chapter ii
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Bunga Rosella
Rosella mempunyai nama ilmiah Hibiscus sadbariffa Linn, merupakan
anggota family Malvaceae. Rosella dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis
dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari
India hingga Malaysia. Namun, sekarang tanaman ini telah tersebar luas di daerah
tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu, tak heran jika tanaman ini
mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai Negara
(Maryani dan Kristiana, 2005).
Tanaman rosella berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m.
Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa
dan masih berbunga, batangnya berwarna cokelat kemerahan. Batang berbentuk
silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat
daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
pertulangan menjari dan tepi meringgit. Ujung daun ada yang runcing atau
bercangap. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15
cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Ukuran rosella agak berbeda untuk setiap daerah. Sebagai contoh rosella
dari Cirebon atau Surabaya umumnya berukuran agak lebih kecil dibandingkan
rosella dari Bogor, Sukabumi, atau Cipanas yang umumnya berukuran besar.
Dalam hal warna pun demikian. Ada yang merah muda, merah tua, merah
5
Universitas Sumatera Utara
kecoklatan, dan merah kehitaman. Bahkan, di Surabaya (Jawa Timur) ada rosella
yang kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya
populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga
rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1, dan B2. bahkan, kandungan
vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9
kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji.
Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan pada teh rosella sebanyak 1,7
mmol/prolox. Jumlah tersebut lebih tinggi daripada jumlah pada kumis kucing
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Kelopak kering bisa dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es krim,
serbat, mentega, pai, saus, taart, dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada
pembuatan jeli rosella tidak perlu ditambahkan pektin untuk memperbaiki tekstur
karena kelopak sudah mengandung pektin 3,19 %. Bunga rosella juga dapat
dijadikan bahan baku selai, warnanya yang merah menyala, menghasilkan selai
yang menyehatkan dan berwarna cantik (Sutomo, 2009).
Komposisi Kimia Kelopak Bunga Rosella
Khasiat bunga rosella tidak terlepas dari komposisi kimia dalam kelopak
bunga rosella. Komposisi kimia dalam kelopak bunga rosella adalah campuran
asam sitrat dan asam malat 13 %, antioksidan (gossipetin dan hibiscin) 2 %,
vitamin C 14 mg/100 g ,beta-karoten 285 g/100 gram, serat 2,5 %. Hibiscin
merupakan pigmen utama dalam kelopak (Winarti, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, komposisi kimia dari kelopak bunga rosella dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komposisi kimia kelopak bunga rosella per 100 g bahan
Komposisi Kimia Jumlah Kalori (kal)
44
Air (g)
86,2 Protein (g)
1,6
Lemak (g)
0,1
Karbohidrat (g)
11,1 Serat (g)
2,5
Abu (g)
1,0 Kalsium (mg)
160
Fosfor (mg)
60
Besi (mg)
3,8 Betakaroten (g)
285
Vitamin C (mg)
214,68*
Thiamin (mg)
0,04 Reboflavin (mg)
0,6
Niasin (mg)
0,5 Sumber : Maryani dan Kristiana (2005). *Mardiah, dkk., (2009) Manfaat Bunga Rosela
Di Indonesia, belum banyak masyarakat yang memanfaatkan tanaman
rosella. Sementara di negara lain, rosella sudah banyak dimanfaatkan sejak lama.
Sebenarnya seluruh bagian tanaman, mulai buah, kelopak bunga, mahkota bunga,
dan daunnya dapat dimakan. Tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
salad, minuman, sari buah, asinan, selai, pudding, dan sup.
Kelopak rosella mengandung antioksidan yang dapat menghambat
terakumulasinya radikal bebas penyebab pengakit kronis, seperti kerusakan ginjal,
diabetes, jantung koroner, dan kanker (darah). Antioksidan juga dapat mencegah
penuaan dini. Dalam hal ini, salah satu zat aktif yang berperan adalah antosianin.
Universitas Sumatera Utara
Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah pada
bunga rosella dan berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan sinar Ultra
Violet berlebih. Salah satu khasiatnya adalah dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker, bahkan mematikan sel kanker tersebut (Widyanto dan Nelistya, 2008).
Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. Zat aktif yang paling
berperan dalam kelopak bunga Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan
glucosidehibiscin. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna
merah pada seduhan kelopak bunga Rosella, dan bersifat antioksidan.
Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella dapat menghambat radikal
bebas. Beberapa penyakit kronis yang ditemui saat ini banyak yang disebabkan
oleh radikal bebas yang berlebihan. Di antaranya kerusakan ginjal, diabetes,
jantung koroner, hingga kanker (Nurfaridah, 2005).
Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan tanaman
rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Pemanfaatan
tanaman rosella ini berkaitan dengan fungsinya sebagai antiseptik, demulcent
(menetralisir asam lambung), digestif (melancarkan pencernaan diuretik,
onthemintic (anticacing), refrigerant (efek pendinginan), serta mengobati kanker,
batuk, sakit maag, kembung perut, dan mencegah penyakit hati
(Mardiah, dkk., 2009).
Tanaman Herbal Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) yang mulanya
berasal dari Afrika dan Timur Tengah, memiliki khasiat utama sebagai
antioksidan pencegah pengapuran tulang, penuaan dini, memperlambat
menopause dan mengurangi dampak negatif nikotin. Herbal Rosella banyak
Universitas Sumatera Utara
mengandung Kalsium, Vitamin C, D, B-1, B-2, Magnesium, omega-3, beta
karotin dan 18 asam amino essensial untuk tubuh diantaranya lysine dan arginin.
Tiap 100 gram kelopak rosella segar mengandung 260-280 miligram vitamin C,
vitamin B1 dan B2. Kandungan vitamin C yang ada, 3 kali lipat anggur hitam, 9
kali lipat dari jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing
(Wikipedi4, 2008).
Kelopak bunga misalnya, bisa dimakan sebagai salad. Juga bisa diolah
sebagai penyedap kue. Selain itu sering dipakai dalam pembuatan jeli,minuman,
salad, sari buah, sirup, selai, sup, saus, asinan, puding. Juga bisa untuk memberi
warna merah dan rasa pada teh hijau, serta dapat dipanggang dan dipakai sebagai
pengganti kopi instan (Budihardjo, 2009).
Deskripsi Selai Selai adalah produk yang diperoleh dari pencampuran telur, gula, santan
atau tanpa penambahan pati dan bahan tambahan makanan yang diizinkan
(Dep. Kes. RI, 1993). Di Amerika Serikat selai didefenisikan sebagai suatu bahan
pangan setengah padat yang dibuat dari kurang dari 45 % dari bagian berat zat
penyusun sari buah dan 55 % dari bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan
sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65 %. Zat warna dan
cita rasa dapat ditambahkan (Desrosier, 1988).
Jam mempunyai definisi yang sama dengan selai, dengan pengecualian
bahwa yang digunakan pada jam adalah bahan-bahan penyusun buah selain sari
buah. Pengentalan dilakukan sampai mencapai kadar zat padat paling sedikit 65 %
untuk semua jenis jam. Beberapa jam memerlukan kadar 68 % untuk mencapai
kualitas yang dikehendaki. Di Amerika Serikat jam yang diizinkan beredar paling
Universitas Sumatera Utara
sedikit dibuat dengan perbandingan 45 pound buah untuk setiap 55 pound gula
(Desrosier, 1988).
Selai atau selei adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah
atau buah-buahan yang sudah dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga
kental atau berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan
untuk dioleskan di atas roti tawar atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering
digunakan sebagai isi pada kue-kue seperti kue nastar atau pemanis pada
minuman, seperti yogurt dan es krim (Wikipedia1, 2009).
Secara umum, syarat mutu selai dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Syarat mutu selai secara umum
Karakteristik Syarat Mutu
Berat netto (g) 45,0 Berat kotoran (g) 0,7 Zat pengawet - Asam benzoat sedikit - Asam salisilat sedikit Zat warna yangdiizinkan Depkes Logam-logam berbahaya negatif Total asam 0,45 Bobot jenis larutan 50 % 1,3652 Kadar sari (%) (bobot/bobot) maksimum 71,85 Zat yang tidak terlarut dalam air, % (w/w) 0,8 Kadar sukrosa 37,19 Kadar pektin % (w/w) 0,63 Sumber : Anonimous, (1997).
Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Selai Rosella
Bahan tambahan pangan dapat dibedakan atas dua golongan utama yaitu
yang tidak terdapat dalam bahan makanan dan yang ditambahkan pada bahan
makanan. Bahan kimia yang secara sengaja dicampurkan ke dalam bahan
makanan bertujuan untuk mempermudah pengolahan, berperan sebagai pengawet,
Universitas Sumatera Utara
sebagai penambah cita rasa atau untuk meningkatkan kualitas bahan makanan
(Tranggono, et al., 1990).
Atas dasar tujuannya, penggunaan bahan tambahan dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi, meningkatkan penerimaan konsumen,
meningkatkan kualitas, daya simpan, dan membuat bahan makanan menjadi lebih
mudah dihidangkan. Beberapa contoh bahan tambahan pangan di antara lain
pengendali keasaman, pengemulsi, pengental, pemberi cita rasa, pemanis,
pewarna, pengawet (Tranggono, et al., 1990).
Tepung Maizena
Pati jagung atau yang biasa disebut tepung maizena merupakan sumber
karbohidrat yang digunakan untuk bahan pembuat roti, kue kering, biskuit,
makanan bayi dan lain-lain, serta digunakan dalam industri farmasi. Namun
demikian upaya pengolahan untuk memproduksi pati jagung belum banyak
dilakukan di dalam negeri, hal ini terkendala pada tingginya investasi untuk
menyediakan mesin pengolahannya, serta perlu perlakuan khusus dalam
pengolahan jagung. Di dalam biji jagung terdapat lembaga yang mengandung
minyak, sehingga apabila lembaga tersebut tidak dipisahkan terlebih dahulu, maka
produk olahan jagung (tepung, pati) akan cepat rusak (tengik) karena adanya
proses oksidasi maupun karena pengaruh air (Julianti, 2009).
Gula Pasir Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis
meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi gula bersifat untuk penyempurnakan
rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula,
Universitas Sumatera Utara
memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat
air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan
(Bukcle, et al., 1987).
Gula merupakan bahan pangan yang tidak asing lagi bagi manusia karena
rasanya yang manis. Umumnya diproduksi dari tanaman tebu atau nira. Beberapa
jenis gula yang dikenal perdagangan seperti gula merah, gula putih (kristal), dan
cair atau sirup. Bahan pemanis lain selain gula adalah madu lebah
(Syarief dan Irawati, 1988).
Pada konsentrasi 40 % gula sudah bersifat pengawet, karena sebagian dari
air yang ada sudah tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroba dan Aw menjadi
berkurang. Sedangkan pada konsentrasi 65 % gula akan menyebabkan sel-sel
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan akan mengalami dehidrasi
atau plasmolisis (Buckle et al., 1987).
Gula dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk
makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk jeli, selai,
marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, buah-buahan bergula, umbi dan
kulit, buah-buahan dan sirup, acar manis, chutney, susu kental manis, dan madu
(Buckle et al., 1987).
Supaya terbentuk gel pektin kadar gula yang tinggi dan asam harus ada
dalam produk selai dan jeli. Selain itu kadar gula yang tinggi dalam selai dan jeli
juga menambah stabilitas terhadap mikroorganisme karena gula menurun ERH
(Buckle et al., 1987).
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering
digunakan adalah krisal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan
Universitas Sumatera Utara
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa (yang
diproduksi dari sukrosa dengan enzim hidrolisis asam) menyimpan energi yang
akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang
diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis (Ipteknet, 2009).
Air Jeruk Lemon
Keluarga jeruk terkenal kaya akan vitamin C, terutama jeruk lemon dan
jeruk nipis. Memang banyak jenis buah selain jeruk yang kaya vitamin C. Namun,
kelebihan jeruk terletak pada suatu senyawa tambahan yang tidak dimiliki oleh
buah lain, yakni senyawa limonin dan limonen. Kedua senyawa ini berkhasiat
membantu memblokir perubahan sel yang mengarah pada penyakit kanker.
Vitamin C pada jeruk juga dipercaya sarat akan senyawa super antioksidan.
Artinya, senyawa ini mampu menangkal radikal bebas, penyebab kanker,
mengurangi resiko terkena penyakit jantung, dan menunda proses penuaan dini.
Jeruk lemon (Citrus medica Linn) Di samping kandungan vitamin C yang
melimpah, jeruk lemon juga kaya dengan vitamin B, E, natrium, dan beberapa
mineral mikro yang dibutuhkan tubuh untuk sistem imunitas (kekebalan) serta
mencegah virus penyebab influenza. Lemon juga sarat dengan kandungan
bioflavanoid yang berperan sebagai antioksidan pencegah kanker. Flavanoid jeruk
lemon berfungsi menghalangi oksidasi LDL sehingga aterosklerosis penyebab
jantung dan stroke bisa dihindari. Jeruk lemon juga berlimpah kandungan serat
berupa pektin yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
(Sutomo, 2007).
Jeruk lemon punya manfaat lebih daripada sekadar dibuat limun. Kita
dapat menggunakan air jeruk lemon sebagai pemutih alami yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menghilangkan segala macam noda. Tinggal tuang beberapa tetes ke atas noda
atau rendam seluruh kain dalam larutan air jeruk lemon. Jeruk lemon juga dapat
membuat tubuh merasa lebih baik. Tambahkan saja ke dalam teh untuk
mengurangi demam, asam lambung, dan bahkan radang sendi. Oleskan sedikit air
jeruk lemon untuk membasmi kuman pada luka, menyembuhkan sariawan, dan
menyejukkan kulit yang terbakar sinar matahari. Yang tidak kalah pentingnya,
jeruk lemon buatan rumah sangat enak, menyegarkan, dan penuh dengan
vitamin C (Wikipedia3, 2009).
Aroma
Aroma buah-buahan disebabkan oleh berbagai ester yang bersifat volatil.
Proses timbulnya aroma ini pada bahan yang berbeda tidak sama. Pada buah-
buahan, produksi senyawa aroma ini meningkat ketika mendekati masa
klimakterik (Winarno, 1985).
Aroma buatan sering kali ditambahkan apabila sari buah dibuat tanpa
menggunakan buah atau jika buah digunakan sebagai bahan dasar sedikit sekali
jumlahnya. Apabila perbandingan air yang digunakan sangat besar dibandingkan
dengan bubur buahnya maka aroma ditambahkan untuk menutupi kekurangan
tersebut (Satuhu, 1996).
Garam
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang
tersedia secara umum adalah sodium klorida (NaCl). Garam sangat diperlukan
tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai
penyakit, termasuk tekanan darah tinggi. Selain itu garam juga digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok,
garam dapur juga sering ditambahi iodium.
Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai
pemantap cita rasa adalah sebanyak 2-5 % dari total bahan bakunya
(Suprapti, 2000).
Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan
tumbuh-tumbuhan yang segar. Pertama-tama garam akan berperan sebagai
penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme
pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, adalah yang paling mudah
terpengaruh walau dengan kadar garam rendah sekalipun (yaitu sampai 6 %).
Mikroorganisme patogenik, termasuk Clostridium botulinum dengan pengecualian
pada Stereptococcus aureus dapat dihambat dengan konsentrasi 10 – 12 %
(Buckle et al., 1987).
Natrium Benzoat
Natrium benzoat merupakan butiran atau serbuk putih, tidak berbau dan
bahan ini dapat ditambahkan langsung ke dalam bahan makanan atau dilarutkan di
dalam air atau pelarut-pelarut lainnya (Winarno, et al., 1980).
Turunan pH medium akan menaikkan proporsi asam yang tidak
terdisosiasi. Karena asam yang tidak terdisosiasi penentu utama peranan
pengawet. Asam benzoat sangat efektif dalam menghambat bahan makanan
dengan pH rendah seperti sari buah dan minuman penyegar
(Tranggono, et al., 1990).
Universitas Sumatera Utara
Benzoat umumnya digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan
bakteri dengan konsentrasi 0,05-0,10 %. Efektifitas atau daya menghambat
natrium benzoat adalah dengan mengganggu cairan nutrisi sel atau sel mikroba
dan mengganggu keaktifan enzim yang ada pada sel (Buckle, et al., 1987).
Jenis Penstabil dalam Pembuatan Selai Rosella Tekstur adalah salah satu sifat pangan yang penting, tentu saja dapat
dinyatakan bahwa nilai gizi merupakan unsur penentu mutu pangan yang paling
penting. Sering nilai gizi bukan merupakan dasar utama pemilihan pangan. Jika
pangan tidak diterima secara estetika, pangan tidak mendapat kesempatan untuk
berperan pada pemenuhan kebutuhan gizi seseorang (Cahyadi, 2006).
Pektin Pektin adalah campuran polisakarida yang kompleks terdapat pada berbagai
buah-buahan dan sayur-sayuran asal akar. Buah apel dan kulit buah jeruk kaya
akan pektin. Pentingnya senyawa ini adalah sebagai agensia pembentuk gel,
khususnya pada pembuatan selai buah-buahan. Penambahan asam, misalnya sari
buah jeruk lemon dapat meningkatkan kemampuan terbentuknya gel oleh pektin
(Gaman dan Sherington, 1992).
Pektin merupakan golongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari
dinding sel tumbuhan darat. Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih
hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai
bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan). Penggunaan pektin
paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai
dan jelli. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi. Komponen
Universitas Sumatera Utara
permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga
sebagai sumber serat dalam makanan (Wikipedia2, 2009).
Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tanaman,
khususnya disela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin
juga berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang
lain. Bagian antara dua dinding sel yang berdekatan tersebut disebut lamela
tengah (midle lamella). Senyawa-senyawa pektin merupakan polimer dari asam
D-galakturonat yang dihubungkan dengan ikatan β-(1,4)-glukosida, asam
galakturonat merupakan turunan dari galaktosa (Winarno, 1985).
Pada dinding sel, pektin terdapat dalam jumlah yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan zat-zat di atas. Di samping pada dinding sel, pektin juga
terdapat pada semua lapisan intraseluler. Pektin memiliki kemampuan membentuk
gel dan ion-ion, juga dapat menurunkan absorbsi kolesterol (Poedjiadi, 1994).
Pektin yang dikandung buah-buahan atau sari buah bereaksi dengan gula dan
asam membuat selai menjadi kental. Buah-buahan dengan kadar pektin atau
keasaman yang rendah perlu ditambahkan pektin atau asam agar selai bisa
menjadi kental. Buah-buahan yang dijadikan selai biasanya buah yang sudah
masak, tapi tidak terlalu matang dan mempunyai rasa sedikit masam. Buah-
buahan yang umum dijadikan selai, misalnya: stroberi, blueberi, aprikot, apel,
anggur, pir (Wikipedia2, 2009).
Gum Arab Gum yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan adalah polimer kompleks dari
berbagai gula dan gula turunan asam urinic. Semua gum bersifat hidrofilik
sehingga dapat membentuk larutan koloid atau membentuk gel. Yang termasuk
Universitas Sumatera Utara
gum adalah gum arab, gum kraya, gum tracanat, locust bean gum, gum guar dan
ganggang laut turunan algin (Charley, 1982).
Gum arab dapat digunakan untuk memperbaiki kekentalan atau viskositas,
tekstur dalam bentuk makanan. Selain itu gum arab dapat mempertahankan flavor
dari bahan yang dikeringkan dengan pengering semprot. Dalam hal ini gum arab
membentuk lapisan yang dapat melapisi partikel flavor, sehingga melindungi dari
oksidasi, evaporasi, dan absobsi air dari udara. Di dalam industri pangan gum arab
digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil, pengemulsi dalam pembuatan es
krim (Tranggono, et al., 1990).
Fungsi gum arab di dalam produk bahan pangan adalah sebagai perekat, alat
pencernihan, alat penguat, alat pelapis, alat pembusa, alat penyatu atau
penggabung dan sebagainya. Namun fungsi yang umum dari gum arab adalah
pengental dan penstabil (Blanshard, 1979).
Xanthan Gum Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam
air disebut gum. Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dektrose dengan
bakteri-bakteri Xanthomonas compestris, merupakan polisakarida kompleks yang
mengandung satuan-satuan D-glukosa, D-manosa dan asam D- glukoronat.
Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam air
panas atau dingin membentuk larutan kental. Xanthan gum pada konsentrasi
rendah larutannya kental (Tranggono, et al., 1990).
Penstabil ini banyak digunakan dalam pengolahan es krim, kuah sayur, saos,
puding, pengisi kue, dan banyak makanan lain. Gum ini dapat juga digunakan
untuk menstabilkan partikel agar tetap tersuspensi, seperti misalnya partikel coklat
Universitas Sumatera Utara
tersuspensi dalam susu coklat. Berbagai jenis penstabil yang digunakan dalam
pengolahann bahan pangan diantaranya pati, pati yang termodifikasi, gelatin,
pektin, gum selulosa, alginat, karagenat, dan berbagai gum lainnya. Selain
bertindak sebagai penstabil, banyak dari senyawa ini mempengaruhi sifat fisika
dan rasa di dalam mulut dari bahan makanan (de Man, 1997).
Xanthan gum banyak digunakan sebagai pengemulsi, pengental dan
pemantap, merupakan bahan tambahan yang dapat membantu pembentuk atau
memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan (Winarno, 1990).
Dari sekian banyak gum berasal dari mikroba. Xanthan gum memiliki nilai
komersial paling baik karena menunjukkan perkembangan yang cepat dalam
pemasarannya. Xanthan gum ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
jenis gum yang lainnya, yaitu memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi gum
yang rendah, memiliki viskositas yang relatif stabil pada pengaruh pH, suhu,
garam, dan bersifat sinergis dengan galaktoman (gum lokus, gum arab, gum guar)
dan sifat psodoplastisnya tinggi. Xanthan gum merupakan polisakarida
eksoseluler yang dihasilkan terutama oleh bakteri Xanthomonas campestris
(Winarno, 1994).
Proses Pembuatan Selai Rosella Proses pembuatan selai rosella terdiri dari beberapa tahap yaitu :
Sortasi Kelopak bunga rosella yang akan diolah menjadi selai rosella dipilih
kelopak bunga rosella yang segar yang sudah matang atau tua dan berwarna
merah, bunga rosella yang sehat adalah tidak busuk, cacat atau layu, bebas hama
penyakit. Kondisi tua dan matang diperlukan agar selai rosella yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai aroma yang kuat dan memberikan tekstur yang halus dan rasa yang
enak (Satuhu, 1996).
Sortasi dilakukan untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat
kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan
buah yang layak diolah dan tidak layak diolah (layu) agar diperoleh buah yang
seragam bentuk, warna, dan kematangannya. Sortasi sangat penting untuk
dilakukan agar hasil produk yang dihasilkan bermutu baik (terjaga mutunya).
kelopak yang rusak akan mempercepat kerusakan produk tersebut
(Wikipedia2, 2009).
Pemilihan bahan yang segar sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
pembuatan selai. Pilihlah buah yang sudah matang (tidak menjadi lembek karena
terlalu matang) dan segar, tidak terjadi pembusukan sebagian atau di beberapa
tempat. Cucilah buah-buahan di bawah kucuran air kerangan sebersih-bersihnya.
Pencucian Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel, residu
fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian
dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat
(Baliwati, et al., 2004).
Blanshing
Secara umum tujuan blanshing adalah menonaktifkan enzim. Disamping itu
juga untuk menaikkan temperatur jaringan, untuk membersihkan bahan dan untuk
melayukan bahan sehingga memudahkan perlakuan berikutnya, yang paling
penting dalam blanshing adalah perusakan mikroba (Purba dan Rusmarilin, 1985).
Universitas Sumatera Utara
Blanshing dilakukan terutama mengaktifkan enzim-enzim di dalam bahan
pangan, diantaranya enzim yang paling tahan panas dalam sayuran dan buah-
buahan. Perlakuan blanshing praktis selalu dilakukan karena jika bahan pangan
dibekukan tidak dapat menghambat keaktifan enzim secara sempurna. Blanshing
dipengaruhi panas yang diberikan sehingga dapat mematikan mikroba. Blanshing
biasanya dilakukan pada suhu 820C – 930C selama 2-5 menit
(Winarno, et al., 1980).
Penghancuran
Setelah kelopak rosella diblanshing, maka proses selanjutnya adalah proses
penghancuran dengan blender. Masukkan kelopak bunga ke dalam blender dengan
penambahan air dan tepung maizena. Menurut Kumalaningsih dan Suprayogi
(2006), penambahan air ini ditujukan agar memudahkan proses penghancuran,
sedangkan tepung maizena agar lebih kental bubur yang dihasilkan. Proses
penghancuran ini dilakukan sampai halus.
Pemasakan
Tahap pemasakan adalah tahap yang paling kritis, pemasakan bertujuan
untuk menghilangkan bau mentah. Pemasakan dilakukan dengan suhu tidak
terlalu rendah maupun tidak terlalu tinggi. Suhu yang terlalu rendah
memunculkan bau relatif rendah, sebaliknya suhu yang terlalu tinggi membuat
rosella menjadi gosong (Desrosier, 1988).
Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling
yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan
perhatian yang besar dari pada yang biasa-biasanya diketahui. Industri pangan
Universitas Sumatera Utara
cenderung untuk membedakan antara proses pengalengan dan pembotolan di
suatu pihak lain. Sampai batas tertentu, ini merupakan perbedaan nyata antara
metoda pengolahan pangan yang mengikutsertakan sterilisasi dan/atau
pasteurisasi terhadap metoda pengawetan lainnya termasuk rehidrasi dan
pembekuan cepat (Buckle, et al., 1987).
Semua bahan pangan mudah rusak dan ini berarti bahwa setelah jangka
waktu penyimpanan tertentu, ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan
pangan yang segar dengan bahan pangan yang telah disimpan selama jangka
waktu tersebut di atas. Perubahan yang terjadi merupakan suatu kerusakan.
Meskipun demikian, sebagian bahan pangan mungkin menjadi matang atau tua
setelah dikemas dan memang ada perbaikan dalam waktu singkat tetapi
kemungkinan diikuti oleh kerusakan (Buckle, et al., 1987).
Disiapkan wadah (botol) penyimpanan selai beserta tutupnya. Botol-botol
selai dicuci bersih dan dikeringkan. Pastikan saat mencuci botol dan tutupnya
tidak tersisa sisa makanan di dalam lipatan tutup atau di pantat botol karena sisa
makanan ini akan mengundang mikroba dan jamur (Hambali, et al., 2006).
Cara mensterilkan botol-botol ini dengan cara memasukkan botol-botol ke
dalam oven bersuhu 1200C selama 30 menit dan merebus tutup botolnya selama
30 menit. Botol-botol dikeluarkan dari oven saat akan melakukan pengemasan.
Tutup botol harus dikeringkan dengan lap bersih sebelum menutup botol. Cara
lain yang biasa dilakukan adalah dengan merebus botol berikut tutupnya di dalam
panci besar selama kurang lebih 15 menit, dan hanya dikeringkan saat akan
mengemas (Hambali, et al., 2006).
Universitas Sumatera Utara