baba vi

15
BABA VI KOMUNIKASI ISI BAB : 1. Pengertian komunikasi 2. Komponen komunikasi 3. Model komunikasi 4. Mengorientasikan kembali kominikasi 5. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan 6. Hambatan dalam berkomunikasi 7. Komunikasi asertif 8. Keterampilan berkomunikasi

Upload: aniyani

Post on 08-Jul-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

materi

TRANSCRIPT

Page 1: BABA VI

BABA VI

KOMUNIKASI

ISI BAB :

1. Pengertian komunikasi

2. Komponen komunikasi

3. Model komunikasi

4. Mengorientasikan kembali kominikasi

5. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan

6. Hambatan dalam berkomunikasi

7. Komunikasi asertif

8. Keterampilan berkomunikasi

Page 2: BABA VI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Tappen (1995) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu pertukaran pikiran,

perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih

yang bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun

dan mempertahankan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain

dapat mengerti dan menerima.

B. KOMPONEN KOMUNIKASI

Terdapat 6 komponen komunikasi sebagai berikut :

Komunikator yaitu orang yang menyampaikan/mengirim pesan.

Komunikan yaitu orang yang menerima pesan.

Pesan yaitu sesuatu yang di sampaikan oleh pengirim kepada seseorang yang

di tuju (penerima) yang di maksud dan tujuan tertentu. Pesan yang di

sampaikan dapat berupa, verbal, tertulis, ataupun nonverbal.

Lingkungan yaitu tempat di mana komunikasi di laksanakan. Lingkungan ini

dapat berupa lingkungan internal meliputi, nilai-nilai, kepercayaan,

temperamen dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan. Sedangkan

lingkungan eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan

waktu.

Media pesan yaitu alat atau sarana perantara yang di gunakan oleh pengirim

pesan dengan tujuan agar pesan bisa sampai kepada penerima. Misalnya

pendengaran, penglihatan, sentuhan, media cetak, ataupun media elektronik.

Tingkat pesan yaitu tingkat pentingnya pesan, yang dapat berbentuk,

informasi, kata, atau simbol lain.

C. MODEL KOMUNIKASI

Terdapat beberapa model yang dapat di gunakan untuk menjelaskan bagaimana

organisasi dan orang berkomunikasi. Komunikasi dalam hal ini adalah sesuatu yang

kompleks. Model-model komunikasi di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam organisasi. Dalam

mencapai kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkan

metode penulisan dalam mengomunikasikan pelaksanaan dan pengelolaan,

misalnya publikasi perusahaan, surat-menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.

Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya.

Page 3: BABA VI

Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988), menyarankan untuk

memperhatikan hal-hal berikut komunikasi tertulis dan memo pada suatu

organisasi.

a. Mengetahui apa yang ingin di sampaikan sebelum memulai menulis.

b. Menulis nama orang dalam tulisan perlu di pertimbangkan dampaknya.

c. Gunakan kata aktif, karena akan mempunyai pengaruh yang baik.

d. Gunakan kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata.

e. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting. Temukan cara

yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah

mengerti.

f. Tulislah kalimat dengan kurang dari 20 kata dan masukkan satu ide dalam

setiap kalimat. Lalu tuliskan kalimat yang penting dan jadikan isi utama.

g. Berikan pembaca sebuah petunjuk, konsistensi penggunaan istilah, dan pesan.

h. Aturlah isi tulisan secara sistematis.

i. Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca,

j. Fokus komunikasi harus di definisikan secara jelas.

2. Komunikasi secara langsung/verbal

Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif (assertiveness)

adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan bagi individu untuk

mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai

tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan

baik secara formal ataupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara

formal, baik kepada individu dalam kelompok atau presentasi secara formal..

3. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah,

gerakan tubuh, dan sikap tubuh atau body languange. Menurut Arnold dan Boggs

(1989), komunikasi nonverbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang di

terima atau di sampaikan. Oleh sebab itu, komunikasi nonverbal lebih

mengandung arti yang signifikan di bandingkan komunikasi verbal. Akan tetapi,

dapat menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal diartikan

salah tanpa adanya penjelasan secara verbal.

Ada beberapa hal kunci dalam komuniaksi nonverbal yang dapat terjadi tanpa

atau dengan komunikasi nonverbal, yaitu :

Page 4: BABA VI

a. Lingkungan: tempat di mana komunikasi di lakasanakan merupakan bagian

penting pada proses komunikasi.

b. Penampilan: pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik

merupakan bagian dari komunikasi nonverbal yang perlu diidentifikasi.

c. Kontak mata: kontak mata bermakna kesediaan seseorang untuk

berkomunikasi.

d. Postur tubuh dan gerakan (gesture): bobot suatu pesan bisa di tingkatkan

dengan orang yang menunjukkan telunjuknya, berdiri atau duduk.

e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan respons wajah yang

setuju terhadap pesan yang di sampaikan.

f. Suara, intonasi, isi(volume), dan refleksi: cara tersebut menandakan bahwa

pesan dapat ditransfer dengan baik..

Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan

nonverbal, supaya individu (atasan atau bawahan) akan menerima

pesan dengan jelas.

4. Komunikasi via telepon

Pada era modern ini (bahkan sudah pasmodern), media komunikasi semakin

berkembang pesat. Salah satu diantaranya adalah media telekomunikasi seperti

telepon atau handphon. Saat ini manajer sangat bergantung pada komunikasi

dengan menggunakan telepon atau handphone. Dengan kemudahan dengan sarana

komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespons setiap

perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga citra

organisasi, manajer dan semua staf harus sopan dan menghargai lawan bicara

setiap berbicara, melalui telepon. Jika ada orang lain yang sedang menunggu

untuk berbicara dan menggunakan pesawat telepon bersama, maka waktu yang di

gunakan harus singkat dan berbicara seperlunya saja untuk menghindari kesan

negatif.

D. APLIKASI KOMUNIKASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.

Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi timbang terima,

interview/anamnesis, komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien,

komunikasi melalui sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi

Page 5: BABA VI

antara perawat dengan profesional lainnya, dan komunikasi antara perawat dengan

pasien.

1. Komunikasi Saat Timbang Terima

Pada saat timbang terima, di perlukan suatu komunikasi yang jelas tentang

kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dan yang belum diintervensi serta

respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan

menyampaikan kondisi pasien secara akurat di depan pasien.

2. Interview/Anamnesis

Anamnesis merupakan kegiatan yang selalu di lakukan oleh perawat terhadap

pasien pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan (proses keperawatan). Interview

adalah suatu komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang

keadaan klien. Hal tersebut di perlukan untuk mengetahui masalah yang di hadapi

pasien dan mentukan tindakan yang tepat. Oleh karena interview bersifat

terencana, maka data yang di dapatkan harus akurat atau tanpa bias.

3. Komunikasi Melalui Komputer

Komputer merupakan suatu alat komunikasi yang cepat dan akurat pada

manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data klien dalam komputer akan

mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan

memberikan intervensi yang akurat. Melalui komputer, informasi-informasi

terbaru dapat cepat di dapatkan dengan cara mengakses informasi dan internet.

4. Komunikasi Tentang Kerahasiaan

Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan, menyerahkan rahasia dan

memiliki rasa percaya kepada institusi. Perawat sering di hadapkan pada suatu

dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi perawat membutuhkan

informasi dengan menghubungkan apa yang di katakan klien dengan orang lain,

namun di sisi lain harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi

tersebut kepada siapa pun.

5. Komunikasi Melalui Sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan pada pasien merupakan metode dalam mendekatkan

hubungan antara pasien dengan perawat. Sentuhan yang di berikan oleh perawat

juga dapat berperan sebagai terpai bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi,

kecemasan dan kebimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Terapi yang

perlu di catat dalam sentuhan adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan

pasien. Dalam situasi ini perlu adanya suatu persetujuan.

Page 6: BABA VI

6. Dokumentasi sebagai alat komunikasi

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering di gunakan dalam komunikasi

keperawatan. Hal ini di gunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana

komunikasi antartim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian

asuhan keperawatan. Keterampilan dokumentasi yamg efektif memungkinkan

perawat untuk mengomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan

menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan di kerjakan oleh perawat.

Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah :

a. Dapat di gunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

b. Mengomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya

tentang apa yang sudah dan yang akan di lakukan pada pasien.

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena sebagai informasi

mengenai pasien telah di catat.

7. Komunikasi Perawat dan Tim Kesehatan Lainnya

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antara perawat

dan tim kesehatan lainnya, sepeti dokter, ahli gizi, dan fisioterapi. Selain itu,

komunikasi yang baaik juga bermanfaat bagi pengembangan model keperawatan

profesional karena hal tersebut merupakan antara peningkatan komunikasi.

Komunikasi yang di maksud di sini adalah adanya suatu kejelasan dalam

pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai dengan kedudukannya.

E. HAMBATAN DALAM BERKOMUNIKASI

Hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam berkomunikasi antara perawat dengan

klien dapat teratasi apabila perawat mengetahui beberapa ucapan yang perlu dihindari

dalam kondisi seperti di bawah ini :

a. Memberi nasihat atau memberi tahu cara pemecahan masalah keperawatan yang

menunjukkan seakan-akan klien tidak mampu melekukan sendiri.

Contoh :

“Mengapa anda tidak melakukan .....”

“Bila saya adalah anda maka saya akan ....”

“akan lebih baik bila anda .....”

b. Berupaya untuk menenteramkan hati, di mana perawat memberikan informasi

tidak berdasarkan fakta tetapi lebih bertujuan untuk memberikan perasaan senang.

Contoh :

“tidak perlu cemas, tidak apa-apa ko....”

Page 7: BABA VI

“jangan bersedih, semua orang dapat mengalami...”

c. Mengalihkan pembicaraan mengenai hal-hal yang mengancam kepada hal-hal

yang kurang mengancam. Hal ini dapat terjadi karena perawat tidak bersedia atau

tidak siap untuk mendengarkan ungkapkan perasaan menyakitkan yang dialami

klien.

Contoh :

“kita bicara soal ini lain kali saja.”

d. Membuat penilaian terhadap perilaku klien berdasarkan sistem nilai yang dianut

oleh perawat.

Contoh :

“anda salah, anda malas untuk berobat.”

e. Menunjukkan perilaku yang berfokus pada diri perawat.

Contoh :

“dapatkah anda ulangi, saya tidak mendengar.”

f. Memberikan pengarahan atau petunjuk yang harus diikuti dengan mengabaikan

kemampuan klien, dan menganggap klien tidak mampu untuk mengatasi

masalahnya.

Contoh :

“bukan begitu caranya, mestinya anda melakukan...”

g. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan perasaan klien.

h. Memberikan komentar klise atau stereotipe, yaitu memberi komentar dengan kata-

kata secara spontan tanpa tujuan yang jelas.

Contoh :

“hati-hati kalo tidak teratur makan......!

“di suntik ya, tidak sakit kok!”

F. KOMUNIKASI ASERTIF

Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang menyatakan diri secara langsung, jujur,

tepat, dan tidak melanggar hak dan tanggung jawab orang lain.

Menurut Chenevert (1978), komunikasi asertif di bedakan menjadi dua

bagian, yaitu hak dan tanggung jawab individu.

Ada beberapa cara agar komunikasi asertif ini dapat berjalan dengan baik,

yaitu :

a. Merefleksikan apa yang di katakan.

b. Mengulangi pernyataan dengan tegas dan terus-menerus.

Page 8: BABA VI

c. Menunjukkan asumsi selengkapnya melalui komunikasi verbal/nonverbal.

d. Menyatakan kembali dengan bahasa asertif, artinya bukan bahasa agresor.

e. Mengajukan pertanyaan, yang berguna untuk menyadarkan reaksi yang

agresif dari orang lain.

G. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

komunikasi merupakan alat atau sarana yang di gunakan dalam menjalin hubungan.

Tehnik berkomunikasi yang di gunakan secara tepat dalam menciptakan hubungan

terapeutik, dan apabila tidak tepat akan menimbulkan masalah bagi klien dan perawat.

Dalam teknik berkomunikasi ini, ada tiga keterampilan yang di perlukan untuk

membina hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

1. Kehadiran atau Keberadaan Perawat

Kehadiran berarti kebersamaa fisik dan psikilogis dalam berkomunikasi

dengan klien. Hal itu antara lain mencakup mendengarkan dan mengamati,

serta memberikan perhatian terhadap ucapan dan perilaku klien. Kehadiran

fisik adalah perhatian yang di berikan melalui penampakan tubuh dan

kehadiran psikologis. Kehadiran psikologis di sini berarti perhatian

melalui pikiran dan perasaan.

a. Kehadiran fisik mempunyai peran yang penting dalam komunikasi

interpersonal karena tubuh dapat memperkuat pesan yang di sampaikan

dalam bentuk kata-kata. Akan tetapi, keberadaan tubuh juga dapat

membingungkan bahkan mengubah pesan yang sampai ke penerima

menjadi kebalikannya.

ada beberapa hal yang dapat di lakukan perawat agar klien

mengerti atau merasakan bahwa perawat secara fisik terlibat dalam

interaksi atau perawat benar-benar memperhatikan klien.

1. Perawat menghadapi klien dengan jujur atau terbuka melalui sikap

yang menunjukkan perhatian. Misalnya perawat berkata, “Saya

bersedia mendengarkan Anda atau membantu Anda,” dengan tubuh

berhadapan muka, menghadap ke arah klien.

2. Perawat menggunakan postur tubuh terbuka, yaitu tangan dan kaki

terbuka, tidak menyilang, tidak melipat tangan atau meletakkan

tangan di belakang. Postur tubuh terbuka menunjukkan seseorang

siap mendengarkan atau membantu klien.

Page 9: BABA VI

3. Sikap condong perawat ke arah klien merupakan tanda kehadiran,

kesediaan, dan ketertiban perawat untuk berusaha memahami klien.

4. Perawat memandang klien atau mengadakan kontak mata dengan

klien. Hal itu menunjukkan minat perawat untuk mendengarkan

dan memperhatikan klien.

5. Perawat bersikap rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan

yang rileks dan menjaga privacy.

b. Kehadiran psikologis, yaitu mendengarkan secara aktif yang berarti

mendengarkan dengan telinga, pikiran, dan perasaan, kata-kata yang di

ciptakan klien dan perilaku nonverbal klien. Selama mendengar aktif,

perawat mengikuti apa yang di bicarakan klien dan memperhatikan

perilaku klien serta memberi tanggapan dengan tepat.

2. Perilaku Nonverbal

Beberapa macam perilaku nonverbal dapat memengaruhi hubungan

perawat dengan klien. Perilaku nonverbal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aktifitas fisik, meliputi gerakan tubuh, ekspresi wajah, sikap atau

postur tubuh, kontak mata, dan gerakan mata serta sentuhan.

b. Vokalisasi, meliputi bahasa yang di gunakan dengan pengaturan

tekanan suara atau nada bicara dan kecepatan bicara.

c. Jarak antarpembicaraan, jarak antara perawat dan klien dalam

membina hubungan interpersonal adalah 45-120 cm sehingga

memungkinkan kontak mata dan sentuhan.

3. Keterampilan Memberi Respons

Keterampilan ini di gunakan oleh perawat untuk menyampaikan

pengertian kepada klien, memberikan umpan balik, dan memperjelas

pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku klien. Untuk dapat

memberikan respons yang tepat, di perlukan kemampuan perawat yang

mendasari hubungan perawat dengan klien. Kemampuan perawat tersebut

meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Empati, yaitu merasakan apa yang di alami klien.b. Kesetiaan, yaitu bersikap terbuka, jujur dan tulus.c. Kesiapan diri, yaitu peka dan mau menyediakan diri untuk membantu

klien.d. Bersikap objektif dan konkrek, yaitu berdasarakan kenyataan

Page 10: BABA VI

e. Menerima klien, dengan menghargai, menghormati, dan memperhatikannya.

f. Bersikap asertif, yaitu dapat mengemukakan ketidaksesuaian pendapat tanpa menyinggung perasaan, menyakiti hati, atau merugikan orang lain.