bab ii tinjuan pustaka a. demam berdarahrepository.ump.ac.id/760/3/didik pranata bab ii.pdf ·...

39
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah 1. Pengertian Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Soegijanto, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Hadinegoro & Satari, 2005). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina (Danendro, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widiyono, 2008). 2. Penyebab Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes 9 Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Upload: lenguyet

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah

1. Pengertian

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti (Soegijanto, 2004).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti (Hadinegoro & Satari, 2005).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue

Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan infeksi

virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina

(Danendro, 2004).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya

cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini

merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak

(Widiyono, 2008).

2. Penyebab

Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

9

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

10

aegypti dan Aedes albocpitus. Jika nyamuk menggigit orang dengan

demam berdarah, maka virus dengue masuk ke tubuh nyamuk bersama

darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk virus berkembang biak dan

menyebar keseluruh tubuh bagian nyamuk, dan sebagian berada di kelenjar

air liur. Selanjutnya waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur bersama

virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak

membeku, dan pada saat inilah virus dengue ditularkan ke orang lain.

(Soegijanto, 2004).

3. Karakteristik nyamuk Aedes aegypti

Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto

(2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah

sebagai berikut :

a. Kingdom : Animalia

b. Filum : Arthropoda

c. Kelas : Insecta

d. Bangsa : Diptera

e. Suku : Culicidae

f. Marga : Aedes

g. Jenis : Aedes aegypti L.

4. Tanda dan gejala

Menurut Soegijanto (2006) bahwa tanda dan gejala DBD adalah

sebagai berikut ini:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

11

a. Gejala klinis

1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung selama

2-7 hari

2) Terdapat Manifestasi perdarahan termasuk uji terniquet positif,

peteki, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.

3) Pembesaran hati

4) Perembesan plasma, yang ditandai secara klinis adanya acites dan

efusi pleura sampai terjadinya renjatan (ditandai nadi cepat dan

lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan

dingin, kulit lembap dan pasien tampak gelisah.

b. Tanda klinis

1) Trombositopenia (kurang dari 100.000/ υL).

2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20% atau

lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin

5. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

Menurut Soegijanto (2006), masa pertumbuhan dan perkembangan

nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur,

larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga termasuk metamorfosis

sempurna atau holometabola.

a. Stadium Telur

Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips

atau oval memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

12

tidak memiliki alat pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan

telur-telurnya satu per satu pada permukaan air, biasanya pada tepi air

di tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di atas

permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan

hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur pada

tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini

kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari

terendam air.

b. Stadium Larva (Jentik)

Menurut Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri

khas memiliki siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva

ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis

negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus

dengan permukaan air. Larva menuju ke permukaan air dalam waktu

kira-kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk bernapas.

Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari.

Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), ada empat tingkat (instar)

jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2) Instar II : 2,5-3,8 mm

3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4) Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5 mm (Depkes RI, 2005).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

13

c. Stadium Pupa

Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok,

dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila

dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda

baca ‘koma’. Tahap pupa pada nyamuk Aedes aegypti umumnya

berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan melengkapi

perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan naik ke

permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk

persiapan munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode

singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka

kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan

dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk

jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap dekat tempat

perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan

nyamuk betina yang muncul kemudian. Setelah kemunculan pertama

nyamuk betina makan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga,

kemudian kawin dan menghisap darah manusia. Umur nyamuk

betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Achmadi, 2011).

6. Tahap keparahan demam berdarah dengue

WHO (1999) menyebutkan ada empat derajat terjadinya Demam

Berdarah Dengue:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

14

a. Derajat I yaitu demam disertai dengan gejala konstitusional non

spesifik, satu-satunya manifestasi p erdarahan adalah tes tournikuet

positif dan atau mudah memar.

b. Derajat II yaitu perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada

derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.

c. Derajat III yaitu gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan

lemah serta penyempitan tekanan nadi atau penurunan tekanan darah,

dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

d. Derajat IV yaitu syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak

terdeteksi.

7. Fase-fase demam berdarah dengue

Satari dan Meilasari (2004) membagi fase-fase munculnya penyakit

Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut:

a. Fase Demam (2-7 hari) dapat ditangani dengan memberikan obat

penurun panas dengan jenis parasetamol setiap 4-6 jam. Pemeriksaan

jasmani meliputi tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

b. Fase Kritis (24-48 jam) memiliki ciri khas seperti muntah, tidak nafsu

makan, perdarahan, trombosit kurang dari 50.000/mm³, penurunan

glukosa, penurunan natrium, penurunan kalsium, asidosis, hematokrit

menurun.

c. Fase Penyembuhan (24-48 jam setelah syok) memiliki ciri khas seperti

nafsu makan meningkat, tanda-tanda vital normal, hematokrit stabil

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

15

menurun sampai 30%, frekuensi denyut jantung lebih rendah dari

normal.

8. Mekanisme penularan DBD

Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia endemis baik di

daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerah

perkotaan vektor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti

sedangkan di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun

sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-

sama pada satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban

(Soedarto, 2009),

Penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak

terjadi di tempat yang padat penduduknya seperti di perkotaan dan

pedesaan di pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah

dengue (DBD) ini lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan (Yatim,

2007).

Menurut Soegijanto (2004), tahap-tahap replikasi dan penularan

virus dengue terdiri dari:

a. Virus ditularkan ke manusia melalui saliva nyamuk

b. Virus bereplikasi dalam organ target

c. Virus menginfeksi sel darah putih dan jaringan limfatik

d. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah

e. Virus yang ada dalam darah terhisap nyamuk yang lain

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

16

f. Virus bereplikasi atau melipatgandakan diri dalam tubuh nyamuk, lalu

menginfeksi kelenjar saliva

g. Virus bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti untuk

kemudian akan ditularkan kembali ke manusia

9. Faktor penyebab terjadinya DBD

Faktor penyebab terjadinya DBD dapat diterangkan dengan model

segitiga epidemologi yang meliputi agen, host dan environment

(Kristiawan dan Kasjono, 2008), yaitu sebagai berikut:

Host Agent

Environment

Gambar 2.1 Segitiga Epidemologi

a. Agen (Penyebab)

Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk

dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng

(2005). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang

menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah

dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty

meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup

dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

17

dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor

yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006).

b. Host (Penjamu)

1) Umur

Kasus DBD selama tahun 1986-1973 kurang dari 95% adalah anak

dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun

sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun

nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih

dari 15 tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak

dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak

menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat

adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD

pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).

2) Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

Philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1.

Demikin pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan

kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan

perempuan (Djunaedi, 2006).

3) Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul

karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

18

langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Skiner (1938)

dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku

manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang

peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat

(Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi menjadi:

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya

pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003).

b) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat

interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap

adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

19

jawab. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku baik

sikap positif maupun negatif (Sunaryo, 2004).

c) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan adalah

sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari

empat tingkatan yaitu:

(1) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

(2) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

(3) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

(4) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah

dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

c. Environment (lingkungan)

1) Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang

berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun

terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor,

2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian

DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu

udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

20

bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih

tinggi 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat

proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk

pertumbuhan nyamuk adalah 25°C – 30°C. Pertumbuhan nyamuk

akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10°C atau lebih dari

40°C (Depkes RI, 2008).

2) Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang

bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan,

kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak

bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan

biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain,

(Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks

jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks).

3) Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis.

Faktor lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD

adalah kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk

yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,

karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah

insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang

peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari

Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah

perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

21

transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus

dengue (Sutaryo, 2005).

10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

Mubarak (2006) menjelaskan bahwa pencegahan berarti

menghindari suatu kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD

yang paling tepat dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya

pencegahan prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk

menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang

merugikan melalui kegiatan promosi kesehatan dan tindakan

perlindungan penelitian tentang pengaruh merupakan dasar dari upaya

pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+ itu sendiri yaitu:

a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya

seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil

airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu

yang terbuka, drum-drum bekas dll.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian

vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat

(Lestari, 2007), yaitu:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

22

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut

antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),

pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan

nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah.

Dilakukan yaitu Sebagai berikut:

1) Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur.

Tempat penampungan air seperti bak mandi sebaiknya

dikuras minimal satu minggu sekali agar jentik-jentik nyamuk

Aedes aegypti tidak mampu hidup dan berkembangbiak didalamya.

Pemberian bubuk abate (bubuk pembasmi nyamuk perlu diberikan

setiap 3 bulan sekali guna mencegah munculnya jentik-jentik

nyamuk).

2) Mengubur barang-barang bekas

Mengubur merupakan salah satu kegiatan 3 M yang dapat

dilakukan untuk mengurangi jumlah genangan air yang dapat

digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti. Pemilihan barang-barang yang akan dikubur salah satunya

adalah barang-barang yang tidak dapat dibakar seperti kaca atau

pecahan kaca, botol, dan kaleng bekas yang dapat menampung air

hujan. Umumnya barang-barang tersebut dikubur pada kedalaman

2,5 meter. Proses penguburan dilakukan secara tepat agar tidak

timbul genangan air pada gundukan tanah. Selain itu perlu

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

23

diperhatikan jarak antara tempat mengubur sampah dengan sumber

air, agar air tidak tercemar oleh sampah tersebut yaitu dengan jarak

± 10 meter.

3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

Tempat-tempat yang dapat menampung air perlu ditutup

dengan rapat agar nyamuk Aedes aegypti tidak dapat bertelur di

tempat itu. Adapun tempat-tempat yang perlu ditutup yaitu

tempayan, bak penampungan air seperti ember maupun bak mandi.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14).

c. Kimia

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

1) Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan

fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan

sampai batas waktu tertentu.

2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat

penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lain-

lain

B. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

24

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Dari batasan ini tersirat unsur- unsur pendidikan yakni ; input adalah

sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain), output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,

2010).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor

internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri

manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor

eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain ; sosial, budaya masyarakat,

lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan

kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok

atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

sendiri (Notoatmodjo, 2010).

Hasil Penelitian Kustini dan Bety (2008) menunjukan bahwa perilaku

aktif pencegahan DBD sesudah pendidikan kesehatan (skor rata-rata

11,636) terlihat lebih tinggi (meningkat) daripada perilaku pencegahan

DBD sebelum pendidikan kesehatan (skor rata-rata 9,242). Hasil analisis

juga menunjukan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh positif

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

25

terhadap perilaku aktif pencegahan DBD pada ibu-ibu Minapadi Kelurahan

Nusukan Kota Surakarta.

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi

atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut

terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok

masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan

sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari

luar.

c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf

hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin,

2009).

3. Metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa metode pendidikan

kesehatan, berikut ini adalah bebrapa metode kesehatan:

a. Metode Ceramah

1) Definisi metode ceramah

Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di

depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

26

proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar.

Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen penting, yaitu

pengajar, materi dan sasaran belajar. Menurut Nursalam dan Efendi

(2008) bahwa metode ceramah efektif digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan seseorang.

2) Penggunaan metode ceramah

Ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, yaitu sasaran

belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar

mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar

memerlukan informasi yang kategoris dan sistematis, sasaran

belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu

menggunakan informasi yang diterima.

3) Keunggulan metode ceramah

a) Dapat digunakan pada orang dewasa

b) Penggunaan waktu yang efisien

c) Dapat dipakai pada kelompok yang besar

d) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran

e) Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau

suatu kegiatan.

4) Kekurangan metode ceramah

a) Menghambat respon dari yang belajar sehingga pembicara sulit

menilai reaksinya

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

27

b) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik,

pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya

c) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-

anak

d) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang

dipakai

b. Metode Diskusi Kelompok

1) Definisi metode diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau

dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu

dengan seorang pemimpin. Menurut Nursalam dan Efendi (2008)

bahwa pendidikan kesehatan metode diskusi merupakan salah satu

metode pendidikan yang dapat digunakan untuk mengubah sikap

seseorang.

2) Penggunaan metode diskusi kelompok

Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan

kesehatan, diharapkan :

a) Dapat saling mengemukakan pendapat

b) Dapat mengenal dan mengolah masalah kesehatan yang

dihadapi

c) Mengharapkan suasana informal

d) Memperluas pandangan atau wawasan

e) Membantu mengembangkan kepemimpinan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

28

3) Keunggulan metode diskusi kelompok

a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat

b) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa

kesatuan

c) Dapat memperluas pandangan atau wawasan

d) Membantu mengembangkan rasa kepemimpinan

4) Kekurangan metode diskusi kelompok

a) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar

b) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta

c) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil

d) Kemungkinan di dominasi orang yang suka berbicara

e) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal

c. Metode Panel

1) Definisi metode panel

Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan

pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau

lebih, serta dibutuhkan seorang pemimpin.

2) Penggunaan metode panel

Metode ini digunakan :

a) Pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda tentang

suatu topik

b) Jika tersedia, panelis dan moderator yang memenuhi persyaratan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

29

c) Jika topik pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam

kelompok

d) Jika peserta tidak diharapkan memberi tanggapan secara verbal

dalam diskusi

3) Keunggulan metode panel

a) Dapat membangkitkan pemikiran

b) Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda

c) Mendorong untuk melakukan analisis

d) Memberdayakan orang yang berpotensi

4) Kekurangan metode panel

a) Mudah terjadi penyimpngan dalam membahas suatu topik

b) Tidak memungkinkan semua peserta berpartisipasi

c) Memecahkan pandangan bila mereka setuju pada pendapat

tertentu

d) Membutuhkan persiapan dan waktu, serta memerlukan

moderator yang terapil.

d. Metode Forum Panel

1) Definisi metode forum panel

Forum panel adalah panel yang didalamnya berpartisipasi dalam

diskusi.

2) Penggunaan metode forum panel

Metode ini digunakan :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

30

a) Jika ingin menggabungkan penyajian topik atau materi dengan

reaksi pengunjung

b) Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi pada saat

diskusi

c) Jika tersedia waktu yang cukup

d) Jika pengunjung mengajukan pandangan yang berbeda-beda

3) Keunggulan metode forum panel

a) Memungkinkan semua anggota berpartisipasi

b) Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya

c) Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian

d) Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis

4) Kekurangan metode forum panel

1) Memerlukan waktu banyak

2) Memerlukan moderator yang terampil

3) Penyajian terasa terputus-putus

4) Kemungkinan peserta bertanya kurang tepat

5) Memungkinkan penggunaan waktu yang lebih banyak

e. Metode Demonstrasi

1) Definisi metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan

suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara

berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau

menggunakan media, seperti video dan film.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

31

2) Penggunaan metode demonstrasi

Media ini digunakan :

a) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar

b) Apabila tersedia alat peraga

c) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil

d) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain

e) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila

berhubungan dengan mengatur sesuat, dan proses mengerjakan

atau menggunakan sesuatu

3) Keunggulan metode demonstrasi

a) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan

konkret

b) Dapat menghindari verbalisme

c) Lebih mudah memahami sesuatu

d) Lebih menarik

e) Peserta didik dirangsang untuk mengamati

f) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan

sendiri (redemonstrasi )

4) Kekurangan metode demonstrasi

a) Memerlukan ketrampilan khusus dari penerima informasi

b) Alat-alat atau biaya, dan tempat yang memadai belum tentu

tersedia

c) Perlu persiapan dan perencanaan yang matang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

32

4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

dimensi, antara lain:

a. Dimensi Sasaran

1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

b. Dimensi Tempat Pelaksanaan

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan

sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.

2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan

kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat

pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu

sebagai berikut :

1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)

Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui

beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education),

penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

33

perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-

lain.

2) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk

memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada

seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti

imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari

kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber

pencemaran, dan lain-lain.

3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early

diagnosis and Prompt Treatment)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap

kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk

mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan

dirinya dan mengobatai penyakitnya.

4) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan

dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan

pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan

kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan

kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk

penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

34

komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial

penderita, dan lain-lain. 11

5) Rahabilitasi (Rehabilitation)

Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh

dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi,

masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut

(Mubarak dan Chayatin, 2009).

5. Misi pendidikan kesehatan

Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi:

a. Advokat (Advocate)

Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program

kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan

atau keputusan-keputusan politik.

b. Menjembatani (Mediate)

Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang

terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.

c. Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar

mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka (Notoatmodjo, 2003).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

35

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan

menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek

tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,

2007).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak disegaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasar oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (misalnya perilaku karena paksaan atau adanya aturan

wajib) (Mubarak, 2011).

2. Tingkatan pengetahuan

Mubarak (2011) pengetahuan yang termasuk kedalam dominan

mempunyai enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

36

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi

yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya

secara luas.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

37

3. Cara memperoleh pengetahuan

Beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2010) adalah sebagai berikut:

a. Cara Tradisional atau cara non ilmiah.

Cara tradisional ini dipakai orang umum untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode penemuan secara

sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini

antaralain :

1) Cara coba salah (trial and error).

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia

dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba.

2) Secara kebetulan.

Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja ditemukan

oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas.

Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupunahli

ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi melalui jalan

pikiran.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengetahuan merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

5) Cara akal sehat (Common sense).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

38

Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Orang

tua zaman dulu memberikan hukuman fisik (mencubit atau

menjewer) agar anaknya menurut atau disiplin. Metode ini sampai

sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman adalah

merupakan metode (meskipun bukan metode yang terbaik) bagi

pendidikan anak.

6) Kebenaran melalui wahyu.

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari Tuhan melalui Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima

oleh para Nabi sebagai wahyu, bukan hasil penalaran atau

penyelidikan manusia.

7) Kebenaran secara intuitif.

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran, dan tanpa melalui proses penalaran

atau berpikir.

8) Melalui jalan pikiran.

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya.

9) Berpikir induksi.

Berpikir secara induksi dalam pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh panca indra,

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

39

kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang mungkin

seseorang bisa memahami suatu gejala.

10) Berpikir deduksi.

Aristoteles mengembangkan cara berpikir ini ke dalam suatu cara

yang disebut silogisme. Silogisme merupakan bentuk deduksi yang

memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang

lebih baik.

b. Cara ilmiah.

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih logis,

sistematis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau

lebih popular disebut metodologi penelitian.

4. Cara pengukuran pengetahuan.

Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan dikategorikan

menjadi 4, yaitu baik (76-100% jawaban benar), Cukup (56-75% jawaban

benar), Kurang (40-55% jawaban benar), dan tidak baik (<40% jawaban

benar).

Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3

kategori, yaitu :

a. Baik (76% - 100%)

b. Cukup (56% - 75%)

c. Kurang (<56%)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

40

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan

(Notoatmodjo, 2010).

2) Usia

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang

mempunyai usia lebih tua cenderung mempunyai pengetahuan lebih

banyak.

3) Pekerjaan

Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah

kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan keluarga.

b) Faktor Eksternal

1) Sosial budaya

Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara dan

sikap dalam menerima informasi (Nursalam, 2003).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

41

2) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area.

Lingkungan ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan perilaku

seseorang atau kelompok (Nursalam, 2003)

D. Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang

akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya (Mubarak, 2011).

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan

konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011).

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan

adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

b. Komponen sikap

Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan

Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip oleh Wawan dan Dewi

(2010) :

1. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang

berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

42

2. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu

objek

3. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component),

adalah komponen yang berhubungn dengan kecenderungan bertindak.

c. Tingkat sikap

Menurut Notoatmodjo, (2010) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu:

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar

atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala

sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

43

dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,

2010).

d. Cara mengukur sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan

perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan

pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2011). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap seseorang dengan

skala likert. Menurut Risnita (2012) bahwa skala likert umumnya

digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu

objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat

popular di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini

dikarenakan selain praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada

umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala likert terbagi

dalam lima kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan

sangat tidak setuju.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Langsung

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan

responden terhadap suatu objek.

2. Tidak langsung

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner

(Wawan dan Dewi, 2011).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

44

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan

didasari oleh 2 asumsi (Azwar, 2011), yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai

pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable.

b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif

harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang

diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu

cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam

skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor

tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana

responden itu termasuk.

e. Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar

(2011) :

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar

pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan

yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

45

yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita pada sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Hal ini berhubungan dengan budaya dan norma. Kebudayaan akan

mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman

individu-individu pada kelompok masyarakatnya.

4. Madia massa

Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan

adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

46

E. Kerangka Teori

Sumber: Mubarak (2011), Ayuningsih (2009) dan Azwar (2011)

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Pengetahuan Pencegahan

penyakit DBD Pengetahuan

Faktor Internal

- Pendidikan

(pencegahan

DBD)

- Usia

- Pekerjaan

- Pengalaman

pribadi

Faktor Eksternal

- Sosial budaya

- Lingkungan

Sikap

Tahu

Paham

Aplikasi

Analisis

Sintesis

Evaluasi Ceramah dan Tanya Jawab

Diskusi kelompok

Pandangan

Keyakinan

Emosional

Kecendrungan bertindak

Responding

Receiving

Valuing

Responsible

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

47

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

“Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang pencegahan DBD di Puskesmas Purbalingga Kabupaten

Purbalingga.

Pengetahuan

Ceramah

Sikap

Pencegahan DBD

Diskusi kelompok

Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016