chapter ii

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Nilam Spesies : Pogostemon cablin Benth Famili : Labiatae Hasil : minyak nilam atau minyak “ patchouli” Rendemen : 3,5 % Sumber : daun Komponen Penyusun : senyawa-senyawa kelompok seskuiterpen Kegunaan : bahan pewangi tekstil, karpet, korigen odoris (Gunawan dan Mulyani, 2004). 2.2. Jenis-Jenis Tanaman Nilam Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam secara meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam jawa dan nilam sabun. Secara garis besar, jenis nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut (Mangun, 2008). 2.2.1. Nilam Aceh Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli) merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan karena memiliki aroma Universitas Sumatera Utara

Upload: zikran-fauzal-darieka

Post on 19-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chapter IIminyak atsiri

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tanaman Nilam

    Spesies : Pogostemon cablin Benth

    Famili : Labiatae

    Hasil : minyak nilam atau minyak patchouli

    Rendemen : 3,5 %

    Sumber : daun

    Komponen Penyusun : senyawa-senyawa kelompok seskuiterpen

    Kegunaan : bahan pewangi tekstil, karpet, korigen odoris

    (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.2. Jenis-Jenis Tanaman Nilam

    Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh

    dan berkembang di Indonesia. Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam

    secara meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam jawa dan nilam sabun. Secara

    garis besar, jenis nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut (Mangun,

    2008).

    2.2.1. Nilam Aceh

    Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon Patchouli)

    merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan karena memiliki aroma

    Universitas Sumatera Utara

  • khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, yaitu 2,5-5% dibandingkan

    jenis lain. Nilam aceh dikenal pertama kali dan ditanam secara meluas hampir di

    seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya jenis tanaman nilam ini berasal dari Filipina,

    yang kemudian ditanam dan dikembangkan juga di wilayah Malaysia,

    Madagaskar, Brazil, serta Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia

    mengembangkan nilam aceh secara khusus (Mangun, 2008).

    2.2.2. Nilam Jawa

    Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) disebut juga nilam hutan.

    Nilam ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di

    beberapa hutan di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki minyak sekitar

    0,5-1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus dan ujung

    daunnya agak meruncing (Mangun, 2008).

    2.2.3. Nilam Sabun

    Zaman dahulu, tanaman nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer)

    sering digunakan untuk mencuci pakaian, terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini

    hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain itu, komposisi

    kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik sehingga minyak

    dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Oleh

    sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman

    komersial karena kandungan minyaknya relatif sangat sedikit. Selain itu, aroma

    yang dimiliki keduanya berbeda dengan nilam aceh dan komposisi kandungan

    Universitas Sumatera Utara

  • minyaknya tidak baik. Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal

    sekaligus sudah diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen (importir)

    minyak tersebut. Baunya lebih harum dan tahan lama bila dibandingkan nilam

    produksi negri lain. Hal ini menyebabkan nilam Indonesia disegani dipasaran

    internasional (Mangun, 2008).

    Andil Indonesia dalam perdagangan minyak nilam dunia mampu mencapai

    lebih dari 70%, selebihnya dipasok negara produsen lain terutama Cina, Malaysia,

    dan Brazil. Karena andil yang sangat besar itu, tidak heran kalau Indonesia pun

    memperoleh julukan terhormat dalam kaitannya dengan komoditas minyak nilam,

    yakni produsen minyak nilam terbesar di dunia. Meskipun demikian prestasi

    tersebut hendaknya tetap dipertahankan di kemudian hari. Artinya, kalau

    komoditas ini pada waktu mendatang tidak mendapat penanganan yang lebih

    seksama, tidak menutup kemungkinan kalau negara produsen yang lain akan dapat

    menggantikan posisi Indonesia. Hal ini tentu saja sangat merugikan, mengingat

    devisa yang berhasil diraih dari hasil ekspor minyak nilam selama ini telah cukup

    berperan nyata dalam ekspor nonmigas (Mangun, 2008).

    Kendatipun mampu tampil pada peringkat paling atas sebagai Negara

    produsen sekaligus juga eksportir minyak nilam dunia, tetapi sampai saat ini

    volume ekspor minyak nilam Indonesia masih menunjukkkan angka yang

    senantiasa berfluktuasi. Salah satu penyebabnya yaitu tingkat produksi minyak

    nilam belum mantap (Mangun, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3. Manfaat Dan Kegunaan Nilam

    Tanaman nilam (Pogostemin Patchouli) disebut juga sebagai Pogostemon

    Cablin Benth merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi

    empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam

    (patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi

    utama minyak nilam sebagai bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan

    utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali

    penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan

    lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran produk

    kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampoo, lotion, dan

    deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence atau

    penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan anti radang, antifungi, anti

    serangga, afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi, antiflogistik, serta dekongestan),

    kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta

    berbagai kebutuhan industri lainnya (Mangun, 2008).

    2.4. Minyak Atsiri

    Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam

    tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

    dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan

    tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak

    terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara

    sintesis (Ketaren, 1985).

    Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan

    kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta

    beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang

    (S). umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran

    hidrogen dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut dengan Terpen

    atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan

    terkecil dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa terpen mempunyai

    rangka Karbon yang terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen

    di dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya yaitu :

    monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan politerpen yang

    masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n satuan isopren. Rantai molekul

    terpen dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan rantai

    melingkar (terpen siklis) (Finer, 1959).

    Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional,

    sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia. Oleh sebab

    itu, Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan

    menjadi negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik. Kondisi

    tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan

    tanah yang dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman

    nilam (patchouli), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput),

    serta melati (yasmin) (Mangun, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, didapat hasil

    berupa minyak nilam (patcauli oil), minyak sereh wangi (citronella), akar wangi

    (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta minyak melati (yasmin)

    (Mangun, 2008).

    2.4.1. Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman

    Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut

    kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

    Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti vittae (famili Umbelliferae), di

    dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae),

    terkadang dalam semua jaringan (pada famili Conaferae). Pada bunga mawar,

    kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu

    manis banyak ditemui pada kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae

    banyak terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat dalam rambut

    kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai

    daun (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat

    adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida

    tertentu. Peran paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri

    adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai

    pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya, minyak atsiri

    juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan

    Universitas Sumatera Utara

  • silang dari bunga. Berdasarkan atas usul-usul biosintetik, konstituen kimia dari

    minyak atsiri dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:

    Keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat

    mevalonat.

    Senyawa aromatik yang terbentuk lewat jalur sintetis asam sikimat, fenil

    propanoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.4.2 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

    Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut :

    Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

    Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau

    minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari

    macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusun.

    Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

    kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit,

    tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

    Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain)

    mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar

    kertas maka ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda

    pada kertas yang ditempel.

    Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah

    menjadi tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun

    oleh asam-asam lemak.

    Universitas Sumatera Utara

  • Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen

    udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena

    terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.

    Indeks bias umumnya tinggi.

    Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan

    rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki

    atom C asimetrik.

    Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut

    hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya

    sangat kecil.

    Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.4.3. Parameter Minyak Atsiri

    Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali

    kualitas minyak atsiri meliputi:

    2.4.3.1. Berat Jenis

    Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu

    dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai

    perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama

    dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan

    dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin

    besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai

    Universitas Sumatera Utara

  • densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar

    dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).

    2.4.3.2. Indeks Bias

    Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam

    udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks

    bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun

    dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana

    komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya.

    Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen

    bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan

    bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini

    menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks

    juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak nilam

    tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek

    biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang

    datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus

    dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil

    (Sastrohamidjojo, 2004).

    2.4.3.3. Putaran optik

    Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter

    yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika

    Universitas Sumatera Utara

  • ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar

    bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).

    Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak

    atsiri (Sastrohamidjojo, 2004) .

    2.4.3.4. Bilangan Asam

    Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.

    Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi terhadap kualitas minyak

    atsiri. Yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak

    atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya

    kontak antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara sekitar ketika

    berada pada botol sampel minyak pada saat penyimpanan. Karena sebagian

    komposisi minyak atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada kondisi yang

    lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi

    oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika penyimpanan

    minyak tidak diperhatikan atau secara langsung kontak dengan udara sekitar,

    maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang terbentuk. Oksidasi

    komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk

    gugus asam karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu

    minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi

    (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya proses

    oksidasi sangat besar. Bilangan asam adalah ukuran dari asam lemak bebas, serta

    dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.

    Universitas Sumatera Utara

  • Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1N yang digunakan

    untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau

    lemak (Sastrohamidjojo, 2004).

    2.4.3.5. Kelarutan Dalam Alkohol

    Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena alkohol

    dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang

    dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini

    sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol

    ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada

    umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi

    lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan

    terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen

    tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus

    fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak

    atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya

    semakin baik (Sastrohamidjojo, 2004).

    2.4.4. Metode Penyulingan Minyak Atsiri

    Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan,

    yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.4.1. Penyulingan Dengan Air

    Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air

    mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna

    tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan

    dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung,

    mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap

    melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung

    antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bubuk buah

    badam, bunga mawar, dan orange blossoms) harus disuling dengan metode ini,

    karena bahan harus tercelup dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling

    dengan metode uap langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan

    besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan

    (Guenther, 1987).

    2.4.4.2. Penyulingan Dengan Air Dan Uap

    Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau

    saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada

    tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu

    dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini

    adalah:

    1. uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.

    2. bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air

    panas (Guenther, 1987).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.4.3. Penyulingan Dengan Uap

    Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap langsung

    dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak

    diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat

    panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap

    melingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak keatas

    melalui bahan yang terletak di atas saringan (Guenther, 1987).

    Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses

    penyulingan. Tetapi bagaimanapun juga dalam prakteknya hasilnya akan berbeda

    bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada

    metode yang dipakai dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi selama berlangsungnya

    penyulingan (Guenther, 1987).

    2.4.5. Kandungan Kimia Minyak Atsiri

    Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi

    merupakan campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe berbeda. Berdasarkan

    cara isolasinya, komponen penyusun minyak atsiri dapat dibedakan menjadi

    beberapa kelompok sebagai berikut :

    1) Kelompok yang mengkristal pada suhu rendah, misalnya stearoptena.

    2) Kelompok senyawa yang dapat dipisahkan melalui proses destilasi

    bertingkat.

    3) Kelompok senyawa yang dipisahkan melalui proses kristalisasi

    bertingkat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4) Kelompok senyawa yang pemisahannya dilakukan melalui

    kromatografi.

    5) Kelompok senyawa yang diisolasi melalui proses-proses kimia

    (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan

    identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen

    runutanya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu

    senyawa produk alami yang strukturnya dapat dibagi ke dalam satuan-satuan

    isopren. Satuan-satuan isopren (C5H8) ini terbentuk asetat melalui jalur biosintesis

    asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima satuan atom karbon yang

    mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Selama proses biosintesis, satuan isopren saling bergabung membentuk

    rantai yang lebih panjang dengan kepala ke ekor. Jumlah persatuan yang

    bergandengan dalam satuan terpen dapat dijadikan pedoman untuk klasifikasi

    senyawa-senyawa ini. Senyawa yang terdiri dari 2 satuan isopren disebut sebagai

    mono (rumus molekul C10H16), senyawa yang mengandung 3 satuan isopren

    disebut seskuiterpen (C15H24), yang mengandung 4 satuan isopren disebut

    triterpena (C30H48), dan seterusnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Terpen yang paling sering terdapat sebagai komponen penyusun minyak

    atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemui dalam bentuk asiklis,

    monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan keturunan yang teroksidasi

    seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi, dan ester. Terpen lain di bawah

    Universitas Sumatera Utara

  • monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah

    seskuiterpen dan diterpen (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah

    senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan

    rantai samping berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.4.6. Penggolongan Minyak Atsiri

    Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas bau

    dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Demikian pula

    peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai

    obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri

    dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

    2.4.6.1. Minyak Atsiri Hidrokarbon

    Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri

    dari senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi minyak terpentin. Minyak ini

    diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae). Komponen

    terpentin sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari

    asam-asam lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut

    dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.

    Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh

    darah kapier, dan merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang digunakan

    sebagai obat dalam (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.6.2. Minyak Atsiri Alkohol

    Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara

    minyak atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha

    piperita Linn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar

    mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin.

    Sementara daun yang telah dikeringkan mengandung 2% minyak permen.

    Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan

    sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada

    industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.4.6.3. Minyak Atsiri Fenol

    Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari

    tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae).

    Bagian yang dimanfaatkan bunga dan daun. Namun demikian bunga lebih utama

    dimanfaatkan karena mengandung minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh,

    terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri

    keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseto-eugenol, beberapa senyawa

    dari kelompok sesquiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti

    tanin, lilin, dan bahan serupa damar. Kegunaan minyak cengkeh antara lain obat

    mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.6.4. Minyak Atsiri Eter Fenol

    Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari

    hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili

    Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh

    komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena.

    Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen

    odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum

    (Gunawan dan Mulyani, 2004).

    2.4.6.5. Minyak Atsiri Oksida

    Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi

    daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak

    atsiri kayu putih paling utama adalah sineol 85% (Gunawan dan Mulyani, 2004 ).

    2.4.6.6. Minyak Atsiri Ester

    Minyak gondopuro merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini

    diperoleh dari isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili

    Erycaceae). Komponen penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang

    merupakan bentuk ester. Minyak ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan

    parfum, dalam industri permen, dan minuman sebagai tidak beralkohol (Gunawan

    dan Mulyani, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5. Minyak Nilam

    Minyak yang dihasilkan adalah minyak nilam (patchouli). minyak ini

    digunakan sebagai (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut,

    minyak ini juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik. Minyak nilam

    menciptakan bau yang khas dalam suatu campuran, karena bau minyak nilam

    yang enak dan wangi (Ketaren, 1985). Minyak nilam yang diperoleh dengan cara

    destilasi air dan uap dari daun nilam, dalam perdagangan disebut patchouli oil

    yaitu nama sejaenis tanaman yang banyak di Hindustan. Pada mulanya tanaman

    nilam dipakai sebagai pewangi selendang oleh orang India, karena baunya yang

    khas (Guenther, 1987).

    Minyak Nilam adalah minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan

    uap daun tanaman Pogostemon cablin BETNH (Dewan Standarisasi Nasional,

    1998). Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia, karena

    setiap negara penghasil dan pengekspor menentukan standar mutu minyak nilam

    sendiri, misalnya standar mutu minyak nilam dari Indonesia (SNI 06-2385-1998)

    Spesifikasi minyak nilam menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 1.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 1. Spesifikasi Syarat Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-1998,

    No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5

    .6.

    7.

    7.1

    7.2

    7.3

    7.4

    Warna

    Bobot jenis 20C /20C

    Indeks bias

    Kelarutan dalam etanol 90%

    pada suhu 20C 3C

    Bilangan asam

    Bilangan ester

    Zat-zat asing

    Lemak

    Minyak kruing

    Alkohol tambahan

    Minyak pelican

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Kuning muda sampai

    coklat tua

    0,943-0,983

    1,504-1,514

    Larutan (jernih) atau

    opalesensi ringan dalam

    perbandingan volume

    1:10

    Maks. 5.0

    Maks. 10.0

    Negatif

    Tidak nyata

    Negatif

    Negatif

    2.5.1. Kandungan Utama Minyak Nilam

    Minyak nilam terdiri dari persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol.

    Aldehid dan ester-ester memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol.

    Patchouli alkohol merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan

    Universitas Sumatera Utara

  • merupakan komponen yang terbesar. Komponen penyusun dari minyak nilam

    adalah benzaldehid, karyofilen, patchoulena, bulnesen dan patchouli alkohol

    (Ketaren, 1985).

    2.5.2. Parameter Mutu Minyak Nilam

    Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu

    minyak nilam meliputi:

    2.5.2.1.Bobot Jenis Minyak Nilam

    Prinsip Bobot jenis minyak nilam berdasarkan perbandingan antara berat

    minyak dengan berat air pada volume dan suhu (Dewan Standarisasi Nasional,

    1995). Cara penentuan bobot jenis minyak nilam yaitu dengan menggunakan alat

    piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut

    dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan tutupnya dikeringkan

    dengan arus udara kering. Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan

    selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi dengan air suling yang telah

    dididihkan pada suhu 20C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung

    udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20C 0,2C

    selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya.

    Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian

    ditimbang dengan isinya (m1). Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci

    dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering.

    Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-

    gelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • penangas air pada suhu 20C 0,2C selama 30 menit dan dikeringkan

    piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30

    menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2) (Dewan Standarisasi Nasional,

    1995).

    2.5.2.2.Indeks Bias Minyak Nilam

    Prinsip indeks bias minyak nilam didasarkan pada pengukuran langsung

    sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap (Dewan

    Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan indeks bias minyak nilam yaitu

    dengan menggunakan alat refraktometer. Air dialirkan melalui refraktometer agar

    alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan, Suhu tidak boleh

    berbeda lebih dari 2C dari suhu referensi dan terus dipertahankan dengan

    toleransi 0,2C. Sebelum minyak tersebut diletakkan di dalam alat, minyak

    harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan

    dilakukan. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil (Dewan Standarisasi

    Nasional, 1995).

    2.5.2.3.Bilangan Asam Minyak Nilam

    Prinsip bilangan asam minyak nilam didasarkan atas Jumlah milligram

    KOH yang diperlukan untuk menentralkan asam asam bebas yang terdapat

    dalam 1 gram minyak Nilam (Dewan Standarisasi Nasional, 1995). Cara

    penentuan bilangan asam minyak nilam sangat sederhana, yaitu dengan cara

    minyak nilam ditimbang 4 0,05 gram, dilarutkan dalam 4ml etanol netral pada

    Universitas Sumatera Utara

  • labu saponifikasi. ditambah 5 tetes larutan Fenolftaein sebagai indikator. Larutan

    tersebut dititrasi dengan KOH 0,4 N sampai warna merah muda (Dewan

    Standarisasi Nasional, 1995).

    2.5.2.4. Bilangan Ester Minyak Nilam

    Prinsip bilangan ester minyak nilam berdasarkan penyabunan ester-ester

    dengan larutan alkali mentitrasi kembali kelebihan alkali tersebut (Dewan

    Standarisasi Nasional, 1995). Cara penentuan bilangan ester minyak nilam

    terlebih dahulu dilakukan pengujian blanko, caranya labu penyabunan diisi

    dengan beberapa potong batu didih atau porselen, lalu ditambahkan 5ml etanol

    dan 25ml larutan KOH 0,5 N dalam alkohol, direfluks di atas penangas air

    mendidih selama 1 (satu) jam setelah larutan mendidih, diamkan larutan hingga

    menjadi dingin. Kondensor refluks dilepaskan dan ditambahkan 5 tetes larutan

    Fenolftaein dan kemudian dinetralkan dengan HCl 0,5 N (Dewan Standarisasi

    Nasional, 1995).

    Pada waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama, ditimbang contoh 4

    gram 0,05 gram dan dimasukan ke dalam labu. Dididihkan dengan hati-hati

    ditambahkan 25 ml larutan KOH 0,5 dalam alkohol dan beberapa potong batu

    didih atau porselen kemudian dibiarkan larutan menjadi dingin. Kondensator

    refluks dilepaskan, ditambahkan 5 tetes larutan PP dan larutan dinetralkan dengan

    HCl 0,5 N seperti pada penentuan blanko (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.3. Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam

    Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dari

    kandungan utamanya patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali

    penerbang (eteris) untuk wewangian (Parfum) agar aroma keharumannya bertahan

    lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan

    campuran produk kosmetik (di antaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi,

    sampo, lotion dan deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk

    essence atau penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat anti

    radang, antifungi, antiserangga, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi,

    bahan baku compound dan pengawet barang, serta berbagai kebutuhan industri

    lainnya (Mangun, 2008).

    Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain bermanfaat bagi

    berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman nilam relaif singkat dan

    pengendalian tanaman relative mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Pola

    perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor dan sampai saat ini belum

    ditemukan bahan sintetis atau bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat

    minyak nilam ini. Oleh sebab itu, kondisi dan potensi minyak nilam tersebut

    merupakan basic power (Mangun, 2008).

    Universitas Sumatera Utara