bab_2_tinjauan_pustaka_saponifikasi (1)

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Saponifikasi adalah proses hidrolisis ester dari alkali pada lemak yang disengaja, biasanya dilakukan dengan penambahan basa kuat (kaustik soda) membentuk alkohol dan garam dan sisanya asam. Lemak + basa kuat sabun + gliserol (gliserida) (garam) (alkohol) Atau secara singkat saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi antara lemak dan kaustik soda atau peristiwa hidrolisa dari ester-ester. Proses pembuatan sabun Gliserida atau lemak dalam ketel dipanasi (dididihkan) dengan pipa uap dan selanjutnya ditambahkan larutan NaOH sehingga terjadi reaksi penyabunan. Sabun yang terbentuk (Na-asetat) dapat diambil pada lapisan teratas dari campuran sabun, gliserol dan sisa basa. Agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan, NaCl ditambahkan ke dalam campuran.

Upload: ardisaputra

Post on 09-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

saponifikasi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Saponifikasi adalah proses hidrolisis ester dari alkali pada lemak yang

disengaja, biasanya dilakukan dengan penambahan basa kuat (kaustik soda)

membentuk alkohol dan garam dan sisanya asam.

Lemak + basa kuat sabun + gliserol

(gliserida) (garam) (alkohol)

Atau secara singkat saponifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi antara lemak

dan kaustik soda atau peristiwa hidrolisa dari ester-ester.

Proses pembuatan sabun

Gliserida atau lemak dalam ketel dipanasi (dididihkan) dengan pipa uap

dan selanjutnya ditambahkan larutan NaOH sehingga terjadi reaksi penyabunan.

Sabun yang terbentuk (Na-asetat) dapat diambil pada lapisan teratas dari

campuran sabun, gliserol dan sisa basa. Agar sabun mengendap dan dapat

dipisahkan dengan cara penyaringan, NaCl ditambahkan ke dalam campuran.

Untuk gliserol murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan.

Sedangkan sabun yang kotor dimurnikan dengan cara mengendapkan beberapa

kali (reprisipitasi). Akhirnya ditambahkan parfum supaya sabun memiliki bau

yang dikehendaki.

A. Jenis sabun

Jenis sabun yang sering ditemui adalah:

1. Sabun keras

Sabun keras adalah reaksi antara asam alkanoat suhu tinggi dengan NaOH

yang menghasilkan garam natrium.

2. Sabun lunak

Page 2: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Sabun lunak adalah reaksi antara asam alkanoat dengan KOH yang

menghasilkan garam kalium.

B. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan campuran ester-ester gliseril dari asam

fatty (lemak) atau triglyserides (trigliserida). Ada bermacam-macam sumber

aslinya yang berbeda dan tergantung dari sifat-sifat fisis dan kimia dari campuran

ester. Ester-ester tersebut dapat berbentuk solid (padatan), liquid (cairan), volatile

saturated (uap jenuh yang mudah menguap) dan sebagian senyawanya yang

unsaturated (tidak jenuh).

Komposisi trigliserida terdiri dari ester 5% glyceride dan 95% fatty acid (asam

lemak) yang merupakan gabungan dari ester-ester.

Formula dari gliserides yaitu :

R = R’ = R’’

H

H - C - OOCR

H - C - OOCR’

H - C - OOCR”

H

Gugus tersebut di atas adalah merupakan ester-ester dari lemak atau gliserida.

Lemak-lemak adalah ester dari gliserol atau asam palmitat atau asam stearat.

Gugus alkil (R), untuk masing-masing R, R’, R’’ bisa sama di dalam

ikatan molekulnya dan juga R = R’ = R’’. Hal ini tergantung dari ikatan molekul

asam lemak itu sendiri. Ester-ester lemak suku tinggi dari asam lemak jenuh lebih

stabil.

Sebagai contoh:

H

H - C – OOC15H31

H - C – OOC15H31

Page 3: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

H - C – OOC15H31

H

Glyceride tripalmitate

H

H - C – OOC17H35

H - C – OOC17H35

H - C – OOC17H35

H

Glyceride tristearat

Karena sumber fatty acid (asam lemak) merupakan bagian yang penting dari

molekul-molekul gliserida dan merupakan bagian yang aktif maka sifat-sifat fisis

dan kimia dari lemak sebagian besar tergantung dari sifat-sifat fisis dan kimia

setiap komponen fatty acid (asam lemak).

Hasil dari hidrolisa lemak akan diperoleh gliserol dan fatty acid. Bila

ditambahkan kaustik soda ke dalam larutan tersebut akan diperoleh sabun dari

asam-asam lemak.

Reaksinya:

C17H35COO - CH2 CH2 - OH

C17H35COO – CH + 3 NaOH 3 C17H35COONa + CH - OH

C17H35COO - CH2 CH2 - OH

Gliseril tristearat Sodium tristearat Gliserol

B. Soap (Sabun) dan Detergent

Sabun merupakan produk kaustik yang dibuat melalui proses hidrolisa

gliserida dengan larutan KOH atau NaOH. Sabun dibuat melalui reaksi

penyabunan atau safonifikasi. Sabun pada umumnya memiliki sifat-sifat seperti :

1. Dapat terhidrolisa dalam air membentuk basa dan asam karboksilat . Hal

ini

dikarenakan sabun tersusun oleh basa kuat dan asam lemah.

2. Dalam air sabun berbentuk koloid dimana alkilnya bersifat non polar

sehingga dapat membersihkan kotoran yang berupa senyawa non polar,

Page 4: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

sedangkan gugusan karboksilat yang bersifat polar membersihkan kotoran

yang bersifat polar.

3. Dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk asam lemak dan garam

organik.

Detergen

Deterjen merupakan bahan cuci sintesis. Bahan utama deterjen yaitu SLS

(Sodium Lauryl Sulfat) yang dibuat dari minyak bumi. Selain berharga murah,

bahan cuci ini juga mempunyai daya cuci yang lebih baik daripada sabun. Pada

umumnya bahan - bahan yang terdapat di dalam deterjen, yaitu :

1. Bahan penurun tegangan antara muka

Bahan ini merupakan bahan utama deterjen. Bahan inilah yang memegang

peranan besar dalam proses pencucian karena dengan penurunan tegangan

antar muka pada pakaian maka lemak, minyak, ataupun kotoran akan mudah

larut dalam air sehingga pakaian mudah dibersihkan.

2. Bahan penunjang

Bahan ini misalnya STTP yang berguna untuk mengikat ion-ion yang

mungkin terdapat pada air cucian misalnya ion pada air sadah.

3. Bahan pengisi

Bahan ini dignakan sebagai bahan penembah deterjen. Biasanya dibuat dari

natrium silika (Na2SO4).

4. Bahan tambahan

Bahan tambahan ini misalnya berupa parfum atau zat pewarna.

5. Air

Air juga diperlukan karena untuk bahan pengikatnya.

Istilah surface active agent pada umumnya dapat meliputi soap (sabun) dan

detergen,

wetting agent (agen basa) dan penetransts. Masing – masing mempunyai aktivitas

dan sifat khusus yang berbeda pada kontak dua fase. Surface active agent

merupakan gabungan antara water attracting atau hidrofilik group terhadap suatu

molekul lainnya.

Page 5: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Detergen secara umum dapat diartikan sebagai pembersih. Untuk

memulai pengertian tentang detergen, dapat dimulai dari sabun. Dimana sabun

merupakan produk kaustik. Lemak merupakan campuran dari gliserida dimana

komposisinya berbeda - beda sesuai dengan sumbernya. Trigliseril asetat adalah

ester - ester yang terjadi bila glycerol alcohol terhidrat digabungkan dengan asam

lemak yang mempunyai sifat khusus tetapi natural fat (lemak alami).

Istilah agen permukaan aktif (surface active agent) adalah meliputi soap

(sabun) dan detergent, wetting agent (agen basah) dan penetrants. Masing-masing

mempunyai aktivitas dan sifat khusus yang berbeda pada kontak dua fase.

Surface active agent merupakan gabungan antara water attracting (gaya

tarik air) atau hydropilic group (kelompok hidrofilik) terhadap suatu molekul

lainnya. Detergent secara umum dapat diartikan sebagai pembersih. Untuk

memulai pengertian tentang detergent, dapat dimulai dari sabun. Dimana sabun

adalah merupakan produk dari kaustic soda dan lemak. Lemak merupakan produk

dari kaustik. Lemak merupakan campuran dari gliserida di mana komposisinya

berbeda-beda, sesuai dengan sumbernya. Trygliceralasetat adalah ester-ester yang

terjadi bila glycerol alkohol terhidrat digabungkan dengan asam lemak yang

mempunyai sifat khusus tetapi natural fat (lemak alami).

Angka penyabunan adalah suatu bilangan yang menunjukkan jumlah

miligram dari potasium hidroksida yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram

dari berat minyak / lemak. Minyak atau lemak terdiri dari asam-asam lemak yang

merupakan berat molekul rendah melalui proses safonifikasi menjadi berat

molekul tinggi dari asam lemak pada gliserida. Di samping pentingnya angka

penyabunan di dalam proses pembuatan sabun, masih ada beberapa bilangan

lainnya yang erat sekali hubungannya dengan proses pembuatan sabun. Bilangan

tersebut adalah:

a. Acid Value

Adalah jumlah miligram KOH (potasium hidroksida) yang diperlukan untuk

menetralkan asam lemak bebas di dalam 1 gram minyak atau lemak.

b. Henner Value

Page 6: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Adalah bilangan yang menyatakan persentase asam-asam lemak yang tidak

larut di dalam minyak atau lemak.

Mekanisme Kerja Sabun

Kotoran yang melekat pada kulit atau pakaian atau benda-benda lainnya,

pada umumnya berasal dari lemak, minyak dan keringat, butir-butir tanah dan

sebagainya. Zat tesebut sangat sukar larut dalam air karena bersifat non polar.

Untuk itu diperlukan sabun untuk melarutkannya.

Suatu gugus sabun terdiri dari bagian muka berupa gugus –COONa yang

polar serta bagian ekor berupa rantai alkil yang bersifat non polar.

Ketika sabun dimasukkan ke dalam air (pelarut yang polar) maka sabun

akan mengalami ionisasi bila dimasukkan ke dalam sabun.

Gugus-gugus ini akan membentuk buih, dimana akan mengarah kepada air

(karena sama-sama polar), sedangkan bagian yang lain akan mengarah kepada

kotoran (karena sama-sama non polar).

Karena itu kotoran terikat pada sabun dan sabun terikat pada air, maka

dengan adanya gerakan tangan atau mesin cuci, maka kotoran itu akan tertarik

atau terlepas.

Jika kotoran berupa minyak atau lemak maka akan membentuk emulsi

minyak air dan sabun sebagai emulgator.

Jika sabun bertemu dengan kotoran tanah, maka akan diadsorbsi oleh

sabun dan memebentuk suspensi butiran tanah, air dimana sabun sebagai zat

pembentuk suspensi.

Page 7: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Contoh Reaksi Safonifikasi :

1. Pembentukan Natrium Butirat dari gliserin tributirat

CH3(CH2)2CO2H CH2OH

CH3(CH2)2CO2H + 3NaOH kalor CHOH + 3CH3(CH2)2CO2- Na+

CH3(CH2)2CO2H CH2OH

tributirat gliserol Natrium Butirat

(lemak susu) ( Suatu Sabun )

2. Pembentukan Natrium Stearat ( Sabun Keras ) dari gliserin tristearat

H2C-O-CO-C17H35 H2C-OH

HC-O-CO-C17H35 + 3NaOH kalor HC-OH + 3C17H35COO Na

H2C-O-CO-C17H35 H2C-OH

gliserin tristearat gliserol Na – Stearat

3. Pembentukan Kalium Stearat ( Sabun Lunak ) dari gliserin tristearat

H2C-O-CO-C17H35 H2C-OH

HC-O-CO-C17H35 + 3KOH kalor HC-OH + 3C17H35COO K

H2C-O-CO-C17H35 H2C-OH

gliserin tristearat gliserol K – Stearat

Page 8: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Jenis Sabun

Jenis sabun yang sering ditemui antara lain:

1. Sabun Keras

Sabun keras adalah sabun yang mengandung ion natrium, karena dalam proses pembuatannya digunakan natrium hidroksida (soda api atau kaustik soda). Natrium hidroksida merupakan basa yang lebih keras daripada kalium hidroksida. Daya pemutihnya sangat iritatif (bersifat melukai) terhadap kulit. Oleh karena itu, sabun jenis ini tidak cocok untuk membersihkan tubuh,cocok dingunakan untuk mencuci pakaian. Contoh sabun keras adalah sabun colek (sabun krim).

2. Sabun Lunak

Sabun lunak adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (kaustik potas). Sabun jenis ini disebut sabun lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras. Contoh sabun lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi. Pembuatan Sabun

Sabun dibuat dengan mereaksikan suatu lemak (gliserida) dengan

menggunakan larutan basa kuat. Gliserida atau lemak dipanasi dan selanjutnya

ditambahkan NaOH sehingga terjadi reaksi penyabunan. Dengan kata lain, Hasil

dari hidrolisa lemak akan diperoleh gliserol dan fatty acid dan bila ditambahkan

kaustik soda kedalam larutan tersebut akan diperoleh sabun dari asam lemak.

Contoh Reaksi :

Reaksinya

Gliserin tristearat + 3 NaOH → Sodium tristearat + Gliserol

Sabun yang terbentuk (Na - asetat) dapat diambil pada lapisan teratas dari

campuran sabun, gliserol dan sisa basa. Agar sabun mengendap dan dapat

dipisahkan dengan cara penyaringan, NaCl ditambahkan ke dalam campuran.

Page 9: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Untuk gliserol murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan,

sedangkan sabun yang kotor dimurnikan dengan cara mengendapkan beberapa

kali ( reprisipitasi ). Akhirnya ditambahkan parfum supaya sabun memiliki bau

yang dikehendaki. Bahan baku yang dipakai adalah lemak ( gliserida ). Lemak

merupakan campuran dari gliserida dimana komposisinya berbeda - beda sesuai

dengan sumbernya. Trigliseril asetat adalah ester-ester yang terjadi bila glycerol

alcohol terhidrat digabungkan dengan asam lemak yang mempunyai sifat khusus

tetapi natural fat (lemak alami).

Lemak alami bersumber dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Lemak yang

berasal dari hewan disebut lemak, misalnya dari sapi, kerbau, dan kambing.

Lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan disebut minyak, misalnya minyak

kelapa, jagung, dan kacang-kacangan. Minyak dari tumbuh-tumbuhan dapat

diubah menjadi lemak dengan reaksi hidrogenasi, yaitu minyak dipadatkan

( ikatan rangkapnya dijenuhkan ) dengan reaksi penambahan ( adisi ) hidrogen.

Pada reaksi hidrogenasi ini dikenal istilah bilangan iodine yaitu bilangan yang

menyatakan jumlah gram iodine yang diperlukan untuk menjenuhkan asam lemak

tak jenuh pada tiap 100 gram lemak. Pada umumnya lemak digunakan untuk

membuat mentega, margarine dan sabun.

Pada pembuatan sabun juga dikenal angka penyabunan. Angka

penyabunan adalah suatu bilangan yang menunjukan jumlah milligram dari

potassium hidroksida yang diperlukan untuk menyabun 1 gram dari berat lemak/

minyak. Minyak atau lemak terdiri dari asam–asam lemak yang mempunyai berat

molekul rendah melalui proses safonifikasi menjadi berat molekul tinggi dari

asam lemak pada gliserida. Disamping pentingnya angka penyabunan dalam

proses pembuatan sabun, masih ada beberapa bilangan lainya yang serta sekali

hubungannya dengan proses pembuatan sabun.

Bilangan tersebut adalah:

a. Acid Value

Adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam

lemak bebas didalam 1 gram minyak atau lemak.

b. Hanner Value

Page 10: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Adalah bilangan yang menyatakan persentase asam - asam lemak yang tidak

larut dalam lemak atau minyak.

Minyak dan lemak merupakan campuran ester - ester gliseril dari asam

lemak ( fatty acid ) atau trigliserda. Ada bermacam – macam sumber aslinya yang

berbeda dan tergantung dari sifat – sifat fisis dan kimia dari campuran ester. Ester-

ester tersebut dapat berbentuk solid (padatan), liquid (cairan), volatile saturated

(uap jenuh yang mudah menguap) dan sebagian senyawa yang unsaturated (tidak

jenuh). Komposisi trigliserida terdiri dari ester 5% gliserida dan 95% fatty acid

(asam lemak) yang merupakan gabungan dari ester-ester.

Tabel 2.1. Asam Lemak Pilihan dan Sumbernya

Nama

Asam

Struktur Sumber

Jenuh

Butirat

Palmitat

Stearat

Tak jenuh

Palmitoleat

Oleat

Linoleat

Linolenat

CH3(CH2)2CO2H

CH3(CH2)14CO2H

CH3(CH2)16CO2H

CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H

CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7CO2H

CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H

CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)

Lemak susu

Lemak hewani

dan nabati

Lemak hewani

dan nabati

Lemak hewani

dan nabati

Lemak hewani

dan nabati

Minyak nabati

Minyak biji

rami

Page 11: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Hidrogenasi dalam Industri Minyak dan Lemak

Hidrogenasi adalah proses yang menggunakan gas hidrogen untuk mengubah minyak nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini menstabilkan minyak dan mencegah basi akibat oksidasi. Reaksi hidrogenasi bersifat sensitif terhadap beragam faktor yang dapat berdampak negatif pada waktu batch, masa pakai katalis, kecepatan produksi, dan selektivitas. Selain merupakan pemasok hidrogen terkemuka di dunia, Air Products dapat membantu mengoptimalkan reaksi hidrogenasi Anda dan mengurangi biaya melalui pemilihan mode pasokan terbaik serta evaluasi dan optimisasi termodinamika atau kinetika reaksi.

Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses hidrogenasi merupakan salah satu proses yang penting dan banyak digunakan dalam pembuatan bermacam-macan senyawa organik. Industri yang menggunakan proses hidrogenasi antara lain adalah industri sorbitol methanol, margarine, ammonia dan lain-lainnya Kebanyakan hidrogenasi menggunakan gas hidrogen (H2), namun ada pula beberapa yang menggunakan sumber hidrogen alternatif; proses ini disebut hidrogenasi transfer. Reaksi balik atau pelepasan hidrogen dari sebuah molekul disebut dehidrogenasi. Reaksi di mana ikatan diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai hidrogenolisis.

Hidrogenasi berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida; pada hidrogenasi, produk yang dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan. Contoh reaksi hidrogenasi adalah hidrogenasi lemak tak jenuh menghasilkan lemak jenuh, dan kadang pula lemak trans.

Proses hidrogenasi pada minyak atau lemak

Proses hidrogenasi pada minyak atau lemak terutama bertujuan untuk membuat minyak atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan menyebabkan kenaikan titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak dan lemak tersebut akan tahan terhadap proses oksidasi.

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan. Adapun mekanisme reaksi hidrogenasi adalah sebagai berikut:

Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature sekitar 400°F(205°C) dicapai kecepatan reaksi maksimum. Juga penambahan tekanan dan kemurnian gas hydrogen yang dipergunakan akan menaikkan

Page 12: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

kecepatan reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.

Faktor-faktor yang memengaruhi proses hidrogenasi

Hidrogenasi asam-asam lemak dalam trigeliserida tidak merupakan suatu fungsi dari letak asam lemak tersebut. Persentase berat dari asam lemak dalam 2 posisi tidak berubah selama hidrogenasi. Persentase berat asam lemak pada 2 posisi sedikit berubah, jika dilakukan proses hidrogenasi berlebih, yang bertujuan untuk mengeliminir asam linoleat dan mereduksi asam linolenat hingga berkurang 25 persen dari jumlah semula. Asam lemak tidak jenuh yang terpenting dari minyak makan adalah asam oleat. Sebelum asam oleat tersebut diubah menjadi asam stearat, asam oleat cenderung akan menjadi asam isooleat, tetapi pada kondisi hidrogenasi yang sesuai, terbentuk asam isooleat dapat dihindarkan. Biasanya pada pembuatan mentega putih dengan cara hidrogenasi ini, asam yang terdapat pada minyak sebagai sisia dari pengolahan sebelumnya, akan dihidrogenasi terlebih dahulu. Pemisahan dan pembentukan asam iso oleat akan dibantu dengan pemanasan pada suhu tinggi, konsentrasi katalisator yang tinggi serta pengadukan dan penggunaan tekanan yang rendah.

Kecepatan reaksi tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat dan konsentrasi katalis, konsentrasi hydrogen dan suhu, tekanan dan frekuensi pengadukan.

Pada pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam iso-oleat berjumlah minimum.

Katalisator pada proses hidrogenasi

Umumnya, tidak ada reaksi antara H2 dengan senyawa organic yang terjadi di bawah 480 ° C terjadi antara H 2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk proses hidrogenasi adalah platina, palladium dan nikel, dimana platina dan palladium membentuk katalis yang sangat aktif, yang dapat mengkatalis pada suhu dan tekanan rendah. Tetapi berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya nikel yang umum digunakan sebagai katalisator hidrogenasi walaupun nikel dapat mengkatalis pada suhu yang lebih tinggi dari platina dan palladium.

Katalis hidrogenasi digolongkan menjadi dua, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen larut dalam pelarut yang berisi substrat tak jenuh. Katalis heterogen adalah berbentuk padat yang tersuspensi di pelarut dengan substrat atau dengan gas substrat.

Nikel mungkin juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

Page 13: BAB_2_Tinjauan_Pustaka_Saponifikasi (1)

Pembuatan hidrogen

Hydrogen yang dipergunakan pada proses hidrogenasi dibuat dengan proses elektrolisa dan proses steam iron. Proses elektrolisa yang dilakukan sangat sederhana, yaitu dengan larutan natrium hidroksida encer. Cara ini dapat menghasilkan hydrogen yang murni. Cara steam iron adalah proses pembuatan hydrogen yang mengikutsertakan proses reduksi dan oksidasi dari besi panas dalam dapur api yang dipanaskan pada suhu 1500°F-1700°F (815,5°C-926,5°C). uap yang dipergunakan dialirkan secara berlebihan melalui besi panas. Oksigen pada uap akan bercampur dengan besi dan akan membebaskan hydrogen. Pada tahap akhir dari siklus uap, gas biru yang terbentuk dari uap akan menghembus melalui alat pemanas dan terus menembus melalui besi panas untuk mereduksi logam besi yang telah teroksidasi. Kelebihan dari reduksi gas dialirkan melalui besi yang telah teroksidasi. Kelebihan dari reduksi gas dialirkan melalui besi yang panas dan dibakar dalam checkerwork. Pengurangan gas dilakukan dengan jalan mengalirkan gas tersebut melalui bagian atas dapur api, sedangkan uap untuk membuat hydrogen dimasukkan melalui bagian bawah dapur api.

Hydrogen yang dihasilkan pada proses steam iron kurang murni untuk dipakai pada proses hidrogenasi minyak atau lemak makan, karena mengandung komponen-kompenen sulfur, karbon monoksida.

Pemisahan karbonmonoksida dapat dilakukan dengan mereaksikan hydrogen dengan uap pada suhu tinggi. Sedangkan hydrogen sulfide dapat dipisahkan dengan jalan melewatkan gas melalui ketel pemurnian yang diisi dengan besi sulfide (FeS).

Category Ilmu Pengetahuan | Tags: , asam lemak, CPO, Hidrogen, Hidrogenasi, katalis, KPO, minyak, sawit

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai kat Minyak nabati adalah minyak yang disari/diekstrak dari berbagai bagian tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, bahan penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya.

Beberapa jenis minyak nabati yang umum digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak lobak, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari. Margarin adalah mentega buatan yang terbuat dari minyak nabati.

alisa