chapter ii 2

Upload: lea-afriana

Post on 06-Mar-2016

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jkgfjgkf

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG TUAK DAN SAKE

    2.1 Sejarah perkembangan Tuak

    Tuak adah minuman beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau

    batang Aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru, Ada juga tuak

    yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak ini

    dahulu dipakai untuk upacara adat, tuak tangkasan berasal dari mayang bagot yang mana

    pohon bagot ini dulunya menurut seorang tokoh yang berasal dari balige berasal dari

    seorang putri yang bernama Putri si boru Sorbajati yang dipaksa orang tuanya kawin

    dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua

    yang sudah menerima uang mahar, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di

    mana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia

    melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma

    tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Karena

    perbuatan yang membunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak

    dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek

    moyang..

    Dahulu tuak bukanlah sebuah minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya

    untuk diminum sendiri, sesudah zaman nomensen maka perubahan terjadi dimana tuak

    sudah mulai diperdagangkan.Laki laki batak pada masa lampau sesudah bekerja di sawah

    ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita cerita.

    Saat itu dari pihak keluarga ada saja yang menyuguhkan tuak, percakapan mereka dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah

    pertanian, maupun masalah-masalah lainnya, tempat-tempat berkumpul itu sekaligus

    tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.

    Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang

    Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk

    memberikan tuak secara garatis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang

    berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini

    lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, dilapo inilah orang batak biasanya bertemu

    selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati

    tuak dan makanan khas batak lainnnya.

    2.1.1 Arti Tuak Bagi Suku Batak

    Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai,

    pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.

    Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah

    terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan

    kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut

    mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang

    tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya.

    Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan

    sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman

    persahabatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan

    diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI (Air Susu Ibu) dapat keluar dengan

    banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak

    kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi

    makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi

    nama bangun-bangun itu adalah agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih

    kembali kekuatannya

    2.1.2 Tuak Dalam Adat batak

    Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak

    bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis ksrena manisnya maka disebut tuak na

    tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan ialah tuak asli yang diambil langsung

    dari pohon enau pada pagi hari tampa bercampur dengan ramuan lain.

    Dalam adat Batak seperti manulangi biasanya dalam acara ini tuak akan

    digunakan. Bila seseorang sudah lanjut usia, mulai sakit sakitan maka untuk melewati

    masa ini ada upacara yang harus dilaluinya. Upacara tersebut disebut dengan manulangi ,

    yang asal katanya dari sulang artinya suap. Upacara ini biasanya diselaenggarakan oleh

    anak-anak atau cucu-cucu dari orang tua yang akan disulangi. Dalam upacara tersebut

    orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan makanan dan minuman dari anak-

    anak dan cucunya. Artinya bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua telah

    dialihkan kepada turunannya, serta dengan harapan bahwa segala berkat yang ada pada

    orang tua tersebut akan juga dialami oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah upacara

    tersebut orang tua ini telah bebas dari duniawi, misalnya dia sudah biasa untuk tidak ikut

    Universitas Sumatera Utara

  • lagi dalam acara adat, maka dalam acara ini akan disediakan tuak tangkasan, ihan

    batak,(ikan khusus di batak yang besarnya lebih dari ikan emas tetapi sekarang sudah

    jarang di temukan di Danau Toba),dan air sitio-tio yaitu air jernih. Maksud diberikan

    semuanya itu sebagai permohonan agar niat dan tujuan manulangi berjalan dengan baik.

    Bila sebelum acara manulangi itu orang tua yang akan diupacarakan itu

    meninggal maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak lagi dalam adat karena

    anaknya dianggap bersalah, terkecuali bila anak tersebut meminta maaf kepada orang

    tuanya melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagai tanda denda dan

    perasaan bersalah.setelah itu barulah anak atau cucu itu dimaafkan dan boleh mengikuti

    acara adat lagi. Upacara ini dapat dilakukan bila anak-anak ataupun cucu-cucu baru

    bertemu dengan orang tua setelah lama tidak berjumpa juga bagi anak perempuan yang

    kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya datang dan manulangi sebagi tanda

    maaf dan membayar utang adat.

    Pada saat seseorang anak baru lahir, saudara laki-laki dari ibu yang disebut tulang

    memberikan selendang kepada anak tersebut yang disebut parompa. Parompa asal kata

    dari ompa gendong yang adalah alat untuk menggendong (mangompa). Sebagai tanda

    terima kasih atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang

    dengan pengertian untuk dapat memperoleh tuak manis. Pemberian ini disebut parsituak

    na tonggi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan bagi kita mengapa bukan langsung

    tuak yang diberikan, ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang yang memberikan

    parompa bertempat tinggal jauh, sedangkan tuak tidak tahan lama, oleh karena itu maka

    akan lebih baik memberikan uang dari pada tuak secara langsung ,karena dengan

    memberikan uang tuak dapat di beli di perjalanan.Tukar menukar ini adalah merupakan

    Universitas Sumatera Utara

  • tukar-menukar yangt seimbang atau (balance recipority), dimana seorang terhadap yang

    lain merasa layak untuk memberi dan diberi.

    Parsituak na tonggi juga diberikan kepada pihak pemberi gadis yang disebut

    dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi parsituak na

    tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis (boru) menganggapo bahwa selama

    tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya, oleh karena itu tuak juga dianggap

    sebagai minuman hula-hula. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang batak bahwa jika

    tidak ada hula-hula maka tidak akan ada penerus keturunan, oleh karena itu hula hula

    dianggap penting dan mempunyai kedudukan tinggi dibanding dengan boru (anak

    perempuan) dan dengan dongan sabutuha (keluarga lainnya)

    Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya

    diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta

    orang-orang yang dihormati masyarakat .

    2.2 Proses Pembuatan Tuak

    Proses pembuatan tuak bagi menjadi dua yaitu ada tuak yang terbuat dari batang

    Aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak atau yang disebut dengan paragat

    mempunyai resep masing-masing dalam membuat tuak, biasanya resep ini akan turun-

    temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut.

    2.2.1 Tuak dari batang aren

    Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga

    pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira

    tersebut manis rasanya, sedangkan ada dua jenis tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang

    Universitas Sumatera Utara

  • manis dan yang pahit (mengandung alkohol).

    Hatta Sunanto (1983:17), seorang Insinyur pertanian, menerangkan "Di Indonesia,

    tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang

    tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah

    yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari 800m, tanaman aren tetap

    dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan..Pohon enau atau aren

    dinamai bagot dalam bahasa Batak Toba. Di kecamatan Balige yang berketinggian sekitar

    900m di atas permukaan laut, banyak bagot tumbuh sendiri dan bagot inilah yang tetap

    digunakan untuk menyadap tuak.

    Penyadap tuak disebut paragat (semacam pisau yang dipakai waktu menyadap

    tuak). Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut

    balbal-balbal selama beberapa minggu, setelah itu mayangnya sudah dapat dipotong.,

    kemudian ujung tandan tersebut dibungkus dengan obat (kapur sirih atau keladi yang

    ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini barulah mulai datang airnya dengan

    lancar.

    Seorang peragat menyadap tuak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.Tuak

    yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya,

    paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya

    cocok rasanya dan alkoholnya. raru inilah yang mengakibatkan peragian.

    Resep membuat tuak berbeda-beda sedikit demi sedikit tergantung para paragat.

    Resep masing-masing boleh dikatakan sebagai rahasia perusahaan, maka tidak menjadi

    masalah siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus belajar dahulu cara

    kerjanya. Biasanya anak seorang paragat mengikuti orang tuanya untuk belajar tentang

    Universitas Sumatera Utara

  • rahasia pengolahan tuak tersebut. Tapi biasanya, tidak ada paragat perempuan, mungkin

    karena kegiatan paragat sehari-hari yang turun ke jurang, menaiki pohon aren dan

    membawa tuak yang tertampung ke kampung sangat keras untuk perempuan..Sebagian

    paragat membuka kedai tuak sendiri, tetapi pada umumnya sebagian besar paragat

    menjual tuak kepada kedai atau agen tuak.

    2.2.2 Tuak dari batang kelapa

    Produksi dan distribusi tuak dari batang kelapa hampir sama dengan yang di

    ambil dari batang aren. Di Medan Pohon aren tidak dapat tumbuh karena sejajar dengan

    permukaan air laut,maka tuak di sadap dari batang kelapa, untuk membuat tuak harus

    terlebih dahulu memanjat pohon kelapa.

    Manggar ialah bakal buah kelapa yang umurnya sekitar tiga bulan. Artinya,

    manggar sudah tua, tetapi belum muncul kelapanya. Manggar muda belum banyak

    niranya, sementara yang sudah keluar kelapanya sudah tidak bisa disadap. Penyadapan

    dilakukan dengan memotong ujung manggar sekitar lima sentimeter. Setelah itu, selama

    tiga hari setiap pagi dan sore ujung manggar tersebut dipotong lagi sekitar satu sentimeter

    hingga akhirnya mengeluarkan nira. "Nira baru dapat keluar kira-kira tiga hari setelah

    pemotongan pertama Setelah mengeluarkan nira, pelepah yang membungkus manggar

    dapat dibuka. Manggar selanjutnya disatukan dan diikat kuat lalu diarahkan ke bawah

    supaya nira dapat menetes. Tetesan nira itulah yang kemudian ditampung di jerigen-

    jerigen.

    Manggar yang baik, dapat terus meneteskan nira hingga satu bulan. Sementara

    yang kurang baik, penyadapan hanya bisa berlangsung dua minggu. Manggar yang baik

    Universitas Sumatera Utara

  • biasanya dimiliki pohon kelapa lokal berumur di atas enam tahun yang daunnya tampak

    mengkilap dan turun ke bawah. Di setiap pohon, dalam waktu yang sama sebaiknya

    hanya ada dua manggar yang disadap. Sebab, jika terlalu banyak manggar yang disadap,

    kualitas dan kuantitas nira yang dihasilkan akan berkurang, Setiap pagi antara pukul

    08.00 hingga 10.00, nira yang sudah ditampung itu diambil para peragat dan kemudian

    diolah. Sorenya para peragat harus kembali memanjat untuk memotong manggar agar

    nira tetap menetes. Dalam sehari para paragat biasanya hanya bisa memanjat menyadap

    20 pohon. Lebih dari itu, mereka mengaku tidak kuat

    Untuk memaksimalkan nira yang didapat, setiap dua minggu sekali mereka

    mencari manggar baru untuk disadap. Jadi, meski pohon yang disadap terbatas, jumlah

    tuak yang mereka peroleh relatif stabil, setiap hari antara 25 sampai 30 liter, tuak hasil

    sadapan yang berwarna putih seperti susu itu lalu disaring hingga benar-benar bersih.

    Penyaringan kadang harus dilakukan sampai tiga kali karena tuak yang diambil dari

    pucuk pohon kelapa sering bercampur dengan sisa-sisa potongan manggar atau lebah

    pencari tuak

    Setelah bersih, di dalam tuak yang rasanya manis itu lalu dimasukkan potongan

    kulit pohon (kulit raru). Kulit raru dapat digunakan hingga empat kali. Setelah itu harus

    dibuang karena sarinya sudah habis, hal ini bias diketahui dengan melihat bahwa kulit

    raru tersebut telah layu dan warnanya berubah dari cokelat segar menjadi keputih-putihan.

    Setelah direndam selama enam sampai delapan jam di dalam tuak, kulit raru diambil lagi

    dan dicampurkan dengan tuak. Jika kulit pohon raru yang direndam terlalu banyak, tuak

    akan berwarna cokelat dan rasanya terlalu pahit. Dan kalau kurang, tuak akan manis dan

    berwarna putih. Menurut para paragat dari 30 liter nira hasil sadapan, dapat dibuat 45

    Universitas Sumatera Utara

  • botol tuak, biasanya tuak akan bertahan sekitar dua hari. Setelah itu, tuak harus dibuang

    karena rasanya sudah masam.

    2.3 Sejarah Perkembangan Sake

    Sake adalah minuman beralkohol tradisional Jepang yang terbuat dari beras. Sake

    pertama kali di buat sekitar 2000 tahun yang lalu, saat masyarakat jepang mulai

    mempraktekkan budaya menanam padi di sawah. Sejak saat itu sake mempunyai peranan

    penting dalam budaya dan sejarah Jepang. Biasanya minuman ini dikaitkan dengan

    berbagai matsuri pada masyarakat pertanian. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi

    kesakralan padi sehingga selalu digunakan dalam ritual-ritual Shinto. Hal ini dari

    kepercayaan bahwa padi diaanugrahkan bagi masyaakat Jepang oleh dewi Ameterasu

    omikami.

    Pada jaman dahulu,pembuatan sake pada umumnya hanya dilakukan di istana-

    istana kaisar atau di kelenteng-kelenteng Budha dan kuil-kuil Shinto. Rakyat jelata di

    Jepang mulai dapat membuat sake sejak akhir abad ke-12.hal ini terjadi karena pada saat

    itu ada undang-undang yang membatasi penggunaan atau pembuatan sake. Sake menjadi

    minuman penting di Jepang sehingga pada akhirnya pemerintah pada tahun 1300

    mengijinkan produksi sake secara menyeluruh di seluruh negri. Beberapa tahun

    kemudian tempat produksi sake menyebar ke seluruh negeri dengan daerah produksi

    terbesar berpusat di prefektur-prefektur Kyoto dan Hyogo.

    Penyebaran tempat produksi, berdampak positif pada perkembangan proses

    produksi. Pada mulanya,semua sake berwarna keruh hingga seorang pekerja di salah satu

    tempat produksi berhasil memukan jalan keluar untuk menghilangkan keruh. Sake

    Universitas Sumatera Utara

  • mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah revolusi industri di Jepang pada abad

    ke-19, yang memperkenalkan sistem permesinan sehingga memudahkan produksi sake.

    Dalam situs www.wikipedia.com dijabarkan bahwa perkembangan sake mempunyi

    peranan tersendiri dalam budaya Jepang, dimana keberadaanya telah mempengaruhi

    negeri dalam beberapa jaman pemerintahan berikut.

    a. Zaman Yayoi.

    Zaman ini merupakan masa permulaan orang Jepang mempraktekkan kegiatan

    bercorak tanam. Selain itu pada jaman ini pula dibuat sake pertama yang disebut

    Kuchikami no sake yang berarti sake kunyahan mulut. Proses awal ini dilakukan dengan

    dengan mengunyah beras, biji-bijian dan kacang-kacangan kemudian meludahnya

    kedalam baskom besar.

    Selama mengunyah enzim dalam air ludah mengubah zat tepung menjadi zat gula

    atau glukosa sehingga mudah difermentasi dengan ragi .cara tersebut merupakan cara

    yang paling primitive untuk membuat sake . Pembuatan sake dengan cara ini telah

    dihentikan sejak ditemukan bahwa koji dan ragi dapat membantu proses fermentasi.

    b. Zaman Nara

    Pada zaman ini sake diproduksi dengan menambakan koji dalam proses

    pembuatannya. Jamur beras dengan nama latin Aspergillus oryzae ini terbukti mampu

    meningkatkan kualitas sake. Sake pada zaman Nara dapat dinikmati ole masyarakat kelas

    atas. Dan seiring meningkatnya sistem hukum dan perintahan maka dibentuk suatu

    lembaga yang disebut sake no tsukasa. Tugas lembaga ini adalah menjaga dan mengatur

    pembuatan sake untuk Kaisar dan aparatur Negara.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Zaman Heian

    Sake masih merupakan barang mewah yang hanya dapat dinikmati masyarakat

    kelas atas. Sake menjadi sangat populer sehingga dibentuklah organisasi khusus yang

    beranggotakan toji) atau pembuat sake. Organisasi ini bertekad merintis berbagai teknik

    untuk lebih meningkatkan kualitas sake. Ketekunan para toji membuahkan hasil dengan

    ditemukanna tehnik dengan mengurangi kandungan alkohol.

    d. Zaman Kamakura periode muromachi dan azuci momoyama

    Pada zaman ini pihak kuil dan pemujaan Shinto mengambil alih organisasi

    pembuatan sake yang dulunya dikususkan untuk pemerintah. Selama masa tersebut sake

    menjadi barang dagangan penting sama seperti beras. Oleh karena itu untuk pertama

    kalinya diproduksi sake bagi masyarakat biasa.keadaan tersebut membuat daerah Kyoto

    menjadi makmur, dan setelah dibentuknya usaha untuk umum produksi sake menjadi

    didominasi oleh masyarakat setempat.

    e. Zaman Edo

    Pada awal zaman Edo sake diproduksi lima kali dalam setahun. Para toji

    memperhatikan bahwa diantara lima kali produksi, ternyata yang mempunyai kualitas

    sake yang terbaik adalah sake yang dibuat pada musim dingin. Hal ini membuat para

    pembuat sake mengerti pentingnya pengaruh faktor cuaca. Selain itu, pada zaman ini

    ditemukan tehnik pasteurisasi sebagai upaya untuk memastikan bakteri-bakteri yang

    merugikan dalam sake.

    f. Zaman Meizi

    Pemerintah menetapkan hukum tertulis mengenai sake selama restorasi meiji.

    Dalam hukum disebutkan bahwa pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk mendirikan dan mengembangkan tempat produksi sake. Namun setiap produksi

    sake akan dikenakan wajib pajak. Akibat kebijakan itu, tiga puluh ribu usaha produksi

    sake yang tersebar di seluruh negri mengalami kebangkrutan, yang mampu bertahan

    adalah para tuan tanah yang sangat kaya yang memiliki hasil panen yang melimpah.

    Tahun 1888 produksi sake masih dikemas dalam tong kayu, dan beberapa tahun

    kemudian sake mulai dikemas dalam botol standart 1,8 liter yang disebut Isshobin.

    Diakhir zaman Meiji teori kimia diakui sangat membantu proses fermentasi. Karena itu

    didirikan pusat penelitian untuk mengembangkan dan menguji system cepat produksi

    sake.

    Selama PD II Negara Jepang mengalami kekurangan pasokan beras, akibatnya

    terjadi sedikit perubahan dalam proses produksi. Gula dan Alkohol ditambahkan berhasil

    memenuhi kekurangan pasokan sake sehingga masih digunakan sampai sekarang. Saat ini

    ada kurang lebih tiga ribu sake di Jepang. Produksi sake terpenting terdapat di prefekturr-

    prefektur Kyoto dan Hyogo.

    2.3.1 Arti Sake Bagi Masyarakat Jepang

    Bagi masyarakat Jepang, meneguk minuman beralkohol sudah menjadi budaya

    keseharian mereka,. Sake, Shochu, Hopposhu, bir, dan anggur lumrah dikonsumsi semua

    kalangan. Sake mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat Jepang.di samping

    sebagai usaha menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya untuk menciptakan

    hubungan yang akrab, minum sake juga dapat diartikan sebuah isyarat untuk

    memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota dalam kelompok sosial di

    Jepang,hal ini terjadi karena masyarakat Jepang merupakan bangsa yang disiplin dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • menjaga sikap demi harmonisnya suatu hubungan, oleh karena itu dengan minum sake

    semuanya itu menjadi tidak berlaku lagi.

    2.3.2 Sake Dalam Tradisi Jepang

    Sake adalah minuman tradisional yang berada di Jepang Minuman tradisional ini

    biasanya akan diminum dalam cangkir yang kecil. Hal ini berkaitan dengan tradisi Jepang

    Kuno. Nenek moyang orang Jepang selalu makan dengan tempat yang terbuat dari kulit

    kerang besar. Sedangkan kulit kerang kecil digunakan sebagai cawan air. Maka, saat ini

    minuman harus selalu ditempatkan di wadah kecil. Sedangkan makanan dalam wadah

    yang lebih besar. Setiap orang yang hendak minum, harus menuangkannya untuk

    temannya terlebih dulu. Pada acara minum, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.

    Mabuk setelah minum sake adalah hal yang biasa. Apalagi minuman dengan

    kadar alkohol tinggi ini (sekitar 20%). Sejak remaja mereka sudah boleh minum sake.

    Namun, tentunya hanya satu atau dua cangkir. Sake selalu disajikan dalam tiga kategori.

    Dari yang biasa sampai spesial. Jenis sake yang paling biasa disebut nikyu Kualitas yang

    diatasnya ikkyu. Sedangkan yang spesial disebut tokkyu. Untuk acara seperti pernikahan,

    perayaan karena promosi jabatan atau hanya sekedar makan malam romantis biasanya

    akan menggunakan sake spesial. Tingginya kadar alkohol di dalam sake membuat kesan

    orang Jepang suka sekali mabuk. Selain sake, mereka juga suka sekali minum whiski dan

    bir.serta minuman beralkohol lainnya.

    Selain ketiga hal diatas, banyak tradisi lain yang menarik. Saling bertukar kartu

    nama seperti yang sering dilakukan oleh orang Indonesia saat bertemu kenalan baru.

    Tradisi tukar-menukar kartu nama dipercaya berasal dari Jepang. Oleh karena itu, kartu

    Universitas Sumatera Utara

  • nama adalah hal yang penting seperti halnya telepon genggam. Sebagian besar

    perusahaan Jepang mencetak kartu nama karyawannya dengan kertas dan bentuk yang

    menarik. Semakin bagus kartu namanya, semakin bergengsi perusahaannya.

    Sake juga selalu dipakai dalam beberapa upacara tradisional Jepang seperti

    upacara matsuri yaitu upacara keagamaan untuk mengundang para dewa, atau terjadinya

    pertemuan antara manusia dan dewa untuk memohon petunjuk kesejahteraan.

    Penyelenggaraan matsuri yang sifatnya besar-besaran diselenggarakan didaerah

    perkotaan sedangkan yang sederhana diselenggarakan di daerah pedesaan, sebagian dari

    matsuri masih diadakan secara tradisional, namun sebagian lagi sudah disesuaikan

    dengan jaman modern. Minum sake saat berlangsungnya matsuri adalah symbol untuk

    bersatu dengan dewa (Lawanda, 2004: 23) selain itu pada masyarakat pertanian padi sake

    adalah symbol kesakralan yang dipersembahkan untuk menyenangkan dewa penguasa

    panen.

    2.4 Proses Pembuatan Sake

    Walaupun pabrik-pabrik besar telah mempergunakan system computer untuk

    mengendalikan proses pembuatan sake, namun proses pembuatannya tidak banyak

    mengalami perubahan sejak jaman dahulu. Secara tradisional sake dibuat dengan tangan

    dibawah pengawasan seorang ahli yang berpengalaman. Sampai sekarang industri rumah

    tangga yang memproduksi sake masih mepertahankan cara pembuatan secara tradisional

    ini. Sake difermentasikan pada suhu terdingin dimusim dingin dengan mempergunakan

    beras yang dipanen pada musim gugur. Setelah prose fermentasi selesai,sake siap melalui

    pengujian kualitas tahap pertama. Pengujian ini dilakukan oleh toji (pembuat sake) dan

    Universitas Sumatera Utara

  • pemilik perusahaan sake.walaupu sake yang baru ini sudah enak namun aromanya masih

    belum sempurna. Untuk itu sake didiamkan sementara waktu agar aromanya menjadi

    lebih lembut. Menurut Gautner (2000:19-25) sake dibuat melalui tahap-tahap sebagai

    berikut:

    1. Penggilingan beras (seimaibuai)

    Hal pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan sake adalah menggiling

    beras atau seimaibuai. Seimaibuai adalah proses menggiling beras untuk mengambil

    bagian tengah butir beras yang mengandung zat tepung. Bagian luar butir beras di buang

    karena banyak mengandung lemak, protein serta zat lain yang bersifat merugikan ketika

    difermentasikan. Dengan menggiling beras semaksimal mungkin maka zat-zat tersebut

    dapat dikikis sehingga menghasilkan sake yang berkualitas.

    2. Perendaman dan Pengukusan

    Beras yang digiling, dicuci untuk menghilangkan bubuk putih (nuka) yang

    tertinggal akibat penggilingan. Mencuci beras harus dilakukan secara perlahan untuk

    menjaga agar butirnya tetap utuh. Setelah dicuci beras kemudian dikukus hingga bagian

    luarnya sedikit keras tapi lembut di bagian dalamnya. Selanjutnya beras ditebar diatas

    tikar tatami supaya dingin merata.

    3.Pembuatan Nasi Koji (Seigaku)

    Pembuatan Nasi koji merupakan yang terpenting diantara serangkaian diantara

    serangkaian proses fermentasi. Nasi koji merupakan yang terpenting diantara

    serangkaian proses fermentasi.nasi koji dibuat dengan menebarkan spora koji yang

    Universitas Sumatera Utara

  • berbentuk bubuk hijau tua diatas nasi kukus yang telah didinginkan, kemudian

    difeermentasikan diruang khusus dengan kelembapan tinggi dengan suhu yang terjaga.

    Selama 40-45 jam kemudian perkembangan nasi koji dicek untuk dilakukan pengadukan.

    Proses pembuatan nasi Koji dianggap selesai jika butiran nasi terlihat samara seperti

    butiran es dan berbau. Dalam sekali produksi sake, pembuatan nasi koji dilakukan

    sebanyak 4 kali, dan semuanya difermentasikan dengan cara yang sama,. Setelah proses

    fermentasi selesai, nasi koji segera digunakan untuk tahap fermentasi selanjutnya

    4.Peragian

    Tahap selanjutnya adalah mencampurkan nasi koji yang telah difermentasikan

    dengan nasi kukus,air dan sejumlah ragi untuk difermentasikan selama lebih kurang dua

    minggu.Takaran satu sedok ragi dapat mencapai lebih dari 100 juta sel ragi. Sel-sel

    tersebut akan mengubah glukosa pada nasi menjadi alkohol dan karbondioksida.

    5. Bubur

    Campuran pada tahap peragian kemudian dipindahkan ke tangki yang lebih besar.

    Selanjutnya ditambahkan banyak nasi kukus, nasi koji yang telah difermentasikan dengan

    air. Penambahan dilakukan 3 kali berturut-turut selama 4 hari hingga kondisinya seperti

    bubur. Setelah itu bubur dibiarkan mengalami fermentasi selama 18-32 hari dengan suhu

    terjaga.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6.Pengepresan (Joso)

    Bubur yang telah difermentasikan akan membentuk kasu yang banyak

    mengandung cairan sake. Kasu adalah ampas yang berbentuk padatan putih sisa

    fermentasi. Kasu dipres dengan mesin sehingga keluar cairan sake.

    7. Filtrasi (roka)

    Tahap selanjutnya disebut filtrasi atau tahap penyaringan. Sake yang baru di pres

    masih berwarna keruh, karena itu disaring dengan saringan kayu yang disebut fune. Cara

    penyaringan menjadi salah satu faktor yang membedakan setiap produksi sake.

    8. Pasteurisasi

    Pasteurisasi adalah suatu proses mematikan bakteri-bakteri yang membahayakan

    kesehatan sehingga sake aman untuk diminum. Proses ini dilakukan dengan memanaskan

    sake dengan cepat melalui pipa yang terendam dengan air panas. Sebelum dipanaskan

    biasanya sake akan dipasteurisai sebanyak 2 kali.

    9. Aging

    Aging adalah tahap penuaan sake yang merupakan tahap akhir dari serangkaian

    proses pembuatan sake. Aging pada umumnya berlangsung sekitar 6 bulan. Tujuan utama

    Aging adalah untuk menyempurnakan rasa sake. Semakin lama sake mengalami

    aging,maka rasanya akan semakin sempurna dan sake tersebut menjadi berharga.

    Penambahan alkohol pada semua jenis sake dilakukan pada tahap ini dan pada tahap ini

    pula pasteurisasi terhadap sake dilakukan untuk yang kedua kalinya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5 Perbandingan

    Bagi masyarkat Batak tuak adalah minuman Khas yang diminati oleh semua

    elemen masyarakat. Tuak di ambil dari batang aren dan batang kelapa. Tuak yang ada

    hubungannya dengan adat disebut dengan tuak takkasan yang belum di campur dengan

    apapun. Tuak tidak dimasukkan kedalam minuman dewata karena berhubungna dengan

    cerita masyarakat Batak yang mana pelaku sejarah mengandakan bunuh diri sehingga

    hanya digunakan sebagai sajian untuk para arwah-arwah nenek moyang yang sudah

    meninggal. Sedangkan sake adalah minuman beralkohol Khas masyarakat Jepang yang

    terbuat dari beras. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi kesakralan padi sehingga

    selalu digunakan untuk ritual-ritual agama Shinto. Sake termasuk minuman untuk para

    dewata dan untuk para arwah leluhur yang sudah meninggal, dapat dilihat ketika sake

    dibuat pada Butsudan dan kamidana.

    Proses pembuatan tuak terkesan lebih mudah daripada proses pembuatan sake,

    tuak ketika diambil dari pohon aren atau kelapa hanya mengalami proses fermentasi

    ketika bercampur dengan raru, sedangkan sake proses pembuatannya terkesan lebih rumit

    mulai dari beras sampai mengalami beberapa kali proses fermentasidan proses

    penyulingan dan pembuatannya pun sangat lama semakin mengalami proses perbaikan.

    Sake cenderung lebih steril daripada tuak ini dapat dilihat ketika sake telah

    beberapa kali mengalami proses Fermentasi kemudian mengalami proses penyulingan

    dan proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri-bakteri yang berbahaya kemudian sake

    menglami proses penuaan yang disebut dengan aging untuk penyempurnaan rasa sake.

    Sedangkan tuak pada waktu diambil dari batang kelapa atau aren hanya mengalami

    pencampuran dengan raru dan ke sterillannya pun tidak dapat di jamin.

    Universitas Sumatera Utara

  • Proses pembuatan tuak lebih manual dibanding dengan sake, satu orang sudah

    dapat membuat beberapa gentong tuak, sake selain dibuat dengan proses manual juga

    digunakan teknologi yang canggih untuk proses pembuatannya.

    Universitas Sumatera Utara