bab ii tinjauan pustaka a.anemia 1....

25
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia adalah kondisi dimana hemoglobin dalam sel darah merah menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk seluruh tubuh menjadi berkurang. 1 a. Hemoglobin ( Hb ) 1) Definisi Hemoglobin Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen, sehingga sebabkan penurunan fungsi dari jaringan tubuh hal ini disebabkan karena oksigen merupakan hal yang diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. 2 Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. 30 Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). 31 Zat penyusun sel darah merah atau eritrosit merupakan zat besi. 1 Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari hem yang terdiri dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen dan globin yaitu protein yang terdiri dari dua pasang rantai asam amino yang disebut alfa dan non alfa. 32

Upload: hathuy

Post on 26-Sep-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Definisi

Anemia adalah kondisi dimana hemoglobin dalam sel darah merah

menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk seluruh tubuh

menjadi berkurang.1

a. Hemoglobin ( Hb )

1) Definisi Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang

berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb

berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen, sehingga sebabkan

penurunan fungsi dari jaringan tubuh hal ini disebabkan karena

oksigen merupakan hal yang diperlukan tubuh untuk bahan bakar

proses metabolisme.2

Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb

yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari

protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang

disebut heme.30 Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang

bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi

(Fe).31 Zat penyusun sel darah merah atau eritrosit merupakan zat

besi. 1

Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang

terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari hem yang terdiri

dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen dan globin yaitu

protein yang terdiri dari dua pasang rantai asam amino yang

disebut alfa dan non alfa.32

2

2) Proses Pembentukan Hemoglobin

Kedua bagian dari hemoglobin, yaitu hem dan globin

dibentuk melalui proses yang berbeda. Gugus Hem terdiri dari

struktur 4-karbon yang berbentuk cincin simetris, disebut pirol dan

membentuk satu molekul porfirin.30 Empat pirol menyatu

kemudian terjadi reaksi perubahan dan pertukaran hingga

terbentuknya gugus senyawa bebas-besi yang disebut

protoporfirin, setelah empat molekul hem berinsersi kedalam

empat molekul globin, maka terjadi penggabungan globin pada

sitopalsma eritrosit .33

3) Reaksi-reaksi Hemoglobin

(a) Reaksi Hemoglobin dan Oksigen(O2)

Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk

oksihemoglobin, O2 menempel pada Fe2+ dalam heme. Afinitas

hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan

konsentarasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel darah

merah.34 2,3-DPG dan H+ berkompetisi dengan O2 untuk

berikatan dengan hemoglobin tanpa O2 (hemoglobin

terdeoksi), sehingga menurunkan afinitas hemoglobin terhadap

O2 dengan menggeser posisi empat rantai polipeptide (struktur

kuartener). 35

(b) Reaksi Hemoglobin dan Karbonmonoksida

Karbonmonoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbonmonoksihemoglobin (HBCO).34Afinitas

hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya

terhadap karbonmonoksida, sehingga CO dapat menggantikan

O2 pada hemoglobin dan menurunkan kapasitas darah sebagai

pengangkut oksigen.31

3

(c) Sintesis Hemoglobin

Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah

yang terdapat di dalam satu sel darah merah adalah sekitar

32pg. (mean cell hemoglobin, MCH = 32 ± 2pg). berjumlah

16g/dL pada pria dan 14 g/dL pada wanita dan semuanya

berada di dalam sel darah merah.33

Pada tubuh seorang pria dengan berat 70 Kg, ada

sekitar 900 gr hemoglobin, 0,3 gr hemoglobin dihancurkan dan

0,3 grdisintesis setiap jam. Porsi heme dalam molekul

hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil KoA.35

4) Fungsi Hemoglobin

Fungsi dari hemoglobin adalah membawa karbondioksida

membentuk karbonmonoksida hemoglobin (HbCO) yang berperan

dalam keseimbangan pH darah. Hemoglobin membawa oksigen

dalam darah yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh hingga ke

jaringan perifer.33

5) Pengukuran Hemoglobin

Tes yang dilakukan adalah tes hemoglobin (tes yang

mengukur hemoglobin yang merupakan protein dalam darah yang

membawa oksigen), Tes Hematokrit (persentase sel darah merah

dalam darah berdasarkan volume). Tes ini menunjukkan berapa

banyak zat besi dalam tubuh.34

Tes darah lainnya digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa

anemia karena kekurangan zat besi termasuk 36:

(a) Hitung darah lengkap (untuk melihat jumlah dan volume sel

darah merah)

(b) Serum ferritin (ukuran bentuk disimpan besi)

(c) Serum besi (ukuran dari besi dalam darah)

(d) Kejenuhan transferrin (ukuran bentuk diangkut dari besi)

4

(e) Transferin reseptor (ukuran peningkatan produksi sel darah

merah)

Pengukuran hebmoglobin yang disarankan oleh WHO ialah

dengan cara cyanmet, namun cara oxyhemoglobin dapat pula

dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet.1

Selain metode cyanmethemoglobin Kadar hemoglobin darah

dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain yaitu

sahli dan hemometer digital. Cara penentuan hemoglobin yang

banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan

cukup sederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara

standar yang dianjurkan WHO.37 Penggunaan hemometer digital

memiliki keakuratan yang lebih valid daripada hemometer sahli,

selain itu lebih cepat dan lebih sederhana dalam cara

pemeriksaannya.38

2. Jenis Anemia

Jenis anemia yaitu 2:

a. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi karena sumsum tulang belakang tidak

mampu mengganti eritrosit yang rusak sebelum 120 hari masa hidup

eritrosit sebelumnya.3 Akibatnya, jumlah eritrosit dalam darah rendah

karena sumsum tulang belakang tidak mampu memproduksi eritrosit

secara cukup. Anemia hemolitik juga dapat terjadi karena kelainan

intrinsik dan ekstrinsik. Kelainan intrinsik dari eritosit, kelainan enzim

(defisiensi G6PD) dan kelainan hemoglobin. Sedangkan kelainan

ekstrinsik penyebab anemia hemolitik adalah imunitas dan autoimun,

infeksi (malaria) dan adanya zat kimia .5

Kelainan ekstrinsik adanya zat kimia di buktikan pada

penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2012, dengan tujuan

penelitian melihat pengaruh pemberian dosis asap rokok pada tikus

5

galur wistar, dengan perlakuan satu kelompok tanpa perlakuan dan

tiga kelompok lainnya diberi perlakuan dengan memapari asap rokok

dengan dosis bertingkat masing-masing 1 batang/ hari, 2 batang/ hari,

dan 4 batang/ hari. Tikus dipapari asap rokok selama 28 hari. Di akhir

penelitian tikus di ambil darahnya untuk diperiksa jumlah eritrosit dan

kadar hemoglobin. Hasil yang didapatkan p value = 0,000, artinya

paparan asap rokok dapat menyebabkan penurunan jumlah eritrosit

dan kadar hemoglobin.28

b. Anemia Aplastik

Anemia aplastik terjadi karena sumsum tulang belakang rusak,

sehingga tidak mampu memproduksi sel darah dan akibatnya terjadi

penurunan jumlah sel-sel darah dalam tubuh, seperti menurunnya

eritrosit, leukosit dan trombosit.32 Anemia aplastik dapat terjadi

karena sistem imunitas tubuh salah menghancurkan sel darah yang

masih sehat, yang disebut autoimmune disorder. 39

Anemia aplastik juga dapat terjadi karena adanya paparan dari

asap rokok baik perokok aktif maupun pasif, dimana adanya tar dan

radikal bebas yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan

kerusakan pada sumsum tulang belakang (organ yang memproduksi

eritrosit) di dalam tubuh, pada saat terjadinya sintesis atau proses

pembentukan hemoglobin yang dimulai di dalam eritroblast kemudian

dilanjutkan dalam stadium retikulosit atau stadium pematangan

eritrosit atau sel darah muda,33 jika retikulosit meninggalkan sumsum

tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit akan tetap

membentuk hemoglobin dalam jumlah sedikit selama beberapa hari

yang mana keadaan ini dapat mengakibatkan adanya hemolisis pada

sel darah merah sehingga dapat terjadi anemia,39 serta dapat

menaikkan viskositas atau kekentalan dan tekanan darah yang dapat

berpotensi menciptakan penyakit kardiovaskuler.4

6

c. Anemia Defisiensi Fe

Anemia defisiensi Fe terjadi karena tubuh tidak dapat

menyesuaikan dengan kebutuhan akan zat besi.4 Hal ini terjadi ketika

kebutuhan zat besi yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan

cadangan zat besi yang cukup dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan

asupan zat besi dalam darah dan terjadi anemia defisiensi zat besi.3

Teori tersebut didukung dengan penelitian tesis yang dilakukan

di kabupaten Sukoharjo yaitu tentang pengaruh suplementasi Fe, asam

folat, dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar Hb pada pekerja

wanita. Hasil penelitian setelah dilakukan intervensi prevalensi anemia

menurun sebesar 78,9%. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada

peningkatan yang bermakna pada rerata kadar Hb sebelum dan

sesudah perlakuan diberikannya suplemen folat, Fe dan vitamin B12

dengan p-value=0,000.40 Hal yang sama didapatkan dari penelitian

tahun 2003 di Jakarta diketahui ada peningkatan kadar Hb dan serum

feritin setelah diberikan suplementasi zat besi dan asam folat pada

pekerja yang anemi.41

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe juga dapat

mempengaruhi tejadinya anemia, dimana kepatuhan tersebut dapat

diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara

mengkonsumsi tablet Fe dan frekuensi konsumsi perhari.

Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu

upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,

khususnya anemia kekurangan besi.6

d. Anemia PernisiosaAnemia pernisiosa terjadi karena defisiensi vitamin B12 yang

menyebabkan produksi eritrosit menurun dan dapat mengakibatkan

terjadinya anemia defisiensi vitamin B12.3 Hal ini terjadi karena

7

kegagalan pematangan sel darah merah, yang disebabkan buruknya

absorbsi vitamin B12 (anemia pernisiosa).3 Pada anemia pernisiosa,

terjadi malabsorbsi di lambung sehingga vitamin B12 tidak dapat

diserap dan terjadilah anemia, meskipun telah mengkonsumsi

makanan yang mngandung vitamin B12 setiap hari.4

3. Penyebab Anemia

a. Perdarahan 36

Adanya kejadian perdarahan dapat disebabkan karna kejadian

spontan/ langsung atau terjadinya karena kejadian pemicu seperti

trauma, persalinan, pembedahan, menstruasi.42 Hal tersebut dapat

disebabkan oleh kelainan dinding pembuluh darah, defisiensi atau

disfungsi trombosit yang menyebabkan gangguan dari faktor

pembekuan,4 sehingga hal ini dapat menyebabkan cadangan zat besi

dalam tubuh berkurang.

b. Umur

Umur seorang berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita.

Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20–35 tahun.6

Semakin tinggi umur, maka kebutuhan akan zat gizi juga semakin

tinggi, sehingga memerlukan banyak asupan gizi. Namun apabila

asupan zat gizi kurang, sedangkan kebutuhan akan zat gizi bertambah,

maka akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti anemia defisiensi

zat gizi

Penelitian di desa Jetis Kecamatan Sukoharjo tahun 2003

diketahui bahwa usia 20-35 tahun lebih banyak yang menderita

anemia dibanding usia < 20 tahun.

Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis

belum optimal emosinya dan cenderung labil, mentalnya belum

8

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan

zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun

terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta

berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.43

c. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang

wanita yang terlahir hidup. Seorang wanita yang sering melahirkan

mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya

apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Terlalu banyak anak

(> 4orang) dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan

sampai melahirkan, diantaranya disebabkan oleh anemia.44

Hubungan kadar hemoglobin dengan paritas tercantum pada

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 yang

menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan dialami wanita dengan

status paritas 1–4, dibandingkan dengan pravelensi kejadian anemia

ringan pada wanita yang belum pernah melahirkan, yakni 70,5 % dan

65,8 %. Sedangkan pada paritas 5 keatas prevalensi anemia lebih

tinggi dari pada paritas 1-4, yakni 72,9 % untuk anemia ringan dan 76

% untuk anemia berat.45

d. Jarak kelahiran yang terlalu dekat

Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan

terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi wanita secara fisik

maupun psikologis belum optimal apabila memiliki jarak kelahiran

yang terlalu dekat, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam

pemenuhan kebutuhan zat gizi.6

Hasil penelitian di Puskesmas Pacarkeling Kota Surabaya

menunjukan bahwa dari 30 responden ibu hamil dengan jarak

kehamilan kurang dari 2 tahun sebagian besar (53,3%) mengalami

9

anemia dalam kehamilan dan dari 132 responden ibu hamil dengan

jarak 2 tahun atau lebih sebagian besar (84%) tidak mengalami anemia

dalam kehamilan. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara

jarak kehamilan dengan kejadian anemia p-value = 0,000.46

e. Sosial Ekonomi dan Demografi

Pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan daya beli keluarga

maupun dalam akses ke pelayanan kesehatan. Wilayah perkotaan

maupun pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan

dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan

makanan yang berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat

besi.47

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 yaitu untuk

mengetahui keterkaiatan faktor-faktor social ekonomi dan kesehatan

masyarakat yang kaitannya dengan masalah gizi underweight, stunted

dan wasted di Indonesia dengan pendekatan ekologi, menggunakan

sampel penelitian Balita di 32 Propinsi dihasilkan bahwa secara

keseluruhan faktor penyebab masalah gizi (underweight, stunted, dan

wasted) yaitu perilaku hygiene dan pemanfaatan posyandu. Kedua

faktor tersebut dipengaruhi sosial ekonomi.48

f. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor predisposisi terjadinya proses

perubahan sikap, perilaku dan pengetahuan seseorang tentang

anemia.49 Apabila pendidikannnya tinggi akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang anemia, dan akan mempengaruhi

dalam berperilaku untuk mencegah terjadinya anemia.50

g. Penyakit Kronik

Anemia dengan karakteristik kurang efektifnya Fe untuk

proses eritopoiesis, karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus

gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag dan

10

sedikit berkurangnya masa hidup eritrosit.5 Anemia yang disebabkan

oleh penyakit kronis ini sering terjadi pada pasien rawat inap, yang

disebabkan oleh beragam gangguan peradangan kronis, diantaranya 4:

1) Infeksi mikroba kronis, seperti osteomelitis, endokarditis bakterial

2) Gangguan imun kronis, seperti arthritis rheumatoid

3) Neoplasma, seperti panyakit hodgkin

h. Asupan Gizi

Asupan zat gizi yang adekuat dapat mempengaruhi status gizi.

Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya anemia dapat dikarenakan

produksi eritrosit yang tidak adekuat.47 Ketidakcukupan eritrosit

tersebut dapat dipicu karena kurangnya bahan-bahan yang diperlukan

untuk pembentukan eritrosit seperti protein, zat besi, asam folat,

vitamin C dan B12.2

i. Pengkonsumsian Tablet Tambah Darah (TTD)

Pemberian suplementasi tablet tambah darah dapat

mempengaruhi kadar zat besi didalam tubuh hal tersebut dibuktikan

dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja WUS dengan 2

perlakuan, kelompok yang diberikan zat besi dan asam folat saja

dengan kelompok yang diberikan multivitamin dan mineral,

perlakukan dilakukan selama 10 minggu dan didapatkan adanya

peningkatan hemoglobin, hematokrit dan serum feritin pada kelompok

yang diberikan tablet zat besi dan asam folat.51

j. Asap rokok

Keberadaan asap rokok, radikal bebas yang terkandung

didalamnya dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Efek

hematotoksisitas dari timbal atau Pb menghambat sebagian besar

enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme heme

sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah.19

11

Nikotin pada rokok ini dapat menimbulkan kontraksi pada

pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah akibatnya aliran

darah menuju seluruh tubuh mengganggu. Kandungan rokok yang lain

adalah karbondioksida (CO) pada asap rokok, apabila terpapar maka

karbondioksida ini akan mengikat hemoglobin dalam darah, yang

mana mestinya hemoglobin tersebut mengikat oksigen yang diedarkan

ke organ-organ vital dan sel-sel di seluruh tubuh.52 Akibatnya akan

mengurangi fungsi kerja dari hemoglobin dalam tubuh yang

semestinya berfungsi mengikat oksigen yang digunakan untuk

mendistribusikan zat makanan dari seluruh tubuh.53

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan

bahwa merokok adalah faktor risiko kepada terjadinya sindroma

myelodisplastik dan anemia refraktori. Penelitian ini menunjukkan

terjadi peningkatan risiko relatif terhadap anemia refraktori (OR 2.5;

95%;CI=1.2-5.6). Hal ini menunjukan bahwa merokok bisa

menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin darah.54

4. Akibat Anemia

Seseorang yang dapat berisiko mengalami anemia salah satunya

adalah orang yang terpapar zat-zat berbahaya (nikotin, timbal,

karbonmonoksida, tar) dan zat kimia lain, karena asap dari tembakau

yang dibakar dapat berfungsi seperti racun bagi tubuh sehingga dapat

mengganggu proses pembentukan eritrosit dan hemoglobin dalam darah,

akibatnya tubuh kekurangan oksigen dalam jumlah cukup untuk

pembentukan hemoglobin.20

Wanita mempunyai resiko terkena anemia 7,9 kali lebih tinggi

daripada pria dan kelompok umur dibawah 40 tahun beresiko terkena

anemia 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berumur di

atas 40 tahun.55 Selain itu, ibu hamil mempunyai resiko tinggi terhadap

12

anemia defisiensi Fe karena adanya hemodelusi sebagai adaptasi fisiologis

tubuh.6

Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi wanita dalam tiap

siklus kehidupan, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan

masa selanjutnya,berikut ini akibatnya 6:

a. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia saat persalinan

adalah : keguguran (abortus), kelahiran, prematurs, persalinan yang

lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),

perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim

(atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,

serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi

kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian

ibu pada persalinan.6

b. Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat

badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia

pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,

perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi

subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus :

premature, apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada trimester II

dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus

premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin

dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan

mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian

ibu.6

5. Tingkatan Anemia

Tingkatan anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut 56:

a. Stadium I: Hanya ditandai oleh kekurangan persediaan besi. Keadaan

ini dinamakan stadium deplesi besi.46 Pada stadium ini kadar besi di

13

dalam serum maupun kadar hemoglobin masih normal. Kadar besi di

dalam depot dapat ditentukan dengan pemeriksaan sitokimia jaringan

hati atau sumsum tulang. Disamping itu kadar feritin/saturasi

transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan kadar besi di dalam

depot.57

b. Stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi

di dalam serum mulai menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam

darah masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi besi.57

c. Stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini

ditandai oleh penurunan kadar hemoglobin MCV, MCH, MCHC

disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum. 57

6. Penentuan Anemia Berdasarkan Derajat Hemoglobin

Anemia pada di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia :

Hb >11 gr/dL, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr/dL, Anemia sedang : Hb 7-

8.9 gr/dL, Anemia berat : Hb < 7 gr/dL.58 Klasifikasi/ pembagian derajat

anemia berdasarkan umur terdapat pada tabel 2.1 berikut ini 1 :

Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Anemia Berdasarkan Umur

Populasi menurut umur AnemiaRingan (gr/l) Sedang (gr/l) Berat (gr/l)

a. Anak umur 6- 59 bulan 100-109 70-99 <70b. Anak umur 5- 11 tahun 110-114 80-109 <80c. Anak umur 12-14 tahun 110-119 80-109 <80d. Wanita dewasa tidak

hamil (≥15 tahun) 110-119 80-109 <80

e. Perempuan hamil 100-109 70-99 <70f. Pria dewasa (≥15 tahun) 110-129 80-109 <80

B. Paparan Asap Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah.

Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm

14

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup

lewat mulut pada ujung lainnya.59

Kandungan rokok dapat ditentukan lewat dua cara, langsung

memeriksa rokoknya, atau memeriksa asapnya. Asap rokok sendiri ada

dua jenis : Asap yang keluar dari pembakaran di ujung rokok dan asap

yang dihirup oleh perokok lewat ujung hisap rokok (baik filter atau

tidak).60

Merokok dapat merusak kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita

pungkiri. Banyak penyakit ditimbulkan akibat merokok, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja

merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya termasuk

perokok pasif.61

2. Frekuensi merokok

Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan

batang per hari. Jumlah rokok yang diisap per hari, jenis rokok yang diisap

(filter atau tidak), cara menghisap rokok, umur mulai merokok, lama

merokok.60

Tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah

rokok yang dihisap yaitu 61:

a. Perokok ringan : jumlah rokok yang diisap kurang dari 1-4 batang per

hari

b. Perokok sedang: jumlah rokok yang diisap 5-14 batang per hari

c. Perokok berat : jumlah rokok yang diisap lebih dari 15 batang per

hari

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari

kulon dengan tujuan membuktikan adanya faktor resiko hipertensi pada

wanita usia 40-70tahun sebanyak 40 kasus dan 40 kontrol didapatkan hasil

15

bahwa lama paparan (durasi), jumlah perokok dalam rumah dan lama

merokok dari perokok aktif terbukti menjadikan faktor resiko hipertensi

terhadap perokok pasif disekitarnya.62

3. Kategori Perokok

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang

tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan

bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh

orang yang bukan perokok karena berada disekitar perokok disebut

second handsmoke.60

b. Perokok aktif

Perokok aktif adalah orang yang suka merokok. 61

4. Asap rokok

Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk

hidup lainnya melalui berbagai jenis cara. Jalur pokok pemaparan terbagi

menjadi 3 yaitu:

a. Penetrasi melalui kulit ( absorpsi kulit/ dermal)

b. Inhalasi (absorpsi melalui paru-paru)

c. Ingesti (absorpsi melalui saluran pencernaan)

Paparan asap rokok masuk ke dalam tubuh manusia secara inhalasi.

Karbonmonoksida hasil pemaparan dari asap rokok akan diserap oleh paru-

paru. Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti

kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap

paparan zat kimia. Selain kerusakan sistemik zat kimia yang berhasil

melewati permukaan paru juga dapat mencederai jaringan paru dan

menganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen.63 Karbonmonoksida

yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari perokok

16

aktif yang berada dalam ruangan tersebut memiliki kadar yang lebih tinggi

bila ruangan tersebut tidak memadai ventilasinya.60 Pada umumnya

pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya harus lebih kecil

dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok. 62

5. Kandungan Rokok

Ada 100 lebih senyawa dalam kandungan asap rokok, berikut

senyawa-senyawa tertentu yang dibahas 23:

a. Karbon Monoksida ( CO)

Karbon Monoksida merupakan senyawa karbon inorganik.

Afinitasnya terhadap hemoglobin darah 300 kali lebih kuat dari

oksigen, sehingga paparan gas ini dapat mengurangi atau sepenuhnya

menghilangkan kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen ke

seluruh tubuh.59 Apabila Karbonmonoksida terhirup maka akan terjadi

reaksi dengan hemoglobin, dengan membentuk

karbonmonoksihemoglobin (karboksi-hemoglobin).

Karbonmonoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat

(afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat daripada

daya ikat oksigen (O2) dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam

sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbonmonoksida (CO) dalam

bentuk HBCO,33 dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan

oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen juga.47

Rokok terdapat CO2 sejumlah 2-6% pada saat merokok,

sedangkan CO2 yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400

ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar

karboksihemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.64 Kadar normal

karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan

terus berjalan akan terjadi plycythemia (pertambahan kadar butir darah

merah) yang mempengaruhi fungsi syaraf pusat. 33

17

Penelitian dilakukan di Semarang, bertujuan untuk

mempelajari perubahan histopatologi saluran napas tikus putih galur

Sprague Dawley akibat pajanan asap rokok kretek, hasil penelitian

menunjukkan perubahan histopatologi yang bermakna pada saluran

napas. Jumlah sel epitel pada kelompok yang terpapar asap rokok

secara bermakna lebih tinggi dari kontrol (p < 0,05) pada daerah sinus,

bronkhus, dan bronkhiolus, sedangkan pada trakhea tidak ditemukan

perbedaan bermakna (p > 0,05).65

b. Radikal Bebas (NOx, SO2)

Radikal bebas yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas

lipid peroksidase (LPO) dan menurunkan status antioksidan eritrosit

yang menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit sehingga

eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan terjadi penurunan

jumlah eritrosit.33 Oleh karena itu peningkatan radikal bebas secara

tidak langsung dapat diketahui dari penurunan jumlah eritrosit.

Bahaya radikal bebas terhadap eritrosit diantaranya adalah

dengan merusak struktur membrane eritrosit sehingga plastisitas

membran terganggu dan mudah pecah. Keadaan ini dapat

menyebabkan turunnya jumlah eritrosit.23

c. Timah Hitam Atau Timbal (Pb)

Rokok menghasilkan timah hitam (Pb) sebanyak 0,5μg.

Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari

menghasilkan 10 μg. Sementara ambang batas timah hitam yang

masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per hari.19 Basophilic stippling

dari sel darah merah merupakan gejala pathogenesis bagi keracunan

Pb.19 Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria.23

Pengaruh timbal sebenarnya dapat dilihat pada proses sintesis

hemoglobin. Kadar timbal dalam darah 10 μg/dL sudah dapat

menyebabkan gangguan pada sintesis hemoglobin dengan

18

penghambatan pada aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidratase

(ALAD). Oleh karena itu, kadar Pb dalam darah yang tinggi dapat

mengakibatkan menurunnya kadar Hb darah.66

Penelitian yang dilakukan pada tukang becak di Mranggen,

diperoleh nilai p = 0,041 (p < 0,05) untuk korelasi kadar Pb dalam

darah dengan kadar Hb darah. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah pada

tukang becak di Pasar Mranggen Demak. Tukang becak yang memiliki

kadar Pb dalam darah 6,45 μg/dl memiliki kadar Hb darah 12,25 gr/dL

sedangkan tukang becak yang memiliki kadar Pb dalam darah 12,19

μg/dl memiliki kadar Hb darah 10,60 gr/dL.67

d. Tar.

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam

yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan

menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per

batang. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau.33 Tar merupakan

kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri

yang merupakan hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap

rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat

menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok

inilah yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. 59

Pemaparan menahun hidrokarbon aromatic (benzena) dapat

menghasilkan efek toksik yang sangat serius yang paling nyata ialah

kerusakan pada sumsum tulang yang berbahaya dan tidak terduga,

anemia aplastik,39 leukopenia, pansitopenia atau trombositopenia.

Pada perkembangan sel-sel sumsum tulang tampak menjadi paling

sensitif terhadap benzena.61

19

e. Nikotin .

Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau.

Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap

melalui paru-paru dan kecepatan absorsinya hampir sama dengan

masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak

dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik.33 Dapat melewati

barier di otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak kemudian

menurun secara cepat, setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam

waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir.23

Hasil penelitian yang didapatkan untuk mengetahui kadar

nikotin dalam asap beberapa merk rokok dengan menggunakan jenis

rokok yang berbeda, yaitu tiga merk rokok filter dan tiga merk rokok

kretek (non-filter). Didapatkan hasil pada rokok filter kandungan

nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping 4–6 kali lebih

banyak dari asap rokok arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar

nikotin yang dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin

yang dihisap oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap

arus samping lebih banyak 4–6 kali dari pada yang terdapat dalam

asap arus utama.68

6. Perilaku Merokok

a. Pengertian Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap

asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.52 Saat

ini, perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang umum dijumpai

dimana saja dan kapan saja. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial,

serta kelompok umur yang berbeda.17 Merokok telah diketahui dapat

menyebabkan gangguan kesehatan.

20

Penderita yang terkena kerugian asap rokok tidak hanya

perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di

lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut

dengan perokok pasif.69

b. Klasifikasi Perokok

Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan

pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau

menggunakan kriteria dengan batasan yang digunakan berdasarkan

jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya kebiasaan

merokok. 70

c. Penyebab Merokok

Terdapat dua penyebab utama seseorang menjadi perokok yaitu

dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Secara psikologis,

perokok merasakan bahwa dengan merokok, ia dapat mengalihkan

kecemasan, menunjukkan kejantanan (bangga diri) dan menunjukkan

kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis pula dapat didapatkan

dari efek dari nikotin yang terdapat di dalam rokok yang menyebabkan

terjadinya adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok.52Ada

beberapa faktor seseorang merokok sehingga mereka menjadi

perokok. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor biologi dan jenis

kelamin.71

d. Perokok Pasif

Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada

orang lain bukan perokok, yang terpapar asap rokok secara tidak sadar

dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok

sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam

Smoke (MS) adalah asap rokok utama dihembuskan kembali ke udara

oleh perokok aktif.52

21

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa saat

ini diperkirakan sekitar 6 juta orang di dunia meninggal akibat

penyakit yang ditimbulkan dari rokok, dengan jumlah angka sekitar

600.000 orang diantaranya adalah korban sebagai perokok pasif.72

Merokok merupakan kegiatan yang dapat berdampak pada

kesehatan, dari perokoknya sendiri maupun lingkungan.70 Banyak

dampak dari kegiatan merokok tersebut terhadap lingkungan dan

terutama pada orang sekitarnya atau perokok pasif. Asap tersebut

merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih

besar, karena asap rokok dihiisap lewat hidung tidak terfilter,

sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui

ujung rokok yang diisap.73

Perokok pasif berpotensi terkena berbagai macam penyakit,

diantaranya :

1) Resiko kanker paru-paru

2) Resiko penyakit asma

3) Resiko infeksi telinga

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di Semarang,

menunjukan bahwa faktor risiko dari perokok pasif yaitu terjadinya

hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada wanita dengan umur 40-70

tahun yang menjadi perokok pasif. 62

7. Hubungan Asap Rokok Dengan Kadar Hemoglobin (Hb)

Menghirup asap rokok dari perokok aktif memiliki bahaya yang

lebih besar bagi perokok pasif daripada perokok aktif itu sendiri, karena

sebatang rokok yang sedang dibakar akan menghasilkan asap utama dan

asap sampingan. Asap utama tersebut merupakan asap rokok yang dihisap

langsung dan masuk kedalam paru-paru perokok, sebelum kemudian

22

diembuskan kembali. Asap sampingan merupakan asap rokok yang

dihasilkan oleh ujung rokok yang dibakar. Asap sampingan ini yang akan

mengganggu kesehatan karena mengandung zat-zat berbahaya yang

diantaranya tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO).74

Karbonmonoksida yang terkandung dalam asap rokok masuk ke

dalam tubuh manusia secara inhalasi lalu masuk dalam paru-paru dan

bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin

(HbCO).63 Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi

oleh karbonmonoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly

Hemoglobin)33 dan mengakibatkan oksigen dalam eritrosit berkurangan,

sehingga sel dan jaringan tubuh akan kekurangan oksigen,47 hal ini akan

menyebabkan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen

dalam tubuh, sehingga akan terjadi anemia.33

Adanya efek hematotoksisitas dari Pb atau timbal menghambat

sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme

heme sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah.66 Nikotin pada

rokok ini dapat berdampak pada ibu hamil karena menimbulkan kontraksi

pada pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah, akibatnya

aliran darah menuju janin yang melalui tali pusat akan berkurang,

sehingga pasokan zat makanan yang diperlukan janin dari ibu pun

berkurang.6

8. Paparan Asap Rokok

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan

merokok namun tetap terpapar asap rokok dari perokok aktif baik di

rumah maupun di tempat kerja yang terpapar ≥ 30 menit per hari minimal

terpapar sehari dalam seminggu selama 10 tahun terakhir.75 WUS yang

menjadi perokok pasif baik dari rekan kerja, lingkungan atau anggota

keluarganya termasuk suami bisa menimbulkan risiko tertentu. Kerugian

23

menjadi perokok pasif berdampak juga pada wanita yang sedang hamil.

Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan selama kehamilan

dan kesejahteraan janin yang dikandungnya.59

Apabila seorang perokok pasif yang berada di suatu ruangan yang

penuh dengan asap rokok dan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik,

lalu menghirup asap yang ada selama 1 jam lamanya maka posisinya

bagaikan seorang perokok yang aktif yang menghabiskan 1 batang asap

rokok.76 Satu batang rokok yang dibakar mengandung lebih dari 100

senyawa seperti karbonmonoksida (CO) , nikotin, tar, radikal bebas,

amoniak serta lainnya.23 Hal tersebut menunjukan apabila seseorang

terpapar asap rokok dalam waktu pendek maka dapat menghasilkan

dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang.

Dalam melakukan pengamatan atau penelitian tentang terpapar nya

asap rokok dapat dilihat dari riwayat dari paparan asap rokok itu sendiri

dengan meliputi jumlah rokok per hari yang dihisap oleh perokok aktif,

durasi paparan dalam waktu atau jam dan lamanya paparan dalam tahun.77

Pengukuran paparan asap rokok dengan cara wawancara juga di terapkan

pada penelitian yang dilakukan di Cilacap yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan nikotin di

urin terhadap perokok pasif dengan 82 anggota posbindu yang menjadi

perokok aktif dalam rumah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan,

lama paparan asap rokok, frekuensi paparan asap rokok, kepadatan hunian

rumah, dan kebiasaan olah raga berkontribusi terhadap keberadaan nikotin

urin pada perokok pasif. 78

Selain melalui wawancara dan kuesioner kepada responden yang

terpapar asap rokok diperlukan juga informasi mengenai sumber asap

rokok, durasi dari paparan asap rokok dan jarak merokok dari paparan

asap perokok aktif, namun hal ini cenderung mengalami bias recall dalam

studi kasuskontrol atau retrospektif.79

31

C. KERANGKA TEORI

Sosial EkonomiDan Demografi (67)

Pendapatan(49)

Pengetahuan

WilayahPedesaan/Kota

Pendidikan(48)

Ketersediaan Makanan

Konsumsi zat gizi

Pemilihan Makanan yg

Dikonsumsi(2)

Daya Beli

Makanan

Intake ZatBesi

IntakeVitaminC

Pembentukan Hemoglobin

Proses pembentukan&pematangan sel darah

merah

Paritas(44)

Kelainan SumsumTulang Belakang(4)

Produksi Sel DarahBaru(4)

Perdarahan ex;menstruasi, riwayat

perdarahan (4)

Pengaruhi metabolism&utilitas zat besi(5)

Penyakit Kronik. Ex;Malaria, leukemia(4)

Hemodelusi(44)

KadarHemoglobin

Cadangan zat gizi

KejadianAnemia

Kehamilan(5)

PenyerapanZat Besi

Intake Vitamin B12(2)

PBCOTarRadikal BebasNikotin

Hemolisis Seldarah Merusak

MembranSel (23)

VisikositasDarah

ProduksiEritrosit (57)

KerusakanSumsum

Tulang (57)

HipoksiaGinjal(57)

HBCO(32) Biosintesaenzim (19)

Asap Rokok

Hipertensi

VasokontriksiPembuluh darah (32)

Pasokan sel darah keseluruh tubuh (32)

KetersedianTablet Fe

Pola KonsumsiTablet Fe(50)

Umur(6)

Peningkatan

Kebutuhan

31

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah;

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

1. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan durasi paparan asap

rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung

Kabupaten Demak.

2. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan lama paparan asap

rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung

Kabupaten Demak.

Durasi Paparan AsapRokok

Kadar Hemoglobin

Lama Paparan AsapRokok