bab ii tinjauan pustaka a. kepuasan pernikahan 1. definisi ... ii.pdf · definisi kepuasan...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Olson & DeFrain (2003) mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen emosi dan sah dari dua orang untuk berbagi hubungan emosional dan fisik, tugas-tugas, dan sumber ekonomi. Dengan melakukan pernikahan manusia memenuhi kebutuhan psikoligis, kebutuhan seksual, kebutuhan material, dan kebutuhan spiritual. Olson & Olson (2000) menyebutkan bahwa adanya berbagai manfaat dari pernikahan yaitu, setiap pasangan yang menikah akan memiliki hidup yang lebih sehat, orang yang menikah memiliki dukungan emosi dari pasangan dan akses terhadap sumberdaya ekonomi sehingga menyebabkan orang yang menikah hidup lebih lama, pada setiap pasangan yang menikah memiliki kepuasan relasi seksual yang lebih baik, pasangan yang menikah dapat menggabungkan pendapatannya sehingga lebih sejahtera secara ekonomi. Setiap individu yang menikah memiliki harapan untuk memperoleh kepuasan pernikahan. Fower & Olson (1993) menyebutkan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi terhadap area-area dalam pernikahan yang mencakup komunikasi, kegiatan mengisi waktu

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Pernikahan

1. Definisi Kepuasan Pernikahan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang

pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria

dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Olson & DeFrain (2003)

mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen emosi dan sah dari dua orang untuk berbagi

hubungan emosional dan fisik, tugas-tugas, dan sumber ekonomi. Dengan melakukan

pernikahan manusia memenuhi kebutuhan psikoligis, kebutuhan seksual, kebutuhan material,

dan kebutuhan spiritual. Olson & Olson (2000) menyebutkan bahwa adanya berbagai

manfaat dari pernikahan yaitu, setiap pasangan yang menikah akan memiliki hidup yang

lebih sehat, orang yang menikah memiliki dukungan emosi dari pasangan dan akses terhadap

sumberdaya ekonomi sehingga menyebabkan orang yang menikah hidup lebih lama, pada

setiap pasangan yang menikah memiliki kepuasan relasi seksual yang lebih baik, pasangan

yang menikah dapat menggabungkan pendapatannya sehingga lebih sejahtera secara

ekonomi.

Setiap individu yang menikah memiliki harapan untuk memperoleh kepuasan

pernikahan. Fower & Olson (1993) menyebutkan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi

terhadap area-area dalam pernikahan yang mencakup komunikasi, kegiatan mengisi waktu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

luang, orientasi keagamaan, penyelesaian konflik, pengelolaan keuangan, hubungan seksual,

keluarga dan teman, kesetaraan peran serta pengasuhan anak.

Soedarjoen (2005) mengatakan kepuasan pernikahan dapat tercapai ketika pasangan

mampu memenuhi kebutuhan masing-masing dan kebebasan dari hubungan yang mereka

ciptakan serta memenuhi harapan- harapan yang mereka bawa sebelum pernikahan. Selain

itu, Martlin (2008) mengungkapkan bahwa pernikahan yang memuaskan adalah pernikahan

yang stabil, langgeng, bahagia saling memahami dan menghargai. Atwater (1983)

menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan juga merupakan derajat kuatnya komitmen yang

dirasakan seseorang terhadap pernikahannya, walaupun terdapat konflik, stres dan perasaan

kecewa.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan

merupakan rasa puas yang dirasakan dalam pernikahan serta adanya kesesuaian antara

harapan yang dibawa sebelum pernikahan dan kuatnya komitmen yang dirasakan seseorang

terhadap pernikahannya.

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Kepuasan pernikahan dapat ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan menurut Duvall & Miller

(1985) yaitu:

a. Sebelum Pernikahan (Background Characteristic ), ada beberapa faktor seperti

kebahagiaan pernikahan orang tua, kebahagiaan pada masa anak-anak, pembentukan

disiplin oleh orang tua, pendidikan seksual dari orang tua, dan masa perkenalan

sebelum menikah yang mempengaruhi kepuasan pernikahan. Hurlock (1980)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

mengatakan hubungan keluarga mempengaruhi penyesuaian diri secara sosial diluar

rumah ketika hubungan keluarga menyenangkan, peyesuaian sosial anak diluar rumah

lebih baik dari pada hubungan keluarga yang tegang. Peran yang dimainkan di rumah

menentukan pola peran diluar rumah, karena peran yang harus dilakukan di rumah

dan jenis hubungan dengan kakak adik membentuk dasar bagi hubungan dengan

relasi sosialnya dalam hal ini relasi sosial yang dimaksudkan adalah pasangannya.

b. Beberapa faktor yang mempengaruhi sesudah menikah (Current Characteristics)

seperti faktor keuangan, pembagian tugas dalam rumah tangga, kehadiran anak,

hubungan seksual. Papalia, Old & Feldman (2009) kebahagiaan pernikahan secara

positif dipengaruhi oleh peningkatan sumber daya ekonomi dan dukungan terhadap

norma pernikahan. Penelitan yang dilakukan oleh Larasati (2012) tentang kepuasan

perkawinan pada istri dengan subjek dua orang istri mengatakan bahwa dukungan

yang diberikan suami dalam membantu ekonomi rumah tangga dan mengerjakan

tugas rumah tangga dengan baik memberikan dampak pada tercapainya kepuasan

perkawinan. Begitu pula sebaliknya, kurangnya dukungan suami dalam membantu

meringankan beban ekonomi keluarga dan tidak dapat bekerja sama dalam melakukan

pekerjaan rumah tangga memberikan dampak pada kurang terpenuhinya kepuasan

pernikahan dalam keluarga tersebut.

Faktor lainnya menurut Carr (2005) adalah status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

lamanya pernikahan, serta persamaan tingkat ketertarikan, intelegensi, dan kepribadian.

Papalia ,Old, & Feldman (2009) juga mengatakan bahwa faktor-faktor seperti penghasilan

sebelum menikah, tingkat pendidikan, saling mengenal satu sama lain sebelum menikah,

lama pernikahan berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

3. Aspek-Aspek Kepuasan Pernikahan

Dalam menggali kepuasan pernikahan ada beberapa aspek kepuasan pernikahan yang

dapat menjelaskannya. Olson & Olson (2000), mengatakan beberapa aspek kepuasan

pernikahan sebagai berikut:

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan aspek yang penting dalam kepuasan pernikahan.

Komunikasi berfokus kepada tingkat kenyaman yang dirasakan oleh masing-masing

pasangan dalam berbagi emosi dan keyakinan, persepsi masing- masing pasangan

terhadap kemampuan mendengarkan dan keterampilan berbicara, dan persepsi megenai

kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan pasangan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang diakukan oleh Gunawati, Hartati, & Listiara (2006) yang mengatakan

bahwa komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan interpersonal,

komunikasi dapat tercapai dengan baik apabila kedua belah pihak mempunyai kesamaan

dalam menginterpretasikan pesan yang disampaikan. Adanya komunikasi yang efektif

akan menyebabkan keterbukaan antara pasangan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan Dewi & Sudhana (2013) kepada 110 responden yang menyebutkan

bahwa harmonis atau tidaknya suatu pernikahan tergantung dari kondisi hubungan

interpersonal pasangan suami istri, hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik melalui

komunikasi yang efektif antara suami dan istri.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas merefleksikan kemampuan pasangan untuk berubah dan beradaptasi

saat diperlukan. Fleksibelitas berfokus pada isu-isu kepemimpinan dan kemampuan untuk

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

beralih tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rachmawati & Mastuti (2013) tentang kepuasan pernikahan dan penyesuaian pernikahan

dengan subjek sebanyak 52 orang istri menyebutkan bahwa konsep peran merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan perkawinan, pasangan suami istri

harus dapat memahami peran dan tanggung jawab masing-masing agar tercapainya

kepuasan dalam pernikahan.

c. Kegiatan Mengisi Waktu Luang

Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang yang merefleksikan

aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama. Area ini juga melihat apakah suatu

kegiatan dilakukan sebagai pilihan individu atau pilihan bersama serta harapan-harapan

dalam mengisi waktu luang bersama pasangan. Knowles (2002) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara waktu senggang bersama pasangan

dengan kepuasan pernikahan. Semakin banyak waktu senggang yang dimiliki oleh

pasangan semakin tinggi kepuasan pernikahan yang dimiliki oleh pasangan suami istri.

d. Keyakinan Spiritual

Keyakinan spiritual dapat memberikan landasan bagi nilai dan perilaku individu

dan pasangan. Keyakinan spiritual yang kuat dapat memperdalam rasa cinta dan

membantu pasangan untuk mencapai impian mereka. Penelitian yang dilakukan oleh

Marini & Julianda (2012) tentang gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan yang

menjalani pernikahan jarak jauh kepada tiga responden mengatakan bahwa keyakinan

spiritual menjadi berkembang karena keyakinan kepada Tuhan membantu pasangan lebih

iklas dan bersabar dalam menjalani pernikahan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

e. Resolusi konflik

Konflik merupakan bagian alami dan tidak terelakkan dari hubungan manusia.

Hubungan pernikahan tidak selalu harmonis karena adanya perbedaan yang dimiliki.

Resolusi konflik berfokus pada perilaku, perasaan, keyakinan, keterbukaan pasangan

untuk mengenal dan memecahkan masalah serta strategi yang digunakan untuk

mendapatkan solusi. Penelitian yang dilakukan oleh Utami & Mariyanti (2015) kepada 67

responden menyebutkan bahwa kepuasan dalam hubungan pernikahan dapat ditentukan

oleh sikap masing-masing pasangan atau proses dalam mengelola konflik yang terjadi

dalam rumah tangga.

f. Pengelolaan Keuangan

Sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan

pembuatan keputusan tentang keuangan. Adanya perbedaan cara pasangan untuk

mengeluarkan dan menyimpan uang dalam pernikahan. Harapan dan kebutuhan pasangan

dalam pernikahan seringkali melebihi kemampuan keuangan pasangan Hal ini sejalan

dengan pendapat Hurlock (1980) yang menyebutkan bahwa sebagian besar wanita

berharap dengan menikah membuat status ekonominya menjadi terangkat, namun dapat

terjadi ketidakpuasan pernikahan apabila harapan tidak sesuai dengan realita.

g. Relasi Seksual

Relasi seksual bertindak sebagai alat ukur emosional dalam hubungan. Hubungan

seksual yang baik, datang dari hubungan emosional yang baik dengan pasangan.

Pasangan dengan hubungan emosional yang baik memiliki hubungan fisik yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Heiman,dkk (2011) kepada 1009 pasangan mengatakan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

bahwa seksualitas merupakan hal yang penting dalam hubungan pernikahan. Olson &

Defrain (2003) menyebutkan bahwa hubungan seksual yang memuaskan pada pasangan

akan menghasilkan kebahagiaan pada pasangan, namun ketika tidak adanya ketertarikan

hubungan seksual akan menurunkan kebahagiaan pada pasangan.

h. Keluarga dan Teman

Keluarga dan teman merupakan konteks yang paling penting bagi pasangan dalam

membangun relasi yang berkualitas. Keluarga sebagai family of origin banyak

mempengaruhi kepribadian, selain itu keterlibatan orang tua dapat memperkuat atau

memperlemah kualitas relasi pasangan. Burman & Margolin (1992) menyebutkan bahwa

penyakit diabetes dampak bagi oranbg- orang yang dekat dengan pasien terutama

pasangan, yang nantinya dapat mempengaruhi hubungan pernikahan seperti kepuasan

pernikahan.

Teman sering kali menjadi penyangga bagi pasangan ketika sedang menghadapi

persoalan. Studi deskriptif yang dilakukan oleh Parung (2014) kepada 20 responden

mengatakan hubungan dengan teman dan keluarga besar yang tetap terjalin dengan baik

akan membantu meningkatkan kepuasan pernikahan karena dapat memberikan dukungan

dan membantu pasangan dalam menjalani kesulitan sehingga pasangan merasa tidak

sendirian.

i. Kedekatan

Menilai sejauh mana tingkat kedekatan emosional yang dialami oleh pasangan

dan sejauh mana mereka dapat menyeimbangkan keterpiasahan dan kebersamaan. Sejauh

mana pasangan saling membantu, menghabiskan waktu bersama-sama dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

mengungkapkan persaan. Penelitian studi kasus yang dilakukan oleh Vembry & Basuki

(2014) menyebutkan kedekatan dan kebersamaan merupakan kebutuhan dasar dari

pernikahan, pasangan suami istri yang saling mencintai menunjukan tingkah laku yang

positif dan mengungkapkan perasaan yang dirasakan dengan pasangannya.

j. Kecocokan Kepribadian

Berfokus pada isu-isu seperti kemarahan, kemurungan, keras kepala, cemburu,

dan posesif, serta perilaku pribadi seperti rasa kasih sayang kepada pasangan. Subskala

ini secara umum memperlihatkan kemampuan pasangan dan kecenderungan untuk

menjadi dominan. Penelitian yang dilakukan oleh Stone & Shackelford (2007)

menyatakan bahwa kepuasan pernikahan yang tinggi akan terjadi apabila mampu

mengerti dan menyesuaikan diri degan kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian Saraswati (2015) yang mengatakan 90 individu dewasa

akhir merasa puas dengan pernikahannya karena dapat menerima sifat pasangan dan

kebiasaan pasangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan dapat

dilihat apabila individu mampu untuk memenuhi sepuluh aspek yaitu: a) komunikasi

mencakup komunikasi yang terbuka dengan pasangan; b) fleksibelitas yang mencakup

kemampuan pasangan untuk berubah dan beradaptasi saat diperlukan; c) kegiatan mengisi

waktu senggang yang mencakup pengisian waktu luang dengan pasangan; d) keyakinan

spiritual, yang mencakup hubungan keagamaan; e) resolusi Konflik yang mencakup

penyelesaian konflik ; f) pengelolaan keuangan yang mencakup pengaturan keuangan; g)

relasi seksual yang mencakup hubungan seksual dalam pernikahan; h) keluarga dan teman

yang mencakup hubungan dengan keluarga besar dan teman; i) kedekatan yang mencakup

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

tingkat kedekatan emosional yang dialami pasangan; j) kecocokan kepribadian yang

mencakup persepsi individu terhadap perilaku dan kepribadian pasangannya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

B. Dyadic Coping

1. Definisi Dyadic Coping

Teori mengenai dyadic coping dikemukakan oleh Bodenmann (1995) yang

didasarkan pada Transactional Stress Theory dari Lazarus & Folkman (1984). Transactional

stress theory merujuk kepada bagaimana stresor dapat dinilai dan

diterima oleh seseorang dan bagaimana seseorang tersebut memberi respon atas penerimaan

dan penilaian terhadap stresor tersebut. Transactional Stress Theory menerangkan bahwa

bagaimana stresor yang positif maupun negatif dapat diterima dan dinilai oleh seseorang.

Ketika seseorang pertama kali menghadapi stresor maka, proses penilaian awal akan terjadi,

orang tersebut akan mempertimbangkan bagaimana akibat stres akan mempengaruhi tujuan

pribadi dan kesejahteraannya.

Berdasarkan Transsactional Stress Theory tersebut, Bodenmann (1995)

mengembangkan menjadi suatu model yang sistemik dan erat kaitannya dengan proses yang

dinamakan Systemic-Transactional Model. Model ini melihat bagaimana menghadapi stres

yang dialami bersama dan bagaimana pasangan mengatasi masalah baik secara individual

maupun kolektif sebagai suatu unit. Dari pengembangan model tersebut, Bodenmann (1995)

mengenalkan dyadic coping yang didefinisikan sebagai upaya yang digunakan satu atau

kedua pasangan untuk mengatasi situasi stres dimana upaya tersebut merupakan pola

interaksi antara kedua belah pihak. Dyadic coping bertujuan untuk pemulihan atau

pemeliharaan keseimbangan emosi masing-masing pasangan, perilaku, dan kehidupan sosial.

Bodenmann (2005) menyebutkan bahwa dyadic coping merupakan proses

interpersonal yang melibatkan kedua pasangan di dalam hubungan pernikahan. Penelitian

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

yang dilakukan oleh Meier, Bodenmann, Morgeli, & Jenewin (2011) menyebutkan bahwa

dyadic coping bertujuan untuk menyeimbangkan well being secara individu atau dengan

pasangan. Pasangan yang memiliki hubungan dyadic coping yang baik, akan memperoleh

keuntungan dalam suatu hubungan. Dyadic coping juga dapat meningkatkan rasa percaya

diri, rasa aman, dan kedekatan antar pasangan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan dyadic coping merupakan

proses interpersonal yang melibatkan kedua pasangan untuk mengatasi situasi stress dimana

upaya tersebut merupakan pola interaksional yang memberikan keuntungan dalam suatu

hubungan yang bertujuan untuk menyeimbangkan well being secara individu atau ketika

dengan pasangan

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dyadic Coping

Dyadic coping yang digunakan individu berbeda-beda tergantung dari situasi stres

yang dihadapi oleh individu dan pasangan dalam hubungan interpersonal. Bodenmann (2005)

menjelaskan bahwa seluruh bentuk dyadic coping dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut

ini:

Faktor pertama adalah individual skills yang meliputi kemampuan

mengkomunikasikan stres, kemampuan menyelesaikan masalah, kompetensi sosial, dan

kemampuan berorganisasi. Individual skills, merupakan cara individu menyampaikan apa

yang dirasakannya kepada pasangan, dengan penggunaan bahasa yang baik dalam

berkomunikasi, mendiskusikan permasalahan, dan cara-cara yang akan ditempuh untuk

menyelesaikan masalah, hingga memutuskan langkah apa yang akan diambil. Kemampuan-

kemampuan tersebut perlu dimiliki individu agar dapat memunculkan dyadic coping.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmantika & Handayani (2012) mengatakan ketika terjadi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

konflik didalam pernikahan, individu akan berusaha untuk mengatasi konflik tersebut dengan

strategi coping, hal ini merupakan upaya untuk meyelesaikan masalah yang dihadapi.

Faktor kedua adalah motivational factor yang meliputi kepuasan hubungan atau

ketertarikan dalam suatu hubungan yang lama. Dalam motivational factors, dyadic coping

bisa berbeda karena perbedaan kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh setiap individu.

Ketika komunikasi lancar, konflik jarang terjadi, dan ada pembagian antara peran dan

tanggung jawab, maka individu tersebuat akan puas dengan hubungan yang dijalani bersama

pasangan. Boddenmann, (1995) juga menjelaskan adanya kepuasan dari hubungan yang

dijalankan bersama pasangan membuat individu menjadi termotivasi untuk membantu

pasangannya.

Faktor ketiga adalah contextual factor yang merupakan level dari pengalaman stres

yang pernah dialami pasangan atau kondisi mood mereka. Penelitian studi kasus yang

dilakukan oleh Rahmayanti (2012) menyebutkan bahwa reaksi stres akan lebih kuat ketika

individu memiliki pengalaman terdahulu terhadap kejadian stres tertentu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dyadic

coping adalah individual skill yang mencakup kemampuan mengkomunikasikan stres,

kemampuan menyelesaikan masalah, kompetensi sosial, dan kemampuan berorganisasi.

Faktor lain adalah motivational factor yang mencakup kepuasan hubungan, dan contextual

factor yang merupakan pengalaman stres yang pernah dialami pasangan.

3. Aspek-Aspek Dyadic Coping

Dyadic coping pada awalnya diukur menggunakan FDCT-N (Frogebogen zur

Erfassung des Dyadischen Coopings als Tendenz) yang disusun oleh Bodenmann pada tahun

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

1990. Seiring berjalannya waktu Bodenmann mengembangkan dan mengadaptasi alat ukur

ini pada tahun 1995 dan 2000. Adaptasi terakhir yang dilakukan Bodenmann bersamaan

dengan perubahan nama instrument menjadi Dyadic Coping Inventory (DCI). Aspek-aspek

dyadic coping yang dipaparkan oleh Bodenmann (2005) adalah:

a. Stress Communication

Berkaitan dengan bagaimana individu dalam mengkomunikasikan kondisi stres

yang dirasakan kepada pasangan, seperti dukungan emosional terhadap pasangan, berbagi

kondisi stres membantu pasangan menghadapi situasi stres, mengkomunikasikan stres

yang sedang dihadapi kepada pasangan. Sarwono (1997) mengatakan komunikasi

merupakan salah satu faktor penentu positif dan negatif dari hubungan interpersonal.

Menurut Wijayanti (2013) komunikasi dapat mempererat hubungan keluarga dan

menciptakan perasaan nyaman, apabila terjadi komunikasi yang tidak baik akan

berdampak bagi keharmonisan dalam keluarga sehingga permasalah dalam keluarga tidak

dapat terselesaikan.

b. Supportive Dyadic Coping

Segala bentuk dukungan yang disediakan oleh pasangan dalam konteks situasi

yang berat (stres) dengan tujuan untuk menemukan keadaan adaptif yang baru.

Supportive dyadic coping diasumsikan terjadi didalam situasi dimana salah satu pihak

sedang membutuhkan bantuan dan pihak lain mampu untuk memberikan dukungan yang

dibutuhkan. Menurut Thoits (1986) ketika individu sedang dalam masalah, pasangan

dapat membantu dengan memberikan saran dan relaksasi serta mampu memberikan

perasaan positif seperti perasaan cinta, empati, dan kebersamaan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

c. Delegated Dyadic coping

Delegated dyadic coping adalah usaha salah satu pasangan mengambil alih

tanggung jawab secara seutuhnya untuk mengurangi stres pasangannya. Jenis coping ini

biasa digunakan untuk menghadapi pemicu stres yang berorientasi pada masalah

(problem-oriented). Misalnya ketika suami tiba-tiba mengalami penurunan gula darah

dan tidak dapat menjlankan tugasnya, maka istri mengambil alih tugasnya seperti

mengantar anak ke sekolah ( Bodenmann,2005).

d. Common Dyadic Coping

Usaha coping dimana kedua pasangan berpartisipasi secara simetris (sejalan) dan

saling melengkapi untuk menyelesaikan masalah dalam situasi stres. Maksudnya adalah

tujuan yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak sama. Common dyadic coping meliputi

strategi yang berorientasi pada masalah seperti, pengasuhan anak, pembagian keuangan,

mencari informasi bersama dan saling bertukar imformasi, dan mendiskusikan solusi dari

sebuah permasalahan. Penelitian yang dilakukan oleh Johnson dkk (2013) kepada 117

pasangan dengan diabetes mengatakan bahwa dengan menggunakan common dyadic

coping pasangan dapat menyesesaikan permasalahan atau konflik secara optimal karena

dengan adanya common dyadic coping, pasangan tidak hanya melihat permasalahan dari

sudut pandang individu saja tetapi juga berdasarkan sudut pandang pasangan, sehingga

didapat hasil penyelesaikan yang tidak merugikan kedua belah pihak.

e. Negative Dyadic Coping

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

Individu dalam menghadapi situasi stres tidak menutup kemungkinan untuk

menampilkan bentuk negative dari dyadic coping. Bodenmann (2005) menjelaskan

bahwa negative dyadic coping terdiri dari hostile dyadic coping, ambivalent dyadic

coping, superficial dyadic coping. Hostile dyadic coping merupakan dukungan yang

disertai dengan penghinaan, mengejek, dan menampilkan ketidaktertarikan. Pasangan

memberikan dukungan namun dengan cara yang negatif, ada unsur kekerasan

didalamnya, baik secara verbal maupun non verbal. Ambivalent dyadic coping adalah

coping yang terjadi ketika pasangan mendukung pasangannya dengan tidak baik atau

dengan sikap bahwa kontribusi yang diberikan seharusnya tidak perlu. Superficial dyadic

coping adalah coping yang meliputi dukungan tidak tulus yang diberikan kepada

pasangan.

Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa dyadic coping dapat dilihat berdasarkan

lima aspek yaitu: a) communication stress yang mencakup cara individu mengkomunikasikan

stres dengan pasangan, b) supportive dyadic coping yang mencakup segala bentuk dukungan

yang disediakan oleh pasangan dalam situasi stres, c) delegated dyadic coping mencakup usaha

salah satu pasangan mengambil alih tanggung jawab pasangan untuk mengurangi stres, d)

common dyadic coping yang mencakup kedua pasangan berpartisipasi untuk menyelesaikan

masalah dalam menghadapi situasi stres, dan e) negative dyadic coping Yang merupakan

dukungan yang disertai oleh penghinaan dan pengejekan.

C. Definisi Diabetes Melitus Tipe II

1. Definisi Diabetes Melitus Tipe II

Menurut Billous & Donelly (2010) diabetes melitus (DM) merupakan kondisi kronis

yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

gejala utama yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah besar. Istilah diabetes

berasal dari bahasa Yunani “Siphon” yang berarti keadaan ketika tubuh menjadi suatu saluran

untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dan “mellitus” berasal dari bahasa Yunani yang

berarti madu. Diabetes melitus dibagi menjadi dua katagori yaitu diabetes melitus tipe I dan

tipe II.

Diabetes melitus tipe II adalah ganguan sekresi insulin dan resistensi terhadap kerja

insulin yang sering kali disebabkan oleh obesitas (Billous & Donelly, 2010). Tandra, (2013)

menyebutkan diabetes melitus tipe II merupakan buruknya kualitas insulin sehingga tidak

dapat berfungsi dengan baik yang menyebabkan glukosa dalam darah meningkat. Diabetes

melitus tipe II atau yang disebut juga dengan insulin requirement adalah mereka yang

membutuhkan insulin sementara atau seterusnya penyebabnya dikarenakan banyaknya

insulin yang ada dalam tubuh namun tidak dapat berfungsi (Hadianah, 2012).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus tipe II

merupakan gangguan sekresi yang menghasilkan buruknya kualitas insulin yang seringkali

disebabkan oleh obesitas.

2. Dampak Diabetes Melitus

Mengalami diabetes melitus memberikan dampak secara psikologis maupun fisik.

Dampak psikologis seperti stress dapat menyebabkan kadar gula menjadi tidak terkontrol

sehingga dapat memunculkan simtom-simtom diabetes melitus, baik simtom hiperglikemia

maupun simtom hipoglikemia (Pitt & Phillips, 1991). Dampak fisik dari diabetes melitus adalah

komplikasi seperti gangguan pada jantung, otak kaki, gangguan pada mata, gangguan pada

ginjal, dan gangguan sexual pada laki-laki. Komplikasi tersebut timbul dikarenakan kontrol gula

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

yang tidak teratur, gaya hidup yang salah, tidak disiplin birdiet, minum obat, atau berolahraga

(Tandra,2013). Melihat dampak yang diakibatkan diabetes melitus tersebut, maka seseorang

yang didiagnosa diabetes akan mengalami perubahan dan penyesuaian dalam hidupnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratita (2012) kepada individu dengan diabetes melitus

menyebutkan bahwa dukungan pasangan berhubungan positif dengan kepatuhan individu untuk

mengontrol gula darahnya, sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi kecil.

Menurut Ahlfield,dkk (1985) istri dengan suami diabetes bertanggung jawab untuk

memonitoring suami dalam hal pengaturan pola makan. Merawat pasangan yang sakit adalah hal

yang sangat membebani khususnya pada seorang istri karena dibandingkan dengan suami, istri

yang merawat lebih dapat mengalami depresi, ketegangan kesehatan, dan beban. Pemberian

perawatan pada suami dengan diabetes melitus dapat memberikan tekanan dalam diri seorang

istri karena perawatan dilakukan setiap waktu dan berlangsung seumur hidup, yang

mengakibatkan berkurangnya waktu senggang untuk beraktivitas bersama pasangan

(Miller,1990). Ketika keadaan suami semakin parah istri akan mengontrol lebih ketat pola hidup

suami sehingga konflik akan muncul dalam pernikahan. Pasangan suami istri dengan suami

diabetes menemukan bahwa adanya pengaruh diabetes pada aspek yang penting pada kehidupan

pernikahan seperti perubahan status ekonomi dan kehidupan seksual (Ahlfield dkk, 1985).

Tamara, Bayhakki, & Nauli (2014) mengatakan dukungan keluarga sangat membantu

individu dengan diabetes melitus tipe II untuk dapat meningkatkan keyakinan akan

kemampuannya melakukan tindakan perawatan diri. Individu dengan diabetes melitus tipe II

yang berada dalam lingkungan keluarga dan diperhatikan oleh pasangannya akan

menumbuhkan perasaan nyaman dan aman sehingga akan menumbuhkan motivasi untuk

melaksanakan perawatan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak diabetes melitus yaitu

dampak fisik yang meliputi komplikasi seperti gangguan jantung, otak kaki, gangguan pada

mata, gangguan pada ginjal, dan gangguan seksual pada laki-laki. Melihat dampak yang

dirasakan maka individu dengan diabetes akan mengalami penyesuaian dalam hidupnya. Selain

itu dampak diabetes militus juga dirasakan oleh istri karena merawat pasangan yang sakit

merupakan hal yang membebani, istri yang merawat lebih mengalami depresi, ketegangan

kesehatan, dan beban.

D. Dinamika Antar Variabel

Diabetes melitus tipe II adalah ganguan sekresi insulin dan resistensi terhadap kerja

insulin yang sering kali disebabkan oleh obesitas (Billous & Donelly, 2010). Diabetes melitus

tipe 2 telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia khususnya di negara

berkembang. Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak

perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya,

karena penyakit diabetes tidak dapat diobati namun hanya dapat dikelola (Ndraha, 2014).

Individu yang didiagnosis mengalami penyakit diabetes akan akan mengalami dampak

psikologis seperti stres dan rasa marah karena tidak menerima keadaan yang akan

mengakibatkan gula darah individu dengan diabetes tersebut tidak terkontrol (Peter, James,

Claudia, & Wilfred, 1996). Faktor dari tidak terkontrolnya gula darah, akan menimbulkan

komplikasi yang berdampak kepada fisik individu seperti kurangnya kemampuan untuk

berhubungan seksual, dan adanya komplikasi pada pengelihatan. Selain itu juga diikuti dengan

perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain, perubahan gaya hidup, pola makan,

pekerjaan hubungan pernikahan, peran pasangan dalam pernikahan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

Sarafino & Smith (2012) mengatakan bahwa individu dengan penyakit kronis akan

membutuhkan bantuan keluarga terutama pasangan dalam menghadapi stres akibat dari penyakit

yang dideritanya. Penyakit diabetes dapat berdampak bagi orang-orang yang dekat dengan

pasien, terutama pasangan, yaitu dapat mempengaruhi hubungan pernikahan yang dijalani

(Burman & Margolin, 1992). Apabila suami menderita penyakit diabetes akan mengakibatkan

permasalahan dalam keluarga karena kesehatan suami sangatlah penting. Suami merupakan

tulang punggung keluarga, jika seorang suami menderita penyakit anggota keluarga yang paling

sering memberikan perawatan adalah istri. Miller (1990) berpendapat bahwa merawat pasangan

yang sakit adalah hal yang sangat membebani khususnya bagi seorang istri. Dibandingkan

dengan suami, istri yang merawat lebih dapat mengalami depresi, ketegangan kesehatan, dan

beban. Pemberian perawatan pada suami dengan diabetes militus dapat memberikan tekanan

dalam diri seorang istri karena perawatan dilakukan setiap waktu dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Karney & Bradbury (1995) stres yang dihadapi oleh pasangan dapat

mempengaruhi kehidupan pernikahan, seperti perubahan perilaku salah satu pasangan.

Perubahan prilaku yang dimaksud adalah individu dengan diabetes melitus akan mengalami fase

mudah lelah, sehingga tidak banyak berkontribusi untuk membantu istri. Perubahan tersebut

yang nantinya dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan.

Martlin (2008) mengungkapkan bahwa pernikahan yang memuaskan adalah pernikahan

yang stabil, langgeng, bahagia saling memahami dan menghargai. Menurut Fower & Olson

(1993) pernikahan dikatakan puas ketika pasangan mampu memenuhi aspek–aspek dari

kepuasan pernikahan. Aspek-aspek kepuasan pernikahan yaitu komunikasi, fleksibelitas,

kegiatan mengisi waktu luang, keyakinan spiritual, resolusi konflik, pengelolaan keuangan, relasi

seksual, keluarga dan teman, kedekatan, dan kecocokan kepribadian.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

Penelitian studi kasus yang dilakukan oleh Mahendra (2014) menunjukan bahwa adanya

penolakan dari pasangan ketika pasangannya didiagnosa diabetes. Penelitian yang dilakukan oleh

Maruta,Osborne, & Halling (1981) menyebutkan bahwa lebih dari 30% individu dengan

penyakit kronis mengalami masalah dalam hubungan pernikahan dan cenderung tidak puas

dengan pernikahan yang dijalaninya. Penyakit kronis merupakan stresor bersama bagi pasien dan

pasangan sehingga membutuhkan coping sebagai cara bagi pasangan dalam mengatasi penyakit.

Menurut Bodenmann (2005) coping yang tepat pada pasangan dengan penyakit kronis adalah

dyadic coping. Dyadic coping merupakan merupakan proses interpersonal yang melibatkan

kedua pasangan didalam hubungan pernikahan (Bodenmann, 2005). Dalam hubungan

pernikahan dengan masalah kesehatan dyadic coping merupakan cara utama yang digunakan

oleh pasangan untuk mengatasi permasalahn kesehatan yang mempengaruhi hubungan

pernikahan (Berg & Upchurch, 2007). Apabila pasangan mampu melakukan dyadic coping

diharapkan pasangan dapat mencapai kepuasan pernikahan. Dyadic coping terdiri dari lima aspek

yaitu stress communication, supportive dyadic coping, delegated dyadic coping, common dyadic

coping, dan negative dyadic coping.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi ... II.pdf · Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan

Gambar 1. Dinamika Antar Variabel

Keterangan

: Hubungan yang dieliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Variabel Bebas : Dyadic coping

Variabel Tergantung : Kepuasan pernikahan

E. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada hubungan antara dyadic coping dengan kepuasan pernikahan pada pasangan

suami istri dengan suami diabetes melitus tipe II.

Ha : Ada hubungan antara dyadic coping dengan kepuasan pernikahan pada pasangan

suami istri dengan suami diabetes melitus tipe II

Suami dengan Diabetes

Melitus Tipe II

Hubungan Pernikahan

Dyadic

Coping

DAMPAK

Stres

Depresi

Beban

Perubahan perilaku

pasangan

Kepuasan

Pernikahan