bab v analisis - · pdf filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. v.5.2....

68
126 BAB V ANALISIS Pada bab ini dibahas mengenai dasar pertimbangan yang perlu diambil dalam proses penyelesaian permasalahan perancangan tugas akhir. Dasar pertimbangan diperoleh dari tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan pada bab ini meliputi analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis peruangan, analisis tapak, analisis bentuk, dan analisis struktur serta utilitas. Dengan proses analisis tersebut diharapkan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan desain pada bab VI. V.1. Analisis Pengguna Analisis pengguna dilakukan agar diperoleh macam pengguna yang kemudian dapat menjadi dasar pertimbangan pada sub-bab analisis aktivitas. Dasar pertimbangan analisis pengguna yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner, serta penambahan pengguna yang ada karena konsekuensi dari fungsi bangunan maupun kawasan. Berikut pengelompokan pengguna kawasan: 1) Pengunjung Pengunjung yang datang ke kawasan dibagi menjadi dua kategori yaitu pengunjung berkepentingan umum dan khusus. Yang termasuk dalam pengunjung berkepentingan umum yaitu pengguna yang datang dengan tujuan rekreasi 5 . Pemilihan waktu kedatangan cenderung pada pagi hingga sore hari. Pengamatan menunjukkan pengunjung laki-laki dan perempuan berkisar dari umur 18 hingga 65 tahun. Asal pengunjung pun tidak hanya dari Solo namun juga dari luar Solo. Kategori pengunjung berkepentingan khusus meliputi bertemu seseorang, sebesar 15%; transit dan membeli sesuatu, masing-masing sebesar 12%; serta lain-lain 6 , sebesar 7%. 5 diperoleh dari hasil kuisioner sebesar 27% koresponden menyatakan datang untuk rekreasi 6 Memanfaatkan jaringan internet dan kegiatan shooting

Upload: vomien

Post on 19-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

126

BAB V

ANALISIS

Pada bab ini dibahas mengenai dasar pertimbangan yang perlu diambil

dalam proses penyelesaian permasalahan perancangan tugas akhir. Dasar

pertimbangan diperoleh dari tinjauan pustaka dan tinjauan kawasan yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan pada bab ini meliputi

analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis peruangan, analisis tapak, analisis

bentuk, dan analisis struktur serta utilitas. Dengan proses analisis tersebut

diharapkan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan desain pada bab VI.

V.1. Analisis Pengguna

Analisis pengguna dilakukan agar diperoleh macam pengguna yang

kemudian dapat menjadi dasar pertimbangan pada sub-bab analisis aktivitas.

Dasar pertimbangan analisis pengguna yaitu data yang diperoleh melalui

pengamatan lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner, serta

penambahan pengguna yang ada karena konsekuensi dari fungsi bangunan

maupun kawasan. Berikut pengelompokan pengguna kawasan:

1) Pengunjung

Pengunjung yang datang ke kawasan dibagi menjadi dua

kategori yaitu pengunjung berkepentingan umum dan khusus. Yang

termasuk dalam pengunjung berkepentingan umum yaitu pengguna

yang datang dengan tujuan rekreasi5. Pemilihan waktu kedatangan

cenderung pada pagi hingga sore hari. Pengamatan menunjukkan

pengunjung laki-laki dan perempuan berkisar dari umur 18 hingga 65

tahun. Asal pengunjung pun tidak hanya dari Solo namun juga dari

luar Solo. Kategori pengunjung berkepentingan khusus meliputi

bertemu seseorang, sebesar 15%; transit dan membeli sesuatu,

masing-masing sebesar 12%; serta lain-lain6, sebesar 7%.

5 diperoleh dari hasil kuisioner sebesar 27% koresponden menyatakan datang untuk rekreasi 6 Memanfaatkan jaringan internet dan kegiatan shooting

Page 2: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

127

2) Pengelola

Pengelola meliputi pemilik dan pegawai di pertokoan maupun

restoran sekitar kawasan. Jam buka tiap toko tersebut berkisar dari

pagi hingga malam hari. Selain itu perlu ditambahkan pengelola

kawasan, mencakup pengelola kawasan yang berkantor di area

pedestrian mall dan pegawai kawasan seperti tukang parkir, petugas

kebersihan, serta petugas keamanan.

3) Penyedia barang dan/atau jasa

Pelaku penyedia barang dan/atau jasa yang dimasukkan dalam

kategori ini yaitu pengguna yang memerlukan sebagian ruang di

dalam jalur pejalan kaki untuk barang dan/atau jasa mereka. Kategori

ini meliputi penjual kuliner kaki lima dan penyedia jasa ojek, taksi,

serta becak. Penambahan pengguna ini didasarkan pada hasil

wawancara yang menunjukkan sebesar 76% koresponden menyatakan

perlu untuk ditambahkan jajanan kuliner dan areal pangkalan jasa di

dalam kawasan.

V.2. Analisis Aktivitas

Analisis aktivitas diperoleh dari analisis pengguna yang telah dilakukan

di sub-bab V.1. Hasil dari analisis aktivitas ini kemudian digunakan sebagai

dasar analisis kebutuhan ruang pada sub-bab berikutnya. Proses analisis

aktivitas dilakukan berdasarkan pertimbangan di antaranya:

1) Analisis pengguna pada sub-bab sebelumnya

2) Aktivitas eksisiting kawasan yang diperoleh melalui pengamatan

lapangan dan wawancara dalam bentuk kuisioner

3) Aktivitas tambahan yang perlu ada di dalam ruang publik dan aktivitas

yang memanfaatkan potensi pedestrian mall sebagai ruang terbuka

Page 3: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

128

Berikut tabel aktivitas dari pengguna yang diklasifikasikan berdasarkan

macam aktivitas tiap pengguna:

Tabel 12. Tabel analisis aktivitas tiap pengguna

Aktivitas kebutuhan pengunjung Datang

PE

NG

UN

JUN

G

Metabolisme

Istirahat

Ibadah

Aktivitas eksisting kawasan Sirkulasi

Belanja

Pertemuan individual

Pemanfaatan jaringan internet

Konsumsi

Olahraga

Aktivitas tambahan terkait dengan

fungsi ruang publik dan konsep

pedestrian mall

Konser

Teater

Festival atau bazar

Pameran

Diskusi masyarakat

Bermain

Belajar

Pengamatan atau melihat-lihat

Menyampaikan aspirasi

Aktivitas kebutuhan pengelola Datang

PE

NG

EL

OL

A

Metabolisme

Istirahat

Ibadah

Aktivitas bekerja Pengelolaan retail/restoran

Pengelolaan kawasan

Penataan parkir

Pemeliharaan kawasan

Page 4: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

129

Pengamanan kawasan

Aktivitas waktu luang Sirkulasi

Belanja

Pertemuan individual

Pemanfaatan jaringan internet

Konsumsi

Olahraga

Konser

Teater

Festival atau bazar

Pameran

Diskusi masyarakat

Bermain

Belajar

Pengamatan atau melihat-lihat

Menyampaikan aspirasi

Aktivitas kebutuhan penyedia

barang/jasa

Datang

PE

NY

ED

IA B

AR

AN

G D

AN

/AT

AU

JA

SA

Metabolisme

Istirahat

Ibadah

Aktivitas bekerja Pengelolaan kios kaki lima

Menunggu pengguna jasa

Aktivitas waktu luang Sirkulasi

Belanja

Pertemuan individual

Pemanfaatan jaringan internet

Konsumsi

Olahraga

Konser

Teater

Page 5: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

130

Festival atau bazar

Pameran

Diskusi masyarakat

Bermain

Belajar

Pengamatan atau melihat-lihat

Menyampaikan aspirasi

(analisis pribadi, 2017)

V.3. Analisis Kebutuhan Ruang

Analisis kebutuhan ruang dilakukan sehingga dapat diidentifikasi

peruangan yang perlu ada di dalam pedestrian mall. Dasar pertimbangan

penyusunan kebutuhan ruang yaitu hasil dari analisis pengguna dan analisis

aktivitas yang telah dilakukan pada sub-bab sebelumnya. Hasil analisis

kebutuhan ruang dalam sub-bab ini diharapkan dapat menjadi dasar

pertimbangan analisis peruangan pada sub-bab V.4. hingga V.6. Berikut

kebutuhan ruang dalam pedestrian mall Kawasan Slamet Riyadi:

Tabel 13. Tabel analisis kebutuhan ruang

AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA

Datang Area parkir Semua pengguna

Area parkir pengelola Pengelola kawasan

Halte bus dan area drop

off

Semua pengguna

Pusat informasi/area

penerima

Semua pengguna

Metabolisme Toilet Semua pengguna

Ruang nursery Semua pengguna

Istirahat Area duduk Semua pengguna

Sidewalk cafe Semua pengguna

Ruang pegawai kawasan Pengelola

kawasan

Page 6: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

131

AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA

Pertemuan individual Area duduk Semua pengguna

Sidewalk cafe Semua pengguna

Ibadah Mushola Semua pengguna

Sirkulasi Jalur pejalan kaki Semua pengguna

Jalur sepeda Semua pengguna

Jalur shuttle bus Semua pengguna

Jalan raya Semua pengguna

Belanja Retail Semua pengguna

Kios kaki lima Semua pengguna

Pemanfaatan jaringan internet Area free wifi internet Semua pengguna

Konsumsi Restoran Semua pengguna

Sidewalk café Semua pengguna

Kios kaki lima Semua pengguna

Area duduk Semua pengguna

Olahraga Jogging track Semua pengguna

Konser Area pertunjukkan Semua pengguna

Teater Area pertunjukkan Semua pengguna

Festival atau bazar Area pameran outdoor Semua pengguna

Pameran Area pameran outdoor Semua pengguna

Diskusi masyarakat Ruang serbaguna Semua pengguna

Bermain Area bermain outdoor Semua pengguna

Taman bermain anak Semua pengguna

Belajar Area free wifi internet Semua pengguna

Taman baca Semua pengguna

Pengamatan atau melihat-

lihat

Public art Semua pengguna

Jalur hijau Semua pengguna

Area duduk Semua pengguna

Menyampaikan aspirasi Ruang serbaguna Semua pengguna

Pengelolaan retail/restoran Retail/restoran Semua pengguna

Page 7: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

132

AKTIVITAS PROGRAM RUANG PENGGUNA

Pengelolaan kawasan Ruang pengelola Pengelola

Penataan parkir Area parkir Semua pengguna

Pemeliharaan kawasan Ruang janitor Pengelola kawasan

Ruang ME Pengelola kawasan

Pengamanan kawasan Pos satpam Pengelola kawasan

Ruang keamanan Pengelola kawasan

Pengelolaan kios kaki lima Kios kaki lima Penyedia

barang/jasa

Menunggu pengguna jasa Pangkalan Semua pengguna

(analisis pribadi, 2017)

V.4. Analisis Pola Hubungan Ruang

Analisis pola hubungan ruang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan

antar ruang di dalam kawasan sehingga tercapai organisasi ruang yang

mendorong orang untuk berlama-lama dalam kawasan. Prinsip dari

pengolahan pola hubungan ruang yaitu penataan fasilitas kebutuhan

pengguna dengan akses mudah. Untuk memudahkan proses analisis pola

hubungan ruang, program ruang sejenis dikelompokkan menjadi satu zona,

yang kemudian masing-masing zona ruang tersebut ditentukan

keterkaitannya satu sama lain. Berikut bagan pengelompokkan zona ruang

tersebut:

Tabel 14. Tabel analisis pengelompokkan zona ruang

PROGRAM RUANG ZONA RUANG

Jalur pejalan kaki ZONA SIRKULASI

Jalur sepeda

Jalur shuttle bus

Jalan raya

Retail ZONA PENJUALAN

Sidewalk cafe

Kios kaki lima

Page 8: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

133

PROGRAM RUANG ZONA RUANG

Restoran

Area duduk

Area free wifi internet ZONA REKREASI

Jogging track

Area pertunjukkan

Area pameran outdoor

Area bermain outdoor

Taman bermain anak

Taman baca

Ruang serbaguna

Public art

Jalur hijau

Toilet ZONA SERVIS

Ruang nursery

Mushola

Ruang janitor

Pos satpam

Area parkir ZONA PENUNJANG

Halte bus dan area drop off

Pusat informasi/area penerima

Area parkir pengelola

Pangkalan ojek/taksi/becak

Ruang pengelola

Ruang pegawai kawasan

Ruang ME

Ruang keamanan

(analisis pribadi, 2017)

Pola hubungan antar zona dibagi menjadi hubungan langsung dan

hubungan tidak langsung. Zona sirkulasi sebagai penghubung antar ruang

Page 9: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

134

memiliki hubungan langsung dengan empat zona lainnya. Untuk mendorong

pejalan kaki berlama-lama di kawasan, zona penjualan dengan zona rekreasi

perlu diletakkan berdekatan sehingga memiliki hubungan langsung. Zona

servis dan zona pendukung yang pada dasarnya merupakan pelengkap untuk

zona lainnya memiliki hubungan tidak langsung. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada bagan di bawah ini:

Bagan 3. Pola hubungan antar zona (analisis pribadi, 2017)

V.5. Analisis Persyaratan Ruang

Analisis persyaratan ruang dilakukan untuk mengidentifikasi ketentuan

perancangan tiap ruang di dalam kawasan yang nantinya mempengaruhi

konsep ruang. Persyaratan ruang yang diuraikan pada sub-bab ini

berpedoman pada tinjauan pustaka yang telah dilakukan pada Bab II. Dengan

persyaratan ruang pada sub-bab ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam

pembuatan gambar desain terutama site plan dan gambar interior.

V.5.1. Pengolahan akses

Penyediaan ruang jalur pejalan kaki perlu memenuhi persyaratan

ruang sebagai jalur sirkulasi. Sebagai jalur pejalan kaki, ruang di dalam

pedestrian mall perlu mengakomodasi rute jalan yang tidak terputus

(lihat Gambar 110). Kesinambungan rute ini dicapai dengan

Page 10: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

135

penyediaan jalur penyeberangan dan jalur sirkulasi baik di permukaan

tanah, di bawah, maupun di atas permukaan tanah. Pengadaan rute di

bawah atau di atas permukaan tanah berpotensi untuk memastikan

kesinambungan rute ini, karena rute pejalan kaki tidak bersimpangan

dengan sirkulasi kendaraan. Persyaratan mengenai penyediaan jalur

pejalan kaki di atas dan/atau di bawah permukaan tanah selanjutnya

akan dibahas pada sub-bab analisis bentuk. Persyaratan penting lainnya

pada jalur pejalan kaki yaitu pertimbangan karakter psikis pejalan kaki

yang cenderung menghindari kontak fisik dengan pengguna lain,

persyaratan ini akan berpengaruh pada perhitungan besaran ruang yang

akan dilakukan pada sub-bab analisis besaran ruang.

Gambar 110. Persyaratan pengolahan akses menerus dalam pedestrian mall (analisis pribadi,

2017; gambar: dokumentasi pribadi)

Pengolahan akses untuk pejalan kaki juga berkaitan dengan

keamanan pengguna. Pengadaan jalur pejalan kaki di atas atau di bawah

Page 11: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

136

permukaan tanah dapat memastikan keamanan pengguna karena

dengan begitu tidak berbagi jalur sirkulasi dengan sepeda maupun

kendaraan. Jika pada beberapa area tidak dimungkinkan pemisahan

jalur seperti itu, dapat ditambahkan fasilitas pagar pengaman.

Ketentuan mengenai pengadaan pagar pengaman telah disampaikan

pada bab tinjauan pustaka halaman 86.

Akomodasi akses kendaraan pribadi pada pedestrian mall

berkaitan dengan penyediaan jalur sirkulasi kendaraan, tempat

memarkirkan kendaraan, dan pencapaian dari parkir ke kawasan

maupun sebaliknya. Pengaturan jalur sirkulasi kendaraan terutama

untuk memastikan keamanan pejalan kaki. Pengaturan ini berfungsi

pula untuk menjaga arus lalu lintas jalan raya sehingga meminimalisir

kemacetan akibat keberadaan pedestrian mall. Analisis mengenai

pembagian jalur sirkulasi kendaraan pada pedestrian mall ini akan

dibahas pada sub-bab analisis zonasi tapak.

Kriteria penyediaan area parkir di antaranya yaitu dipilih tapak

datar untuk mencegah kendaraan menggelinding, dan juga berlaku

persyaratan untuk ruang publik pada umumnya yaitu akomodasi

pengguna kebutuhan khusus, penerangan buatan, perlindungan cuaca,

serta jaminan keamanan baik dengan petugas keamanan maupun tiket

parkir. Penyediaan akomodasi parkir perlu memadai untuk menampung

volume kendaraan yang direncanakan sehingga perlu dilakukan

perhitungan luas dan penataan pola parkir agar diperoleh besaran ruang

yang efektif, analisis ini akan dilakukan pada sub-bab besaran ruang.

Akomodasi terhadap pengguna berkendaraan umum sama

pentingnya dengan akomodasi pengguna berkendaraan pribadi. Tingkat

akomodasi kendaraan umum ditunjukkan dengan penyediaan fasilitas

secara merata di sepanjang kawasan, titik peletakan fasilitas pergantian

moda nantinya akan di analisis pada sub-bab analisis zonasi tapak.

Jika dalam pengolahan akses baik kendaraan umum maupun

pribadi tidak dapat menjangkau seluruh kawasan, perlu

Page 12: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

137

dipertimbangkan penyediaan sarana shuttle bus atau sarana rapid

transit lainnya. Penyediaan ini untuk memberikan sistem park-ride bagi

pengguna kendaraan pribadi dan fasilitas transit bagi pengguna

kendaraan umum. Analisis penambahan akses ini akan dibahas

nantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak.

V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus

Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall perlu

mengakomodasi kebutuhan pengguna berkebatasan fisik karena

mengingat pedestrian mall sebagai ruang publik. Persyaratan ini

mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan

Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan

Perkotaan, disampaikan pada Bab II halaman 62 hingga 64.

V.5.3. Perlindungan dari cuaca

Perlindungan dari cuaca bertujuan untuk menciptakan

kenyamanan fisik bagi pengguna. Perlindungan disediakan terutama

dari panas terik matahari dan kondisi hujan.

Perlindungan dari panas terik matahari dapat diolah dari

penggunaan vegetasi di sepanjang kawasan (lihat Gambar 111).

Vegetasi dengan kemampuan menyerap panas dapat menurunkan suhu

di dalam jalur pejalan kaki. Dengan penataan vegetasi dalam jarak

tertentu dapat berperan sebagai continuous canopy di sepanjang

kawasan. Pemakaian jenis vegetasi perlu mempertimbangkan tinggi,

jenis, dan bentuk vegetasi sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan

masing-masing ruang, tinjauan ini dapat dilihat pada bab II halaman 42

hingga 45. Disampaikan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 03/PRT/M/2014 bahwa pemilihan vegetasi disarankan tipologi

tanaman peneduh pada jalur pejalan kaki dengan lebar lebih dari 1,5

meter. Perlindungan panas terik matahari dapat disediakan pula oleh

bangunan di sekitar kawasan. Bangunan sekitar kawasan yang

Page 13: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

138

mayoritas merupakan bangunan bertingkat dapat menyediakan baying-

bayang pada jalur pejalan kaki (lihat Gambar 111).

Gambar 111. Perlindungan dari panas terik matahari (dokumentasi pribadi, 2017)

Perlindungan dari hujan dapat dilakukan dengan menyediakan

peneduh seperti kanopi di depan bangunan maupun kanopi di area

duduk (lihat Gambar 112). Penambahan jalur pejalan kaki di atas dan

di bawah permukaan tanah dapat berpotensi memberikan perlindungan

dari hujan di sepanjang kawasan (lihat Gambar 113).

Gambar 112. Pengolahan desain kanopi peneduh pada area komunal (analisis pribadi, 2017;

gambar atas: https://c1.staticflickr.com; gambar bawah kiri: http://footage.framepool.com;

gambar bawah kanan: http://c8.alamy.com)

Page 14: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

139

Gambar 113. Perlindungan cuaca dengan memanfaatkan bentuk objek (analisis pribadi, 2017;

gambar kiri: http://static.asiawebdirect.com; gambar kanan: http://www.francetravelplanner.com)

V.5.4. Pengaturan pandangan visual

Pengaturan pandangan visual diperoleh melalui pengolahan fasad

bangunan dan elemen di dalam jalur pejalan kaki lainnya yang

bertujuan untuk memfokuskan perhatian pengguna pada aktivitas

maupun detail tertentu. Sebagai contoh jika ingin mengarahkan

perhatian pengguna pada toko-toko retail maka bangunan perlu

dihadapkan pada jalur pejalan kaki terutama orientasi pintu masuk

utama dan dilengkapi dengan jendela setinggi level jalan (lihat Gambar

114). Pengaturan pandangan visual terutama perlu diaplikasikan pada

persimpangan jalan melalui penyediaan pandangan yang tidak

terhalang ketika akan menyeberang.

Gambar 114. Pengolahan desain fasad bangunan melalui penambahan kaca display (analisis

pribadi, 2017)

Page 15: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

140

Pengaturan pandangan visual dapat diolah dengan menggunakan

unsur vegetasi. Bentuk vegetasi yang beraneka ragam dapat

ditambahkan sebagai elemen pembatas ruang outdoor untuk membantu

fokus aktivitas ke dalam kawasan (lihat Gambar 115). Pemilihan

vegetasi dengan density daun lebat dapat membantu menahan silau

matahari. Pengolahan vegetasi sebagai pengatur pandangan visual

dapat digunakan untuk pembatasan privasi untuk ruang yang perlu dan

menutupi pandangan tidak menyenangkan di kawasan seperti timbunan

sampah. Pertimbangan penentuan vegetasi yang sesuai digunakan dapat

dilihat pembagian morfologi, jenis, dan karakteristik vegetasi pada bab

II halaman 36 hingga 37 dan 42 hingga 45.

Gambar 115. Pengaturan pandangan visual untuk membentuk ruang dengan memanfaatkan

vegetasi (analisis pribadi, 2017)

Pengaturan pandangan visual bertujuan pula untuk mencegah

kekosongan visual pada kawasan. Pada beberapa titik terkadang tidak

terhindarkan keberadaan dinding kosong, kondisi seperti itu dapat

diatasi dengan penambahan dekorasi baik berupa vegetasi maupun

public art. Public art ini dapat berupa patung, seni mural, maupun air

mancur. Selain sebagai unsur dekoratif, public art dapat berperan untuk

menonjolkan keasrian alam ataupun sebagai penampil humor semata.

Page 16: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

141

Gambar 116. Penambahan public art yang difungsikan pula sebagai area duduk (https://s-media-

cache-ak0.pinimg.com)

V.5.5. Pemilihan dan peletakan material

Dalam pemilihan dan peletakan material terutama mencakup 3

aspek yaitu estetika, fungsionalitas, serta maintenance. Pemilihan dan

peletakan material yang didesain dengan tujuan menonjolkan estetika

dapat menjadi public art di dalam kawasan. Pola material ini dapat

menjadi aksen yang sekaligus berfungsi sebagai penghubung antar

bangunan, pemisah antar jalur pengguna, dan pemecah area yang

terlihat terlalu luas. Contoh pemilihan dan peletakan material untuk

fungsi estetika dapat dilihat pada Gambar 8 hingga Gambar 11 di bab

II. Pada aspek fungsionalitas, pemilihan material erat kaitannya dengan

intensitas kegiatan yang diakomodasi. Dasar pertimbangan pemilihan

material untuk aspek fungsionalitas dapat dilihat pada bab tinjauan

pustaka halaman 31. Pemilihan material selain dari aspek estetika dan

fungsionalitas juga mencakup aspek maintenance yaitu melalui

pemilihan material yang mudah dalam perawatan dan diganti jika

mengalami kerusakan.

Pola peletakan material mempertimbangkan konsep perancangan

segmen Ngapeman hingga Gladak. Pada dokumen RTBL direncanakan

bahwa segmen ini menggunakan pola paving berdasar pada batik motif

Page 17: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

142

ceplok. Pola batik ini mengambil bentuk bunga mekar (Sarwono, 2016)

lihat Gambar 117). Konsep motif ceplok ini tidak hanya diolah pada

pola paving namun dapat pula dimunculkan pada bentuk public art

lainnya.

Gambar 117. Pola batik motif ceplok (sumber: http://3.bp.blogspot.com/-

zBGHVqwB4KQ/VUIz9ZyujlI/AAAAAAAACi0/IBiIjaRXpm8/s1600/ceplok-bligon.jpg)

Terdapat dua macam bahan dan material yang dapat diaplikasikan

pada sebuah kawasan, yaitu material lunak dan material keras. Material

keras sering digunakan sebagai bahan lantai, furniture ruang, maupun

dekorasi. Material keras dapat diperoleh dari hasil geologi seperti batu,

pasir, dan bata; dari hasil buatan manusia seperti alumunium, besi baja,

plastik, serta material campuran seperti beton maupun plywood. Contoh

aplikasi material keras pada kawasan dapat dilihat di bab II Gambar 34

hingga Gambar 36. Material lunak dalam kawasan diwujudkan dalam

vegetasi maupun air. Penambahan elemen air mengalir dapat

memberikan efek privasi pada pengguna karena dapat menyamarkan

perbincangan dan sebagai pengalih bising jalan raya.

V.5.6. Penyediaan sarana jalur pejalan kaki

Tujuan penyediaan sarana jalur pejalan kaki dalam kawasan yaitu

untuk menciptakan perasaan nyaman dan aman selama beraktivitas.

Dalam sub sub-bab ini hanya akan dibahas mengenai persyaratan

penyediaan sarana, untuk persyaratan peletakan antar sarana akan

dibahas selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak.

1) Area duduk

Untuk memastikan tingkat kenyamanan mencukupi untuk

pengguna, area duduk perlu memenuhi beberapa kriteria. Area duduk

Page 18: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

143

perlu dilengkapi dengan sandaran, atau dapat pula memberi kebebasan

pada pengguna untuk duduk menghadap ke depan, belakang, atau

samping. Pertimbangan pemilihan material tempat duduk disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Bangku dengan bahan kayu dapat

memberikan kenyamanan paling tinggi bagi pengguna, sementara

bangku berbahan batu atau besi biasanya difungsikan pula sebagai

public art. Penting untuk menjadi pertimbangan yaitu penyediaan area

duduk ini tidak mengurangi efektif untuk sirkulasi sehingga perlu

dilakukan pembagian zonasi kawasan yang akan dilakukan pada sub-

bab analisis tapak. Dimensi tempat duduk dapat berkisar 40 hingga 50

centimeter untuk lebar dan panjang 150 centimeter. Diutamakan

material dengan durabilitas tinggi sebagai bahan tempat duduk.

Gambar 118. Pengolahan desain bentuk bangku (analisis pribadi, 2017; gambar atas:

dokumentasi pribadi; gambar kiri bawah: http://www.samsvojmajstor.com; gambar kanan bawah:

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com)

Untuk mempromosikan kebersihan di dalam kawasan, di sekitar

area duduk dapat ditambahkan tempat sampah. Desain bak sampah

disarankan dibuat dengan material durabilitas tinggi dan dengan

dimensi yang memadai.

2) Signage

Ketersediaan signage dalam bentuk tanda rambu-rambu jalan

dapat memberikan informasi penting untuk pengguna sehingga

Page 19: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

144

berperan memberi rasa aman selama aktivitas. Selain rambu-rambu

jalan, perlu ditambahkan pula tanda penunjuk dan peta informasi

kawasan sehingga menambah rasa nyaman pengguna. Diatur oleh

kementerian pekerjaan umum, pengadaan signage diletakkan pada

titik interaksi sosial dengan material durabilitas tinggi dan tidak

menimbulkan efek silau.

3) Pencahayaan

Persyaratan ruang terkait dengan pencahayaan mencakup pada

tujuan menciptakan perasaan aman dan memastikan kenyamanan

pandangan visual. Penyediaan pencahayaan perlu memenuhi tingkat

iluminasi yang memadai namun tetap di bawah kesan glare. Perhatian

khusus mengenai tata pencahayaan perlu dilakukan terutama pada

perbedaan ketinggian yang dilewati jalur sirkulasi. Kementerian

pekerjaan umum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

03/PRT/M/2014 menyampaikan tinggi tiap lampu maksimal 4 meter

pada jarak 10 meter dari masing-masing titik dan dengan

menggunakan material durabilitas tinggi seperti metal.

V.5.7. Persyaratan khusus untuk penggunaan selain sirkulasi

Pemanfaatan jalur pejalan kaki selain untuk sirkulasi

diperbolehkan selama tidak menghambat sirkulasi pejalan kaki.

Penggunaan jalur pejalan kaki untuk fungsi kegiatan jual beli

diperkenankan karena dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk

kawasan. Selain itu diperbolehkan pula penggunaan pameran outdoor.

Pemanfaatan selain untuk sirkulasi perlu mengacu pada ketentuan

pemanfaatan jalur pejalan kaki yang diperkenankan pada bab II

halaman 90. Selain itu pengadaan penggunaan selain sirkulasi juga

perlu mempertimbangkan luasan yang dipakai oleh kegiatan tambahan

tersebut, yang nantinya di analisis dalam sub-bab analisis besaran

ruang.

Page 20: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

145

V.6. Analisis Besaran Ruang

Analisis besaran ruang dilakukan untuk memperoleh lebar maupun luas yang dibutuhkan untuk pengguna dapat beraktivitas

di dalam kawasan. Penentuan besaran ruang diperoleh dari dimensi tubuh manusia dan kriteria perancangan pedestrian mall serta

dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan

jalur pejalan kaki. Besaran ruang yang dihasilkan dapat berupa lebar atau luas tergantung pada satuan yang sesuai untuk ruang

terkait (lihat Tabel 15)

Tabel 15. Tabel perhitungan besaran ruang.

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

ZO

NA

SIR

KU

LA

SI

Jalur pejalan

kaki

Maksimal lebar 7,6 meter

Rekomendasi ruang bebas 3-6 meter

Dimensi tubuh manusia (lihat bab II

halaman 61 hingga 62)

Karakter perilaku pejalan kaki (lihat bab

II halaman 61 hingga 62)

Lebar jalur minimal 1,5 meter dan luas

2,25 m2 untuk akomodasi pengguna

difabel

Page 21: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

146

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Jarak minimum dengan dinding

bangunan 75 cm

Dari dasar pertimbangan diperoleh

lebar pejalan kaki yang sesuai

yaitu berkisar dari 3 hingga 6

meter. Perancangan jalur pejalan

Minimal jalur pejalan kaki untuk jalan

arteri 1,8 meter

Minimal jalur pejalan kaki untuk

kawasan pertokoan 2 meter

Jalur pejalan kaki untuk intensitas

pemakaian tinggi berkisar 1,8-3 meter

Page 22: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

147

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

kaki tersebut dapat menampung

16 hingga 23 orang/m

Jalur sepeda Dimensi tubuh pengguna ketika

bersepeda (lihat bab II halaman 88)

Direncanakan kapasitas 2

pengguna sepeda berjalan

beriringan

Jalur shuttle bus Dimensi bus yaitu lebar 2,4 meter hingga

3 meter dan panjang kendaraan 6 hingga

8 meter

Penentuan lebar jalur shuttle bus

tergantung dari pemilihan armada

bus. Jalur shuttle bus yang

diperlukan terdiri dari 2 jalur

untuk dua arah sirkulasi yang

berbeda

Jalan raya Kendaraan yang diakomodasi terdiri dari:

Mobil dengan dimensi lebar 1,4

hingga 1,6 meter

Bus dengan dimensi lebar 2,4 hingga

3 meter

Kendaraan yang diakomodasi oleh

pedestrian mall terdiri dari 3 lajur

kendaraan

Page 23: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

148

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

ZO

NA

PE

NJU

AL

AN

Sidewalk cafe Perbandingan 1:1,5 antara lebar sidewalk

café dengan jalur pejalan kaki

Penentuan lebar sidewalk café

yang diperbolehkan tergantung

pada lebar jalur pejalan kaki di

lokasi sidewalk café berada.

Penentuan panjang sidewalk café

tergantung pada panjang restoran

Kios kaki lima Area makan 0,5 m2/orang

Area penjualan

Antrian 0,81 m2/konter

Kasir 1,2 m2/konter

Dapur 1,1 m2/konter

Kebutuhan 20% untuk keleluasaan

sirkulasi

Ditentukan kapasitas tiap kios kaki

lima yaitu untuk 5 penjual dengan

kapasitas area makan untuk 20

orang. Analisis kapasitas ini

merupakan besaran ruang di tiap

titik kios kaki lima.

Standar besaran

ruang diperoleh

dari dimensi

tubuh manusia

dan perabot.

ZO

NA

RE

KR

EA

SI Area duduk Dimensi lebar bangku 40 hingga 50 cm

dan panjang 150 cm

Lebar minimal jalur perabot sebesar 60

cm

Masing-masing area duduk

memiliki 4 bangku

Page 24: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

149

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Sirkulasi untuk kenyamanan fisik sebesar

30%

Area free wifi

internet

Luas yang dibutuhkan 0,52 m2/orang

Kebutuhan 20% untuk keleluasaan

sirkulasi

Area free wifi dapat menampung 7

orang di tiap titik lokasinya.

Luas ruang

diperoleh dari

dimensi orang

duduk dan

perabot

Jogging track Jalur jogging track dapat

digabung dengan jalur pejalan

kaki

Area pertunjukkan Area penonton dengan luas 0,52

m2/orang

Area panggung dengan luas 0,92

m2/orang

Ruang penyimpanan 0,02 m2/kursi

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Area pertunjukkan dapat

menampung kapasitas hingga 200

penonton dengan panggung untuk

20 performer

Page 25: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

150

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Area pameran

outdoor

Kebutuhan luas pengguna 0,92 m2/orang

Kebutuhan sirkulasi 50% untuk

keperluan aktivitas

Memiliki kapasitas untuk 200

orang

Area pameran

outdoor

ditempatkan di

ruang bebas

pejalan kaki

karena

kegiatannya

bersifat berkala

Area bermain

outdoor

Kebutuhan bermain anak untuk semua

umur memiliki standar 1,5 hingga 4

m2/anak

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Area dapat menampung kapasitas

20 anak

Dikutip dari Data

Arsitek jilid 1

oleh Neufert

(1996)

Taman bermain

anak

Taman baca Rak buku 0,27 m2/rak

Area baca 0,52 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Tiap lokasi taman baca memiliki 5

rak buku dan menampung

kapasitas 20 orang

Dikutip dari Data

Arsitek jilid 2

oleh (Neufert,

1993)

Page 26: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

151

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Ruang serbaguna Luas 0,52 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Menampung kapasitas 50 orang

Public art Besaran public art tergantung

pemilihan bentuk dan fungsi

objeck

Jalur hijau Memiliki lebar minimal 1,5 meter Jalur hijau berada di sepanjang

kawasan

ZO

NA

SE

RV

IS

Toilet Area toilet 0,79 m2/orang

Area toilet untuk difabel 3 m2/orang

Area lavatory 0,75 m2/orang

Area lavatory untuk difabel 1,1 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 6 orang (@gender

3 orang)

Standar besaran

ruang diperoleh

dari dimensi

tubuh dan

perabot

Ruang nursery Kebutuhan 0,79 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 1 orang

Page 27: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

152

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Mushola Area wudhu 0,75 m2/orang

Area sholat 0,2 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas area wudhu

menampung 4 orang dan area

sholat untuk 20 orang

Ruang janitor Kebutuhan 0,19 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 3 orang

Pos satpam Kebutuhan 0,92 m2/orang Kapasitas 1 orang

ZO

NA

PE

NU

NJA

NG

Area parkir Kebutuhan 15 m2/mobil dan 0,5

m2/motor

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas 20 mobil dan 50 motor

Halte bus Kebutuhan 0,93 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 5 hingga 10 orang

Area drop off Kebutuhan 15 m2/mobil Kapasitas untuk 1 hingga 2 mobil

Page 28: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

153

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Pusat

informasi/area

penerima

Kebutuhan 0,93 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 10 orang

Area parkir

pengelola

Kebutuhan 15 m2/mobil dan 0,5

m2/motor

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas 20 mobil dan 50 motor

Pangkalan

taksi/ojek/becak

Kebutuhan 15 m2/taksi dan 0,5 m2/ojek

serta 1,5 m2/becak

Kapasitas 3 taksi, 8 ojek, dan 5

becak

Ruang pengelola Area manajer 11,04 m2/orang

Area staf 2,4 m2/orang

Area rapat 0,8 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 9 manajer, 3

staf/manajer, dan rapat untuk 12

orang

Page 29: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

154

ZONA

RUANG

PROGRAM

RUANG DASAR PERTIMBANGAN ANALISIS KETERANGAN

Ruang pegawai

kawasan

Ruang loker 1,05 m2/orang

Ruang ganti 0,98 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas 5 orang

Ruang ME Kebutuhan 0,92 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas 5 orang

Ruang keamanan Area layar cctv 0,61 m2/orang

Kebutuhan untuk keleluasaan sirkulasi

20%

Kapasitas untuk 5 orang

(analisis pribadi, 2017)

Page 30: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

155

V.7. Analisis Tapak

V.7.1. Analisis pencapaian tapak

Analisis pencapaian tapak dilakukan berdasar pada data yang

diperoleh dari tinjauan penggunaan lahan kawasan (bab IV.4) dan

tinjauan akses transportasi kawasan (bab IV.6). Pembahasan

pencapaian tapak fokus pada akses kendaraan pribadi dan kendaraan

umum. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengolah

akses masuk yang memudahkan pengguna. Analisis pencapaian tapak

ini nantinya menjadi salah satu komponen dari konsep tapak yang

kemudian menjadi bahan proses desain site plan.

Pencapaian langsung kawasan dengan kendaraan pribadi

memiliki berbagai alternatif karena keberadaan simpang jalan yang

relatif tinggi. Secara keseluruhan segmen Ngapeman hingga Gladak

dapat diakses melalui tiap simpang jalan kecuali dari Jalan

Honggowongso karena diterapkan sistem satu arah ke selatan pada jalan

tersebut (lihat Gambar 119).

Gambar 119. Pencapaian dengan kendaraan pribadi (analisis pribadi, 2017)

Page 31: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

156

Banyaknya alternatif akses ini penting karena dengan begitu

pengunjung tidak perlu memutar jauh untuk datang ke toko yang

diinginkan. Konsekuensi dari pencapaian ini yaitu diperlukan

akomodasi parkir dengan jarak relatif dekat ke masing-masing retail.

Peletakan area parkir akan dibahas selanjutnya pada sub-bab analisis

zonasi tapak.

Pencapaian langsung dan tidak langsung dapat dilakukan dengan

kendaraan umum tergantung pada rute jalur yang dipilih. Dengan

kendaraan umum Batik Solo Trans (disingkat BST) koridor 1 hanya

dapat dilakukan pencapaian tidak langsung karena bus menuju utara di

Gendengan. BST koridor 2 dapat mencapai kawasan pedestrian mall

secara langsung karena rute bus ini melewati sepanjang Jalan Slamet

Riyadi dari barat ke timur. Selain dengan BST, pencapaian langsung

dapat dilakukan dengan menggunakan angkutan umum nomor 06 dan

07 yang melewati Jalan Slamet Riyadi di persimpangan Jalan

Honggowongso dan Jalan Gajah Mada (lihat Gambar 120).

Gambar 120. Pencapaian dengan kendaraan umum (analisis pribadi, 2017)

Konsekuensi dari pencapaian dengan kendaraan umum yaitu

perlu adanya halte di sepanjang kawasan untuk BST dan di

Page 32: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

157

persimpangan Jalan Honggowongso dengan Jalan Slamet Riyadi untuk

angkutan umum. Peletakan halte akan dibahas selanjutnya pada sub-

bab zonasi tapak.

V.7.2. Analisis sirkulasi dalam tapak

Analisis sirkulasi dalam tapak dilakukan untuk mengetahui

macam sirkulasi yang ada di dalam pedestrian mall di Kawasan Slamet

Riyadi sehingga nantinya dapat menjadi dasar pertimbangan

pengolahan zonasi tapak pada bab V.7.4. Dasar pertimbangan analisis

sirkulasi dalam tapak yaitu dari analisis kebutuhan ruang yang

menyatakan perlu disediakan sirkulasi untuk pejalan kaki, sepeda, dan

kendaraan.

Dalam rangka mencapai kriteria desain konektivitas, dalam

pedestrian mall perlu memudahkan pengguna jika ingin berpindah dari

lokasi satu ke lokasi lainnya. Pertimbangan yang perlu dimasukkan

dalam analisis ini yaitu tidak adanya sarana akomodasi kendaraan dari

arah timur ke barat. Di dalam kawasan, sirkulasi kendaraan terjadi dari

barat ke timur tanpa ada arus contra flow sehingga hanya

mengakomodasi satu arah arus lalu lintas. Untuk mengakomodasi arus

pengguna dari timur ke barat, perlu disediakan sarana shuttle bus.

Sirkulasi shuttle bus ini dapat digabung dengan jalur sirkulasi pejalan

kaki seperti pada bangunan preseden 16th mall di Denver (lihat sub-bab

tinjauan pedestrian mall, sub sub-bab preseden) atau dapat pula

diberikan sirkulasi khusus di area jalan raya bersama dengan kendaraan

umum dan pribadi. Peletakan sarana shuttle bus akan dibahas

selanjutnya pada sub sub-bab analisis zonasi tapak.

Untuk memudahkan proses analisis, maka dalam analisis

sirkulasi ini dilakukan penyusunan prioritas sirkulasi. Fungsi

penyusunan prioritas sirkulasi ini yaitu untuk menunjukkan jenis

sirkulasi yang diutamakan dalam proses pengolahan desain. Prioritas

sirkulasi ini terlihat memberikan konsekuensi pada analisis terutama

pada analisis besaran ruang dan analisis zonasi tapak. Sebagai contoh

Page 33: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

158

pedestrian mall yang berfungsi terutama sebagai area pejalan kaki tentu

perlu memprioritaskan kepentingan pejalan kaki. Dengan

memprioritaskan sirkulasi pejalan kaki, maka dari analisis peruangan

hingga analisis bentuk perlu mementingkan kebutuhan dan karakter

pejalan kaki. Begitu pula pertimbangan proses pengolahan kawasan

mengikuti urutan prioritas selanjutnya (lihat Bagan 4). Kendaraan

pribadi sebagai prioritas terakhir menunjukkan akomodasi sirkulasi ini

namun dalam hal pengolahan desain tidak terlalu diutamakan. Hal lain

yang perlu dimasukkan dalam prioritas sirkulasi yaitu keberadaan

kereta api pariwisata Jaladara. Rel kereta jaladara berada di sisi selatan

Jalan Slamet Riyadi dan tidak dimungkinkan untuk dipindahkan.

Bagan 4. Urutan prioritas jenis sirkulasi dalam kawasan (analisis pribadi, 2017)

V.7.3. Analisis zonasi tapak

Analisis zonasi tapak dilakukan agar diperoleh pembagian jalur

dan area yang sesuai dengan aktivitas di dalam kawasan. Analisis

zonasi tapak mengambil dasar pertimbangan tinjauan pustaka dan

tinjauan kawasan serta dari analisis pada sub-bab sebelumnya.

1) Zonasi pembagian jalur sirkulasi

Analisis zona sirkulasi dilakukan untuk menentukan area untuk

masing-masing aktivitas dan pengguna. Pembagian zona sirkulasi

dapat bermanfaat untuk menciptakan perasaan aman bagi tiap

pengguna karena diminimalisir kemungkinan tumpang tindih jalur

yang tidak direncanakan.

Pengolahan zona sirkulasi perlu mempertimbangkan kebutuhan

penyediaan jalur pejalan kaki untuk Kawasan Slamet Riyadi. Sesuai

Page 34: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

159

dengan ketentuan penyediaan jalur pejalan kaki berdasarkan fungsi

jalan dan penggunaan bangunan dalam peraturan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014, pada jalan arteri dan

dengan fungsi bangunan sebagai bangunan komersial maka jaringan

jalur pejalan kaki dikembangkan di kedua sisi jalan. Sirkulasi

eksisting tapak perlu diolah kembali karena sisi utara masih berupa

jalur lambat yang diperuntukkan tidak hanya bagi pejalan kaki namun

juga kendaraan motor.

Pertimbangan lain yang dilingkupi dalam analisis yaitu

penambahan fungsi shuttle bus di dalam kawasan. Penambahan fungsi

ini menimbulkan konsekuensi penyediaan jalur sirkulasi menerus di

sepanjang kawasan. Jalur sirkulasi shuttle bus dapat diletakkan

berbatasan dengan jalur pejalan kaki sisi utara sehingga sirkulasi nya

tidak terhambat oleh kendaraan yang melintas di Jalan Slamet Riyadi.

Untuk tetap menjaga keamanan pejalan kaki, antara jalur pejalan kaki

dengan jalur shuttle bus dapat ditambahkan pagar pengaman atau

perbedaan ketinggian lantai. Skenario lain yaitu shuttle bus diletakkan

di jalan raya bersama dengan kendaraan lainnya (lihat Gambar 121).

Jalur hijau dan jalur kereta merupakan zona yang diminimalisir

berbeda dengan eksisting. Jalur hijau di sepanjang kawasan memiliki

vegetasi eksisting yang dapat menjadi peneduh jalur pejalan kaki

sehingga perlu dipertahankan keberadaannya. Jalur kereta di sisi

selatan jalan adalah rel kereta aktif untuk sirkulasi kereta api

pariwisata jaladara sehingga tidak dimungkinkan untuk di relokasi.

Dalam upaya meminimalisir perubahan tersebut, maka zona lain

diolah untuk menyesuaikan kondisi tersebut. Terutama jalur shuttle

bus yang akan terhambat dengan keberadaan vegetasi di jalur hijau

dan dihindari bertabrakan sirkulasi dengan kereta api, kedua jalur

shuttle bus dapat diletakkan di utara jalan mengapit jalur hijau. Selagi

tidak ada shuttle bus yang melintas, jalur dapat digunakan oleh pejalan

kaki.

Page 35: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

160

Gambar 121. Pembagian jalur sirkulasi antar pengguna (analisis pribadi, 2017)

2) Zonasi pembagian area pejalan kaki

Zonasi pembagian area pejalan kaki dilakukan untuk mengolah

jalur pejalan kaki agar dapat mengakomodasi aktivitas yang

direncanakan. Proses analisis pembagian area pejalan kaki dilakukan

dengan dasar pertimbangan tipologi pembagian area pejalan kaki

menurut peraturan kementerian pekerjaan umum (lihat bab II halaman

64 hingga 66 poin a-c) dan adanya penambahan beberapa fungsi ruang

dalam pedestrian mall.

Penambahan fungsi ruang menimbulkan konsekuensi

penambahan ruang yang harus diakomodasi jalur pejalan kaki. Pokok

ketentuan pengolahan pembagian area pejalan kaki yaitu peletakan

fungsi ruang tanpa mengganggu sirkulasi pejalan kaki. Hasil analisis

besaran ruang berupa kisaran lebar efektif pejalan kaki dapat

digunakan sebagai parameter pengolahan pembagian area pejalan

kaki. Fungsi ruang di dalam zona rekreasi dan zona penjualan yang

Page 36: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

161

masing-masing mengambil dimensi cukup besar tidak dapat

diletakkan pada titik yang sama. Jika zona rekreasi dan zona penjualan

tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada jalur pejalan kaki, kedua zona

dapat mengambil sebagian lebar jalur hijau atau jalur bagian depan

gedung. Street furniture peletakannya lebih fleksibel karena tidak

mengambil dimensi yang cukup luas dari jalur pejalan kaki. Street

furniture dapat diletakkan pada jalur pejalan kaki ketika tidak bersama

zona lainnya dan dapat diletakkan pada jalur hijau ketika berada pada

titik yang sama dengan zona rekreasi atau zona penjualan. Zona servis

dan zona penunjang sebagai zona komplemen untuk pejalan kaki

dapat diletakkan di zona sirkulasi. Lihat Gambar 122 berikut.

Gambar 122. Analisis pengolahan pembagian area pejalan kaki (analisis pribadi, 2017)

3) Zona penerima

Penambahan zona penerima bertujuan untuk memberi tanda

batas kawasan pedestrian mall. Zona area penerima dapat memberi

pengguna sense pencapaian kawasan. Area penerima

dipertimbangkan untuk diletakkan di tiap simpang jalan yang dilalui

pedestrian mall. Di dalam area penerima juga dapat ditambahkan area

Page 37: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

162

informasi yang memudahkan aktivitas pengunjung. Karena fungsinya

sebagai gerbang penyambut pengunjung, maka pengolahan desain

bentuk area ini dapat dibuat menjadi point of interest kawasan.

Gambar 123. Potensi peletakan zona penerima di kawasan (analisis pribadi, 2017)

Gambar 124. Ide desain zona penerima (analisis pribadi, 2017; gambar:

http://www.landezine.com)

4) Zona parkir

Analisis zona parkir dilakukan sebagai konsekuensi dari analisis

pencapaian tapak yang menyatakan adanya akses masuk kendaraan

pribadi. Hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi

area parkir yaitu letak simpang jalan di sepanjang kawasan dan

kondisi eksisting lalu lintas kendaraan mengikut sistem satu arah dari

barat ke timur. Dari dua dasar pertimbangan tersebut muncul beberapa

Page 38: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

163

kriteria. Lokasi zona parkir perlu dipertimbangkan pada titik yang

relatif dekat dengan simpang jalan untuk kemudahan akses dan

sirkulasi serta berada di timur dari simpang jalan.

Mempertimbangkan fungsi bangunan yang mayoritas

merupakan pertokoan, diterapkan sistem on-street parking. Sistem

On-street parking ini sesuai untuk segmen Ngapeman hingga Gladak

dengan deretan pertokoan padat bangunan karena memudahkan

pengguna dalam mencapai retail yang diinginkan (lihat Gambar 125).

Gambar 125. Potensi peletakan zona parkir kawasan (analisis pribadi, 2017)

5) Zona halte kendaraan umum

Analisis zona halte kendaraan umum dilakukan agar diketahui

titik lokasi yang perlu dan sesuai untuk diberikan fungsi halte. Dasar

pertimbangan yang diambil untuk analisis ini yaitu peraturan

kementerian pekerjaan umum yang menyatakan halte dapat melayani

pejalan kaki dalam radius jarak 400 meter serta hasil dari analisis

pencapaian tapak yang telah dilakukan. Selain itu perlu

dipertimbangkan pula hasil dari analisis sirkulasi dalam tapak yang

menyatakan perlu untuk menyediakan shuttle bus, karena dengan

Page 39: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

164

analisis tersebut menimbulkan konsekuensi penyediaan halte shuttle

bus.

Sesuai dari analisis yang diperoleh pada pencapaian tapak,

diperlukan beberapa titik halte BST dan angkutan umum. Diketahui

bahwa rute angkutan umum yang melewati Kawasan Slamet Riyadi

melalui simpang Jalan Gatot Subroto, sehingga pada simpang jalan ini

perlu diberikan halte untuk angkutan umum (lihat Gambar 126).

Untuk keperluan kemudahan transit, perlu disediakan halte BST di

radius berjalan kaki dari halte angkutan umum tersebut. Dalam upaya

akomodasi kemudahan transit dalam kawasan maka perlu diberikan

halte shuttle bus di sekitar simpang jalan tersebut serta di simpang

jalan sepanjang kawasan. Halte BST eksisting di dalam segmen dapat

dipertahankan lokasinya karena sesuai dengan perencanaan peletakan

halte shuttle bus dan angkutan umum (lihat Gambar 126).

Gambar 126. Analisis peletakan zona halte kendaraan umum (analisis pribadi, 2017)

6) Zona penyeberangan

Analisis zona peletakan penyeberangan dilakukan agar

diketahui lokasi dan jenis penyeberangan di kawasan yang sesuai

dengan ketentuan penyediaan. Dasar pertimbangan dari analisis ini

yaitu ketentuan penyediaan penghubung antar pusat kegiatan dalam

Page 40: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

165

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 (lihat

bab II halaman 75 hingga 77).

Dari jenis penyeberangan yang ada, beberapa sesuai dan lainnya

tidak sesuai untuk diaplikasikan dalam kawasan. Dalam peraturan

kementerian pekerjaan umum disampaikan bahwa pengadaan

penyeberangan pelikan digunakan pada jalan yang memiliki jarak

lebih dari 300 meter antar simpang jalannya. Kondisi kawasan yang

antar simpang jalannya tidak mencapai jarak tersebut menunjukkan

tidak adanya urgensi untuk mengaplikasikan penyeberangan pelikan.

Pada bagian lain dalam peraturan yang sama disampaikan bahwa jalan

arteri menunjukkan kelayakan dalam pengadaan jalur penyeberangan

di atas atau di bawah permukaan tanah. Berdasarkan ketentuan

tersebut maka perlu direncanakan pengolahan jalur penyeberangan di

atas atau di bawah permukaan tanah. Jenis penyeberangan zebra,

jembatan, maupun terowongan dapat digunakan di dalam kawasan.

Prinsip penentuan peletakan lokasi penyeberangan yaitu titik di

mana jika diberikan sarana tersebut dapat memudahkan pejalan kaki.

Peletakan paling mudah dari jalur penyeberangan yaitu di simpang

jalan. Selain itu lokasi penyeberangan akan memudahkan pengguna

jika terletak dekat dengan letak konsentrasi pejalan kaki paling tinggi

dan pada sekitar area halte kendaraan umum (lihat Gambar 127).

Penentuan jalur penyeberangan jenis jembatan dapat

mempertimbangkan lingkungan simpang jalan. Pada simpang jalan

Ngapeman dengan bahu jalan lebar dapat menjadi potensi peletakan

jembatan penyeberangan. Dipertimbangkan pula peletakan jembatan

penyeberangan di simpang jalan Ngarsopuro untuk menghubungkan

area Night Market Ngarsopuro (lihat Gambar 127).

Page 41: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

166

Gambar 127. Potensi peletakan jalur penyeberangan (analisis pribadi, 2017)

V.8. Analisis Massa

V.8.1. Analisis bentuk

Analisis bentuk dilakukan sehingga diperoleh bentuk yang sesuai

dengan ketentuan perencanaan jalur pejalan kaki menurut Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 dan sesuai dengan

kondisi eksisting kawasan.

Terdapat beberapa ketentuan mengenai bentuk jalur pejalan kaki

yang perlu menjadi pertimbangan pengolahan. Ketentuan tersebut

meliputi tinggi dan kedalaman jalur efektif pejalan kaki, perubahan

ketinggian lantai, serta kemiringan lantai. Ketentuan pengolahan dapat

ditinjau pada bab II halaman 64 hingga 64 dan halaman 67. Beberapa

ketentuan perencanaan bentuk jalur pejalan kaki tersebut memunculkan

konsekuensi dalam pengolahan penambahan jalur pejalan kaki di

atas/bawah permukaan tanah (lihat Gambar 128).

Page 42: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

167

Gambar 128. Pengolahan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah menurut ketentuan

peraturan (analisis pribadi, 2017)

Melihat kondisi eksisting kawasan, kesesuaian pemilihan jalur

pejalan kaki di atas permukaan tanah lebih tinggi daripada jalur pejalan

kaki di bawah tanah. Pada analisis persyaratan ruang disampaikan

bahwa pada kawasan perlu ditambahkan jalur pejalan kaki di

atas/bawah permukaan tanah. Jalur pejalan kaki yang berada di atas

permukaan tanah memiliki visual yang lebih baik, dari dalam ke luar

maupun sebaliknya. Jumlah vegetasi dalam kawasan Slamet Riyadi

dapat menjadi potensi peneduh sehingga mengurangi urgensi dari

penambahan penutup atap. Selain itu kondisi vegetasi yang rimbun di

kawasan dapat memberi pemandangan visual atraktif untuk

pengunjung.

Pemilihan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah dapat

memberikan kesempatan jumlah kunjungan yang lebih besar ke dalam

kawasan. Peletakan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah tidak

hanya memberikan keleluasaan visual dari jalur ke luar, namun juga

pandangan visual dari jalan ke dalam jalur. Pengguna lalu lintas Jalan

Page 43: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

168

Slamet Riyadi memiliki akses pandangan visual yang leluasa ke dalam

jalur pejalan kaki, sehingga dapat menginformasikan aktivitas dan

macam retail yang ada. Diharapkan dari situasi tersebut dapat

mendorong kunjungan dari pengguna lalu lalang di Jalan Slamet

Riyadi. Selain itu peletakan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah

terintegrasi dengan rencana pemerintah kota yang akan memindahkan

sistem kabel listrik ke bawah tanah (berita Solopos tahun 2016 hingga

2017).

Pemilihan letak jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah

(skywalk) dapat terintegrasi dengan letak jembatan penyeberangan.

Skywalk jika didesain terintegrasi dengan jembatan penyeberangan

dapat menambah konektivitas jalur pejalan kaki. Selain itu pengolahan

jembatan penyeberangan dan skywalk yang terintegrasikan dapat

memudahkan dapat perancangan desain. Peletakan perlu

mempertimbangkan vegetasi eksisting yang ada dalam segmen (lihat

Gambar 129). Skywalk hanya dapat diolah pada titik dengan vegetasi

lebih dari 8 meter, karena dengan begitu dapat meminimalisir

pengurangan bentuk vegetasi eksisting.

Gambar 129. Potensi letak skywalk yang menyesuaikan vegetasi eksisting dalam segmen (analisis

pribadi, 2017)

Page 44: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

169

Di jalur pejalan kaki atas permukaan tanah dapat ditambahkan

penutup atap untuk fungsi perlindungan dari cuaca. Terutama pada area

rekreasi dan penjualan perlu diberikan akomodasi perlindungan dari

cuaca agar mendorong orang untuk berlama-lama di lokasi.

Pemilihan jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah dapat

memberikan kemudahan dalam proses pengolahan tapak. Dengan jalur

pejalan kaki berada di bawah tanah, proses perancangan tidak perlu

memperhitungkan maksimal tinggi massa agar tidak mencapai dahan

pohon. Selain itu jalur pejalan kaki di bawah permukaan tanah dapat

menjamin perlindungan dari cuaca pada pengguna.

V.8.2. Analisis fasad

Analisis fasad dilakukan agar diperoleh tampilan bangunan yang

sesuai dengan perencanaan pedestrian mall di segmen Ngapeman

hingga Gladak. Pertimbangan pengolahan fasad bangunan yaitu

ketentuan bentuk bangunan baru di sepanjang Kawasan Slamet Riyadi

yang mengacu pada arsitektur kolonial agar selaras dengan tampilan

bangunan eksisting. Fasad pedestrian mall diolah mengacu pada

tampilan bangunan kolonial di Kota Surakarta (lihat Gambar 130).

Penentuan bangunan kolonial mengutip dari buku Jejak-Jejak Fisik

Kota Solo yang diterbitkan oleh DTRK Surakarta.

Gambar 130. Bangunan langgam arsitektur kolonial (gambar kiri: http://surakarta.go.id; gambar

kanan atas: http://static.republika.co.id; gambar kanan bawah: http://lh6.ggpht.com)

Page 45: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

170

V.8.3. Analisis struktur dan utilitas

Analisis struktur dan utilitas dilakukan agar diketahui sistem

struktur yang dapat menunjang bentuk serta sistem utilitas yang dapat

mendukung fungsi kawasan. Pemilihan struktur mempertimbangkan

kesesuaian bentuk dan estetika sistem struktur tersebut terhadap

bangunan. Sementara pemilihan utilitas berdasarkan pada fungsi ruang

yang ada di dalam kawasan.

Jalur pejalan kaki yang berada di atas permukaan tanah

memerlukan sistem struktur penopang. Sistem struktur yang

diaplikasikan dapat berupa sistem dengan kemampuan menopang

bentang relatif lebar agar jalur sirkulasi tidak terganggu dengan

keberadaan kolom di tengah lintasan. Pemilihan material struktur juga

berdasar pada prinsip yang sama yaitu dapat menopang bentang lebar.

Material yang digunakan dapat berupa komposit dari beberapa material

selama dapat menunjang keperluan bentang lebar. Sama halnya dengan

jalur pejalan kaki, penutup atap memerlukan sistem struktur dengan

bentang lebar. Sistem struktur penutup atap sekaligus dapat menjadi

unsur estetika karena elemennya dapat dilihat dari jalur pejalan kaki.

Karena alasan estetika tersebut maka dipilih konfigurasi dan material

struktur yang secara visual atraktif. Jalur pejalan kaki di bawah

permukaan tanah dapat menggunakan sistem struktur basement.

Analisis kesesuaian antara sistem struktur dengan bangunan di dalam

kawasan dapat dilihat pada Tabel 16. Pemilihan material dapat melihat

pada tinjauan halaman 92 hingga 93.

Tabel 16. Tabel kesesuaian sistem struktur dengan bangunan (analisis pribadi, 2017)

Sistem struktur Analisis

Struktur rangka Dapat digunakan sebagai struktur penopang jalur pejalan kaki

di atas permukaan tanah yang bentuknya tipikal memanjang

Struktur truss

frame

Dapat digunakan pada sistem struktur penutup atap karena

berpotensi menciptakan estetika dari geometri segitiga

Struktur pelat Dapat digunakan sebagai struktur lantai jalur pejalan kaki

Page 46: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

171

Struktur bearing

wall

Dapat digunakan pada struktur jalur pejalan kaki di bawah

permukaan tanah karena fungsinya yang mampu menahan

pergerakan tanah sekitar sekaligus menahan rembesan air

Struktur busur Sesuai untuk struktur di beberapa titik maupun sepanjang jalur

pejalan kaki di permukaan tanah Struktur vault

Struktur kubah Tidak sesuai untuk digunakan di kawasan dengan bentuk jalur

pejalan kaki yang memanjang

Struktur cangkang Berpotensi untuk digunakan sebagai penutup atap di ruang

yang memerlukan ruang luas Struktur membrane

Struktur kabel Sesuai untuk digunakan di jalur pejalan kaki yang

memerlukan bentang lebar agar tidak menghalangi sirkulasi

Sistem utilitas perlu ada untuk menunjang fungsi kawasan.

Pengadaan sistem air dapat memberikan perawatan pada jalur hijau dan

penunjang zona servis. Diperlukan sistem utilitas yang mampu

mencakup area luas sehingga dapat mencakup keseluruhan jalur hijau.

Sistem penerangan terutama digunakan untuk menjamin kenyamanan

beraktivitas dan menonjolkan perhatian visual dalam kawasan. Kedua

sistem utilitas tersebut sebaiknya digunakan secara efektif untuk tujuan

penghematan.

Page 47: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

172

BAB VI

KONSEP

Pada bab ini dibahas mengenai keputusan desain yang diambil setelah

dilakukan analisis pada bab sebelumnya. Dari enam sub-bab pada bab analisis,

dihasilkan tiga sub-bab dalam bab konsep ini, yaitu konsep peruangan, konsep

tapak dan konsep massa. Deskripsi dalam bab konsep diharapkan dapat menjadi

pedoman pada tahap desain.

VI.1. Konsep Peruangan

VI.1.1. Kebutuhan Ruang

Berikut tabel peruangan yang perlu dirancang di dalam

pedestrian mall

Tabel 17. Tabel kebutuhan ruang

ZONA

RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA

ZO

NA

SIR

KU

LA

SI Jalur pejalan kaki Sirkulasi Semua pengguna

Jalur sepeda Sirkulasi Semua pengguna

Jalur shuttle bus Sirkulasi Semua pengguna

Jalan raya Sirkulasi Semua pengguna

ZO

NA

PE

NJU

AL

AN

Retail Belanja, pengelolaan

retail

Semua pengguna

Sidewalk cafe Istirahat, pertemuan

individual, konsumsi

Semua pengguna

Kios kaki lima Belanja, konsumsi,

pengelolaan kios kaki

lima

Semua pengguna

Restoran Konsumsi,

pengelolaan restoran

Semua pengguna

Page 48: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

173

ZONA

RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA Z

ON

A R

EK

RE

AS

I

Area duduk Istirahat, Pertemuan

individual, Konsumsi,

pengamatan atau

melihat-lihat

Semua pengguna

Area free wifi internet Pemanfaatan jaringan

internet, Belajar

Semua pengguna

Jogging track Olahraga Semua pengguna

Area pertunjukkan Konser, Teater Semua pengguna

Area pameran outdoor Festival atau bazar,

pameran

Semua pengguna

Area bermain outdoor Bermain Semua pengguna

Taman bermain anak Bermain Semua pengguna

Taman baca Belajar Semua pengguna

Ruang serbaguna Diskusi masyarakat,

menyampaikan

aspirasi

Semua pengguna

Public art Pengamatan atau

melihat-lihat

Semua pengguna

Jalur hijau Pengamatan atau

melihat-lihat

Semua pengguna

ZO

NA

SE

RV

IS

Toilet Metabolisme Semua pengguna

Ruang nursery Metabolisme Semua pengguna

Mushola Ibadah Semua pengguna

Ruang janitor Pemeliharaan kawasan Pengelola kawasan

Pos satpam Pengamanan kawasan

Pengelola kawasan

Page 49: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

174

ZONA

RUANG PROGRAM RUANG AKTIVITAS PENGGUNA Z

ON

A P

EN

UN

JAN

G

Area parkir Datang, Penataan

parkir

Semua pengguna

Halte bus dan area drop

off

Datang Semua pengguna

Pusat informasi/area

penerima

Datang Semua pengguna

Area parkir pengelola Datang, Penataan

parkir

Pengelola kawasan

Pangkalan

ojek/taksi/becak

Menunggu pengguna

jasa

Semua pengguna

Ruang pengelola Pengelolaan kawasan Pengelola

Ruang pegawai

kawasan

Istirahat Pengelola kawasan

Ruang ME Pemeliharaan kawasan Pengelola kawasan

Ruang keamanan Pengamanan kawasan Pengelola kawasan

(analisis pribadi, 2017)

VI.1.2. Pola hubungan ruang

Zona sirkulasi sebagai penghubung antar ruang diberikan akses

langsung ke masing-masing zona lainnya. Pencapaian langsung

didesain pada ruang-ruang antara zona rekreasi dengan zona penjualan.

Zona penunjang dan zona servis tidak harus didesain dengan

pencapaian langsung terhadap zona penjualan maupun zona rekreasi,

namun sirkulasi yang diberikan harus terarah. Antara zona penjualan

dan zona servis diberikan akses tidak langsung dengan sirkulasi terarah.

VI.1.3. Besaran Ruang

Berikut tabel besaran ruang di pedestrian mall

Page 50: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

175

Tabel 18. Tabel besaran ruang dalam pedestrian mall

ZONA

RUANG PROGRAM RUANG BESARAN RUANG KETERANGAN

ZO

NA

SIR

KU

LA

SI

Jalur pejalan kaki Lebar 3 hingga 6 meter

Jalur sepeda Lebar 2 hingga 2,5 meter

Jalur shuttle bus Lebar 4,8 hingga 6 meter

Jalan raya Lebar 7,2 hingga 18

meter

ZO

NA

PE

NJU

AL

AN

Sidewalk cafe Lebar 2 hingga 4 meter Penentuan panjang

sidewalk café

tergantung pada

panjang restoran

Kios kaki lima Luas ±30 m2 Luas tiap titik

ZO

NA

RE

KR

EA

SI

Area duduk Luas 3 hingga 4 m2

Area free wifi internet Luas ±4 m2 Luas tiap titik

Jogging track Jalur jogging track

digabung dengan jalur

pejalan kaki

Area pertunjukkan Luas ±152 m2

Area pameran outdoor Luas ±276 m2 Area pameran

outdoor

ditempatkan di

ruang bebas pejalan

kaki karena

kegiatannya bersifat

berkala

Area bermain outdoor Luas berkisar 36 m2

hingga 96 m2

Taman bermain anak

Taman baca Luas ±14 m2

Page 51: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

176

ZONA

RUANG PROGRAM RUANG BESARAN RUANG KETERANGAN

Ruang serbaguna Luas ±31 m2

Public art Besaran public art

tergantung pemilihan

bentuk dan fungsi objek

Jalur hijau Lebar 1,5 meter

ZO

NA

SE

RV

IS

Toilet Luas ±17 m2 Luas tiap titik

Ruang nursery Luas ±1 m2

Mushola Luas ±8 m2

Ruang janitor Luas ±0,7 m2

Pos satpam Luas ±0,92 m2

ZO

NA

PE

NU

NJA

NG

Area parkir Luas ±400 m2 Luas tiap titik

Halte bus Luas antara 5,6 m2

hingga 11 m2

Luas tiap titik

Area drop off Luas antara 18 m2

hingga 36 m2

Luas tiap titik

Pusat informasi/area

penerima

Luas ±11 m2 Luas tiap titik

Area parkir pengelola Luas ±400 m2

Pangkalan

ojek/taksi/becak

Luas ±56 m2

Ruang pengelola Luas ±200 m2

Ruang pegawai kawasan Luas ±12 m2

Ruang ME Luas ±5,5 m2

Ruang keamanan Luas ±4 m2

(analisis pribadi, 2017)

Page 52: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

177

VI.1.4. Persyaratan Ruang

1) Pengolahan akses

Dalam memenuhi persyaratan pengolahan akses dirancang

beberapa keputusan desain. Dalam kawasan didesain jalur

penyeberangan dalam bentuk penyeberangan zebra dan jembatan,

peletakan penyeberangan ini akan disampaikan pada sub-bab konsep

zonasi tapak. Diberikan jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah.

Pada area yang tidak dimungkinkan dilakukan pemisahan jalur

tersebut ditambahkan pagar pengaman.

Penyediaan area parkir perlu memenuhi kriteria meliputi

pemilihan tapak dengan topografi datar, didesain dengan

mengakomodasi pengguna berkebutuhan khusus, penyediaan sarana

penerangan buatan dan perlindungan cuaca, serta jaminan aspek

keamanan. Penyediaan akomodasi kendaraan umum diberikan

melalui pengadaan fasilitas halte dan sarana shuttle bus di sepanjang

kawasan. Peletakan area parkir dan halte kendaraan umum akan

disampaikan pada sub-bab konsep zonasi tapak

2) Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus

Dalam memenuhi persyaratan akomodasi pengguna

berkebutuhan khusus, jalur pejalan kaki dengan kriteria yang

disampaikan pada Bab II halaman 62 hingga 64.

3) Perlindungan dari cuaca

Ditambahkan unsur vegetasi dan desain penutup atap sebagai

pemenuhan persyaratan perlindungan dari cuaca. Vegetasi

menggunakan jenis pohon peneduh dan diletakkan sehingga tercipta

continuous canopy di sepanjang kawasan. Didesain kanopi peneduh

di beberapa bangunan dan penyediaan jalur pejalan kaki di atas

permukaan yang yang dilengkapi dengan penutup atap.

Page 53: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

178

4) Pengaturan pandangan visual

Dalam rangka pengaturan pandangan visual didesain beberapa

keputusan desain. Bangunan dihadapkan pada jalur pejalan kaki

terutama orientasi pintu masuk utama dan dilengkapi dengan jendela

setinggi level jalan. Disediakan pandangan yang tidak terhalang di

simpang jalan. Unsur vegetasi dipilih dengan bentuk daun lebat di

beberapa lokasi kawasan yang ingin dilakukan pengaturan pandangan

visual. Ditambahkan public art di beberapa lokasi kawasan yang

memiliki kekosongan visual

5) Pemilihan dan peletakan material

Untuk mencapai kesesuaian pemilihan dan peletakan material

dalam kawasan disusun beberapa keputusan desain. Desain pola

peletakan material dalam kawasan berprinsip pada unsur estetika dari

batik motif ceplok. Pengaturan pola motif ini dapat diolah menjadi

bentuk-bentuk lain selama masih menunjukkan prinsip dasar pola

ceplok seperti bentuk bunga mekar. Pada area kawasan yang

mengakomodasi sirkulasi kendaraan menggunakan material aspal

atau beton. Jalur sirkulasi yang sering dilalui orang menggunakan

lantai perkerasan seperti kerikil, batu lempeng, semen, keramik, atau

batu bata. Pada area yang didesain jarang dilalui orang menggunakan

material lunak seperti rumput. Terkecuali pada ruang-ruang yang

memiliki fungsi khusus menggunakan material yang mengikuti tujuan

dari pengadaan ruang tersebut. Pemilihan material untuk street

furniture menggunakan material keras buatan maupun material

komposit tergantung pada kesesuaian estetika pada lokasi kawasan.

6) Penyediaan sarana jalur pejalan kaki

Untuk memenuhi persyaratan penyediaan sarana jalur pejalan

kaki maka diberikan beberapa keputusan desain. Desain tempat duduk

dengan sandaran jika ingin mengakomodasi kenyamanan atau tanpa

sandaran jika ingin memberi kebebasan duduk pada pengguna. Desain

Page 54: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

179

tempat duduk dengan material kayu jika ingin memberikan

kenyamanan atau dengan material batu maupun besi jika ingin

difungsikan pula sebagai public art. Desain dimensi tempat duduk

dengan lebar 40 hingga 50 cm dan panjang 150 cm. Desain peletakan

bak sampah di area duduk dengan material dan dimensi yang

mendukung pengadaan. Ditambahkan signage berupa tanda petunjuk

dan peta informasi di titik interaksi sosial. Ditambahkan signage

berupa rambu-rambu jalan di beberapa titik sepanjang kawasan.

Desain titik lampu penerangan di sepanjang kawasan. Desain titik

lampu penerangan pada lokasi yang perlu menjadi perhatian pengguna

7) Persyaratan khusus untuk penggunaan selain sirkulasi

Pemanfaatan selain untuk sirkulasi mengacu pada ketentuan

pemanfaatan jalur pejalan kaki yang diperkenankan pada bab II

halaman 90 hingga 91 dengan luasan yang dipakai oleh kegiatan

tambahan tersebut

VI.2. Konsep Tapak

VI.2.1. Pencapaian dan Sirkulasi Tapak

Pencapaian tapak terdiri dari pencapaian langsung dan tidak

langsung menggunakan baik kendaraan umum maupun kendaraan

pribadi. Pencapaian langsung dengan kendaraan pribadi dari sisi utara

melalui Jalan Gajah Mada, Jalan Kartini, Jalan Diponegoro, dan Jalan

kartini. Pencapaian langsung dengan kendaraan pribadi dari sisi selatan

melalui Jalan Gatot Subroto. Pencapaian langsung dengan kendaraan

pribadi dari sisi barat melalui Jalan Slamet Riyadi sendiri. Pencapaian

tidak langsung dengan kendaraan pribadi dari sisi timur dengan

memutar di jalan paralel Jalan Slamet Riyadi. Pencapaian tidak

langsung dengan kendaraan umum menggunakan BST koridor 1

dilanjutkan dengan berjalan kaki. Pencapaian langsung dengan

kendaraan umum menggunakan BST koridor 2 dan menggunakan

Page 55: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

180

angkutan umum nomor 06 dan 07 yang melewati Jalan Slamet Riyadi

di persimpangan Jalan Honggowongso dan Jalan Gajah Mada.

Sirkulasi yang diakomodasi dalam kawasan meliputi sirkulasi

oleh kereta jaladara, pejalan kaki, sepeda, shuttle bus, kendaraan umum,

dan kendaraan pribadi. Disusun prioritas sirkulasi dalam kawasan

dengan urutan prioritas utama yaitu sirkulasi kereta jaladara, kemudian

sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi sepeda, sirkulasi shuttle bus, dan

sirkulasi kendaraan umum serta sirkulasi kendaraan pribadi

VI.2.2. Zonasi Tapak

1) Zonasi pembagian jalur sirkulasi

Sirkulasi untuk kendaraan tetap berorientasi di tengah kawasan.

Dua jalur hijau di sisi utara dan selatan jalan dipertahankan letak

eksistingnya. Jalur rel kereta di sisi selatan jalan dipertahankan letak

eksistingnya. Kawasan memiliki 3 jalur pejalan kaki yang 2

diletakkan di sisi utara dan 1 di sisi selatan. Jalur pejalan kaki sisi

selatan diletakkan di selatan jalur hijau yang memisahkan jalur pejalan

kaki dengan jalur rel kereta, sehingga jalur pejalan kaki diapit oleh

jalur hijau dan bangunan. Dua jalur pejalan kaki sisi utara diletakkan

mengapit jalur hijau, dengan jalur pejalan kaki sebelah selatan jalur

hijau berbatasan dengan bangunan. Dua jalur shuttle bus diletakkan di

sisi utara jalan mengapit jalur hijau. Sirkulasi shuttle bus digabungkan

dengan sirkulasi pejalan kaki di sisi selatan jalan (lihat Gambar 131).

Page 56: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

181

Gambar 131. Pembagian sirkulasi antar pengguna (analisis pribadi, 2017)

2) Zona pembagian area pejalan kaki

Fungsi ruang di dalam zona rekreasi dan zona penjualan

diletakkan secara bergantian di sepanjang jalur pejalan kaki. Zona

rekreasi dan zona penjualan dapat mengambil sebagian lebar jalur

hijau atau jalur bagian depan gedung. Street furniture dapat diletakkan

pada jalur pejalan kaki ketika tidak bersama zona lainnya dan dapat

diletakkan pada jalur hijau ketika berada pada titik yang sama dengan

zona rekreasi atau zona penjualan. Zona servis dan zona penunjang

diletakkan di zona sirkulasi (lihat Gambar 132).

Page 57: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

182

Gambar 132. Skenario pembagian jalur pejalan kaki (analisis pribadi, 2017)

3) Zona penerima

Area penerima diletakkan di titik awal dan akhir pedestrian mall

serta di tiap simpang jalan yang dilalui pedestrian mall (lihat Gambar

134)

4) Zona parkir

Zona parkir sepanjang segmen menerapkan sistem on-street

parking (lihat Gambar 133).

Page 58: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

183

Gambar 133. Sistem on street parking dalam segmen (analisis pribadi, 2017)

5) Zona halte kendaraan umum

Halte shuttle bus diletakkan di awal dan akhir pedestrian mall

serta di tiap simpang jalan yang dilalui pedestrian mall. Ditambahkan

halte angkutan umum di simpang jalan Gatot Subroto. Halte BST di

sepanjang segmen dipertahankan lokasi eksistingnya (lihat Gambar

134).

6) Zona penyeberangan

Jenis penyeberangan yang digunakan di dalam kawasan

meliputi penyeberangan zebra dan jembatan penyeberangan.

Penyeberangan zebra diletakkan di tiap simpang jalan sepanjang

segmen. Sementara jembatan penyeberangan diletakkan pada

simpang jalan Ngapeman dan simpang jalan Ngarsopuro (lihat

Gambar 134).

Page 59: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

184

Gambar 134. Peletakan zonasi dalam segmen (analisis pribadi, 2017)

VI.3. Konsep Massa

VI.3.1. Bentuk kawasan

Bentuk jalur pejalan kaki mengikuti ketentuan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 yang dapat ditinjau pada bab

II halaman 64 hingga 64 dan halaman 67. Ketentuan tersebut mencakup

jalur pejalan kaki baik di permukaan tanah maupun di atas permukaan

tanah. Jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah diletakkan pada lokasi

yang memiliki vegetasi dengan jarak antara permukaan tanah dengan

dahan pohon tinggi (lihat Gambar 135). Di beberapa lokasi

kemungkinan orang berlama-lama ditambahkan penutup atap, sehingga

tidak perlu diberikan pada sepanjang jalur.

Gambar 135. Konsep elevasi skywalk (analisis pribadi, 2017)

Page 60: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

185

VI.3.2. Fasad Kawasan

Pengolahan desain fasad menggunakan beberapa elemen yang

diaplikasikan pada bangunan kolonial di Surakarta (lihat Gambar 136).

Desain bentuk kolom dapat menggunakan bentuk kolom ramping pada

wisma batari atau kolom kokoh pada loji gandrung. Sistem kantilever

dapat menggunakan desain kantilever pada bangunan omah lawa.

desain dekorasi seperti pediment dapat menggunakan desain pediment

yang digunakan pada bangunan Bank Indonesia.

Gambar 136. Desain fasad pada skywalk (analisis pribadi,2017)

VI.3.3. Struktur dan Utilitas

Struktur rangka digunakan di beberapa bagian jalur pejalan kaki

dengan bentuk tipikal memanjang dengan menggunakan struktur pelat

sebagai struktur lantai. Penutup atap pada jalur pejalan kaki di atas

permukaan tanah dengan bentuk tipologi memanjang menggunakan

struktur truss frame sementara pada ruang yang memiliki spesifikasi

dimensi luas menggunakan struktur cangkang atau struktur membran

tergantung kesesuaian estetika sekitar. Struktur kabel digunakan pada

jalur pejalan kaki yang di bawahnya memerlukan keleluasaan bentang.

Prinsip penggunaan material yaitu dipilih material yang mampu

menopang kebutuhan struktur yang dipakai dan mengacu pada sifat

material di halaman 92 hingga 93.

Sistem penyiraman jalur hijau menggunakan sistem mekanik

berupa keran springkel. Sumber air diperoleh dari PDAM yang

Page 61: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

186

dialirkan ke sistem penyimpanan tangki air dengan sistem pemipaan

bahan PVC.

Perencanaan sistem pencahayaan meliputi perencanaan jaringan

kabel dilengkapi dengan panel listrik dan boks sekring. Sistem

penerangan kawasan menggunakan lampu solar cell. Titik lampu yang

diaplikasikan pada kawasan difungsikan sebagai sumber penerangan,

lampu ornament, atau menonjolkan perhatian visual.

Page 62: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

187

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, C., Ishikawa, S., & Silverstein, M. (1977). A Pattern Language: Towns,

Buildings, Construction. OUP USA.

Aliyah, I., Setioko, B., & Pradoto, W. (2016). The Roles of Traditional Markets as

the Main Component of Javanese Culture Urban Space (Case Study: The

City of Surakarta, Indonesia).

The IAFOR Journal of Sustainability, Energy & the Environment, 3(1).

Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fiafor.org%2Fwp-

content%2Fuploads%2F2016%2F04%2F7.5.-Article-6The-Roles-of-

Traditional-Markets-as-the-Main-Compnent-of-Javanese-Culture-2016.pdf

Balsas, C. (2016). Japanese shopping arcades, pinpointing vivacity amidst

obsolescence. Town Planning Review, 87(2), 205–232.

https://doi.org/10.3828/tpr.2016.15

Bates, K. (2013). Making Pedestrian Malls Work: Key Elements of Successful

Pedestrian Malls in the US and Europe. Diambil dari

http://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/handle/1794/13018

Bednar, M. J. (1989). Interior Pedestrian Places. Whitney Library of Design.

BPS Surakarta. (2015). Surakarta Dalam Angka 2015. Pemerintah Kota

Surakarta. Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=https%3A%2F%2Fsurakartakota.bps.

go.id%2Findex.php%2Fpublikasi%2Findex%3FPublikasi%255BtahunJud

Page 63: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

188

ul%255D%3D2015%26Publikasi%255BkataKunci%255D%3Dsurakarta

%26yt0%3DTampilkan%23

BPS Surakarta. (2016). Surakarta Dalam Angka 2016. Pemerintah Kota Surakarta.

Diambil dari https://surakartakota.bps.go.id/Publikasi/view/id/53

Brambilla, R., & Longo, G. (1977). For pedestrians only: planning, design, and

management of traffic-free zones. Whitney Library of Design.

Buchanan, P. (1988). What city? A plea for place in the public realm. The

Architectural Review, 184(1101), 31–41.

Carmona, M., Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2012). Public Places - Urban

Spaces. Routledge.

Ching, F. D. K. (2014). Building Construction Illustrated. John Wiley & Sons.

Cohen, L. (1996). From Town Center to Shopping Center: The Reconfiguration of

Community Marketplaces in Postwar America. The American Historical

Review, 101(4), 1050–1081.

Darmawan, E. (2003). Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Universitas

Diponegoro. Diambil dari

http://office.unissula.ac.id/perpusft/index.php?p=show_detail&id=1013

Davies, P. W. (2001). American agora: Pruneyard v. Robins and the shopping

mall in the United States (Ph.D.). University of California, Berkeley,

United States -- California. Diambil dari http://e-

resources.perpusnas.go.id:2071/docview/304683687/abstract/163A311508

9F4228PQ/17

Page 64: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

189

Djumiko. (2013). FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA

SURAKARTA. Teknik Sipil Dan Arsitektur, 13(17). Diambil dari

http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/198

DTRK Surakarta. (2013). Buku Heritage Surakarta: Jejak-Jejak Fisik Kota Solo.

Pemerintah Kota Surakarta. Diambil dari

http://dtrk.surakarta.go.id/content/publikasi-buku-heritage-surakarta

Duerk, D. P. (1993). Architectural Programming: Information Management for

Design. Wiley.

Dyer, H., & Ngui, M. (2010). Watch This Space: Designing Defending and Sharing

Public Spaces. Kids Can Press Ltd.

Ewing, R. H., & Office, F. D. of T. P. T. (1996). Pedestrian- and transit-friendly

design. Diambil dari

http://scholarsbank.uoregon.edu/xmlui/handle/1794/10317

Gehl, J. (2011). Life Between Buildings: Using Public Space. Island Press.

Gehl Studio. (2016). Downtown Denver 16th Street Mall, Small Steps toward Big

Change (Project Report). Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=https%3A%2F%2Fwww.denvergov.o

rg%2Fcontent%2Fdam%2Fdenvergov%2FPortals%2F646%2Fdocuments

%2Fplanning%2FPlans%2F16th%2520Street%2F16th-st-gehl-report-02-

2016-web.pdf

Gosling, D., & Maitland, B. (1984). Concepts of urban design. Academy Eds.

Hakim, R., & Utomo, H. (2003). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:

Prinsip - Unsur dan Aplikasi Disain. PT Bumi Aksara. Diambil dari

Page 65: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

190

https://www.belbuk.com/komponen-perancangan-arsitektur-lansekap-

prinsip-unsur-dan-aplikasi-disain-p-54.html

Harsono, K., Arsandrie, Y., & Setiawan, W. (2015). IDENTIFIKASI

KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET

RIYADI SURAKARTA. Sinektika, 13(1). Diambil dari

http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika/article/view/703

Highway Safety Research Center. (2000). FLORIDA PEDESTRIAN PLANNING

AND DESIGN HANDBOOK. University of North Carolina. Diambil dari

https://trid.trb.org/view.aspx?id=653714

Jackson, K. T. (1996). All the World’s a Mall: Reflections on the Social and

Economic Consequences of the American Shopping Center. The American

Historical Review, 101(4), 1111–1121. https://doi.org/10.2307/2169636

Jacobs, A., & Appleyard, D. (1987). Toward an Urban Design Manifesto. Journal

of the American Planning Association, 53(1), 112–120.

https://doi.org/10.1080/01944368708976642

Jacobs, J. (1961). The Death and Life of Great American Cities. Vintage Books.

Karsono, D. (2010). PERAN CITY WALK SEBAGAI RUANG TERBUKA

PUBLIK DALAM MENDUKUNG KEINDAHAN DAN

KENYAMANAN KOTA Studi Kasus City Walk Koridor Jalan Slamet

Ruyadi Surakarta. Teknik Sipil Dan Arsitektur, 7(11). Diambil dari

http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/97

Kementerian Pekerjaan Umum. (2014). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 03/PRT/M/2014. Diambil dari

Page 66: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

191

http://peraturan.go.id/permen/kemenpu-nomor-03-prt-m-2014-tahun-

2014.html

Kementerian Pekerjaan Umum. (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 41/PRT/M/2015. Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fbirohukum.pu.go.id

%2Fuploads%2FDPU%2F2015%2FPermenPUPR41-2015.pdf

Lynch, K. (1960). The Image of the City. MIT Press.

Macdonald, A. J. (2007). Structure and Architecture. Taylor & Francis.

Moudon, A. V. (1987). Public Streets for Public Use. Van Nostrand Reinhold.

Neufert, E. (1993). Data Arsitek Jilid 2. (I. S. Amril, Penerj.) (33 ed.). Erlangga.

Ohlenschlager, S. (1990). WOMEN ALSO TRAVEL. CURRENT ISSUES IN

PLANNING. Diambil dari https://trid.trb.org/view.aspx?id=462670

Pei Cobb Freed & Partners. (n.d.). 16th Street Mall. Diambil 6 Maret 2017, dari

http://pcf-p.com/projects/16th-street-transitway-mall/

Pojani, D. (2005). Downtown Pedestrian Malls Including a Case Study of Santa

Monica’s Third Street Promenade. University of Cincinnati. Diambil dari

https://etd.ohiolink.edu/pg_10?0::NO:10:P10_ACCESSION_NUM:ucin11

15906708

Prabasmara, P. G. (2013). FAKTOR-FAKTOR LIVABILITAS SEBAGAI DASAR

OPTIMALISASI RUANG PUBLIK Study kasus : Solo City Walk,

Surakarta. Universitas Gadjah Mada. Diambil dari

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pen

elitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=63599&is_local=1

Page 67: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

192

Ramsay, A. (1990). EVALUATING PEDESTRIANIZATION SCHEMES.

CURRENT ISSUES IN PLANNING. Diambil dari

https://trid.trb.org/view.aspx?id=462673

Robertson, K. A. (1993). Pedestrianization Strategies for Downtown Planners:

Skywalks Versus Pedestrian Malls. Journal of the American Planning

Association, 59(3), 361–370. https://doi.org/10.1080/01944369308975887

RTD Denver. (2016, Agustus). RTD | Facts and Figures - Free MallRide. Diambil

8 Maret 2017, dari http://www.rtd-denver.com/FF-FreeMallRide.shtml

Rubenstein, H. M. (1978). Central city malls. Wiley.

Rubenstein, H. M. (1992). Pedestrian Malls, Streetscapes, and Urban Spaces. John

Wiley & Sons.

Sarwono, S. (2016, Juni 2). BATIK WONOGIREN Estetika Berbasis Kearifan Lokal

(s3). Institut Seni Indonesia Surakarta. Diambil dari http://repository.isi-

ska.ac.id/161/

Speck, J. (2012). Walkable City: How Downtown Can Save America, One Step at

a Time. Macmillan.

Syamsiyah, N. R. (2012). Konsep Arsitektur Islam “Berkeseimbangan” Dalam

Membentuk Kenyamanan Termal Taman Kota Studi Kasus : City Walk

Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Diambil dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id:80/handle/11617/3520

The Cultural Landscape Foundation. (2009). 16th Street Mall | The Cultural

Landscape Foundation. Diambil 7 Maret 2017, dari

http://tclf.org/landslides/16th-street-mall

Page 68: BAB V ANALISIS - · PDF filenantinya pada sub sub-bab analisis sirkulasi dalam tapak. V.5.2. Akomodasi pengguna berkebutuhan khusus Penyediaan ruang-ruang di dalam pedestrian mall

193

Tyas, D. A. (2013). Evaluasi Persepsi Pejalan Kaki Dan Pedagang Kakilima

Terhadap Fungsi Fasilitas City Walk ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi

Surakarta Jawa Tengah (s1). Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Diambil dari http://eprints.ums.ac.id/23956/

Urban Land Institute. (2008). An Advisory Services Panel Report of 16th Street

Mall Denver, Colorado. Urban Land Institute. Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fuli.org%2Fwp-

content%2Fuploads%2FULI-Documents%2F2008DenverReport.pdf

Whyte, W. H. (2001). The Social Life of Small Urban Spaces. Project for Public

Spaces.

Whyte, W. H., & Underhill, P. (1988). City: Rediscovering the Center. LaFarge

Literary Agency.

Yayasan Kota Kita. (2010). Mengenal Sistem Perkotaan: Sebuah Pengantar

Tentang Kota Solo. Yayasan Kota Kita. Diambil dari

https://docs.google.com/viewer?url=http%3A%2F%2Fsolokotakita.org%2

Fwp-content%2Fuploads%2FFINAL-SKK-City-Scale-Analysis-

Bahasa.pdf

Yayasan Kota Kita. (2011). City Vision Profile Solo, Jawa Tengah. UN-Habitat.

Diambil dari http://www.kotakita.org/project-solo-city-vision.html

Yayasan Kota Kita. (2015). The Angkots of Solo. Yayasan Kota Kita. Diambil dari

http://www.kotakita.org/project-angkot-study.html