Bila dipaksakan akan

muncul keluhan lain yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa

pedas. Penderita presbiopia memposisikan membaca dengan

menjauhkan kertas yang dibaca, sukar melakukan pekerjaan dengan

melihat dekat terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang

lebih terang untuk membaca.

2) Koreksi mata

Untuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia maka

dapat dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang

berkurang sesuai usia. Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata

baca atau adisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,

biasanya :

+1,0 D untuk usia 40 tahun

Page 28: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

+1,5D untuk usia 45 tahun

+ 2,0 D untuk usia 50 tahun

+ 2,5 D untuk usia 55 tahun

+ 3,0 D untul usia 60 tahun (Sidarta ilyas, 2007)

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa

positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini

mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm,

karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri

sehingga sinar yang keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca

sering disesuaikan dengan kebutuhannya. Seperti seorang ahli music

yang membutuhkan jarak dekat 50 cm untuk membaca not-not sehingga

dia membutuhkan kacamata dengan kekuatan lensa yang lebih kecil.

Gambar 10. Gambaran Refraksi pada Mata Presbiopia

Page 29: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk

pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi

ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan

bayangan kabur.

2. Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan

ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia,

hipermetropia, astigmat, dan presbiopia

3. Miopia adalah salah satu bentuk kelainan refraksi dimana sinar yang

datang sejajar dari jarak yang tak berhingga difokuskan di depan retina

saat mata tidak berakomodasi. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan

menggunakan lensa sferis negatif.

4. Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan

pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga

titik fokusnya terletak di belakang retina. Kelainan ini dapat dikoreksi

dengan menggunakan lensa sferis positif.

5. Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur

kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas

cahaya tidak difokuskan pada satu titik.

6. Presbiopia merupakan kelainan penglihatan yang diakibatkan makin

berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin

meningkatnya umur.

7. Kelainan-kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa

yang sesuai. Dan perkembangan ilmu pengetahuan menyediakan modalitas

terapi pembedahan untuk penatalaksanaan kelainan-kelainan refraksi.

Page 30: CSS Kelainan Refraksi Mata (Yeni Marlina-0718011038)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy Of Ophthamology, in Basic and Clinical Science Course,

section 10, 2005-2006.

Ilyas, Sidarta, 2007. Ilmu penyakit Mata, Jakarta; Bagian Ilmu Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Indonesia.

Kelainan Refraksi. 2010.

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/35/kelainan-refraksi

Miliana, S. Myopia. 2005.

http://www.klikdokter.com/medicinet.com/script/main/hp.asp

Mesiana, L. Myopia. 2002. http://www.bambooweb.com

Refractive Error. 2005

http://www.eyemdlink.com/doctorweb/tymiakwrap/condition.asp.

Vaughan, Daniel G dkk. Oftalmologi umum. Penerbit EGC.edisi 14, 2000

Zafika, N. 2008. Kelainan Refraksi. http://www.scribd.com/doc/83310853/DP-

refraksi-ambliopia