chapter ii

40
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Mikroorganisme Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata biasa tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Makhluk ini yang disebut jasad renik atau mikroorganisme, terdapat di mana-mana. Di antaranya ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi ada pula yang merugikan seperti menimbulkan penyakit. 12 Pengaruh mikroorganisme terhadap kehidupan manusia dimulai sejak bayi dilahirkan. Setelah bayi lahir, ia akan berhubungan dengan mikroorganisme yang ada di alam bebas dan orang-orang yang disekitarnya. Mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak serta mengadakan kolonisasi pada permukaan tubuh seperti kulit, kuku, rongga hidung, rongga telinga luar, rongga mulut, dan tenggorokan serta permukaan bagian dalam tubuh, misalnya pada saluran cerna bagian bawah seperti kolon dan rektum. 13 Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi. 11 Dunia mikroorganisme yang mempengaruhi kehidupan manusia terdiri atas bakteri, virus, dan jamur. 13 2.1.1 Bakteri Secara garis besar bakteri yang hidup di alam terbagi atas bakteri yang membutuhkan dan tidak membutuhkan zat oksigen dan gas-gas lainnya. 14 Bakteri termasuk dalam golongan prokariot, ukurannya sangat kecil berkisar 0,5-5 μm dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 13 Prokariot adalah organisme yang tidak memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-bahan genetika dan pada umumnya merupakan uniselular. 15 Universitas Sumatera Utara

Upload: bachtiar-adi

Post on 17-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keanekaragaman Mikroorganisme Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang

    sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata biasa tanpa bantuan suatu

    peralatan khusus. Makhluk ini yang disebut jasad renik atau mikroorganisme,

    terdapat di mana-mana. Di antaranya ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,

    tetapi ada pula yang merugikan seperti menimbulkan penyakit.12

    Pengaruh mikroorganisme terhadap kehidupan manusia dimulai sejak bayi

    dilahirkan. Setelah bayi lahir, ia akan berhubungan dengan mikroorganisme yang ada

    di alam bebas dan orang-orang yang disekitarnya. Mikroorganisme tersebut akan

    tumbuh dan berkembang biak serta mengadakan kolonisasi pada permukaan tubuh

    seperti kulit, kuku, rongga hidung, rongga telinga luar, rongga mulut, dan

    tenggorokan serta permukaan bagian dalam tubuh, misalnya pada saluran cerna

    bagian bawah seperti kolon dan rektum.13 Mikroorganisme adalah agen penyebab

    infeksi.11 Dunia mikroorganisme yang mempengaruhi kehidupan manusia terdiri atas

    bakteri, virus, dan jamur.13

    2.1.1 Bakteri Secara garis besar bakteri yang hidup di alam terbagi atas bakteri yang

    membutuhkan dan tidak membutuhkan zat oksigen dan gas-gas lainnya.14 Bakteri

    termasuk dalam golongan prokariot, ukurannya sangat kecil berkisar 0,5-5 m dan

    tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.13 Prokariot adalah organisme yang tidak

    memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-bahan genetika dan pada

    umumnya merupakan uniselular.15

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.1.1 Morfologi Bakteri Bentuk bakteri bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat (kokus), batang

    (basil), dan ada yang berbentuk spiril.13,15

    Gambar 2.1 Morfologi Bakteri15

    a. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola. Kokus

    mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:

    Mikrokokus, jika tunggal dan kecil.

    Diplokokus, jika dua kokus bergandengan.

    Tetrakokus, jika empat kokus bergandengan dan membentuk

    bujursangkar.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sarkina, jika kokus bergerombol dan membentuk kubus.

    Stafilokokus, jika bergerombol.

    Streptokokus, jika bergandengan membentuk rantai.

    b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder

    dan mempunyai variasi sebagai berikut:

    Monobasilus, jika basil berdiri sendiri-sendiri.

    Diplobasilus, jika dua basil bergandengan.

    Streptobasilus, jika bergandengan membentuk rantai.

    c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai

    variasi sebagai berikut:

    Spiral, jika spiril berbentuk seperti gelombang.

    Vibrio, jika lengkung kurang dari setengah lingkaran atau berbentuk

    koma.

    2.1.1.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Bakteri Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan

    reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

    pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan cahaya.13,15

    1. Suhu13,15

    Seperti halnya makhluk hidup tingkat tinggi, untuk pertumbuhannya, bakteri

    perlu suhu tertentu. Atas dasar suhu yang diperlukan untuk tumbuh, bakteri dapat

    dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:

    a. Bakteri psikrofil (cold loving bacteria), yaitu bakteri yang hidup pada

    daerah suhu antara (0-20)oC, dengan suhu optimum 25oC. Misalnya

    golongan mikroorganisme laut.

    b. Bakteri mesofil (moderater temperature loving bacteria), yaitu bakteri

    ini tumbuh antara suhu (25-40)oC dengan suhu optimal 37oc, misalnya

    golongan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada

    manusia.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Bakteri termofil (heat loving bacteria), yaitu bakteri yang tumbuh

    antara suhu (50-60)oC.

    2. Kelembaban15

    Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kira-kira

    85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme

    terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.

    3. Cahaya15

    Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya

    cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat

    menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat

    pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat

    digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.

    2.1.2 Virus Virus memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bakteri,

    yaitu berkisar 20 nm dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop

    elektron. Intinya terdiri atas RNA atau DNA saja, hidupnya intraseluler, tidak dapat

    dihambat oleh antibiotika, bentuknya bermacam-macam yaitu segi banyak beraturan,

    dan filamentous.13

    Virus yang kali pertama ditemukan adalah Tobacco mosaic virus oleh

    Iwanowski pada tahun 1892. Infeksi oleh virus biasanya akan disertai imunitas yang

    long life (berjangka waktu panjang), misalnya akibat infeksi variola virus, tetapi ada

    pula yang merusak sistem imun misalnya pada infeksi HIV.13

    2.1.3 Fungi (Jamur) Jamur termasuk dalam golongan eukariot, memiliki ukuran yang bermacam-

    macam, memiliki dinding sel, dan heterotrof. Heterotrof adalah tidak dapat membuat

    makanannya sendiri. Oleh karena itu, jamur menyerap zat organik dari

    lingkungannya untuk bertahan hidup. Umumnya jamur terdiri atas banyak sel, tetapi

    Universitas Sumatera Utara

  • ada yang hanya terdiri atas satu sel misalnya golongan ragi. Jamur juga ada

    makroskopik dan mikroskopik. 13

    2.2 Infeksi Silang Infeksi merupakan suatu resiko kesehatan kerja bagi para petugas kesehatan.2

    Infeksi silang merupakan transmisi dari agen infeksi antara pasien dan operator

    dalam lingkungan klinis. Transmisi dapat terjadi antara kontak orang yang satu

    terhadap orang yang lainnya atau melalui objek yang terkontaminasi. Transmisi

    infeksi dari satu orang terhadap yang lainnya, memerlukan: sumber infeksi, agen

    infeksi, dan jalur penyebaran infeksi. Infeksi silang dapat terjadi melalui jalur

    sebagai berikut yaitu antara pasien, dokter gigi beserta staf, instrumen, dan udara.16,17

    Gambar 2.2 Jalur Penyebaran Infeksi di Klinik18

    Universitas Sumatera Utara

  • Beberapa organisme atau agen infeksi dapat ditularkan dalam perawatan gigi

    melalui:19

    1. Penularan langsung. Adanya kontak langsung dengan lesi infeksi, saliva,

    darah atau cairan mukosa mulut lainnya.

    2. Penularan tidak langsung. Adanya perpindahan mikroorganisme dari obyek

    perantara yang terkontaminasi, misalnya peralatan dan permukaan lingkungan

    kerja.

    3. Percikan darah, saliva, atau sekresi langsung pada kulit atau mukosa yang

    lecet.

    4. Aerosol, merupakan penyebaran mikroorganisme melalui udara.

    Menurut suharto dkk., penularan adalah perjalanan kuman patogen dari

    sumber ke hospes. Ada 4 jalan yang dapat ditempuh yaitu kontak langsung, alat,

    udara, dan vektor.12 Kebanyakan pembawa penyakit infeksi tidak dapat diketahui

    dengan mudah. Risiko infeksi terdapat pada praktek gigi karena banyak agen infeksi

    yang bisa ditularkan.20

    Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

    orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

    memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk

    menghindari risiko dan gangguan kesehatan, maka perlu penyelenggaraan kesehatan

    lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Berdasarkan

    pertimbangan tersebut, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang

    Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit. Salah satu syarat yang harus diterapkan pihak

    rumah sakit adalah kualitas udara ruang. Adapun indeks angka kuman udara yang

    telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

    1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit

    untuk ruang operasi adalah 10 CFU/m3 dan ruang pemulihan/perawatan,

    administrasi, pertemuan adalah 200-500 CFU/m3.21

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Penyakit Infeksi Banyak penyakit yang dijumpai pada praktek dokter gigi, puskesmas, bahkan

    rumah sakit. Kadang-kadang pasien yang terinfeksi datang untuk mencari perawatan

    dan tidak jarang pula tenaga medis tertular oleh kondisi penyakit dari pasien.22,23,24

    2.3.1 Hepatitis 2.3.1.1 Hepatitis A Virus hepatitis A (HAV) adalah penyakit keturunan dan merupakan virus

    RNA. Infeksi HAV menyebabkan penyakit kuning dan jarang menyebabkan

    kematian. Pada orang dewasa tingkat kematian adalah sekitar 1 dari 1000 orang dan

    pada orang lebih dari 50 tahun tingkat kematian sekitar 27 dari 1000. Masa inkubasi

    virus hepatitis A adalah sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah seseorang sembuh dari

    infeksi virus hepatitis A, orang tersebut akan terlindungi seumur hidup. Vaksin untuk

    virus Hepatitis A sekarang sudah tersedia. Jika seseorang belum terkena HAV,

    vaksinasi satu kali dapat memberikan kekebalan seumur hidup.22,23

    2.3.1.2 Hepatitis B Infeksi virus hepatitis B (HBV) disebabkan oleh virus DNA yang merupakan

    suatu Hepadnavirus. Secara klinis kebanyakan pasien yang terinfeksi HBV tidak

    teridentifikasi.23 Virus ini diperkirakan menginfeksi sepertiga dari total populasi

    dunia dan sekitar 20% dari mereka terinfeksi kronis. Tidak hanya menyebabkan

    infeksi kronis, virus ini juga dapat menyebabkan sirosis hati dan karsinoma

    hepatoseluler. Sebagai tahap awal dalam mencegah infeksi HBV, small hepatitis B

    surface antigen (sHBsAg) digunakan sebagai komponen utama dari vaksin hepatitis

    B.22

    Masa inkubasi berlangsung 45-160 hari oleh karena itu disebut juga infeksi

    hepatitis kronis. Transmisi ditularkan terutama melalui darah. Menurut Hasil infeksi

    HBV - sekitar 90% dari yang terinfeksi menjadi sehat kembali, sekitar 9-10%

    menjadi pembawa asimtomatik atau menderita hepatitis kronis persisten; sekitar 1%

    berkembang menjadi penyakit fulminan setelah terinfeksi dan menyebabkan

    Universitas Sumatera Utara

  • kematian. Vaksin terhadap infeksi HBV telah tersedia. Tingkat infeksi di kalangan

    dokter gigi (termasuk dokter umum dan spesialis) berkisar dari 13,6% sampai 38,5%.

    Oleh karena itu penyakit ini tidak sedikit menyerang dokter gigi. Ada beberapa kasus

    dokter gigi yang terinfeksi HBV dari pasien . Menurut Centers for Disease Control

    & Prevention (CDC) dosis vaksin booster mungkin tidak dianggap perlu karena

    respon anemnistic dan kurangnya bukti dari orang yang sebelumnya diimunisasi

    menjadi terinfeksi kembali (tubuh akan menunjukkan respon imun protektif).22,23

    2.3.1.3 Hepatitis C Hepatitis C Virus (HCV) diidentifikasi pertama kali pada tahun l998 dan

    merupakan penyakit yang penting karena bertanggung jawab atas sekitar 90%

    hepatitis pasca transfusi dan diduga 3% populasi dunia telah terinfeksi virus hepatitis

    C yang mempunyai masa inkubasi sekitar 7 minggu. Hepatitis C kronis menjadi

    penyebab utama dari Sirosis hati dan Karsinoma hepatoseluler. Lebih dari 60% yang

    terinfeksi dapat menjadi penyakit hati kronis. Dari yang terjangkit penyakit ini, 30-

    60% menjadi penyakit hati aktif dan 5-20% menjadi sirosis hati.22,23

    Virus hepatitis C biasanya menular melalui transfusi darah, kontak dengan

    darah dan cairan tubuh lainnya. Penyakit ini juga biasa terlihat pada orang-orang

    yang menggunakan berbagi jarum selama pemakaian narkoba, dan pada pasien

    dengan penyakit menular seksual lainnya. Penyakit ini bisa sangat melemahkan dan

    bisa berakibat fatal.22,23

    2.3.1.4 Hepatitis D Virus hepatitis D adalah suatu virus seperti partikel yang selalu tergantung

    pada kehadiran infeksi virus Hepatitis B pada pasien (piggy-back virus). Penyakit ini

    mungkin terjadi sebagai koinfeksi dengan HBV atau setelah terinfeksi oleh HBV.

    Cara penularannya dapat melalui darah dan kontak cairan tubuh lainnya.22,23

    Infeksi virus hepatitis D adalah infeksi paling berbahaya yang terjadi pada

    pasien. Dokter gigi harus menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh lain

    dari pasien dengan menggunakan teknik perlindungan yang baik dan benar serta

    Universitas Sumatera Utara

  • memiliki pembuangan limbah yang baik untuk menghindari infeksi silang antara

    pasien lainnya.22,23

    2.3.2 Human Immunodeficiency Virus AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu suatu

    virus yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Penularan HIV terjadi melalui

    kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Awalnya penyakit ini hanya terlihat

    pada masyarakat homoseksual dan kemudian ditemukan pada semua lapisan

    masyarakat termasuk heteroseksual, perempuan dan anak-anak.22,23

    Ada banyak klasifikasi untuk AIDS seperti Center For Disease Controls

    Surveilance Definition, Klasifikasi Walter-Reed atau Klasifikasi WHO. Pada tahap

    awal infeksi HIV tidak dapat terlihat dan biasa disertai dengan gejala seperti lemah,

    artralgia, atau bahkan sama sekali tanpa gejala. Pada perkembangannya, infeksi HIV

    dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi. Beberapa lesi oral yang terkait dengan

    infeksi HIV dan AIDS adalah Hairy Leukoplakia, Kaposis Sarkoma dan

    Kandidiasis. Sangat penting dokter gigi untuk mengetahui tampakan klinis dari lesi

    oral tersebut. Selain kondisi dalam rongga mulut, ada juga kondisi sistemik seperti

    infeksi protozoa, infeksi jamur, infeksi virus lain dan infeksi mikrobakteri.22,23

    2.3.3 Tuberkulosis Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang paling lama

    dikenal oleh manusia. Di masa lalu Negara yang paling banyak terjangkit

    Tuberkulosis masih ada dibawah kontrol. Tetapi sekarang penyakit ini telah muncul

    kembali dengan tipe baru multi-drug-resistant-strains. Mycobacterium Tuberkolosis

    adalah bakteri yang dibawa oleh infektif udara inti droplet dan dapat dihasilkan oleh

    paru-paru, bersin, batuk, berbicara atau menyanyi. Partikel-partikel yang sangat kecil

    (1-5 m) dapat tinggal di udara selama berjam-jam. Infeksi dapat terjadi ketika

    seeorang menghirup inti droplet yang mengandung M. tuberkolosis, yang kemudian

    berjalan sampai ke alveoli paru-paru.22,23

    Universitas Sumatera Utara

  • Setiap tahun sekitar 8 juta orang terjangkit TB dan 3 juta diantaranya

    meninggal. TB banyak menyerang sistem pernafasan, gejala penyakit TBC aktif

    adalah batuk lebih dari 3 minggu (batuk produktif), dahak dengan darah, kelelahan,

    malaise, demam, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan berkeringat

    di malam hari. Jika didiagnosis dengan infeksi aktif pasien harus dirawat sampai

    sembuh dan kemudian dapat dilakukan perawatan gigi. Di Amerika Serikat, dokter

    gigi dapat menunda perawatan gigi sampai pasien tersebut telah dikatakan sembuh,

    dan pengobatan gigi darurat dapat diberikan tetapi harus dilengkapi dengan

    perlengkapan khusus dengan kontrol kontaminasi silang dalam pekerjaan. Fasilitas

    tersebut meliputi ruang pengobatan yang negatif terkontaminasi virus. Pendingin

    udara dan sistem ventilasi juga harus dilengkapi dengan filter HEPA dan personil

    harus menggunakan masker yang memiliki filter HEPA selama kontak dengan pasien

    yang terinfeksi.22,23

    2.4 Standard Precautions Prosedur penatalaksanaan infeksi silang yang umum digunakan adalah

    berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and

    Prevention (CDC). Pada awalnya, aturan ini dikenal sebagai universal precautions.

    Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dalam bidang kedokteran dan

    kedokteran gigi, istilah universal precautions diubah menjadi standard

    precautions.25

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard

    Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan

    menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan

    gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh

    yang lain. Standar ini harus dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan

    tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi

    (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa.25

    Standard precautions merupakan tindakan pencegahan infeksi minimum yang

    dilakukan pada semua tindakan perawatan terhadap pasien untuk mengurangi risiko

    Universitas Sumatera Utara

  • infeksi menular pada operator baik dari sumber terinfeksi yang diketahui maupun

    yang tidak diketahui. Prosedur standard precautions bertujuan untuk melindungi

    dokter gigi, pasien, dan staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur

    perawatan berlangsung. Standard precautions di bidang ilmu kedokteran gigi terdiri

    dari perlindungan diri, sterilisasi instrumen, sterilisasi permukaan (asepsis dan

    disinfeksi), penggunaan alat sekali pakai, dan pembuangan limbah medis.25,26,27

    2.4.1 Perlindungan Diri Perlindungan diri pada standard precautions terdiri dari mencuci tangan,

    menggunakan sarung tangan, menggunakan masker, menggunakan kacamata

    pelindung, menggunakan jas praktek atau jas laboratorium, dan imunisasi.24,25,28

    2.4.1.1 Cuci Tangan Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah

    merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan

    tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Tujuan

    mencuci tangan adalah untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada tangan dan

    untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien,

    tenaga kesehatan, dan peralatan.28

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.3 Prosedur mencuci tangan29

    2.4.1.2 Penggunaan Sarung Tangan Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil

    sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan

    penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan

    darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung

    tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan

    harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien.28

    Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi,

    diantaranya:30

    a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi

    memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya

    perdarahan.

    b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau

    mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.

    c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan

    kerja atau saat menggunakan bahan kimia.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.4 Sarung tangan steril30

    2.4.1.3 Penggunaan Masker Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan

    pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya

    aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas

    penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen

    lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 60 menit).

    Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.28,30,31

    Gambar 2.5 Masker32

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.1.4 Pemakaian Jas Praktek / Jas Laboratorium Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah

    dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi

    kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih

    klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen

    dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama

    beberapa hari hingga beberapa minggu.30,31

    Semua petugas dikamar bedah sebaiknya mengingat tindakan pencegahan

    saat memakai jas dan sarung tangan tanpa bantuan perawat. Adapun tindakan

    pencegahan yang harus dilakukan oleh operator adalah:33

    1. Pegang kertas suci hama dengan tangan yang belum steril kemudian batalkan

    kesanggupan untuk melakukan teknik sarung tangan tertutup (close glove

    technique) dengan baik.

    2. Tidak tersedianya ruangan yang cukup untuk membuka jas steril, dapat

    menyebabkan terkontaminasinya lengan jas, apabila hal ini terjadi maka jas

    yang mungkin telah terkontaminasi tangan harus diganti dan cuci tangan

    harus diulang kembali.

    3. Bagian manset rajutan tidak cukup steril dan sebaiknya ditutup dengan

    manset sarung tangan.

    4. Meskipun memulai dengan panel steril pada bagian belakang jas, akan tetapi

    bagian ini tidak pernah dianggap steril. Setiap petugas tidak dapat

    memperhatikan punggung secara terus-menerus. Oleh karena itu, bagian

    tersebut harus dianggap tidak steril.

    5. Daerah jas yang steril adalah mulai dari pinggang sampai batas ketiak

    dibagian depan dan pada lengan jas dari pergelangan tangan sampai 3 inchi

    diatas siku.

    6. Posisi tangan harus dipertahankan agar tetap berada diatas batas pinggang dan

    didepan dada, jauh dari wajah dan masker.

    7. Menetesnya air diatas kemasan saat mengambil handuk dapat membuat

    kemasan menjadi tidak steril.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.1.5 Penggunaan Kacamata Pelindung Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi

    mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan

    karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva,

    mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun

    staf.28,30,31

    Gambar 2.6 Kacamata pelindung30

    2.4.1.6 Imunisasi Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan

    sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya

    heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri

    atas tiga tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan

    kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan

    agar para tenaga medis di kedokteran gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain

    yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles

    Universitas Sumatera Utara

  • dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan

    TBC (BCG).24,28

    2.4.2 Sterilisasi Instrumen Sterilisasi merupakan suatu cara untuk membunuh atau menghancurkan

    semua mikroorganisme dan spora yang melekat pada peralatan medis. Definisi lain

    dari sterilisasi adalah suatu proses pembunuhan semua mikroorganisme hidup yang

    melekat pada benda atau tempat tertentu. Kondisi steril merupakan keadaan dimana

    sesuatu terbebas dari seluruh mikroorganisme hidup.25 Tahapannya meliputi:

    pembersihan, perendaman, pengeringan, sterilisasi autoklaf, dan penyimpanan

    instrumen.25,26,28,34

    2.4.3 Sterilisasi Permukaan Salah satu tindakan sterilisasi permukaan adalah asepsis dan disinfeksi

    permukaan. Asepsis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas

    semua jenis mikroorganisme. Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme

    patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia yang dilakukan terhadap

    benda mati. Disinfeksi dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Disinfeksi

    permukaan dilakukan pada dantal unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan

    instrumen tangan.9,22,28

    Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan

    bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau

    menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disinfeksi

    digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau

    sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting

    untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan

    berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-macam disinfektan

    yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah alkohol, aldehid, biguanid,

    senyawa halogen, fenol, dan klorsilenol.22,28

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.4 Penggunaan Alat Sekali Pakai (Disposible) Cara terbaik untuk menghindari infeksi silang antar pasien ke operator,

    operator ke pasien, pasien ke pasien, dan operator ke masyarakat adalah dengan cara

    mengganti alat sekali pakai apabila telah terkontaminasi oleh darah, saliva atau

    cairan tubuh lainnya. Alat sekali pakai seperti sarung tangan, masker, celemek, jarum

    suntik, dan lain-lain.11

    Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat

    sekali pakai (disposible). Hal paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang

    digunakan untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-

    sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Selain jarum

    suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali pakai. Bilah skalpel

    dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali

    pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan

    penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai seperti sarung tangan,

    masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor dan lain-lain.22

    2.4.5 Pembuangan Limbah Medis Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu

    bekas, dan pelapis permukaan yang terkontaminasi darah, saliva, atau cairan tubuh

    harus ditangani secara hati-hati, yaitu dengan memasukkannya ke dalam kantong

    plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang berkontak

    dengan benda-benda tersebut. Alat tajam seperti jarum suntuk harus dimasukkan ke

    dalam wadah khusus yang tidak dapat ditembus sebelum dimasukkan ke dalam

    kantong plastik. Limbah jaringan tubuh juga harus mendapatkan perlakuan yang

    sama dengan alat-alat tajam.25,26

    2.5 Media Pertumbuhan Bakteri Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, ataupun

    yang lainnya diperlukan sebuah media. Media merupakan suatu bahan yang terdiri

    dari campuran zat-zat untuk menumbuhkan mikroorganisme, isolasi, memperbanyak

    Universitas Sumatera Utara

  • jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Proses

    pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan metode asepsis untuk

    menghindari kontaminasi pada media.35

    Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang

    berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.

    Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan

    energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, media biakan berisi air,

    sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,

    hidrogen serta unsur-unsur lain. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan

    faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida. Media yang

    digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut

    harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang

    bersangkutan. Media berdasarkan bentuk terbagi menjadi tiga bagian, yaitu media

    cair, media semi padat, dan media padat.36,37

    Beda utama dari ketiga media adalah ada tidaknya bahan pemadat. Media cari

    tidak menggunakan bahan pemadat, media semi padat dan media padat

    menggunakan bahan pemadat. Bahan pemadat yang paling umum digunakan adalah

    agar-agar. Jumlah bahan pemadat pada media semi padat setengah dari media padat,

    jumlah agarnya sekitar 1,5%-18%. Dalam menumbuhkan mikroorganisme dan

    mengidentifikasi mikroorganisme tersebut biasanya menggunakan media padat.

    Media padat adalah media yang berbentuk padat yang dapat digunakan untuk

    menumbuhkan mikroorganisme dipermukaan sehingga membentuk koloni yang

    dapat dilihat, dihitung, dan diisolasi. Adapun beberapa media yang dapat digunakan

    untuk membiakkan bakter, yaitu Nutrient Agar (NA), Blood Agar Plate (BAP),

    Salmonella Shigella Agar (SS), Mac Conkey Agar Plate (MAC), dan Plate Count

    Agar (PCA). 36,37,38,39,40

    2.5.1 Nutrient Agar (NA) Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang

    merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient

    Universitas Sumatera Utara

  • Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah

    cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan

    mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi Nutrient

    Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram.

    Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi yang

    dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme.41,42

    Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai

    bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat

    yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang.

    Ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk

    karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber

    utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptida

    rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya

    yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan

    oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna

    coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari

    sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri.41,42 Di

    Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya

    industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua

    bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteri

    antraks dan stafilokokus.41,43

    Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke

    dalam 1 L air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam

    tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 1210C. Kemudian media dibuka

    dan disimpan pada suhu dibawah 80C dan terlindung dari sinar secara

    langsung.41,42,43

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.9 Nutrient Agar (NA)43

    2.5.2 Blood Agar Plate (BAP) Blood Agar Plate (BAP) merupakan media padat dan media diferensial.

    Media diferensial adalah media yang ditambah zat kimia tertentu sehingga suatu

    mikroorganisme membentuk pertumbuhan untuk mengklasifikasikan suatu kelompok

    jenis bakteri. Blood Agar Plate (BAP) membedakan bakteri hemolitik dan non-

    hemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah

    merah. Komposisi Blood Agar Plate (BAP) yaitu mengandung trypton 15 gram, soy

    peptone 5 gram, sodium khloride 5 gram, lithium khloride 10 gram, magnesium

    sulphate 3,8 gram, dan agar 15 gram.44,45

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.10 Blood Agar Plate (BAP)46

    Ada tiga jenis hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma

    hemolisis. Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin.

    Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan

    hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna disekitar menjadi abu-abu

    kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi hemolisis dimana tidak ada

    perubahan warna dalam media.47

    Gambar 2.11 Jenis-jenis hemolisis pada Blood Agar Plate (BAP)48

    Universitas Sumatera Utara

  • Prosedur pembuatan media Blood Agar adalah dengan menimbang bubuk

    Blood Agar sesuai dengan petunjuk pabrik dimasukkan ke dalam erlenmayer

    kemudian ditambahkan air dan dipanaskan sampai mendidih kemudian mulut tabung

    disumbat dengan kapas, lalu ditutup dengan kertas disterilkan ke dalam autoklaf pada

    suhu 1210 C selama 15 menit. Setelah keluar dari autoklaf dibiarkan dingin selama

    45 menit atau hangat kemudian ditambahkan darah 5% - 8% kemudian dituang pada

    cawan petri masing-masing 10 ml kemudian dibiarkan dingin sampai suhunya

    mencapai 450-500 C.45,46,47

    2.5.3 Salmonella Shigella Agar (SS) Salmonella Shigella Agar (SS) adalah media yang berbentuk padat. Media

    Salmonella Shigella Agar (SS) merupakan media agar diferensial dan media selektif

    untuk mengisolasi kuman salmonella sp dan shigella sp dari alat-alat kesehatan,

    bahan percobaan klinik, makanan atau minuman.49,50

    Salmonella Shigella Agar (SS) mengandung ekstrak daging sapi 5 gram,

    laktosa 10 gram, bile salt 8,5 gram, sodium citrate 8,5 gram, brilliant green 0,33 mg,

    ferric citrate 1 gram, neutral red 0,025 gram, dan agar 13,5 gram. Media ini tersusun

    dari beberapa macam bahan yaitu campuran ekstrak daging dan peptone

    menyediakan kebutuhan nitrogen. Vitamin, mineral, dan asam amino diperlukan

    untuk pertumbuhan. Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green

    menghambat bakteri gram positif, sebagian besar bakteri coliform dan pertumbuhan

    swarming dari proteus sp sehingga kuman salmonella sp dan shigella sp dapat

    tumbuh dengan baik. Neutral red sebagai indikator. Ferric citrate mendeteksi adanya

    H2S yang dihasilkan bakteri seperti proteus dan beberapa strain dari salmonella akan

    terbentuk koloni dengan titik hitam ditengah. 51,52,53

    Pembuatan Salmonella Shigella Agar (SS) dapat dilakukan dengan

    melarutkan 60 gram media dalam 1 L air. Campur dengan baik sampai diperoleh

    campuran yang homogen. Panaskan sampai mendidih selama satu menit. Jangan

    diautoklaf, didinginkan sampai suhu 45-500 C dituang ke dalam cawan petri. Simpan

    pada suhu 8-150 C. Media akan berwarna merah mudah hingga merah.49,50,51,52,53

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.12 Salmonella Shigella Agar (SS)51

    2.5.4 Mac Conkey Agar Plate (MAC) MacConkey Agar Plate (MAC) adalah salah satu jenis media padat yang

    digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. MacConkey Agar Plate (MAC)

    termasuk dalam media selektif dan diferensial bagi mikroba. Jenis mikroba tertentu

    akan membentuk koloni dengan ciri tertentu yang khas apabila ditumbuhkan pada

    media ini.54,55

    MacConkey Agar Plate (MAC) merupakan media selektif untuk isolasi dan

    identifikasi bakteri gram negatif. Media ini digunakan untuk membedakan bakteri

    yang memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa.55,56,57

    Media ini mengadung laktosa, garam empedu, dan neutral red sebagai

    indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif

    dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram

    negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan

    laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan

    dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh

    penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam empedu.55,56

    Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen.

    Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna

    Universitas Sumatera Utara

  • koloninya sama dengan warna media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni

    yang terpisah.56,57

    Gambar 2.13 MacConkey Agar Plate (MAC)55

    2.5.5 Plate Count Agar (PCA) Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat, termasuk di

    makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus dibatasi, seperti

    mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga mikroorganisme pada

    makanan atau produk susu jumlahnya harus mengikuti standar-standar yang sudah

    ditetapkan. Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel dari

    makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media

    Plate Count Agar (PCA) dengan metode Total Plate Count (TPC).37,38

    Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard

    Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang

    umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang

    terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampel-

    sampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count

    (TPC).37,38,39 Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang

    mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat.35,36,37

    Plate Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari American Public Health Association

    (APHA).38,39,40,58,59

    Penggunaan Plate Count Agar (PCA) sebagai media untuk menghitung

    jumlah total dari bakteri sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri-industri

    seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan

    perhitungan jumlah total bakteri pada sampel mereka sesuai dengan standar yang ada

    menggunakan Plate Count Agar (PCA). Plate Count Agar (PCA) dibuat dengan

    melarutkan semua bahan hingga membentuk suspensi 23,5 g/L kemudian disterilisasi

    pada autoklaf.36,37,38,39,58

    Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya

    mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar.

    Plate Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan

    untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung

    nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang

    digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung

    pertumbuhan dari bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif

    karena media ini tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme

    tertentu.35,36,37,38,39,40,41

    Pembuatan media Plate Count Agar (PCA) dapat dilakukan dengan

    mencampurkan 23,5g ke dalam 1L air suling, kemudian dipanaskan sampai mendidih

    untuk melarutkan media sepenuhnya. Serta mensterilkannya menggunakan autoklaf

    pada suhu dan waktu yang ditetapkan yaitu pada suhu 1210C selama 15 menit. Media

    yang akan di inokulasi dengan mikroorganisme tentu sebelum memadat harus

    didinginkan terlebih dahulu disuhu ruangan sampai 47-50oC. Jika media terlalu

    panas, mikroorganisme yang akan ditumbuhkan akan mati.39,40,58.59 Setelah media

    menjadi padat dan sudah steril, media dibiarkan terbuka terkena udara selama 15

    menit untuk di inokulasi dengan mikroorganisme.60

    Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik

    pada media cair, semi padat, maupun padat. Inokula adalah bahan yang mengandung

    mikroorganisme baik dalam keadaan cair maupun padat. Tujuan inokulasi adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan, dan menyimpan

    mikroorganisme.58,59

    Gambar 2.14 Plate Count Agar (PCA)36

    2.6 Total Plate Count (TPC) Cara pengukuran yang paling akurat untuk menghitung jumlah

    mikroorganisme yang hidup pada media menggunakan metode Total Plate Count

    (TPC).61 Metode Total Plate Count (TPC) adalah metode yang digunakan dalam

    menghitung jumlah bakteri pada sampel yang akan di uji. Jumlah mikroorganisme

    pada sampel yang diperoleh dengan metode ini merupakan gambaran populasi. Tidak

    semua mikroorganisme dapat tumbuh dalam media agar dan kondisi inkubasi yang

    diterapkan. Jumlah mikroorganisme yang dapat tumbuh (membentuk koloni) hanya

    berasal dari mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi yang ditetapkan

    (misalnya jenis media, ketersediaan oksigen, suhu, dan lama inkubasi) karena

    mikroorganisme lain yang terdapat pada sampel uji tidak dapat tumbuh atau bahkan

    menjadi mati.37,61,62

    Metode Total Plate Count (TPC) dapat dikatakan gagal apabila

    mikroorganisme membentuk koloni secara berkerumun bersama-sama,

    mikroorganisme yang tidak dapat dikultur pada media, dan mikroorganisme yang

    Universitas Sumatera Utara

  • berkembang biak dengan sangat lambat. Pada cawan petri dengan ukuran yang

    standar mengandung 25 hingga 250 unit koloni. Apabila jumlah mikroorganisme

    kurang dari 25 unit koloni pada sampel, maka mikroorganisme dapat diinkubasi

    hingga koloni tersebut berkembang biak.61,62,63

    Metode penghitungan ini merupakan analisis untuk menguji cemaran

    mikroorganisme dengan menggunakan metode pengenceran. Dalam hal ini

    membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil

    pengenceran. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan media ke dalam 9 ml

    Buffered Peptone Water (BPW) pada tabung reaksi. Buffered Peptone Water (BPW)

    adalah larutan pengencer dimana merupakan larutan yang digunakan untuk

    mengencerkan media. Pengenceran adalah melarutkan atau melepaskan

    mikroorganisme dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.

    Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Tujuan

    pengenceran yaitu untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan bakteri yang

    ditanam sehingga membantu untuk mempermudah perhitungan jumlah

    mikroorganisme. Media yang sudah dilakukan pengenceran dimasukkan ke dalam

    cawan petri. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung

    jumlah koloni yang terbentuk dengan menggunakan colony counter.62,63

    Koloni yang nampak pada biakan tidak selalu berasal dari satu sel

    mikroorganisme, tetapi dapat berasal dari sekelompok mikroorganisme. Jumlah

    mikroorganisme yang diperoleh dengan metode ini merupakan prakiraan. Jumlah

    koloni yang diperoleh dinyatakan dengan Colony Forming Unit (CFU).37,61,62,63

    2.7 Kamar Bedah Rumah Sakit Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan

    merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

    mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya, rumah sakit

    berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi

    dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung

    jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya

    upaya kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan sosial.64

    Kamar bedah rumah sakit merupakan salah satu faktor yang sangat penting

    dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan. Kamar

    bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai daerah

    pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarki zonasi sterilitas, sebagai tempat

    melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan

    kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.64

    Kamar bedah digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan

    atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak

    sekeliling peralatan operasi/bedah. Kamar bedah harus dirancang dengan faktor

    keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu, kegagalan dalam pembedahan jangan

    sampai disebabkan oleh faktor perencanaan dan perancangan fisik bangunan dan

    utilitasnya yang tidak memenuhi persyaratan teknis.64

    2.8 Sistem Ventilasi Kamar Bedah Bangunan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang membutuhkan

    perhatian sangat khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan

    pemeliharaannya terutama pada prasarana instalasi tata udara. Rumah sakit adalah

    tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam penyakit) didiagnosa, diterapi,

    dirawat dan dilakukan tindakan medik. Tindakan medik ini dimulai dari pemeriksaan

    biasa, pemeriksaan laboratorium, tindakan pembedahan ringan, tindakan

    pembedahan berat dan sebagainya. Pasien datang dengan beragam penyakit dan

    masalah kesehatan. Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah

    sakit dengan bangunan gedung biasa terletak pada peralatan dan instalasi tata

    udaranya, berarti membutuhkan pengkondisian yang terus menerus dilakukan oleh

    sistem tata udara.65

    Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai

    jenis mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik

    kepada petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut,

    Universitas Sumatera Utara

  • maka pengaturan temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara

    keseluruhan perlu mendapatkan perhatian khusus.65

    Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme

    tersebut terutama di ruangan-ruangan khusus seperti ruang operasi dan ruang lainnya

    diperlukan pengaturan:65

    1. Temperatur

    2. Kelembaban udara relatif

    3. Kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya

    4. Tekanan ruangan yang Positif dan Negatif

    5. Distribusi udara di dalam ruangan

    Mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan tidak

    boleh berhentinya sistem udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang

    harus selalu dikondisikan oleh sistem udara, maka sistem tata udara harus

    mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi kerusakan ataupun pada saat

    dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada sistem tata udara.65

    Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan

    sumber infeksi. Bakteri, virus, mikroorganisme yang berada di udara (airborne

    microorganism), jamur, dan sumber-sumber penyakit lainnya yang dapat menular

    merupakan hal yang harus menjadi perhatian pada sistem tata udara. Rumah sakit

    terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda-beda tergantung pada jenis

    penyakit atau tingkat keparahan pasiennya dan juga tergantung pada perbedaan

    tindakan medisnya. Perbedaan fungsi tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan

    membutuhkan pengkondisian udara yang berbeda-beda tingkat kebersihannya.

    Sistem tata udara khusus diperlukan untuk menghindarkan penularan penyakit dan

    memperoleh tingkat kenyamanan termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban

    yang tepat untuk penyakit yang berbeda.65

    Kondisi termal ini dapat menghambat atau mendorong pertumbuhan bakteri

    dan mengaktifkan atau menonaktifkan virus. Beberapa bakteri seperti legionella

    pneumophilia pada dasarnya tetap bertahan dalam air dan dalam lingkungan yang

    lembab. Ketentuan teknis menetapkan rentang kriteria temperatur dan kelembaban

    Universitas Sumatera Utara

  • udara di beberapa area rumah sakit sebagai parameter untuk pengendalian infeksi dan

    kenyamanan.65

    Sistem harus memberikan udara yang hampir bebas dari debu, bau, kimia dan

    polutan radioaktif. Dalam beberapa kasus, udara luar berbahaya untuk kondisi pasien

    yang menderita cardiopulmonary, pernafasan dan paru-paru. Dalam hal demikian,

    sistem yang memberikan udara selang-seling (intermittent) dari resirkulasi

    maksimum yang diijinkan perlu dipertimbangkan.65

    Aliran udara yang tidak diinginkan antara ruangan dan lantai sering sekali

    sulit untuk dikontrol, hal tersebut terjadi karena adanya pintu yang terbuka, gerakan

    petugas dan pasien, perbedaan temperatur, dan efek cerobong. Sementara beberapa

    faktor ini di luar kendali praktis, efek lain mungkin diminimalkan dengan merancang

    dan menyeimbangkan sistem udara untuk mencipkana tekanan udara positif atau

    negatif dalam ruang dan area tertentu. Ruang operasi menunjukkan kondisi yang

    berlawanan. Ruangan ini membutuhkan udara yang bebas dari kontaminasi, harus

    bertekanan relatif positif terhadap ruang sebelah atau koridor untuk mencegah aliran

    udara masuk dari area yang relatif sangat terkontaminasi.65

    Aliran udara laminar konsep yang dikembangkan untuk penggunaan industri

    ruang bersih telah menarik minat dari beberapa otoritas medis. Adanya sistem

    pendukung baik aliran udara laminar vertikal dan horizontal terpisah dari bangunan,

    menyulitkan kerja tim bedah. Beberapa otoritas medis tidak menganjurkan aliran

    udara laminar seperti itu untuk ruang operasi, tetapi mendorong sistem udara yang

    mirip. Aliran udara laminar di kamar bedah didefinisikan sebagai aliran udara yang

    secara dominan searah dan tidak terhalang. Pola aliran udara laminar searah biasanya

    dicapai pada kecepatan 0,46 0,10 m/detik. Sistem udara laminar telah digunakan

    untuk pengobatan pasien yang sangat rentan terhadap infeksi.65

    Pergerakan udara harus diusahakan untuk meminimalkan sumber penyakit

    agar tidak menyebar ke udara (airborne) yang memperbesar kemungkinan terjadinya

    penularan diantara pasien, tenaga medis dan pengunjung. 65

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.15 Pergerakan udara65

    Gambar 2.15 menunjukkan pergerakan udara yang memungkinkan

    mikroorganisme menyebar ke udara dan dapat menimbulkan penularan dari pasien

    ke petugas medik dan pengunjung. Kondisi ini masih dapat digunakan untuk ruang

    rawat inap dan perawatan intensif. Pergerakan udara direncanakan seteliti mungkin

    dimana kecepatan udara serendah mungkin dengan aliran udara yang tepat. Letak

    outlet dari suplai udara, inlet untuk udara balik atau udara buang menjadi sangat

    menentukna dalam menghasilkan pola aliran udara (air flow pattern) untuk

    menghindari mikroorganisme yang menyebar (airborne microorganism). Seperti

    pada kamar bedah, aliran udara sejajar dengan arah ke bawah (laminair

    undirectional) dengan kecepatan keluaran dari HEPA filter 0,45 m/s 0,1 m/s (meter

    per detik) dapat menghindarkan mikroorganisme yang menyebar serta

    membahayakan karena adanya bukaan pada tubuh pasien saat pembedahan.65

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.16 Gerakan laminar mengurangi mikroorganisme yang menyebar66

    Ventilasi di kamar bedah harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan

    terkontrol. Pertukaran udara dan sirkulasi memberikan udara segar dan mencegah

    pengumpulan gas-gas anestesi dalam ruangan. Disarankan dua puluh lima kali

    pertukaran udara per jam di kamar bedah. Filter microbial dalam saluran udara pada

    ruang bedah tidak menghilangkan libah gas-gas anestesi. Filter penyaring udara,

    praktis hanya menghilangkan partikel-partikel debu. Jika udara pada kamar bedah

    disirkulasikan, kebutuhan sistem scavenger untuk gas (penghisapan gas) adalah

    mutlak, terutama untuk menghindari pengumpulan gas anestesi yang merupakan

    risiko berbahaya untuk kesehatan anggota tim bedah. Kamar bedah menggunakan

    aliran udara laminair. Tekanan dalam setiap kamar bedah harus lebih besar dari yang

    berada di koridor-koridor, ruang sub steril dan ruang pencucian tangan (tekanan

    positif). Tekanan positif diperoleh dengan memasok udara dari diffuser yang terdapat

    pada langit-langit ke dalam ruangan. udara dikeluarkan melalui return grille yang

    berada pada 20 cm diatas permukaan lantai. Organisme-organisme mikro dalam

    udara bisa masuk ke dalam ruangan, kecuali tekanan positif dalam ruangan

    dipertahankan.64

    Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi udara di dalam bangunan kamar

    bedah rumah sakit, pengelola bangunan kamar bedah harus mempertimbangkan

    Universitas Sumatera Utara

  • temperatur dan kelembaban udara. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan

    kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara

    dengan mempertimbangkan :64

    1. Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang , jenis peralatan, dan

    penggunaan bahan bangunan.

    2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan.

    3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan.

    Sistem ini mengontrol kelembaban yang dapat menyebabkan terjadinya

    ledakan. Kelembaban relatif yang harus dipertahankan adalah 45% sampai dengan

    60%, dengan tekanan udara positif pada ruang operasi. Temperatur ruangan

    dipertahankan sekitar 190C sampai 240C. Sekalipun sudah dilengkapi dengan kontrol

    kelembaban dan temperatur, unit pengkondisian udara bisa menjadi sumber

    mikroorganisme yang datang melalui filter-filternya. Filter-filter ini harus diganti

    pada jangka waktu yang tertentu. Saluran udara (ducting) harus dibersihkan secara

    teratur. Kamar bedah harus dilengkapi dengan sistem aliran laminar ke bawah

    dengan hembusan udara dari plenum (8 sampai 9 m2). Pada kondisi kerja dengan

    lampu operasi harus dinyalakan dan adanya tim bedah , suplai udara dan profil

    hembusan udara dipilih sedemikian rupa sehingga aliran udara tidak lewat melalui

    setiap sumber kontaminasi sebelum mengalir ke dalam area bedah atau diatas meja

    instrumen. Penting untuk memilih perletakan lubang ducting udara masuk dan keluar

    dari sistem ventilasi guna mencegah terkontaminasinya udara buang terisap kembali

    jika angin meniup dalam arah tertentu.64

    2.9 Teknik Aseptik - Antiseptik Di Kamar Bedah Teknik aseptik kamar bedah adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah

    terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme pada jaringan atau bahan-bahan dengan

    cara menghambat atau menghancurkan tumbuhnya organisme dalam jaringan.

    Tujuan penerapan teknik aseptik di kamar bedah yaitu:33

    1. Mencegah penyebaran bakteri dalam kamar bedah.

    2. Membunuh kuman-kuman/mikroorganisme.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Mencegah timbulnya infeksi luka operasi.

    2.9.1 Prinsip Aseptik Dan Antiseptik Prinsip aseptik dan antiseptik harus selalu dilaksanakan secara terus menerus

    oleh anggota tim kamar bedah dan segera bertindak jika ada indikasi terjadinya

    kontaminasi. Dalam upaya menerapkan teknik aseptik dan antiseptik di kamar bedah,

    harus ditaati beberapa ketentuan sebagai berikut:33

    1. Daerah steril harus tegas batasnya.

    2. Daerah operasi harus dijaga sterilitasnya.

    3. Semua kasus pembedahan harus dijaga dicegah terjadinya kontaminasi.

    4. Lingkungan kamar bedah harus selalu dalam keadaan bersih.

    5. Tim bedah dan pasien yang ada di kamar bedah tidak menjadi sumber

    kontaminasi.

    Untuk mempertahankan sterilitas kamar bedah harus diperhatikan tiga aspek

    yang meliputi:33

    a) Lingkungan33

    Lingkungan kamar bedah harus dalam keadaan bersih dan siap pakai:

    1. Alas kaki petugas harus dibedakan untuk kamar bedah, kamar kecil,

    serta kegiatan di luar kamar bedah.

    2. Pintu kamar bedah harus selalu dalam keadaan tertutup serta batasi

    lalu lintas/keluar masuk petugas.

    3. Membuat jadwal pembersihan rutin kamar bedah dan dilaksanakan

    dengan disiplin dan cermat.

    4. Lakukan uji mikrobiologi secara rutin, minimal dua bulan sekali

    terhadap kamar bedah (apabila melebihi lima koloni maka diadakan

    pembongkaran dan pembersihan ruangan), alat-alat, air, debu.

    Sedangkan untuk pegawai dilakukan uji kesehatan secara periodik

    minimal enam bulan sekali.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Air yang dipakai harus memenuhi syarat, yaitu bebas kuman dan

    partikel.

    6. Pengontrolan debu.

    Untuk mencegah debu berterbangan dan udara luar tidak masuk ke

    dalam kamar bedah maka:33

    a. Tidak boleh meletakkan alat operasi tepat di depan lubang

    pembuangan udara (return grille).

    b. Memasang filter pada sistem ventilasi untuk membatasi masuknya

    debu.

    c. Membersihkan alat dan ruangan secara teratur setiap hari.

    b) Petugas33

    Semua petugas yang masuk kamar bedah harus memenuhi hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Dalam penerapan teknik aseptik hanya tim bedah steril yang boleh berada di

    daerah steril di kamar bedah,

    2. Mentaati batasan tegas tiga area di kamar bedah,

    3. Harus memakai baju khusus, topi, dan masker,

    4. Ahli anestesi dan perawat sirkuler tidak diperbolehkan melintas di depan tim

    bedah yang sudah memakai baju steril,

    5. Tim bedah steril harus melakukan prosedur pemakaian topi, masker, cuci

    tangan, pemakaian jas steril dan drapping.

    c) Pasien33

    Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan, pada daerah

    pembedahannya wajib terbebas dari debu, mikroorganisme dan minyak yang

    menempel di kulit, guna menekan seminimal mungkin bahaya infeksi akibat sayatan

    kulit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.9.2 Aseptik - Septik Di Kamar Bedah Istilah asepsis digunakan untuk menunjukkan suatu usaha atau tindakan yang

    membuat instrumen-instrumen, semua peralatan dan linen yang berhubungan dengan

    tindakan operasi bebas dari bakteri, virus, spora, dan fungi. Keadaan inilah yang

    disebut dengan steril.33

    Sebaliknya, istilah septik adalah keadaan dimana bakteri, virus, spora, dan

    fungi masuk kamar bedah, baik melalui personal, penderita atau alat-alat yang tidak

    memenuhi syarat seperti alat yang kotor.33

    a. Sebelum operasi

    Pintu asepsis adalah pintu kebersihan, karena kebersihan termasuk dasar

    asepsis dan kotor merupakan pintu untuk sepsis. Menurut Sugeng Suryanto, prinsip

    kamar bedah adalah kebersihan 60%, desinfeksi 20%, dan sterilisasi 20%. Di kamar

    bedah yang kotor tidak akan mungkin dilakukan operasi yang aseptik, walaupun

    telah menggunakan obat desinfektan. Kebersihan mulai pada individu sendiri dan

    kerapian pribadi. Untuk itu perlu diperhatikan pada:33

    1. Ruang ganti untuk wanita dan pria,

    2. Kamar mandi,

    3. Ruang istirahat,

    4. Sandal, pakaian, topi dan masker,

    5. Instrumen, alat-alat operasi dan linen.

    Di ruang ganti wanita dan pria semua harus diatur rapi:33

    1. Terdapatnya rak untuk sepatu dari luar yang terpisah dari sandal kamar bedah

    2. Terdapatnya rak di mana baju untuk kamar operasi diatur menurut ukuran

    masing-masing dalam satu set yang terdiri dari hem, celana, kap, dan masker.

    3. Baju pribadi dipisahkan dengan baju kamar bedah. Perlu diperhatikan bahwa

    tidak boleh ada kontak antara baju pribadi dengan baju kamar bedah. Apabila

    tidak konsekuen maka membuka pintu pertama untuk sepsis.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Perlu diperhatikan kebersihan kamar mandi. Lantai kamar mandi harus kering

    dan tidak ada bau. Apabila lantai basah maka membuka pintu kedua untuk

    bakteri yang akan masuk di kamar mandi.

    5. Makanan harus disupply oleh dapur rumah sakit bukan oleh orang yang

    datang dari luar karena apabila hal tersebut dilakukan maka akan membuka

    pintu ketiga bakteri yang masuk ke kamar bedah.

    6. Apabila sudah masuk kamar bedah maka tidak diperbolehkan berhubungan

    dengan orang-orang di luar kamar bedah. Kecuali terpaksa harus keluar,

    maka prosedur mulai pertama ganti baju harus diulang kembali. Apabila lalai,

    maka pintu keempat terbuka lebar untuk bakteri yang akan masuk ke kamar

    bedah.

    7. Di kamar bedah semua mabel dan peralatan harus serba bersih, bebas dari

    debu, dan dalam keadaan siap pakai. Hindari meletakkan aksesoris dari meja

    operasi, tromol steril, dan apa saja di lantai kamar bedah. Semua harus

    diletakkan di atas trolley, apabila tidak dilakukan makan pintu ke lima untuk

    bakteri sudah dibuka lebar.

    8. Para dokter dan perawat sering duduk di lantai. Meskipun terlihat bersih,

    lantai adalah tempat paling kotor. Seseorang melepaskan kotoran bila bangun

    dan akan membuka pintu sepsis yang keenam.

    9. Pada waktu operasi hindari gerakan-gerakan yang tidak diperlukan. Menjaga

    jarak antara steril dengan para ahli bedah. Berbicara seperlunya dan jaga agar

    pintu-pintu selalu ditutup dengan benar.

    10. Semua instrumen, linen operasi, dan alat-alat harus dalam keadaan bersih,

    utuh, steril, dan siap pakai. Baju operasi harus lengkap dengan tali atau

    kancing yang ditutup rapi, steril dari depan dan belakang. Kain untuk operasi

    harus lengkap, bersih dan tanpa noda. Instrumen-instrumen diatur rapi per set

    dalam keadaan bersih dan steril.

    b. Setelah operasi

    Agar kamar bedah selalu bersih dan siap pakai, maka:33

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kamar bedah dibersihkan setelah operasi,

    2. Kamar bedah dibersihkan sehari setelah operasi,

    3. Membersihkan kamar bedah sekali dalam seminggu,

    4. Secara teratur melakukan uji mikrobiologi di setiap kamar bedah. Mulai dari

    meja operasi, meja mayo, meja isntrumen dan pesawat anestesi,

    5. Setelah operasi, setiap perawat harus membersihkan bagiannya masing-

    masing, yaitu:

    1. Scrub nurse membersihkan alat-alat operasi.

    2. Perawat anestesi membersihkan pesawat anestesi dengan

    perlengkapannya seperti tube, suction, dan kateter.

    3. Perawat sirkulasi membersihkan benang, trolley, dan meja instrumen

    serta menjaga agar ruang dibersihkan kembali dengan baik.

    2.10 Faktor penyebab kecelakaan kerja di kamar bedah 2.10.1 Kondisi tidak aman (unsafe condition) Berkaitan dengan faktor intern kamar bedah, seperti:33

    1. Posisi meja operasi yang tidak ergonomis (kalibrasi tidak rutin). Cauter, C-

    arm, Laser, dan lain-lain,

    2. Instrumen yang tidak komplek (penanganan tidak aman),

    3. Sistem ventilasi kamar bedah (tidak baik),

    4. Bahan dan limbah yang berbahaya (penanganan tidak aman).

    2.10.2 Perilaku tidak aman (unsafe action) Faktor manusia sendiri. Manusia melakukan tindakan yang berbahaya (tidak

    aman) disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:33

    1. Pengetahuan dan keterampilan tidak sesuai dengan pekerjaannya,

    2. Keadaan fisik dan mental yang belum siap, untuk tugas-tugasnya,

    3. Tingkah laku dan kebiasaan yang ceroboh, terlalu berani, tanpa

    memperdulikan petunjuk, instruksi, dan lain-lain,

    4. Kurang perhatian dan pengawasan dari atasannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.11 Kerangka Teori

    Pasien Lingkungan Tenaga Medis

    Infeksi Silang

    Kontak

    Langsung

    Kontak Tidak

    Langsung

    Aerosol

    (Udara)

    Percikan Saliva,

    Darah, dll

    Kontrol Infeksi

    - Bakteri

    - Virus

    - Jamur

    Perlindungan

    Diri

    Sterilisasi

    Instrumen

    Disinfeksi

    Permukaan

    Penggunaan Alat

    Sekali Pakai

    Penanganan

    Sampah Medis

    Penyakit Infeksi

    Perawatan Optimal

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.12 Kerangka Konsep

    Infeksi Silang

    Kontak

    Langsung

    Kontak Tidak

    Langsung

    Aerosol

    (Udara)

    Percikan Saliva,

    Darah, dll

    Bakteri

    Virus

    Jamur

    Plate Count Agar (PCA)

    Total Plate Count (TPC)

    Kadar Bakteri di Udara

    Universitas Sumatera Utara