bio optik dalam keperawatan

32
BIO OPTIK DALAM KEPERAWATAN

Upload: nonik

Post on 14-Jul-2016

644 views

Category:

Documents


72 download

DESCRIPTION

bio optik

TRANSCRIPT

Page 1: Bio Optik Dalam Keperawatan

BIO OPTIK DALAM KEPERAWATAN

Page 2: Bio Optik Dalam Keperawatan

http://strengthlive1899.blogspot.com/2012/11/makalah-kimia-keperawatan-1-bio-listrik.html

Biooptik

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya

lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapaun masalah yang dibahas dalam

makalah ini adalah mengenai “Biooptik” pada mata kuliah fisika biologi.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak dr. Nurmansyah, M.Kes selaku dosen

pengampu mata kuliah fisika biologi serta Bapak Ns. Gusti Barlia, S.Kep dosen pembimbing

yang banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk itu,

kami memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar

untuk kedepannya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak terulang

lagi.

Semoga apa yang kami tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Singkawang, September 2013

Penulis

Page 3: Bio Optik Dalam Keperawatan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A.    OPTIKA GEOMETRI DAN OPTIKA FISIK……………………………………..….4

1.      Optika Geometri…………………………………………………………….……4

2.      Optika fisik…………………………………………………………………….…4

B.     LENSA…………………………………………..…………………………………….4

1.         Pengertian lensa………………...………………………………………………..4

2.         Jenis-jenis lensa…………...…………..…………………………………………5

3.         Hukum yang Berlaku pada Lensa…………………………………..…………...6

C.     MATA…………………………………………………………………………………6

1.         Daya akomodasi mata………..………………………………………………….6

2.         Kelainan optik mata……………………………….…………………………….7

D.    PENERAPAN BIOOPTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN…………………8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………9

A.    KESIMPULAN………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA………...………………………………………………..10

Page 4: Bio Optik Dalam Keperawatan

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBanyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata melihat benda-benda

yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran kecil sekalipun. Sampai abad ke-4

sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh

mata karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh Plato (429-348

SM) dan Euclides (287 – 212 SM). Anggapan tersebut muncul oleh karena pada mata binatang di

malam hari tampak bersinar.

Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan tentu saja

kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari atau pada ruang yang gelap. Tapi pada

kenyataannya kita tidak dapat melihat benda-benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322

SM) dan Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda.

Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori yang diungkapkan

oleh Alhazan (965-1038 SM) seorang Mesir di Iskandria yang berpendapat bahwa benda di

sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan

cahaya yang masuk ke dalam mata. teori ini akhirnya di terima sampai abad ke 20 ini.

Untuk itu kami merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai biooptik

yang artinya susunan atas kata bio dan optik. Bio berkaitan mahluk hidup atau zat hidup atau

bagian dari mahluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai ilmu fisika yang berkaitan dengan

cahaya atau berkas sinar.

Page 5: Bio Optik Dalam Keperawatan

BAB IITINJAUAN TEORITIS

Bio Optik

Bio Optik adalah Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan

makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal

sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada

klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera

penglihatan manusia, yaitu mata.

Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap dan

terang tergantung atas penglihatan seseorang. Ada tiga komponen pada penginderaan

penglihatan :

1. Sistem syaraf mata yang memberi informasi ke otak

2. Mata memfokuskan bayangan pada retina

3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.

II.    Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang Bio

Optik di dalam ilmu kesehatan.

Page 6: Bio Optik Dalam Keperawatan

BAB IIPEMBAHASAN

1.  Optika Geometri dan Optika FisikA.      Optika Geometri

Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan

cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya. Optika geometri juga menjelaskan sifat cahaya

dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran yang linear, sehingga

komponen ini dan sistem kerja cahayanya seperti ukuran, posisi, pembesaran subjek lebih

sederhana.

Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya

di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah

melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin

dan lensa :

f = focus = titik api

b = jarak benda

v = jarak bayangan

Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :

n = indeks bias

i = sudut datang

r = sudut bias (refraksi)

B.       Optika fisik

Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak

terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Definisi sifat cahaya dilakukan

dengan pendekatan frekuensi tinggi. Optika fisik mampu menjelaskan gejala cahaya seperti

dispersi (penyebaran cahaya), interferensi (penyebaran gelombang), dan polarisasi (getaran

cahaya) yang tidak dapat dijelaskan oleh optika geometri.

2.  Lensa

Page 7: Bio Optik Dalam Keperawatan

A.      Pengertian Lensa

Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan

atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya.

Page 8: Bio Optik Dalam Keperawatan

B.       Jenis-jenis Lensa

Berdasarkan bentuk permukaan lensa maka lensa dapat dibagi menjadi dua :

Lensa yang mempunyai permukaan sferis

Permukaan sferis ada dua macam pula yaitu :

- Lensa konvergen / konveks

Yaitu sinar sejajar yang menembus lensa akan berkumpul menjadi bayangan nyata, juga di sebut

lensa positif atau lensa cembung. Lensa cembung memiliki permukaan lebih tebal pada bagian

tengahnya daripada bagian tepinya. Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya sehingga

disebut lensa konvergen. Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk, yaitu lensa bikonveks,

lensa plankonveks, dan lensa konkaf konveks.

- Lensa divergen / konkaf

Yaitu sinar yang sejajar yang menembus lensa akan menyebar , lensa ini disebut lensa negatif

atau lensa cekung. Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian

tepinya. Lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya sehingga disebut juga lensa divergen. Lensa

cekung terdiri atas 3 jenis, yaitu bikonkaf, lensa plankonkaf, dan lensa konveks konkaf.

Lensa yang mempunyai permukaan silindris.

Lensa yang mempunyai permukaan silindris disebut lensa silindris. Lensa ini mempunyai focus

yang positif dan ada pula mempunyai focus negatif.

C.       Hukum yang Berlaku pada Lensa

1.   Hukum Snellius I

Adapun bunyi Hukum Snellius I adalah :

“Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat cair, maka garis semula tersebut adalah

garis sesudah sinar itu membias dan garis normal dititik biasnya, ketiga garis tersebut terletak

dalam satu bidang datar.”

Page 9: Bio Optik Dalam Keperawatan

2.   Hukum Snellius II

Adapun bunyi Hukum Snellius II adalah :

“Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias selalu konstan. Nilai konstanta

dinamakan indeks bias(n).”

D. Kesesatan Lensa

Kesesatan (aberasi) lensa diantaranya:

1. Aberasi sferis

Disebabkan oleh kecembungan lensa. Dapat dihilangkan dengan menggunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa / dengan gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.

1. Koma

Terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di tengah-tengah & sinar tepi, tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.

1. Astigmatisma

Disebabkan oleh suatu titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua, yaitu primer & sekunder.

1. Kelengkungan medan

Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layar letaknya pada bidang lengkung.

1. Distorsi

Gejala terbentuknya bayangan palsu, karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma / cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong / bantal.

1. Aberasi kromatis

Disebabkan karena fokus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa. Aberasi kromatis ada 2 macam, yaitu:

Aksial / longitudinal : perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks bias Lateral : perubahan aberasi dalam ukuran bayangan

Page 10: Bio Optik Dalam Keperawatan

3.  MataA.  Daya Akomodasi Mata

Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek. Pada

saat mata melihat jauh, maka tidak terjadi akomodasi. Semakin dekat benda yang kita

lihat maka semakin besar pula daya akomodasinya. Daya akomodasi ini bergantung pada

usia. Semakin tua, maka daya akomodasi semakin menurun. Hal ini disebabkan

kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin berkurang. Korelasi antara jarak titik dekat

dengan berbagai usia

Umur (th) Titik dekat (cm)

10 >>>>> 7

20 >>>>> 10

30 >>>>> 14

40 >>>>> 22

50 >>>>> 40

60 >>>>> 200

Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting.

Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula bola mata

(diameter bola mata 20 – 23 mm).

Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak

pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata

dinyatakan P (dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata

berakomodasi sekuat-kuatnya (mata berakomodasi maksimum). Jarak terjauh bagi benda

Page 11: Bio Optik Dalam Keperawatan

agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik jauh/punktum

remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam meter) maka

disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak berakomodasi/lepas akomodasi.

Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan :

Ac = Ap – Ar

Ac =lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas

akomodasi maksimal.

B.     Bagian – Bagian Mata

(1) Kornea, merupakan lapisan terluar dari mata yang bersifat kuat dan tembus cahaya. Kornea

berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata serta melindungi bagian

mata yang sensitif dibawahnya. Kornea mata, Memiliki fungsi menerima cahaya dari sumber

cahaya serta meneruskannya ke dalam bagian mata yang akan lebih dalam dan akan berakhir di

retina.

(2) Aqueous humor, merupakan cairan kornea dan lensa mata. berfungsi untuk membiaskan cahaya

kedalam mata

(3) Lensa kristalin, lensa mata yang berperan penting mengatur letak bayangan agar tepat jatuh di

bintik kuning. Lensa mata memiliki fungsi untuk memfokuskan serta meneruskan cahaya yang

akan masuk ke mata supaya jatuh tepat di retina.

(4) Iris, selaput yang membentuk celah lingkaran di tengah-tengahnya. Iris memberikan warna pada

mata dan berfungsi untuk mengatur besar-kecil pupil untuk membatasi jumlah cahaya yang

masuk. Iris,  terletak pada tengah-tengah bola mata, yang ada di belakang kornea. Sebuah warna

dari iris ini dapat dipengaruhi jenis ras ataupun bangsa.

(5) Pupil, celah yang dibentuk oleh iris berfungsi sebagai tempat masuk

cahaya. Pupil,memiliki  fungsi untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

Fungsi dari anak mata ataupun pupil ini sama dengan fungsi dari diafragma yang ada pada alat

potret. Pupil merupakan celah bulat yang terdapat di tengah-tengah iris.

(6) Otot mata, otot yang menyangga lensa kristalin dan mengatur besar kecilnya lensa.

(7) Vitreus humor, cairan bening yang mengisi rongga mata. fungsinya adalah

meneruskan cahaya dari lensa ke retina.

(8) Retina, lapisan pada dinding belakang bola mata tempat bayangan dibentuk. Retina

atau yang biasa di sebut dengan selaput jala merupakan bagian yang cukup peka terhadap

Page 12: Bio Optik Dalam Keperawatan

cahaya. Dan Khususnya pada bitik kuning. Pada Retina ini berfungsi menangkap serta

meneruskan cahaya dari lensa hingga ke saraf mata. Dan di dalam selaput jala ini terdapat sebuah

ujung-ujung saraf untuk menerima.

(9) Bintik kuning, lengkungan pada retina yang merupakan bagian yang paling peka pada retina.

(10) Syaraf optik, penerus rangsang cahaya dari retina ke otak. Saraf mata ataupun yang biasa di

sebut dengan saraf optik ini memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga

ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan

demikian kita bisa melihat suatu benda.

1. C.      Optik Mata

Sistem optik mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal, karena:

1. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar2. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan cairan lubrikasi3. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek yang berjarak 20 cm4. Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10¹º : 15. Diafragma mata diatur secara otomatis oleh iris6. Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi7. Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg8. Tiap mata dilindungi oleh tulang9. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak

1. D.      Otot Mata

Otot (musculus) mata ada enam, yaitu:

1. m. rectus medialis, yang menarik bola mata ke dalam2. m. rectus lateralis, yang menarik bola mata ke samping3. m. rectus superior, yang menarik bola mata ke atas4. m. rectus inferior, yang menarik bola mata ke bawah5. m. obligus inferior, yang memutar ke samping atas6. m. obligus superior, yang memutar ke samping dalam

C.     Kelainan Optik Mata

      Myopia

Myopia adalah bentuk mata terlalu lonjong sehingga benda berjauhan tak terhingga akan

tergambar tajam di depan retina. Penderita myopia dianjurkan untuk menggunakan kaca mata

berlensa negatif.

Page 13: Bio Optik Dalam Keperawatan

      Hipermetrop

Hipermetrop merupakan penyimpangan penglihatan dimana bola mata agak gepeng dari

normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak di

belakang retina. Penderita hipermetrop dianjurkan menggunakan kaca mata dengan lensa positif.

      Presbio

Pada mata presbio biasanya menggunakan lensa positif dan negatif. Biasanya presbio ini

terjadi pada orang-orang yang sudah tua.

      Astigmati (silindris)

Astigmati merupakan sesuatu sesatan lensa yang disebabkan oleh suatu titik benda

membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer

dan sekunder. Astigmati disebabkan oleh kornea yang tidak berbentuk sferis.

1.4. TEHNIK KOREKSISetelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka ditentukan apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia, astigmatisma atau campuran (presbiopia dan myopia).a. Mata presbiopiaPada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai kacamata positif.b. Mata hipermetropiaMata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu dimana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai kacamata positif.c. Mata myopiaPada mata myopia , kemampuan melihat dekat dan jauh tergganggu oleh karena letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan memakai kacamata negatif.d. Mata astigmatismaPenderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kacamata silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan.e. Campuan Ada penderita yang matanya sekaligus mangalami presbipoi dan myopia, maka mempunyai punktum proksimum yang letaknya terlalu jauh dan punktum remotum terlalu kecil, penderita demikian memakai kacamata rangkap yaitu kacamata bifocal (negatif diatas, positif di bawah) Ada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau hipermetropia tanpa astigmatisma hanya memakai kacamata berlensa sferis.

Page 14: Bio Optik Dalam Keperawatan

5. KETAJAMAN PENGLIHATANKetajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata , di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ajli fisika ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhannya. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.Pada penentuan visus, para ahli mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan.

6. MEDAN PENGLIHATAN

Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan “alat perimeter”. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal ± 130º, sedangakan medan penglihatan horisontal ± 155º.

7. TANGGAP CAHAYABagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone(kerucut).Rod dan Kone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang jaringan syaraf.Distribusi Rod dan Kone pada retinaa. Kone (kerucut)Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari disebut “fotopik”.Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna, tetapi kone tidak sensitive terhadap semua warna, ia hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Kone terdapat terutama pada fovea sentralis.

Kone biru, yaitu kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya 400 & 500 milimikron (dapat menerima cahaya ungu, biru, hijau).

Kone hijau, yaitu kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya 450 & 675 milimikron (dapat menerima cahaya biru, hijau, kuning, orange, merah).

Kone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya. Respond terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat.

1.b. Rod (batang).Dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan Skotopik. Dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20° terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru, hijau (510 nm).Tetapi Rod dan Kone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650 – 700 nm), tetapi penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan Rod.

Page 15: Bio Optik Dalam Keperawatan

8. PENYESUAIAN TERHADAP TERANG DAN GELAPApabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objekpun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.

a. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H (=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa)Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod.Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun.

b. Mekanisme penyesuaian gelapSeseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya beradadi ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai 100.000 waktu yang diperlukan 1 jam.Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunanan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit.Penyesuaian gelap ini ternyata kone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 – 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama. Sebelum masuk ke kamar gelap (misalnya ruang Rontgen) biasanya dianjurkan memakai kacamata merah atau salah satu mata dipejamkan dalam beberapa saat (± 15 menit).

9. TANGGAP WARNASalah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Denganvmenggunakan pengamatan skotopik pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihata warna namun tidak bisa membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.

Page 16: Bio Optik Dalam Keperawatan

a. Teori tanggap warnaKone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitive terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholpz berpendapat ada 3 tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna poko yaitu biru, hijau dan merah. Kone biruMempunyai kemampuan tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron. Berarti konne biru dapat menerima cahaya , ungu, biru dan hijau. Kone hijauBerkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekwensi antara 450 dan 675 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah. Kone merahDapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.Ketiga warna pokok disebut trikhromatik. Teori yang diajukan oleh Lamonov, Young Helmholpz mengenai trikhromatik sukar untuk dimengerti bagaimana kone dapat mendeteksi warna menengah (warna intermediate) dari tiga warna pokok. Oleh sebab itu timbul teori tiga tipe dikromat yaitu suatu warna menengah terpraoduksi oleh karena dua tipe kone yang terangsang. Sebagai contoh, kone hijau dan merah terangsang bersamaan tetapi kone hijau terangsang lebih kuat daripada kone merah maka warna yang terproduksi adalah kuning kehijauan. Apabila kone hijau dank one biru terangsang, warna yang ditampilkan sebagai warna biru hijau. Jika intensitas rangsangan terhadap kone hijau lebih besar daripada kone biru, warna yang ditampilkan lebih hijau dan biru.Pada suatu percobaan dimana mata disinari dengan spectrum cahaya kemudian dibuat kurva respon dari pigmen peka cahaya akan tampak tiga warna pigmen peka cahaya yang serupa dengan kurva sensitive untuk ketiga tipe kone.

b. Buta warnaJika seseorang tidak mempunyai kone merah ia masih dapat melihat warna hijau, kuning, orange dan warna merah dengan menggunakan kone hijau tetapi tidak dapat membedakan secra tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai kone merah untuk kontras / membandingkan dengan kone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan kone hijau, ia masih dapat melihata seluruh warna tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, orange dan merah. Hal ini disebabkan kone hijau yang sedikit itdak mampu mengkontraskan dengan kone merah. Jadi tidak adanya kone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara keadaan ini di sebut buta warna merah hijau kasus yang jarang sekali, tetapi bisa terjadi seseorang kekurangan kone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru ( blue weakness). Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5 % terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Adapula orang buta terhadap warna merah disebut protanopia, buta terhadap

Page 17: Bio Optik Dalam Keperawatan

warna hijau disebut deuteranopia dan buta terhadap warna biru disebut tritanopia.F.       Peralatan pada Pemeriksaan Mata

Prinsip pemeriksaan mata meliputi pemeriksaan mata bagian dalam, pengukuran daya fokus mata, pengukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa diantaranya:

1. Opthalmoskop2. Retinoskop3. Keratometer4. Tonometer dari Schiotz5. Pupilometer6. Lensometer7. OPTHALMOSKOP

Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu : Pencerminan mata secara langsungFundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita. Pencerminan mata secara tak langsungCahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak.

RETINOSKOPAlat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.

Page 18: Bio Optik Dalam Keperawatan

KERATOMETERAlat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu :a. Hard contact lensDibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi astigmatisma.

b. Soft contact lensAdalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma.

Dasar kerja keratometer :Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung.Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan horizontal.

TONOMETERPada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.Tehnik dasar :Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 gmaka berat total tonometer == Berat plug + alat pemberat= 11 gram + 5,5 gram= 16,5 gram.16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari.Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran

Page 19: Bio Optik Dalam Keperawatan

dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk.

PUPILOMETER DARI EINDHOVENDiameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.

LENSOMETERSuatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar :Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara : Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari) Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya.

Tehnik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut :

Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa.

DAFTAR PUSTAKA1. J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta2. Ganong, W.F, 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.sumber: http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.htmlhttp://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html

1. G.      Cahaya

Sumber cahaya meliputi:

1. Cahaya alam (natural lighting), yaitu cahaya matahari.2. Cahaya yang artifisial (cahaya buatan), yaitu cahaya listrik, cahaya gas, cahaya lampu

minyak, cahaya lilin.

Alat pengukur cahaya diantaranya:

2. Fotometer , yaitu alat pengukur kuat cahaya.3. Luks meter, yaitu pengukur kuat penerangan bidang.

Page 20: Bio Optik Dalam Keperawatan

Bagian gelombang cahaya yaitu:

1. Ungu ultra, yang mempunyai panjang gelombang 100 – 400 nm2.  Sinar tampak, yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm3.  Sinar merah infra, yang mempunyai panjang gelombang 700 – 10.000 nm lebih

H. Macam – Macam Mikroskop

Macam – macam mikroskop cahaya ialah:

2. Mikroskop stereo3. Mikroskop medan gelap4. Mikroskop fluoressensi5. Mikroskop fase kontras6. Mikroskop interferensi7. Mikroskop ultraviolet8. Mikroskop Polarisasi

Macam – macam mikroskop elektron ialah:

1. Mikroskop elektron transmisi2. Mikroskop elektron skaning

Sumber

Gabriel, J. F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC

http://nanaaha.blog.com/2012/12/16/biooptik/

D.  Penerapan biooptik dalam asuhan keperawatan

a.       Pengkajian

Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.

b.      Tujuan

Agar klien dapat melihat dengan jelas pada jarak jauh.

c.       Perencanaan

Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

d.      Evaluasi

klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50.

http://budiartiiwulan.blogspot.com/2013/12/biooptik.html

Page 21: Bio Optik Dalam Keperawatan

BAB III

KESIMPULAN

Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan

cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya.Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari

sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya.

Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan

atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya. Lensa memilliki 2 jenis yaitu lensa

cekung dan cembung.

Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek. Pada

mata terdapat 4 macam kelainan mata, yaitu miopi, hipermetropi, presbiopi, dan astigmatis.

Page 22: Bio Optik Dalam Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Dr. J.F. Gabriel.tt. Fisika kedokteran.EGC : Bali.

http://codenurman.blogspot.com/2012/12/askep-miopi.html

http://esa166.blog.esaunggul.ac.id/2013/01/05/bio-optik/

http://id.wikipedia.org/wiki/Optika_geometris

http://fisikanyaman2.wordpress.com/2011/02/01/hukum-i-dan-ii-snellius/

http://koffieenco.blogspot.com/2013/03/bagian-bagian-mata-dan-fungsinya.html