bab ii tinjauan teoritis 2.1 kemandirian belajar ...repository.uir.ac.id/566/2/bab2.pdfmeningkatkan...

36
14 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kemandirian Belajar 2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu itu sendiri. Dimana seseorang menjalani kehidupannya ini tidak terlepas dari cobaan dan tantangan. Seseorang yang memiliki kemandirian yang tinggi maka mampu menghadapi segala permasalahan yang ada, karena seseorang yang mandiri tidak akan tergantung pada orang lain. Sehinga seseorang yang mandiri akan selalu berusaha menghadapi dan memecahkan permasalahan yang ada. Kata kemandirian berasal dari kata diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berassal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahsan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self karena diri itu merupakan inti dari kemandirian, menurut Ali dan Asrori (2004: 109) Menurut Parker (2005: 227) mengemukakan bahwa kemandirian belajar adalah adanya kepercayaan terhadap ide diri sendiri. Kemandirian berkenaan dengan kemampuan menyelesaikan suatu hal sampai tuntas. Kemandirian berkenaan dengan dimilikinya tingkat kompetensi fisikal akan pernah terjadi di

Upload: vuque

Post on 28-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kemandirian Belajar

2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting

bagi individu itu sendiri. Dimana seseorang menjalani kehidupannya ini tidak

terlepas dari cobaan dan tantangan. Seseorang yang memiliki kemandirian yang

tinggi maka mampu menghadapi segala permasalahan yang ada, karena seseorang

yang mandiri tidak akan tergantung pada orang lain. Sehinga seseorang yang

mandiri akan selalu berusaha menghadapi dan memecahkan permasalahan yang

ada.

Kata kemandirian berasal dari kata diri yang mendapatkan awalan ke dan

akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.

Karena kemandirian berassal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai

kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahsan mengenai perkembangan diri

itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self karena diri

itu merupakan inti dari kemandirian, menurut Ali dan Asrori (2004: 109)

Menurut Parker (2005: 227) mengemukakan bahwa kemandirian belajar

adalah adanya kepercayaan terhadap ide diri sendiri. Kemandirian berkenaan

dengan kemampuan menyelesaikan suatu hal sampai tuntas. Kemandirian

berkenaan dengan dimilikinya tingkat kompetensi fisikal akan pernah terjadi di

15

tengah upaya seseorang mencapai sasaran. Kemandirian belajar berarti tidak

adanya keragu-raguan dalam menetapkan tujuan dan tidak dibatasi oleh kekuatan

akan kegagalan. Sedangakan menurut sudut pandang Erickson (dalam Monks,

2002: 272) kemandirian belajar yaitu suatu sikap usaha untuk melepaskan diri dari

orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya dengan proses mencari

identitas ego yaitu merupakan kearah yang mantap untuk berdiri sendiri.

Menurut Ali dan Asrori (2004: 112), perkembangan kemandirian adalah

proses yang menyangkut unsur-unsur normatif. Ini mengandung makna bahwa

kemandirian merupakan proses yang terarah. Karena perkembangan kemandirian

sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, arah perkembangan tersebut harus

sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia.

Menurut Hendra Surya (2003: 114), kemandirian belajar adalah proses

menggerakan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk

menggerakan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau

pengaruh asing diluar dirinya. Dengan demikian beajar mandiri lebih mengarah

pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar. Sedangkan menurut

Haris Mujiman (2005: 1) kemandirian belajar merupakan kegiatan belajar aktif,

yang didorrong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna

mengatasi masalah dan dibangun kompetensi yang dimiliki.

16

Sedangkan menurut Ahmadi (2004: 31), kemandirian belajar adalah sebagai

belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Siswa dituntut

memiliki inisiatif, keaktifan, dan keterlibatan dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan prestasi belajar.

Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005: 50), kemandirian belajar

diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh

kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan sertai rasa tanggung jawab dari diri sendiri

didalam pembelajaran. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2011:51)

kemandirian beajar merupakan metode belajar dengan kecepatan sendiri,

tanggung jawab sendiri, dan belajar yang berhasil. Jadi berhasil tidaknya dalam

belajar semuanya ditentukan oleh pribadi tersebut.

Berdasarkan pengertian yang dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri, dan mempunyai rasa tanggung jawab sendiri, tanpa bantuan orang

lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya sendiri. Siswa

dikatakan mampu belajar mandiri apabila ia telah mampu melakukan tugas belajar

dan tidak ketergangungan dengan orang lain.

17

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Ali dan Asrosi (2004: 118-119), ada sejumlah faktor yang sering

disebut sebagai kolerat bagi perkembangan kemandirian belajar yaitu sebagai

berikut:

1. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian

tinggi sering kali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.

Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang

berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu

menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan

cara orang tua mendidik anaknya.

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anaknya. Orang tua yang terlalu

banyak melarang atau mengeluarkan kata-kata “jangan” kepada anak tanpa

disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan

kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman

dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran

perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering

membanding-bandingkan anak satu dengan yang lainnya juga akan

berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.

3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan disekolah yang tidak

mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan

indoktrinasi tanpa argumantasi akan menghambat perkembangan

kemandirian anak. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak

18

menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga

dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, proses

potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan

memperlancar perkembangan kemandirian belajar.

4. Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu

menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau

mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi anak dalam

kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan

kemandirian anak. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman,

menghargai, dan tidak terlalu hierarki akan merangsang dan mendorong

perkembangan kemandirian anak.

Sedangkan menurut Hasan Basri (2000: 55), kemandirian merupakan salah

satu tujuan pendidikan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

yaitu faktor yang terdapat didalam dirinya sendiri (endogen), dan faktor yang

terdapat di luar dirinya sendiri (eksogen).

1. Faktor endogen. Faktor endogen adalah semua pengaruh yag bersumber dari

dalam dirinya sendiri. Seperti keadaaan keturunan, dan konstitusi tubuhnya

sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala

sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi

pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam

sifat dasar dari ayah dan ibunya mungkin didapatkan didalam diri seseorang,

seperti bakat, potensi, intelektual, dan potensi pertumbuhan tubuhnya.

19

2. Faktor eksogen. Faktor eksogen adalah semua keadaan atau pengaruh yang

berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan.

Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi

perkembangan seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif.

Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai

dan kebiasan-kebiasan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula

dalam hal kemandirianya.

Menurut Siswoyo (2004: 9) menyetakan bahwa kemandirian belajar sebagai

dari bagian kepribadian mempunyai faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor kodratik seperti umur, jenis kelamin, dan urutan kelahiran. Faktor

kodratik berkaitan dengan faktor dari dalam individu, dari segi umur akan

mempengaruhi tingkat kemandirian belajar karena semakin bertambanhya

umur seseorang akan semakin tinggi pula tingkat kemandirian belajarnya.

b. Faktor lingkungan, terbagi atas faktor tidak permanen yaitu peristiwa-

peristiwa penting dalam hidup sesorang yang mengakibatkan

ketergantungan kepribadian seseorang, misalnya kematian orang tua, atau

bencana alam, dan faktor permanen seperti pendidikan dan pekerjaan.

Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam

mencapai kemandirian belajar seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Untuk itu faktor-faktor disini

sangat berperan penting didalam membentuk kemandirian belajar siswa, dan

20

kehidupan selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seseorang individu

bersikap dan berfikir secara mandiri didalam kehidupannya.

Kemandirian siswa dalam belajar juga akan terwujud bergantung pada siswa

tersebut, didalam melihat, merasakan, dan melakukan aktivitas belajar atau

kegiatan belajar sehari-hari didalam lingkungan tempat tinggalnya.

2.1.3 Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Siswa yang dapat belajar mandiri, maka siswa itu harus mampu berfikir

kritis, bertanggung jawab, atas tindakan ataupun segala perbuatannya, tidak

mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras, selalu berusaha, dan tidak

bergantung pada orang lain.

Menurut Sardiman (2008: 45) mengemukakan bahwa ciri-ciri kemandirian

belajar adalah:

1. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas

kehendaknya sendiri. Dimana siswa dapat berani mengemukakan

pendapatnya dan padat bertindak atas kehendaknya sediri.

2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. Dimana siswa

bekerja keras dalam mencapai tujuan belajar yang optimal.

3. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk

mewujudkan harapan. Dimana siswa selalu bekerja keras dan berusaha

semaksimal mungkin agar tercapainya belajar yang baik.

21

4. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan

tidak sekedar meniru. Siswa selalu optimis dan selalu bertindak kreatif,

inisiatif tanpa dibantu oleh orang lain.

5. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar. Siswa selalu berusaha didalam belajarnya

agar tercapainya belajar yang optimal.

6. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa

mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.

Ciri-ciri kemandirian belajar menurut Danuri (2010: 15) adalah sebagai

berikut:

a. Adanya pondasi untuk berperilaku bebas dan berinisiatif, bersikap, dan

berpendapat.

b. Adanya pondasi untuk percaya diri.

c. Adanya sifat original (keaslian) dan bukan sekedar meniru orang lain.

d. Adanya pondasi untuk mencoba dalam diri.

Sejalan pendapat diatas, menurut Negoro (2008: 17) menyatakan bahwa

ciri-ciri kemandirian belajar adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kebebasan untuk berinisiatif.

b. Memiliki rasa percaya diri.

c. Mampu dalam mengambil keputusan.

d. Dapat bertanggung jawab.

e. Mampu menyesuaiakn diri dengan lingkungan.

22

Selanjutnya menurut Desmita (2011: 185-188) mengatakan bahwa

kemandirian belajar dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

1) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang

dihadapi. Siswa dapat mengambil keputusan sendiri tanpa dipengaruhi

teman sebayanya.

2) Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri. Siswa

selalu berusaha untuk maju kedepan dalam kebaikan untuk dirinya sendiri.

3) Bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Siswa selalu bertanggung

jawab atas apa yang dilakukan dan didalam mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

4) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. Siswa selalu berbenah diri jika

melakukan kesalahan yang telah dilakukan.

5) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. Siswa selalu

percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

2.1.4 Keuntungan didalam Kemandirian Belajar

Menurut Mardziah Hayati Abdulah (2001: 3), didalam menhutip dari

berbagai para ahli memaparkan tentang keuntungn-keuntungan belajar mandiri.

Orang yang melakukan kegiatan belajar secara mandiri, maka akan mendapatkan

keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Mempunyai kesadaran dan rasa tanggung jawab yang lebih besar dalam

membuat pembelajaran menjadi bermakna terhadap dirinya sendiri.

23

2. Menjadi lebih penasaran untuk mencoba hal-hal baru.

3. Siswa yang dapat belajar mandiri memandang permasalahan sebagai

tantangan yang harus dihadapi, dan minat belajar terus berkembang dan

didalam pembelajaran yang lebih menyenangkan.

4. Menjadi lebih termotivasi, gigih, mandiri, disiplin, percaya diri, dan

berorientasi pada tujuan.

5. Memungkinkan untuk belajar dan bersosialisasi dengan lebih efektif.

6. Lebih mampu untuk mencari informasi dari berbagai sumber, menggunakan

berbagai strategi untuk mencapai suatu tujuan, dan dapat mengungkapkan

gagasannya dengan format yang berbeda atau lebih kreatif.

2.1.5 Upaya Mengembangkan Kemandirian Belajar

Upaya untuk mengembangkan nilai kemandirian belajar melalui

pengembangan atau pendidikan itu diperlukan kelancaran perkembangan

kemandirian belajar siswa. Menurut Desmita (2009: 190) mengemukakan bahwa

upaya–upaya dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa adalah sebagai

berikut:

1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang

memungkinkan seorang peserta didik dapat dihargai.

2. Mendorong anak untuk berpatisipasi aktif dalam pengambilan keputusan

dan dalam berbagai kegiatan yang ada di sekolah.

3. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengekplorasi

lingkungan serta mendorong rasa ingin tau.

24

4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan peserta didik,

tidak membeda-bedakan peserta didik yang satu dengan yang lainnya.

5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan peserta didik.

Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2005: 119-120) menjelaskan hal-hal

yang dapat dilakukan dalam pengembangan kemandirian belajar siswa

diantaranya sebagai berikut:

1) Penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga yang diwujudkan

dalam bentuk saking menghargai antaranggota keluarga dan keterlibatan

dalam memecahkan masalah peserta didik.

2) Penciptaan keterbukaan yang diwujudkan dalam bentuk toleransi terhadap

perbedaan pendapat, memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil

bagi peserta didik, mengembangkan komitmen terhadap tugas, kehadiran

dan keakraban hubungan dengan peserta didik.

3) Penciptaan kebebasan untuk mengekplorasi lingkungan diwujudkan dalam

bentuk mendorong rasa ingin tahu peserta didik, adanya aturan tetapi tidak

cenderung mengancam apabila ditaati, adanya jaminan rasa aman, dan

kebebasan mengekplorasi lingkungan.

4) Penerimaan positif tanpa syarat yang diwujudkan dalam bentuk tidak

membeda-bedakan peserta didik, menerima peserta didik apa adanya, serta

menghargai ekspresi potensi peserta didik.

5) Empati terhadap peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk memahami

pikiran dan perasaan peserta didik, melihat persoalan peserta didik dengan

berbagai sudut pandang dan tidak mudah mencela karya peserta didik.

25

6) Penciptaan kehangatan hubungan dengan peserta didik yang diwujudkan

dalam bentuk interaksi secara akrab, membangun suasana humor,

komunikasi ringan, dan bersikap terbuka terhadap peserta didik.

Melalui upaya pengembangan kemandirian belajar siswa yang dilakukan

oleh keluarga maupun pendidiktersebut dapat memicu perkembangnya

kemandirian belajar pada diri peserta didik sehingga dapat mencapai

perkembangannya secara optimal.

Berdasarkan kesimpulan diatas diatas bahwa upaya yang dilakukan dalam

pengembangan kemandirian belajar siswa adalah melakukan tindakan penciptaan

kebebasan, keterlibatan, dan partisipasi siswa dalam berbagai kegiatan,

menciptakan hubungan yang akrab, hangat, dan harmonis dengan siswa yang lain,

menciptakan keterbukaan, penerimaan positif tanpa syarat, menciptakan

kebebasan untuk mengekplorasi lingkungan, serta menciptakan empati kepada

siswa.

2.2 Keaktifan Siswa

2.2.1 Pengertian Keaktifan Siswa

Suatu pembelajaran pada hakekatnya yaitu untuk mengembangkan aktivitas

dan juga kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan

siswa didalam proses pembelajaran. Sardiman (2001: 98) menyatakan bahwa

keaktifan siswa adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat

dan berfikir sebagai suatu sangkaian yang tidak dapat disimpulkan.

26

Menurut Rohani (2004: 6-7), mengemukakan bahwa belajar yang berhasil

ialah melalui berbagai aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik

ialah siswa yang giat, aktif, dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain dan

bekerja, tidak hanya duduk dan mendengarkan , melihat ataupun pasif. Siswa

yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja

sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam kegiatan pembelajaran. Pada

saat siswa aktif jasmaninya, maka dengan sendirinya ia juga akan aktif jiwanya,

dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Suryono, dkk (2005: 213) mengemukakan pendapat bahwa

keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar, guru harus mengusahakan agar

murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani. Sedangkan menurut Nana Sudjana

(2010: 28) keaktifan siswa merupakan proses yang aktif apabila tidak dilibatkan

dalam berbagai kegiatan belajar sebagai responsi siswa terhadap stimulus guru,

tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikendakinya.

Menurut Aunurrahman (2009: 119) berpendapat bahwa keaktifan siswa

merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami dan

dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa

perlu digali dari potensi-potensinya yang mereka aktualisasikan melalui

aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keaktifan siswa juga

merupakan proses pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan

bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan masalah yang ia

hadapi dalam kehidupannya menurut Martinis Yamin (2007: 77).

27

Sedangkan menurut Hermawan (2007: 83), mengemukakan pendapatnya

yaitu keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah untuk

mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Dan mereka akan aktif

membangun pemahaman atas persoalan ataupun segala sesuatu yang mereka

hadapi didalam kegiatan pembelajaran. Menurut Martinis Yamin (2007: 81)

keaktifan siswa merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi

disekitarnya yang ditentukan oleh indikator pengembangan dari kompetensi dasar.

Dari pernyataan diatas maka dapat simpulkan bahwa keaktifan sangat

diperlukan didalam mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Karena dengan

adanya keaktifan, akan menambahnya suatu pengetahuan dan pengalaman bagi

siswa itu sendiri. Setiap orang yang belajar aktif, maka akan terjadinya suatu

proses pembelajaran yang baik. Keaktifan siswa didalam pembelajaran merupakan

segala kegiatan baik secara fisik maupun non fisik siswa dalam proses

pembelajaran, sehingga dapat menciptakan susana belajar yang menyenangkan,

aktif, dan kondusif.

2.2.2 Jeni-jenis Aktivitas Belajar

Menurut Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2004: 172),

mengemukakan pendapatnya bahwa sanya ada beberapa jenis-jenis aktifitas siswa

didalam belajar yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan Visual (Visual Activies). Kegiatan ini meliputi membaca,

mengamati, memperhatikan, dan mendemontrasikan.

28

2. Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan ini meliputi didalam mengemukakan

pendapat, wawancara, bertanya, dan diskusi.

3. Kehiatan-kegiatan Mendengarkan. Kegiatan ini meliputi mendengarkan

penjelasan guru, mendengarkan penjelasan pada saat diskusi kelompok.

4. Kegiatan-kegiatan Menulis. Kegiatan ini meliputi didalam mengerjakan soal

atau latihan, dan menyusun laporan.

5. Kegiatan-kegiatan Menggambar. Kegiatan ini meliputi didalam

menggambarkan grafik, diagram, peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan Motorik. Kegiatan ini meliputi didalam percobaan,

memilih alat-alat, dan pembuatan model.

7. Kegiatan-kegiatan Emosional. Kegiatan ini meliputi didalam minat, bakat,

keberanian mengeluarkan pendapat, senang, dan lain-lain.

8. Kegiatan-kegiatan Mental. Kegiatan ini meliputi didalam mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan atau

membuat keputusan.

Didalam penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Maka menurut Nana

Sudjana (2004 :61) menyatakan pendapatnya bahwa keaktifan belajar siswa dapat

dilihat dari beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. Siswa bersungguh-

sungguh mengerjakan tugas dan tidak berharap jawaban dari teman.

29

2) Terlibat dalam pemecahan masalah. Siswa ikut serta dalam menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi pada saat diskusi pada saat pembelajaran

berlangsung.

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

Siswa mau berusaha mencari berbagai sumber informasi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

5) Melaksanakan diskusi kelompok dengan petunjuk guru. Memperhatikan dan

mematuhi petunjuk yang diberikan oleh guru pada saat diskusi kelompok.

6) Menilai dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. Mampu menilai dirinya

sendiri dalam mengikuti proses belajar mengajar.

7) Melatih diri dalam memecahkan masalah soal atau pun masalah yang

sejenis. Siswa mau mencari soal-soal yang sejenis dan mengerjakan dengan

baik untuk menambah wawasan yang diperoleh.

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Mampu menerapkan

pelajaran atau ilmu yang telah dipeajari dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Mc Keachie dalam (Yamin, 2007: 77 ),

mengemukakan 6 aspek terjadinya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.

b. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.

30

c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa.

d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

e. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan untuk

berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

f. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pelajaran.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran tentu tidak terjadi dengan

sendirinya tanpa adanya faktor-faktor yang menyebabkan keaktifan siswa muncul.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keaktifan siswa

dalam kegiatan proses pembelajaran, faktor – faktor tersebut berhubungan dengan

bagaimana cara mengajar guru dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan

Briggs dalam (Mayasa: 2013), faktor–faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa

dalam kegiatan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).

5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

31

7. Memberi umpan balik (feed back).

8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan

siswa selalu terpantau dan terukur.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

Menurut Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi keaktifan belajar siswa dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu faktor internal (faktor dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar

siswa), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Secara sederhana

faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat

diuraiakan sebagai berikut:

1) Faktor internal siswa, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa

itu sendiri, yang meliputi:

a. Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)

yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti

pelajaran.

b. Aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh

karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi

belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang

mempengaruhi keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut:

a) Inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak dapat

diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta

32

didik. Ini bermakna bahwa semakin tinggi tingkat inteligensinya maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya.

b) Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan

untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek

orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c) Bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang

berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing

d) Minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu

e) Motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk belajar.

2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni

kondisi lingkungan di sekitar siswa. Adapaun yang termasuk dari faktor

ekstrenal di anataranya adalah:

a. Lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan

teman-teman sekelas.

b. Lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah

tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca

dan waktu belajar yang digunakan siswa.

33

3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.

Hal yang sama dikemukakan oleh Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor yang

mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua

macam, yakni:

1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi

faktor fisiologis dan psikologi.

2. Faktor ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial dan non

sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses belajar adalah faktor internal

(faktor dari dalam siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar siswa).

Sedangkan menurut Gagne dan Brings dalam Martinis (2007: 84), faktor-

faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

3. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

4. Memberi petunjuk siswa cara mempelajarinya.

5. Memunculkan aktivitas, partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6. Memberi umpan balik (feed back).

34

7. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan

siswa dapat terpantau dan terukur.

8. Menyimpulkan setiap materi yang akan disampaikan diakhir pembelajaran.

Sedangkan menurut Mc Keachie dalam (Warsno, 2012: 8) mengemukakan 6

aspek indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut:

1) Partisipasi dalam menemukan tujuan kegiatan pembelajaran.

2) Tekanan pada aspek dalam pembelajaran.

3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa.

4) Penerimaan guru terhadap terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang

kurang relevan atau karena berbuat salah.

5) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.

6) Kesempatan siswa yang diberikan kepada siswa untuk mengambil

keputusan yang penting dalam kegiatan.

2.2.4 Ciri-Ciri Keaktifan Siswa

Proes didalam pembelajaran haruslah mengikut sertakan siswanya secara

aktif, jangan sampai proses pembelajaran disominasi oleh guru saja. Karena siswa

dikatakan aktif dalam pembelajaran apabila terdapat ciri-ciri keaktifan siswa

dalam pembelajarannya menurut Hamalik (2001: 71) adalah sebagai berikut:

35

1. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Disni siswa bebas

untuk melakukan sesuatu didalam kegiatan pembelajarannya agar siswa

mampu dalam memahi materi pelajaran.

2. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa. Disini siswa

bebas mengetahui dan juga mempelajari bahkan mengalami pelajaran itu

dengan cara mencoba mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari.

3. Mencobakan sendiri konsep-konsep. Siswa boleh melakukan kegiatan yang

mampu mendorongnya lebih aktif dalam pembelajaran.

4. Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya. Siswa dapat mengemukakan

pendapatnya kepada semua teman-temannya dan saling bertukar pikiran

dengan teman yang lain.

Berdasarkan yang dikemukakan bahwa sanya keaktifan siswa dalam

pembelajaran tergolong rendah jika siswa tidak memiliki kebebasan beraktifitas

dalam mendengarkan, mencatat, mengkomunikasikan, dan hadir didalam kelas

maka tidak adanya susana belajar yang efektif dan efesien dalam belajar.

2.2.5 Manfaat Keaktifan Siswa

Menurut Oemar Hamalik (2008: 175) dalam proses pembelajaran keaktifan

siswa dalam belajar memberi berbagai manfaat diantaranya sebagai berikut:

a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya.

b. Membuat sendiri akan mengembngkan aspek pribadi siswa secara integral.

c. Para siswa bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan sendiri.

36

d. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

e. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang

tua dengan guru.

f. Pengajaran diselenggarakan secara realisasi dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan

verbalistis.

g. Pengajaran disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan

di masyarakat.

Berdasarkan yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa untuk

menumbuhkan keaktifan siswa dapat dilakukan berbagai cara. Menarik perhatian

siswa guna meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil keputusan dan motivasi

berupa dorongan belajar. Sehingga siswa dapat terdorong aktif pada saat

pembelajaran berlangsung.

2.3 Hasil Belajar

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Keberhasilan proses dan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya adalah guru dan siswa. Hal ini karena guru dan siswa terlibat

langsung didalam kegiatan pembelajaran. Belajar adalah sama dengan latihan,

sehingga hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan

tertentu sebagai hasil latihan.

37

Menurut Daryanto (2012: 27) hasil belajar merupakan proses belajar yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan menyangkut

kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sedangkan menurut Rusmono (2012: 10)

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang meliputi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa

menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai

sumber belajar dan lingkungan belajar.

Hasil belajar juga adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang

berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa, menurut Sudjana

(2005). Semantara menurut Sardiman (2004: 21) mengatakan bahwa perubahan

tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu, tetapi juga berbentuk kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.

Menurut Oemar Hamalik (2002: 30), berpendapat bahwa hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian

pembelajaran atau pelatihan, perubahan yang terjadi dapat diamati melalui

beberapa aspek, diantaranya pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etika, budi pekerti, dan sikap.

Menurut Nasution (2003: 36) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar mengajar biasanya ditunjukan dengan nilai tes

yang diberikan oleh guru.

38

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan guru. Dari sisi

siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental ini terwujud

dalam jenis-jenis ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru

hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pengajaran, dengan

berakhirnya proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil

belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah

melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar tidak akan dapat diketahui tanpa

dilakukan penilaian atas aktivitas belajar siswa.

Menurut Abdurahman dan Asep (2008: 14), hasil belajar merupakan

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, sedangkan

belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang siswa menguasai bahan yang sudah diajarkan oleh

gurunya. Dan untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut maka diperlukan

serangkaian pengukuran sebagai alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat diatas, bahwa hasil belajar

merupakan faktor yang sangat penting didalam pembelajaran dan sebagai

indikator berhasil atau tidaknya proses hasil belajar yang diperoleh siswa setelah

melakukan serangkaian aktivitas belajar. Dengan kata lain hasil belajar juga

39

merupakan akhir dari kegiatan pembelajaran yang akan membawa perubahan

didalam diri individu yang menjadi lebih baik lagi didalam kegiatan pembelajaran

selanjutnya. Hasil belajar juga adalah nilai yang berupa tingkat keberhasilan siswa

dalam mengikuti pelajaran yang sudah dinyatakan dalam bentuk skor ataupun

angka yang diperoleh dari hasil ulangan harian.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139), ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi Prestasi belajar yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Internal. Yakni didalam keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa

diantaranya:

a. Jasmani, terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b. Rohani, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemandirian

belajar, kematangan, dan kesiapan diri.

2) Faktor Eksternal. Yakni kondisi lingkungan sekitar siswa diantaranya:

a. Faktor Keluarga. Yaitu bagaimana cara orang tua didalam mendidik

anaknya, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, dan latar belakang

kebudayaannya.

b. Faktor Sekolah. Yakni terdiri dari metode belajar mengajar, kurikulum,

hubungan guru dengan siswa, kedisiplinan sekolah, keadaan dan fasilitas

sekolah.

c. Faktor Masyarakat. Yakni terdiri atas kegiatan siswa didalam masyarakat,

media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan di masyarakat.

40

3) Faktor Pendekatan Belajar. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran

terdapat dua jenis pendekatan yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach), dimana pada pendekatan ini guru melakukan

pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan

aktif dalam proses pembelajaran.

b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach), dimana pada penekatan ini guru menjadi

subjek utama dalam proses pembelajaran.

2.3.3 Jenis-jenis Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Sudjana (2005) membagi hasil belajar dalam tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik maka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni:

a. Mengenal (Recognition). Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih

salah satu dari dua atau lebih jawaban.

b. Pemahaman (Comprehension). Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan

individu dalam menjelaskan suatu masalah atau pernyataan. Dengan

41

pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami

hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

c. Aplikasi (application). Yakni penggunaan abstrak pada situasi kongkret atau

situasi khusus. Abstrak tersebut mungkin berupa ide, teori, atau pun

petunjuk teknis. Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki

kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrak tertentu secara

tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkan secara

benar.

d. Analisis (Analysis). Yakni usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-

unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunanya. Analisis

merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari

ketiga tipe sebelumnya.

e. Sintesis (Synthesis). Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam

bentuk yang menyeluruh disebut sintesis. Berfikir sintesis adalah berfikir

divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. Dengan

singkat dapat dikatakan bahwa soal sintesis ini siswa diminta untuk

melakukan generalisasi.

f. Evaluasi (Evaluation). Yakni pemberi keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode

dan lain-lain.

42

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan

hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik ini berhubungan dengan erat kerja otot sehingga

menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Hasil belajar psikomotorik

tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities) bertindak

individu.

2.3.4 Teknik Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2002: 31), terdapat dua alat evaluasi, yakni tes dan non

tes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil belajar itu dilakukan dengan jalan

menguji siswa. Sebaliknya, dengan teknis non tes maka evaluasi hasil belajar

dilakukan tanpa menguji siswa.

Sedangkan menurut Sudjana (2008: 35), tes hasil bbelajar dapat dibagi

menjadi tiga jenis tes yaitu sebagai berikut:

1. Tes Lisan (Oral Test). Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut

jawaban dari siswa dalam bentuk bahasa lisan. Siswa akan mengucapkan

jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau pun

perintah yang diberikan.

43

2. Tes Tertulis (Written Test). Tes tertulis adalah yang menuntut siswa

memberikan jawaban secara tertulis. Tes tulis ini dapat dibedakan menjadi

tes essay atau uraian dan tes objektif atau pilihan ganda.

2.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul “

Pengaruh Kemandirian Belajar dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di SMAN 2 Gunung Sahilan”

diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Rani BF (2014) dengan judul

“Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Akuntansi Kelas X dan XI di SMK Dharma Loka Pekanbaru Ta.

2013/2014”. Maka menunjukan bahwa antara pengaruh kemandirian belajar

terhadap hasil belajar akan dipengaruhi oleh hasil belajar siswa yang

memperoleh persamaan regresinya yaitu: Y = 11,350 + 1,452 X. Dari

persamaan tersebut dapat diartikan bahwa satu-satuan skor kemandirian

belajar akan dipengaruhi oleh hasil belajar sebesar 1,452 pada konstanta

11,350. Berdasarkan penelitian maka penulis menyimpulkan bahwa ada

pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar ini, Ha diterima sebesar

72,2%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irma Yani (2015) dengan judul “Pengaruh

Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Ekonomi Kelas X IPS di SMA Muhammadiyah Pekanbaru”. Maka

44

menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pada

kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

ekonomi, terbukti dari nilai thitung 6,759>ttabel 1,986.

3. Penelitian dilakukan oleh Betha Nabila (2015) dengan judul “Pengaruh

Keaktifan Siswa Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI di SMA

Serirama YLPI Pekanbaru. Menunjukan bahwa antara pengaruh keaktifan

terhadap hasil belajar akan dipengaruhi oleh hasil belajar siswa. Hal ini

terbukti dari thitung , yaitu 9,930 > ttabel 1,981. Itu terbukti bahwa ada

pengaruh yang signifikan dari keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar

siswa.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka terdapat perbedaan yang

peneliti lakukan, yakni tempat peneliti melakukan di SMAN 2 Gunung Sahilan

Kabupaten Kampar, dan Mata Pelajaran Ekonomi. Dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh kemandirian belajar dan keaktifan siswa terhadap hasil

belajar pada mata pelajaran ekonomi.

2.5 Kerangka Konseptual

2.5.1 Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2011: 13) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

45

Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005: 50), kemandirian belajar

diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh

kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan sertai rasa tanggung jawab dari diri sendiri

didalam pembelajaran. Siswa yang memiliki kemandirian belajar mampu

menganalisa permasalahan yang ada, mampu berinteraksi dengan baik, mampu

bekerja sendiri maupun berkelompok.

Kemandirian belajar tidak hanya belajar sendiri akan tetapi mampu

meningkatkan hasil belajar dengan baik melalui keterampilan yang dimiliki,

dorongan didalam diri sendiri untuk selalu mengerjakan tugas dengan baik, tanpa

adanya bantuan dari orang lain. Kemandirian belajar sebagai aktivitas didorong

oleh keinginan untuk belajar sendiri, dan belajar aktif serta berpartisipasi dalam

mengembangkan diri yang tidak bergantung kepada orang lain.

Maka dapat diduga bahwa siswa yang memiliki kemampuan dalam

mengatur waktu belajar, menetapkan target pencapaian belajar, dan mencari

berbagai informasi atau referensi secara mandiri untuk mencapai hasil belajar

yang baik.

2.5.2 Pengaruh Keaktifan Siswa Terhadap Hasil Belajar

Menurut B. Uno (2012: 51) mengatakan bahwa hasil belajar yang maksimal

diperoleh apabila sisw bekerja menurut kecepatannya sendiri, terlibat aktif dalam

melaksanakan berbagai tugas belajar khusus, dan mengalami keberhasilan dalam

belajar.

46

Menurut Hermawan (2007: 83), mengemukakan pendapatnya yaitu

keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah untuk

mengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri. Dan mereka akan aktif

membangun pemahaman atas persoalan ataupun segala sesuatu yang mereka

hadapi didalam kegiatan pembelajaran.

Maka dapat diduga bahwa siswa yang aktif dalam berargumentasi atau pun

berpendapat, berani dalam mengemukakan gagasan pemikirannya, dan berpikir

kritis akan meningkatkan hasil belajar yang optimal.

2.5.3 P engaruh Kemandirian Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Hasil

Belajar

Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005: 50), kemandirian belajar

diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh

kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan sertai rasa tanggung jawab dari diri sendiri

didalam pembelajaran. Menurut Mujiman (2005: 1) kemandirian belajar

merupakan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk

menguasai suatu kompetensi guna mengatasi masalah dan dibangun kompetensi

yang dimiliki.

Menurut Nana Sudjana (2010: 28) keaktifan siswa merupakan proses yang

aktif apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai responsi

siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar

yang dikehendaki.

47

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar, sedangkan belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang

yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap. (Abdurahman dan Asep (2008: 14)).

Maka dapat diduga bahwa sanya hasil belajar yang tinggi dapat dipengaruhi

oleh kemandirian belajar dan juga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2.6 Kerangka Pemikiran

Hasil belajar merupakan hasil maksimal yang dicapai oleh siswa dalam

proses belajar mengajar. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, banyak

hal yang harus ditempuh. Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk

perubahan, harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari

dalam individu dari luar individu.

Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor

internal diantaranya motivasi, kreatifitas, keaktifan, sikap, minat, perhatian dan

kemandirian belajar siswa. sedangkan faktor eksternal diantaranya guru, fasilitas,

manajemen, kurikulum, anggaran, lingkungan sekolah dan sosial keluarga.

Kemandirian belajar dan keaktifan siswa juga dapat menjadi penentu hasil

belajar siswa. Hal ini dikarenakan hasil belajar siswa juga diukur melalui

kemampuan didalam kemandirian dan keaktifan belajar siswa ataupun penguasaan

siswa atas materi pelajaran, yang proses belajarnya tidak terlepas dari kegiatan

kemandirian dan keaktifan siswa tersebut.

48

Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, kerangka pemikiran yang

digunakan penulis didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X1 : Kemandirian Belajar

X2 : Keaktifan Siswa

Y : Hasil Belajar

: Parsial

: Silmutan

Hasil Belajar

(y) Keaktifan Siswa

(x2)

Kemandirian Belajar

(x1 )

49

2.7 Hipotesis Peneltian

Menurut Sugiyono (2008: 51), mengemukakan pendapatnya bahwa

“hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah”. Sedangkan

menurut Arikunto (2010: 110), berpendapat bahwa “hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjaun teoritis yang diuraikan, maka

dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar

terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMAN 2 Gunung Sahilan.

Hipotesis2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan siswa terhadap

terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMAN 2 Gunung Sahilan.

Hipotesis3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas

X di SMAN 2 Gunung Sahilan.