bayi fisiologis

17
BAYI BARU LAHIR NORMAL A. Pengertian Bayi baru lahir normal (BBL) adalah bayi lahir cukup bulan dan sehat dengan berat antara 2500-3500 gram, dengan usia gestasi 38-42 minggu, secara sponton tanpa ada penyulit yang menyertai. B. FIOLOGIS NEONATUS 1. Dilahirkan pada umur kehamilan antara 37 -42 minggu 2. Berat badan lahir antara 2500 gram – 4000 gram 3. Panjang badan pada waktu lahir antara 48 cm – 52 cm 4. Lingkar dada antara 30 cm – 38 cm 5. Lingkar kepala antara 33 cm – 35 cm 6. Kulit kemerahan dan licin mempunyai jaringansubcutan cukup terbentuk dan diliputi vernik caseosa 7. Lanugo tidak seberapa lagi hanya pada bahu dan punggung 8. Pada dahi jelas perbatasan timbulnya rambut kepala 9. Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas 10. Kuku telah melewati ujung jari 11. Menangis kuat 12. Reflek mengisap baik

Upload: muhammad-akbar-nugraha

Post on 12-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

Page 1: Bayi fisiologis

BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Pengertian

Bayi baru lahir normal (BBL) adalah bayi lahir cukup bulan dan sehat

dengan berat antara 2500-3500 gram, dengan usia gestasi 38-42 minggu, secara

sponton tanpa ada penyulit yang menyertai.

B. FIOLOGIS NEONATUS

1. Dilahirkan pada umur kehamilan antara 37 -42 minggu

2. Berat badan lahir antara 2500 gram – 4000 gram

3. Panjang badan pada waktu lahir antara 48 cm – 52 cm

4. Lingkar dada antara 30 cm – 38 cm

5. Lingkar kepala antara 33 cm – 35 cm

6. Kulit kemerahan dan licin mempunyai jaringansubcutan cukup terbentuk

dan diliputi vernik caseosa

7. Lanugo tidak seberapa lagi hanya pada bahu dan punggung

8. Pada dahi jelas perbatasan timbulnya rambut kepala

9. Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas

10. Kuku telah melewati ujung jari

11. Menangis kuat

12. Reflek mengisap baik

13. Pernapasan berlangsung baik berkisar antara 40 – 60 kali per menit

14. Bunyi jantung normal berkisar antara 120 – 140 kali per menit

15. Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan ditandai

dengan adanya / keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama

15. Alat perkelaminan sudah berfungsi sejak dalam kandungan ditandai

dengan keluarnya air kemih setelah 6 jam pertama kehidupan

16. Pada bayi laki-laki testis sudah turun kedalam skrotum dan bayi

perempuan labia minora ditutupi oleh labia mayora

17. Anus berlobang

C. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Page 2: Bayi fisiologis

Pada waktu kelahiran, adaptasi terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena

perubahan dramatis ini memerlukan pemantauan yang ketat untuk menentukan

dan memberikan perawatan yang komprehensif pada bayi pada saat ia diruang

rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana cara merawat bayi mereka dan

untuk memberi motivasi dalam upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga

orang tua menjadi percaya diri dan mantap.

1. Pengkajian segara bayi baru lahir

Penilaian segera kondisi bayi, yaitu :

1) Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulutan?

2) Apakah bayi bergerak dengan aktif/lemas?

3) Apakah warna kulit bayi kemerahan, pucat/biru?

Penilaian awal bayi baru lahir dengan menggunakan APGAR Score, yaitu

alat untuk mengkaji kondisi sesaat setelah bayi lahir meliputi 5 variabel yaitu

pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas refleks.

APGAR Score dilakukan pada saat :

1) Satu menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

memulain perubahan.

2) Menit ke-5.

3) Menit ke-10.

Tabel. APGAR Score

Skor 0 1 2 angka

A: Appereance color

(warna kulit)

Pucat Badan merah,

ekstremitas biru

Seluruh ekstremitas

kemerah-merahan

P: Pulse (heart rate)

Frekuensi jantung

Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100

G: Grimace

(reaksi terhadap

rangsangan)

Tidak ada Sedikit garekan

mimik

Menangis, batuk/ bersin

A: Activity

(tonus otot)

Lumpuh Ekstremitas dalam

fleksi sedikit

Gerakan aktif

R: Respiration

(usaha nafas)

Tidak ada Lemah, tidak

teratur

Menangis kuat

Jumlah

Page 3: Bayi fisiologis

Klasifikasi klinik nilai APGAR

1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi secara aktif dan pemberian oksigen terkendali karena

selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan

dosis 2,4 ml/kg BB dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg BB, diberikan via vena

umbilikus.

2) Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal

kembali.

3) Bayi normal atau asfiksia sedikit (nilai APGAR 7-9).

4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

2. Asuhan segera bayi baru lahir

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah

kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukan usaha pernafasan spontan

dengan sedikit bantuan atau gangguan. Oleh karena itu, penting diperhatikan

dalam memberikan asuhan segera yaitu jaga bayi agar tetap kering dan hangat,

kontak kulit ibu dan bayi segara mungkin. Asuhan segara pada bayi baru lahir

meliputi :

a. Membersihkan jalan nafas

1) Sambil menilai pernafasan secara cepat letakkan bayi dengan handuk diatas

perut ibu.

2) Barsihkan lendir/darah dari wajah dengan kain bersih dan kering/kassa.

3) Periksa ulang pernafasan.

4) Bayi akan segera menangis 30 detik pertama setelah lahir.

Jika bayi tidak dapat menangis spontan, lakukan :

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi

ekstensi.

3) Bersihkan hidung, rongga hidung dan tenggorokan bayi dengan jari tangan

yang dibungkus kasa steril.

4) Tepuk kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering

dan kasar.

Page 4: Bayi fisiologis

Penghisapan lendir

1) Gunakan alat penhisap lendir (De Lee) atau alat lain yang steril sediakan

juga tabung oksigen dan selangnya.

2) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.

3) Memantau usaha nafas yang pertama dengan mencatatnya.

4) Warna kulit, adanya cairan/mekonium dalam hidung atau mulut harus

diperhatikan.

b. Perawatan tali pusat

Mengikat tali pusat dengan cara, sebagai berikut :

1) Mencelupkan tangan yang menggunakan sarung tangankelarutan klorin

0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lain.

2) Bilas tangan dengan air desinfeksi tingkat tinggi.

3) Keringkan tangan dengan menggunakan handuk atau kain bersih dan kering.

4) Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.

5) Gunakan benang tali pusat atau klem penjepit tali pusat yang didesinfeksi

tingkat tinggi atau steril, kunci ikatan tali ousat dengan simpul mati atau

kuncikan plastik penjepit tali pusat.

6) Lepaskan klem penjepit logam dan letakkan didalam larutan klorin 0,5%.

7) Selimuti bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bagian kepala

tertutup.

c. Mempertahankan suhu tubuh

Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui cara berikut ini :

1) keringkan bayi dengan seksama

pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah

kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban ditubuh

bayi, mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi dengan kain bersih.

2) Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat. Mengganti handuk,

selimut atau kain yang basah, karena kain yang basah dapat menyerap panas

pada bayi.

3) Selimuti bagian kepala bayi, karena bagian kepala bayi memiliki permukaan

yang relatif luas akan cepat kehilangan panas jika tidak ditutup.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menghangatkan bayi.

Page 5: Bayi fisiologis

5) Melakukan penimbangan setelah bayi menggukan pakaian.

6) Tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat.

3. Asuhan BBL 1-24 jam pertama

a. Tujuan

Mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak, mengidentifikasi masalah

kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga, penolong persalinan dan

tindak lanjut petugas kesehatan.

b. Pemantauan 2 jam pertama meliputi :

1) Kemampuan menghisap kuat/lemah.

2) Bayi tampak aktif atau lunglai.

3) Bayi kemerahan/biru.

Sebelum penolong meninggalkan ibu harus melakukan pemeriksaan dan

penilaian ada tidak masalah kesehatan terutama pada :

a. Gangguan pernafasan, warna dan aktivitasnya dilanjutkan untuk diamati.

b. Pertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan minimal 6 jam atau

minimal suhu 36,5oC dan membungkus bayi dengan kain kering dan hangat

kepala bayi harus ditutup.

c. Lakukan pemeriksaan fisik dengan cara :

1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, gunakan sarung tangan dan

bertindak lembut.

3) Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan

diterukan secara sistematik menuju kaki.

4) Jika ditemukan faktor/masalah, cari bantuan lebih lanjut jika diperlukan.

5) Rekam hasil pengamatan.

d. Pemberian vitamin K diberikan untuk mencegah perdarahan yang bisa

muncul karena protombin rendah pada hari-hari pertama kehidupan bayi.

Bayi cukup bulan/normal 1 Kg/hari peral selama 3 hari. Bayi berisiko 0,5-1

mg per perenteral/IM.

e. Mengidentifikasi BBL

1) Peralatan identifikasi bayi harus selalu tersedia, harus kebal air, tepinya

harus lembut tidak melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.

Page 6: Bayi fisiologis

2) Harus tercantum pada alat identifikasi, seperti :

- Nama (bayi, ibunya)

- Tanggal lahir

- Nomor lahir

- Jenis kelamin

3) Disetiap tempat tidur harus dicantumkan nama, tanggal lahir dan nomor

identifikasi berat badan, panjang badan, lingkar kepala, linkar perut, dan

catat juga direkam medik.

4. Pengkajian refleks fisiologis bayi

a. Mata

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba pada kornea.

Jika tidak ada maka menunjukan adanya kerusakan saraf cranial. Pupil

kontriksi saat diarahkan sinar kepadanya, ketukan halus pada glabela

(bagian dahi diantara dua iris mata) menyebabkan mata tertutup rapat.

b. Mulut dan tenggorokan

1) Menghisap

Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral

sebagai respon terhadap rangsangan dapat terjadi pada saat tidur

sekalipun.

2) Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan

bayi membalikan kepala kaarah sisi tersebut dan mulai menghisap.

3) Menguap

Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan

jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.

4) Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior terhadap makanan, hisapan atau

masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami refleks muntah.

5) Ekstruksi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi meresponnya dengan

mendorongnya keluar, harus menghilang saat bayi berumur 4 bulan.

Page 7: Bayi fisiologis

6) Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, biasanya ada

setelah hari pertama lahir.

c. Ekstremitas

1) Menggenggam

Sentuhan pada telapak tangan atau kaki menyebabkan fleksi tangan dan

jari.

2) Masa tubuh

- Refleks moro

Memberikan isyarat pada bayi dengan satu teriakan kencang dan gerakan

mendadak respon bayi akan berupa menghentakan tangan dan kaki lurus

arah keluar, sedangkan lutut fleksi dan tangan akan kembali kearah dada

seperti bayi dalam pelukan.

- Tonik leher

Jika bayi dimiringkan dengan cepat kesalah satu sisi lengan dan kakinya

akan berekstensi dan lengan berlawanan serta kaki fleksi.

d. Neck-Righting

Jika bayi terlentang kepalan dipalingkan kesalah satu sisi bahu dan batang

tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.

e. Inkurvasi batang tubuh

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan

panggul bergerak kearah sisi yang distimulasi.

5. Mengajarkan orang tua cara merawat bayi

a. Pemberian nutrisi

1) Berikan ASI sesering keinginan/kebutuhan bayi atau jika payudara

penuh.

2) Frekuensi menyusui 2-3 jam.

3) Pastikan bayi mendapat kolostrum selama 24 jam untuk melindungi diri

dari infeksi.

4) Berikan ASI saja selama 6 bulan.

b. Mempertahankan kehangatan bayi

1) Suhu ruangan setidaknya 18-20oC.

Page 8: Bayi fisiologis

2) Jika bayi kedinginan harus didekap pada tubuh ibu.

3) Jangan menggunakan alat penghangat buatan ditempat tidur (botol berisi

air panas).

c. Memberitahukan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

1) Pernafasan sulit atau >60x/menit.

2) Suhu terlalu panas >38oC atau terlalu dingin < 36oC.

3) Warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru/pucat dan

memar.

4) Jika diberikan ASI/makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan dan

muntah terus.

5) Tali pusat bengkak, merah keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.

6) Adanya tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,

bengkak, keluar cairan (nanah) dan pernafasan sulit.

7) Tidak berkemih selama 23 jam, tinja lembek, kering, hijau tua, ada

lendir/darah ditinja.

8) Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasanya, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak bisa

tenang dan menagis terus menerus.

6. Mencegah infeksi pada bayi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan

atau kontaminasi mikro organisme selama proses persalinan atau beberapa saat

setelah persalinan. Sebelum menangni BBL pastikan penolong persalinan telah

melakukan pencegahan infeksi, sebagai berikut :

a. Pastikan cuci tangan sebelum dan sesudah memegana bayi atau setelah

menngunkan toilet untuk BAB/BAK.

b. Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih selalu dan letakkan popok

dibawah talipusat, jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih, laporkan

segera apabila timbul perdarahan, pembengkakan, dan keluar cairan merah

berbau busuk.

c. Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara sewaktu

mandi.

Page 9: Bayi fisiologis

d. Muka, pantat dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih, hangat dan

sabun tiap hari.

e. Jaga bayi terhadap orang yang menderita infeksi dan pastikan semua orang

memegang bayi selalu mencuci tangan terlebih dahulu.

7. Pencegahan infeksi pada mata

Tetes mata untuk mencegah infeksi pada mata dpat diberikan setelah bayi

diberi ASI oleh ibunya dengan menggunakan salep mata Tetraciklin 1%.

Cara pemberian profilaksis mata :

a. Cici tangan terlebih dahulu.

b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat

tersebut.

c. Berikan salep mata pada setiap garis lurus mulai bagian mata yang dekat

dengan hidung menuju luar mata.

d. Jangan menghapus salep mata dan menganjurkan keluarga untuk tidak

menghapus obat tersebut.

8. Diagnosa keperawatan

a. Risiko hipotermi.

b. Risiko bersihan jalan nafas tidak efektif.

c. Risiko infeksi.

9. Intervensi

a. Risiko hipotermi

Intervesinya yaitu :

1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir dengan handuk yang

bersih dan kering dan hangat.

2) Bungkus bayi dengan selimut yang hangat.

3) Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.

4) Menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru.

5) Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara :

- Memberikan tutup kepala bayi/topi.

- Mengganti popok/kain/pakaian yang basah dengan yang kering.

- Menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat

sumber panas terus menerus.

Page 10: Bayi fisiologis

b. Risiko bersihan jalan nafas tidak efektif

Intervensinya yaitu :

1) Menilai pernafasan dengan cepat.

2) Membersihkan jaln nafas.

3) Menghisap lendir dengan penghisap De Lee.

4) Menyediakan tabung oksigen dan selangnya.

5) Segera menghisap mulut dan hidung bayi sesuai kondisi.

6) Memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.

c. Risiko infeksi

Intervensinya yaitu :

1) Kaji ulang tanda-tanda infeksi.

2) Menjaga bayi dari oarang-orang yang menderita infeksi dan pastikan

setiap orang selalu mencuci tangan terlebih dahulu.

3) Memberikan tetes mata pada BBL untuk mencegah penyakit mata dan

clamidia.

4) Memberi viatamin K 0,5 mg (IM) untuk mencegah perdarahan karena

defisiensi vitamin K.

5) Membrikan perawatan tali pusat.

Page 11: Bayi fisiologis

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Bisan. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.

Jakarta : JNPK-KR

Bulechek, Gloria M, Joanne CM. (2008). Nursing Intervention Classification

(NIC). Fifth edition. USA: Mosbie Elsevier.

Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta

: EGC.

NANDA International. (2009). NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &

Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication.

Moorhead S, Meridean M, Marion J. (2004). Nursing Outcomes Classification

(NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier.

Prawiro Harjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pusaka

Saifuddin, A. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo