chapter ii
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Modal
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Teori struktur modal akan menjelaskan apakah ada pengaruh struktur
modal terhadap harga saham perusahaan. Ketika struktur modal berubah
apakah itu dari modal sendiri menjadi hutang ataupun sebaliknya, maka terjadi
perubahan terhadap harga saham. Jika ada pengaruh yang ditimbulkan dari hal
tersebut menunjukkan adanya pemilihan struktur modal yang baik.
Struktur modal menurut Husnan dan Pujiastuti (1996 : 293) ialah
“kombinasi hutang dan ekuitas”. Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur
modal memperlihatkan bagaimana perusahaan mengombinasikan modal yang
dimilikinya dari hutang ataupun modal sendiri sehingga ditemukan komposisi
yang baik bagi perusahaan
Struktur modal menurut menurut Brealey, et.al (2007 : 6) ialah ”pilihan
antara pendanaan utang atau ekuitas”. Berdasarkan penjelasan tersebut,
struktur modal memperlihatkan bagaimana perusahaan menentukan modal
perusahaan tersebut dipenuhi apakah melalui pendanaan utang ataupun modal
sendiri dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang ada sehingga
dapat ditentukan bagaiman struktur yang paling baik bagi perusahaan
10
Struktur modal menurut Martono et.al (2001 : 239) ialah “perbandingan
atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.” Berdasarkan
penjelasan tersebut, struktur modal memperlihatkan perbandingan hutang
jangka panjang dengan modal sendiri untuk mendapatkan perbandingan yang
baik bagi perusahaan.
Struktur modal menurut Martin et.al (1999 : 385) ialah “bauran
segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”
Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur modal memperlihatkan bauran ataupun
kombinasi dari sumber-sumber pendanaan perusahaan baik dari hutang jangka
panjang ataupun modal sendiri
Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut peneliti dapat menyimpulkan
bahwa struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas yang dimiliki
oleh perusahaan yang digunakan untuk menjalankan aktivitas perusahaan.
Dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan, struktur modal
mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri.
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam menurut Bambang Riyanto (1980 :
150) ialah ” modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan
laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham.Modal inilah yang menjadi
tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan
bagi kreditor. Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang
berasal dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang
bagi perusahaan yang bersangkutan”
11
Hutang (debt) adalah sumber keuangan yang sangat mengandung resiko
karena akan menimbulkan biaya bunga. Namun jika menggunakan modal dana
internal maka akan timbul (opportunity cost) dari dana atau modal sendiri yang
digunakan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut
masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan
keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik –
baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan tersebut
selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan
finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal
yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan.
Menurut Brigham (2001 : 6) ”Risiko yang makin tinggi cenderung
menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tngkat pengembalian yang
diharapkan (expected rate of return) akan menaikan harga saham”. Karena itu,
struktur modal yang harus berada pada keseimbangan antara risiko dan
pengembalian yang memaksimumkan harga saham.
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal menurut
Brigham (2001 : 16) , yaitu:
1. Risiko bisnis, atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak menggunakan utang.
2. Posisi Pajak perusahaan. Alasan utama menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak,karena penghitungan penyusutan, bunga yang
12
beredar saat ini, atau kerugian pajak yang dikompensasi kemuka, maka tambahan utang tidakbanyak memeberi manfaat sebagaimana yang dirasakan perusahaan dengan tarif pajak efektif yang lebih tinggi.
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan untuk operasi yang stabil, yangmerupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan jangka panjang. Dalam keadaaan perekonomian yang sulit, atau bila perusahaan menghadapi kesuitan operasi, para pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik .
4. Konservatisme atau agresivitas manajemen. Sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan laba.
Berdasarkan penjelasan tersebut, empat faktor yang mempengaruhi keputusan
struktur modal akan membantu perusahaan menentukan komposisi yang baik
dalam pemilihan sumber dana untuk memaksimumkan nilai harga saham.
Sementara itu, dalam penelitian Rudi sitepu (2011) menurut Brigham (2001
: 39) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan struktur pendanaan yang akan dijelaskan oleh
peneliti yang antara lain:
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri. Penjelasan tersebut memperlihatkan stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Jika perusahaan telah stabil maka pemilihan sumber pendanaan melalui utang akan menjadi lebih baik
13
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak demikian. Penjelasan tersebut memperlihatkan struktur aktiva mempengaruhi struktur modal yang dimiliki perusahaan.
3. Tingkat Pertumbuhan
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi,biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang. Tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung memperlihatkan pemilihan bagaimana modal yang ada di perusahaan di diperoleh.
4. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.
5. Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang Relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan Coca Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan memperlihatkan pemilihan struktur modal dengan modal sendiri menjadi lebih baik daripada menggunakan sumber dana melalui hutang
14
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. Semakin tinggi sumber penggunaan dana melalui hutang maka pajak yang dibayar oleh perusahaan akan semakin kecil sehingga beban pajak menjadi lebih rendah. Hal tersebut jelas akan sangat menguntungkan bagi perusahaan
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut,para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Penjelasan tersebut mempertegas bagaimana pengendalian menentukan struktur modal yang akan digunakan oleh perusahaan sehingga dapat membantu perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya dengan lebih baik.
8. Sikap Manajemen
Karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industry yang bersangkutan,sementara manajemen lainnya lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi. Sikap manajemen yang berbeda akan membentuk struktur modal yang berbeda juga
9. Sikap Pemberi Jaminan dan Lembaga Penilai Peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi
15
pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus,perusahaan membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima. Misalnya, sebuah perusahaan umum yang besar diberitahu oleh Moody dan Standar & Poor bahwa obligasinya akan terkena penurunan peringkat apabila Perum tersebut menerbitkan lebih banyak obligasi. Ini mempengaruhi keputusannya untuk membiayai perluasan usahanya dengan saham biasa. Penjelasan tersebut melihatkan jaminan memiliki pengaruh khusus terhadap pemilihan sumber dana perushaan tersebut.
10. Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya kredit di A.S, pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan tidak adanya pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah 3B. penjelasan memperlihatkan bahwa perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang ditargetkan. Tetapi,setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat menjual obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaan yang ditargetkan semula. Kondisi pasar perusahaan yang berubah-ubah harus selalui diikuti dengan perubahan struktur modalnya
11. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur pendanaan yang ditargetkan. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan program litbangnya dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat.Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum tercermin dalam harga saham. Ia lebih menyukai pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham. Kemudian, pada saat itu perusahaan akan menerbitkan saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan yang ditargetkan. Seperti halnya kondisi pasar, perusahaan juga harus mengikuti kondisi internal perusahaan mereka tersebut.
12. Fleksibilitas Keuangan
Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai.Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat
16
pertimbangan tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa faktor termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya,dan berbagai akibat dari kekurangan modal. Penjelasan tersebut memperlihatkan faktor-faktor yang ada harus selalu diperhatikan dalam menjaga fleksibilitas keuangan sehingga struktur modal yang dimilikinya tetap sesuai dengan keadaan dan menjadi lebih baik serta menguntungkan bagi perusahaan tersebut.
2.1.3 Komponen Struktur Modal
Utang Jangka Panjang
Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal
pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Utang jangka panjang
menurut Sundjaja (2007 : 272) ialah “salah satu dari bentuk pembiayaan
jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya
5 - 20 tahun”.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen sehingga
memilih untuk menggunakan utang menurut Sundjaja et.al (2007 : 324)
adalah sebagai berikut:
1. Biaya utang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba besar, jumlah bunga yang dibayarkan besarnya tetap.
2. Hasil yang diharapkan lebih rendah daripada saham biasa. 3. Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila
pembiayaan memakai utang. 4. Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat
mengurangi pajak. 5. Fleksibilitas dalam struktur keuangan dapat dicapai dengan
memasukkan peraturan penebusan dalam perjanjian obligasi.
Modal Sendiri
Modal menurut Sundjaja et al. (2007 : 240) ialah “dana jangka
panjang perusahaan yangdisediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang
17
saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan
saham biasa) serta laba ditahan”. Ada 2 (dua) sumber utama dari
modal sendiri yaitu:
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa
hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih
diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu,
perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang
banyak.
Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen
menurut Sundjaja et.al (2007 : 323) adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.
2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya.
3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui utang baru dan divestasi.
b) Modal saham biasa
Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian
dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang
disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah
seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.Ada
18
beberapa keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi
kepentingan manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja et.al (2007 :
316), yaitu :
1. Saham biasa tidak memberi dividen tetap. Jika perusahaan dapat memperoleh laba, pemegang saham biasa akan memperoleh dividen. Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap (merupakan biaya tetap bagi perusahaan), perusahaan tidakdiharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada para pemegang saham biasa.
2. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo. 3. Karena saham biasa menyediakan landasan penyangga atasrugi
yang diderita para kreditornya, maka penjualan saham biasa akan meningkatkan kredibilitas perusahaan.
4. Saham biasa dapat, pada saat-saat tertentu, dijual lebih mudah dibandingkan bentuk hutang lainnya. Saham biasa mempunyai daya tarik tersendiri bagi kelompok-kelompok investor tertentu karena (a) dapat memberi pengembalian yang lebih tinggi dibanding bentuk hutang lain atau saham preferen; dan (b) mewakili kepemilikan perusahaan, saham biasa menyediakan para investor benteng proteksi terhadap inflasi secara lebih baik dibanding saham preferen atau obligasi. Umumnya, saham biasa meningkat nilainya jika nilai aktiva riil juga meningkat selama periode inflasi.
5. Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk keuntungan modal merupakan obyek tarif pajak penghasilan yang rendah. (Weston & Copeland) Menurut Wasis (1981:81), “pemilik yang menyetorkan modal akan menjadi penanggung resiko yang pertama. Artinya bahwa pihak non pemilik tidak akan menderita kerugian sebelum kewajiban dari pemilik ditunaikan seluruhnya. Kerugian perusahaan pertama-tama harus dibebankan kepada pemilik.
Modal juga dapat diperoleh melalui donasi atau sumbangan. Modal
sumbangan ini timbul apabila perusahaan memperoleh aktiva yang berasal
dari sumbangan. Aktiva yang diterima dicatat dalam rekening aktiva dengan
19
cara yang biasa dan diimbangi dengan pencatatan dalam rekening modal
sumbangan.
2.1.4 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal Menurut Sjahrial (2008 : 179) dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:
1) Teori struktur modal tradisional yang terdiri dari:
a. Pendekatan laba bersih (net income approach) Pendekatan laba bersih mangasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat.
b. Pendekatan laba operasi (net operating income approach) Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
c. Pendekatan tradisional (traditional approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya
20
modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat.
Ketiga pendekatan struktur modal tradisional ini pada mulanya
dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Teori tradisional ini
menjelaskan pendekatan pada struktur modal berdasarkan faktor-faktor
yang ada sehingga dapat ditemukan struktur modal yang baik.
2) Teori struktur modal modern yang terdiri dari:
a. Model Modigliani-Miller (MM) tanpa pajak Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:
1. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and Taxes)
2. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna.
4. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
b. Model Modigliani-Miller (MM) dengan pajak Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. c. Model Miller Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk pengasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak pengasilan dari obligasi.
21
d. Financial distress dan agency costs Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya. Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.
e. Model trade off Semakin besar penggunaan hutang, semakin besar keuntungan dari penggunaan hutang, tetapi PV biaya financial distress dan PV agency costs juga meningkat, bahkan lebih besar. Kesimpulannya adalah: penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai kondisi tertentu.
f. Teori informasi tidak simetris Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.
Teori modern lebih banyak mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam
menentukan struktur modalnya. Terlepas dari pendekatan mana yang akan
diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer
keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting menurut Sjahrial
(2008: 204): sebagai berikut
1. Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
22
2. Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4. Kemampuan menghasilkan laba periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal dari hutang.
6. Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi.
Struktur modal yang optimal menurut Martono (2000 : 240) ialah “struktur
modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau
biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.”
2.1.5 Pengukuran Struktur modal
Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, struktur modal diukur tehadap 3 rasio, yaitu :
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki
perusahaan. Rumusan untuk mencari DER dapat digunakan perbandingan
23
antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut (John Wild,
2005:41).
dimana:
DER = Debt to Equity Ratio
TL = Total Liabilities
Equity = Total Equity
Contoh soal ;
Perusahaan ABC melaporkan jumlah ekuitas yang dimilikinya sebesar Rp
500.000.000,- sedangkan jumlah kewajiban yang dimilikinya sebesar Rp
100.000.000,- . Maka, bersasarkan penjelasan tersebut besarnya Debt to
Equity Ratio (DER) adalah :
= 20 %
Debt to Total Asset Ratio
Debt to Total Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total Total Asset yang
dimiliki perusahaan. Rumusan untuk mencari DAR dapat digunakan
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut
(John Wild, 2005:41).
24
dimana:
DAR = Debt to Total Asset Ratio
TL = Total Liabilities
TA = Total Asset
Contoh soal ;
Perusahaan ABC melaporkan jumlah ekuitas yang dimilikinya sebesar Rp
500.000.000,- sedangkan jumlah aset yang dimilikinya sebesar Rp
400.000.000,- . Maka, bersasarkan penjelasan tersebut besarnya Debt to
Assets Ratio (DAR) adalah :
= 80 %
Interest Coverage Ratio
Interest Coverage Ratio (ICR) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur penggunaan Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total yang
dimiliki beban bunga yang perusahaan. Rumusan untuk mencari DER
dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas
sebagai berikut (John Wild, 2005:41).
dimana:
ICR = Interest Coverage Ratio
EBIT = Earning before interest and tax
IE = Interest Expense
25
Contoh soal ;
Perusahaan ABC melaporkan jumlah laba sebelum bunga dan pajak yang
dimilikinya sebesar Rp 100.000.000,- sedangkan jumlah beban bunga
yang dimilikinya sebesar Rp 20.000.000,- . Maka, bersasarkan penjelasan
tersebut besarnya Interest Coverage Ratio (ICR) adalah :
= 500 %
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Saham menurut Fakhruddin (2001 : 6) ialah “tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”. Penjelasan
tersebut memperlihatkan saham sebagai suatu bukti kepemilikan terhadap
suatu perusahaan. Sedangkan saham menurut Manahan (2005 : 138) ialah
“sumber keuangan korporasi yang berasal dari pemilik korporasi
(Stockholders) dan merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh
pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di
pasar bursa “Penjelasan tersebut juga memperlihatkan saham sebagai
sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan serta sebagai bukti
kepemilikan terhadap perusahaan Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa saham adalah bukti kepemilikan terhadap
suatu perusahaan dalam bentuk surat berharga yang menjadi sumber
keuangan perusahaan
26
2.2.2 Jenis-Jenis Saham Berdasarkan hak kepemilikannya, menurut Fakhruddin (2001 : 12)
dapat dibagi 2 jenis, yaitu: 1) Saham Biasa (common stocks)
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam hal
pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaantersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang
paling banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar., Sebagai pemilik
perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu:
- Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
- Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
- Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
27
2) Saham Preferen (preferred stocks)
Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa
juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua
hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar
dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga
hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku
dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham bias
2.2.3 Karakteristik Saham
Bebarapa karakteristik saham preferen menurut Sundjaja (2001 : 319) adalah sebagai berikut:
1) Preferen terhadap dividen - Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk
menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
- Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
2) Preferen pada waktu likuidasi Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva
perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.
28
2.2.4 Nilai-Nilai Saham
Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham menurut Husnan (1996: 315) yaitu:
- Analisis Fundamental - Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih perusahaan itu.
- Analisis Teknikal - Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada informasi intern perusahaan.
2.2.5 Penilaian saham Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:
Nilai buku Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor. Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku menurut Hartono (2000: 80):
- Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten. - Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang
dibayarkan investor kepada emiten dikurangi harga nominalnya.
- Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham.
- Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal.
Nilai pasar Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak p injaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
29
Nilai intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain
Pemilik menurut Sundjaja (2002 ; 299) ialah ” pemegang saham biasa
yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapatkan
pengembalian dimasa yang akan datang.” Pemegang saham biasa kadang-
kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa
setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan aktiva telah dipenuhi. Karena
itu pemegang saham biasa mengharapkan kompensasi seperti deviden
yang menguntungkan dan terakhir laba modal/kapital.
30
2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No. Nama Peneliti dan tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Rudy Sitepu (2010)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
- Debt to Asset Ratio (DAR),
- Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)
- Equity to Asset Ratio (EAR)
- Harga saham
- Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur
2. Sumiati (2007) Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta
- Debt to Equity Ratio(DER)
- Debt to Asset Ratio (DAR)
- Longterm Debt to Equity Ratio
- (LDER) - Longterm
Debt to Asset Ratio (LDAR)
- Equity to Asset Ratio (EAR)
- harga saham
- Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), dan Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham
Sumber: Diolah peneliti, 2012
31
1. Penelitian Rudi Sitepu (2010)
Judul penelitian “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga
Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset
Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) sebagai variabel independen dan
harga saham sebagai variabel dependen . Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa variable
struktur modal Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm, Longterm Debt to Asset
Ratio (LDAR), dan Equity to Asset Ratio (EAR) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur.
Secara parsial, variable DER adalah variable yang paling dominan
2. Penelitian Sumiati (2007)
Judul penelitian “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Perubahan Harga
Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Variabel independennya
adalah Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to
Equity Ratio (LDER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset
Ratio (EAR) dan variabel dependen adalah perubahan harga saham. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah variabel struktur
modal Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), dan
Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap perubahan harga saham perbankan. Secara parsial, variabel
LDAR adalah variabel yang dominan.
32
H1
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka teoritis menurut Erlina (2007 : 33) adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting
yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas
maka pengaruh Struktur modal yang diukur dengan dengan Debt to Asset Ratio
(DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Interest Coverage Ratio (ICR)
terhadap harga saham dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:
H
H
1
H
2
3
H
4
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Variabel dependen Variabel independen
Harga Saham (Y)
Debt to Equity (X1)
Debt to Total Asset (X2)
Interest Coverage Ratio (X3)
33
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2007:41) adalah proporsi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis dari penelitian yang akan
dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
H1 :Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio mempunyai
pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H2 :Struktur modal yang diukur dengan Debt to Total Asset Ratio mempunyai
pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H3 :Struktur modal yang diukur dengan Interest Coverage Ratio mempunyai
pengaruh terhadap nilai harga saham suatu perusahaan
H4 :Struktur modal yang diukur dengan Debt to Equity Ratio, Debt to Total
Asset Ratio ,dan Interest Coverage Ratio mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap nilai harga saham suatu perusahaan