bahan bacaan (modul sgd)

Upload: norman-delvano

Post on 13-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Modul SGD

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    1/32

    BAHAN BACAAN POKOK MODUL

    PENGANTAR

    Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui

    berbagai program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh

    lembaga atau organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah,

    bantuan pihak lain, maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan

    masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar

    bisa hidup lebih hidup. Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi,

    dan karakter ke-Indonesia-an yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah

    kehidupan masyarakat Indonesia, justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang

    lama berakar, sehingga yang terjadi bukan lagi pemberdayaan melainkan justru

    pemerdayaan karena telah mencabut masyarakat dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.

    Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri,

    apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-

    betul bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari

    pemberdayaan masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali

    persepsi mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan

    masyarakat sehingga dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan

    pemberdayaan masyarakat yang Indonesiawi sehingga dapat meng-Indonesia-kan

    masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat, martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.

    Tujuan Umum Pembelajaran

    Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali

    persepsi para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih

    fasilitator pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an

    dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi

    dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia. Secara khusus

    dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan dapat:

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    2/32

    Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upayauntuk. mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter

    dan jati dirinya.

    Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telahtumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah

    kehidupan mereka.

    Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman. Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat. Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan

    masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan

    kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas

    pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    3/32

    MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

    Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-

    Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang

    membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari

    kristalisasi nilai- nilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-

    cita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu

    terakumulasi dan terumuskan dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan

    hidup bangsa Indonesia dan kemudian dijadikan sebagai dasar negara.

    Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung nilai-

    nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia

    sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri

    bangsa Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat,

    martabat, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang

    terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai bingkai dalam mengembangkan dan

    memberdayakan kualitas hidup di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, maupun

    budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak pada aktualisasi nilai-nilai

    Pancasila dalam kehidupan nyata.

    Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu

    telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat

    Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan

    musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata

    dalam kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat,

    martabat, dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia

    dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan

    sehari-hari, dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka,

    akan menjadi penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri

    ke-Indonesia-an mereka.

    Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa ini,

    yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan

    merebaknya primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuanteknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    4/32

    sebesar globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan

    budaya, sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia

    Indonesia yang tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara

    Indonesia, bahkan sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya

    sebagai warga dunia (kosmopolit).

    Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi

    dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia

    dan budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari

    persinggungan budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih

    dan memilah serta mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab

    keanekaragaaman struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah

    kemajuan namun di sisi lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk

    menilai struktur dan perilaku budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung

    kelebihan dan kelemahan juga perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan

    local genius dari bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk

    dan dikembangkan. Sebab suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa

    menjadi obat kuat atau energy drink bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak

    selektif dan berlebihan justru akan menjadi racun yang merusak dan menghancurkan dayatahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

    Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya

    gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan

    dan menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk

    mem- federasi-kan kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian

    daerah seperti Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik

    horisontal antar etnis yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang

    berbeda di Maluku dan Poso adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak

    bisa tidak, bahwa pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya

    memahami struktur dan perilaku budaya dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia

    sehingga dapat menumbuhkan sikap saling memahami, menghormati, dan menghargai antar

    pendukung budaya di masing-masing daerah. Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-

    masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan dibandingkan untuk menemukan kesamaan

    atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perludihindari.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    5/32

    Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat perlu

    mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada

    identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak

    terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan,

    keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan

    kedaerahan. Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah.

    Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia juga

    tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada.

    Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan

    kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan

    pertahanan wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari

    merebaknya gejala primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah

    memberikan pelajaran bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena

    hegemoni pemerintah pusat terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten

    primordialisme yang sewaktu-waktu muncul bergejolak. Ia bisa menjadi bara dalam

    sekam.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    6/32

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapatdilepaskan dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people

    centered development). Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat

    sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu

    segala upaya pembangunan harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan

    yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus

    memberi kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai

    dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik yang mereka miliki.

    Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik

    kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun

    kesenjangan kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari

    pendekatan pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan

    ekonomi. Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang

    lebih banyak kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan

    kesempatan, fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya danpotensinya secara maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih

    baik secara mandiri.

    1. Makna Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan.

    Berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau

    kemampuan itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu

    kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat sehingga memungkinkan

    masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan dan mengembangkan diri secara

    dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang ekonomi, sosial budaya

    dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari suatu bangsa.

    Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang

    dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri,

    harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri

    secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari

    perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    7/32

    suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian, baik di bidang

    ekonomi, sosial budaya dan politik.

    Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional

    berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk

    dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang

    sama dan dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional.

    Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan

    dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri

    sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri.

    Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut upaya peningkatan kehidupan sosial

    budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat

    sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang telah melingkupi kehidupan

    mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya peningkatan

    kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil

    keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan

    evaluasi berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.

    Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan

    ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan.

    Kesemua aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif.

    Pemberdayaan ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan

    politik. Begitu pula sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam

    meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan

    nasional. Namun keyakinan tersebut menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk

    program-program dan kegiatan-kegiatan usaha yang nyata.

    2. Visi dan Misi Pemberdayaan MasyarakatVisi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan

    realistis. Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana

    dikemukakan di muka, maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat

    yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu

    memecahkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung

    dengan pihak lain. Dalam konteks pembangunan, kemandirian di sini berarti

    kewenangan untuk merencanakan, menetapkan, melaksanakan dan mengendalikan

    program-program pembangunan sesuai dengan esensi dan prioritas kebutuhan

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    8/32

    mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab

    masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang dilaksanakan,

    sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan

    pembangunan.

    Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah

    mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat

    secara maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan

    demikian diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang

    ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka

    dapat mempertahankan hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini

    bukanlah ketahanan yang bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika

    kehidupan masyarakat yang mampu melakukan proses pengembangan dan

    peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara mandiri.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan MasyarakatKeberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung

    sebagai prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat

    keberdayaan tersebut meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses

    sumber-sumber kemajuan ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari

    berbagai faktor tersebut secara serasi akan membentuk suatu kekuatan yang

    memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan (survive) dan mengembangkan

    diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai tujuan hidupnya.

    a) Faktor PendidikanKeberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat

    pendidikan yang memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu

    masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang mereka miliki.

    Pendidikan memang merupakan penanda dari masyarakat modern. Melalui

    pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai ilmu

    pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap

    serta ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah

    kehidupan sehari-hari. Karena itu masyarakat terdidik mempunyai

    kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya ketimbang masyarakat yang

    kurang berpendidikan.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    9/32

    Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara

    kuantitatif adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas

    tingkat pendidikan formal tersebut dimiliki oleh masyarakat yang

    bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat yang berpendidikan lebih

    tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai permasalahan

    yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari

    profesionalisme dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk

    berpartisipasi dalam program-program pembangunan. Faktor pendidikan

    memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas pemilikan tingkat

    pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan dan sikap

    kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat

    pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas

    pendidikan masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan

    pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam rangka mengaktualisasikan segala

    potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik.

    b) Faktor KesehatanMasyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit

    adalah masyarakat yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan

    adanya tingkat kesehatan tertentu yang memadai. Kesehatan adalah faktor

    yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan. Kesehatan amat berpengaruh

    terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek ekonomis maupun

    pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat

    produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh

    terhadap tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari

    tinggi rendahnya angka harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh

    ketersediaan sarana dan kualitas layanan kesehatan yang ada di masyarakat

    yang bersangkutan.

    c) Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan EkonomiKeberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah

    ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin

    besar peluang mereka untuk berdaya, sebab diakui atau tidak ekonomi adalah

    sumber materi kehidupan yang nyata. Karena itu keberdayaan masyarakat juga

    mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan mereka terhadap

    sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    10/32

    teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia

    dan akses pasar. Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber

    kemajuan ekonomi di atas masih merupakan barang langka dan merupakan

    kendala utama bagi keberdayaan mereka. Kecilnya modal, rendahnya

    penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan kerja, terbatasnya

    pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar,

    sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat

    lapisan bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat

    keberdayaan yang mutlak diperlukan.

    d) Faktor Sosial BudayaFaktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan

    dan akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya

    masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa

    dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan bisa dikatakan bahwa kualitas

    keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan cerminan dari

    kualitas sosial budaya mereka.

    Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola

    hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu

    masyarakat memang mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif.

    Seringkali terjadi bahwa kendala keberdayaan itu bersumber dari adanya tata

    nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan sikap dan perilaku yang

    berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam

    keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari

    pandangan hidup yang nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya),

    padahal keberdayaan mensyaratkan adanya etos kerja yang produktif. Contoh

    lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan yang mementingkan

    hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat sebagai

    perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih

    banyak sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan,

    seperti tanggung jawab, terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi

    dan sebagainya. Apakah sikap dan tata nilai yang demikian itu dipunyai dan

    berkembang dalam masyarakat? Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat

    keberdayaan mereka.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    11/32

    Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah

    keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara

    kuantitas berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam

    masyarakat. Banyaknya jumlah lembaga informal yang ada di masyarakat

    dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang tinggi. Secara kualitas berkaitan

    dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada. Semakin berfungsi

    lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat

    keberdayaan mereka.

    Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh

    terhadap keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang

    ada di dalamnya. Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam

    masyarakat bersifat setara dan adil serta tidak ada ketergantungan atau

    sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang di dalamnya

    terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada

    ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.

    Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk

    konkritnya akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat

    setempat dalam bentuk pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat

    yang telah ada. Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungan yang ada di

    sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang perlu diakomodasikan.

    Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya, merupakan

    sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara

    maksimal. Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut

    masyarakat setempat dari akar sosial dan budaya mereka sendiri.

    4. Prinsip-prinsip Pemberdayaan MasyarakatUpaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber

    daya yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut :

    a) Prinsip PartisipatifPemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan

    oleh masyarakat yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan

    secara efektif, sesuai dengan kehendak, kemampuan dan kebutuhan

    masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan tersebut diharapkan juga

    akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian pengalaman

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    12/32

    dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan

    segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi

    yang dimaksudkan adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat

    sebagai aktor utama dalam pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai

    pemberi dukungan melalui mobilisasi terhadap program-program yang

    sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh pemerintah.

    b) Prinsip Terarah (targetted)Pemberdayaan masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted),

    artinya ditujukan langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul

    membutuhkan dan dengan program yang dirancang untuk menyelesaikan

    permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah satu wujud penerapan

    prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat

    yang paling membutuhkan sebagai sasaran program.

    c) Prinsip PemihakanPemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata

    terhadap mereka yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan

    mengingat pemberdayaan pada prinsipnya adalah upaya emergency yang

    memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan yang terarah kepada

    mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan

    diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan

    percepatan agar proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses

    pemberdayaan bagi mereka yang lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara

    alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi secara terarah dan

    sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi

    mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan

    dari pihak yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu

    kepentingan dari pihak tertentu yang dipandang perlu mendapatkan

    pengamanan sebagai wujud dari pemihakan yang perlu dilakukan. Sebab

    kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan berbagai

    kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema.

    Padahal disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi

    masyarakat secara umum, harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan

    mengesampingkan kepentingan kelompok masyarakat yang justru kurang

    beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang kurang beruntung ini

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    13/32

    sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering

    menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat

    pencapaian tujuan program.

    d) Prinsip KemandirianPemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan

    memandirikan masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan

    ketergantungan. Prinsip kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada

    kemandirian tidak mungkin terdapat keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa

    upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan, bantuan, ataupun

    pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah

    menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu

    segala tindakan, bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang

    diberikan haruslah dalam konteks menciptakan suasana atau iklim yang

    memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi secara mandiri dan

    berkelanjutan.

    e) Prinsip DesentralisasiPemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan

    dalam pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun

    pengendalian kepada masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling

    dekat dengan masyarakat. Prinsip ini amat penting agar rencana dan

    pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul sesuai dengan

    potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.

    f) Prinsip KeterbukaanPemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan

    menciptakan kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada

    masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui segala

    informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun

    pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab rendahnya

    pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya

    keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap

    para pelaku pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan

    terdapat kontrol dan pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua

    pihak yang berkepentingan sehingga dapat dihindari terjadinya hal-hal yang

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    14/32

    merugikan pihak masyarakat atau penyimpangan- penyimpangan yang tidak

    diinginkan.

    g) Prinsip KeswadayaanPemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala

    potensi yang dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini

    didasarkan atas kenyataan bahwa dalam diri masyarakat terdapat berbagai

    potensi yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan

    kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat

    menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan

    yang sedang dan akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa

    bahan material, dana, maupun tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan

    melaksanakan kegiatan, bahan material, dana, atau tenaga masyarakat yangdigunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber pembiayaan

    kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.

    5. Strategi dan Bentuk Pemberdayaan MasyarakatAda beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup

    efektif dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk

    pemberdayaan tersebut diantaranya adalah strategi:

    (a) penguatan kelompok masyarakat;

    (b) penguatan kelembagaan;

    (c) pendampingan;

    (d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM);

    (e) pemberian stimulan;

    (f) industrialisasi pedesaan;

    (g) pengembangan usaha ekonomi rakyat;

    (h) Pengembangan Pola Kemitraan.

    Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut merupakan satu kesatuan yang

    tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain.

    Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti ada dalam

    setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya

    alam dan pemukiman.

    a) Penguatan Kelompok MasyarakatPendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang

    dipandang masih relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    15/32

    yang kebanyakan secara ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam posisi

    yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalah- masalah yang mereka

    hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki secara

    individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti

    manakala diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya

    pemberdayaan akan menjadi terlalu luas dan tidak efektif jika dilakukan secara

    individual. Karena itu penguatan kelompok adalah strategi yang paling efektif

    dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan masyarakat.

    Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan

    mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan

    dengan kelompok atau anggota masyarakat yang lebih kuat.

    Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi

    diantara anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan

    kelompok juga akan dapat kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam

    menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Apalagi dalam

    kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa yang

    memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang

    menjadi sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan

    bukan merupakan kepentingan orang per orang secara individual.

    Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru

    dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara

    maksimal kelompok- kelompok yang telah ada dan berfungsi di masyarakat.

    Seperti kelompok tani, kelompok keagamaan, dan kelompok-kelompok

    kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan kelompok ini diantaranya

    dapat diwujudkan melalui:

    (i) Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untukikut mengelola sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil

    manfaatnya secara lebih baik.

    (ii)Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensisosial budaya masyarakat setempat.

    (iii) Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif

    dalam pengamanan dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di

    sekitarnya.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    16/32

    (iv)Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yangada, baik dalam bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya.

    (v)Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosialmaupun usaha 5) ekonomi produktif atau bidang-bidang lain.

    (b)Penguatan KelembagaanSelain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga

    merupakan strategi yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya

    alam dan pemukiman desa. Lembaga- lembaga sosial yang ada di

    masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk

    mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan

    kegiatan. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak

    bisa melepaskan diri dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat

    setempat yang ada. Hal ini memang bukan diarahkan untuk membentuk

    lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk memberdayakan dan

    menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai

    dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat

    yang ada bisa berupa lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga

    ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga semi pemerintah atau

    lembaga pemerintah yang ada di desa.

    Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses,

    dan penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai

    dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan

    dilakukan secara terorganisir melalui institusi yang telah mereka miliki.

    Pengorganisasian ini penting karena akan dapat menumbuhkan manajemen

    program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku. Untuk itu

    mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah

    hampir mati atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan

    memberikan berbagai input pembinaan dan pengembangan merupakan

    satu kesatuan dari program dan kegiatan.

    Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang

    kepada masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam mengorganisir

    kemampuan dan potensi yang mereka miliki agar dapat dikembangkan

    secara maksimal dalam upaya mengelola sumberdaya alam dan

    pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    17/32

    proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya

    pembangunan itu merupakan proses sosial learning bagi masyarakat.

    Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi

    tawar warga masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik

    dalam interaksi ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Selanjutnya juga

    dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan rasa percaya diri

    masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.

    Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari

    tindakan-tindakan pihak lain yang dapat merugikan kepentingan mereka.

    Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan

    kelembagaan baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis

    adat, keagamaan, ekonomi, maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan

    atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada di desa. Implementasi

    strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:

    (i)program. Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat danmempunyai wewenang dalam pengembilan keputusan, baik dalam

    penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun

    evaluasi kegiatan.

    (ii)Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan,pelatihan, dan pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan

    perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara

    terarah dan terencana.

    (iii) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan

    mekanisme, proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh

    masyarakat sesuai dengan budaya, adat istiadat, dan keyakinan

    masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan formal yang berlaku.

    (iv)Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, sepertipelatihan 5) kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-

    pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan

    pengelolaan sumber daya alam.

    (c)PendampinganStrategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam

    program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    18/32

    didasari atas pemikiran bahwa masyarakat, terutama masyarakat desa,

    secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik secara ekonomi,

    sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali

    menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-

    program dan kegiatan pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak

    masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif. Pendampingan adalah salah

    satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut.

    Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran

    dan kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri,

    menggali potensi dan kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi

    berbagai kendala dan kelemahan yang menjadi penghambat, serta

    merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang perlu mereka

    ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah

    menyelenggarakan dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan

    masyarakat, menggali sumber-sumber potensi yang tersedia,

    mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan

    mengorganisir masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia

    harus dapat menempatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai

    usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam

    memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui

    pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses

    pendidikan bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan

    tujuan komunitasnya secara demokratis. Sehingga ia akan lebih berperan

    sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat

    ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.

    Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang

    bertindak sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari

    dalam maupun dari luar warga masyarakat setempat. Pilihan antara dari

    dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing mempunyai

    kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan

    sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

    Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai

    batasan waktu tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat

    tidak bisa dilakukan secara terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    19/32

    jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan ketersediaan

    sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk mandiri.

    Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan

    ketergantungan, tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses

    kemandirian masyarakat. Karena itu pola dan strategi pendampingan yang

    dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam

    jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses

    pencapaian tujuan kegiatan.

    Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat

    merupakan upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam

    bentuk tenaga pengembang yang mampu mendampingi masyarakat

    mengembangkan potensinya secara maksimal dalam mewujudkan

    kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping

    yang berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar

    komunitas masyarakat yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh

    aparat pemerintah yang memang khusus ditugaskan untuk itu, seperti

    tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan, dan

    sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan

    melalui:

    (i) Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahliandibidang tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang

    pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

    (ii)Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai,seperti gaji yang cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana

    transportasi yang sesuai, pembekalan pengetahuan dan keterampilan

    yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang memungkinkan

    dapat berkembang secara mandiri.

    (iii)Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola

    pendampingan purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat

    dapat dilaksanakan secara maksimal dan intensif. Konsekuensi dari

    pola pendampingan purna waktu ini adalah adanya keharusan bagi

    tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup bersama-sama

    masyarakat di desa tempat tugasnya.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    20/32

    (iv)Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukansecara periodik dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna

    memberikan peluang bagi mereka untuk berkoordinasi dan membahas

    bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat.

    (v) Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendampingpurna waktu untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna

    mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping mandiri yang berasal dari

    komunitas masyarakat itu sendiri sehingga tugas pendampingan tetap

    dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.

    (d)Pengembangan SDMPada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses

    pengembangan sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara

    komprehensif dan integratif. Karena itu pengembangan sumberdaya

    manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemberdayaan

    masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk

    mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan

    dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini

    merupakan suatu keharusan dalam setiap program pembangunan, sebab

    pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan untuk masyarakat

    yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan

    sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada

    penciptaan prakondisi agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun

    dirinya sendiri secara mandiri.

    Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya

    manusia ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat

    pendidikan dan latihan secara sistematis. Program dan kegiatan yang

    demikian itu membawa konsekuensi pula terhadap perlunya penyediaan

    dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun hasil dari

    kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu

    dekat. Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi

    sosial berjangka panjang yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang

    menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan dengan seperangkat

    kekurangan dan kelebihannya.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    21/32

    Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan

    strategi yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya

    pemberdayaan masyarakat, sebab upaya pemberdayaan masyarakat itu

    pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber daya manusia.

    Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia

    ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani

    masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan,

    maupun kinerja mereka. Implementasi strategi pengembangan sumber

    daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:

    (i) Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yangmempunyai keterampilan khusus.

    (ii)Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenaiketerampilan khusus yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang

    ada disekitarnya.

    (iii)Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda

    untuk mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan

    kebutuhan masing-masing keluar daerah komunitas mereka.

    (iv)Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untukmelanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk

    pendidikan kejuruan yang dapat mendukung program pemberdayaan

    masyarakat yang sedang dilaksanakan.

    (e)Pemberian StimulanStrategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih

    cukup efektif adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan

    biasanya berupa dana hibah, baik hibah murni maupun hibah bergulir

    (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan hanya sebagai entry

    point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang secara laten

    sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana

    stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua

    komponen program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang

    tidak dapat disediakan sendiri oleh masyarakat.

    Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan

    ketersediaan masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan

    kemampuan yang mereka miliki. Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana,

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    22/32

    tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang mendukung pencapaian

    tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi dilema.

    Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan

    justru akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain

    tanpa pemberian dana stimulan akan sulit melakukan motivasi dan

    menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat. Sebab secara umum

    masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya

    atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya

    terkadang tidak bisa dirasakan secara langsung dan nyata.

    Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi

    pemberian stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan

    dana untuk modal usaha ekonomi produktif yang harus dikembangkan

    secara bergulir. Dana bantuan stimulan juga dapat diwujudkan dalam

    bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi

    yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup

    masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana

    transportasi ekonomi, dan sebagainya.

    Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:

    (i) Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayaisepenuhnya oleh masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana

    bantuan, baik yang secara hibah maupun pinjaman.

    (ii) Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasaranafisik baik yang dapat menunjang secara langsung usaha pengelolaan

    sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya maupun yang

    secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti

    air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.

    (iii) Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah

    bergulir untuk modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan

    sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya.

    (iv)Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalamsetiap kegiatan yang diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan

    kemampuan masyarakat.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    23/32

    (v) Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untukmengakses dengan mudah kepada lembaga-lembaga dana dan

    keuangan terdekat.

    (f) Industrialisasi PerdesaanIndustrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan

    dalam rangka pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat

    perdesaan. Melalui industrialisasi pedesaan diharapkan sumber-sumber

    potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan dimanfaatkan

    secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan

    kesejahteraan hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini

    adalah untuk meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan

    sektor industri melalui fungsionalisasi industri pengolahan hasil pertanian

    yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah yang tinggi.

    Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk:

    (i) mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan;(ii)mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta

    penganekaragaman produk pertanian dengan investasi teknologi;

    (iii) mendorong investasi industri teknologi di perdesaan;

    (iv)meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologiindustri yang akan 4) digunakan;

    (v) mengembangkan komoditas unggulan daerah;(vi)mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan

    menyiapkan sumber daya yang diperlukan

    (vii) mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.

    Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan

    ini diantaranya adalah dengan:

    (i) Peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;(ii)pengembangan teknologi peralatan proses;(iii)pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan

    komoditas sejenis dari luar daerah atau desa;

    (iv)membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiridengan nilai tambah yang tinggi.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    24/32

    (g)Pengembangan Usaha Ekonomi RakyatPada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha pasaran

    yang kurang spesifik dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga

    rawan persaingan. Padahal sebagian besar mereka kurang mempunyai

    kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi rakyat

    mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang.

    Apalagi jika usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para

    pengusaha kuat yang memproduk komoditas sejenis dengan menggunakan

    teknologi tinggi.

    Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat

    relatif tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi

    yang harganya reltif lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini

    mengakibatkan lebih kuatnya posisi tawar pembeli, karena produk yang

    dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang mudah diperoleh di

    pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok input

    produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen,

    terutama untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar.

    Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu

    juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses

    kepada modal, rendahnya akses terhadap pasar, rendahnya kemampuan

    manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnyapenguasaan terhadap teknik produksi.

    Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar

    bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung

    heterogen dapat memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang

    cenderung bervariasi, sehingga masih ada celah yang bisa digunakan untuk

    mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara lebih fleksibel. Sifat

    usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal

    bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam

    mengantisipasi pasar.

    Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan

    beberapa prasyarat yang diantaranya adalah:

    (i) tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yangsedang diproduksi;

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    25/32

    (ii)produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap;(iii) tingkat persaingan produk rendah;

    (iv)posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangiketergantungan produsen pada pemasok;

    (v)produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsenbisa mempertahankan mutu dengan harga yang bersaing.

    Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh

    berbagai usaha strategis yang diantaranya adalah:

    (i) menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran;(ii) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif

    murah;

    (iii)menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi;

    (iv)memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar daripersaingan yang frontal;.

    (v)berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melaluisubsidi, pembinaan manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan

    penetapan harga

    (vi)mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan salingmenguntungkan.

    (h)Pengembangan Pola KemitraanKemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau

    lebih guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha

    ekonomi rakyat kerjasama ini dilakukan sebagai upaya untuk saling

    meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang mereka lakukan. Hal

    ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala

    aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa

    melibatkan pihak lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya

    dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan dan

    potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu alternatif strategi

    andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan

    mantap.

    Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraanini. Pertama adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    26/32

    dengan baik manakala pihak- pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut

    berada dalam posisi yang saling membutuhkan.

    Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu

    pihak merasa lebih membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa

    tidak membutuhkan. Jelas kondisi yang demikian ini akan melahirkan

    posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak mempunyai posisi

    tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah,

    sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang

    lainnya.

    Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang

    menjalin kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi

    tawar yang seimbang, maka masing-masing pihak akan selalu menjaga

    kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa menghindari adanya

    saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola

    kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan.

    Kedua belah pihak harus merasa mendapatkan input yang dapat

    memperkuat usaha.

    Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat

    antar pihak pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan.

    Jika ada salah satu pihak ada yang tidak memperoleh keuntungan maka

    tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin dengan baik. Suatu hal yang

    sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah selalu saja

    berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang

    seimbang. Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk

    mendapatkan keuntungan yang lebih.

    Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar

    dapat tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat.

    Ketiga prasyarat tersebut adalah:

    (i) komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harusmempunyai harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga

    kelangsungan usahanya dan menguntungkan pihak mitranya;

    (ii)komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut haruskualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan

    industri mitranya;

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    27/32

    (iii)delivery harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja

    pihak mitranya.

    Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha

    ekonomi rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya

    wawasan dan sulitnya mengubah tradisi usaha dari para penguasaha

    ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha ekonomi rakyat yang biasanya

    tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut seringkali

    menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin

    kemitraan dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para

    pihak pengusaha yang cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu

    untuk menjalin kemitraan dengan para pengusaha ekonomi rakyat jika

    kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi.

    Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam

    menjalin kemitraan dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut

    adalah:

    (i) Pola Dagang; 1) yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasaseperti penjual dan pembeli antara pihak-pihak yang bermitra.

    Hubungan dagang yang mereka lakukan dimaksudkan untuk

    mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan usaha

    ekonomi rakyat.

    (ii)pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihakmenjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang

    menjadi mitranya. Dalam pola ini kepastian pasok barang dari

    pemasok tidak terlalu mengikat.

    (iii)Pola Waralaba yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk

    kerjasama antara pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image,

    dan kemampuan manajerial dengan pihak lain yang memiliki semangat

    bisnis sebagai mitranya.

    (iv)Pola Pembinaan yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentukpemanfaatan nilai peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses

    pasar, dan kepercayaan lembaga keuangan untuk pengembangan usaha

    ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang menjadi mitranya.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    28/32

    Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang bersifat

    multidimensi, meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan

    tertentu. Berbagai prinsip, strategi, dan bentuk program dalam

    penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi dan

    kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan

    masyarakat sangat tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan

    dari para pelaku pemberdayaan di lapangan.

    PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku

    pemberdayaan yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai

    bentuk dari strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program

    pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan

    perubahan sosial. Mereka mempunyai tugas utama menyelenggarakan dialog dengan

    masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata mereka, menggali sumber potensi yang tersedia,

    mendorong msyarakat untuk menemukan spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan

    mengorganisir mereka untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.

    Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah

    suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat dalam

    memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan

    pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa

    pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan

    masyarakat secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    29/32

    sebetulnya harus lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi

    masyarakat ketimbang sebagai penggerak sasaran program.

    Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat hendaknya

    bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh aspek

    kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud

    kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada

    suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan

    sendiri, upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik

    tanpa bantuan maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu

    membangkitkan kemampuan self-help.

    Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan kualitas

    hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang mengacu

    pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan titik

    strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya

    konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program

    pendidikan masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan,

    adalah pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan,

    penyuluhan perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program

    kegiatan yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep

    pemberdayaan masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat

    dalam proses pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam

    masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.

    Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan untuk

    mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian

    masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang

    serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak,

    pendorong, dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan

    masyarakat kedalam aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang

    cukup kuat pada masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang

    mereka lakukan itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan

    ungkapkan. Lebih dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat

    untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata.

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    30/32

    Memang kenyataannya masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari

    pihak lain untuk menentukan prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang

    harus diambil.

    Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan

    pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur

    dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu

    dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa

    menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan

    adanya tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya

    intervensi dari pihak ketiga.

    Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam

    pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung

    banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak

    tujuan. Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan

    masyarakat pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari

    partisipasi masyarakat secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi

    dan inisiatif tersebut belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika

    penekanan pada aspek kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang

    bersifat material, seperti standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan

    sebagainya.

    Karena itu disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang

    lebih material, dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar

    kehidupan. Namun orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi

    kebutuhan nyata. Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry

    point untuk mewujudkan iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan

    pemancing inisiatif dan kemandirian yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun

    masyarakat secara self-help.

    Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan

    masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif

    dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi,

    pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan

    mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    31/32

    dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan

    hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang

    terpadu. Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar? Meskipun

    pendidikan, dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri

    sendiri sebagai pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang

    amat menunjang dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan

    masyarakat.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan

    masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa

    secara fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan

    (hibah). Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk

    mampu membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya

    sendiri dan menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil

    tindakan yang tepat. Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah

    berat dan luas, tidak hanya sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-

    proyek fisik yang jumlahnya hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi

    masyarakat tetapi juga sebagai mitra pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan

    untuk membangun masyarakat. Amatlah keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam mensukseskan program pembangunan. Dia

    memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change, pelaku perubahan, bukan sebagai alat

    aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus mengerjakan tugas rutin

    administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan seluruh waktunya

    setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami persoalan

    yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat setempat

    setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu atau

    dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.

    Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai

    masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan

    menemukan dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku

    pemberdayaan sembari berkata Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi,

    kami sudah tahu apa yang harus kami perbuat dan lakukan. Itulah tolak ukur dari

    keberhasilan pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukanpada seberapa lancar dana bantuan dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang

  • 5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)

    32/32

    ada sudah berkembang berlipat dan disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa

    jumlah kambing/lembu yang dimiliki masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen

    produksi dan pendapatannya meningkat.

    Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan

    waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang

    sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada,

    apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading,

    meninggalkan belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.