chapter ii
DESCRIPTION
kalsium hidrooksidaTRANSCRIPT
20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar adalah salah satu tahap
terpenting. Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan
pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman.
Shaping yaitu tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian. Selain
itu, pemakaian instrumen serta medikamen saluran akar juga harus diperhatikan.
Penggunaan bahan medikamen dalam perawatan endodonti merupakan salah satu
langkah yang penting.7
Suatu bahan medikamen saluran akar yang ideal diharapkan mampu
megeliminasi bakteri dalam saluran akar yang tidak tereliminasi pada prosedur
eliminasi, mampu mengurangi rasa sakit maupun inflamasi periradikular, mampu
mengeliminasi eksudat apikal, serta mencegah resopsi akar dan infeksi ulang.7
Secara historis, bahan medikamen yang digunakan selama ini yakni bahan
yang berbasis fenol, seperti formocresol, camphorated monoparachlorophenol
(CMCP), metacresyl acetate, eugenol dan thymol. Formocresol merupakan
kombinasi formaline dan tricresol dengan perbandingan 1:1. Formocresol serta bahan
yang berbasis fenol lainnya memiliki daya hambat terhadap bakteri namun efeknya
hanya beberapa waktu saja.18
Medikamen ini (terutama golongan fenol) tidak lagi direkomendasikan karena
bersifat antigenik dan sitotoksik, sehingga menyebabkan nekrosis dan peradangan.
Selain itu, fungsinya sebagai antimikroba hanya sebentar saja, sehingga tidak
Universitas Sumatera Utara
21
bermanfaat sama sekali jika digunakan sebagai medikamen antar kunjungan.18,19
Setelah instrumentasi pada pulpa yang nekrosis, direkomendasikan memakai
kalsium hidroksida. Efek antimikrobanya antar-kunjungan lebih kuat dibandingkan
dengan material yang telah disebutkan di atas.9,10
2.1 Bahan Medikamen Saluran Akar
Fungsi antimikroba dari medikasi intrakanal antar kunjungan adalah hal yang
sangat penting. Mikroorganisme yang masih tertinggal akan berkembang biak.
Sesungguhnya, pernah dianggap bahwa keberhasilan perawatan, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang, bergantung pada medikamen yang diletakkan dalam
saluran akar pada waktu antar kunjungan. 8,9
Adanya bakteri tidak hanya menyebabkan lesi periapikal, tetapi juga turut
dalam mekanisme pertahanan lesi tersebut. Tindakan medikasi intrakanal merupakan
tahap perawatan endodonti yang penting sebab jika diabaikan dapat menyebabkan
kegagalan perawatan.19,20
Jadi medikamen saluran akar ditujukan untuk (1) memperoleh aktivitas
antimikroba di pulpa dan periapeks, (2) menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar
dan menjadikannya inert, (3) mengontrol dan mencegah nyeri pasca perawatan.8
Bahan medikamen saluran akar yang telah dipakai selama ini antara lain:
a. Bahan berbasis fenol
Terbagi atas parachlorophenol, champhorated monoparachlorophenol
(CMPC), metyl acetate, eugenol dan thymol, memiliki daya antimikrobial, tetapi tidak
Universitas Sumatera Utara
22
bertahan lama, menimbulkan bau tidak sedap, toksik terhadap jaringan dan
melemahkan sifat bahan tumpatan.18
b. Kombinasi antibiotik-steroid
Memiliki efek bakterisida yang kuat terhadap bakteri. Mengandung
kortikosteroid yang berguna mengurangi peradangan dan antibiotik untuk
menghambat pertumbuhan bakteri saluran akar. Tetapi keberadaan kedua kandungan
tersebut perlu diperhatikan mengingat efek samping yang ditimbulkan dari
kandungan kortikosteroid akan menurunkan kemampuan regenerasi sel dan jaringan
serta menghambat pembentukan fibroblast dan antibodi. Kandungan antibiotikanya
juga berakibat kurang baik untuk pemakaian jangka panjang.18
c. Formokresol
Merupakan kombinasi formaline dan tricresol dalam perbandingan 1:2
atau 1:1. Formokresol merupakan bahan medikamen yang tidak spesifik dan sangat
efektif terhadap mikroorganisme aerob dan anaerob yang ditemukan dalam saluran
akar. Tetapi formokresol disebutkan juga menghasilkan iritasi derajat tinggi dan
menyebabkan nekrosis yang bertahan selama 2-3 bulan, sehingga bersifat toksik.18
d. Kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) telah digunakan sejak 1920 sebagai bahan
medikamen saluran akar. Kalsium hidroksida saat ini merupakan medikamen saluran
akar yang paling sering digunakan.9,10
Kalsium hidroksida terbukti sebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium
hidroksida berkisar antara 12,5-12,8. Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang
rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alkohol. Karena sifat yang
Universitas Sumatera Utara
23
dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba anaaerob
yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis. Keuntungan lain adalah bahan kalsium
hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu yang cukup lama jika dibandingkan
dengan bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar
bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar .9,10
Mekanisme antimikroba Ca(OH)2 terjadi dengan pemisahan ion calcium dan
hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi
DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah masuknya bakteri dalam sistem
saluran akar. Ion hydroxyl akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob.
Difusi ion hydroxyl (OH-) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondusif
bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar. Ion calcium memberi efek terapeutik
yang dimediasi melalui ion channel.9
Walaupun demikian, dari beberapa penelitian, didapati bahwa Ca(OH)2 juga
memiliki beberapa kelemahan. Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif yang rendah
sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di
dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar.
Selain itu, Haapasalo et al dan Porteiner et al melaporkan bahwa dentin dapat
menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitan dengan
kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida. Kemampuan
buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibutuhkan untuk
membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa.10
Begitu juga penelitian Peters et al, (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang
Universitas Sumatera Utara
24
positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan
kalsium hidroksida.10 Disebutkan juga semakin lama Ca(OH)2 digunakan sebagai
medikamen pada gigi dewasa muda, semakin meningkatkan resiko terjadinya fraktur
akar. Kalsium hidroksida menyebabkan resopsi interna sehingga gigi mudah
fraktur.12
Gomes et al, 2002 beranggapan bahwa walaupun kalsium hidroksida
direkomendasikan sebagai bahan medikasi intrakanal pada perawatan periodontitis
apikalis, bukan berarti bahwa pemakaian kalsium hidroksia dapat digunakan secara
universal, karena kalsium hidroksida tidak menunjukkan kemampuan yang sama
terhadap seluruh bakteri.21
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penemuan-penemuan bahan
perawatan saluran akar selama ini menggunakan bahan sintetis yang memiliki efek
antibakteri yang tinggi, tetapi mempunyai efek samping terhadap jaringan gigi. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan bahan alami bersifat biokompatibel terhadap saluran
akar.
2.2 Fusobacterium nucleatum sebagai salah satu bakteri yang terdapat
pada infeksi saluran akar
Penelitian telah membuktikan bahwa Fusobacterium nucleatum, adalah flora
normal rongga mulut dan merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi saluran akar
yang simpomatik.1,3
Universitas Sumatera Utara
25
Menurut taksonominya, Fusobacterium nucleatum diklasifikasikan
berdasarkan:
Kingdom : Bacteria
Filum : Fusobacteria
Famili : Bacteriodaceae
Genus : Fusobacterium
Spesies: Fusobacterium nucleatum.3
F.nucleatum adalah bakteri obligat anaerob gram negatif yang tidak berspora
dan non motil. Selnya berbentuk batang, dengan bagian ujung yang tajam dan
panjang yang bervariasi. F.nucleatum memerlukan media yang baik untuk tumbuh
dan biasanya tumbuh subur pada media yang mengandung trypticase, peptone dan
ekstrak ragi. F.nucleatum menggunakan asam amino untuk menghasilkan energi serta
menggunakan glukosa untuk reaksi biosintesis molekul interseluler.3
Gambar 1. Koloni Fusobacterium nucleatum dengan scanning electron micrograph.7
Penelitian Jacinto RC et al (2003) dari 48 saluran akar gigi diisolasi bakteri
obligat anaerob sebesar 74,77%. Bakteri yang mendominasi hasil penelitiannya
Universitas Sumatera Utara
26
adalah Fusobacterium necrophorum (15 kasus), Anaerococcis prevotii (14 kasus),
Peptostreptococcus (13 kasus), Streptococcus sanguis (11 kasus) dan Fusobacterium
nucleatum (11 kasus).
Tabel 1. Bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi apikal.2
Bakteri Persentase Indeks Fusobacterium nucelatum Streptococcus sp. Bacteroides sp. Prevotella intermedia Peptostreptococcus micros Eubacterium alactolyticum Peptostreptococcus anaerobicus Lactobasillus sp. Eubacterium lentum Fusobacterium sp. Campylobacter sp. Peptostreptococcus sp. Actinomyces sp. Eubacterium timidum Capnocytophaga ochracea Eubacterium brachy Selemonas sputigena Veinlonella parvulla Porphyromonas endodontalis Provotella buccae Provotella oralis Propionibacterium propionicum Prevotella denticola Prevotella loeschii Eubacterium notadum
48 40 35 34 34 34 31 32 31 29 25 15 15 11 11 9 9 9 9 9 8 8 6 6 6
Universitas Sumatera Utara
27
Pada tabel 1 terlihat berbagai spesies yang diisolasi dari saluran akar gigi
dengan lesi periapeks. Fusobacterium nucleatum menempati urutan pertama sebagai
isolat dominan, dengan persentase insidens 48%.
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri yang umum diisolasi pada plak gigi.
Fusobacterium nucleatum juga sering dihubungkan dengan infeksi periodontal, dapat
juga menginfeksi kepala dan leher, dada, paru-paru, hati, dan perut.3
Membran luar bakteri ini mempunyai karakteristik bakteri gram negatif. Sel
bakteri dilindungi oleh membran luar dan dalam yang dipisahkan oleh ruang
periplasmik yang mengandung lapisan peptidoglikan. Pada umumnya, membran
dalam bakteri gram negatif merupakan dua lapisan fosfolipid yang simetris dimana
perbandingan fosfolipid dan protein sama besar. Membran luar berfungsi sebagai
penyaring molekul dan merupakan membran asimetrik yang terdiri dari lapisan
fosfolipid, lipopolisakarida, lipoprotein dan protein.3
Kompleks lipopolisakarida secara umum dikaitkan sebagai zat endotoksin
yang dapat menyebabkan biological effects yaitu aktivasi komplemen, sitotoksisitas,
dan resopsi tulang. Lipopolisakarida memegang peranan penting dalam proses
perlekatannya dan mampu larut dalam saliva. Lipopolisakarida yang diproduksi oleh
F.nucleatum memungkinkan bakteri ini melekat pada struktur hidroksiapatit, serum
dan sementum. Hal ini menunjukkan bahwa lipopolisakarida dari F.nucleatum
memegang peranan penting dalam proses perlekatannya, bukan hanya pada epitel,
tetapi juga permukaan gigi.3
Polisakarida yang dihasilkan F.nucleatum merupakan potent agent yang dapat
menyebabkan pembentukan antibodi host walau hanya dalam konsentrasi yang sangat
Universitas Sumatera Utara
28
rendah. Bakteri gram negatif anaerob sering sekali diisolasi dari gigi dengan infeksi
saluran akar, oleh karena itu endotoksin bakteri mungkin menyebabkan iritasi
jaringan periapikal dan berperan penting dalam patogenesis lesi inflamasi dan pulpa.3
Sebagian besar bakteri spesies F.nucleatum menghasilkan asam butirat dan
mengubah treonin menjadi asam propionat. Butirat, propionat dan ion amonium
merupakan produk hasil metabolisme F.nucleatum yang dapat menghambat
proliferasi sel fibroblas pada gingiva. Kejadian ini memberikan jalan bagi
F.nucleatum untuk melakukan penetrasi ke epitel gingiva. Asam butirat yang
dihasilkan juga dapat mengiritasi jaringan.3
Pada keadaan defisiensi nutrisi, F.nucleatum mampu memecah kandungan
glukosa dari struktur interseluler dan memanfaatkannya sebagai sumber energi. Hal
ini akan mendorong bakteri lain berpindah pada sekitar permukaan sel F.nucleatum
dan selanjutnya berikatan dengan dinding sel F.nucleatum. Secara in vivo ditemukan
hubungan antara F.nucleatum dengan P.gingivalis oleh karena hubungan interaksinya
akan menghasilkan enzim proteolitik dan agregasi kedua bakteri ini menghasilkan
efek sinergisme, yang terjadi pada kasus infeksi endo-perio.3,6
Gambar 2. Agregasi F.nucleatum (bentuk batang) dan P.gingivalis (bentuk kokus) dengan scanning electron micrograph 5.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3 Tanaman Mahkota Dewa
Bahan alami (khususnya tumbuh-tumbuhan) merupakan keanekaragaman
hayati yang masih sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia,
padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman
hayati terbesar di dunia dengan lebih kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan berikut
biota lautnya. Dari sekian besar jumlah tersebut, baru sekitar 940 spesies yang
diketahui bersifat terapeutik melalui penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 spesies
di antaranya yang telah dimanfaatkan dalam temuan obat tradisional oleh industri
obat tradisional Indonesia.15
Tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) merupakan
tamanan obat yang sudah dikenal dan saat ini semakin diminati masyarakat. Asal
tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria
papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah
Papua, Irian Jaya. Dan dewasa ini, pengobatan dengan memanfaatkan mahkota dewa
semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa
pengobatan herbal.26,27
Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian
10-1.200 m dpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya
bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan
simpodial. Daunnya tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya
lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, dengan tepi rata, pertulangan
menyirip, permukaan licin, berwarna hijau tua,ukuran panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm.
Bunganya keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun,
Universitas Sumatera Utara
30
bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih, dan harum. Buahnya berbentuk
bulat, dengan diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau
dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji
buahnya bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning
kecokelatan.26,27
Gambar 3. Buah Mahkota Dewa 26
Berdasarkan taksonominya, tanaman mahkota dewa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Thymelaeaceae
Suku : Thymelaeceae
Marga : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl. atau Phaleria papuana
Warb var. Wichnannii (Val) Back
Universitas Sumatera Utara
31
Di daerah Sumatera, mahkota dewa biasanya dikenal dengan nama simalakama,
sedangkan di daerah Jawa dikenal dengan nama makutadewa. Tanaman ini disebut
juga makuto rojo, makutu ratu, obat dewa, obat pusaka, crown of God.27,28
Pemanfaatan tanaman mahkota dewa ini secara tradisional adalah sebagai
tanaman obat yang sejak lama dikenal dapat memiliki khasiat untuk mengobati luka,
diabetes, lever, flu, alergi, sesak nafas, desentri, penyakit kulit, diabetes, jantung,
ginjal, dan kanker.13,14 Berdasarkan hal tersebut, dilakukan rangkaian penelitian
farmakologi terhadap ekstrak kulit biji dan daging buah tanaman mahkota dewa yang
mencakup penelitian uji toksisitas, uji antikanker, dan uji aktifitas antioksidan pada
tanaman.26 Penelitian Lisdawati (2002) menunjukkan bahwa daging buah dan
cangkang biji mengandung beberapa senyawa, antara lain: alkaloid, flavonoid,
senyawa polifenol dan tanin.15,28
Acuan pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria
umumnya memiliki aktifitas antimikroba. Aktifitas ini berkaitan dengan toksisitas
tanaman yang cukup tinggi sebagai salah satu bentuk dan mekanisme pertahanan diri.
Penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini menyatakan bahwa toksisitas tanaman
berkaitan erat dengan kandungan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.15
2.4. Nilai Farmakologis Buah Mahkota Dewa
Efek terapeutik buah mahkota dewa erat hubungannya dengan senyawa kimia
yang terkandung di dalamnya. Dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa biji
mahkota dewa bersifat toksik sedangkan daging buahnya tidak. Daging buah mahkota
Universitas Sumatera Utara
32
dewa memiliki potensi penghambatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
daun, kulit batang, ranting, dan akar tanaman mahkota dewa.15
Komponen aktif buah mahkota dewa adalah tanin, flavonoid, saponin dan
alkaloid.15,28 Ekstrak daging mahkota dewa berkhasiat sebagai antihistamin dan
antialergi.28
Saponin dikenal juga sebagai deterjen alam, larut dalam air, tapi tidak larut
dalam eter dan merupakan larutan berbuih yang diklasifikasikan oleh struktur
aglykon kompleks ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Kedua senyawa ini
mempunyai efek antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik. Senyawa saponin juga
bersifat sebagai antimikroba, antibakteri dan antivirus. Selain itu, saponin juga
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dengan cara meningkatkan produksi
sitokin seperti interleukin dan interferon.28,29 Efek saponin yang lain adalah mampu
mengurangi kadar gula darah, serta mengurangi penggumpalan darah.
Saponin memiliki molekul amfipatik (mengandung bagian hidrofilik dan
hidrofobik) yang dapat melarutkan protein membran. Ujung hidrofobik saponin akan
berikatan pada regio hidofobik protein membran sel dengan menggeser sebagian
besar unsur lipid yang terikat. Ujung hidrofilik saponin merupakan ujung yang bebas
akan membawa protein ke dalam larutan sebagai kompleks saponin-protein,
mengganggu perkembangan protozoa dengan ikatan tersebut pada permukaan
membran sel protozoa menyebabkan membran pecah, sel lisis dan mati. 28
Alkaloid, merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai detoksifikasi,
menetralisir racun di dalam tubuh. Mekanisme kerja antimikroba dari alkaloid
dihubungkan dengan kemampuan alkaloid untuk berikatan dengan DNA sel, sehingga
Universitas Sumatera Utara
33
mengganggu fungsi sel diikuti dengan pecahnya sel dan diakhiri dengan kematian
sel.15
Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat.30 Berfungsi melancarkan
peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada
pembuluh darah, mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan
lemak pada dinding pembuluh darah, member efek antiinflamasi (antiradang),
berfungsi sebagai antioksidan, membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi
pendarahan atau pembengkakan.30 Kandungan polifenol berfungsi sebagai
antihistamin. Kandungan tanin berfungsi sebagai antibakteri.13
Berbagai penelitian juga telah dilakukan di Indonesia mengenai efek
antibakteri, antara lain penelitian uji zona hambat infusum daun mahkota dewa pada
pertumbuhan Streptoccocus mutans. Hasil penelitian ini menyatakan semakin tinggi
konsentrasi infusum daun mahkota dewa, semakin besar pula zona inhibisinya dan
daya hambat terbesar dari ketiga perlakuan tersebut adalah infusum mahkota dewa
dengan konsentrasi 50%.14 Peneltian mengenai daya antibakteri ekstrak daun mahkota
dewa dalam menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis, menyimpulkan bahwa
ekstrak daun mahkota dewa memiliki kemampuan daya antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.15 Penelitian lainnya adalah
mengenai daya antibakteri ekstrak buah mahkota dewa sebagai pada konsentrasi yang
berbeda terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan alternatif medikamen saluran
akar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki efek
Universitas Sumatera Utara
34
antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis dilihat dari konsentrasi KHM dan
KBM bahan tersebut yaitu pada konsentrasi 12,5%.16
Universitas Sumatera Utara