bahan bacaan (modul sgd)
DESCRIPTION
Modul SGDTRANSCRIPT
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
1/32
BAHAN BACAAN POKOK MODUL
PENGANTAR
Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui
berbagai program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh
lembaga atau organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah,
bantuan pihak lain, maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan
masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar
bisa hidup lebih hidup. Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi,
dan karakter ke-Indonesia-an yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah
kehidupan masyarakat Indonesia, justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang
lama berakar, sehingga yang terjadi bukan lagi pemberdayaan melainkan justru
pemerdayaan karena telah mencabut masyarakat dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.
Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri,
apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-
betul bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari
pemberdayaan masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali
persepsi mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan
masyarakat sehingga dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan
pemberdayaan masyarakat yang Indonesiawi sehingga dapat meng-Indonesia-kan
masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat, martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.
Tujuan Umum Pembelajaran
Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali
persepsi para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih
fasilitator pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an
dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi
dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia. Secara khusus
dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan dapat:
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
2/32
Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upayauntuk. mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter
dan jati dirinya.
Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telahtumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah
kehidupan mereka.
Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman. Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat. Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan
kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas
pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
3/32
MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN
Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-
Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang
membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari
kristalisasi nilai- nilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-
cita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu
terakumulasi dan terumuskan dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia dan kemudian dijadikan sebagai dasar negara.
Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung nilai-
nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri
bangsa Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat,
martabat, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai bingkai dalam mengembangkan dan
memberdayakan kualitas hidup di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, maupun
budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak pada aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan nyata.
Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu
telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat
Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan
musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat,
martabat, dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan
sehari-hari, dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka,
akan menjadi penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri
ke-Indonesia-an mereka.
Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa ini,
yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan
merebaknya primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuanteknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
4/32
sebesar globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan
budaya, sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia
Indonesia yang tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara
Indonesia, bahkan sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya
sebagai warga dunia (kosmopolit).
Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi
dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia
dan budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari
persinggungan budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih
dan memilah serta mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab
keanekaragaaman struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah
kemajuan namun di sisi lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk
menilai struktur dan perilaku budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung
kelebihan dan kelemahan juga perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan
local genius dari bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk
dan dikembangkan. Sebab suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa
menjadi obat kuat atau energy drink bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak
selektif dan berlebihan justru akan menjadi racun yang merusak dan menghancurkan dayatahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya
gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan
dan menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk
mem- federasi-kan kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian
daerah seperti Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik
horisontal antar etnis yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang
berbeda di Maluku dan Poso adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak
bisa tidak, bahwa pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya
memahami struktur dan perilaku budaya dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia
sehingga dapat menumbuhkan sikap saling memahami, menghormati, dan menghargai antar
pendukung budaya di masing-masing daerah. Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-
masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan dibandingkan untuk menemukan kesamaan
atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perludihindari.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
5/32
Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat perlu
mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada
identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak
terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan,
keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan
kedaerahan. Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah.
Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia juga
tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada.
Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan
kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan
pertahanan wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari
merebaknya gejala primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah
memberikan pelajaran bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena
hegemoni pemerintah pusat terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten
primordialisme yang sewaktu-waktu muncul bergejolak. Ia bisa menjadi bara dalam
sekam.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
6/32
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapatdilepaskan dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people
centered development). Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat
sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu
segala upaya pembangunan harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan
yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus
memberi kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik yang mereka miliki.
Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik
kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun
kesenjangan kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari
pendekatan pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan
ekonomi. Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang
lebih banyak kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan
kesempatan, fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya danpotensinya secara maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih
baik secara mandiri.
1. Makna Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau
kemampuan itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu
kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat sehingga memungkinkan
masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan dan mengembangkan diri secara
dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang ekonomi, sosial budaya
dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari suatu bangsa.
Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri,
harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri
secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
7/32
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian, baik di bidang
ekonomi, sosial budaya dan politik.
Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional
berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk
dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang
sama dan dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional.
Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan
dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri
sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri.
Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut upaya peningkatan kehidupan sosial
budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat
sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang telah melingkupi kehidupan
mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya peningkatan
kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil
keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan
evaluasi berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.
Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan
ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan.
Kesemua aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif.
Pemberdayaan ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan
politik. Begitu pula sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan
nasional. Namun keyakinan tersebut menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk
program-program dan kegiatan-kegiatan usaha yang nyata.
2. Visi dan Misi Pemberdayaan MasyarakatVisi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan
realistis. Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana
dikemukakan di muka, maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat
yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu
memecahkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung
dengan pihak lain. Dalam konteks pembangunan, kemandirian di sini berarti
kewenangan untuk merencanakan, menetapkan, melaksanakan dan mengendalikan
program-program pembangunan sesuai dengan esensi dan prioritas kebutuhan
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
8/32
mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab
masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang dilaksanakan,
sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan
pembangunan.
Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah
mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat
secara maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan
demikian diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka
dapat mempertahankan hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini
bukanlah ketahanan yang bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika
kehidupan masyarakat yang mampu melakukan proses pengembangan dan
peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara mandiri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan MasyarakatKeberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung
sebagai prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat
keberdayaan tersebut meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses
sumber-sumber kemajuan ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari
berbagai faktor tersebut secara serasi akan membentuk suatu kekuatan yang
memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan (survive) dan mengembangkan
diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai tujuan hidupnya.
a) Faktor PendidikanKeberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat
pendidikan yang memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu
masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang mereka miliki.
Pendidikan memang merupakan penanda dari masyarakat modern. Melalui
pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap
serta ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah
kehidupan sehari-hari. Karena itu masyarakat terdidik mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya ketimbang masyarakat yang
kurang berpendidikan.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
9/32
Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas
tingkat pendidikan formal tersebut dimiliki oleh masyarakat yang
bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat yang berpendidikan lebih
tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai permasalahan
yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari
profesionalisme dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk
berpartisipasi dalam program-program pembangunan. Faktor pendidikan
memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas pemilikan tingkat
pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan dan sikap
kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat
pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam rangka mengaktualisasikan segala
potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik.
b) Faktor KesehatanMasyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit
adalah masyarakat yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan
adanya tingkat kesehatan tertentu yang memadai. Kesehatan adalah faktor
yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan. Kesehatan amat berpengaruh
terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek ekonomis maupun
pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat
produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh
terhadap tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari
tinggi rendahnya angka harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan kualitas layanan kesehatan yang ada di masyarakat
yang bersangkutan.
c) Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan EkonomiKeberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah
ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin
besar peluang mereka untuk berdaya, sebab diakui atau tidak ekonomi adalah
sumber materi kehidupan yang nyata. Karena itu keberdayaan masyarakat juga
mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan mereka terhadap
sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
10/32
teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia
dan akses pasar. Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber
kemajuan ekonomi di atas masih merupakan barang langka dan merupakan
kendala utama bagi keberdayaan mereka. Kecilnya modal, rendahnya
penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan kerja, terbatasnya
pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar,
sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat
lapisan bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat
keberdayaan yang mutlak diperlukan.
d) Faktor Sosial BudayaFaktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan
dan akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya
masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa
dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan bisa dikatakan bahwa kualitas
keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan cerminan dari
kualitas sosial budaya mereka.
Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola
hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu
masyarakat memang mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif.
Seringkali terjadi bahwa kendala keberdayaan itu bersumber dari adanya tata
nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam
keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari
pandangan hidup yang nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya),
padahal keberdayaan mensyaratkan adanya etos kerja yang produktif. Contoh
lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan yang mementingkan
hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat sebagai
perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih
banyak sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan,
seperti tanggung jawab, terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi
dan sebagainya. Apakah sikap dan tata nilai yang demikian itu dipunyai dan
berkembang dalam masyarakat? Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat
keberdayaan mereka.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
11/32
Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah
keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara
kuantitas berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam
masyarakat. Banyaknya jumlah lembaga informal yang ada di masyarakat
dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang tinggi. Secara kualitas berkaitan
dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada. Semakin berfungsi
lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat
keberdayaan mereka.
Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh
terhadap keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang
ada di dalamnya. Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam
masyarakat bersifat setara dan adil serta tidak ada ketergantungan atau
sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang di dalamnya
terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada
ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.
Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
konkritnya akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat
setempat dalam bentuk pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat
yang telah ada. Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungan yang ada di
sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang perlu diakomodasikan.
Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya, merupakan
sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara
maksimal. Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut
masyarakat setempat dari akar sosial dan budaya mereka sendiri.
4. Prinsip-prinsip Pemberdayaan MasyarakatUpaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber
daya yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut :
a) Prinsip PartisipatifPemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan
oleh masyarakat yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan
secara efektif, sesuai dengan kehendak, kemampuan dan kebutuhan
masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan tersebut diharapkan juga
akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian pengalaman
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
12/32
dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi
yang dimaksudkan adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat
sebagai aktor utama dalam pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai
pemberi dukungan melalui mobilisasi terhadap program-program yang
sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh pemerintah.
b) Prinsip Terarah (targetted)Pemberdayaan masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted),
artinya ditujukan langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul
membutuhkan dan dengan program yang dirancang untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah satu wujud penerapan
prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat
yang paling membutuhkan sebagai sasaran program.
c) Prinsip PemihakanPemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata
terhadap mereka yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan
mengingat pemberdayaan pada prinsipnya adalah upaya emergency yang
memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan yang terarah kepada
mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan
diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan
percepatan agar proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses
pemberdayaan bagi mereka yang lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara
alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi secara terarah dan
sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi
mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan
dari pihak yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu
kepentingan dari pihak tertentu yang dipandang perlu mendapatkan
pengamanan sebagai wujud dari pemihakan yang perlu dilakukan. Sebab
kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan berbagai
kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema.
Padahal disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi
masyarakat secara umum, harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan
mengesampingkan kepentingan kelompok masyarakat yang justru kurang
beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang kurang beruntung ini
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
13/32
sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering
menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat
pencapaian tujuan program.
d) Prinsip KemandirianPemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan
memandirikan masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan
ketergantungan. Prinsip kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada
kemandirian tidak mungkin terdapat keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa
upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan, bantuan, ataupun
pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah
menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu
segala tindakan, bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang
diberikan haruslah dalam konteks menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi secara mandiri dan
berkelanjutan.
e) Prinsip DesentralisasiPemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan
dalam pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengendalian kepada masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling
dekat dengan masyarakat. Prinsip ini amat penting agar rencana dan
pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul sesuai dengan
potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.
f) Prinsip KeterbukaanPemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan
menciptakan kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada
masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui segala
informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab rendahnya
pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya
keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap
para pelaku pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan
terdapat kontrol dan pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua
pihak yang berkepentingan sehingga dapat dihindari terjadinya hal-hal yang
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
14/32
merugikan pihak masyarakat atau penyimpangan- penyimpangan yang tidak
diinginkan.
g) Prinsip KeswadayaanPemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala
potensi yang dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini
didasarkan atas kenyataan bahwa dalam diri masyarakat terdapat berbagai
potensi yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat
menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan
yang sedang dan akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa
bahan material, dana, maupun tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan, bahan material, dana, atau tenaga masyarakat yangdigunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber pembiayaan
kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.
5. Strategi dan Bentuk Pemberdayaan MasyarakatAda beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup
efektif dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk
pemberdayaan tersebut diantaranya adalah strategi:
(a) penguatan kelompok masyarakat;
(b) penguatan kelembagaan;
(c) pendampingan;
(d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM);
(e) pemberian stimulan;
(f) industrialisasi pedesaan;
(g) pengembangan usaha ekonomi rakyat;
(h) Pengembangan Pola Kemitraan.
Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain.
Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti ada dalam
setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya
alam dan pemukiman.
a) Penguatan Kelompok MasyarakatPendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang
dipandang masih relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
15/32
yang kebanyakan secara ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam posisi
yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalah- masalah yang mereka
hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki secara
individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti
manakala diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya
pemberdayaan akan menjadi terlalu luas dan tidak efektif jika dilakukan secara
individual. Karena itu penguatan kelompok adalah strategi yang paling efektif
dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan masyarakat.
Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan
mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan
dengan kelompok atau anggota masyarakat yang lebih kuat.
Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi
diantara anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan
kelompok juga akan dapat kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Apalagi dalam
kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa yang
memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang
menjadi sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan
bukan merupakan kepentingan orang per orang secara individual.
Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru
dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara
maksimal kelompok- kelompok yang telah ada dan berfungsi di masyarakat.
Seperti kelompok tani, kelompok keagamaan, dan kelompok-kelompok
kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan kelompok ini diantaranya
dapat diwujudkan melalui:
(i) Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untukikut mengelola sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil
manfaatnya secara lebih baik.
(ii)Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensisosial budaya masyarakat setempat.
(iii) Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif
dalam pengamanan dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di
sekitarnya.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
16/32
(iv)Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yangada, baik dalam bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya.
(v)Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosialmaupun usaha 5) ekonomi produktif atau bidang-bidang lain.
(b)Penguatan KelembagaanSelain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga
merupakan strategi yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya
alam dan pemukiman desa. Lembaga- lembaga sosial yang ada di
masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk
mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan
kegiatan. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak
bisa melepaskan diri dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat
setempat yang ada. Hal ini memang bukan diarahkan untuk membentuk
lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk memberdayakan dan
menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat
yang ada bisa berupa lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga
ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga semi pemerintah atau
lembaga pemerintah yang ada di desa.
Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses,
dan penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai
dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan
dilakukan secara terorganisir melalui institusi yang telah mereka miliki.
Pengorganisasian ini penting karena akan dapat menumbuhkan manajemen
program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku. Untuk itu
mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah
hampir mati atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan
memberikan berbagai input pembinaan dan pengembangan merupakan
satu kesatuan dari program dan kegiatan.
Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang
kepada masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam mengorganisir
kemampuan dan potensi yang mereka miliki agar dapat dikembangkan
secara maksimal dalam upaya mengelola sumberdaya alam dan
pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
17/32
proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya
pembangunan itu merupakan proses sosial learning bagi masyarakat.
Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi
tawar warga masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik
dalam interaksi ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Selanjutnya juga
dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan rasa percaya diri
masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.
Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari
tindakan-tindakan pihak lain yang dapat merugikan kepentingan mereka.
Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan
kelembagaan baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis
adat, keagamaan, ekonomi, maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan
atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada di desa. Implementasi
strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:
(i)program. Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat danmempunyai wewenang dalam pengembilan keputusan, baik dalam
penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun
evaluasi kegiatan.
(ii)Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan,pelatihan, dan pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara
terarah dan terencana.
(iii) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan
mekanisme, proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh
masyarakat sesuai dengan budaya, adat istiadat, dan keyakinan
masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan formal yang berlaku.
(iv)Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, sepertipelatihan 5) kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan
pengelolaan sumber daya alam.
(c)PendampinganStrategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam
program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
18/32
didasari atas pemikiran bahwa masyarakat, terutama masyarakat desa,
secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik secara ekonomi,
sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali
menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-
program dan kegiatan pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak
masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif. Pendampingan adalah salah
satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut.
Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran
dan kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri,
menggali potensi dan kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi
berbagai kendala dan kelemahan yang menjadi penghambat, serta
merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang perlu mereka
ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah
menyelenggarakan dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan
masyarakat, menggali sumber-sumber potensi yang tersedia,
mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan
mengorganisir masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia
harus dapat menempatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai
usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam
memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui
pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses
pendidikan bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan
tujuan komunitasnya secara demokratis. Sehingga ia akan lebih berperan
sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat
ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.
Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang
bertindak sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari
dalam maupun dari luar warga masyarakat setempat. Pilihan antara dari
dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing mempunyai
kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai
batasan waktu tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat
tidak bisa dilakukan secara terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
19/32
jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan ketersediaan
sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk mandiri.
Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan
ketergantungan, tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses
kemandirian masyarakat. Karena itu pola dan strategi pendampingan yang
dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam
jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses
pencapaian tujuan kegiatan.
Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam
bentuk tenaga pengembang yang mampu mendampingi masyarakat
mengembangkan potensinya secara maksimal dalam mewujudkan
kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping
yang berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar
komunitas masyarakat yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh
aparat pemerintah yang memang khusus ditugaskan untuk itu, seperti
tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan, dan
sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan
melalui:
(i) Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahliandibidang tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
(ii)Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai,seperti gaji yang cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana
transportasi yang sesuai, pembekalan pengetahuan dan keterampilan
yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang memungkinkan
dapat berkembang secara mandiri.
(iii)Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola
pendampingan purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat
dapat dilaksanakan secara maksimal dan intensif. Konsekuensi dari
pola pendampingan purna waktu ini adalah adanya keharusan bagi
tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup bersama-sama
masyarakat di desa tempat tugasnya.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
20/32
(iv)Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukansecara periodik dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna
memberikan peluang bagi mereka untuk berkoordinasi dan membahas
bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat.
(v) Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendampingpurna waktu untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna
mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping mandiri yang berasal dari
komunitas masyarakat itu sendiri sehingga tugas pendampingan tetap
dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.
(d)Pengembangan SDMPada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses
pengembangan sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara
komprehensif dan integratif. Karena itu pengembangan sumberdaya
manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemberdayaan
masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk
mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan
dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini
merupakan suatu keharusan dalam setiap program pembangunan, sebab
pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan untuk masyarakat
yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan
sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada
penciptaan prakondisi agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun
dirinya sendiri secara mandiri.
Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya
manusia ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat
pendidikan dan latihan secara sistematis. Program dan kegiatan yang
demikian itu membawa konsekuensi pula terhadap perlunya penyediaan
dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun hasil dari
kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu
dekat. Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi
sosial berjangka panjang yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang
menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan dengan seperangkat
kekurangan dan kelebihannya.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
21/32
Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan
strategi yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya
pemberdayaan masyarakat, sebab upaya pemberdayaan masyarakat itu
pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber daya manusia.
Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia
ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani
masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan,
maupun kinerja mereka. Implementasi strategi pengembangan sumber
daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:
(i) Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yangmempunyai keterampilan khusus.
(ii)Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenaiketerampilan khusus yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang
ada disekitarnya.
(iii)Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda
untuk mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing keluar daerah komunitas mereka.
(iv)Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untukmelanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk
pendidikan kejuruan yang dapat mendukung program pemberdayaan
masyarakat yang sedang dilaksanakan.
(e)Pemberian StimulanStrategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih
cukup efektif adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan
biasanya berupa dana hibah, baik hibah murni maupun hibah bergulir
(revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan hanya sebagai entry
point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang secara laten
sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana
stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua
komponen program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang
tidak dapat disediakan sendiri oleh masyarakat.
Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan
ketersediaan masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki. Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana,
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
22/32
tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang mendukung pencapaian
tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi dilema.
Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan
justru akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain
tanpa pemberian dana stimulan akan sulit melakukan motivasi dan
menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat. Sebab secara umum
masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya
atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya
terkadang tidak bisa dirasakan secara langsung dan nyata.
Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi
pemberian stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan
dana untuk modal usaha ekonomi produktif yang harus dikembangkan
secara bergulir. Dana bantuan stimulan juga dapat diwujudkan dalam
bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi
yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup
masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana
transportasi ekonomi, dan sebagainya.
Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:
(i) Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayaisepenuhnya oleh masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana
bantuan, baik yang secara hibah maupun pinjaman.
(ii) Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasaranafisik baik yang dapat menunjang secara langsung usaha pengelolaan
sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya maupun yang
secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti
air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.
(iii) Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah
bergulir untuk modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan
sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya.
(iv)Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalamsetiap kegiatan yang diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan
kemampuan masyarakat.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
23/32
(v) Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untukmengakses dengan mudah kepada lembaga-lembaga dana dan
keuangan terdekat.
(f) Industrialisasi PerdesaanIndustrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat
perdesaan. Melalui industrialisasi pedesaan diharapkan sumber-sumber
potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini
adalah untuk meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan
sektor industri melalui fungsionalisasi industri pengolahan hasil pertanian
yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah yang tinggi.
Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk:
(i) mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan;(ii)mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta
penganekaragaman produk pertanian dengan investasi teknologi;
(iii) mendorong investasi industri teknologi di perdesaan;
(iv)meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologiindustri yang akan 4) digunakan;
(v) mengembangkan komoditas unggulan daerah;(vi)mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan
menyiapkan sumber daya yang diperlukan
(vii) mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.
Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan
ini diantaranya adalah dengan:
(i) Peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;(ii)pengembangan teknologi peralatan proses;(iii)pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan
komoditas sejenis dari luar daerah atau desa;
(iv)membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiridengan nilai tambah yang tinggi.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
24/32
(g)Pengembangan Usaha Ekonomi RakyatPada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha pasaran
yang kurang spesifik dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga
rawan persaingan. Padahal sebagian besar mereka kurang mempunyai
kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi rakyat
mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang.
Apalagi jika usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para
pengusaha kuat yang memproduk komoditas sejenis dengan menggunakan
teknologi tinggi.
Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat
relatif tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi
yang harganya reltif lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini
mengakibatkan lebih kuatnya posisi tawar pembeli, karena produk yang
dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang mudah diperoleh di
pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok input
produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen,
terutama untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar.
Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu
juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses
kepada modal, rendahnya akses terhadap pasar, rendahnya kemampuan
manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnyapenguasaan terhadap teknik produksi.
Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar
bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung
heterogen dapat memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang
cenderung bervariasi, sehingga masih ada celah yang bisa digunakan untuk
mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara lebih fleksibel. Sifat
usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal
bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam
mengantisipasi pasar.
Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan
beberapa prasyarat yang diantaranya adalah:
(i) tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yangsedang diproduksi;
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
25/32
(ii)produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap;(iii) tingkat persaingan produk rendah;
(iv)posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangiketergantungan produsen pada pemasok;
(v)produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsenbisa mempertahankan mutu dengan harga yang bersaing.
Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh
berbagai usaha strategis yang diantaranya adalah:
(i) menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran;(ii) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif
murah;
(iii)menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi;
(iv)memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar daripersaingan yang frontal;.
(v)berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melaluisubsidi, pembinaan manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan
penetapan harga
(vi)mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan salingmenguntungkan.
(h)Pengembangan Pola KemitraanKemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha
ekonomi rakyat kerjasama ini dilakukan sebagai upaya untuk saling
meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang mereka lakukan. Hal
ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala
aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa
melibatkan pihak lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya
dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan dan
potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu alternatif strategi
andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan
mantap.
Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraanini. Pertama adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
26/32
dengan baik manakala pihak- pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut
berada dalam posisi yang saling membutuhkan.
Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu
pihak merasa lebih membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa
tidak membutuhkan. Jelas kondisi yang demikian ini akan melahirkan
posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak mempunyai posisi
tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah,
sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang
lainnya.
Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang
menjalin kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi
tawar yang seimbang, maka masing-masing pihak akan selalu menjaga
kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa menghindari adanya
saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola
kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan.
Kedua belah pihak harus merasa mendapatkan input yang dapat
memperkuat usaha.
Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat
antar pihak pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan.
Jika ada salah satu pihak ada yang tidak memperoleh keuntungan maka
tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin dengan baik. Suatu hal yang
sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah selalu saja
berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang
seimbang. Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih.
Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar
dapat tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat.
Ketiga prasyarat tersebut adalah:
(i) komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harusmempunyai harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga
kelangsungan usahanya dan menguntungkan pihak mitranya;
(ii)komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut haruskualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan
industri mitranya;
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
27/32
(iii)delivery harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja
pihak mitranya.
Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha
ekonomi rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya
wawasan dan sulitnya mengubah tradisi usaha dari para penguasaha
ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha ekonomi rakyat yang biasanya
tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut seringkali
menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin
kemitraan dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para
pihak pengusaha yang cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu
untuk menjalin kemitraan dengan para pengusaha ekonomi rakyat jika
kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi.
Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
menjalin kemitraan dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut
adalah:
(i) Pola Dagang; 1) yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasaseperti penjual dan pembeli antara pihak-pihak yang bermitra.
Hubungan dagang yang mereka lakukan dimaksudkan untuk
mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan usaha
ekonomi rakyat.
(ii)pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihakmenjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang
menjadi mitranya. Dalam pola ini kepastian pasok barang dari
pemasok tidak terlalu mengikat.
(iii)Pola Waralaba yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama antara pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image,
dan kemampuan manajerial dengan pihak lain yang memiliki semangat
bisnis sebagai mitranya.
(iv)Pola Pembinaan yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentukpemanfaatan nilai peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses
pasar, dan kepercayaan lembaga keuangan untuk pengembangan usaha
ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang menjadi mitranya.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
28/32
Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang bersifat
multidimensi, meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan
tertentu. Berbagai prinsip, strategi, dan bentuk program dalam
penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi dan
kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan
masyarakat sangat tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan
dari para pelaku pemberdayaan di lapangan.
PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku
pemberdayaan yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai
bentuk dari strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program
pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan
perubahan sosial. Mereka mempunyai tugas utama menyelenggarakan dialog dengan
masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata mereka, menggali sumber potensi yang tersedia,
mendorong msyarakat untuk menemukan spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan
mengorganisir mereka untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.
Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah
suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat dalam
memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan
pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa
pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan
masyarakat secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
29/32
sebetulnya harus lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi
masyarakat ketimbang sebagai penggerak sasaran program.
Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat hendaknya
bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh aspek
kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud
kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada
suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan
sendiri, upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik
tanpa bantuan maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu
membangkitkan kemampuan self-help.
Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang mengacu
pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan titik
strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya
konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program
pendidikan masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan,
adalah pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan,
penyuluhan perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program
kegiatan yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep
pemberdayaan masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat
dalam proses pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam
masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.
Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan untuk
mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian
masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang
serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak,
pendorong, dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan
masyarakat kedalam aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang
cukup kuat pada masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang
mereka lakukan itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan
ungkapkan. Lebih dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat
untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata.
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
30/32
Memang kenyataannya masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari
pihak lain untuk menentukan prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang
harus diambil.
Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan
pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur
dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu
dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa
menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan
adanya tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya
intervensi dari pihak ketiga.
Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung
banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak
tujuan. Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan
masyarakat pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari
partisipasi masyarakat secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi
dan inisiatif tersebut belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika
penekanan pada aspek kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang
bersifat material, seperti standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan
sebagainya.
Karena itu disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang
lebih material, dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar
kehidupan. Namun orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi
kebutuhan nyata. Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry
point untuk mewujudkan iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan
pemancing inisiatif dan kemandirian yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun
masyarakat secara self-help.
Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan
masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif
dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi,
pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan
mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
31/32
dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan
hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang
terpadu. Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar? Meskipun
pendidikan, dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri
sendiri sebagai pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang
amat menunjang dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan
masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan
masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa
secara fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan
(hibah). Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk
mampu membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya
sendiri dan menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil
tindakan yang tepat. Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah
berat dan luas, tidak hanya sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-
proyek fisik yang jumlahnya hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi
masyarakat tetapi juga sebagai mitra pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan
untuk membangun masyarakat. Amatlah keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam mensukseskan program pembangunan. Dia
memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change, pelaku perubahan, bukan sebagai alat
aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus mengerjakan tugas rutin
administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan seluruh waktunya
setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami persoalan
yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat setempat
setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu atau
dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.
Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai
masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan
menemukan dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku
pemberdayaan sembari berkata Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi,
kami sudah tahu apa yang harus kami perbuat dan lakukan. Itulah tolak ukur dari
keberhasilan pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukanpada seberapa lancar dana bantuan dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang
-
5/23/2018 Bahan Bacaan (Modul SGD)
32/32
ada sudah berkembang berlipat dan disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa
jumlah kambing/lembu yang dimiliki masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen
produksi dan pendapatannya meningkat.
Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan
waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang
sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada,
apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading,
meninggalkan belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.