buku ajar - omp.unsyiahpress.id

33
BUKU AJ AR Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort Dicetak oleh : Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Darussalam, Banda Aceh

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

BUKU

AJ AR

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Dicetak oleh :

Percetakan & PenerbitSYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Darussalam, Banda Aceh

Page 2: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id
Page 3: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian

Atau seluruh isi buku ini, serta memperjual belikannya

Tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press

Darussalam – Banda Aceh, 23111

©2017, Penerbit Syiah Kuala University Press, Banda Aceh Judul

Buku : Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

Penulis : Dr. drg. Komalawati, Sp. Ort

Penerbit : Syiah Kuala University Press

Telp : (0651) 801222.

Email : [email protected]

Cetakan kesatu : 2017

ISBN : 978-602-1270-64-6Anggota IkatanPenerbit Indonesia (IKAPI)

Page 4: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

i

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

KATA PENGANTAR iv

ACKNOWLEDGEMENT vii

PENDAHULUAN 1

SEFALOMETRI DAN KARAKTER SUKU BANGSA 9

DENTOKRANIOFASIAL DAN ANTROPOLOGI 14

KAJIAN MORFOLOGI ORANG ACEH 22

Keturunan Orang Aceh 22

Profil Morfologi Wajah Orang Aceh Berdasarkan

Keturunannya 26

Profil Jaringan Lunak Wajah 26

Profil jaringan keras wajah 34

Tinggi Total Wajah 37

Lengkung Rahang 44

Bentuk Mata dan Lipatan Mata 52

Bentuk Philtrum dan Bibir 58

a. Bentuk philtrum 60

b. Bentuk bibir 61

Bentuk akar dan dorsum hidung 63

Bentuk lobule telinga dan Darwinian tubercle 68

Template Wajah Suku Aceh 75

KESIMPULAN 84

DAFTAR PUSTAKA 86

GLOSSARY 94

INDEX 98

Page 5: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Klasifikasi ras 8

Tabel 2. Tiga ras pokok berdasarkan warna kulit 9

Tabel 3: Ciri-ciri fisik ras Deutro dan Proto-Melayu di Indonesia 10

Tabel 4: Klasifikasi Indeks Gnathik berdasarkan ukuran tinggi

wajah, hidung dan tulang alveolar 18

Tabel 5: Tipe wajah lelaki dan perempuan berdasarkan pengukuran

indeks wajah 20

Tabel 6. Hasil pengukuran jaringan lunak Indonesia dibandingkan

ras Kaukasoid dan Negroid 30

Tabel.7.Nilai Ls-E dan Li- E pada lelaki dan perempuan Aceh

keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia 31

Tabel 8. Deskripsi data frekuensi LS_E pada lelaki dan

perempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan

Hindia dari Analisis Ricketts 33

Tabel 9. Deskripsi data frekuensi LI_E pada lelaki dan

perempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan

Hindia dari Analisis Ricketts 34

Tabel 10: Nilai sudut fasial dan konveksitas pada lelaki dan

perempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan

Hindia dari analisis Downs 35

Tabel 11. Deskripsi data frekuensi sudut fasial pada lelaki dan

perempuanAceh keturunan Arab, China, Eropa dan

Hindia dari Analisis Downs 36

Tabel 12. Deskripsi data frekuensi sudut konveksitas pada lelaki

dan perempuanAceh keturunan Arab, China, Eropa

dan Hindia dari Analisis Downs 37

ii

Page 6: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

iii

Tabel 13: Bentuk Hidung Berdasarkan Tinggi Wajah Morfologis

Atas 39

Tabel 14: Klasifikasi Tinggi Morfologis Wajah Bagian Bawah 39

Tabel 15: Perbedaan tinggi, berat badan terhadap tinggi wajah

atas dan bawah berdasarkan kelompok yang ada di

Nusantara 41

Tabel 16. Tinggi total wajah bagian atas, tengah dan bawah lelaki

dan perempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa

dan Hindia 44

Tabel 17. Lebar dan panjang lengkung rahang lelaki dan

perempuan Aceh keturunan Arab China Eropa dan

Hindia dari Analisis Raberin 50

Tabel18.Deskripsidata frekuensilengkungrahangpada lelaki

danperempuanAceh keturunan Arab, China, Eropa

dan Hindia 51

Tabel 19. Deskripsi data frekuensi bentuk mata pada lelaki dan

perempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan

Hindia Analisis Olivier 56

Tabel 20. Deskripsi data frekuensi bentuk lipatan mata pada

lelaki dan perempuan Aceh keturunan Arab, China,

Eropa dan Hindia Analisis Olivier 57

Tabel 21. Deskripsi data frekuensi bentuk philtrum pada lelaki

dan perempuanAceh keturunan Arab, China, Eropa

dan Hindia Analisis Olivier 62

Tabel 22. Deskripsi data frekuensi bibir lelaki dan perempuan

Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia

Analisis Olivier 63

Tabel 23. Deskripsi data frekuensi bentuk akar hidung pada

lelaki dan perempuan Aceh keturunan Arab, China,

Eropa dan Hindia Analisis Olivier 67

Page 7: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

iv

Tabel24.Deskripsi data frekuensibentuk dorsum hidungpada

lelaki dan perempuan Aceh keturunan Arab, China,

Eropa dan Hindia analisisOlivier 68

Tabel25.Deskripsi data frekuensiadatidaknyaDarwinian Tubercle

pada lelaki dan perempuan Aceh keturunan Arab, China,

Eropa dan Hindia 72

Tabel26.Deskripsi data frekuensibentuklobultelingapada

lelaki danperempuan Aceh keturunan Arab, China,

Eropadan HindiaAnalisis Olivier 72

Tabel 27. Tabel profil jaringan lunak, keras, tinggi wajah serta

bentuk rahanglelaki dan perempuan dewasa Aceh

keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia 73

Tabel 28. Tabel morfologi bentuk mata,hidung,bibir dan telinga

lelaki dan perempuan dewasa Aceh keturunan Arab,

China, Eropa dan Hindia 74

Page 8: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

v

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. a). Sefalogram b).Titik-titik referensi

pada trasing Sefalogram 15

Gambar 2. Pembagian empat kelompok besar tipe Wajah

menurut Downs 15

Gambar 3: Relasi skeletal 19

Gambar 4: Peta Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam 24

Gambar 5: Bentuk profil wajah 29

Gambar 6 Metode penilaian profil jaringan lunak menurut

(a). Stainer (b). Holdaway (c). Merifield 30

Gambar.7 Tinggi wajah morfologis atas atau tinggi hidung.

b. Tinggi wajah morfologis bawah (Glinka). 38

Gambar 8. Pengukuran tinggi total wajah (a).Frontal (b).Lateral 42

Gambar 9: Bentuk lengkung rahang berdasarkan kontak gigi 45

Gambar 10: Bentuk lengkung rahang berdasarkanGlinka, 1990 48

Gambar 11: Morfologi mata menurut Olivier (1969) 54

Gambar 12: Morfologi lipatan mata (Olivier, 1969) 55

Gambar 13: Bentuk ketebalan bibir dari depan dan samping 60

Gambar 14: Karakteristik akar dan dorsum hidung 65

Gambar 15: Tipe lobul telinga menurut Olivier 1969 71

Gambar 16. Sketsa Lelaki dan perempuan Aceh 75

Gambar 17. Lelaki Aceh Keturunan Arab 76

Gambar 18. Lelaki Aceh Keturunan China 77

Gambar 19. Lelaki Aceh Keturunan Eropa 78

Gambar 20. Lelaki Aceh Keturunan Hindia 79

Gambar 21. Perempuan Aceh Keturunan Arab 80

Gambar 22. Perempuan Aceh Keturunan China 81

Gambar 22. Perempuan Aceh Keturunan Eropa 82

Gambar 22. Perempuan Aceh Keturunan Hindia 83

Page 9: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya

sehingga Buku Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

ini dapat diselesaikan. Dalam buku ini berbagai kalangan baik itu dari

mahasiswa kedokteran gigi, antropolog, dan forensik dapat mempelajari

karakteristik wajah suku bangsa dengan pendekatan sefalometri dan ilmu

kedokteran gigi. Sebagai pendekatan spesifik hasil kajian mengenai

karakteristik salah satu suku di Indonesia yang dipercaya memiliki

keterkaitan dengan banyak ras adalah Suku Aceho yang dikenal memiliki

keterkaitan dengan bangsa Arab, China, Eropa, dan Hindia.

Terimakasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi

dalam penyempurnaanb uku ini. Kami menyadari masih terdapat kekurangan

dalam buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini

sangat diharapkan.

Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi terutama untuk mahasiswa

hingga perkembangan ilmu sefalometri di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 1 April 2017

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Page 10: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

vii

ACKNOWLEDGEMENT

Ucapan terima kasih yang paling dalam untuk dua insan yang sangat penulis

sayangi, Bapak Almarhum H. Kol. Abdullah Syam dan Mama Almarhumah

Hj. Nyak Nabeut. Untuk suami Drs. M. Syaufii Syamsuddin SH serta ketiga

anak-anak penulis drg. Ira Septiani, Faiza Fransiska Azmalni, ST dan Rikky

Oktriandi SB Mn atas dukungan dan pengorbanan yang sangat berharga yang

selalu mendorong penulis menyelesaikan buku ini.

Selama penyusunan buku ini, penulis sangat banyak mendapat arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada

yang terhormat Prof. drg. Etty Indriati, Ph.D dan Prof. Dr. drg. Al

Supartinah, Sp. KGA (K). Terima kasih dan juga saya sampaikan kepada

Prof. dr Mohammad Hakimi, Sp.OG (K), Ph.D dan Dra. Myrtati Dyah

Artaria, MA, Ph.D, Dr. Indiwiani Astuti, Prof. dr. Hari Kusnanto, SU dan Dr.

PH, Drg. Sri Kuswandari Ms.Sp.KGA, Ph.D serta Prof. dr. sofia Mubarika,

M.Med.Sc, Ph.D atas masukan dan dorongan yang telah banyak membantu

penulis untuk menyelesaikan studi dan kajian yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan buku ajar ini secara ilmiah dan aplikatif tentunya.

Begitu pula tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan rekan-rekan

di Program Doktor Ilmu Kedokteran Klinis Fakultas Kedokteran Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan

buku ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi

kesempurnaan.

Banda Aceh, 1 April 2017

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Page 11: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

PENDAHULUAN

Suku bangsa mempunyai tanda fisik tertentu,

yang berkaitan dengan asal-usul dan

kebudayaan tertentu

Page 12: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

1

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia bersifat multirasial dan multietnik. Etnis atau suku

bangsa, adalah bagian suatu bangsa. Suku bangsa adalah kumpulan

kerabat atau keluarga yang bersifat luas, berasal dari keturunan yang

sama, merasa sebagai satu golongan yang dalam kehidupan sehari-hari

mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek

moyang mereka. Selain itu suku bangsa juga suatu masyarakat yang

mempunyai sejarah budaya dan organisasi sosial yang sama, menghuni

suatu teritori tertentu dan memiliki kesadaran akan kebersamaan yang

sama (Nestrukh, 1982).

Suku bangsa mempunyai tanda fisik tertentu, yang berkaitan dengan asal-

usul dan kebudayaan dengan ciri-ciri tertentu, yang dapat digunakan

untuk mengenal suatu suku bangsa, seperti misalnya warna kulit, warna

dan bentuk rambut, bentuk wajah, dan bentuk badan. Ciri inilah yang

membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lain. Menurut

Koentjaraningrat (2003) di Indonesia terdapat hampir 500 suku bangsa,

namun pada dasarnya semua suku bangsa termasuk satu jenis makhluk

yaitu Homo sapiens, dapat mengadakan perkawinan sehingga mereka

dapat menghasilkan keturunan (Karavaka, 2008).

Manusia adalah mahluk yang hidup berkelompok dan mempunyai akal.

Manusia mempunyai lingkungan sosial dan budaya yang sangat beragam,

dan mempunyai tradisi masing-masing,diantaranya pedoman perkawinan,

beragam larangan cara berpakaian. Variasi manusia adalah hasil interaksi

antara genetik dan lingkungan, misalnya di daerah tropis suatu populasi

akan makin hitam dengan rambut makin keriting, sebaliknya di daerah

dekat kutub Utara, akan memiliki pigmen yang jumlahnya kurang,

dibandingkan dengan di daerah tropis. Di daerah dengan sinar matahari

kuat, bentuk lipatan mata mengarah kesipit, sedangkan di daerah dengan

matahari kurang bentuk mata lebih terbuka (Suryo, 2001).

Cooper (2003) menyatakan, bahwa ciri biologis manusia terdapat dalam

gen, yaitu suatu unit biologis yang berada dalam inti sel (kromosome).

Page 13: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

SEFALOMETRI DAN KARAKTER

SUKU BANGSA

Sefalometri digunakan sebagai sarana penelitian untuk membedakan antara populasi

yang satu dengan yang lain

Page 14: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

7

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

SEFALOMETRI DAN KARAKTER

SUKU BANGSA

Pengukuran sefalometri, foto digital wajah dan pengukuran model gigi

di lakukan terhadap objek penelitian setelah berhentinya masa tumbuh

kembang. Pada saat lahir tinggi kranium mencapai 70 % dari tinggi

kranium dewasa, sedangkan lebar kranium 65 % dari lebar kranium

dewasa. Masa pertumbuhan wanita berhenti saat berumur 18 tahun,

sedangkan pada pria berhenti saat berumur 20 tahun. Wajah manusia

merupakan sebagian kecil kepala secara keseluruhan dan sangat

bervariasi bentuknya.

Ras berasal dari bahasa latin yaitu radix atau akar adalah suatu sistem

klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam

populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul

geografis, nampak jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Diawal abad ke-

20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjukkan

populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota

yang memiliki fenotipe yang sama (Indriati, 2000).Kata-kata ras dipakai

untuk menunjuk suatu bangsa atau kelompok etnis. Banyak ilmuwan

sosial yang telah menggantikan istilah ras, dengan kata kelompok etnik,

untuk menunjukkan kelompok yang mengidentifikasi diri sendiri

berdasarkan kepercayaan mereka mengenai kebudayaan, asal-usul, dan

sejarah bersama.

Blumenbach 1775 (cit Risch 2002), mengajukan lima kelompok besar ras

yaitu ras Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Indian dan Australoid. Ras

Kaukasoid, adalah berkulit putih, bentuk kepala dan muka lonjong

dengan hidung mancung. Ras Mongoloid, adalah berkulit kuning, ciri

khas utama adalah rambut hitam lurus, mata sipit, postur tubuh lebih

pendek dari ras Kaukasoid. Ras Negroid, ciri khas tubuh mereka ialah

kulit hitam, rambut keriting. Ras Australoid, ciri khas mereka rambut

keriting dan kulit hitam, namun ada juga berambut pirang. Antropolog

bangsa Rusia bernama Cheboksarov (cit Nestrukh 1966)

mengklasifikasikan ras-ras yang ada di dunia (Tabel 1).

Page 15: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

DENTOKRANIOFASIAL DAN

ANTROPOLOGI

Selain antropometri, analisa sefalometri juga

dapat menghasilkan pembagian profil wajah

Page 16: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

14

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

DENTOKRANIOFASIAL DAN

ANTROPOLOGI

Pada abad yang lalu pakar antropologi, anatomi, dan ortodonti

senantiasa menggunakan pengukuran-pengukuran dan titik-titik baku

untuk mengkaji kisaran normal dari berbagai ras yang ada. Data-

datapengukuran tulang kranium sangat dibutuhkan untuk mempelajari

pertumbuhan manusia. Kraniometri adalah ilmu yang mempelajari

pengukuran kranium manusia yang telah meninggal berdasarkan titik-titik

baku yang telah ditentukan (Singh,2007).

Ilmu antropologi ragawi adalah ilmu yang mempelajari morfologi

manusia berdasarkan keturunan, latar belakang etnik, yangdapat

memberikan pengenalan untuk mengevaluasi kranium, sehingga dapat

mempelajari variasi-variasi dan batas-batas normal dari morfologi

manusia.Menurut Jacob (cit Indriati 2000), untuk meneliti suatu pola

pertumbuhan dari satu populasi adalah dengan melakukan pengukuran

dimensi skeletal dari manusia hidup, bidang ilmu ini disebut ilmu

antropometri

Selain antropometri,teknik untuk mempelajari pertumbuhan adalah

sefalometri radiografi. Perangkat foto rontgen yang dihasilkan dinamakan

sefalogram (Indriati 2009).Sefalometri mulai diperkenalkan sekitar awal

tahun 1930 oleh Hofrath di Jerman dan Broadbent di Amerika Serikat

untuk penelitian dan untuk mempelajari kelainan maloklusi beserta

disproporsi rahang. Sefalometri pada awalnya lebih banyak digunakan

untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan

kraniofasial,kemudian berkembang sebagai sarana yang sangat berguna

untuk mengevaluasi keadaan klinis, membantu diagnosa untuk

pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunak. Tulang,gigidan

wajahberhubungan erat dengan penyimpanganmorfologidentofasial yang

melibatkan kranium, otak, maksila dan mandibula, serta jaringan lunak

hidung, bibir dan dagu (Defraia, 2008). Gambaran radiograf sefalometri

lateral dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 17: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

KAJIAN MORFOLOGI ORANG ACEH

ACEH merupakan singkatan dari A adalah Arab, C adalah Cina, E adalah Eropah dan H adalah

Hindia (India)

Page 18: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

22 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

KAJIAN MORFOLOGI ORANG ACEH

Keturunan Orang Aceh

Kepulauan Nusantara dan Semenanjung Tanah Melayu khususnya daerah

Istimewa Aceh, sepanjang jalan sejarah merupakan wilayah yang sangat

strategis, oleh karena terletak antara Samudera Hindia dan Laut China

Selatan, antara dua teluk yaitu teluk Parsia dan teluk Benggala yang

menghubungkan negeri-negeri sebelah Timur, seperti China dan Jepang,

dengan negeri-negeri sebelah Barat, yaitu Benua India, Parsi, Arab,

Afrika serta benua Eropa. Daerah Istimewa Aceh, banyak menghasilkan

rempah-rempah dan hasil bumi lainnya yang amat diminati oleh pedagang

dari Timur dan Barat. Di Selat Malaka sepanjang pesisir pantai wilayah

Aceh sejak abad ke-13 telah ada pelabuhan bertaraf kosmopolitan yang

disebut sebagai pelabuhan samudera Pasai, yaitu tempat transit para

pedagang dari segenap penjuru bertemu, mereka mengadakan transaksi

perdagangan, menetap sambil menunggu datangnya angin musim Timur-

Laut dan Barat-Daya yang akan membawa mereka ketempat tujuan

masing-masing (Alfian, 2004).

Sebelum orang Eropa melakukan ekspansi pelayaran kebagian Timur,

bangsa Arab telah lebih dulu memegang peranan penting dalam

perdagangan dikawasan Selat Malaka. Tujuan utama mereka adalah

bukan untuk berdagang melainkan untuk dakwah Islam, tetapi tidak

mustahil mereka juga melakukan perdagangan secara luas keseluruh

wilayah nusantara. Bangsa Arab datang ke Aceh berasal dari provinsi

Hadramaut (negeri Yaman), hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

masyarakat Aceh bermarga al-Aydrus, al-Habsyi, al-Attas dan al-Kathiri,

Sungkar, Bawazier dan Badjubier, semuanya merupakan marga-marga

bangsa Arab asal Yaman. Mereka datang sebagai ulama dan berdagang,

saat ini banyak di antara mereka sudah kawin campur dengan penduduk

Aceh dan menghilangkan marganya (Kelana, 2010).

Menurut Groeneveldt cit Muhammad (1986), seperti yang terdapat dalam

Dinasti T’ang, bahwa di pantai barat Sumatera Aceh sekitar tahun 674 M

telah bermukim orang Arab, bangsa Tiongkok menyebut mereka orang

Tashi. Pemukiman orang Arab dekat dengan pulau Nikobar yaitu tempat

Page 19: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

84 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

KESIMPULAN

Profil jaringan lunak wajah, ditinjau dari LS-E lelaki dan perempuan

Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia adalah cekung. LI-E

Lelaki keturunan Arab dan Hindia adalah lurus, sedangkan keturunan

China dan Eropa Cembung. LI-E perempuan keturunan Arab adalah

lurus, sedangkan keturunan China, Eropa dan Hindia adalah cembung.

Profil jaringan keras wajah, ditinjau dari sudut fasial lelaki dan

perempuan Acehberdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia

adalah lurus. Sudut konveksitas perempuan Aceh keturunan Arab, China,

eropa dan Hindia adalah lurus. Sudut konveksitas lelaki keturunan Arab,

Eropa dan Hindia adalah lurus, sedangkan keturunan China adalah

cembung.

Tinggi total wajahlelaki dan perempuan Aceh keturunan Arab,

China,Eropadan Hindiaadalah seimbang antara wajah bagian atas, tengah

danbawah. Perempuan keturunan China mempunyai wajah bagian atas

dan bawah paling tinggi dibanding dengan keturunan yang lain,

sedangkan wajah bagian tengah, perempuan keturunan Arab dan Eropa

paling tinggi. Lelaki keturunan Eropa mempunya wajah bagian bawah

paling tinggi, sedangkan lelaki keturunan yang lain mempunyai wajah

yang sama panjang.

Lengkung rahang lelaki lebih lebar dan panjang daripada perempuan

pada suku Aceh keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia. Perempuan

Aceh keturunan Arab dan Eropa mempunyai bentuk lengkung sedang,

keturunan China dan Hindia bentuk lengkung runcing. Lelaki Aceh

keturunan Arab mempunyai bentuk lengkung rahang sedang, keturunan

China dan Hindia bentuk lengkung rahang runcing dan keturunan Eropa

bentuk lengkung rahang datar.

Bentuk mataperempuan Aceh keturunan Arab, China, Eropa adalah

Mongolian eye, sedangkan keturunan Hindia bentuk mata slanting eye.

Lelaki Aceh keturunan Arab China, Eropa dan Hindia mempunyai bentuk

matamongolian eye. Bentuk lipatan mata perempuan Aceh keturunan

Page 20: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

86 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. 1998. Peranan Kerajaan Islam Samudera Pasai sebagai Pusat

Pengembangan Islam di Nusantara. Pemerintah Daerah TK II,

Kabupaten Aceh Utara.

Allison, B. 2009. Head and Neck Embriology an Overview of

Development

Growth and Defect in Human Featus. University of Connecticut.

Storr, P.16.

Artaria, D. A. 2008. Metode Pengukuran Manusia. Penerbit Erlangga

UniversityPress. Hal 33-43.

Armasastra, B. 2009. The Impact Of Oral Health Problem On School

Children. Departemen of Public Health and Preventive Dentistry,

Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, pada KPPIKG.

Bass, N. M. 2003. Measurment of the Profile Angle and the Aesthetic

Analisys of the Facial Profile;Am J O Dent Orthophed. 30; (1), 3-

9.

Behbehani, F; Hicks, E. P; Beeman, C; Kluemper, G.T; Rayens, M. K.

2006. Racial Variation in Cephalometric Analysis between Whites

and Kuwaitis.Angle Orthodontic. 76; 406-411.

Buschang, P. H; Roberto C;Sean,S; Arto,D.2008. Maxillary and

Mandibula Dento- alveolar Heights of French-Canadians 10 to 15

Years of Age. AngleOrthodontic 78, 1.

Bhalajhi, S. 2003. Orthodontics the Art and Science. Arya (medi)

Publishing House, 4805/24, Bharat Ram Road, Darya Ganj, New

Delhi 110 002,Third Ed.

Broadbent, B. H. 1975. Bolton Standard of Dentofacial Developmental

Growth. The C.V. Mosby Company SaintLouis.

Brues, A. M, 1946. A Genetic analysis of human eye color. American

Journal Phys anthropology (4); 1-36.

Burstone, C. J. 1967. Lips Posture and its Significance in Treatmen

Planning. AmJO. 44; 1–25.

Budiarjo, S. B. 2003. Perubahan dan Karakteristik Lengkung Gigi Selama

PeriodeTumbuh Kembang serta Faktor-faktor yang

mempengaruhinya. JITEKGI (2), 77.

Page 21: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

87 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Budi, T. H.M. 2004. Studi Jaringan Lunak pada Suku Batak dan suku

Jawa. Disertasi. Universatas Trisakti. Jakarta.

Canut, J. 1996. Un Analysis Estetico Dentofacial. Rev Esp Orthod. 26;

13-30.

Chan, E. K. M; Soh, J; Petocz, P; Darendelier, A. 2008. Esthetic

Evaluation of Asian Chinese Profiles From a White Perspective.

Am J O Dent Orthop. 133,532-538.

Chang, H. 1988. A Morphological Study on the Craniofacial Complex

and Dental Arch of Chinese Children with Primary Dentition. J

Osaka Dent Univ. 22; 55-100.

Chaconas, J.Bartroff, J.D. 1975. Prediction of Normal Soft Tissue Facial

Changes.Am J O 45; 12-25.

Chew, M. T. 2006. Spectrum and Management of Dentofacial

Deformities in a Multiethnic Asian Population. Angle

Orthodontics, Vol 76, No 5.

Cooper, R. S; Kaufman J.S; Ward, R. 2003. Race and Genomics.England

J. Med. 348 (12), 1166-1170

Dandajena, T. C; Kyung, W; Chung; Nanda, S. R. 2006. Assessment of

AnteriorFace Height in a Native African Sample. Am JO Dent

Orthophed (130),196-201.

Daldjoeni, N. 1991. Ras-ras umat manusia (bio-geografis, kultur historis,

sosio-politis). P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung. hal 1-39, 169-93.

Davies, A.1923. A re survey of the morphology of the nose in relation to

climate. Journal Roy Anthropology. 62; 337-359.

Dahlan, M. S. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan.

Ed 2. Jakarta, Arkants. 2006; 17-32

------. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan ed 3. Bandung Salemba

Medika 2008; 121-32

Defraia E, Barroni G, Marinell A. 2006. Dental Arch Dimension inThe

Mixed Dentition: A Study Of Italia Children Born in The 1950s

And The 1990. Angle Orthodontist.76: 446-

Djoeana, H. Nasution. F; Trenggono, B. 2002. Anthropologi untuk

mahasiswa kedokteran gigi. Penerbit Universitas Trisakti, hal 33-

55.

Downs, W. B. 1956. Analysis of the Dento-facial Profil. Angle

Arthodonti.(26); 19- 21

Page 22: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

88 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Edwards, C. B; Steve, D. M; Fang, Q; Karin, A; Southhard, R.G; and

Thomas, E.S. 2007. Longitudinal Study of Skeletal Growth

Completion in 3 Dimensions.Am J O Dent Orthophed (132); 762 –

768.

Enlow, D. H. 1990. Facial Growth, 3rd ed.W.B.Saunders

Company,Philadelphia.

Erbay, F. E; Cem, C; Erbay, S. K. 2002. Soft Tissue Profil inAnatolian

Turkish Adult: Part I: Evaluation of Horizontal Lip Position Using

Different Soft Tissue Analysis. Am J O Dent Orthoped.( 121) 57–

64.

Evensen, J. P. 2007. Malocclusion more prevalence and severe now? A

Comperative Study of Medieval Skulls form Norway; Am J O Dent

Orthoped.

Foster, T. D. 1997. Buku ajar orthodonsi, ed-3, EGC, Jakarta, 104-106.

Glinka, J. S.V. D. 1990. Antropometri Antroposkopi. Edisi ke-3. Fisip

Universitas Airlangga, Surabaya.

Gerstner, G. E. 1999. Relationship between antero-posterior maxilla-

mandibularmorphology and masticatory jaw movement pattern;Am

JO Dent Orthoped.

Graber, T. M; Vanarsdall, R. L 2000. Current Orthodontics Consepts and

Techniques Ed-ke-3 CV Mosby.

Hamilah, D. K. 1994. Dampak Morphologi Fasial Terhadap Psikologi

Sosial. Jurnal PDGI, Jakarta 43 (2); 25.

Haris, E. H; and Powel, R. 2000. Growth of the Anterior Dental Arch in

Black Americans Children ; A Longitudinal Study form 3 to 18

Years of Age.Am JO Dent Orthoped, 118 (6); 149-157.

Hayati, R. 2000. Anomali Kranio Fasial Akibat Gangguan Tumbuh

Kembang. JKGUI,7(Edisi Khusus); 195-201.

Hashim, H. A, Albarakti, S. F. (2003). Cephalometric Soft Tissue Profile

AnalysisBetween Two Different Ethnic Group: A Comparative

Study.The Journal of Contemporary Dental Practice. Vol; 4(2).

Hal: 1-8

Helio, S; Wesley, Z; Karyna. 2008. Soft Tissue Profile in White Brazilian

Adultswith Normal Occlusion and Well-Balanced Faces: Angle

Orthodontist (7),1.

Heryumani, J. C. P. 2001. Perbandingan ketebalan Jaringan Lunak Profil

MukaOrang Jawa Dewasa Antara laki-laki dengan

Page 23: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

89 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

perempuan.Universitas Gajah Mada, Fakultas Kedokteran

Gigi.Yogyakarta.

Howels, W. 1938. The technique of measuring auricular height in the

living. American Journal Physiology Anthropology, 24; 185-198.

Holdaway, R. A. 1983. A Soft-Tissue Cephalometric Analysis andits use

in Orthodontics Treatmen Planning. American Journal

Orthodontics. 84; 1-28.

Hsu, B. S. 1993. Comparisons of the Five Analytic Lines of theHorizontal

Lips Position; Their Consistency and Sensitivity, American Journal

Ort. 104; 355-360.

Hyoung, S. B; Jai, M. J; Hwa, J. 2007. Facial soft-tissue analysisof

Korean adults with normal occlusion using a 3dimensionallaser

scanner. Am J O Dent Orthoped, 118(6); 149-157.

Huang, W. J; Taylor, R.W; Dasanayake, A.P. 1998. Determining

Cephalometric Norm for Caucasians and African American in

Brimingham. Angle Orthodonti. 68;503-512.

Irawati (2005). Inklinasi gigi fisiolingual dan pola skeletal wajah. Jurnal

Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi; (2),6.

Indriati, E. 2000. Buku Ajar Anthropologi Biologis (editor). Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta, hal 83- 89

Indriati, E. 2009. Antropometri. PT Citra Aji ParamaYogyakarta, hal 2-3

dan 44-47.

Indriati, E. 2001. A Scientific Life, Papers in Honor of Prof.Dr.T.Jacob.

Proceedingsof Conference on Man: Past, Present and Future.

Bigraf Publishing Yogyakarta, hal 91-102.Departemen Yokjakarta,

1-5.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi; P.T.Rineka Cipta,

Jakarta.

Kocadereli, I. 2002. Change in Soft Tissue Profile After Orthodontic

Treatmenwith and Without Extraction. Am J O.Ort And Dent

Orthop,122, 67-72.

Karavaka, S. M; Halazonetis, D. J; Spyropoulos, M. 2008.

ConfigurationonFacial Features Influences Subjective Evaluation

of Facial Type. American J O And Dentofac Orthop, 133, 277 -

282.

Page 24: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

90 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Kelana. 2009. Asal Mula Bangsa Aceh, Accesson: aneuk agam aceh,

word press. com/asal-mula-bangsa-aceh/.Diunduh tanggal 18 juni

2012.

Koento T, 2008. Karakteristik Wajah Menarik Perempuan Indonesia;

Staf Pengajar Departemen THT-FK UI- RSCM, Jakarta

Kiekens, R ; Kujipers, J; Anne, M; Hof, M. A; Van’t, H. B. E; Straatman,

H; and Maltha, J. 2008. Facial esthetics in adolescents And its

relationship toideal ratio and angle. Am J O Orthod And Dent

Orthoph 133, 188 – 188 e2.

Kusnoto. 1988. Studi Morfologi Pertumbuhan Kraniofasial Orang

Indonesia Kelompok Ethnik Deutro Melayu, Umur 6 – 15 tahun Di

Jakarta Dengan Metode Sefalometri Radiografi.(Disertasi).Unpad.

Lai, J; Ghosh J; Nanda, R. 2000. Effects of Orthodontics Therapy on the

Facial Profile in Long and Short Vertical Facial Pattern. American

J O AndDentofac Orthop, Vol 118, No 505-513.

Langen, V.K. F. H. 2002. Susunan pemerintahan Aceh Semasa

Kesultanan; Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh.

Linden, V.D. 1986. Facial Growth and Facial Orthopedics. Quintesence

Publishing Co,Ltd. Chicago. Pp 175-192.

Ling, J.Y.K; Wong, R.W.K. 2007. Dental Arch widths of Southern

Chinese. J.Angle Orhod; 79: 54-63

Lutfi Hakim, dkk, 2012. Perbedaan beberapa karakter morfologi telinga

berdasarkan jenis kelamin (Preliminary study). Departemen

Antropologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Mauchamp, D; Sassouni, V. 1973. Growth and Prediction of Skeletal and

SoftTissue Profile. Am J O 64; 83-94.

Mc. Namara, L; Mc Namara, J. A. Jr; Ackerman, M; Baccetti, T. 2008.

Hard and Soft-tissue Contributions to the Esthetics of the Posed

Smile in Growing Patients Seeking OrthodonticTreatmen. Am J O

And Dentofac Orthops, Vol 133, No 491-499.

Moldez, M, A; Koshi, S; Junji, S; Hideo, M. 2006. Linear and Angular

Filipino

Cephalometric Norms According to Age And Sex. Angle Orthodonti.

Vol 76.

Moyers, R. E. 1988. Hand book of orthodontics 4 th ed. Year Book

Medical Publishers, INC. Chicago.

Page 25: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

91 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Munoz, P. M. 2009. Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan

Semenanjung Malaysia. Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia

Tenggara, Jaman Pra Sejarah-Abad XVI . Penerbit Mitra Abadi.

Namankani, E; Bukhary, M.2005. Cephalometric craniofacial

Characteristic of asample Saudi female adult with Class III

malocclusion.Saudi Dental Journal 17-2-88-100-full.

Htpp://www.sds Journal.vol-17.

Mirta, H. R. 2006. Antropometri dan analisa wajah dengan menggunakan

Rhinobase Software pada perempuan Jawa Murni di Jakarta,

Thesis, Universitas Indonesia, pp. 91.

Nojima, K; Mclaughlin, R. P; Isshiki, Y; Sinclair, P.M. (2001). A

Comparative Study of Caucasians and Japanase Mandibular

Clinical Arch Forms.Angle Orthodontis, 71 (3);.195-200.

Nestrukh, M. Ras-ras umat manusia. 1982. PT Mutiara, Jakarta, hal 9-35.

Obloj, B; Piotr, F; Zofia, D. 2008. Cephalometric Standard for Polish 10

Year-Olds With Normal Occlusion. Angle Orthodontis, Vol 78. No

2.

Olivier, G. 1969. Practical Anthropologi. Charles C Thomas Publiser,

Spring field, Illinois USA, hal 57- 66.

Peter Mundy 1919. The Travels of Peter Mundy in England, Western

India,Achen, Macao and the Canton Province 1634-1637. London,

Hakluyt Society, hlm 338.

Polat, O; Kaya, B. 2007. Changes in Cranial Base Morphology in

Different Maloklusion.Orthodontics Craniofacial Reserch Vol 10.

No 216 – 221.

Proffit, W.R. 1986. Contemporary Orthodontics. The C.V.Mosb

Company, Saint Louis.Toronto. London

Rakosi, T. 1982. An Atlas and Manual of Cephalometric Radiography.

Wolfe Medical Publications Ltd.

Raberin, M; Laumon, B; Martin, J; Brunner, F. 1993. Dimension and

Form of Dental Arches in Subjects with Normal occlusion. Am Jo

Orthod And DentOrthop. 104, 67.

Ricketts, R. M. 1968. Environtment and the law of Lip Relation. Am

Jo;54; 272.

Riveiro, P. F; David, S; Ernesto, S. C; Mercedes, S. C. 2002. Linear

Photogram Metric Analysis of the Soft Tissue Facial Profile. Am Jo

Orth Orthoped 122, No 59-66.

Page 26: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

92 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Ruiz, A. 1986. An antropometric study of the ear in an adult

population.International Journal of Antropologi 1(2): 135-43.

Scavone, H. Jr; Wesley, Z. S; Karyna, M; Valle, C; Ana, C; Raphaelli, N.

2008.Soft Tissue Profil in White Brazillian Adult with Normal

Occlusion and Well Balanced Faces. Angle Orthodontis Vol 78, No

1.

Sforza, C; Alberto, L; Raoul, D.A; Gaia, G; Miriam, B; Virgilio,F. 2009.

Soft Tissue Facial Characteristic of Attractif Italian Woman as

Compared toNormal Woman. Angle Orthodontis Vol 79, No. 17-

23.

Skinazi, 1994. Chin, Nose, and Lips Normal Ratio in Young men and

Women, American Journal orthodontics 106 (5); 518-523.

Spyropoulos, M. N; Demetrios. 2001. Significance of the Soft Tissue

Profile on Facial Esthetics. Am JO Ort and Orthoped. 119, 464-

471.

Spradley; Jacob;Crowe.1981. Asessment of the Anteroposterior Soft

Tissue Contour of the Lower Facial Third in the IdealYoung Adult.

Am JO Orth 79 (3); 322-416.

Sudirman, 2009. Banda Aceh dalam Siklus Perdagangan Internasional

1500-1873. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Aceh.

Banda Aceh.

Subtelny, J. D. 1959. A Longitudinal Study of Soft Tissue Facial

Structures andTheir Profil Characteristics, Defined in Relation

Under lying Skeletal Structures. American Journal Orthodontics;

45; 481-507.

Susilawati. 2007. Facial Conveksity of Skeletal and Soft Tissue Profiles.

Departemen of orthodontics, Faculty of Dentistry Hasanuddin

University, Makassar Indonesia, pada KPPIKG UI.

Sutedjo, S; Mashud, A. 1995. Aceh masa lalu, kini dan masa depan.

Jakarta.

Sufi, R; Agus, B. W.2004. Ragam Sejarah Aceh. Badan

Perpustakaan2004. Aneka Budaya Aceh. Badan Perpustakaan

Provinsi Nangro Aceh Darussalam.

Swasonoprijo, S. 2004. Analisis Ukuran Kepala, Wajah dan Hidung

Dalam Hubungannya Dengan Lebar Mesio-distal Gigi. Disertasi,

Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Page 27: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

93

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Syamlan, F; Pinandi, S. P; Prihandini, I. W. S. 2002. Hubungan Antara

PerubahanSudut Interinsisal Dengan Perubahan Tinggi Muka

Anterior. Majalah Ilmu Kedokteran Gigi,Volume IV, Nomer 8.

Steiner, C. C. 1960. The Use of Cephalometrics as an Aid to Planning

andAssesing orthodontics Treatment. Am Jo orthod . Vol

46;721.1953. Cephalometrics For You And Me. Am Jo Orthod. Vol

39;729-734.

Taner T.S; Hakan; Germec D; Alphan E,S 2004. Evaluation of Dental

Arch widthand form changes after Orthodontic Treatment and

retension with a newcomputerized method. Am J O Vol. 77 (1); 60-

74.

Tichelman. 1978. Sebuah sara kata Kerajaan Aceh, (alih bahasa Aboe

Bakar); Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, Banda Aceh.

Teuku Ibrahim Alfian. Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah. Pusat

Dokumentasi dan Informasi Aceh. Hal 1. Banda Aceh, 2004.

Usman, R. 2003. Sejarah Peradaban Aceh, Yayasan Obor, Jakarta.

Uysal, T; Badel, M; Serdar, U; Zafer, S. 2005. Dental and Alveolar Arch

Widths in Normal Occlusion, Class II division 1 and Class II

division 2. Angle Orthodontics, Vol 75, No 6.

Wibowo, A. B. 2003. Terminologi Budaya Aceh; Balai Kerajinan Sejarah

danNilai Tradisional; Banda Aceh.

Wu, J; Urban, Bakr, M. R. 2007. Chinese Norm of Mc Namara’s

CephalometricAnalysis. Angle Orthodontics, Vol 77, No 1.

Zylinski, C. G; Nanda, R. S; Kapila,S. 1992. Analysis of Soft Tissue

Profile in White Males. Am J Orthod Dentofac Orthop 101; 514-

518.

Page 28: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

94 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

GLOSSARY

Bibir proklinasi:

Kemiringan anterior ke labial

Bibir retroklinasi:

Seperti terdorong ke belakang

Caruncle interocular:

Tonjolan pada mata

Commisura:

Lihat anatomi bibir

Cross-sectional:

Data Silang

Deoxyribonucleidacid:

Sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi genetika setiap

organisme dan banyak jenis virus

Darwin‘s tubercule:

Kondisi telinga bawaan yang dikatakan menunjukkan tanda-tanda evolusi

kita.

Dolikhofasial:

Bentuk kepala panjang dan oval, pertumbuhan wajah menjadi sempit,

panjang, dan protrusif

Deutro-Melayu:

Bangsa yang memasuki wilayah indonesia secara bergelombang sejak tahun

500 M dan hanya melalui jalur barat

Developer:

Cairan pembangkit(foto rontgen)

Depressed point:

Lihat leptorhine, penyempitan

Page 29: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

95

Epitimpanum:

Terletak diatas dari batas atas membran timpani

Ethmoidalis:

Lihat anatomi kepala dan leher

Euryprosopic:

Lihat tipe wajah

Frontal:

Dahi- lihat anatomi kepala dan leher

Hypereuryprosopic:

Lihat tipe wajah

Hyperleptoprosopic:

Lihat tipe wajah

Insersi otot:

Pergerakan otot

Intensifying screen:

Tabir penguat hasil gambar rontgen

Kasus deep bite:

Suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila

terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3mm

Kartilago:

Tulang rawan

Lacrimalis:

Tulang kantung air mata, lihat anatomi kepala dan leher

Leptoprosopic:

Lihat tipe wajah

Maksila:

Tulang rahang atas

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Page 30: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

96 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Maloklusi:

Bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang dari

bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal.

Mesosefali:

Kepala yang normal

Mesotimpanum:

Disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan

hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani.

Mesognathik:

Posisi rahang bawah yang ideal atau rata-rata

Mesoprosopic:

Lihat tipe wajah

Naso-oral:

Hidung dan mulut

Nasolabial groove:

Lihat anatomi hidung

Nostril:

Hidung

Orthognathik:

Profil wajah Klas I yang normal

Orbita:

Berkaitan dengan mata

Prognathik:

Profil wajah Klas III karena memiliki mandibula yang lebih ke mesial

Prominent:

Tonjolan

Proto-Melayu:

Bangsa melayu tuayang memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1500-

500 SM,mereka melalui rute barat dan timur

Page 31: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

97

Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Gnathik:

Berkaitan dengan rahang atau gigi geligi

Raised point:

Lihat platyrhine, pelebaran

Regio alveolar:

Bagian alveolar

Sefalometrik;

Ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat kuantitatif

terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkaninformasi

tentang pola kraniofasial

Subnasal:

Lihat anatomi hidung

Sphenoideus:

Lihat anatomi kepala dan leher

Supra orbita:

Lihat anatomi mata

Spina nasalis:

Lihat anatomi hidung

Sulkus labial:

Sulkus atau kantong pada bagian labial

Vermillion:

Lihat anatomi bibir

Zygomatikus:

Lihat anatomi kepala dan leher

Page 32: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi

98 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

INDEX

A Arab-China-Eropa-Hindia

5;6;13;22;23;25;31;33;34;35;36;37;43;

44;47;48;49;50;51;55;56;57;60;61;62;

63;66;67;68;72;73;74;75;84;85

B Bibir

5;6;10;11;13;14;20;26;27;28;29;30;32;

42;43;45;58;64;66;73;74;75;85

C Commisura

11;59

Caruncle interocular

6;12;53

D Darwinian Tubercule

11;70;71

Depressed point

65

Deutero-Melayu

3;32;43

Dolikhofasial

12;20;53

E Epitimpanum

69

Euryprosopic

20;21;61

G Gnathik

18;29

H Hidung

10;11;13;14;16;18;20;21;26;28;32;37;

38;39;40;58;59;61;63;64;67;68;73;74;

75;85

Hypereuryprosopic

20

Hyperleptoprosopic

20

I Insersi otot

52

L Leptoprosopic

20

M Maloklusi

14;18;19;46

Maksila

10;13;14;16;17;18;19;38;45;46;52;55;

61;64

Mandibula

10;11;13;14;15;16;17;18;19;20;27;28;

32;35;40;45;46;47

Mata

1;2;3;4;5;6;10;12;16;17;20;21;23;24;2

5;52;53;54;55;56;57;66;73;74;75;84;8

5

Page 33: BUKU AJAR - omp.unsyiahpress.id

99 Dr. drg. Komalawati, Sp.Ort

Mesosefali

12;39;40;46

Mesotimpanum

69

Mesognathik

15;18

Mesoprosopic

20;21

N Naso-oral

66

Nasolabial groove

11;42;43;60;61

Nostril

65

O Orthognathik

2;15;18;25

Orbita(l)

6;13;16;17;20;21;42;54;58;73;

P Philtrum

11;42;58;59;60;61;62;73;74;85

Prognathik

15;18;29;

Prominent

13

Proklinasi 27

Proto-Melayu

8;9;10;43

R Ras

7;8;9;10;11;12;13;14;16;17;18;21;22;2

3;244;26;28;29;30;32;34;35;38;39;43;

47;51;52;53;54;56;59;60;61;65;66;70;

73

Retroklinasi

27

Raised point

65

S Sefalometri

3;7;14;15;29;30;42

Spina nasalis

11;35;65

Sulkus labial

28

Subnasal

11;41;42;44;60

Suku Aceh

3;4;5;43;75;84

Supra orbita

13;20

T Telinga

5;6;11;68;69;70;71;72;73;74;75;85

V Vermillion

26

Sefalometri Suku Bangsa Aceh Dalam Kedokteran Gigi