bronkitis

15
BRONKITIS A. PENDAHULUAN Bronkitis adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir mukosa bronkus (saluran pernafasan dari trakea hingga saluran nafas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran pernafasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit. Bukan berat ringannya penyakit. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meskipun ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat dan batuk berkepanjangan. Kebanyakan bronkitis pada anak yaitu bronkitis akut sedangkan bronkitis kronik terjadi pada usia dewasa. 1 1

Upload: aurora-kumiko

Post on 15-Apr-2016

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bronchitis pada anak

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkitis

BRONKITIS

A. PENDAHULUAN

Bronkitis adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir mukosa bronkus

(saluran pernafasan dari trakea hingga saluran nafas di dalam paru-paru). Peradangan

ini mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran

pernafasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan

bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi

(istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit. Bukan berat ringannya

penyakit. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari

hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meskipun ringan, namun adakalanya

sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat dan batuk

berkepanjangan. Kebanyakan bronkitis pada anak yaitu bronkitis akut sedangkan

bronkitis kronik terjadi pada usia dewasa.1

Gambar 1. Anatomi Saluran Nafas3

1

Page 2: Bronkitis

B. EPIDEMIOLOGI

Bronkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun. Bronkitis

kronik dapat terjadi pada orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang

diatas 45 tahun. Lebih sering di musim dingin (di daerah non-tropis) atau musim

hujan (didaerah tropis).1

C. ETIOLOGI5

Bronkitis akut dapat disebabkan oleh:

a) Infeksi virus: influenza virus, respiratory syncyrial virus (RSV), adenovirus,

coronavirus, rhino virus, dan lain-lain.

b) Infeksi bakteri: Bordatella pertusis, Bordatella parapertusis, Haemophilus

influenza, Streptococcus pneumonia, atau bakteri atipik (Mycoplasma

pneumonia, Chlamydia pneumonia, Legionella).

c) Jamur

Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni

sebanyak 90 % sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar <10%. Belum ada bukti yang

meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer bronkitis akut pada

anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh

bakteri, alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas dapat memudahkan

terjadinya bronkitis akut.

Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,

namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum diketahui,

karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang dilakukan. Adapun beberapa

virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab bronkitis akut adalah virus –virus

yang banyak terdapat di saluran pernafasan bawah yakni influenza B, influenza A,

parainfluenza dan respiratory syncytial virus (RSV). Influenza sendiri merupakan

2

Page 3: Bronkitis

virus yang timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam suatu

populasi.

Gejala yang paling sering akibat infeksi virus influenza diantaranya adalah

lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat.

D. PATOGENESIS

Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membran mukosa

bronkus. Pada anak-anak, bronkitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma

akut saluran pernafasan, atau paparan alegern atau iritan secara terus-menerus.

Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti

inflamasi, edema, dan produksi mukus. Apabila terjadi paparan secara kronik

terhadap epitel pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang,

dapat menyebabkan terjadinya bronkitis kronik pada anak-anak.

Apabila penyakit influenza sudah mengenai hampir seluruh populasi disuatu

daerah, maka gejala batuk serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor

kuat seseorang terinfeksi virus influenza. Gejala batuk biasanya lebih berat pada

pasien dengan bronkitis akut akibat infeksi RSV.4

Gejala yang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung

tersumbat, keluar secret encer dari telinga (otorrhea) dan faringitis. Bakteri juga

memerankan perannya pada bronkitis akut, antara lain, Bordetella pertusis,

Bordetella parapertusis, Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumoniae. Pada

kasus eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda dengan

bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat mendiami saluran pernafasan atas

dan keberadaan mereka dalam sputum dapat berupa suat koloni bakteri dan ini bukan

merupakan tanda infeksi akut.3

Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi biasa dari berbagai

penyabab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada keadaan

normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut muciciliary defence, yaitu

system penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mucus dan siliari. Pada pasien

3

Page 4: Bronkitis

dengan bronkitis akut, sistem mucociliar defence paru-paru mengalami kerusakan

sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, akan terjadi

pengeluaran mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi

hipertrofi dan hyperplasia (ukuran bertamah besar dan jumlah bertambah) sehingga

produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkus

meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan

mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkus dan mukus

yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa

aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Mucus yang kental dan

pembesaran bronkus akan menobstruksi jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan

nafas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal dari

paru-paru. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi

abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat

meningkatkan nilai PCO, sehingga pasien terlihat sianosis. Pada bronkitis akut akibat

infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi nilai volume ekspirasi paksa dalam 1

detik (FEV1) yang reversible. Sedangkan pada infeksi akut akibat M. pneumoniae

atau C. pneumoniae biasanya mempunyai nilai reduksi FVE1 yang lebih rentan serta

nilai reversibel yang rendah pula.6

4

Page 5: Bronkitis

Gambar 3. Patogenesis Bronkitis3

E. MANIFESTASI KLINIS1

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3

minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih,

kuning kehijauan, atau hijau. Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut

ini:

a) Demam (biasanya ringan)

b) Sesak nafas, rasa berat bernafas

c) Bunyi nafas mengi

d) Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada

e) Kadang batuk darah

Gejala bronkitis akut spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran

pernafasan lainnya. Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala-gejala

infeksi saluran respiratori seperti rinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3-4

5

Page 6: Bronkitis

hari setelah rinitis. Batuk pada mulanya kering, dan kemudian seringkali berkembang

menjadi batuk produktif. Kerena anak-anak biasanya tidak membuang lendir tapi

menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak.

Pada anak yang lebih besar, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan

batuk disertai nyeri dada pada keadaan yang lebih berat.

Karena bronkitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat

membaik sendiri. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam diding serta lumen

saluran respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen, karena adanya peningkatan

aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya akumulasi sel-sel epitel bersilia. Akan tetapi

karena migrasi leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan

nafas, maka sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi

bakteri. Pemeriksaan auskultasi toraks biasanya tidak khas pada stadium awal.

Seiring perkembangan dan progresifitas batuk, dapat terdengar berbagai macam

ronki, suara nafas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suara kombinasi. Hasil

pemeriksaan radiologis biasnya normal atau didapatkan corakan bronkial. Pada

umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila tanda-tanda klinis menetap

hingga 2-3 minggu, perlu dicugai adanya infeksi kronis. Selain itu dapat pula terjadi

infeksi.

F. DIAGNOSIS4

Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien

mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa adanya sputum.

Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan

adanya demam, gejala rhinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.

Sejalan dengan perkembangan serta progresifitas batuk, pada auskultasi thoraks dapat

terdengar ronki, wheezing, ekspirasi memanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila

lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

6

Page 7: Bronkitis

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk

diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus

ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasa diperlukan pada bronkitis kronis.

Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar

penyebabnya adalah virus. Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak

corakan bronkial meningkat.

G. PEMERIKSAAAN LABORATORIUM2,3,4

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis dan menyingkirkan diagnosis penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,

sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-

reaktive protein, kultur pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum

agglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri

atau virus. Untuk anak yang diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia,

mycoplasma, atau infeksi virus saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan

sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan antimikroba yang cocok. Serum Ig

M mungkin dapat membantu. Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi,

pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas Ig G, dan produksi antibody

spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.

H. DIAGNOSA BANDING 2,3,4

Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada common cold.

Common cold sendiri merupakan istilah konvensial dari infeksi saluran pernafasan

atas yang ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit

tenggoronk dan batuk serta bias juga dijumpai demam, nyeri otot dan lemas. Sering

kali common cold dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan.

Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi saluran pernafasan atas yang

disertai post nasal drip dan pasien biasanya sering demam.

7

Page 8: Bronkitis

Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernafasan bawah

yang dapat didahului oleh infeksi pada saluran pernafasan atas dan sebab itu

mempersulit penegakkan diagnosa penyakit ini. Bronkitis akut juga sulit dibedakan

eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu

penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa sebagai suatu

bronkitis akut pada 1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh karena kedua

penyakit ini memiliki gejala serupa, maka satu-satunya alat diagnostik adalah dengan

mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri

atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. Bronkitis akut merupakan

penyakit saluran pernafasan yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih dari 3

minggu maka diagnosis diferential lainnya harus dipikirkan.

I. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak

masalah, tanpa pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru

dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua

lebih enak dengan kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek

lama penyakit. Batuk iritatif dan paroksisimal dapat menyebabkan distres berat dan

mengganggu tidur. Walaupun penekan batuk dapat menambah kemungkinan

supurasi, penggunaan penekanan batuk yang bijaksana (termasuk kodein) mungkin

memadai untuk mengurangi gejala. Antihistamin, yang mengeringkan sekresi tidak

boleh digunakan, dan ekspektoran tidak menolong. Antibiotik tidak memperpendek

lamanya penyakit virus atau menurunkan insidens komplikasi bakteri, walaupun pada

kenyataannya penderita dengan episode berulang kadang-kadang dapat membaik

dengan pengobatan demikian, hal ini member kesan bahwa ada beberapa infeksi

bakteri sekunder.1

8

Page 9: Bronkitis

J. PROGNOSIS6

Perjalanan dan prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang tepat

atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari.

K. KOMPLIKASI6

a. Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkitis kronik

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan pneumonia.

c. Bronkitis kronik menyebablan mudah terserang infeksi

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasi atau bronkiektasis

9

Page 10: Bronkitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson, Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta :

EGC.1999. h. 1483.

2. Fahy JV, Dickey BF. Review Artikel Airway Mucus Function and

Dysfunction. New England of Jurnal Medicine. Vol 363. No. 23. Dec 2. 2010.

3. Gonzales R, Sande M. Uncomplicated acute bronchitis. Ann Intern Med 2008;

133: 981-991

4. Sidney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute Bronchitis: ACCP Evidence-

Based Clinical Practice Guidelines. Chest Journal. 2006; 129;95 s-103s.

5. Melbye H, Kongerud J, Vorland L. Reversible Airflow Limitation in adults

with Respiratory Infection. Eur Respir J. 2009. 1239-1245

6. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2010.hal

330-332.

10