cengkilung

5
CENGKILUNG Batas-batas wilayah: Utara: Subak Waji Timur: Subak Melayu Selatan: 1. Banjar Jenah 2. Carik Kalangan (Kalangan Dangin & Dauh) Barat: Sungai Ayung Asal-usul nama: Berdasarkan informasi yang dapat dikumpulkan nama cengkilung berasal dari dua versi: 1. Versi pertama Nama Cengkilung didasarkan atas keadaan geografis dari kawasan tersebut; artinya kawasan yang banyak calung-calungnya: yang dimasksud dengan calung- calung adalah keadaan tanah yang banyak ceruk- ceruknya kebawah (calung-calung). Dengan kata lain, celung-celung tersebut terutama terletak di dekat Sungai Ayung di sebelah barat dan utara banjar Cengkilung yang sekarang 2. Versi Kedua Versi kedua menyebutkan bahwa nama cengkilung dikaitkan dengan Sungai Ayung yang banyak belokannya di kawasan cengkilung yang sekarang. Kawasan Cengkilung bagian tenggara yang sekarang disebut dengan istilah gēbēgan yang kemungkinan besar berasal dari kata gebug (serang). Maksudnya adalah ketika Desa Bun diserang oleh Kerajaan Mengwi terutama lascar yang berasal dari sibang menyerang dari kawasan tenggara Cengkilung yang sekarang disebut gēbēgan. Diketahui bahwa Desa Bun diserang oleh Kerajaan Mengwi pada sekitar tahun 1700 karena raja Mengwi yang bernama Cokorda Umbahyun (Cokorda Mayun) dibunuh oleh rakyat Bun. Ketika itu, Cokorda Umbahyun yang baru sekitar dua tahun menjadi raja di Mengwi, beranjang sana (bersantai, berpiknik) di desa lambing. Di sana didengar informasi bahwa I Gusti Ngurah Bun sebagai penguasa di Desa Bun

Upload: regaputra

Post on 24-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

A

TRANSCRIPT

Page 1: CENGKILUNG

CENGKILUNG

Batas-batas wilayah:

Utara: Subak WajiTimur: Subak MelayuSelatan:

1. Banjar Jenah2. Carik Kalangan (Kalangan Dangin & Dauh)

Barat: Sungai Ayung

Asal-usul nama:

Berdasarkan informasi yang dapat dikumpulkan nama cengkilung berasal dari dua versi:1. Versi pertama

Nama Cengkilung didasarkan atas keadaan geografis dari kawasan tersebut; artinya kawasan yang banyak calung-calungnya: yang dimasksud dengan calung-calung adalah keadaan tanah yang banyak ceruk-ceruknya kebawah (calung-calung). Dengan kata lain, celung-celung tersebut terutama terletak di dekat Sungai Ayung di sebelah barat dan utara banjar Cengkilung yang sekarang

2. Versi KeduaVersi kedua menyebutkan bahwa nama cengkilung dikaitkan dengan Sungai Ayung yang banyak belokannya di kawasan cengkilung yang sekarang. Kawasan Cengkilung bagian tenggara yang sekarang disebut dengan istilah gēbēgan yang kemungkinan besar berasal dari kata gebug (serang). Maksudnya adalah ketika Desa Bun diserang oleh Kerajaan Mengwi terutama lascar yang berasal dari sibang menyerang dari kawasan tenggara Cengkilung yang sekarang disebut gēbēgan. Diketahui bahwa Desa Bun diserang oleh Kerajaan Mengwi pada sekitar tahun 1700 karena raja Mengwi yang bernama Cokorda Umbahyun (Cokorda Mayun) dibunuh oleh rakyat Bun. Ketika itu, Cokorda Umbahyun yang baru sekitar dua tahun menjadi raja di Mengwi, beranjang sana (bersantai, berpiknik) di desa lambing. Di sana didengar informasi bahwa I Gusti Ngurah Bun sebagai penguasa di Desa Bun mengabdikan dirinya ke Sukawati, mendengar berita itu, Cokorda Umbahyun marah dan dengan mendadak dengan pengiring sekitar 400 org menyerang Desa Bun. Laskar Mengwi kalah, Cokorda Umbahyun dapat ditewaskan. Setelah ada yang melapor ke Mengwi sehingga Desa Bun diserang, lascar dari sibang menyerang dari kawasan gēbēgan. Desa pun hancur lebur, I Gusti Ngurah Bun tewas. Bukti sejarah yang sekarang banyak orang-orang keturunan Sibang yang bertempat tinggal (mengalih tempat) ke Cengkilung, mempunyai sawah di bekas Desa Bun yang dijadikan kawasan sawah. Bekas-bekas desa yang tergabung wilayah Bun adalah Melayu, Pengumpian, Jungut, dan Bun sendiri. Sampai sekarang masih ada peninggalan yang berasal dari jaman itu berupa pura di Suba Umabun.

Page 2: CENGKILUNG

Keunikan:

1) Umumnya kuburan di Bali letaknya di sebelah barat daya kawasan desa tersebut, tetapi di Cengkilung, kuburannya terletak di bagian barat laut desa, dekat Sungai Ayung. Kemungkinan besar karena dikaitkan dengan perkembangan politik pada abad 18 dan 19, yakni kurang amannya situasi dan kindisi georgrafis dan bagian selatan atau perbatasan, sehingga kuburan Banjar Cengkilung dibuat di bagian barat laut desa.

2) Keunikan dikaitkan upacara sangat berbeda seperti dengan upacara di Banjar Kadua. Salah satu contoh: ketika upacara sugihan salah satu sarana yang berbeda adalah dengan menggunakan telur yang diguling (dipanggang) sedangkan di Banjar Kedua misalnya menggunakan anak babi atau kucit.

3) Salah satu keunikan social masyarakat disana adalah “sangat patuh” artinya kalu dalam istilah Balinya beriuk siuh atau beriuk bebek maksudnya adalah: misalnya saja dalam hal mengambil keputusan sangat tergantung dari perintah pemimpin (tokoh) yang dalam hal ini adalah Bendesa.

4) Stratifikasi social di Cengkilung: kalau didasarkan atas system catur warna (catur kasta) adalah sebagai berikut:

a) Golongan Brahmana tidak ada dijumpai di Banjar Cengkilung dalam periode tradisional atau lama. Sedangkan mulai sekitar tahun 90-an ada pendatang baru dari Tabanan bertempat tinggal disana yang secara kedinasan masuk ke Banjar Cengkilung.

b) Golongan Kesatria Dalem dan Kesatria Arya dalam masa tradisional tidak dijumpai golongan Kesatria Dalem di banjar tersebut, sedangkan Kesatria Arya sejak berdirinya Banjar Cengkilung ada dua keluarga keturuna Arya Wang Bang Pinatih: yang salah satu keluarganya yang tinggal di kawasan gēbēgan dan salah satu lagi tinggal di bagian utara Banjar Cengkilung

c) Golongan Waisya tidak ditemukan di Banjar Cengkilung.d) Golongan Sudra atau Jaba adalah sebagian besar penduduk yang

tinggal di Banjar Cengkilung.

Yang membedakan Kesatria Dalem dengan Kesatria Arya adalah: kalau Kesatria Dalem seperti Cokorda, Anak Agung, Dewa, Ngakan, Pungakan, Sang, adalah keturunan Dalem Sri Kresna Kepakisan yang dieajakan di Bali oleh Patih Gadja Mada pada tahun 1352 masehi. Kesatria Arya adalah keturunan para Arya dari majapahit yang berjasa memimpin pasukan menyerang Bali pada tahun 1343 masehi.

Kayangan Tiga:

Banjar Cengkilung merupakan anjar adat atau desa adat tersendiri. Artinya banjar ini mempunyai kayangan tiga: pura desa, pura pusah, dan pura dalem tersendiri.

Page 3: CENGKILUNG

Kawasan keramat dan unik di sekitar Sungai Ayung:

Di sebelah barat dan barat laut Desa Cengkilung secara niskala ditemukan ada tiga desa wong samar, yaitu a) Di dekat jembatan di Sibang Sri Jati dengan jumlah penghuni 11 wong

samar.b) Di sekitar Batu Keben dengan jumlah penghuni tiga wong samar. c) Di sebelah barat daya Banjar Cengkilung atau barat Banjar Kedua ada

Banjar Baluran yang dihuni oleh lima wong samar (dekat Dam Peraupan).

Banjar kedua di aliran Sungai Ayung di barat Banjar Kedua ditemukan sumur kecil (bulakan kecil) yang airnya bias dipakai untuk mengobati sakit gendongan (di tukad sinoman).Di kawasan Sungai Cengkilung sampai dengan di Bantas sering dijumpai wong samar dalam wujud bebek angsa. Sebelumnya sering juga berwujud ikan julid aneh yang pendek dan besar (Jilid Kendang) ikan itu tidak boleh ditangkap dan sangat berbahaya.

Tata Ruang:

Bentuk tempat di Banjar Cengkilung adalah berbentuk seperti huruf l besar (L). dari utara desa itu memanjang ke selatan di sebelah kiri dari kanan jalan kemudian berbelok ke timur sampai dengan perbatasan Banjar Jenah dan Banjar Angga Baya. Salah satu keunikan yang ada diperbatasan dengan Banjar Kedua adalah: ada mabanjar dua, yaitu ke Cengkilung dan Br. Kedua. Perlu diketahui bahwa di Cengkilung ditemukan sebuah pura yang bernama Pura Gunung Sari yang disungsung oleh satu keluarga, yakni kaluhuran dari Pandan. Letaknya di sebelah tenggara Br. Cengkilung. Pura ini diduga dikaitkan dengan perjalanan Dang Hyang Nirartha pada sekitar tahun 1490-an atau akhir abad 15. Ada satu kompleks perumahan yang dibangun sekitar 1980-an yang secara kedinasan masuk Br. Cengkilung. Ada salah satu keunikan yang ditemukan di Br. Cengkilung, yakni ada dua pura mambang diperkirakan pura ini didirikan pada pertengahan abad 19, ketika memuncaknya antara Kerajaan Badung dengan Kerajaan Mengwi. Mambang artinya melayang di angkasa. Perlu dijelaskan pernah ada salah seorang pasukan Badung dibunuh oleh Laskar Mengwi, kemudian mayatnya ditarik-tarik ke bagian timur dan barat dalam sebuah tali yang diikat pada pohon yang tinggi dengan maksud agar Laskar Badung takut.