bab ii tinjuan pustaka a. demam berdarahrepository.ump.ac.id/760/3/didik pranata bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah
1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Soegijanto, 2004).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Hadinegoro & Satari, 2005).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Hemorrhagic Vever (DHF) ialah penyakit akut yang di sebabkan infeksi
virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina
(Danendro, 2004).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas dan penyakit ini
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak
(Widiyono, 2008).
2. Penyebab
Penyakit infeksi virus dengue adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue I, II, III dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
9
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
aegypti dan Aedes albocpitus. Jika nyamuk menggigit orang dengan
demam berdarah, maka virus dengue masuk ke tubuh nyamuk bersama
darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk virus berkembang biak dan
menyebar keseluruh tubuh bagian nyamuk, dan sebagian berada di kelenjar
air liur. Selanjutnya waktu nyamuk menggigit orang lain, air liur bersama
virus dengue dilepaskan terlebih dahulu agar darah yang akan dihisap tidak
membeku, dan pada saat inilah virus dengue ditularkan ke orang lain.
(Soegijanto, 2004).
3. Karakteristik nyamuk Aedes aegypti
Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto
(2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah
sebagai berikut :
a. Kingdom : Animalia
b. Filum : Arthropoda
c. Kelas : Insecta
d. Bangsa : Diptera
e. Suku : Culicidae
f. Marga : Aedes
g. Jenis : Aedes aegypti L.
4. Tanda dan gejala
Menurut Soegijanto (2006) bahwa tanda dan gejala DBD adalah
sebagai berikut ini:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
a. Gejala klinis
1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung selama
2-7 hari
2) Terdapat Manifestasi perdarahan termasuk uji terniquet positif,
peteki, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
3) Pembesaran hati
4) Perembesan plasma, yang ditandai secara klinis adanya acites dan
efusi pleura sampai terjadinya renjatan (ditandai nadi cepat dan
lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan
dingin, kulit lembap dan pasien tampak gelisah.
b. Tanda klinis
1) Trombositopenia (kurang dari 100.000/ υL).
2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20% atau
lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin
5. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
Menurut Soegijanto (2006), masa pertumbuhan dan perkembangan
nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur,
larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga termasuk metamorfosis
sempurna atau holometabola.
a. Stadium Telur
Menurut Herms (2006), telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips
atau oval memanjang, berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
tidak memiliki alat pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan
telur-telurnya satu per satu pada permukaan air, biasanya pada tepi air
di tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di atas
permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan
hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur pada
tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini
kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari
terendam air.
b. Stadium Larva (Jentik)
Menurut Herms (2006), larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri
khas memiliki siphon yang pendek, besar dan berwarna hitam. Larva
ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis
negatif dan pada waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus
dengan permukaan air. Larva menuju ke permukaan air dalam waktu
kira-kira setiap ½-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk bernapas.
Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari.
Berdasarkan data dari Depkes RI (2005), ada empat tingkat (instar)
jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5 mm (Depkes RI, 2005).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
c. Stadium Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok,
dengan bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila
dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda
baca ‘koma’. Tahap pupa pada nyamuk Aedes aegypti umumnya
berlangsung selama 2-4 hari. Saat nyamuk dewasa akan melengkapi
perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan naik ke
permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk
persiapan munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode
singkat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka
kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan
dan betina muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk
jantan muncul satu hari sebelum nyamuk betina, menetap dekat tempat
perkembangbiakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan
nyamuk betina yang muncul kemudian. Setelah kemunculan pertama
nyamuk betina makan sari buah tumbuhan untuk mengisi tenaga,
kemudian kawin dan menghisap darah manusia. Umur nyamuk
betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Achmadi, 2011).
6. Tahap keparahan demam berdarah dengue
WHO (1999) menyebutkan ada empat derajat terjadinya Demam
Berdarah Dengue:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
a. Derajat I yaitu demam disertai dengan gejala konstitusional non
spesifik, satu-satunya manifestasi p erdarahan adalah tes tournikuet
positif dan atau mudah memar.
b. Derajat II yaitu perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada
derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
c. Derajat III yaitu gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan
lemah serta penyempitan tekanan nadi atau penurunan tekanan darah,
dengan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak
terdeteksi.
7. Fase-fase demam berdarah dengue
Satari dan Meilasari (2004) membagi fase-fase munculnya penyakit
Demam Berdarah Dengue adalah sebagai berikut:
a. Fase Demam (2-7 hari) dapat ditangani dengan memberikan obat
penurun panas dengan jenis parasetamol setiap 4-6 jam. Pemeriksaan
jasmani meliputi tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
b. Fase Kritis (24-48 jam) memiliki ciri khas seperti muntah, tidak nafsu
makan, perdarahan, trombosit kurang dari 50.000/mm³, penurunan
glukosa, penurunan natrium, penurunan kalsium, asidosis, hematokrit
menurun.
c. Fase Penyembuhan (24-48 jam setelah syok) memiliki ciri khas seperti
nafsu makan meningkat, tanda-tanda vital normal, hematokrit stabil
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
menurun sampai 30%, frekuensi denyut jantung lebih rendah dari
normal.
8. Mekanisme penularan DBD
Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia endemis baik di
daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerah
perkotaan vektor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti
sedangkan di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun
sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-
sama pada satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban
(Soedarto, 2009),
Penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak
terjadi di tempat yang padat penduduknya seperti di perkotaan dan
pedesaan di pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah
dengue (DBD) ini lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan (Yatim,
2007).
Menurut Soegijanto (2004), tahap-tahap replikasi dan penularan
virus dengue terdiri dari:
a. Virus ditularkan ke manusia melalui saliva nyamuk
b. Virus bereplikasi dalam organ target
c. Virus menginfeksi sel darah putih dan jaringan limfatik
d. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah
e. Virus yang ada dalam darah terhisap nyamuk yang lain
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
f. Virus bereplikasi atau melipatgandakan diri dalam tubuh nyamuk, lalu
menginfeksi kelenjar saliva
g. Virus bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti untuk
kemudian akan ditularkan kembali ke manusia
9. Faktor penyebab terjadinya DBD
Faktor penyebab terjadinya DBD dapat diterangkan dengan model
segitiga epidemologi yang meliputi agen, host dan environment
(Kristiawan dan Kasjono, 2008), yaitu sebagai berikut:
Host Agent
Environment
Gambar 2.1 Segitiga Epidemologi
a. Agen (Penyebab)
Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk
dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng
(2005). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang
menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah
dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty
meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup
dikebun. Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor
yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006).
b. Host (Penjamu)
1) Umur
Kasus DBD selama tahun 1986-1973 kurang dari 95% adalah anak
dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun
sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun
nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih
dari 15 tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak
dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak
menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat
adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD
pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).
2) Jenis Kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan
DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di
Philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1.
Demikin pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan
kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan
perempuan (Djunaedi, 2006).
3) Faktor internal manusia (Perilaku manusia)
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul
karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Skiner (1938)
dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku
manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang
peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat
(Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi menjadi:
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya
pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003).
b) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat
interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap
adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
jawab. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku baik
sikap positif maupun negatif (Sunaryo, 2004).
c) Praktik atau tindakan
Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan adalah
sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari
empat tingkatan yaitu:
(1) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
(2) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
(3) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
(4) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
c. Environment (lingkungan)
1) Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang
berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun
terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor,
2008). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian
DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu
udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih
tinggi 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat
proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25°C – 30°C. Pertumbuhan nyamuk
akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10°C atau lebih dari
40°C (Depkes RI, 2008).
2) Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang
bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan,
kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak
bergerak (tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan
biologis yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain,
(Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks
jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks).
3) Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis.
Faktor lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD
adalah kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk
yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue,
karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah
insiden kasus DBD tersebut. Mobilitas penduduk memegang
peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari
Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah
perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus
dengue (Sutaryo, 2005).
10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Mubarak (2006) menjelaskan bahwa pencegahan berarti
menghindari suatu kejadian sebelum terjadi. Upaya pencegahan DBD
yang paling tepat dengan 3M+, upaya pencegahan ini merupakan upaya
pencegahan prevensi primer yaitu usaha sungguh-sungguh untuk
menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang
merugikan melalui kegiatan promosi kesehatan dan tindakan
perlindungan penelitian tentang pengaruh merupakan dasar dari upaya
pencegahan primer. Upaya pencegahan 3M+ itu sendiri yaitu:
a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya
seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, setelah mengambil
airnya, agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan; seperti kaleng bekas, plastik, bambu-bambu
yang terbuka, drum-drum bekas dll.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat
(Lestari, 2007), yaitu:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah.
Dilakukan yaitu Sebagai berikut:
1) Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur.
Tempat penampungan air seperti bak mandi sebaiknya
dikuras minimal satu minggu sekali agar jentik-jentik nyamuk
Aedes aegypti tidak mampu hidup dan berkembangbiak didalamya.
Pemberian bubuk abate (bubuk pembasmi nyamuk perlu diberikan
setiap 3 bulan sekali guna mencegah munculnya jentik-jentik
nyamuk).
2) Mengubur barang-barang bekas
Mengubur merupakan salah satu kegiatan 3 M yang dapat
dilakukan untuk mengurangi jumlah genangan air yang dapat
digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti. Pemilihan barang-barang yang akan dikubur salah satunya
adalah barang-barang yang tidak dapat dibakar seperti kaca atau
pecahan kaca, botol, dan kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan. Umumnya barang-barang tersebut dikubur pada kedalaman
2,5 meter. Proses penguburan dilakukan secara tepat agar tidak
timbul genangan air pada gundukan tanah. Selain itu perlu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
diperhatikan jarak antara tempat mengubur sampah dengan sumber
air, agar air tidak tercemar oleh sampah tersebut yaitu dengan jarak
± 10 meter.
3) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Tempat-tempat yang dapat menampung air perlu ditutup
dengan rapat agar nyamuk Aedes aegypti tidak dapat bertelur di
tempat itu. Adapun tempat-tempat yang perlu ditutup yaitu
tempayan, bak penampungan air seperti ember maupun bak mandi.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14).
c. Kimia
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
1) Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain
B. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Dari batasan ini tersirat unsur- unsur pendidikan yakni ; input adalah
sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain), output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,
2010).
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri
manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor
eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain ; sosial, budaya masyarakat,
lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan
kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok
atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2010).
Hasil Penelitian Kustini dan Bety (2008) menunjukan bahwa perilaku
aktif pencegahan DBD sesudah pendidikan kesehatan (skor rata-rata
11,636) terlihat lebih tinggi (meningkat) daripada perilaku pencegahan
DBD sebelum pendidikan kesehatan (skor rata-rata 9,242). Hasil analisis
juga menunjukan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh positif
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
terhadap perilaku aktif pencegahan DBD pada ibu-ibu Minapadi Kelurahan
Nusukan Kota Surakarta.
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi
atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut
terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau kelompok
masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).
2. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin,
2009).
3. Metode pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa metode pendidikan
kesehatan, berikut ini adalah bebrapa metode kesehatan:
a. Metode Ceramah
1) Definisi metode ceramah
Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di
depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar.
Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen penting, yaitu
pengajar, materi dan sasaran belajar. Menurut Nursalam dan Efendi
(2008) bahwa metode ceramah efektif digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang.
2) Penggunaan metode ceramah
Ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, yaitu sasaran
belajar mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar
mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran belajar
memerlukan informasi yang kategoris dan sistematis, sasaran
belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu
menggunakan informasi yang diterima.
3) Keunggulan metode ceramah
a) Dapat digunakan pada orang dewasa
b) Penggunaan waktu yang efisien
c) Dapat dipakai pada kelompok yang besar
d) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran
e) Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau
suatu kegiatan.
4) Kekurangan metode ceramah
a) Menghambat respon dari yang belajar sehingga pembicara sulit
menilai reaksinya
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
b) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik,
pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya
c) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-
anak
d) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang
dipakai
b. Metode Diskusi Kelompok
1) Definisi metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu
dengan seorang pemimpin. Menurut Nursalam dan Efendi (2008)
bahwa pendidikan kesehatan metode diskusi merupakan salah satu
metode pendidikan yang dapat digunakan untuk mengubah sikap
seseorang.
2) Penggunaan metode diskusi kelompok
Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan
kesehatan, diharapkan :
a) Dapat saling mengemukakan pendapat
b) Dapat mengenal dan mengolah masalah kesehatan yang
dihadapi
c) Mengharapkan suasana informal
d) Memperluas pandangan atau wawasan
e) Membantu mengembangkan kepemimpinan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
3) Keunggulan metode diskusi kelompok
a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
b) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa
kesatuan
c) Dapat memperluas pandangan atau wawasan
d) Membantu mengembangkan rasa kepemimpinan
4) Kekurangan metode diskusi kelompok
a) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar
b) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta
c) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil
d) Kemungkinan di dominasi orang yang suka berbicara
e) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal
c. Metode Panel
1) Definisi metode panel
Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan
pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau
lebih, serta dibutuhkan seorang pemimpin.
2) Penggunaan metode panel
Metode ini digunakan :
a) Pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda tentang
suatu topik
b) Jika tersedia, panelis dan moderator yang memenuhi persyaratan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
c) Jika topik pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam
kelompok
d) Jika peserta tidak diharapkan memberi tanggapan secara verbal
dalam diskusi
3) Keunggulan metode panel
a) Dapat membangkitkan pemikiran
b) Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda
c) Mendorong untuk melakukan analisis
d) Memberdayakan orang yang berpotensi
4) Kekurangan metode panel
a) Mudah terjadi penyimpngan dalam membahas suatu topik
b) Tidak memungkinkan semua peserta berpartisipasi
c) Memecahkan pandangan bila mereka setuju pada pendapat
tertentu
d) Membutuhkan persiapan dan waktu, serta memerlukan
moderator yang terapil.
d. Metode Forum Panel
1) Definisi metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya berpartisipasi dalam
diskusi.
2) Penggunaan metode forum panel
Metode ini digunakan :
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
a) Jika ingin menggabungkan penyajian topik atau materi dengan
reaksi pengunjung
b) Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi pada saat
diskusi
c) Jika tersedia waktu yang cukup
d) Jika pengunjung mengajukan pandangan yang berbeda-beda
3) Keunggulan metode forum panel
a) Memungkinkan semua anggota berpartisipasi
b) Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya
c) Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian
d) Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis
4) Kekurangan metode forum panel
1) Memerlukan waktu banyak
2) Memerlukan moderator yang terampil
3) Penyajian terasa terputus-putus
4) Kemungkinan peserta bertanya kurang tepat
5) Memungkinkan penggunaan waktu yang lebih banyak
e. Metode Demonstrasi
1) Definisi metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan
suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara
berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan media, seperti video dan film.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
2) Penggunaan metode demonstrasi
Media ini digunakan :
a) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar
b) Apabila tersedia alat peraga
c) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil
d) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain
e) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila
berhubungan dengan mengatur sesuat, dan proses mengerjakan
atau menggunakan sesuatu
3) Keunggulan metode demonstrasi
a) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
konkret
b) Dapat menghindari verbalisme
c) Lebih mudah memahami sesuatu
d) Lebih menarik
e) Peserta didik dirangsang untuk mengamati
f) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan
sendiri (redemonstrasi )
4) Kekurangan metode demonstrasi
a) Memerlukan ketrampilan khusus dari penerima informasi
b) Alat-alat atau biaya, dan tempat yang memadai belum tentu
tersedia
c) Perlu persiapan dan perencanaan yang matang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain:
a. Dimensi Sasaran
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
b. Dimensi Tempat Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat, dengan
sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid.
2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan.
c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat
pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu
sebagai berikut :
1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui
beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education),
penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-
lain.
2) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection)
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk
memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada
seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti
imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari
kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber
pencemaran, dan lain-lain.
3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early
diagnosis and Prompt Treatment)
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap
kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk
mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan
dirinya dan mengobatai penyakitnya.
4) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan
kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk
penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial
penderita, dan lain-lain. 11
5) Rahabilitasi (Rehabilitation)
Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh
dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi,
masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut
(Mubarak dan Chayatin, 2009).
5. Misi pendidikan kesehatan
Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi:
a. Advokat (Advocate)
Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program
kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan
atau keputusan-keputusan politik.
b. Menjembatani (Mediate)
Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang
terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan.
c. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar
mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka (Notoatmodjo, 2003).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,
2007).
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak disegaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau
pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasar oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (misalnya perilaku karena paksaan atau adanya aturan
wajib) (Mubarak, 2011).
2. Tingkatan pengetahuan
Mubarak (2011) pengetahuan yang termasuk kedalam dominan
mempunyai enam tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi
yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya
secara luas.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di
dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
3. Cara memperoleh pengetahuan
Beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2010) adalah sebagai berikut:
a. Cara Tradisional atau cara non ilmiah.
Cara tradisional ini dipakai orang umum untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode penemuan secara
sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antaralain :
1) Cara coba salah (trial and error).
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba.
2) Secara kebetulan.
Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja ditemukan
oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan atau otoritas.
Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupunahli
ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi melalui jalan
pikiran.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengetahuan merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
5) Cara akal sehat (Common sense).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Orang
tua zaman dulu memberikan hukuman fisik (mencubit atau
menjewer) agar anaknya menurut atau disiplin. Metode ini sampai
sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan metode yang terbaik) bagi
pendidikan anak.
6) Kebenaran melalui wahyu.
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini
oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima
oleh para Nabi sebagai wahyu, bukan hasil penalaran atau
penyelidikan manusia.
7) Kebenaran secara intuitif.
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran, dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir.
8) Melalui jalan pikiran.
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya.
9) Berpikir induksi.
Berpikir secara induksi dalam pembuatan kesimpulan tersebut
berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh panca indra,
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang mungkin
seseorang bisa memahami suatu gejala.
10) Berpikir deduksi.
Aristoteles mengembangkan cara berpikir ini ke dalam suatu cara
yang disebut silogisme. Silogisme merupakan bentuk deduksi yang
memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang
lebih baik.
b. Cara ilmiah.
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih logis,
sistematis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
lebih popular disebut metodologi penelitian.
4. Cara pengukuran pengetahuan.
Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan dikategorikan
menjadi 4, yaitu baik (76-100% jawaban benar), Cukup (56-75% jawaban
benar), Kurang (40-55% jawaban benar), dan tidak baik (<40% jawaban
benar).
Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3
kategori, yaitu :
a. Baik (76% - 100%)
b. Cukup (56% - 75%)
c. Kurang (<56%)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan
(Notoatmodjo, 2010).
2) Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang
mempunyai usia lebih tua cenderung mempunyai pengetahuan lebih
banyak.
3) Pekerjaan
Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarga.
b) Faktor Eksternal
1) Sosial budaya
Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara dan
sikap dalam menerima informasi (Nursalam, 2003).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area.
Lingkungan ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan perilaku
seseorang atau kelompok (Nursalam, 2003)
D. Sikap
a. Pengertian
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang
akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya (Mubarak, 2011).
Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011).
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan
adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).
b. Komponen sikap
Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan
Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip oleh Wawan dan Dewi
(2010) :
1. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang
berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
2. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu
objek
3. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component),
adalah komponen yang berhubungn dengan kecenderungan bertindak.
c. Tingkat sikap
Menurut Notoatmodjo, (2010) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu:
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar
atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,
2010).
d. Cara mengukur sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan
pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2011). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap seseorang dengan
skala likert. Menurut Risnita (2012) bahwa skala likert umumnya
digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu
objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat
popular di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini
dikarenakan selain praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada
umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala likert terbagi
dalam lima kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Langsung
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan
responden terhadap suatu objek.
2. Tidak langsung
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Wawan dan Dewi, 2011).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan
didasari oleh 2 asumsi (Azwar, 2011), yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif
harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang
diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu
cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam
skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor
tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana
responden itu termasuk.
e. Faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar
(2011) :
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita pada sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Hal ini berhubungan dengan budaya dan norma. Kebudayaan akan
mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman
individu-individu pada kelompok masyarakatnya.
4. Madia massa
Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan
adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri
individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46
E. Kerangka Teori
Sumber: Mubarak (2011), Ayuningsih (2009) dan Azwar (2011)
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Pengetahuan Pencegahan
penyakit DBD Pengetahuan
Faktor Internal
- Pendidikan
(pencegahan
DBD)
- Usia
- Pekerjaan
- Pengalaman
pribadi
Faktor Eksternal
- Sosial budaya
- Lingkungan
Sikap
Tahu
Paham
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi Ceramah dan Tanya Jawab
Diskusi kelompok
Pandangan
Keyakinan
Emosional
Kecendrungan bertindak
Responding
Receiving
Valuing
Responsible
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
“Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
masyarakat tentang pencegahan DBD di Puskesmas Purbalingga Kabupaten
Purbalingga.
Pengetahuan
Ceramah
Sikap
Pencegahan DBD
Diskusi kelompok
Pengaruh Pendidikan Kesehatan, DIDIK PRANATA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016