chapter ii

Upload: rheeyfii

Post on 05-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

afsgffhghh

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tumbuhan Kecombrang (Etlingera elatior)

    Berdasarkan taksonominya, tumbuhan kecombrang termasuk dalam:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Zingiberaceae

    Genus : Etlingera

    Species : Etlingera elatior

    Etlingera elatior dikenal sebagai jahe obor atau jahe merah yang termasuk dalam

    family Zingiberaceae dan merupakan tumbuhan herba yang tumbuh hampir di seluruh

    daratan Asia Tenggara. Disebut sebagai kecombrang atau honje di Indonesia, dan kantan di

    Malaysia (Chan, 2007).

    Ada beberapa manfaat dari tumbuhan kecombrang antara lain : kelopak bunga

    kecombrang dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat.

    Kadang-kadang kelopak bunganya juga dijadikan bagian dari pecal. Di tanah karo, buah

    kecombrang muda disebut asam cekala, kuncup bunga serta bijinya menjadi bagian pokok

    dari sayur asam Karo, juga menjadi peredam bau amis sewaktu memasak ikan masakan Batak

    popular (arsik ikan mas) juga menggunakan asam cekala ini. Di Malaysia dan Singapura

    kecombrang menjadi unsur penting dalam pembuatan makanan laksa (Anonym, 2009).

    Selain itu buah dari tanaman kecombrang telah digunakan sebagai bahan untuk

    mengobati telinga dan dan daunnya diekstrak kemudian digunakan untuk membersihkan luka

    oleh suatu komunitas suku di Malaysia (Habsah, 2005). Bunga yang masih muda

    Universitas Sumatera Utara

  • mengandung senyawa yang bersifat sebagai antimikroba, sitotoksin dan anti tumor

    (Haleagrahara, 2005).

    Adapun morfologi dari tanaman kecombrang:

    a. Batang

    Tanaman kecombrang (Etlingera elatior) mempunyai batang berbentuk semu bulat

    membesar dipangkalanya. Tumbuh tegak dan banyak. Batang saling berdekat-dekatan

    membentuk rumpun.

    Gambar 2.1 Batang Tanaman Kecombrang

    b. Akar

    Tanaman Kecombrang mempunyai akar berbentuk serabut dan berwarna kuning

    gelap.

    c. Daun

    Tanaman kecombrang mempunyai daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris

    berselang-seling, di batang semu helaian daun berbentuk lonjong dengan ukuran 20-90 cm x

    10-20 cm dengan pangkal dengan pangkal membulat atau membentuk jantung. Tepinya

    bergelombang dan ujungnya meruncing pendek gundul namun dengan bintik-bintik halus dan

    rapat berwarna hijau mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.

    d. Bunga

    Tanaman kecombrang mempunyai bunga dalam karangan berbentuk gasing

    bertangkai panjang dengan ukuran 0,5-2,5 m x 1,5-2,5 cm, dengan pelindung berbentuk

    jorong 7-18 cm x 1-7 cm berwarna merah jambu hingga merah terang berdaging. Ketika

    Universitas Sumatera Utara

  • bunga mekar maka bunga tersebut akan melengkung dan membalik. Kelopak berbentuk

    tabung berwarna merah jambu berukuran 4 cm.

    Berdasarkan hasil penelitian, kecombrang bermanfaat sebagai antimikroba.

    Antimikroba adalah bahan yang bisa mencegah pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir

    pada makanan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bunga kecombrang dari etil asetat dan

    etanol yang telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi aktivitas antibakteri bunga kecombrang antara lain pH, garam dan pemanasan.

    Pada pH asam aktivitas anti bakteri bunga kecombrang lebih ampuh dibandingkan pH basa.

    Penambahan garam dalam jumlah tertentu akan meningkatkan aktivitas antibakterinya dan

    meskipun dipanaskan pada suhu 100oC sampai 30 menit antibakteri pada kecombrang masih

    aktif. Bunga kecombrang juga dapat digunakan sebagai pengawet alami untuk makanan tetapi

    masih memerlukan penelitiaan yang lebih lanjut (Naufalin, 2005).

    Gambar 2.2. Bunga Kecombrang

    e. Buah

    Tanaman Kecombrang mempunyai buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat

    berdiameter 10-20 cm, masing-masing butir besarnya 2-2,5 cm, berambut halus dan pendek

    di bagian luar, berwarna hijau dan ketika masak warnanya menjadi merah.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2. 3 Buah Kecombrang

    f. Biji

    Tanaman kecombrang mempunyai biji banyak berwarna coklat kehitaman dan

    diselubungi selaput biji (arilus) berwarna putih bening atau kemerahan yang berasa asam

    (wikipedia, 2008).

    Gambar 2.4 Biji Kecombrang

    2.1.1 Sifat Antioksidan

    Menurut Hudson (1990) definisi antioksidan secara umum adalah suatu senyawa yang

    dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses oksidasi. Antioksidan dapat

    menghambat laju oksidasi bila bereaksi dengan radikal bebas. Secara alami beberapa jenis

    tumbuhan merupakan sumber antioksidan, hal ini dapat ditemukan pada beberapa jenis

    sayuran, buah-buahan segar, beberapa jenis tumbuhan dan rempah-rempah (Dalimarta dan

    Soedibyo, 1998).

    Selain itu antioksidan juga dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan

    elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron sehingga tidak reaktif lagi

    (Kosasih et al, 2004).

    Tubuh manusia sebenarnya memproduksi beberapa jenis enzim antioksidan yaitu

    superperoksida dimutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Enzim-enzim

    antioksidan ini sangat ampuh menetralisir berbagai tipe penyakit yang muncul karena adanya

    serangan radikal bebas (Kosasih et al, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu

    atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif karena kehilangan

    satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik, dan untuk mengembalikan keseimbangannya

    maka radikal bebas berusaha mendapatkan elektron dari molekul lain atau melepas elektron

    yang tidak berpasangan tersebut. Radikal bebas dalam jumlah berlebih di dalam tubuh sangat

    berbahaya karena menyebabkan kerusakan sel, asam nukleat, protein dan jaringan lemak.

    Radikal bebas terbentuk di dalam tubuh akibat produk sampingan proses metabolisme

    ataupun karena tubuh terpapar radikal bebas melalui pernafasan (Dalimartha dan Soedibyo,

    1998).

    Radikal bebas ialah atom atau molekul dengan susunan elektron tidak lengkap atau

    tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecenderungan kuat untuk berpasangan.

    Radikal bebas bertendensi kuat memperoleh elektron dari atom lain, sehingga atom lain yang

    kekurangan satu elektron ini menjadi radikal bebas pula yang disebut radikal bebas sekunder.

    Proses ini akan berlangsung secara berantai dan menyebabkan kerusakan biologik. radikal

    bebas dapat terbentuk akibat hilangnya maupun penambahan elektron di lintasannya pada

    saat terputusnya ikatan kovalen atom dan molekul bersangkutan sehingga menyebabkan

    instabilitas dan bersifat sangat reaktif. Susunan elekton yang tidak lengkap menyebabkan

    atom atau molekul sangat terpengaruh oleh medan magnet. Energi untuk memutuskan ikatan

    kovalen berasal dari panas, radiasi elektromagnetik atau reaksi redoks berlebihan. Hilang atau

    bertambahnya satu elektron pada molekul lain menyebabkan terjadinya radikal bebas baru

    dan mengakibatkan perubahan dramatis secara fisik dan kimiawi pada tubuh manusia. Mula-

    mula dirangsang (initiation) terjadinya radikal bebas, kemudian radikal bebas cenderung

    bertambah banyak membentuk (propagasi) rantai reaksi dengan molekul lain. Senyawa

    reaksi berantai ini mempunyai massa paruh yang lebih panjang dan potensial menyebabkan

    kerusakkan sel. Fase inisiasi dan propagasi dapat dinetralisir oleh antioksidan yang berasal

    dari endogen maupun eksogen (Kosasih et al, 2004).

    Ketika radikal bebas menempel pada molekul yang berpasangan, yang dilakukannya

    hanyalah merusak DNA sel-sel molekul tersebut untuk membentuk keseimbangan elektron

    agar proses metabolism tubuh berjalan normal. Tetapi ketika dua radikal bebas yang mencari

    pasangan bertemu, mereka akan menciptakan hubungan yang stabil (Siagian, 2012).

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam tiga tipe

    antioksidan, yaitu:

    1. Primary Antioxidants (Antioksidan Utama / Antioksidan Primer)

    Termasuk di sini:

    - SOD (Superoxide Dismutase)

    - GPx (Glutathion Peroxidase)

    - Metalbinding protein seperti Ferritin atau Ceruloplasmin.

    Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas

    baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak

    negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh Antioksidan ini adalah enzim

    SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses

    peradangan karena radikal bebas.

    2. Secondary Antioxidants (Antioksidan Kedua/ Antioksidan Sekunder)

    Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai.

    Contoh: antioksidan sekunder : vitamin E, vitamin C, betakaroten, asam urat, bilirubin dan

    albumin.

    3. Tertiary antioxidants (Antioksidan Ketiga / Antioksidan Tersier)

    Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal

    bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan

    reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit

    misalnya kanker (Kosasih et al, 2004).

    Pengujian antiradikal bebas senyawa-senyawa bahan alam atau hasil sintesis secara UV-

    Tampak dapat dilakukan secara kimia menggunakan DPPH (difenilpikril hidrazil). DPPH

    berfungsi sebagai senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri

    melalui persen peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu merah pada panjang

    gelombang () 517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak atsiri sebagai antiradikal bebas.

    Kereaktifan dari golongan senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antiradikal bebas

    ditentukan adanya gugus fungsi OH (hidroksil) bebas dan ikatan rangkap karbon-karbon,

    seperti flavon, flavanon, skualen, tokoferol, -karoten, Vitamin C dan lain-lain (Rahmawati,

    2004).

    Beberapa nilai IC50 untuk senyawa antioksidan (mg/mL)

    Asam askorbat : 1,96 +/- 0,013

    Universitas Sumatera Utara

  • Alpa-tokoferol : 7,3 +/- 0,308

    Sayur-sayuran : 4,7

    Gamma oryzanol : 50 +/-0,408

    Pohon pinus OPC : 4,0 13,5

    Quercetin : 2,457 +/-0,192

    Asam Ferulat (FRAC) : 31,3 +/-0,327

    Hesperidin : >500 (Ronald, 2004).

    Penggunaan senyawa alami sebagai antioksidan sudah sangat lama. Hal itu meliputi

    pengasapan dan pembumbuan untuk pengawetan daging, ikan, dan makanan lain yang kaya

    lemak. Perlakuan tersebut diakui dapat memberi efek penghambat tengik. Hal ini tidak lazim

    untuk mencoba mendefenisikan antioksidan alami dapat mempengaruhi zat yang terbentuk

    sebagai konsekuensi dari memasak atau pengolahan bahan nabati atau hewani untuk

    makanan. Antioksidan alami hampir ditemukan pada semua mikroorganisme, jamur, dan

    bahkan di jaringan hewan dan tumbuhan ini sebagian besar adalah senyawa fenolik dan yang

    merupakan beberapa dari kelompok antioksidan alami adalah flavonoid, asam fenolik dan

    minyak atsiri (Pokornya, 2001).

    Kebanyakan komponen minyak atsiri merupakan kelompok besar dari terpen (Hamid,

    2011). Terpen yang juga dikenal sebagai terpenoid atau isoprenoid membentuk kelompok

    terbesar dari produk tanaman alam. Dalam ilmu medis, terpen biasanya digunakan sebagai

    agen antiseptik, anti-flamasi, untuk penyakit kanker dan malaria serta antioksidan

    (Degenhardt, 2003).

    Komponen senyawa yang tidak jenuh dan teroksigenasi lebih stabil dalam melawan

    pengaruh oksidasi dibandingkan komponen lainnya, yakni golongan monoterpen dan seskui

    terpen (Handa, 2008). Monoterpen juga merupakan komponen primer dari minyak atsiri dan

    mempunyai pengaruh medis didalamnya. Beberapa komponen senyawa yang mempunyai

    yaitu karvakrol, timol, -terpinen (Bakkali, 2008), -pinen, -tujon, kamfor, 1,8-sineol, -

    tujon dan borneol (Kadri, 2011).

    Berdasarkan hasil penelitian terhadap kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)

    mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan

    glikosida yang berperan sebagai antioksidan (Naufalin, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • Jafar et al., (2007) mengatakan kecombrang mengandung minyak esensial yang

    bersifat bioaktif (daun 0,0735%; bunga 0,0334%; batang 0,0029% dan rhizome 0,0021%).

    2.1.2 Sifat Antimikroba

    Kelompok mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam, yang

    berhubungan dengan makanan dan manusia adalah bakteri. Adanya bakteri dalam bahan

    pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau menimbulkan penyakit

    yang ditularkan melalui makanan (Buckle, 2007). Bakteri merupakan organisme yang sangat

    kecil (berukuran mikroskopi). Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang

    hingga 10 mikron (1mikron = 10-3 mm). Itu berarti pula bahwa jasad renik ini tipis sekali

    sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk

    melihat bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan

    zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan bakteri.

    Cat yang umum dipakai adalah cat Gram. Diantara bermacam-macam bakteri yang

    dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi

    dengan alkohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu

    meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap

    dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram positif.

    Sebaliknya , bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah didekolorisasi dengan

    alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan zat

    warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan

    reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram negatif (Irianto, 2006).

    Naufalin et al (2005) melaporkan bahwa zat antibakteri dari ekstrak etanol dan etil

    asetat dari bunga kecombrang dapat menghambat berbagai bakteri seperti Bacillus cereus,

    P.aeroginosa, S.typhimurium, E.coli, L.monocytogenes, S. aureus dan

    A.hydrophilia.Sedangkan ekstrak airnya bersifat antibakteri terhadap S. aureus dan E.coli

    (Hudaya, 2010).

    Berdasarkan hasil uji in planta penggunaan bunga kecombrang pada konsentrasi 50 %

    terlihat cukup efektif dalam mencegah perkembangan penyakit busuk buah salak yang

    disebabkan jamur Chalaropsis sp. Pada penerapan di tingkat lapang, aplikasi bunga

    kecombrang dapat dilarutkan dalam air yang bersifat polar dengan konsentrasi maksimum 50

    % untuk selanjutnya diaplikasikan pada buah salak baik yang masih menempel pada tandan,

    Universitas Sumatera Utara

  • maupun yang sudah lepas tandan. Untuk lebih efektifnya, aplikasi ekstrak bunga kecombrang

    dengan air dapat disemprotkan pada buah salak yang masih menempel pada tanaman sebelum

    Dipanen (Pramoto, 2011).

    2.2 Minyak Atsiri

    Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak

    terbang. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang

    diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, buah, daun, biji maupun bunga dengan

    cara penyulingan dengan uap. Meskipun kenyataannya minyak atsiri juga dapat diperoleh

    dengan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau

    dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama,

    minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau

    penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses

    menjadi produk-produk lain. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri

    tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia

    sederhana. Pada saat isolasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan

    vakum. Hal ini dikerjakan untuk menghindari terjadinya isomerisasi, polimerisasi atau

    penguraian. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen

    murninya. Lazimnya minyak atsiri tersebut langsung digunakan, tanpa diisolasi komponen-

    komponennya sebagai pewangi berbagai produk (Sastrohamidjojo, 2004).

    Minyak atsiri adalah zat yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga

    minyak menguap, minyak eteris, atau minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar)

    mudah menguap di udara terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau

    dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri

    umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi

    dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah

    supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya

    disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh

    mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara,

    ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa organik yang banyak ditemukan di alam

    dan berasal dari jaringan tumbuhan. Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit

    sekunder yang mudah menguap (volatile) dan bukan merupakan senyawa murni tetapi

    tersusun atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari golongan terpenoid

    (Guenther,2006).

    Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,

    volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap

    pada suhu kamar, mempunyai rasa getir serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman

    penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air

    (Sudaryani.1990).

    Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik,

    parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai

    bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai

    bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif sebagai contoh bahan anti radang,

    hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan anti bakteri (Agusta,200).

    2.2.1 Metode Isolasi

    Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai

    berikut :

    1. Metode Destilasi

    Diantara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode

    destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan

    industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut :

    a. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air). Metode

    ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak

    yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna saat

    dipanaskan).

    b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung.

    Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama

    digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakkan dapat rusak akibat panas

    Universitas Sumatera Utara

  • kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang

    bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan :

    - Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

    - Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak direbus. Dari bawah

    dialirkan uap air panas.

    - Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan

    oleh air mendidih dari bawah dandang.

    - Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap air

    dari luar bejana (Gunawan, 2004).

    2. Metode penyarian

    Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan

    pemanasan seperti cendana. Kebanyakkan dipilih metode ini karena kadar minyaknya

    di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain,

    minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri

    menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut

    sempurna di dalam bahan pelarut organik non polar (Gunawan, 2004).

    Ekstraksi digunakan untuk mengisolasi produk reaksi kimia organik . sebagai

    contoh, sejumlah campuran senyawa organik yang larut dalam air dan beberapa garam

    anorganik yang semuanya larut dalam air. Untuk mengisolasi senyawa organik

    tersebut, maka campuran diatas dituang dalm corong pisah dan dengan menambahkan

    pelarut organik, misalnya eter. Lalu dikocok sehingga senyawa-senyawa organik akan

    terdistribusi pada eter karena lebih mudah larut dalam eter dibandingkan dalam air.

    Sementara garam anorganik berada pada lapisan air karena tidak larut dalam eter.

    Dengan demikian sudah terjadi pemisahan dan eter dapat dibebaskan dengan

    penguapan (Williamson, 1987).

    3. Metode Pengepresan dan Pemerasan

    Metode pemerasan/pengepresan dilakukan untuk minyak-minyak atsiri yang

    tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap

    minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut

    Universitas Sumatera Utara

  • penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendemennya relatif

    besar (Gunawan, 2004).

    4. Metode Enfleurage

    Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan

    pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga

    yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan

    minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati, jasminum

    sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara

    langsung (Gunawan, 2004).

    Pada proses ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah

    (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh

    panas. Metode ini masih diterapkan di daerah grasse di Perancis selatan dengan

    peralatan sederhana, praktis dan berkapasitas kecil (Ketaren, 1985).

    Adapun metode- metode penyulingan minyak atsiri dapat dibagi menjadi :

    1. Penyulingan dengan air

    Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

    langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam

    secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri

    khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh

    karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara

    langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak

    tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

    2. Penyulingan dengan uap

    Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada

    pronsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja air

    penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang

    digunakan berupa uap jenuh atau uap lewat panas dengan tekanan lebih dari 1

    atmosfer.

    3. Penyulingan dengan uap dan air

    Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di

    atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air

    Universitas Sumatera Utara

  • sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini

    yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan

    tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air

    panas (Lutony, 1994).

    2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Atsiri

    Pada umumnya perbedaan minyak atsiri komposisi minyak atsiri disebabkan

    perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan,

    metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.

    Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang

    terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). pada umumnya komponen

    kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1) Hidrokarbon yang terutama terdiri

    dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon teroksigenasi.

    1. Golongan hidrokarbon yang terdiri dari persenyawaan Terpen

    Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C)

    dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian

    besar terdiri dari monoterpen ( 2 unit isoprene), sesquiterpen ( 3 unit isoprene),

    diterpen ( 4 unit isoprene) dan politerpen.

    2. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

    Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon

    (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). persenyawaan yang termasuk dalam

    golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol.

    Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal,

    ikatan rangkap tiga. Terpen mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua

    (Ketaren, 1985).

    2.2.3 Biosintesis Minyak Atsiri

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak atsiri di

    dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan. Golongan pertama

    adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui jalur biosintesis asam

    mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang terbentuk dari biosintesis asam

    sikimat melalui jalur fenil propanoid (Agusta, 2000). Mekanisme dari tahap-tahap reaksi

    biosintesis terpenoid yaitu asam asetat yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan

    kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini

    dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon

    bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah

    fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya

    berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif

    bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah

    pertama dari polimerisasai isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi

    karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang

    kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan

    geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

    Sintesa terpenoid sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik

    sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari

    senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu

    per satu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini

    lazimnya adalah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat

    berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi,

    dehidrasi, dekarbosilasi, dan sebagainya

    Berikut adalah Gambar Reaksi Biosintesa Terpenoid

    Universitas Sumatera Utara

  • CH3 C SCoA

    O

    CH3 C SCoA

    O

    + CH3 C

    O

    CH2 C

    O

    SCoA CH3 C SCoA

    O

    Asetil koenzim A Asetoasetil koenzim A

    CH3 C

    OH

    CH2 C

    O

    SCoA

    CH2 C SCoA

    O

    HCH3 C

    OH

    CH2 CH2 OH

    CH2 C

    O

    OH CH3 C

    OPP

    CH2 C

    O

    O-

    Asam mevalonat

    CH2 CH2 OH

    - OPP- CO2

    CH3 C CH

    CH2 H

    CH2 OPP

    Isopentenil pirofosfat (IPP)

    CH3 C

    CH3

    CH CH2 OPP

    Dimetilalil pirofosfat (DMAPP)

    OPP

    OPP

    HIPP

    DMAPP

    OPPMonoterpen

    Geranil pirofosfat

    OPP

    H

    OPPFarnesil pirofosfat

    Seskuiterpen

    2 X

    TriterpenOPPH

    OPPDiterpen

    2 X

    Tetraterpen

    Geranil-geranil pirofosfat

    Gambar 2.5. Biosintesis Terpenoid

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk menjelaskan hal diatas dapat diambil beberapa contoh monoterpen. Dari segi

    biogenetik, perubahan geraniol, nerol dan linalool dari yang satu menjadi yang lain

    berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa

    geranil pirofosfat (GPP) dapat menjalani reaksi-reaksi sekunder berikut, misalnya dehidrasi

    menghasilkan mirsena, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal.

    Berikut ini adalah contoh perubahan senyawa monoterpen

    CH2OH

    Geraniol(trans) Mirsen

    OH

    Linalool

    CHO

    Sitronelal

    CH2OH

    Nerol(cis)

    CHO

    Sitral

    - H2O

    O

    H O,

    Gambar 2.6. Perubahan senyawa monoterpen

    (Achmad, 1986).

    Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis-farnesil pirofosfat dan trans-

    farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Kedua isomer farnesil

    pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara

    geraniol dan nerol. Perubahan farnesil pirofosfat menjadi seskuiterpen terlihat pada contoh

    sebagai berikut

    Universitas Sumatera Utara

  • OH

    Farnesol

    OPP

    CH2

    Humulen

    OPP

    H2C

    Trans-Farnesil pirofosfat

    cis-Farnesil pirofosfat

    - H+

    - H+

    Bisabolen

    Gambar 2.7. Reaksi biogenetik beberapa seskuiterpena

    2.3 Analisa Komponen Kimia Minyak atsiri

    2.3.1 Kromatografi Gas Spektroskopi Massa (GCMS)

    GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua

    metode analisis senyawa yaitu Kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa

    secara kuantitatif dan Spektrometri Massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul

    senyawa analit.

    Gas kromatografi merupakan salah satu tehnik spektroskopi yang menggunakan

    prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen

    penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang

    terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.

    Universitas Sumatera Utara

  • Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan

    cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui

    dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.

    Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan

    keduanya dapat menghasilkan data lebih akurat dalam mengidentifikasi senyawa yang

    dilengkapi dengan struktur molekulnya.

    Kromatografi gas ini juga mirip dengan destilasi fraksinasi, karena kedua proses

    memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan titik didih atau

    tekanan uap. Namun destilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan komponen-

    komponen dari campuran pada skala besar sedangkan GC dapat digunakan pada skala yang

    lebih kecil (Pavia, 2006).

    Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk analisa

    makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium. Kromatografi

    gas merupakan kunci dari suatu teknik anlitik dalam pemisahan komponen mudah menguap,

    yaitu dengan mengkombinasikan secara cepat analisa sehingga pemecahan yang tinggi

    mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang

    bagus dan harganya lebih murah. Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan indentitas

    atau struktur untuk setiap puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang

    didefenisikan sistem tidak bagus (Mcnair, 2009).

    Adapun prinsip kerja dari alat GC-MS adalah sebagai berikut

    a. Kromatografi Gas

    Gambar 2.8. Skema Alat Gas Kromatografi

    Universitas Sumatera Utara

  • Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia

    organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari

    bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi,

    GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam kromatografi

    gas, fase yang bergerak atau mobile phase adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas

    murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen. Fasa diam atau stationary

    phase merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas murni, di

    dalam bagian dari system pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom. Instrument yang

    digunakan untuk melakukan kromatografi gas disebut gas chromatograph (Fowlis,1998).

    Instrumentasi dari alat GC antara lain :

    a. Gas Pembawa

    Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah

    diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntungannya

    adalah karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan

    kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering

    digunakan adalah Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan karbon

    dioksida (CO2) (Agusta, 2000).

    b. Injeksi Sampel

    Cuplikan dimasukkan ke dalam ruang suntikk melalui gerbang suntik, biasanya berupa

    lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan

    tersendiri, terpisah dari kolom dan biasanya pada suhu 10-15oC lebih tinggi dari suhu

    maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan dan dibawa ke

    kolom (Gritter et al,1991).

    c. Kolom

    Ada dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas. Tipe pertama, tube panjang dan tipis

    berisi material padatan. Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan

    dengan bagian dalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada molekul

    tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Molekul dapat berkondensasi pada fase diam.

    2. Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam.

    3. Molekul dapat tetap pada fase gas.

    b. Spektoskopi Massa

    Gambar 2.9 Skema Alat Spektroskopi Massa

    Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sampel

    menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa

    terhadap muatan.

    Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion

    tersebut menjadi spektrum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan

    merekam kelimpahan relative tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang

    dipelajari karena ion negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit

    (Pavia, 2006).

    Adapun instrumentasi dari alat spektroskopi massa sebagai berikut :

    a. Sumber Ion

    setelah melewati rangkaian kromatografi gas, sampel gas yang akan diuji

    dilanjutkan melalui rangkaian spektroskopi massa. Molekul-molekul yang

    melewati sumber ion ini diserang untuk melewati filter, partikel-partikel sampel

    haruslah bermuatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Filter

    Selama ion melalui rangkaian spektroskopi massa, ion-ion ini melalui rangkaian

    elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan massa. Para ilmuwan

    memisahkan komponen-komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang

    boleh melanjutkan yang mana yang tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus

    menyaring ion-ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke

    detektor.

    c. Detektor

    Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Dalam mekanisme reaksi,

    pembakaran senyawa organik merupakan hal yang sangat kompleks. Selama

    proses, sejumlah ion-ion dan elektron-elektron dihasilkan dalam nyala. Kehadiran

    ion dan elektron dapat dideteksi. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih

    panas disbanding dengan temperatur kolom. Hal ini menghentikan kondensasi

    dalam detektor.

    Hasil detektor akan direkam sebagai urutan puncak-puncak, setiap puncak

    mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor.

    Pada metode analisis GCMS (Gas Chromatography Mass Spectroscopy) adalah

    dengan membaca spektra yang terdapat pada kedua metode yang digabung tersebut. Pada

    spektra GC jika terdapat bahwa dari sampel mengandung banyak senyawa, terlihat dari

    banyaknya puncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu retensi yang

    sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel.

    Selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam

    instrument spektroskopi massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari

    kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu,

    didapat hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang berbeda.

    Informasi yang diperoleh dari kedua tehnik ini yang digabung dalam instrument

    GCMS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting

    yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk

    spektra MS bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relative dari senyawa sampel

    tersebut (Skoog, 1991).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.2 Spektroskopi Inframerah

    Alat instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi inframerah pada

    pelbagai panjang gelombang absorpsi masing-masing gugus fungsi disebut Spektroskopi

    inframerah. Suatu spektrum inframerah ialah suatu grafik dari panjang gelombang atau

    frekuensi, yang secara berkesinambungan berubah sepanjang suatu daerah sempit dari

    spektrum elektromagnetik, versus transmisi-persen (%T) atau absorbansi (A) (Fessenden,

    1986). Spektroskopi inframerah digunakan untuk penentuan gugus fungsi, khususnya

    senyawa organik dan juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Spektrum inframerah

    memberikan puncak-puncak maksimal yang jelas sebaik puncak minimumnya (Khopkar,

    2003). Identifikasi pita absorpsi khas yang disebabkan oleh berbagai gugus fungsi merupakan

    dasar penafsiran spektrum inframerah (Creswell, 2005).

    Pancaran inframerah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum elektromagnet

    yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro. Pancaran inframerah

    yang kerapatannya kurang daripada 100 cm-1 diserap oleh sebuah molekul organik dan

    diubah menjadi energi putaran molekul. Penyerapan ini tercatu dan dengan demikian

    spektrum rotasi molekul terdiri dari garis-garis yang tersendiri (Silverstein, 1981).

    Spektrum inframerah dapat diperoleh dari gas, cairan atau padatan. Spektrum gas atau

    cairan yang mudah menguap dapat diperoleh dengan memuaikan cuplikan kedalam suatu sel

    yang telah dikosongkan. Teknik fase uap ini terbatas karena secara nisibi sejumlah besar

    senyawa tidak mempunyai tekanan uap cukup tinggi agar menghasilkan spektrum yang dapat

    dimanfaatkan (Silverstein, 1981). Ada beberapa metode yang dilakukan untuk menangani

    sampel dalam bentuk padatan antara lain dengan mencampurkan padatan sampel dengan

    serbuk KBr, kemudian campuran tersebut dipress dengan tekanan tinggi. Dibawah tekanan

    ini KBr akan melebur dan akan membentuk matrix (Pavia, 2001).

    Universitas Sumatera Utara