bab ii tinjauan pustaka 3 (metabolisme xenobiotik)

Upload: yuny-hafitry

Post on 02-Jun-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    1/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    a. Xenobiotik

    Xenobiotik adalah semua senyawa kimia yang dalam keadaan

    normal tidak dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup, xenobiotik meliputi

    obat-obatan, pstisida, pencemaran lingkungan, bahan kimia industri dan

    bahan pengawet, pewarna dan penyedap rasa produk makanan. Menurut

    pendapat Dalam keseharian tubuh manusia dapat terpapar beribu -ribu

    xenobiotik mengingat senyawa asing yang diketahui manusia jumlahnya

    lebih dari 100.000 (timbrell, 1991). Senyawa xenobiotik tersebut masuk

    ke dalam tubuh dapat melalui mulut (per oral) seperti makanan dan obat-

    obatan, melalui pernapasan (per inhalasi) seperti asap rokok atau asap

    kendaraan, dan lewat kontak dengan kulit (percutan/transdermal) seperti

    keracunan pestisida pada petani. Apabila xenobiotik ini masuk ke tubuh

    manusia, tubuh mempunyai mekanisme untuk mengendalikan keberadaan

    xenobiotik tersebut sehingga aman bagi tubuh. Xenobiotik yang masuk ke

    dalam tubuh umumnya melalui proses absorpsi akan sampai ke aliran

    darah, didistribusi ke seluruh tubuh dan kemudian di eliminasi. Proseseliminasi adalah usaha untuk menghilangkan aktivitas dan keberadaan

    xenobiotik di dalam tubuh. Sedangkan, eksresi adalah proses pembungan

    xenobiotik dari dalam tubuh.

    Di dalam tubuh tubuh xenobiotik umunya memberikan pengaruh

    pada sistem dan fungsi normal tubuh. Pengaruh itu dapat berupa sesuatu

    yang diharapkan, misalnya efek terapeutik obat (efek untuk penyembuhan

    penyakit atau menghilangkan gejala penyakit), atau sesuatu yang tidakdiharapkan seperti efek samping atau efek toksik. Telah lama diketahui

    bahwa karena sifatnya yang suka lemak ada banyak xenobitik tidak akan

    dikeluarkan dalam tubuh apabila tidak didahului proses perubahan struktur

    kimia melalui metabolisme ().

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    2/14

    Metabolisme xenobiotik memiliki 2 fase:

    1. Fase Pertama

    Reaksi utama adalah hidroksilasi yang dikatalis oleh anggota

    suatu kelas enzim yang disebit moni-oksigenase atau sitokrom

    P450. Hidroksilasi dapat menghentikan kerja suatu obat,

    meskipun tidak selalu demikian. Selain hidroksilasi, enzim-

    enzim ini mengatalis berbagai reaksi, termasuk reaksi yang

    melibatkan deaminasi, dehalogenasi, desulfurasi, epoksidasi,

    peroksigenasi, dan reduksi. Reaksi-reaksi yang melibatkan

    hidrolisis dan reaksi lain yang tidak dikatalis oleh P450 juga

    terjadi di fase 1.

    2. Fase Kedua

    Pada fase 2, senyawa telah terhidroksilasi atau diproses dengan

    cara lain pada fase 1 diubah oleh enzim apesifik menjadi

    berbagai metabolit polar oleh konjugasi dengan asam

    glukoronat, sulfat, asetat, glutation, atau asam amino tertentu

    atau oleh metilasi.

    Tujuan fase-fase dari metabolisme xenobiotik ini adalah meningkatkan

    kelarutan xenobiotik dalam air (polaritas) sehingga ekskresinya dari tubuh

    juga meningkat. Xenobiotik yang sangat hidrofobik akan menetap di

    jaringan adiposa hampir selamanya jika tidak diubah menjadi bentuk yang

    lebih polar (Harper, 2009). Xenobiotik juga mencakup senyawa yang

    terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan

    normalnya. Secara spesifik, obat seperti antibiotik merupaka zatxenobiotik bagi manusia karena tubuh menusia tidak dapat

    memproduksinya dan juga bukan merupakan bagian dari zat makanan.

    Macam-macam obat antibiotik pada xenobiotik, yaitu:

    1. Golongan penisilin

    2. Golongan sefalosporin

    Sefalosprin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil

    terhadapa banyak -laktamse bakteri sehingga memiliki

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    3/14

    aktivitas spektrum yang lebih luas. Inti sefalosporin, yaitu

    asam 7-aminosefalosporat yang sangat meyerupai asam 6-

    sefalosporat. Sefalosporin dikelompokan menjdai empat

    kelompok atau generasi utama, yang terutama bergantung pada

    spektrum aktivitas antimikroba.

    a. Sefalospporin generasi pertama

    Sefalosporin ini meliputi sefadroksil, sefazolin, sefaleksin,

    sefalotin, sefapirin, dan sefradin. Obat-obat ini sangat aktif

    terhadap kokus gram positif, seperti pneumokokus,

    streptokokus, dan stafilokokus. Farmakokinetik dan dosis

    secara oral pada absorpsi sefaleksin, sefradin, dan

    sefadroksil di dalam usus bervariasi. Setelah pemberian

    oral 500 mg, kadarnya dalam serum adalah 15-20 mcg/mL.

    Konsentrasi dalam urine biasanya sangat tinggi, tetpai pada

    sebagian besar jaringan, konsentrasinya bervariasi dan dan

    biasanya lebih rendah daripada di dalam serum. Sefadroksil

    memiliki dosis 0,5-1 g 2 kali sehari. Ekskresinya terutama

    melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ke dalamurin.

    b. Sefalosporin generasi kedua

    Anggota sefalosporin generasi kedua meliuti sefaklor,

    sefamandol, sefonisid, sefuroksim, sefprozil, lorakarbef,

    dan seforanid serta sefamisin yang secra struktural, seperti

    sefoksitin, sefmetazol dan sefotetan yang memiliki

    aktivitas terhadap bakteri anaerob. Farmakokinetik dandosis secara oral pada sefaklor, sefuroksim aksetil,

    sefprozil, dan lorakarbef dapat diberikan per oral. Dosis

    untuk orang dewasanya biasanya 10-15 mg/kg/hari, yang

    diberikan dalam 2-4 dosis terbagi, sedangkan anak-anak

    harus diberikan 20-40 mg/kg/hari hingga mencapai dosis

    maksimum 1 g/hari. Pada pemberian sefalosporin generasi

    kedua setelah infus intravena sebanyak 1 g, kadar serum

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    4/14

    biasanya 75-125 mcg/mL untuk sebagian besar

    sefalosporin generasi kedua. dosis dan intervalnya

    pemberian dosis bervariasa untuk setiap agen.

    c. Sefalosporin generasi ketiga

    Obat generasi ketiga ini termasuk sefoperazon, sefotaksim,

    seftazidim, seftizoksim, seftriakson, sefiksim, sefpodoksim

    proksetil, sefdinir, sefditoren pivoksil, seeftibiten dan

    moksalaktam. ,obat ini memiliki cakupan gram-negatif

    yang lebih luas, dan beberapa obat mampu melintasi sawar

    darah otak. Farmakokinetik dan dosis dengan infus

    intravena 1 g sefalosporin patenteral menghasilkan kadar

    serrum sebesar 60-140 mcg/mL. Sefalosporin dapat

    mempenetrasi cairan dan jaringan tubuh dengan baik

    (kecuali sefoperazon dan semua sefalosporin oral) dan

    mencapai kadar dalam cairan cerebrospinal yang cukup

    untuk menghambat kebanyakan paotgen, termasuk batang

    gram negatif kecuali pseudomonas. Waktu parauh interval

    pemberian obat sangat bervariasi. Sefiksim dapat diberikan per oral (200 mg dua kali sehari atau 400 mg sekali sehari)

    untuk infeksi saluran nafas dan kemih. Ekskresi obat

    sefalosporin yaitu oleh ginjal sehingga memerlukan

    penyesuaian dosis pada insufisiensi ginjal, kecuali pada

    sefoperazon dan seftriakson yaitu dilakukan melalui traktus

    biliaris.

    d.

    Sefalospron generasi keempatSalah satu contoh pada sefalosporin generasi keempat

    adalah sefepim. Oabat ini lebih resisten terhadap hidrolisis

    oleh -laktamase krosomal (yang diproduksi oleh

    enterobakter). Sefepim cukup efektif megatasi P.

    aeruginosa , Enterobacteriaceae, S. aureus , dan S.

    pneumoniae . Sefepim sangat efektif terhadap hemofilus

    dan neiseria serta cukup mempenetrasi cairan

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    5/14

    serebrospinal. Obat ini dibersihkan oleh ginjal dan

    memiliki waktu parauh 2 jam, dan farmakokinetiknya sama

    denga seftazidim.

    3. Golongan aminoglikosid

    a. Gentamisin

    Gentamisin merupakan suatu aminoglikosid yang diisolasi

    dari Micromonospora purpurea . Obat ini efektif terhdap

    bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, serta banyak

    sifatnya-sifatnya yang menyerupai aminoglikosid lain.

    Pemberrian gentamisin ada tiga cara:

    a.1. pemberian obat secra intravena atau untramuskular

    gentamisin digunakan terutama pada infeksi berat (contoh

    sepsis dan pneumonia) yang disebabkan oleh bakteri gram

    negatif yang mungkin telah resisten terhadap obat-obat

    lain. Gentamisin biasanya digunankan sebagai kombinasi

    dengan suatu obat lini kedua karena aminoglikosid yang

    digunakan secara sendiri mungkin tidak efektif untukinfeksi diluar saluran kandung kemih. Gentamisin

    sebanyak 5-6 mg/kg/hari biasanya diberikan secra

    intravena dengan tiga kali pemberian dalam jumlah setara

    denga tiga kali sehari sama efektifnya untuk beberapa

    organisme yang bersifat kurang toksik.

    a.2. pemberian obat secara topikal

    krim, salep atau larutan yang mengandung 0,1-03 %gentamisin sulfat digunakan pada luka bakar, luka atau lesi

    yang terinfeksi sebagai pencegahan terhadap infeksi.

    Gentamisin topikal sebagian diinaktifkan oleh eksudat

    yang purulen. 1/10 mg gentamisin dapat disuntikan secra

    subkonjungtiva untuk mengobati infeksi mata.

    a.3 pemberian obat secara intratekal

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    6/14

    pemberian gentamisin secara intrerekal maupun

    interventrikel tidak bermanfaat untuk neonatus, dan

    gentamisin intraventrikel bersifat toksik .

    b. Kanamisin

    Kanamisin merupakan obat yang berhubungan erat dengan

    neomisin. Paramomisin merupakan salah satu anggota

    obat ini. Pemberian kanamisin melalui dua cara, yaitu:

    b.1. Pemberian secra topikal

    larutan yang mengandung 1-5 mg/mL digunakan pada

    permukaan tubuh yang terinfeksi atau disuntukan ke dalam

    sendi-sendi, rongga pleura,rongga jaringan atau rongga

    kavitas abses tempat infeksi berada. Jumlah obat yang

    diberikan dengan cara ini harus dibatasi sampai 15

    mg/kg/hari karena pada dosis yang cukup tinggi, obat ini

    dapat diserap dan menimbulkan toksisitas sistemik.

    b.2. pemberian per oral

    4. Golongan kloramfenikola. Kloramfenikol

    Kloram fenikol kristalin adalah senyawa stabil dan netral.

    Kloramfenikol larut dalam alkohol ttapi kurang larut dalam

    air. Kloramfenikol memiliki dosis biasa adalah 50 sampai

    100 mg/kg/hari. Setelah pmeberian per oral, kloramfenikol

    kristalin cepat diseerap secra sempurna. Dosis oral sebesar

    1g menghasilkan kadar dalam darah antara 10-15 mcg/mL.Kloramfenikol didistribusikan scara luas hampir ke seluruh

    jaringan dan cairan tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan

    cairan serebrospinal sehingga kadarnya dalam jaringan

    otak dapat setara dengan kadarnya dalam serum. Obat ini

    mudah menembus membran sel. Sebagian besar obat ini

    diinaktifasi oleh sama glukoronat (terutama di hati) atau

    oleh reduksi menjadi aril amin yang tidak aktif.

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    7/14

    Kloramfenikol aktif (sekitar 10% dari dosis keseluruhan

    yang diberikan) dan prodik degradasinya yang tidak aktif

    (sekitar 90% dari keseluruhan) dieliminasi dalam urin.

    Sejumlah kecil obat diekskresikan ke dalam empedu dan

    feses. Pada neonataus yang berusia kurang dari 1 minggu

    serta bayi prematur juga kurang dapat membersihkan

    kloramfenikol sehingga dosisnya harud diturnkan hingga

    25 mg/kg/hari.

    5. Golongan kuinolon

    a.

    6. Golongan makrolid

    Makrolid adalah senkelompok senyawa yang saling terkait erat

    dan memiliki ciri khas adanya cincin lakton marosiklik

    (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat melekatnya

    gula deoksi.

    a. Eritromisin

    Struktur utama eritromisisn disajikan diatas dengan cicnicnmakrolida dan gula desosamin dan kladinosa. Eritromisin

    sukar larut dalam air (0,1%) tetapi mudah terdisolusi dalam

    pelarut organik. larutan cukup stabil pada suhu 4 0C tetapi

    kehilangan aktivitasnya dengan cepat pada 20 0C dan pada

    pH asam. Eritomisin biasanya dikemas dalm bentuk ester

    dan garam. Eritomisin efektif terhadap bakteri gram positif,

    organisme gram negatif. Akan tetapi, Haemophilusinfluenzae kurang reantan. Eritromisin dalam kadar plasma

    sebesar 0,02-2 mcg/hari. Efek bakterial eritomisin dapat

    bersifat inhibitor atau bakterialsidal, khususnya pada

    konsentrasi tinggi untuk organisme yang rentan.

    Aktivitasnya meningkat pada pH basa.

    b. Azitromisin

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    8/14

    Azitromisin suatu senyawa cincin makrolida lakton 15

    atom, diturunkan dari eritomisin melaui perubahan

    nitrogen termetilasi kedalam cincin lakton. Dosis

    azitromisin sbesar 500 mg menghasilkan kadar dalam

    serum yang relatif rendah sekitar 0,4 mcg/mL. Azitromisin

    berpenetrasi sdengan sangat baik ke dalam sebagian besar

    jaringan (kecuali cairan serebrospinal) dan sel fagositik,

    dengan kadar dalam jaringan melebihi kadar serum sebesar

    10 sampai 100 kali lipat. Obat ini dilepaskan dari jaringan

    (dengan waktu paruh dalam jaringan adalah sebesar 2-4

    hari), dan menghasilkan waktu paruh eliminasi yang

    mendekati 3 hari. Sehinggan pemberian dosis sehari sekali

    dan pemendekan lama terapi pada banyak kasus.

    Azitromisin cepat diserap dan ditoleransi dengan baik per

    oral. Obat ini sebaiknya diberikan 1 jam sebelum atau 2

    jam sesudah makan. Karena, beranggotakan 15 cincin

    lakton, azitromisin tidak menonaktifkan enzim sitokrom

    P450 sehingga tidak terdapat interaksi obat yang terjadi pada eritomisin dan klaritromisin.

    7. Golongan tetrasiklin

    a. Tetrasiklin

    Tetrasiklin bebas merupakan zat amfoterik kristalin dengan

    kelarutan yang remdah. Tetrasiklin adalan antibiotik

    bakteriostatik nerspektrum luas yang menhambat sintesis protein.. antibiotik ini aktif terhadap banyak bakteri gram

    postif dan gram negatif, termasuk bakteri anaerob, riketsia,

    klamidia, mikoplasma dan bentuk L dan terhadap protozoa

    misalnya ameba. Tetrasiklin berbeda terutama dalam hal

    absorpsinyansetelah pemberian per oral dan eliminasinya.

    Pemberian tentrasiklin per oral adalah sekitar 60-70%.

    Sebagian tetrasiklin yang diberikan per oral tetap tertinggal

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    9/14

    di lumen usus, mengubah flora usus dan diekskresi dalam

    feses. Penyerapan terjadi terutama di usus halus bagian atas

    dan terhambat oleh makanan (kecuali dosisiklan dan

    monosiklin), oleh kation divalen (Ca 2+, Mg 2+ , Fe 2+) atau

    Al2+ , oleh produk susu dan antasid yang mengandung

    kation multivalen, dan oleh pH alkali. Sebesar 40-80%

    tetrasiklin terikat pada protein serum. Larutan tetrasiklin

    yang didapar secara khusus dibuat untuk pemberian

    intravena. Tertrasiklin yang disuntukan secara intravena

    memberikan kadar yang lebih tinggi, tetapi hanya sesaat.

    Tetrasiklin terdistribusi secara luas ke jaringan dan cairan

    tubuh, kecuali cairan serebrospinal yang memiliki

    konsentrasi 10-25% kadar dalam serum. Tetrasiklin juga

    dapat melintasi plasenta untuk mecapai janin dan

    diekskresikan dalam susus. Tertrasiklin terutama diekskresi

    di empedu dan urine. Kadarnya dalam empedu melebihi

    kadarnya dalam serum 10 kali lipat. Sejumlah tertrasiklin

    yang diekskresikan dalam empedu direabsorpsi dari usus(sirkulasi entrohepatik) sehingga berperan untuk

    mempertahankan kadarnya dalam serum. 10 hingga 50%

    berbagai jenis tertrasiklin diekskresi dalam urine , terutama

    melalui filtrat glomerulus, 10 hingga 40% obat

    diekskresikan dalam feses. Tertrasiklin memiliki kerja

    pendek berdasarkan waktu paruhnya, yaitu 6 sampai 8 jam.

    b. Dosisiklin

    Doksisiklin terbukti memiliki aktivitas makrofilarisidal

    terhadap W bancrofi dan doksisiklin juga aktofnterhadap

    onkoseriasis dewasa. Aktivitas doksisiklin lebih baok

    daripada obat lainnya terhadap cacing dewasa. Penyerapan

    doksisiklin dan monosiklin secara oral adalah sekitar 95

    sampai 100%. Kadar puncak 2-4 mcg/mL dicapai oleh

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    10/14

    doksisiklin dan monosiklin dalam dosis 200mg.

    Doksisiklin deliminasi oleh mekanisme non-ginjal dan

    tidak terakumulasi secara bermakna sehinggan tidak

    membutuhkan penyesuaian dosis pada gagal ginja.

    Doksisiklin dgolongkan dalam tertrsiklin menjadi

    kelompok kerja lama berdasarkan waktu paruhnya dalam

    serum, yaitu sekitar 12 jam. Absorpsi doksisisklin dan

    monosiklin yang hampir sempurna dan eksresi mereka

    yang lambat membuat keduanya dapat diberikan dalam

    dosis sehari sekali.

    b. Bioavailabilitas

    Konsep bioavailibilitas pertama kali ditemukan oleh Osser pada

    tahun 1945, yaitu pada waktu Osser mempelajari absorpsi relatif sediaan

    vitamin. Istilah yang dipakai pertama kali adalah availabilitas fisiologik,

    yang kemudian diperluas pengertiannya dengan istilah bioavailabilitas.

    Definisi bioavailabilitas adalah Bioavailabilitas suatu keadaan suatu

    sediaaan obat merupakan ukuran kecepatan absorpsi obat dan jumlah obattersebut yang direabsorpsi secara utuh oleh tubuh, dan masuk ke dalam

    sirkulasi sistemik (anonymous, 2010).

    Istilah bioavailabilitas menyatakan jumlah obat dalam persen

    terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh atau

    aktif. Ini terjadi karena obat-obat tertentu tidak semua yang diabsorpsi dari

    tempat pemberian akan mencapai sistem sirkulasi sistemik. Sebagian akan

    dimetabolisme oleh enzim di dinding usus pada pemberian oral ada/atau dihati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme

    ini disebut metabolisme atau eliminasi linta pertama ( first pass metabolism

    or elimination ) atau eliminasi prasistemik, obat demikian memiliki

    bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya

    mungkin hampir sempurna. Jadi, istilah bioavailabilitas menggambarkan

    kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum

    mencapai sirkulasi sistemik (Biomedik Farmakologi, pdf, 2010).

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    11/14

    Bioavailabilitas merupakan parameter farmakokinetik (=F),

    parameter ini menunjukan fraksi dari dosis obat yang mencapai peredaran

    darah sistemik dalam bentuk aktif. Jika obat dalam bentuk aktif diberikan

    secara IV ( intravena ) maka F=1, tetapi bila disuntikan dalam bentuk

    derivat yang perlu dikonversikan dalam tubuh, maka F= fraksi yang

    dikonvernsikan menjadi bentuk aktif, misalnya kloramfenikol etilsuksinat,

    hidrokortison Na-suksinat, dan klindamisin fosfat. Dan jika obat diberikan

    per oral maka F biasanya kurang dari 1 dan besarnya bergantung pada

    jumlah obat yang dapat menembus dinding saluran cerna (jumlah obat

    yang diabsorpsi) dan jumlah obat yang telah mengalami eliminasi

    presistemik (metabolisme lintas pertama) di mukosa usus dan dalam hepar.

    Obat-obat yang mengalami eliminasi presistemik misalnya propanolol,

    metoprolol, levodopa, kloropromazin, morfin, propoksifen, verapamil dan

    diltiazem. Terdapat dua macam bioavailabilitas:

    a. Bioavailabilitas absolut obat oral = F:

    Adalah besarnya bioavailabilitas suatu oral digambarkan oleh AUC

    ( Area Under the Curve ) atau luas area di bawah kurva kadar obat

    dalam plasma terhadap waktu, obat oral tersebut dibandingkan AUC-nya pada pemberian IV ( intravena ). Ini disebut bioavailabilitas oral,

    dan merupakan bioavailabilitas dari obat oral tersebut.

    b. Bioavailabilitas relatif produk oral X:

    Adalah bioavailabilitas suatu sediaan obat disebut bioavailabilitas

    produk yang bersangkutan. Ini ditentukan selain oleh bahan baku

    obatnya, juga oleh formalusi produksi tersebut besarnya dibandingkandengan bioavailabilitas produk penemunya, sehingga merupakan

    bioavailabilitas relatif produk tersebut (Farmakologi terapi,).

    Dalam bioavailabilitas terdapat 3 hal yang harus dilakukan, yaitu tingkat

    absorpsi, eliminasi first-past dan kecepatan absorpsi.

    a.1 Tingkat Absorpsi

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    12/14

    setelah pemberian obat oral, suatu obat dapat diabsorpsi secara

    tidak lengkap misalnya hanya 70% dari dosis yang mencapai sirkulasi

    sistemik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya absorpsi oleh usus halus,

    pada obat yang terlalau hidrofilik atau terlalu lipofilik diabsorpsi

    dengan mudah dan bioavailabilitasnya yang rendah juga menyebabkan

    absorpsi yang tidak lengkap. Tidak terjadinya penyerapan obat

    dimungkinkan karena, adanya transporter berlawanan yang berkaitan

    dengan glikoprotein-P. Proses ini secara aktif memompa obat keluar

    dari sel-sel dinding usus masuk ke dalam lumen usus (Farmakologi

    Dasar dan Klinik, 2010) .

    Terdapat volume distribusi (Vd) yang merupakan parameter yang

    menunjukan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar

    plasma atay serum. Tubuh dianggap sebagai 1 kompartemen yang

    terdiri dari plasma atau serum, dan Vd adalah jumlah obat dalam

    tubuh dibagi dengan kadarnya dalam plasma atau serum, dan VD

    menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh.

    Vd =

    Dimana:

    X = jumlah obat dalam tubuh

    C = kadar obat dalam plasma atau serum

    D IV = dosis pada obat pemberian IV

    Doral = dosis obat pada pemberian oral

    F = fraksi dosis oral yang mencapai peredaran darah sistemik dalam

    bentuk aktif

    = bioavailabilitas absolut obat oral

    Co = kadar plasma/serum pada waktu t = 0 (ekstrapolasi garis

    eliminasi ke t = 0)

    Besarnya V d ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh,

    kemampuan molekul obat memasuki berbagai kompartemen tubuh,

    derajat ikatan obat dengan protein plasma dan dengan berbagai

    jaringan (Farmakologi dan Terapi, ).

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    13/14

    b.1 Eliminasi F ir st-Pass

    setalah diabsorpsi di dinding usus, darah portal akan membawa

    obat ke hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat

    dimetabolisme di dinding usus atau bahkan di dalam darah portal,

    tetapi umunya hati adalah alat yg bertanggung jawab atas metabolisme

    obat sebelum obat mencapai sistem sirkulasi sitemik. Selain itu, hati

    dapat menyalurkan obat ke dalam empedu. Setiap proses ini dapat

    berperan pada pengurangan bioavailabilitas, dan keseluruhan proses

    tersebut dikenal sebagai eliminasi first-pass . Pengaruh eliminasi first-

    pass oleh hati terhadap bioavailabilitas obat dinyatakan sebagai reaksi

    ekstraksi (ER):

    Dengan Q adalah aliran darah hepatik. Bioavailabilitas

    sistematik suatu obat (F) dapat diperkirakan dari tingkat absorpsi (f)

    dan rasio ekstraksi:

    F = f (1-ER)

    (farmakologi dasar dan klinik, 2010) .

    c.1 Kecepatan Absorpsi

    kecapatan obat ditentukan oleh tempat pemberian oabt dan

    formulasi obat. Kecepatan absorpsi obat dan jumlah input dapat

    mempengaruhu efektifitas klinis suatu obat. Mekanisme absorpsi obat

    bersifat zero-order bila kecepatan absorpsi tidak tidak tergantung pada

    jumlah obat yang masih tertinggal di usus. Sebaliknya, bila dosis

    penuh larut di dalam cairan gastrointestinal, kecepatan absorpsi

    biasanya sebanding dengan konsentrasi dan dikatakan bersifat first-

    order (farmakologi dasar dan klinik, 2010) .

    d.1 Rasio Ekstraksi dan Efek F ir st-Pass

  • 8/10/2019 BAB II Tinjauan Pustaka 3 (Metabolisme Xenobiotik)

    14/14

    klirens sistemik tidak dipengaruhi oleh bioavailabilitas.

    Namun, klirens dapat mempengaruhi tingkat availabilitas secara nyata

    karena klirens menetukan rasio ektraksi. Obat-obat dengan rasio

    ekstraksi yang tinggi akan menunjukan variasi individu yang nyata

    dalam bioavailabilitas karena adanya perbedaan dalam fungsi hati dan

    aliran darah. Perbedaan ini dapat menjelaskan variasi nyata

    konsentrasi obat yang terjadi pada individu yang diberikan obat yang

    mudah diekstraksi dengan dosis sama. Untuk obat-obat-obat yang

    mudah diekstraksi oleh hati, pengalihan darah dari hati yang

    merupakan tempat eliminasi akan menyebabkan peningkatan

    availabilitas obat yang besar, sedangkan untuk obat yang sulit

    diekstraksikan oleh hati (obat dengan perbedaan konsentrasi antara

    yang masuk dan keluar kecil), pengalihan darah melalui hati akan

    menyebakan perubahan availabilitas yang kecil (farmakologi dasar

    dan klinik, 2010) .

    e.1 Cara Pemberian Alternatif dan Efek F ir st-Pass

    Terdapat beberapa alasan mengenai cara pemberian obat yangdigunakan dalam pengobatan klinis: untuk kemudahan, untuk

    mendapatkan konsentrasi maksimum pada tempat kerja obat dan

    minimum pada tempat lainnya. Untuk memperpanjang durasi absorpsi

    obat atau untuk menghadiari efek first-pass (farmakologi dasar dan

    klinik, 2010).