babii tinjauanpustakaeprints.umm.ac.id/53365/3/bab ii.pdf · 10 babii tinjauanpustaka...

42
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Media Sosial 2.1.1 Pengertian dan Perkembangan Media Sosial Media Sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi massa pada era media baru yang juga disebut New Media. Media Baru (New Media) adalah media massa yang berbasis Internet atau yang lebih sering disebut media Online. Media internet menjadi salah satu bentuk dari alat komunikasi massa yang tercatat pada awal tahun 1996. 16 Sebelumnya alat komunikasi massa pada paradigma lama memang terfokus pada media konvensional seperti, televisi, Surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio, film, kaset (CD). Sedangkan pada paradigma baru alat komunikasi massa adalaha surrat kabar, televisi, radio, majalah dan internet. Mengapa media sosial termasuk dalam komunikasi massa, sangat jelas dasar dari keberadaan media sosial karena adanya perkembangan media internet dan apabila dilihat dari definisnya komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya dan media masaa adalah alat atau medium atau channel untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. 17 Hal ini menggambarkan bahwa media sosial termasuk ke dalam salah satu media masaa dimana menjadi sumber informasi yang bisa diakses oleh orang banyak. Media sosial tidak terlepas dari perkembangan internet dimana media massa berbasis online menjadi sumber informasi yang saat ini banyak diakses masyarakat. Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi-teknologi perkembangan web baru berbasis internet, yang memudahkan untuk berkomunikasi, berpartisipasi dan saling berbagi membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebar luaskan konten mereka sendiri. Selain itu 16 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,ed 1-5 Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 13 17 Baran, J, S, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, edisi terjemahan Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama, hlm, 12

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Media Sosial

2.1.1 Pengertian dan Perkembangan Media Sosial

Media Sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi massa pada era media

baru yang juga disebut New Media. Media Baru (New Media) adalah media massa

yang berbasis Internet atau yang lebih sering disebut media Online. Media internet

menjadi salah satu bentuk dari alat komunikasi massa yang tercatat pada awal tahun

1996.16 Sebelumnya alat komunikasi massa pada paradigma lama memang terfokus

pada media konvensional seperti, televisi, Surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio,

film, kaset (CD). Sedangkan pada paradigma baru alat komunikasi massa adalaha

surrat kabar, televisi, radio, majalah dan internet. Mengapa media sosial termasuk

dalam komunikasi massa, sangat jelas dasar dari keberadaan media sosial karena

adanya perkembangan media internet dan apabila dilihat dari definisnya komunikasi

massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya

dan media masaa adalah alat atau medium atau channel untuk menyampaikan pesan

kepada khalayak.17 Hal ini menggambarkan bahwa media sosial termasuk ke dalam

salah satu media masaa dimana menjadi sumber informasi yang bisa diakses oleh

orang banyak.

Media sosial tidak terlepas dari perkembangan internet dimana media massa

berbasis online menjadi sumber informasi yang saat ini banyak diakses masyarakat.

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari

teknologi-teknologi perkembangan web baru berbasis internet, yang memudahkan

untuk berkomunikasi, berpartisipasi dan saling berbagi membentuk sebuah jaringan

secara online, sehingga dapat menyebar luaskan konten mereka sendiri. Selain itu

16Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,ed 1-5 Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 1317Baran, J, S, Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya, edisi terjemahan Jakarta : PTGelora Aksara Pratama, hlm, 12

Page 2: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

11

menuurut (zarella 2010:51) Media jejaring sosial adalah situs yang menjadi tempat

orang-orang berkomunikasi dengan teman-teman mereka di dunia nyata dan di dunia

maya. Mayoritas masyarakat saat ini lebih dekat dengan lawan komunikasi yang jauh

secara jarak daripada yang dekat karena adanya media sosial. hal ini tentunya sangat

memudahkan terutama untuk efisiensi waktu dan praktis dalam segala permasalahn.

2.1.2 Perkembangan Media Sosial di Indonesia

Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UGC) dimana

konten dihasilkan oleh pengguna, bahkan oleh editor sebagaimana si institusi media

massa. (Nasrullah, 2017:11). Selain itu pengguna akan mudah berpartisipasi di

dalamnya, berbagi dan menciptakan pesan. Ada beberapa situs media social yang

popular saat ini antara lain : Instagram, Twitter, Facebook, Line, Whatsapp, BBM,18

dan lain-lain. Awal kemunculan media sosial di Indonesia memang ditandai dengan

maraknya penggunaan internet pada tahu 1996 di Indonesia, semenjak itu masyarakat

mulai mencari pengetahuan dan informasi melalui media internet. Seiring

perkembangan zaman layanan media massa di internet juga semakain banyak dan

beragam salah satunya menghadirkan media sosial. Faktor lain yang mempengaruhi

semakin pesatnya penggunaan media sosial yaitu hadirnya Handphone Android atau

Smarthphone dimana Handphone seluler biasa yang tidak mempunyai fitur playstore

maka tidak bisa mendownload berbagai macam aplikasi media sosial. Penggunaan

internet meningkat, maka penyediaan Handphone berbasis internet juga semakin

meningkat, sehingga semakain mudah dan praktis.

Media sosial yang muncul pertama kali di indonesia salah satunya ialah

Friendstar yang muncul pada tahun 2002, media sosial ini sangat fenomenal dan

booming di zamannya.19 Setelah itu marak bermunculan aplikasi yang lebih besar dan

menarik yaitu Facebook pada tahun 2004, kemudian disusul twitter di tahun 2006 dan

yang paling terbaru lagi dan tidak kalah banyak penggunanya yaitu instagram yang

18Ratnamulyani,A,I, dan Maksudi, I, B, Peran Media Sosial dan Peningkatan Partisipasi Pemilih pemula dikalanganpelajar di Kabupaten Bogor,Jurnal Ilmu Sosial dan Humoniora, volume 20 Nomor 2 tahun 2018, hlm 156

19Baktiono, A, R dan Artaya, P, I,Memilih Media Sosial Sebagai Sarana Bisnis Online MelaluiPendekatan Uji Categorical, Jurnal Manajemen Kinerja Volume 2 Nomor 2 Agustus 2016

Page 3: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

12

mucul di tahun 2010. Selain media sosial yang berkonsep bertukar pesan seperti SMS

(Source Massage Servic) yang menggunakan pulsa internet dalam penggunannya

seperti, whatsApp, kakaotalk, wechat, line dan lainnya. Sebenarnya masih banyak

aplikasi berbasis media sosial yang masuk ke Indonesia namun tidak semua terkenal

dan banyak penggunanya. Pada survey We Are Social bersama Hotsuite pada Januari

2018 ada 4 media sosial teratas yang paling banyak penggunanya adalah Youtube

43%, facebook 41%, Whatsapp sebesar 40% dan Instagram sebesar 38% atau setara

dengan 53 juta pengguna aktif.20 Instagram berada pada peringkat empat, hal ini

mengingat semakin banyaknya keinginan dan kebutuhan masyarakat akan informasi,

pengetahuan dan hiburan, karena hal ini sesuai dengan 4 fungsi utama media massa

yaitu, sebagai wahana informasi, edukasi, hiburan dan penyebaran.

2.1.3 Fungsi dan pengaruh Media Sosial

Fungsi dari media sosial yang semakin berubahnya waktu sehingga tidak

stagnan selalu dinamis dan mengikuti kebutuhan zaman dan user yaitu masyarakat

atau pengguna itu sendiri. Pada awalnya sosial media memang bertujuan untuk

bertukar informasi, dan berkomunikasi secara cepat dan mudah. Namun saat ini tidak

sedikit beberapa dari media sosial yang berlaih fungsi, yang awalnya sebagai sarana

bertukar informasi kepada teman-teman dekat, namun saat ini sekat atau batasan itu

tak lagi menjadi masalah, seperti pengguna media sosial facebook, twitter dan

instagram yang mempunyai pengikut atau followers dengan jumlah yang sangat

banyak. Padahal kebijakan pada facebook dan beberapa sosial media lain teman atau

pengikut sebuah akun tidak lebih dari 100 orang, tetapi saat ini kebijakan itu hilang

dikarenakan semakin banyak kebutuhan dan keuntungan yang didapat. Artinya tidak

lagi semata-mata sebagai media penyedia infomasi namun ada kepentingan lain yaitu

bisnis, politik dan lain-lain yang ada pada media sosial.

20burhan Solihin “Indonesia Digital Landscape2018” diakses darihttps://www.slideshare.net/mobile/rumahide/indonesia-digital-landscape-2018,pada tanggal 20Februari pukul 08.30

Page 4: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

13

Sebagai contoh pada tahun 2014-2015 awal di media sosial marak muncul

bisnis online mulai dari makanan, konveksi, buku, peralatan rumah tangga lainnya.21

Hampir disemua media sosial ada yang membuat akun untuk bisnis online seperti di

facebook, twitter dan instagram. Dengan fenomena ini akhirnya muncul profesi baru

yaitu endoresment yaitu suatu tindakan promosi yang dilakukan dengan postingan

video atau di media sosial, dimana yang menjadi daya tarik untuk memasarkan

produk bisa siapa saja yang tidak harus pada ahlinya akan tetapi siapa saja yang

mempunyai followers banyak dan mempunyai kekuatan sebagai opinion leader. Maka

tidak sedikit sekarang masyarakat awam berusaha menaikan followers dengan

berbagai macam cara, agar menjadi pusat perhatian dan mempunyai banyak

penggemar. Dari sekian banyak media sosial, maka instagram yang memang menjadi

media sosial paling banyak digunakan untuk berbisnis dan endoresmnet juga muncul

pada instagram, setelah itu muncul lagi istilah baru dari fenomena ini, yaitu selebgram

atau selebriti instagram dimana seseorang merasa menjadi artis atau pekerja seni yang

pada umumnya tampil atau terkenal pada media televisi, koran atau majalah, akan

tetapi hal ini adalah seseorang yang terkenal karena menghadirkan foto, video, atau

tayangan yang menghibur sehingga bisa menjadi terkenal.

Ranah politik juga menjadi fenomena lainnnya, maraknya kampanye politik

dan bahasan mengenai ranah politik hadir di media sosial. Sejak Pemilihan Presiden

2014 lalu kampanye politik dan perdebatan politik semkain terlihat di instgaram,

twitter dan facebook. Banyak akun yang sengaja menmberikan konten yang berisikan

kampanye politik dan informasi politik dengan lebih mendalam.22 Akhirnya ada

istilah buzzer pada sosial media, buzzer berasal dari bahasa inggris yang artinya

lonceng atau alarm. Secara istilah buzzer ini diartikan sebagai alat yang dimanfaatkan

dalam memberikan pengumuman atau mengumumkan sesuatu agar bisa

mengumpulkan orang-orang. 23Dalam konteks media sosial, buzzer ini bekerja untuk

membuat status dan postingan tertentu sebanyak mungkin dengan tujuan agar publik

21Baktiono, A, R dan Artaya, P, I,Memilih Media Sosial Sebagai Sarana Bisnis Online MelaluiPendekatan Uji Categorical, Jurnal Manajemen Kinerja Volume 2 Nomor 2 Agustus 201622Turistiati, T, A, Fenomena Black Campign Dalam Pemilihan Kepala Daerah, Jurnal Ilmiah IlmuAdministrasi, Volume 8 nomor 2, septempebr 201623Syahputra Iswandi, Demokrasi Virtual dan Perang Siber di Media Sosial : Presfektif Netizen Indonesia,Jurnal ASPIKOM Volume 3 Nomor 3 Juli 2017, hlm, 463

Page 5: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

14

mengetahui hal tersebut dengan cepat atau juga sebagai promosi sebuah produk

biasanya buzzer sebagai pihak yang melempar isu ke media sosial. Kemunculan

buzzer di indonesia ditandai dengan maraknya kamapnye di media sosial pada

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 dan Pemilu 2014 fenomena ini juga di filmkan

pada film layar lebar Indonesia 24Republik Twitter yang rilis di Indonesia pada 16

februari 2012. Film ini menceritakan bagaiman proses baser menjalankan praktik

promosi politik oleh para calon kepala daerah yang ingin mencalonkan diri pada ajang

Pilkada dengan cara mentrendingkan dirinya melalui media sosial twitter dengan

konten yang positif maupun negatif agar dikenal oleh publik, dan ini bisa dikatan

sebagai ajang tim terselubung yang sudah direncanakan dan dianggap sebagai bisnis.

Media sosial twiiter dan Instagram menjadi sarana yang banyak digunakan

untuk berkampanye selain media massa konvesional lainnya seperti televisi melalui

iklan dan banner serta baliho. Segementasi anak muda menjadi sasaran dari perilaku

politik ini, terlihat dari hasil survei Talylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia

menyatakan kalangan anak muda (18-24 tahun) mendominasi pengguna Instagram di

Indonesia dengan presentase sebanyak 59%, sementara diurutan ke-2 berasal dari usia

25- 34 tahun.25 Pengguna media sosial digunakan sebagian besar anak muda sehingga

pendekatan politik pada pemilih pemula dan generasi millenial pun menjadi mudah

karena adanya media sosial.

24Arya Azhar, Republik Twitter Film Twitter Pertama di Dunia Merilis Trailer kedua. 25 Januari 2012.diakses padahttp://sidomi.com/61185/republik-twitter-film-twitter-pertama-di-dunia-merilis-trailer-kedua/tanggal 28 Februari 2019 Pukul 12.4525Yenny Yusra “Riset TNS: Generasi Terpelajar Dominasi Pengguna Instagram di Indonesia” diaksesdarihttps://www.google.com/amp/s/dailysocial.id/post/riset-tns-generasi-terpelajar-dominasi-pengguna-instagram-di-indonesia/%3famp=1?espv=1, pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 21.00

Page 6: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

15

2.1.4 Pengaruh Media Sosial Terhadap Komunikasi Politik

Media sosial menjadi penting sebagai sarana yang efektif dalam proses

komunikasi politik, khususnya dalam konteks kampanye pemilu yang dapat menjadi

perantara para politisi dengan konstituennya, yaitu antara komunikator dengan

komunikan26 secara jarak jauh. INT’L ENCYL Communication (1998) menggaris

bawahi bahwa; komunikasi politik adalah setiap penyampaian pesan yang disusun

secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power

dalam masyarakat yang mana di dalamanya mengandung empat bentuk komunikasi

yaitu ; a. EliteCommunication, b. ahaegemoniccommunication, c.

PettitionaryCommunication, d. Associational communication.27 Media sosial adalah

satu bentuk saluran komunikasi para pelaku politik dengan para pendukung dan

konstituen. Bentuk komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara membangun opini

publik dan sekaligus memobilisasi dukungan politik secara massif. Pemanfaatan

media sosial juga telah meningkatkan jaringan komunikasi politik, relasi politik dan

partisipasi masyarakat dalam pemilu.

Media sosial selanjutnya menggambarkan sebagai sarana ideal dan basis

Informasi untuk mengetahui opini publik tentang kebijakan dan posisi politik, selain

untuk membangun dukungan komunitas kepada politisi yang tengah berkampanye.28

Sejumlah penelitian di seluruh dunia mengadopsi media sosial untuk menjalin

hubungan dengan konstituen berdialog langsung dengan masyarakat dan membentuk

diskusi politik, kemampuan menciptakan ruang dialog antara politisi dan publik serta

menarik minat pemilih pemula/pemilih muda membuat media sosial semakin penting

bagi politisi (Stieglitz & Dang-Xuan, 2012)29

26Ratnamulyani, Atikah I dan Maksudi, Iriawan, B. 2018 Peran Media Sosial dan PeningkatanPartisipasi Pemilih pemula dikalangan pelajar di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Sosial dan Humoniora,volume 20 Nomor 2 tahun 2018, hlm,156

27Arrianie, L, Komunikasi Politik Politisi dan Pencitraan dipanggung Politik, Bandung : WidyaPadjajaran, hlm 8428Sasmita Siska, Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula DalamPemilu/Pemilukada. Jurnal Ilmah Administrasi Publik dan Pembangunan Volume 2 Nomor 1Januari-Juni 2011, hlm,9329Ibid

Page 7: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

16

Berkampanye melalui media sosial mulai marak digunakan pada saat

pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2015, dimana para pendukung Joko Widodo

dan Basuki Tjahaja Purnama memanfaatkan Youtube untuk memposting video

kampanye kreatif mereka bahkan ada game online yang diciptakan khusus dengan

avatar game menyerupai Jokowi. Media Sosial merupakan rimba raya, dan praktis

tidak ada peraturan didalamnya (Fitch, 2009). Dengan adanya media sosial, maka para

aktor politik pun harus menyadari meskipun ia secara rill sebagai pejabat tinggi atau

partai politik yang berkuasa, tetapi posisinya di media sosial setara dengan user lain.

Hal ini lah menjadi awal terjadinya bullying, dan pencemaran nama baik terhadap

politsi dan pemerintahan disuatu negara. Seperti yang terjadi pada kampanye dan

pemilu di media sosial dimana etika dan redaksi dalam menyuarakan kampanye tidak

lagi diperhatikan. Semua berdasarkan hal-hal yang sifatnya negative dengan tujuan

menggiring opini massa agar semakin terprovokasi dengan kondisi.

2.2 Pengertian KampanyePolitik

Menurut pasal 1 ayat (26) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang disebut dengan kampanye adalah kegiatan

peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan

program peserta pemilu. Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditunjukan

untuk mempengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku seseuai

dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi (Cangara,

2011:2233).

Ada 4 hal yang menjadi prinsip dasar dalam aktivitas kampanye :

a. Tindakan kampanye yang ditunjukan untuk menciptakan efek atau dampak

tertentu

b. Jumlah khalayak sasaran yang besar

c. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu

d. Melalui serangkaian tindakan komunikasu yang terorganisasi

Jenis-jenis Kampanye berdasarkan isinya :

a. Kampanye positif

Page 8: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

17

Kampanye postif lebih kepada memberikan informasi dan mengenalkan

calon pemimpin yang bersaing melalui program kerja, visi dan misi serta

ide gagasan diberbagai media massa elektronik dan cetak. Seperti di baliho,

spanduk, iklan televisi, acara debat dan lain-lain. Isi kampanye tidak

memasuki ranah lawan dan mngedepankan persaingan secara sehat.

Kampanye positif juga merupakan kampanye yang seharusnya dijujung

tinggi disetiap Pemilihan Umum.

b. Kampanye negatif

Kampanye negatif cenderung menyerang calon pemimpin secara pribadi,

tapi bisa juga menimbulkan kelemahan dari program kerja, kinerja dan

visi-misi dari lawan.isi kampnye ini tidak jauh dari menjelek-jelekan

lawan meskipun berdasarkan fakta, namun biasanya dilebih-lebihkan agar

lawan semakin terpojok, Tim sukses biasanya segaja mencari-cari

kekurangan dan kesalahan dari lawan.

Kampanye negatif berbeda dengan kampanye hitam, kampanye negatif

didasari data dan fakta, sedangkan kampanye hitam kebanyakannya tidak

mempunyai data dan fakta. Dalam hukum pemilu, kampanye negatif

diizinkan, sedangkan kampanye negatif dilarang dan dapat dikenakan

sanksi pidana sebagaimana tertuang dalam pasal 280 ayat (1) huruf c dan

Pasal 52130

Beberapa contoh kalimat kampanye negatif :

1. Prabowo minim prestasi karena tidak pernah jadi apa-apa.

2. Prabowo emosional dan sadis.

3. Prabowo sombong karena sindir wajah boyolali.

4. Jokowi memperkeruh susanaya kampanye sebut politisi Genderuwo.

5. Jokowi menimbun hutang negara, demi bangun MRT.

6. Jokowi lebih memperhatikan pekerja Asing.

c. Kampanye abu-abu

30Admin Website Hukum Universitas Indonesia. Perihal kampanye negatif dan kampanye hitam, apabedanya? Diakses padahttp://law.ui.ac.id/v3/perihal-kampanye-negatif-dan-kampanye-hitam-apa-bedanya/ pada tanggal 5Jnuari 2019 oukul 12.45

Page 9: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

18

Kampanye abu-abu adalah kampanye yang menjelekan pihak lawan

namun data dan faktanya masih tidak jelas benar atau salahnya, dan

pembuktian yang valid masih belum ada. Kampanye ini sangat mirip

dengan kampanye hitam namun isi dari pesan kampanye sangat kuat pada

isu-isu yang bersifat pribadi dari lawan dan memang mempunyai potensi

besar atas tuduhan tersebut. Serangan kampanye ini dilakukan untuk

memprovokasi masyarakat agar hal-hal negatif dari lawan terus

dibicarakan.

Contoh kalimat kampanye abu-abu :

1. Prabowo diduga pelaku pelanggaran HAM ditahun 1998.

2. Jokowi diduga terlibat Korupsi Transjakarta.

d. Kampanye hitam

Isi kampanye hitam biasanya fitnah, bohong dan tuduhan yang tidak

berdasarkan data dan fakta. Kampanye ini identik dengan menjatuhkan

karakter lawan dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas asal-usulnya.

Dengan kampanye ini sangat mudah untuk menggiring opini masyarakat

untuk membenci salah satu pasangan calon, karena pernyataan yang

disampaikan memang begitu membunuh karakter dari lawan.31

Contoh kalimat kampanye negatif :

1. Jokowi PKI.

2. Jokowi Antek Asing.

3. Prabowo beragama Kristen.

2.3 Media Sosial Instagram dan Perannya sebagai Media Kampanye Politik

2.3.1 Pengguna Instagram di Indonesia

Instagram merupakan salah satu media sosial yang pertama kali rilis di Appale

App Store pada 6 Oktober 2010. Instagram merupakan Aplikasi yang memungkinkan

pengguna untuk mengambil foto, mengedit, menerapkan filter digital dan

membagikan foto keberbagai situs media social terutama pada akun Instagram itu

31Pdf digilib.unila.ac.id diakses pada http://digilib.unila.ac.id/10792/15/BAB%20II.pdf pada tanggal 5Januari 2019 pukul 13.35

Page 10: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

19

sendiri.32 Instagram ditemukan oleh Kevin Syistrom dan Mike Kriger yang

merupakan lulusan dari Amerika University. Penamaan Instagram yaitu dari kata

Instant dan Gram yang berasal dari kata telegram. Maksudnya aplikasi ini diharapkan

seperti telegram yang memberikan informasi cepat dan tersaji instant.

Mengutip TechCruch, Instagram menjadi salah satu Aplikasi dengan

pengguna terbanyak. Bahkan, pada 1 Juni 2018 pengguna aktifnya mencapai 1

milliar.33 Untuk saat ini fitur pada Instgram semakin bertambah dan terus berkembang,

yang awalnya hanya untuk berbagi foto, sekarang Instagram sudah dilengkapi dengan

berbagi foto dan video singkat untuk memberikan informasi secara rinci yang

berkaitan dengan kegitan sehari-hari, fitur tersebut adalah Snapgram bahkan untuk

saat ini Instagram juga menyediakan fitur live streaming dan Instgram Televisi (IG

TV) yang mana memungkinkan pengguna untuk merekam video yang bisa dilihat

oleh banyak orang secara langsung.

Pengguna aktif Instgram terbesar berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar

110 juta pengguna, disusul Brasil dengan 57 pengguna dan Indonesia berada diurutan

ketiga dengan 55 juta pengguna.34 Di Indonesia, Instrgram merupakan media sosial

yaang paling sering digunakan keempat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp.

Menurut data Taylor Nelson Sofres Indonesia, pengguna Instgram di Indonesia yang

menggunakan media sosial tersebut untuk mencari inspirasi dan membagikan

pengalaman travelling dan trend terbaru. Pengguna mayoritas anak muda, terdidik,

dan mapan. Rata-rata berusia 18-24 tahun sebanyak 59 persen, usia 45-34 tahun 30

persen, usia 45-34 tahun 30 persen dan yang berusia 34-44 tahun 11 persen.

32Lely Maulida, Menilik Sejarah Instagram yang sempat dinilai “Berantakan”, 9 November 2017.diakses padahttps://techno.okezone.com/read/2017/11/09/56/1811501/okezone-innovation-menilik-sejarah-instagram-yang-sempat-dinilai-berantakan, 2 Maret 2019 Pukul 14.3633Aswab Nanda P, Hari Ini Dalam Sejarah : Aplikasi Instgram di Rilis. 6 Oktober 2010. diakses padahttps://tekno.kompas.com/read/2018/10/06/10512437/hari-ini-dalam-sejarah-aplikasi-instagram-dirilis, 2 Maret 2019 Pukul 15.0034Admin databoks, Berapa Pengguna Instagram dari Indonesia. 9 Februari 2018. diakses padahttps://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-indonesia,2 Maret 2019 Pukul 14.50

Page 11: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

20

Pembagian jenis kelamin pengguna instgram di Indonesia, dengan presentase 49

persen wanita dan 51 persen adalah pria.35

2.3.2 Terpaan Kampanye Negatif di Instagram

Media sosial Instgram menjadi salah satu platform media yang dijadikan partai

politik sebagai media komunikasi politik kepada masyarakat. Komunikasi politik

inilah media yang sangat penting bagi partai politik untuk menarik massa. Dalam

perkembangannya saat ini berbagai bentuk komunikasi politik yang dilakukan partai

politik di media sosial salah satunya adalah kampanye. Kampanye merupakan bentuk

komunikasi politik yang paling sering dilakukan karena berkampanye di media sosial

cukup efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal dibandingkan dengan kampanye

dengan bentuk pembuatan baliho, banner dan pamplet, selain itu melalui media sosial

keterjangkauannya untuk ke masyarakat lebih mudah dan cepat.

Namun tidak semua kampnye bersifat positif yang disuarakan oleh partai

politik beserta pendukungnya, selalu saja ada kampanye yang menyalahi aturan

seperti kampnye hitam dan kampanye negatif. Menurut observasi peneliti, khusus

pada masa Pemilihan Presiden 2019 ini, fenomena penyebaran kampanye negatif di

media sosial instgram semakin meningkat. Kampanye negatif berasal dari akun resmi

kampanye nasional, daerah maupun relawan. Kampanye negatif ini mempunyai

tujuan untuk menggiring opini masyarakat dan membentuk persepsi di masyarakat

sesuai dengan apa yang dikampanyekan.

Terpaan kampanye negatif ini akan memberi dampak dan pengaruh kepada

massa yang ditujukan. Media memiliki efek dari terpaan yang diberikan, menurut

Effendy (2003:325) mengatakan bahwa proses komunikasi massa dalam terpaan

media akan menimbuulkan efek tertentu, ada tiga efek utama yang ditimbulkan oleh

proses komunikasi massa dalam terpaan media, efek-efek tersebut antara lain efek

35Yenny Yusra, Generasi Terpelajar Dominasi Pengguna Instagram di Indonesia. 15 Januari 2016.diakses padahttps://dailysocial.id/post/riset-tns-generasi-terpelajar-dominasi-pengguna-instagram-di-indonesia, 2Maret 2019 Pukul 14.40

Page 12: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

21

kognitif, afektif dan efek behavioral. Selain itu menurut Rosnegren dalam Rakhmat

(2009:66), terpaan media juga dapat diukur melalui dimensi sebagai berikut :

1. Dimensi frekuensi, yaitu meliputi rutinitas atau berapa kali seseorang

menggunakan media dan mengkonsumsi isi pesan dari media.

2. Dimensi durasi, yaitu meliputi berapa lama seseorang menggunakan

media dan mengkonsumsi isi pesan dari media.

3. Dimensi Atensi, yaitu tingkat perhatian yang diberikan seseorang dalam

menggunakan media dan mengkonsumsi isi pesan dari media.

Berikut contoh dari beberapa postingan video dan foto kampanye negatif oleh

kedua pasang calon di Media sosial Intagram

Gambar 2.1, Postingan Kampanyenegatif dari akun @jokowi.maruf

Gambar 2.2, Postingan berupa videoberisikan konten yang negatif oleh akunpendukun Paslon 02 @barpanasional

Page 13: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

22

Gambar 2.3, Postingan Video berkontennegatif dari akun kampanye

@jokowi.maruf

Gambar 2.4, Postingan foto dengankalimat yang menunjukan perilaku

jokowi dimasa lalu terhadap prabowooleh akun @prabowo_presiden8

Gambar 2.5, Postingan Video dengankalimat kritikannegatif untuk prabowooleh [email protected]

Gambar 2.6, Postingan video dari akun@_raja_ra yang merupakan pendukungdari prabowo-sandi yang berisikan kritaknkepada jokowi dari pengamat politikRocky Gerung

Page 14: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

23

Gambar 2.7, Postingan videodengan kalimat komentar negatifkepada prabowo oleh [email protected]

Gambar 2.8, Merupakan suatu capture foto

dari media online yang mempermasalahkan

kebijakan jokowi. Foto diposting oleh akun

@prabowo_presiden8

Gambar 2.9, Postingan foto yangberisikan kalimat mengkritik prestasiprabowo oleh akun@jkwmwmbangun

Gambar 2.10, Postingan foto oleh akunkampanye nasional prabowo-sandi@indonesiaadilmakmur dengan kalimatmengkritik pernytaann jokowi berkaitandengan kata “Sontoloyo”.

Page 15: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

24

Postingan Foto dan Video tersebut dikategorikan sebagai kampanye negatif

karena berisikan penjelasan dan informasi mengenai pasang calon yang sifatnya

adalah kelemahan, kesalahan dan kekurangan dari lawan. Postingan ini secara terus

menerus diposting di beberapa akun resmi kampanye nasional, daerah maupun

relawan kedua calon Presiden. Tercatat follower atau pengikut dari akun-akun

tersebut rata-rata 10 ribu Followers seperti pada akun @prabowo_sandi8 ada 21ribu

followers, @jokowi.ma’ruf 18,8 ribu folowers dan @indonesiaadilmakmur sebesar

340 ribu followers. Dari jumlah followers ini bisa dilihat cukup banyak masyarakat

yang mengikuti dan melihat berbagai postingan yang dihadirkan. Terlebih lagi media

sosial instgram media massa tidak terbatas ruang dan waktu yang memungkinkan

siapa saja untuk melihatnya. Terpaan kampnye negatif inilah yang dinilai dapat

memicu respon masyarakat terhadap adanya persaingan Pemilihan Presiden 2019.

Gambar 2.11, Postingan foto dariakun @jokowi.maruf dengan kalimatmemppermasalahkan pernyataanprabowo

Gambar 2.12, Postingan akun resmikampanye nasional prabowo-sandi yangmempermasalahkan kesalahan jokowi dalammenyebutkan data ketika debat pilpres

Page 16: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

25

2.4 Tinajaun Partisipasi Politik

2.4.1 Partisipasi Politik

Secara umum partisipasi politik adalah keikutsertaan atau keterlibatan setiap

warga masyarakat untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam

proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat baik

langsung ataupun secara tidak langsung.36 Surbakti menjelaskan bahwa partisipasi

politik ialah segala keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala

keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya (Surbakti, 1999 : 140)

Dalam konsep lain Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau

sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidpan politik, dengan jalan

memilih pimpinan negara, dam secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

kebijakan pemerintah (Miriam Budiardjo).37 Bentuk partisipasi politik seseorang

tampak dalam aktivitas-aktivitas politiknya. Bentuk partisipasi poltik yang paling

umum dikenal adalah pemungutan suara (voting) entah untuk memilih calon wakil

rakyat atau untuk memilih Kepala Negara.38

Adapun bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Hunting dan Nelson.

Adalah :

1. Kegiatan Pemilihan, memcakup memberikan suara, sumbangan-sumbangan

untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi

seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil

proses pemilihan.

2. Lobbyinng, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok pemimpin

politik, dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka

meneganai persoaalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

36Ratnamulyani,A,I, dan Maksudi, I, B, Peran Media Sosial dan Peningkatan Partisipasi Pemilih pemuladikalangan pelajar di Kabupaten Bogor,Jurnal Ilmu Sosial dan Humoniora, volume 20 Nomor 2 tahun2018, hlm 15637Faturohman, D, Sobari, Ilmu Politik,Malang : UMM Press, 2004, hlm, 18538Ibid., hal. 189-190

Page 17: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

26

3. Kegiatan Organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat

dalam suatu prganisasi, yang tujuannya utama dan eksplisit adalah

mempnegarui pengambilan keputusan pemerintah.

4. Mencari keoneksi (contacting), merupakan tindakan perorangan yang

ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah, dengan biasanya dengan

maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.

5. Tindakan Kekerasan (Violence), sebagai upaya untuk mempngaruhi

pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbbulkan kerugian

fisik terhadap orang-orang atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan

untuk mengubah pimpinan politik (Kudeta, pembunuh), mempengaruhi

kebijakan-kebijakan pemerintah (huruhara, pemberontakan), atau

mengubah seluruh sisetem polit

Ditingkat individu, secara lebih spesifik Milbrath M.L. Goel mengidentifikasikan

tujuh bentuk partisipasi politik individual :

1. Aphatetic Inactives, tidak beraktivitas yang partisipatif, tidak pernah

memilih

2. Passive Supporters, memilih secara reguler/teratur, menghindari parade

patriotik, membayar seluruh pajak, “memncintai negara”

3. Contact spesialist, pejabat penghubung lokal (daerah), provinsi dan

nasional dalam masalah-masalah tertentu

4. Communicators : mengkuti informasi-informasi politik, terlibat dalam

diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat kabar, mengirim

pesan-pesan dukungan dan proted terhadap pemimpin-pemimpin politik

5. Party and campaign workers, bekerja untuk partai politik atau menghadiri

pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik atau kandidat,

bergabung dan mendukung partai politik, dipilih menjadi kandidat partai

politik

6. Community activist, bekerja dengan orang-orang lain berkaitan menangani

problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam oragnisasi-organisasi

Page 18: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

27

kemasyrakatan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenaan

dengan isu-isu sosial

7. Protesters, bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik dijalanan,

melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes keras bila pemerintah

melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuan-pertemuan protes,

menolak mematuhi aturan.39

2.4.2 Tingkatan Partisipasi Politik

Dalam penelitian ini akan mengukur pada tingkat mana pemilih pemula berada

dalam tingkatan partisipasi politik. Posisi tingkatan ini yang menjadi tolak ukur

seberapa besar pengaruh kampanye negatif di instgram terhadap Partisipasi Politik

Pemilih pemula. 40Teori tingkatan partisipasi ini dikemukakan beberapa tokoh seperti

dalam Teori Piramida Partisipan Politik dari David F Roth dan Frank L. Wilson

seperti pada gambar 2.13 di bawah ini.

39Faturohman, D, Sobari, Ilmu Politik, Malang : UMM Press, 2004, hlm, 191

40Budiardjo, M, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013, hlm 373

Gambar 2.13, Piramida Politik

Activist(Activists)

Partisipan(Participants)

Penonton(Onlookers)

Apolitis(Apoliticals)

Page 19: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

28

Keterangan Gambar 2.13 adalah sebagai berikut :

1. Aktivis (Activists)

Dedeviant (termasuk didalamnya pembunuh dengan maksud politik, pembajak

dan teroris), pejabat publik atau calon pejabat publik, fungsionaris partai politik

pimpinan kelompok kepentingan.

2. Partisipan (Participant)

Orang yang bekerja untuk kampanye, ahnggota partai secara aktif, partisipan aktif

dalam kelompok kepentingan dan tindakan-tindakan yang bersifat politis, orang

yang terlibat dalam komunitas proyek.

3. Penonton (onlookers)

Orang yang menhadiri reli-reli politik : anggota dalam kelompok kepentingan,

pe-lobby, pemilih, prang yang terlibat dalam diskusi politik. Pemerhati dalam

pembangunan politik.

4. Apolitis (Apoliticals)

Orang yang pemilih yang apatis atas pemilihan-pemilihan yang diselenggarakan

oleh pemerintah, sehingga ia menarik dari partisipasi politiknya.

Berdasarkan piramida partisipasi politik bisa ditemukan kriteria tingkatan

partisipasi politik seperti Hunting dan Nelson, semakin tinggi tingkat pertisipasi

politik semakin tinggi tingkat intensitasnya, dan semakin kecil luas cakupannya .

sebaliknya semakin menuju kebawah, maka semakin besar lingkup partisipasi politik,

dan semkin kecil intensitasnya.

Praktik-praktik partisipasi politik di tingkatan kategori pengamat merupakan

contoh kegiatan politik yang banyak dilakukan oleh warga negara, artinya porsi atau

lingkup jumlah di dalamnya tinggi. Namun berbeda pada tingkatan partisipan politik

praktik tersbut tingkat signifikansinya rendah, atau efektivitasnya dalam

mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah, membutuhkan waktu dan sumber

daya yang cukup banyak.

Berbeda dengan praktik di tingkatan aktivis, pada tingkat ini kelompok yang

mempunyai akses cukup kuat untuk melakukan contacting dengan pejabat-pejabat

Page 20: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

29

pemerintah, sehingga upaya-upaya untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan

pemerintah menjadi sangat efektif. Namun pada tingkat aktivis juga ada tindakan

yang bisa dikategorikan menyimpang karena upaya yang dilakukan dengan cara

non-formal, tidak mengikuti aturan yang ditetapkan secara hukum. Meskipun secara

objektif tindakan tersbut ilegal namun memiliki intensitas atau daya pengaruh yang

cukup kuat agar bisa diperhatikan pemerintah.

Seperti halnya yang dikemukakan Hunting dan Nelson, Rush dan Althoff

menyatakan bahwa hierarki yang terdapat partisipasi politik, yaitu tergantung dari

akibat yang disebabkannya terhadap sistem politik. Tingkatan ksusus menyebabkan

akibat besar pada suatu sistem politik, dan akibat kecil atau tanpa mempunyai akibat

apapun pada sistem lainnya. Tingkatan partisi[asi politik ini disampaikan sebagai

berikut :

1. Menduduki jabatan politik atau administratif,

2. Mencari jabatan politik atau administratif,

3. Keanggotaan aktif suatu organiasi politik,

4. Keanggotaan pasif suatu organiasi politik,

5. Keanggotaan aktif suatu organiasi semu politikm(quasi-political),

6. Keanggotaan pasif suatu organiasi semu politikm(quasi-political),

7. Partisipasi dalam rapat umum, domonstarisi dan sebagainya.

8. Partisipasi dalam diskusi politik formal minat umum dalam bidang politik,

9. Voting (pemberian suara).41

2.5 Tinjauan Pemilih pemula

2.5.1 Pengertian Pemilih Pemula

Pemilih di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori :

1. Pemilih rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai

berdasarkan penilaian dan analisi mendalam.

41Faturohman, D, Sobari, Ilmu Politik, Malang : UMM Press, 2004, hlm,195

Page 21: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

30

2. Pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak

kenal kompromi.

3. Pemilih pemula yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena

usia mereka baru memasuki usia pemilih.42

Menurut Pasal 1 ayat (22) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008, Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Pemilihan Daerah,

menyebutkan bahwa : pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/ pernah kawin43, kemudian

Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 2008, Tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, menyebutkan bahwa pemilih yang

mempunyai hak pilih adalah warga negara Indonesia yang didaftar oleh

penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah

genap berusia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

Dalam modul KPU (Modul 1 Pemilih untuk Pemula, 2010:48) pemilih

pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan

pemilihnya. Pemilih Pemula terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi syarat

untuk memilih, biasanya pelajar berusia 17-21 tahun44, namun ada juga kalangan

muda lainnya yang baru saja menggunakan hak pilihnya seperti mahasiswa

semester awal dan kelompok pemuda lainnya yang pada pemilu periode

sebelumnya belum genap berusia 17 tahun. Adapun syarat-syarat yang harus

dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah : 1. Umur sudah 17

tahun, 2. sudah/pernah kawin, 3. Purnawirawan/ sudah tidak lagi menjadi anggota

TNI/Kepolisian.

42Firmanzah,Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realistis, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,2007, hlm 12743Hapsari, Diah Ayu. 2014. Skripsi. Pengaruh Terpaan Iklan Politik Terhadap Keputusan Memilih ParaPemilih Pemula (Studi Pada Mahasiswi Ilmu Komunikasi UMM Angkatan 2015). Fakultas Ilmu SosialDan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Malang.

44Ratnamulyani, Atikah I dan Maksudi, Iriawan, B. 2018 Peran Media Sosial dan PeningkatanPartisipasi Pemilih pemula dikalangan pelajar di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu Sosial dan Humoniora,volume 20 Nomor 2 tahun 2018, hlm,157

Page 22: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

31

Jumlahnya yang mencapai 14 juta sehingga pemilih pemula cukup besar

pengarunhya dalam perhitungan pemilu/pilkada/pilpres. Data dari Kementrian

Dalam Negeri Pemilih Pemula Pemilu 2019 adalah Daftar Penduduk Pemilh

Potensial Pemilu (DP4) 5.035.887 jiwa, jumlah ini didapat dari hasi pengurangan

total Penduduk Pemilh Potensial Pemilu (DP4) dan data penduduk wajib KTP

Elektronik, DP4 berjumlah 196.545.636 pemilih dalam pemilu 2019, sedangkan

jumlah data wajib KTP sejumlah 191.509.749 dari jumlah tersebut 7,4 persen

diantaranya atau sekitar 14 juta pemilih merupakan generasi muda.45 Hal ini tentu

menjadi perahtian partai politik untuk semakin mendekati pemilih pemula.

2.5.2 Tipologi Pemilih

Berdasarkan definisi kata, tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Ada beberapa jenis pemilih di

Indonesia yang dapat kita kelompokkan berdasarkan jenis tertentu, diantaranya :

1. Pemilih Rasional

Pemilih Rasional memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan

berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih

mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program

kerjanya. Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan

ikatan ideologi kepada suatu partai politik atau kontestan.

2. Pemilih Kritis

Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada

kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan

permasalahan bangsa dan juga tetap menjunjung tinggi orientasi mereka akan

hal-hal yang ideologis. Pemilih ini akan selalu menganalisis kaitan antara sitem

partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat.

45Ahmad Sabran. 14 juta Pemilih Pemula diharapkan Tidak Golput. Diakses padahttp://wartakota.tribunnews.com/2018/04/06/14-juta-pemilih-pemula-di-2019-diharap-tidak-golput20 Februari 2018 Pulul 09.30

Page 23: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

32

3. Pemilih Tradisional

Pemilih jenis ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan terlalu

melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestasn sebagai sesuatu yang

penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional sangat

mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, faham dan agama

sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai. Kebijakan dan program kerja

dianggap sebagai parameter kedua. Pemilih tradisional adalah jenis pemilih

yang bisa dimobilisasi selama periode kampnyane (Rohrscheneider, 2002).

loyalitas tinggi merupakan sala satu ciri khas yang paling kelihatan bagi pemilih

jenis ini. Untuk indoensia, pemilih jenis ini masih merupakan mayoritas. Secara

umum masyarakat masih berpegeng pada ideologi kendati berkurangnya

antusiasme pendukung yang bersifat fanatik terhadap suatu partai.

4. Pemilih skeptis

Pemilih keempat adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi ideologi cukup

tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak

menjadikan kebijakan sebagai suatu yang penting. Keinginan terlibat dalam

sebuah partai politik pada jenis ini sangat kurang. , karena ikatan ideologi

mereka memang rendah. Pemilih ini juga kurang mempedulikan ‘platform dan

kebijakan sebuah partai politik. Golongan putih (Golput) di Indonesia atau

diamanapun didominasi oleh pemilih jenis ini.46

2.5.3 Partisipasi Politik Pemilih Pemula

Pada pemilih pemula partisipasi politik dapat besrsifat otonom maupun

dimobilisasi. Partisipasi otonom merujuk pada aktivitas masyarakat dalam

berpolitik yang berdasarkan inisiatif sendiri, spontan dan dilakukan secara sukarela.

Sedangkan partisipasi yang dimobilisasi dapat digerakkan dengan imbalan materi

atau dibawah ancaman tertentu. Peningkatan partisipasi politik pemilih pemula

46Firmanzah,Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realistis, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,2007, hlm 127-138

Page 24: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

33

menjadi perhatian utama dibeberapa negara maju.47 Pemilih pemula yang

cenderung rendah tingkat partisipasinya sehingga dijaring keaktifan mereka

melibatkan artis-artis idola kaum muda. Partai politik memilih juru kampanye dari

kalangan muda yang mempunyai kekuatan untuk menjadi opinion leader.

Penggunaan media sosial juga sebagai bentuk pendekatan partai politik

untuk meningkatakan partisipasi politik pemilih pemula. Pemilih pemula dengan

kisaran umur dari 17 tahun merupakan pengguna media sosial yang besar

jumlahnya. 48Dalam riset Head Of Digital Business unit Dwi Sapta Group Chandra

Marsono tahun 2015, pada usia 16-18 tahun lebih banyak menggunakan media

sosial Wechat, Betalk, Line, Facebook, twitter. Pada usia 19-21 tahun lebih banyak

menggunakan Line, Whatsapp, Twiiter, Facebook, Instgram. Sedangkan pada usia

22-25 tahun lebih banyak menggunakan, Twitter, Instgram, Line, Snapchat. selain

itu dalam riset Talylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia rentang umur 18-34 tahun

merupakan penggunan terbesar media sosial di Indoensia sehingga kampanye

politik melalui media sosial adalah pendekatan yang sesuai dengan kebiasaan dan

gaya hidup mereka. 49 Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukan, jumlah

pemilih pemula pada Pemilu 2014 yang berusia 17-20 tahun sekitar 14 juta orang.

Sedangkan yang berusia 20-30 tahun sekitar 45,6 juta pemilih. Ada 196,5 juta

pemilih dalam pemilu 2019, dari jumlah tersebut 7,4 persen diantaranya atau

sekitar 14 juta pemilih merupakan generasi muda yang memiliki hak pilih untuk

pertama kalinya. Perhitungan ini menjadikan pemilih pemula memiliki peran suara

yang cukup besar pada Pemilu, Pemilu Kepala Daerah maupun pemilihan Presiden

dan Wakil Presiden.

47Sasmita Siska, Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula DalamPemilu/Pemilukada. Jurnal Ilmah Administrasi Publik dan Pembangunan. Volume 2 Nomor 1Januari-Juni 2011, hlm, 220

48Bambang Winarso. Pola Segmentasi Pengguna Media Sosial di Indonesia. Diakses padahttps://dailysocial.id/post/peta-segmentasi-penggunaan-media-sosial-di-indonesia?amp=1 10 MaretPukul 19.2349KPU. Buku Pedoman Pendidikan Pemilih diakses padahttps://kpu.go.id/koleksigambar/Buku_Pedoman_Pendidikan_Pemilih.pdf 28 Februari 2018 Pukul11.35

Page 25: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

34

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilih pemula untuk berpartisipasi

tidak berpartisipasi terhadap politik. Secara keseluruhan pemilih pemula masih

menaruh kepercayaan terhadap pemerintah untuk merubah bangsa ke arah yang

lebih baik, selain itu partisipasi mereka juga didasari oleh ajakan orang sekitar dan

lingkungan. Sedangkan alasan yang mendasari Pemilih pemula tidak ikut

berpartisipasi dan bahkan golput karena adanya rasa ketidakpercayaan terhadap

partai politik dan kandidat yang ada, kesalahan pada data adminstrasi data pemilih

dan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).50

Adapun menurut Milbrath dalam Maran (2007:156) menyebutkan 2 faktor utama

yang mendorong orang berpartisipasi politik, bahwa adanya faktor pendukung dan

faktor penghambat, yang dimana dalam faktor pendukung ada lima unusur

diantaranya, adanya perangsang politik, karakteristik pribadi seseorang,

karakteristik sosial, situasi dan lingkungan politik dan pendidikan politik.51

2.6 Kerangka Teori

2.6.1 Efek-Efek Komunikasi Massa

A. Jenis-Jenis Efek

Secara sederhana Keith R. Stamm dan Johm E. Bowes (1990) membagi

kedua bagian dasar, yaitu efek Primer meliputi terpaan, perhatian dan

pemahaman. Selanjutnya adalah efek sekunder meliputi perubahan tingkat

kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima

dan memilih)52. Dari uraian beberapa definisi tentang efek komunikasi massa ini,

maka pendapat Keith R. Stamm dan Johm E. Bowes (1990) sangat mendukung

bagaimana proses terjadinya dampak terpaan kampanye negatif di Instagram

terhadap sikap politik Generasi Milenial. Berikut penjelasan dari efek primer dan

sekunder.

50Sasmita Siska, Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula DalamPemilu/Pemilukada. Jurnal Ilmah Administrasi Publik dan Pembangunan. Volume 2 Nomor 1Januari-Juni 2011, hlm, 220

51Muslim Agus, Faktor-Faktor Partisipasi Politik Pemilih Pemula di Kecamatan Pada PemilihanGubernur dan Wakil Gubernur (PiILGUB JABAR 2013).52Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,ed 1-5 Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 206-213

Page 26: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

35

1. Efek Primer

Efek primer ini sangat melekat pada diri dan lingkungan kita. Secara

sederhana, komunikasi yang terjalin setiap hari dalam aktivitas kita dan proses

interaksi kepada orang lain itu sudah meruapakan efek dari terjadinya proses

komunikasi. Secara tidak langsung setiap saat kita menerima efek komunikasi

dari dalam diri maupun orang lain. Seperti halnya, ketika seseorang sedang

bertanya sesuatu terhadap kita, “ kamu mau pergi ke kantor?” lalu kita

menjawab “ iya saya pergi”. Itu adalah proses komunikasi yang mana efek

primer sedang berlangsung.bisa dikatakan bahwa efek primer terjadi jika ada

orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap objek yang

dilihatnya. Sebagai contoh, kita melihat ada dua orang saling berbicara dan

saat itu kita merasa ada proses komunikasi diantara dua orang tersebut, maka

efek primer juga telah kita rasakan dari prose komunikasi tersebut.

Begitu juga dengan komunikasi massa, maka ini akan lebih mudah lagi

dimana setiap kita melihat media masaa maka efek primer dari terpaan

komunikasi yang kita dapat adalah mengetahui dan menyadari adanya

informasi yang telah masuk ke dalam pikiran kita. Apakah kita pernah

bergumam ketika melihat salah satu adegan di film? Maka itu adalah salah

satu dari bentuk keadaan dimana kita telah merasakan efek komunikasi massa

tersebut. Contoh lain, disaat pidato dan kita sebagai anggota peserta acara

tersebut diberikan pertanyaan sederhana seperti “ Apkah bapak-ibu sekalian

sudah membayar pajak?” secara cepat dan bersamaan biasanya kita akan

menjawab “iya” atau “belum”. Respon akan terjadi pada massa dan merasa

terlibat dalam proses komuikasi tersebut. Komunikator atau penyampai pesan

pada komunikasi massa mempunyai tugas penting untuk menyampaikan pesan

kepada audienc agar bisa dipahami dengan baik, karena audienc tidak bisa

dikontrol pesan yang disampaikan pun bisa saja dipahami berbeda-beda dari

setiap audince.

Page 27: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

36

Pada tahap efek primer ini memang komunikasi hanya memberikan

dampak pada permukaan saja tidak sampai pada mempengaruhi untuk melihat

terjadinya perubahan sikap oleh audeinc.

Kampanye negatif yang menjadi konsumsi publik sudah pasti memberikan

dampak negatif bagi yang melihatnya. Paling sederhana, ketika melihat suatu

konten kampanye negatif di instagaram maka kita akan bergumam sendiri dan

menpaikan respon pertama kita, “ ini kok begini?” atau “ waduh, parah sekali

ya pak jokowi.” bisa juga “ ini berlebihan, tidak mungkin.” dan masih banyak

lagi respon yang langsung terucap secara spontan dari diri kita. Ini

mendandakan bahwa efek primer memang pasti terjadi terhadap audienc,

meskipun belum pada tahap mempengaruhi. Bisa saja setelah meberikan

respon audienc lalu melupakannya dan tidak memikirkan lagi,informasi

tersebut hanya dianggap biasa dan tidak berdampak apa-apa.

2. Efek Sekunder

Setiap proses komunikasi komunikan atau penerima pesan sudah pasti

terjadi efek primer namun belum tentu terjadi efek sekunder pada dirinya.

Meskipun setiap proses komunikasi massa memang bertujuan untuk

memberikan efek ke audience hingga tahap efek sekunder. Mengapa efek

sekunder bisa terjadi bisa tidak pada audience, karena audience juga

mempunyai kebutuhan dan keinginan sendiri terhadap informasi mana yang

mereka butuhkan. Apabila infromasi tersebut memang sesuasi dengan

kebutuhan audience maka secara alamiah informasi tersebut akan memberikan

pengaruh dan dampak kepada audience. Sebagai contoh efek media masa

dalam teori uses and gratification (kepuasan dan kegunaan), pendapat

Swanson (1979) ide dasar yang melatarbelakangi efek ini adalah bahwa

audience aktif dalam memanfaatkan media massa. Individu tidak secara

spontan dan otomatis merespons pesan-pesan media massa seperti yang

dikemukakan dalama efek peluru atau jarum hipodermik (Audince dianggap

pasif). Bisa diartikan bahwa individu mendapatakan kepuasaan akan

pemenuhan kebutuhan mereka terhadap medi massa.

Page 28: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

37

Efek sekunder pasti selalu diharapkan terjadi kepada massa yang

melihat konten kampanye negatif di instagram, mengapa karena tujuan utama

dari postingan kampanye negatif di akun instgram tim kampanye pasang calon

adalah untuk mempengaruhi massa dan menginginkan massa untuk

menyetujui dan mengikuti apa yang telah diinformasikan. Efek uses and

gratification memang bisa terjadi pada massa yang melihat, dimana mereka

tidak akan melanjutkan mencari tahu dari informasi tersebut lalu

meninggalkan postingan kampanye negatif dan menanggap tidak penting

karena tidak dibutuhkan. Namun, pada pihak komunikator efek yang

diharapkan adalah peluru atau jarum hipodermik dimana informasi akan

diberikan kepada massaa lalu diterima begitu saja “seperti peluru yang

ditembakan pada seseorang dan tidak bisa melalukan apa-apa selain

merasakannya”, yang saat ini terjadi yaitu penggiringan opini, dimana opini

masyarakat dengan mudahnya digiring oleh pernyataan yang negatif dan tidak

sehat, sehingga persepsi yang tumbuh pada masyarakat terhadap pasanga

calon Presiden, misalnya akan tergantung pada opini yang berkembang. Tetapi

kekutan pengaruh juga akan kembali kepada audience masing-masing, karena

ada beberapa faktor yang mempengaruhi efek pada setiap

individu.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efek

Komunikasi massa mempunyai efek dan efek pada setiap individu juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang datang dari internal maupun eksternal.

Degan beberapa faktor ini lah akhirnya mewujudkan suatu efek, wudjudnya

bisa berupa efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan),

behavioral (perubahan pada perilaku). Dalam perkembangan teori

kontemporer saat ini, sebenarnya proses pengaruh (munculnya efek kognitif,

afektif dan behavioral) tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain, ada

beberapa faktor yang ikut memengaruhi proses penerimaan pesan.

Ada dua faktor utama yang bisa didiskusikan yakni:

Page 29: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

38

1. Faktor Individu

Faktor individu yang ikut berpengaruh pada proses penerimaan pesan

lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikologi. Seorang psikolog akan

melihat bahwa faktor pribadi seseorang ikut menentukan proses efek yang

terjadi. Ada banyak faktor pribadi yang ikut mempengaruhi proses komunikasi,

anatra lain selective attention, selective perception dan selective retention,

motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan,

pembujukan, kepribadian, dan penyesuaian diri.

Selective attention adalah individu yang cenderung memperhatikan dan

menerima terpaan media massa yang sesuai dengan pendapat dan minatnya

dan mengindari pesan yang tidak sesuai dengan pendapat dan minatnya.

Selective perception adalah seorang individu secara sadar akan mencari media

yang bisa mendorong kecendrungan dirinya, bisa berupa sikap atau keyakinan.

Selectiv retention adalah kecendrungan seseorang hanya untuk mengingat

pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. Motivasi dan

pengetahuan juga menjadi faktor individu dalam mencari kebutuhan di media

massa, apabila motivasi seseorang menonton TV untuk mencari hiburan maka

individu tersebut akan mencari acara TV yang santai seperti program kontes

dangdut. Apabila motivasi menonton TV untuk mencari berita maka akan

informasi tersebut ses maka akan menacari program berita dan tentunya apa

yang dilihat menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki, sulit

apabila menonnton program TV tentang Otomotif apabila kita sama sekali

tidak mengetahui dunai otomotif.

Kepercayaan akan nilai yang ada pada media massa juga menjadi

faktor, serta pemenuhan kebutuhan akan menjadi faktor utama mengapa

seseoran menginginkan terhadap informasi tersebut. Media masaa disini

sangat berpengaruh dan bekerja untuk menstimulus para audience untuk setuju

dengan informasi yang diberikan bahkan memeberikan respon berupa tindakan.

Sebagai contoh, seseorang yang menonton iklan shampo untuk menghilangkan

ketombe berdasarkan kepercayaan dan kebutuhan maka akan terpengaruh dan

membeli produk shampo tersebut. Kepribadian individu juga akan ikut

Page 30: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

39

membentuk proses penerimaan pesan pada komunikasi massa. Orang yang

mempunyai sifat penyabar akan lebih suka dengan sajian Televisi yang

berisikan tentang kebaikan, ketenangan seperti siraman rohani. Berbeda

dengan pribadi yang aktif maka akan mencari totntonan yang lebih dinamis,

seperti informasi unik dan kreatif atau bisa juga cara musik.

2. Faktor Sosial

Seorang psikolog melihat faktor pribadi yang ikut memengaruhi efek

media massa yang terjadi pada diri audience berbeda dengan seorang sosiolog.

Sosiolog (karena memang basis dasar kajiannya adalah masyarakat) lebih

melihat individu sebagai gejala sosial. Artinya bagaimana individu tersebut

berhubungan dengan orang lain (dalam kerangka yang lebih luas). Itu semua

akan memengaruhi proses efek yang terjadi. Memang membedakan antara

faktor individu dengan faktor sosial sangat sulit sebab batasannya sangat tipis

sekali, tetapi bukan berarti tidak bisa dibedakan. Latar belakang pada faktor

sosial ini adalah, umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, pekerjaan

dan pendapatan, Agama, dan tempat tinggal.

Meski umur dan jenis kelamin berasalal dari individu seseorang namun

ini merupakan generalisasi sosial dimana menjadi identitas untuk mengukur

dan menilai sesuatu. Misalnya dalam memberikan penyuluhan terhadap seks

bebas dan narkoba maka pemateri harus melihat terlebih dahulu siapa audince

yang dihadap dari segi umur dan jenis kelamin agar pesan yang disampaikan

sesuai dan bisa diphami. Ini berdampak juga pada respon yang akan diberikan,

apabila informasi tidak sesuai pada batas usia dan identitas pribadi maka akan

sulit memberikan respon yang sesuai pula.

Pendidikan dan latihan sebagai strata sosial dimana menjadi tolak ukur

seseorang dalam mencari dan mendapatkan informasi. Pendidikan lulusan SD

(Sekolah Dasar) tidak akan menonton program berita di Televisi, ini sesuai

dengan kemampuannya dalam menangkap infromasi yang didapat. Akan

berbeda apabila yang menonton berita adalah Mahasiswa, daya pemahaman

mereka sudah memadai dan kebutuhan informasi juga bisa disesuaikan.

Page 31: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

40

Pekerjaan dan pendapatan juga akan mempengaruhi. Masyarakat yang

bekerja kantoran dengan gaji 3 sampai 5 juta rupiah perbulan akan menonton

chanel TV untu menengah kebawah dengan sajian program TV yang lebih

pada pengetahuan, gaya hidup, dan bisnis. Sedangkan masyarakat pekerja

buruh dengan gaji 1 Juta Rupiah kebawah akan lebih memilih menonton TV

dengan program acara yang ringan seperti sinetron, reality show dan komedi.

Ini sesuai dengan lingkungan dan keadaan yang terjadi pada kehidupan

mereka. Pemahaman pesan media massa akan menyesuaikan darimana mereka

dan siapa mereka, agar mudah dipahami dan disukai.

Agama menjadi hal penting untuk menjadi faktor seseorang untuk

menerima dampak dari proses komunikasi massa, dimana adanya aturan dan

hukum Agama yang mengikat kepercaayan dan pedoman hidup seseorang.

Tidak mudah bagi kalangan muslim menerima informasi tentang pemanfaatan

binatang melata seperti Tokek untuk dijadikan obat herbal, karena

bersebrangan dengan syariah agama mereka. Maka efek yang terjadi

kemunkinan besar penolakan. Berbeda dengan informasi mengenai buah

kurma bagi kesehatan, maka sebagian besar masyarakat beragama muslim

akan menerima dampak secara positif dan bisa mempengaruhi mereka bahkan

untuk membeli.

Tempat tinggal, juga dapat berpengaruh terhadap proses terjadinya

efek komunikasi massa terhadap komunikan tau penerima pesan. Dikalangan

perumahan elit di perkotaan biasanya menjadi kelompok orang yang sangat

mobile yang artinya selalu berpindah-pindah tidak hanya dirumah, atau tidak

hanya dikantor. Maka kemungkinan besar merka tidak terlalu menonton TV

dirumah dan akan mencari informasi dari berbagi sumber bisa dari internet,

koran dan lain-lain. Maka dampak dari komunikasi massa akan masuk dengan

kuantitas yang bergam dan kualitas yang berbeda juga sehingga bisa

membangingkan antara satu media dengan media yang lain. Berbeda dengan

masyarakat yang tinggal di pedesaan yang aktivitasanya terbatas, sehingga

setelah bekerja maka akan pulang ke rumah dengan mencari hiburan atau

informasi melalui media massa yang tebatas pula seperti hanya pada Televisi

Page 32: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

41

saja. Meskipun jaringan internet sudah dimana-mana tapi kecepatan

konektivitasnya belum sama dengan dikota, literasi media yang mereka miliki

sehingga sempit dan perdampak pada penerimaan efek yang lebih mudah.53

2.6.2 Teori Efek Tidak Terbatas (1930-1950)

Dalam penelitian ini menggunakan Teori Efek sebagai teori pendukung

untuk membantu memberikan dasar kekuatan teori serta penjelasan dari fenomena

dan masalah yang dihadirkan oleh peneliti. Pengaruh Terpaan Kampanye Negatif di

Instgram Terhadap pemilih pemula tentunya mengandung banyak pemaknaan proses

kominkasi yang kompleks dikarenakan adanya bentuk komunikasi massa di era new

media yaitu media sosial. Ada 3 Teori efek yang berdasarkan kondisi efek yang

dipelajari telah berubah, metode pelajaran yang telah berubah dan kondisi yang telah

berubah.. Artinya teori ini hadir dari representatif keadaan pada zaman itu dan

penerimaan masyarakat terhadap meda massa. Efek tersebut adalah Efek Tidak

Terbatas (1930-1950), Efek Terbatas (1956-1970) dan Efek Moderat

(1970-1980-an).54

Penelitian ini hanya menggunakan satu teori dari ketiga teori efek tersebut

yaitu menggunakan teori efek tidak terbatas sebagai teori pendukung, dikarenakan

teori efek tidak terbatas memuat proses efek media massa pada audience atau lebih

luas lagi kepada masyarakat dengan kemampuan untuk memberikan dampak kuat

atau dampak penuh sehingga media sosial instagram sebagai bentuk media massa

disini mempunyai efek yang sangat kuat dan mampu mempengaruhi audience atau

masyarakat secara penuh. Efek tidak terbatas ini populer pada tahun 30-an sampai

50-an, efek ini dinyatakan dapat memberikan dampak yang sangat besar ketika

menerpa audience atau masyarakat. Teori ini sangat berdekatan dengan teori peluru

yang mana mengartikan bahwa komunikasi massa mempunyai kekuatan seperti

peluru yang apabila ditembakkan kepada audince atau masyarakat maka terpaan

tersebut tidak bisa menghindari. Menurut asumsi efek ini media massa mempunyai

53Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,ed 1-5 Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 228-234

54Ibid., hal, 214-216

Page 33: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

42

kekuatan yang sangat luar biasa sehingga dari sudut pandang komunikan atau

penyampai pesan mereka mempunyai kekuatan besar dan tidak terbatas untuk dapat

mempengaruhi dan mengontrol audience atau masyarakat. Efek ini didasari

beberapa asumsi yaitu, ada hubungan langsung antara isi pesan dengan dampak yang

ditimbulkan dan penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dan psikologi

untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.

Fenomena yang mendasari dari adanya efek ini yaitu awal kemunculan radio

sebagai alat kampanye. Kampanye bersifat persuasif tersebut untuk mengubah sikap,

opini dan perilaku masyarakat agar sesuai dengan pesan yang disampaikan. Hal ini

pernah dilakukan oleh Mussolini, Hitler, bahkan Churchill dan Roosevelt. Tiga

peritiwa (“Perang dunia” siaran radio, propaganda Perang Dunia II , dan kampanye

perang obligasi Kate Smith) sering disebut sebagai bukti munculnya efek tidak

terbatas dari saluran komunikasi massa.

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu

penelitian (Frankle dan Wallen, 1990 :40) dalam Yatim Riyanto, (1996 :13) lebih

lanjut dinyatakan bahwa hipootesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.Hipotesis belum tentu benar.

Benar tidaknya siatu hipotesis tergantung hasil pengujian data empiris.55 Berdasarkan

pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

H0: “Ada Pengaruh Terpaan Kampanye Negatif di Instagram Terhadap

partisipasi politik pemilih pemula Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019”

H1: “Tidak Ada Pengaruh Terpaan Kampanye Negatif di Instagram Terhadap

partisipasi politik pemilih pemula Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019”

55Zuriah, Nurul,Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.Jakarta : PT Bumi Aksara, hlm, 162

Page 34: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

43

2.8 Definisi Konseptual

Definisi Konseptual adalah abstraksi, yang diuangkapkan dalamkata-kata,

yang dapat membantu pemahaman. Definisi konsep digunakan untuk menghindari

penafsiran yang berbeda-beda tentang variabel penelitian.

2.8.1 Variabel Independent (X) : Terpaan Kampanye Negatif di Instagram

Kampanye negatif adalah Kampanye yang cenderung menyerang calon

pemimpin secara pribadi, tapi bisa juga menimbulkan kelemahan dari program

kerja, kinerja dan visi-misi dari lawan yang disertai fakta. Sedangkan terpaan

kampanye negatif yaitu pesan komunikasi dalam bentuk kampanye politik yang

mampu mengubah sikap dan pemikiran seseorang.

2.8.2 Variabel Dependen (Y) : Partisipasi Politik

Partisipasi politik ialah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam

tingaktan di dalam sistem partisipasi politik. Indikatornya ada pada keterlibatan

individu dalam sistem politik dan memiliki tingkatan-tingkatan partisipasi (Michael

Rush dan Philip Althoft)56

2.9 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran teliti terhadap suatu objek atau fenomena.

Definisi Operasional penjabaran dari definisi konseptual dimana menyertakan

indikator dari variabel Independent dan Dependent secara terperinci.

2.9.1 Variabel Independent (X) : Terpaan Kampanye Negatif di

Instagram

Kampanye negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kampanye yang

cenderung menyerang calon pemimpin secara pribadi dan menimbulkan

kelemahan-kelamahan untuk menggiring opini masyarakat. Kampanye ini disebarkan

56 Faturohman, D, Sobari, Ilmu Politik, Malang : UMM Press, 2004, hlm,186

Page 35: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

44

melalui akun media sosial instagram oleh tim kampanye masing-masing, baik tim

kampanye nasional maupun tim kampanye daerah ataupun oleh relawan Pasangan No

urut 01 Jokowi-Ma’ruf dan Pasangan No urut 02 Parobowo-sandi. Terpaan Kampanye

di media sosial dapat mempengaruhi sikap dan pemikiran seseorang melalui

faktor-foktor berikut:

1. Faktor Frekuensi

2. Faktor Durasi

3. Faktor Atensi.57

Indikator Variabel Independent akan dijelaskan dalam tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1, Indikator Penelitian Variabel Indipendent

No Konsep Indikator Keterangan

1 Terpaan Kampanye

Negatif di Instgram

Frekuensi Terpaan - Seberapa sering dan seberapa banyak,

melihat, membaca, dan menonton

postingan berupa penyerangan secara

pribadi kepada lawan oleh tim kampanye

melalui media sosial Instgram

- Seberapa sering dan seberapa banyak,

melihat, membaca, dan menonton

postingan berupa penyerangan visi dan

misi oleh tim kampanye melalui media

sosial Instgram

- Seberapa sering dan seberapa banyak,

melihat, membaca, dan menonton

postingan berupa penyerangan melalui

berita dari media yang dicari kelemahan

dan kekurangannya untuk mejatuhkan

57Pdf digilib.unila.ac.id diakses pada http://digilib.unila.ac.id/10792/15/BAB%20II.pdf pada tanggal 5Januari 2019 pukul 13.35

Page 36: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

45

lawan oleh tim kampanye melalui media

sosial Instgram

2 Durasi Terpaan -Seberapa lama seseorang menggunakan

waktunya untuk melihat, membaca, dan

menonton postingan berupa penyerangan

secara pribadi kepada lawan oleh tim

kampanye melalui media sosial Instgram

-Seberapa lama seseorang menggunakan

waktunya untuk melihat, membaca, dan

menonton postinganberupa penyerangan

penyerangan visi dan misi oleh tim

kampanye melalui media sosial Instgram

-Seberapa lama seseorang menggunakan

waktunya untuk melihat, membaca, dan

menonton postingan berupa penyerangan

melalui berita dari media yang dicari

kelemahan dan kekurangannya untuk

mejatuhkan lawan oleh tim kampanye

melalui media sosial Instgram

3 Atensi Terpaan -Tingkat perhatian seseorang dalam

memperhatikan postingan berupa

penyerangan secara pribadi oleh tim

kampanye melalui media sosial Instgram

-Tingkat perhatian seseorang dalam

memperhatikan postingan berupa

penyerangan visi dan misi lawan oleh tim

Page 37: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

46

kampanye melalui media sosial Instgram

-Tingkat perhatian seseorang dalam

memperhatikan postingan berupa

penyerangan melalui berita dari media

yang dicari kelemahan dan kekurangan-

nya untuk mejatuhkan lawan oleh tim

kampanye melalui media sosial Instgram

2.9.2 Variabel Dependen (Y) : Partisipasi Politik

Partisipasi Politik dalam penelitian ini berwujud keterlibatan individu

dalama sistem politik dengan adanya tingkatan-tingkatan partisipasi sebagai

tanda ada pada tingkatan mana partisipasi politik masyarakat tersebut. Dalam

penelitian ini mengambil teori tingkatan partisipasi politik David F. Roth dan

Frank L. Wilson yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Apolitis : Apakah menjadi apolitik atau yaitu orang-orang yang

tidak peduli dengan politik.

2. (Onlookers) Penonton : yaitu pemerhati dan terlibat dalam

diskusi politik. Orang-orang yang termasuk dalam vooters atau

pemilih. Orang-orang dalam kelompok kepentingan, dan

orang-orang yang menghadiri reli-reli serta pe-lobby politik.

3. Partisipan : Yaitu orang-orang yang bekerja untuk kampanye,

merupakan anggota partai secara aktif, partisipan dalam aktif

dalam kelompok dan tindakan-tindakan yang bersifat politik

dan orang-orang yang terlibat dan komunitas proyek.

4. Aktivis : dimana menjadi funsionaris partai, pimpinan

kelompok kepentingan, pejabat publik atau calon pejabat publik

atau bahkan pada kelompok penyimpang yang mana tindakan

Page 38: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

47

melanggar norma dan aturan hukum dengan cara kekerasan dan

mencederai orang lain.

Untuk lebih jelas Variabel Dependent akan dijabarkan pada tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2, Indikator Variabel Dependent

No Konsep Indikator Keterangan

1 Partisipasi

Politik

Apolitis -Responden tidak tertarik sama sekali

terhadap berlangsungnya pilpres 2019

-Responden tidak berkeinginan untuk

menggunakan hak pilih pada Pilpres

2019

- Responden mengikuti perkembangan

PIlpres 2019 melalui media masaa dan

lingkungan namun tidak

menggunakan hak pilihnya pada

pemilihan presiden

- Responden tidak mengikuti

mengikuti perkembangan PIlpres

2019 melalui media masaa dan

lingkungan namun tetap

menggunakan hak pilihnya pada

pemilihan presiden

2 (Onlookers) Penonton -Responden mencari informasi dan

mnegikuti perkembangan pilpres 2019

dari media massa maupun lingkungan

-Responden mediskusikan kebijakan

Page 39: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

48

dan program serta perilaku kedua

pasang calon presiden 2019 pada

forum formal maupun nonformal.

-Responden memposting foto, video,

tulisan ataupun gambar yang berisikan

tentang pilpres 2019.

-Responden menggunakan hak pilih

pada pilpres 2019.

-Responden menghadiri acara

pertemuan atau diskusi terkait pilpres

2019 pada acara seminar atau

organisasi.

-Responden terlibat dalam organisasi

politik maupun LSM yang berbasis

politik.

3 Partisiapan - Responden menghadiri kampanye

terbuka pilpres 2019 sebagai

pendukung.

-Responden terlibat pada kampanye

terbuka pilpres 2019 sebagai tim

sukses atau relawan.

4 Aktivis -Responden merupakan anggota dan

pengurus suatu partai nasional yang

berperan aktif dalam penyelenggaraan

pilpres 2019.

-Responden merupakan pejabat dan

fungsionaris partai politik nasional

yang mendukung langsung

berjalannya pilpres 2019.

-Responden merupakan pimpinan atau

anggota organisasi dan LSM berbasis

Page 40: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

49

politik yang menentang

berlangsungnya pilpres 2019.

2.10 Penelitian Terdahulu

Pada tabel 2.3 di bawah ini, dijabarkan beberapa penelitian terdahulu yang

berhasil dirangkum oleh peneliti sejak tahun 2014-2016. Penjabaran meliputi judul

penelitian, metode yang digunakan, hasil penelitian serta perbadaaan dan persamaan

penelitian tersebut.

Tabel 2.3, Penelitian terdahulu

Nama

Peneliti

Arga Dinanta Saputra Ayu Diah Hapsari Noval Dwinari

Antony

Judul

Penelitian

Pengaruh Terpaan Iklan

Televisi Kampanye Politik

Calon Presiden Jokowi-JK

Terhadap Tingkatan

Keputusan Memilih

Masyarakat Dalam Pemilu

2014 (Studi Pada

Masyarakat Perumahan

Puri Kartika Sari Kota

Malang)

Pengaruh Terpaan Iklan

Politik Terhadap

Keputusan memilih

Pemilih Pemula (Studi

Pada Mahasiswa Ilmu

Komunikasi Universitas

Muhammadiyah Malang

Angkatan 2013)

Kampanye Politik

Negatif di Media

Sosial (Analisi

Semiotik pada video

kreatif channel

youtube cameo

project berjudul

“ketika harus

memilih Prabowo

atau Jokowi?”)

Tahun

Penelitian

2015 2014 2016

Metode

Penelitian

Kuantitatif Kuantitatif Kualitatif

Kesimpula

n

Penelitian

Penelitian ini

menggunakan teori S-O-R

dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif dan

Penelitian ini

menggunakan teori

AIDCA (Perhatian, Minat,

Kebutuhan- keingina,

Hasil penelitian ini

menemukan pesan,

tanda dan makna

yang

Page 41: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

50

metode survey. Penelitian

ini memakai penyebaran

angket dan dokumentasi

sebagai teknik

pengumpulan data.

Hasilnya adalah terdapat

pengaruh terpan iklan

televisi kampanye politik

calon Presiden Jokowi-JK

terhadap keputusan

memilih masyarakat.

Artinya terpaan iklan

televisi kampanye politik

Jokowi-JK menjadi salah

satu faktor yang

mempengaruhi masyarakat

untuk memilih Jokowi-JK

pada Pilpres 2014, yang

mana isi iklan memang

sesuai dengan fakta

sehingga merubah sikap

dan keputusan masyarakat

menjadi positif untuk

memberikan dukungan.

tindakan, rasa percaya).

Menggunakan pendekatan

Kuantitatif ekplanatif dan

moetode survey. Teknik

pengumpulan data dengan

penyebaran kuisioner.

Teknik analisis data

dengan uji Anova One

way, Regresi linear dan

korelasi product moment

serta Alpha Cronbach.

Hasilnya adalah terdapat

pengaruh Terpaan Iklan

Politik Terhadap

Keputusan memilih

Pemilih Pemula. Artinya

tayangan iklan

mempengaruhi keputusan

memilih karena ada hasil

dari efektivitas

penggunaan media yang

digunakan untuk

memberikan pengetahuan

politik pada kalangan

muda (Pemilih Pemula)

merepsresentasikan

kampanye politik

negatif,

simbol-simbol yang

digunakan dalam

video channel

youtube cameo

project ketika harus

memilih prabowo

atau jokowi ? sangat

sesuai dengan

analisis semiotik

model Roland

Barthes. Dasar

analisi ini hendak

mempelajari susunan

skemetik yang

terdapat dalam video

tersebut. Kemudian

menganalisa

negoisasi dan

gagasan makna

interaktif yang

tercipta dari

penonton Cameo

Project dengan teks

yang digunakan

fokus pada pesan

yang

mempresentasikan

citra negatif Joko

Page 42: BABII TINJAUANPUSTAKAeprints.umm.ac.id/53365/3/BAB II.pdf · 10 BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1TinjauanMediaSosial 2.1.1 PengertiandanPerkembanganMediaSosial MediaSosialmerupakansalahsatubentukkomunikasimassapadaeramedia

51

Widodo dan citra

postif Prabowo

Subianto

Perbedaan - Pnelitian ini

menggunakan terpadaan

iklan pada televisi

- Penelitian ini terkhsus

pada keputusan memilih

masyrakat pada pasang

calon Jokowi-JK

-Penelitian ini tidak khsus

menjadikan kampanye

negatif sebagai variabel X

- Variabel Y adalah

Keputusan Memilih

Mayarakat

- subjeknya lebih luas yaitu

pada masyarakat umum

- Pnelitian ini

menggunakan terpaan

kampanye politik disemua

bentuk media massa

-Penelitian ini tidak khsus

menjadikan kampanye

negatif sebagai variabel X

- Variabel Y adalah

Keputusan Memilih

Mayarakat

Penelitian ini analisi

semiotika dari

sebuah video di

media sosial, bukan

meneliti dengan

metode survei untuk

mengetahui ada

tidaknya pengaruh

anatara variabel X

dan Y

Persamaan Meneliti terpaan kampanye

politik di media massa

- Meneliti terpaan

kampanye politik di media

massa

- Subek yang dijadikan

variabel Y adalah Pemilih

Pemula

Meneliti kampanye

politik negatif di

media sosial

Sumber Skripsi Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP

Universitas

Muhammadiyah Malang

Skripsi Program Studi

Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas

Muhammadiyah Malang

Skripsi Program

Studi Ilmu

Komunikasi FISIP

Universitas

Muhammadiyah

Malang