bahan organik tanah
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam siklus kehidupan, terdapat beberapa ekosistem yang berjalan secara
seimbang. Baik keseimbangan ekosistem daratan maupun perairan. Di dalam
ekosistem tersebut terjadinya interaksi yang baik antara produsen dengan konsumen
baik tingkat I, tingkat II maupun III.
Kemudian peradaban manusia sejak zaman kuno hingga kini selalu
tergantung pada lingkungan. Keperluan akan makanan senantiasa menjadi masalah
yang tak ada putusnya. Kurang pangan seolah-olah sudah merupakan persoalan yang
akrab dengan manusia., yang tiak dapat dipisahkan dari kehidupan. Sadar atau tidak,
baik primitive atau modern sekalipun, manusia pasti memerlukan bahan manusia
sebagai penyambung hidup. Namun problema bahan pangan tak henti hentinya
mengendala, yang pada gilirannya memaksa manusia memikirkan suatu cara terbaik
untuk dapat memanfaatkan lingkungan guna mengatasi masalah tersebut yaitu
bercocok tanam.
Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya populasi dan tuntutan selain
makan seperti rumah, kendaraan, pakaian, dan lain-lain sehinhgga manusia dengan
sengaja merusak alam yang secara langsung juga merusak rantai makanan yang ada
di ekosistem tersebut. Ekosistem yang tak seimbang membuat tingginy salah satu
tingkat konsumen di rantai makanan yaitu konsumen tingkat I. Yang berdampak tak
terkendalinya pertumbuhan dan perkembangbiakkan konsumen tingkat I, sehingga
menyerang tanaman manusia untuk dapat mempertahankan kehidupannya juga.
Namun pengelolaan tanah yang buruk pada saat bercocok tanam membuat
tanah menjadi kurang subur dan kehilangan unsure hara. Unsur hara merupakan
salah satu unsure yang harus ada di tanah untuk membantu pertumbuhan tanaman
agar pertumbuhan dan produksi tanaman menjadi maksimal.
Selain unsure hara, tanah harus mempunyai keseimbangan yang baik antar
bahan organic, mineral, air dan udara. Ke semua komponen tersebut yang dapat
menunjang keseburan tanah. Selain itu juga pola penanaman serta pengendalian
hama yang baik dan benar yang tidak menggunakan bahan kimia dapat menjaga
kesuburan tanah.
Di dalan tanah yang ideal seharusnya memiliki kandungan bahan organic
yang cukup. Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus
hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan
termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada
didalamnya.
Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang
sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat
dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus, Humus terdiri dari bahan organik
halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru
yang terbentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui suatu kegiatan
mikroorganisme dalam tanah.
Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman
dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tatanan
dekomposisi. Bahan organik tanah lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan
tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik
sebagian/seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun yang belum.
Kandungan bahan organik di wilayah tropika serupa dengan yang ada di
wilayah iklim sedang. Oksisols yang sangat lapuk mempunyai kandungan bahan
organik yang lebih tinggi daripada ditunjukkan oleh warnanya yang kemerah-
merahan. Faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah dapat dianalis
dalam hubungan dengan tambahan bahan organik tahunan dan laju pelapukan
tahunan.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui dan mengenal mengenai
bahan organic tanah agar dapat mengelola dan menjaga kandungan organic tersebut
secara benar dan tidak merusak alam.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian bahan organic tanah.
2. Mengetahui kandungan bahan organik tanah secara kualitatif berdasarkan
warna tanah.
3. Mengetahui penetapan kandungan bahan organik tanah berdasarkan jumlah
bahan organik yang mudah teroksidasi (metode Walkey dan Black).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia . bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi
bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting
bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan
kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-
garam (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik
dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi . Terjadinya
pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara
terus menerus dalam jumlah besar . Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan
karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah.
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh
penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan
terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain
(fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk
ammonium sulfat dan sulfur coated urea) yang terus menerus selama 20 tahun
dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan turun
dengan drastis.
Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena
umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi
utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur
tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik
yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik
yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi
melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik
dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit
mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak
memerlukan perbaikan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali
secara optimal.
Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk
baik organik maupun anorganik. Pupuk anorganik dapat menyediakan hara
dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan
kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang
berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan
hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat mengurangi umur produktif
tanaman.
Pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya pemanfaatan
tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh
produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta
memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan
tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi,
sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat
diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula
memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat
muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota
adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,
meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat
bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik
(propionic dan butirik)
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik .Berpendapat bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan
jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah,
tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis
tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,
temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim
terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relatif
sukar didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau
dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah
bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang
umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang
mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari
C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan
senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup,
maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik
tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap
tahunnya.
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-
bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat
berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah
mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk
menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 2009).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang
dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya
bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik
semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,2007).
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman
berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan
tanah tersebut (Islami,2005).
Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang
ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and
black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,2004).
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus
hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk
juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya
(Madjid,2007).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora
dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan
mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan.
Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk
dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).
III. PEMBAHASAN
A. TANAH ULTISOL
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
(Subagyo et al. 2004). Sebaran ter- luas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha),
diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi
(4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat
dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Ultisol dapat
berkembang dari berbagai bahan induk dari yang bersifat masam hingga basa.
Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam.
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan
sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi
tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat meru-
gikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah
Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas.
Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara.
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dici-
rikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan keda-
laman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah
ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini
juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca,
Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap
erosi.
Di Indonesia, Ultisol umumnya belum tertangani dengan baik. Dalam skala
besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk per- kebunan kelapa sawit, karet dan hutan
tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu
penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik.
A. CIRI MORFOLOGI
Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada
klasifikasi lama menurut , Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral
primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang mem- berikan warna putih
keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang mem- berikan warna
kecoklatan hingga merah.
B. BAHAN ORGANIK DI TANAH ULTISOL
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi
dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya per-
tumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi
berkurang.
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mem-
punyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat
meningkatkan agregasi tanah, memper- baiki aerasi dan perkolasi, serta membuat
struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah
melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan
pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah
ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan
jumlah ion yang tercuci.
Pengelolaan bahan organik dengan penanaman Mucuna sp. selama 3 bulan
dan pengembalian serasah + pupuk kandang 10 t/ha pada guludan dapat
meningkatkan pori tanah, dan pori air tersedia, serta menurunkan kepadatan tanah .
Pada Ultisol dari Sitiung, pemberian bahan organik be- rupa kotoran sapi, jerami, dan
Flemingia congesta dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan kapasitas
tukar kation.
C. KESUBURAN TANAH
Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena
menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha
untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat.
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan
produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk
tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar,
trubus, batang, biomassa, naungan atau penampilan.
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk
tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme,
atau Waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah,
sedangkan tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Table 1 Hubungan C-organik dengan Kesuburan Tanah
KARAKTERKATEGORI KESUBURAN
TIDAK SUBUR SUBUR SANGAT SUBUR
TEKSTURpasiran, pasir, geluhan, geluh
pasiran
geluh lempungan,
lempung
geluh lempungan, lempung
C-organik ,1 1-1,5 1,5-2,5
D. PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN
Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik
terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang
positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat
pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan
tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui
dekomposisi bahan organic.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon
yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan
produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Selain itu
juga perlu diperhatikan bahwa ketersediaan hara bagi tanaman tergantung pada
tipe bahan yang termineralisasi dan hubungan antara karbon dan nutrisi lain
(misalnya rasio antara C/N, C/P, dan C/S).
Penggunaan bahan organik telah terbukti banyak meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang memberikan kompos berupa jerami
pada tanaman padi sudah memberikan pengaruh setelah 30 hari diaplikasikan.
Selain itu, juga ditemukan dampak positif lain seperti meningkatkan ketersediaan
makro dan mikronutrien bagi tanaman(Foth 2004)
Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam-
macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman jika telah
mengalami dekomposisi dan mineralisasi. Sisa tanaman ini memiliki kandungan
unsur hara yang berbeda kualitasnya tergantung pada tingkat kemudahan
dekomposisi serta mineralisasinya. Unsur hara yang terkandung dalam sisa bahan
tanaman baru bisa dimanfaatkan kembali oleh tanaman apabila telah mengalami
dekomposisi dan mineralisasi. , gula, protein sederhana adalah bahan yang
mudah terdekomposisi, sedangkan lignin yang akan lambat terdekomposisi.
Kemudahan dekomposisi bahan organik berkaitan erat dengan nisbah
kadar hara. Secara umum, makin rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam
bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposisi. Oleh
karena itu, untuk mempercepat dekomposisi bahan organik yang memiliki nisbah
C dan N tinggi sering ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki
perbandingan kedua hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang
lebih baik bagi dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi
proses pengomposan.
E. PENGOMPOSAN
Pengomposan adalah dekomposisi alami dari bahan organik oleh
mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerob). Hasil pengomposan berupa
kompos memiliki muatan negatif, dapat dikoagulasikan oleh kation-kation dan
partikel tanah untuk membentuk agregat tanah. Dengan demikian, penambahan
kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga akan memperbaiki pula
aerasi, drainase, absorbsi panas, kemampuan daya serap tanah terhadap air serta
berguna untuk mengendalikan erosi tanah
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum bahan organik tanah
adalah sebagai berikut :
1. Kandungan bhaan organik lebih banyak didapatkan
didaerah topsoil dibandingkan di daerah subsoil.
2. Tinggi rendahnya bahan organik tanah dipengaruhi oleh suhu, curah hujan,
vegetasi dan struktur tanah.
3. Semakin banyak kandungan humus, maka warna tanah semakin pekat.
4. Kematangan kompos yang digunakan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi cepat aplikasinya ke tanaman. Kriteria kematangan
kompos bervariasi tergantung bahan asal kompos, kondisi dan proses
dekomposisi selama pengomposan
5. Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik
terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon
yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi
yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya
B. SARAN
Adapun saran pada penggunaan bahan organik yaitu dalam hal pengolahan
tanah yang baik dan benar serta selalu menjaga kesuburan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa R, 2010. Tanah dan Lingkungan daerah taman kota Surabaya. Jurnal Hal
66:67.IPB:Bogor.
Doeswono,2007. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara. Jakarta.
Foth, Henry. D, 2004 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Islami, T. 2005. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Pandji A, 2005. Kandungan Bahan %C dan % Bahan Organik Tanah di Tanah
Kawasan Perkebunan. Jurnal Hal 45:46 UGM.Yogyakarta
Soetjipto,dkk . 2009 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga . Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius.
Yogyakarta.
MATERI DISKUSI
PRATIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH
Pengaruh Bahan Organik Pada Tanaman
Kelompok 2
Dede Ifantri 05071381320021Dicky Dwi Septian 05071381320011Fahri Inayah 05071381320054Fajar Sidiq H 05071381320048Ferra Apriadi 05071281320025Hendra Jaka S 05071381320029Iik Pandita U 05071381320036Levi Indriani 05071381320066M. Aidil Fitriansyah 05071381320025Ogi Kusuma 05071381320062Oktaria 05071381320006Puspita Indryani 05071381320017Rinovli Fransisco 05071381320040
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2014