bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori teori belajarrepository.unimus.ac.id/2146/3/bab...

33
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Belajar Toeri belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan sudah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori pembelajaran tidak menjelaskan perihal proses pembelajaran terjadi, tetapi lebih pada implementasi konsep dan prinsip teori belajar sehingga berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam proses pembelajaran (Cahyo, 2013). Berikut adalah teori-teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.1.2 Teori Belajar Kontruktivisme Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah teori pembelajaran kontruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar (Triyanto, 2010). Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teaching centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kontruktivis. Teori kontruktivis ini menyatakkan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek, http://repository.unimus.ac.id

Upload: nguyenhanh

Post on 05-Jun-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Belajar

Toeri belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang

bersifat teoritis dan sudah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori

pembelajaran tidak menjelaskan perihal proses pembelajaran terjadi, tetapi

lebih pada implementasi konsep dan prinsip teori belajar sehingga berfungsi

untuk memecahkan masalah praktis dalam proses pembelajaran (Cahyo, 2013).

Berikut adalah teori-teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

2.1.2 Teori Belajar Kontruktivisme

Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah teori pembelajaran kontruktivisme.

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun

sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar

mengajar (Triyanto, 2010). Proses belajar mengajar lebih diwarnai student

centered daripada teaching centered. Sebagian besar waktu proses belajar

mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam

teori pembelajaran kontruktivis. Teori kontruktivis ini menyatakkan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek,

http://repository.unimus.ac.id

12

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila

memahami dan dapat menerapkan pengetahuan. Proses pembelajaran yang

diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun

sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi dengan

lingkungannya (Sutisna, 2013). Menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk

bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai

subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Bagi kontruktivisme,

pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke

siswa, melainkan suaatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun

sendiri pengetahuannya (Triyanto, 2010).

Pembentukan pengetahuan menurut kontruktivisme memandang

subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaktinya dengan

lingkungan. Bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian

realitasnya. Hal yang paling penting dalam teori kontruktivisme adalah bahwa

dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapat penekanan.

Merekalah yang harus aktif dan mengembangkan pengetahuan mereka, bukan

pembelajar atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil

belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.

Kreativitas dan keaktifan siswa membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam

kehidupan kognitif siswa. Hendaknya pendidikan mampu melahirkan lapisan

masyarakat terdidik dan menjadi kekuatan yang merekatkan unit-unit sosial

dalam masyarakat (Irianto, 2010).

http://repository.unimus.ac.id

13

Banyak penelitian mengungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini

dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kontruktivisme. Kontruktivisme, belajar

dan teori perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa siswa mengalami

perubahan konsep terus menerus, sangat berperanan dala menjelaskan mengapa

seorang siswa bisa salah mengerti dalam mengungkap suatu konsep yang ia

pelajari. Kontruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa

membentuk pengetahuan yang tidak tepat, dengan demikian seorang pendidik

dibantu untuk mengarahkan siswa dalam pembentukan pengetahuan mereka

yang lebih tepat. Teori perubahan konsep dangat membantu karena mendorong

pendidik agar menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan

prubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka lebih

seuai dengan pemahaman ilmuwan. Pengertian yanberbeda tersebut bukanlah

akhir perkembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah

pengertiannya sehingga lebih sesuai dngan pengertian ilmuwan.

Menurut Samsulhadi dalam Sutisna (2013) ada beberapa prinsip dasar

pembelajaran kontruktivisme, yaitu:

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya

dengan keaktifan siswa sendiri.

c) Siswa secara aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu

terjadi perubahan konsep ilmiah.

d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

kontruksi berjalan lancar.

http://repository.unimus.ac.id

14

e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

f) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan.

g) Mencari dan menilai pendapat siswa.

h) Menyesuaikan kurikulum untuk menggapai anggapan siswa.

Menurut prinsip kontruktivisme, seorang guru berperan sebagai

mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan

dengan baik (Suparno, dalam Mabsuthoh, 2010) yaitu dengan:

a) Menyediakan pengalaman belajar yang dapat memungkinkan siswa

bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan

gagasannya dan mengkomunikasikan ide dalam ilmiah mereka,

menyediakan sarana yang merangsang siswa berikir secara produktif,

menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses

belajar siswa.

c) Memotivator, mengevaluasi, dan menunjukkan hasil apakah pemikiran

siswa dapat didorong secara aktif atau tidak.

Hubungan antara teori belajar kontruktivisme dengan penelitian ini

adalah terletak pada penarikan konsep yang dilakukan oleh siswa itu sendiri,

membangun pemikiran dan pemahaman dengan pengetahuan yang telah

diketahui oleh siswa sebelumnya.

http://repository.unimus.ac.id

15

2.1.3 Teori Belajar David Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan, beliau

terkenal dengan teori belajar bermakna. Menurut Ausubel dan Hanesian,

seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru kedalam skema

yang telah ia punya, dalam proses belajar ini siswa mengkontruksi perihal yang

ia pelajari sendiri. Teori ini menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru

kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunya (Cahyo, 2013).

Pelajaran harus dikaitkan dengan pemahaman konsep yang telah

dimiliki siswa sehingga konsep-konsep yang baru dapat diserap dengan benar

oleh siswa sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Isjone, 2014).

Pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa

(pemahaman konsep) dengan pengetahuan baru dapat dilakukan dengan

menghadirkan dunia nyata kedalam kelas yang berkaitan dengan konstektual,

maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga memotivasi siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Hubungan antara teori belajar David Ausubel dengan penelitian ini

adalah terletak pada pembelajaran yang bermakna, dimana menghubungkan

antara materi pembelajaran dengan lingkungan atau konstektual yang terjadi di

lingkungan siswa.

2.1.4 Teori Belajar Vygotsky

Berdasarkan karya Vygotsky (Cahyo, 2013) bahwa perkembangan

bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang

http://repository.unimus.ac.id

16

diciptakan oleh budaya untuk membantu orang dalam berfikir, berkomunikasi

dan memecahkan masalah. Belajar dapat mempengaruhi perkembangan

intelektual siswa dengan cara pemecahan masalah (Dahar, 2011).

Berdasarkan teori Vygotsky jika model pembelajaran dikaitkan dengan

pendekatan pemecahan masalah, siswa akan lebih unggul dalam kemampuan

pemahaman konsepnya karena siswa terlibat aktif dalam memecahkan

masalah-masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga dapat

meningkatkan motivasi siswa terhadap pengetahuan atau materi yang

dipelajari. Menurut (Isjoni, 2014) konsep pembelajaran dari dua unsur yaitu

dari pengalaman kehidupan sehari-hari dan pembelajaran di kelas dapat

mempengaruhi perkembangan konsep siswa.

Menurut Slavin dalam prinsip pembelajaran Vygotsky ada empat, salah

satunya adalah pembelajaran sosial. Vigotsky menyatakan bahwa siswa belajar

melalui interaksi bersama dengan orang lain atau teman yang lebih cakap,

sebagaimana oleh (Irhami dan Wiyani, 2013) menyatakan bahwa interaksi

sosial yaitu interaksi siswa dengan siswa ataupun guru adalah faktor penting

yang dapat mendorong dan memicu perkembangan kognitif siswa. Proses

pembelajaran bertujuan membangun kesadaran sosial karena melibatkan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan bekerja sama

secara berkelompok (Irhami dan Wiyani, 2013).

Hubungan antara teori belajar Vygotsky dengan penelitian ini adalah

terletak pada pembelajaran yang menggunakan masalah untuk menarik

pengetahuan siswa, serta mendorong siswa agar lebih aktif dalam memecahkan

http://repository.unimus.ac.id

17

masalah.

2.1.5 Teori Belajar Konsep

Banyak penelitian diungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini

dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme. Kontruktivisme yang menekankan

bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori

perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan

konsep terus menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengenai soerang

siswa bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari,

dengan demikian seorang guru dituntut untuk mengarahkan siswa dalam

pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat (Cahyo, 2013).

Inti dari teori ini adalah bahwa pengetahuan atau materi baru yang

ditangkap oleh siswa dengan belajar sendiri memunculkan konsep-konsep baru

yang membuat siswa akan lebih terasah untuk mengembangkan pemikiran

yang ia punya, maka tugas guru disini adalah mengarahkan konsep-konsep

para siswa dan membantu untuk membuat kesimpulan dari suatu pengetahuan

atau materi baru yan telah dipelajari.

Hubungan antara teori belajar konsep dengan penelitian ini adalah bahwa

pada pembelajaran akan memunculkan konsep-konsep baru dari pengetahuan

yang ditangkap siswa dengan belajar sendiri.

2.1.6 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim, dengan demikian, semua anggota

http://repository.unimus.ac.id

18

dalam satu kelompok diharapkan saling membantu dan bekerja sama sehingga

permasalahan yang ada dalam setiap anggota satu kelompok dapat diatasi

(Isjoni, 2014).

Menurut Isjoni (2014) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu model yang memungkinkan siswa dalam kelompok kecil secara

kolaboratif yang beranggotakan 4-6 siswa dalam struktur kelompok heterogen

sehingga merangsang siswa bergairah dalam pembelajaran. Menurut Rusman

(2011) mengungkapkan bahwa ada beberapa ciri-ciri pada pembelajaran

kooperatif yang dapat mencapai hasil yang maksimal, yaitu

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok hanya diperlukan.

Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan konsep-konsep yang sulit dengan berdiskusi tentang masalah yang

dihadapi sehingga dapat memperoleh pengetahuan, mengeksplorasi

pengetahuan dan menantang pengetahuan yang dimiliki (Irhami dan Wiyani,

2013).

Pengertian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar

http://repository.unimus.ac.id

19

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari 4 sampai 6 siswa yang bersifat heterogen. Proses ini menjadikan guru

sebagai peranan penting yaitu sebagai pengarah, pemberi tugas, dan

memfasilitasi.

Hubungan antara pembelajaran kooperatif dengan penelitian ini adalah

bahwa pada pembelajaran akan melibatkan siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6

siswa yang bersifat heterogen, sehingga siswa akan lebih aktif.

2.1.7 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Menurut (Fajaroh, 2010) model pembelajaran yang berpusat pada

siswa, merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi

sedemikian hingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus

dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif. Model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau

prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

http://repository.unimus.ac.id

20

Menurut (Wena dalam Muniroh, 2014) Model pembelajaran learning

cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus tahun 1960 dalam

Science Curiculum Improvement Study (SCIS). Menurut robert Karplus model

pembelajaran learning cycle terdiri atas tiga tahap, yaitu:

eksplorasi(Exploration), menemukan konsep(Concept Invetion), dan perluasan

konsep (Concept Extention).

Sedangkan pada saat ini model pembelajaran Learning cycle telah

dikembangkan oleh (Antony dan Lorsbach, dalam Muniroh, 2014) menjadi

lima tahap:

1. Pembangkitan minat (Engagement)

2. Eksplorasi (Exploration)

3. Penjelasan (Explanation)

4. Elaborasi (Elaboration/Extent)

5. Evaluasi (Evaluation)

Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme

adalah model pembelajaran learning cycle 5E (Wena dalam Muniroh, 2014).

Pendekatan kontruktivisme sebagai pendekatan baru dalam proses

pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa diberi peluang

besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.

2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan

pengetahuan lama yang dimiliki siswa.

3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara siswa dihargai dan sebagai

http://repository.unimus.ac.id

21

tradisi dalam proses pembelajaran.

4. Siswa didorog untuk menemukan berbagai kemungkinan yang

mensistensiskan secara terintegrasi.

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong siswa

dalam proses pencarian yang lebih alami.

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitif

dikalangan siswa secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan

7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu siswa dihadapkan

ke dalam pengalaman nyata.

Model pembelajaran learning cycle 5E dilakukan kegiatan-kegiatan

yaitu berusaha untuk membangkitkan minat siswa pada pembelajaran

matematika (Engagement), memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengekplorasi pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan mengkontruksi

sendiri pengetahuannya (Exploration), memberikan kesempatan yang luas

kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki

melalui kegiatan diskusi (Explanation), mengajak siswa mengaplikasikan

konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakan soal-soal aplikasi

(Elaboration/Extent) dan melakukan evaluasi selama proses pembelajaran

brlangsung (Evaluation).

Model pembelajaran learning cycle 5E pada dasarnya sesuai dengan

teori kontruktivis Vigostky dan teori belajar Ausebel (Wena dalam Muniroh S,

2014). Vigostky menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan

menyarankan menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan

http://repository.unimus.ac.id

22

yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Menurut

Vigostky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada

dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni

daerah tingkah perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang

saat ini. Vigostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya

muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental

yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu tersebut. Sedangkan Ausubel

menekankan pada pembelajaran bermakna dan pentingnya pengulangan

sebelum belajar dimulai. Dalam melakukan diskusi, siswa akan mempunyai

kesempatan yang lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa akan

menemukan konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. Konsep baru atau

informasi baru haru dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam

struktur kognitif siswa.

Beberapa keuntungan diterapkannya model pembelajaran leraning cycle

5E (Triyanto, 2010) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.

2. Proses pembelajaran lebih bermaknsa karena mengutamakan pengalaman

nyata.

3. Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung

menghafal.

4. Memungkinkan siswa mengasimilasi, mengakomodasi pengetahuan lewat

pemecahan masalah dan informasi yang didapat.

http://repository.unimus.ac.id

23

5. Membentuk siswa yang aktif, kritis dan kreatif.

Model pembelajaran learning cycle 5E memiliki lima fase yang saling

berhubungan satu sama lainnya (Triyanto, 2010) yaitu:

1. Fase Engage (Menarik perhatian mengikat)

Fase engage merupakan fase awal, pada fase ini guru menciptakan

situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Fase

ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

2. Fase Esplorastion (Eksplorasi)

Selama fase ekplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja

sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atrau prediksi

mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan

keputusan.

3. Fase Explain (Menjelaskan)

Fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan

kalimat mereka sendiri.

4. Fase Elaboration (Elaborasi)

Fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang

telah mereka miliki terhadap situasi lain.

5. Fase Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru

bertugas untuk mengobservasi pegetahuan dan kecakapan siswa dalam

mengaplikasikan konsep dan perubahan fikiran.

http://repository.unimus.ac.id

24

2.1.8 Pembelajaran terintregasi Islam

Dunia pendidikan, istilah integrasi biasanya dikaitkan dengan sebuah

gerakan untuk pendidikan demokaratis yang memusatkan pada persoalan-

persoalan aktual sebagai kurikulum inti (Sulthoni, 2011). Pembelajaran

integrasi berpusat pada pengorganisasian persoalan penting dalam kurikulum

sekolah dengan dunia yang lebih luas. Integrasi ini akan menghubungkan

persoalan satu dengan lainnya, sehingga terbangunlah sebuah kesatuan (unity)

pengetahuan.

Pembelajaran Integrasi sebagai suatu konsep merupakan pendekatan

pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Bermakna artinya dalam

pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka

pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep-konsep lain yang mereka pahami. Pembelajaran integrasi secara efektif

akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat

dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan (Khomsah, 2014).

Karakteristik pembelajaran integrasi (Sulthoni, 2011) yaitu:

a) Berpusat pada siswa

Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini adalah

bahwa proses pembelajaran menjadikan siswa sebagai pemeran utama yang

dituntut untuk aktif dalam berbagai hal terkait dengan pembelajaran, dengan

kata lain para siswa akan diarahkan untuk aktif dan bersikap kritis terhadap

materi pembelajaran. Pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai

http://repository.unimus.ac.id

25

fasilitator dan siswa sebagai aktor.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari, menggali, dan

menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus

dikuasai dan dibutuhkan sesuai perkembangannya.

b) Otentik

Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara

langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman

langsung. Pada pembelajaran terpadu ini para siswa akan lebih diarahkan untuk

mendapatkan pembelajaran yang lebih faktual sehingga dengannya mereka

akan lebih mudah memahami sebuah materi pembelajaran yang bersifat

abstrak.

c) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses

Pembelajaran.

Pembelajaran ini fleksibel dan dapat disesuaikan menurut

perkembangan dari anak serta situasi dan kondisi pada saat pembelajaran

sehingga lebih efektif untuk digunakan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu

fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar

skema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan

menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan

anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-

masalah nyata di dalam kehidupannya.

http://repository.unimus.ac.id

26

Islam dan Al-Qur’an menjadi peranan dalam menangkal semua

pengaruh buruk salah satu upaya yang dianggap ampuh adalah melalui jalur

pendidikan, terutama pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam.

Ajaran dan aturan yang terdapat didalamnya sudah baku dan mutlak karena ia

adalah ketentuan Allah SWT dan bukan buatan manusia. Pengembangan ilmu

pengetahuan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an itu sangat luas, termasuk

pengembangan pada ilmu matematika. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat

Islam yang merupakan sumber dari segala sumber ilmu. Keagungannya tidak

akan tertandingi dan tidak lekang oleh zaman.

Keagungan Al-Qur’an membuat peneliti sangat yakin dengan

pembelajaran yang terintegrasi Islam, terlebih siswa pada penelitian ini tidak

asing lagi dengan yang namanya Islam dan Ayat suci Al-Qur’an, dapat

meningkatkan hasil belajar dan lebih memudahkan siswa untuk menerima

pelajaran dengan menggabungkan pelajaran matematika dengan Islam.

2.1.9 Sintaks Pembelajaran Learning Cycle 5E Terintregasi Islam

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Terintregasi Islam

Langkah-langkah Pelaksanaan Integrasi Islam

Engagement

(Pendahuluan)

Siswa dikenalkan terhadap

materi yang akan dipelajari

melalui cara mengaitkan

masalah dengan keadaan

sehari-hari, serta memotivasi

mereka untuk merangsang

keaktifan untuk keinginan

dalam mempelajari konsep,

serta memperhatikan guru.

Pengumpulan semua

alat komunikasi milik

siswa, mengaitkan

masalah dengan ayat

Al-Qur’an, bercerita

mengenai isi ayat

tersebut.

Exploration Siswa dibentuk kelompok- Menarik konsep dari

http://repository.unimus.ac.id

27

(Eksplorasi) kelompok kecil antara 2-4

siswa. Siswa bersama teman

sekelompoknya dapat

mengobservasi, bertanya,

siswa didorong untuk menguji

hipotesis dan atau membuat

hipotesis baru

terjemahan ayat Al-

Qur’an.

Explanation

(Penjelasan)

Siswa menjelaskan dan

meringkas hasil yang

diperoleh serta menjelaskan

suatu konsep dengan kalimat

atau pemikiran sendiri

Bertanggung jawab,

percaya diri.

Elaboration

(Perluasan)

Siswa diberikan kesempatan

untuk menerapkan

pengetahuan yang baru

mereka temukan, dan dapat

membangkitkan pertanyaan

baru untuk mengetahui

penyelidikan selanjutnya

Menerapkan konsep dari

terjemahan ayat Al-

Qur’an ke dalam materi

Evaluation

(Penilaian)

Guru dapat mengamati

pengetahuan atau pemahaman

siswa dalam menerapkan

konsep baru dan siswa dapat

melakukan evaluasi diri

dengan mengajukan

pertanyaan terbuka dan

mencari jawaban yang

menggunakan observasi, bukti

dan penjelasan yang diperoleh

sebelumnya

Mengevaluasi

pemahaman dari

terjemahan ayat Al-

Qur’an

2.1.10 Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Matematika

Pada zaman sekarang ini kita lebih mengenal tokoh-tokoh matematika

barat daripada tokoh-tokoh matematika muslim, padahal banyak tokoh-tokoh

matematika muslim yang diantaranya ada yang menemukan konsep

matematika, adapun beberapa ilmuwan matematika muslim yaitu sebagai

berikut:

http://repository.unimus.ac.id

28

1) Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi

Dia dilahirkan di khawarizm, Uzbekistan 194H/780M. Mungkin

kita sudah sering mendengar istilah algoritma. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan

masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama

algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu Al-Khawarizmi

seorang matematikawan muslim.

Al-Khawarizmi di dunia barat lebih dikenal dengan nama

Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya Al-Khawarizmi

memperkenaalan kepada dunia ilmu pengetahuanangka 0 (nol) yang dalam

bahasa arab disebut sifr. Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka

nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang

menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, untuk

menjaga agar setiap angka tidak tertukar dari tempat yang telah ditentukan

dalam hitungan. Demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang

barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan Al-Khawarizmi.

2) Al-Battani

Dia adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab.

Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun

matahari sebagai 365 hari , 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Dalam bidang

matematika Al-Battani berperan dalam hal trigonometri. Istilah ,

pengertian dan sejumlah rumus sinus dan cotangen berhasil diuraikannya

dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-

http://repository.unimus.ac.id

29

derajat sudut.

3) Al-Qalasadi

Dia adalah sang matematikawan muslim abad ke-15, kalau tanpa

beliau boleh jadi manusia tidak mengenal simbol-simbol ilmu hitung.

Sejarah mencatat Alqalasadi merupakan salah seorang matematikus

muslim yang berjasa mengenalkan simbol-simbol Aljabar.

Simbol-simbol tersebut pertama kali dikembangkan pada abad ke

14 oleh Ibnu Al- Banna kemudian pada abad ke-15 oleh Al-Qalasadi,

beliau memperkenalkan simbol dengan menggunakan karakter alphabet

Arab. Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), illa

berarti “kurang” untuk pengurangan (-), fi yang berarti “kali” untuk

perkalian (x), dan simbol ala yang berarti “bagi” digunakan untuk

pembagian(/).

Al-Khawarizme, Al-Battni dan Al-Qalasidi mereka memulai

pendidikannya dengan keluarga yang baik dan pengetahuan yang pertama kali

mereka pelajari adalah membaca Al-Qur’an, setelah itu melanjutkan dengan

mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Al-Qur’an menjadi

pintu pertama ilmu bagi semua manusia dan seluruh golongan (Gozali, 2014).

2.1.11 Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam suatu

proses belajar mengajar, untuk dapat lebih memahami tentang pengertian

pemahaman, penulis akan paparkan beberapa pendapat antara lain menurut

Poerwodarminto (2010) pemahaman berasal dari kata Paham yang artinya

http://repository.unimus.ac.id

30

mengerti benar tentang sesuatu hal, sedangkan pemahaman siswa adalah

proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Belajar adalah upaya memperoleh

pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan

makna atau pengertian.

Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran.

Memahami maksudnya menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap

belajar. Pemahaman atau Comprehension memiliki arti yang sangat mendasar

yang meletakan bagian-bagian belajar pada porsinya (Sardiman, 2011). Tanpa

itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. sehingga siswa

diharapkan dapat menerjemahkan dan menyebutkan kembali apa yang telah

didengarnya dengan bahasanya sendiri. Pemahaman dapat diartikan sebagai

kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata yang berbeda dengan

yang terdapat di dalam buku teks, kemampuan menginterpretasikan atau

kemampuan menarik kesimpulan.

Setiap siswa mempunyai pengetahuan awal yang berbeda-beda karena

kecerdasan yang berbeda. Pengetahuan awal merupakan dasar dari

pengetahuan selanjutnya yang akan dipahami oleh siswa, sehingga dibutuhkan

peran guru dalam memfasilitasi pengetahuan awal siswa agar menjadi konsep

yang sesuai dengan konsep ilmiah melalui proses pembelajaran. Pengetahuan

awal sangat mempengaruhi pemahaman konsep yang akan diterima selanjutnya

(Setiani, 2013). Pemahaman matematika lebih bermakna apabila dibangun oleh

siswa itu sendiri, maka dari itu kemampuan pemahaman yang meliputi konsep

dan logika matematika yang akan diberikan oleh guru kepada siswa tidak dapat

http://repository.unimus.ac.id

31

dipaksa, dan ketika siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang sudah

diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan

matematika.

Adapun indikator yang menunjukkan pemahaman konsep yang

dijelaskan menurut Tim PPG (2005) dalam Dafril (2011: 795) sebagai berikut :

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya).

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

7. Mengaplikasikan konsep

Berikut ini indikator pemahaman konsep siswa menurut

(Kusumaningtyas, 2011) meliputi:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengkasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu.

3. Membri contoh dan noncontoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentukrepresentasi matematis.

5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

http://repository.unimus.ac.id

32

Sedangkan indikator pemahaman konsep yang dipakai dalam penelitian

ini adalah :

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengaplikasikan konsep.

3. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

2.1.12 Keaktifan Siswa

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas

dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Keaktifan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan

proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan (Sardiman, 2011). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai

macam aktifitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa

giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang

memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-

banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk

mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun

pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam

proses pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)aktif

berarti giat (bekerja, berusaha).

http://repository.unimus.ac.id

33

Beberapa prinsip keaktifan menurut (Suprihatiningrum, 2013) adalah:

1. Guru menggunakan bermacam-macam metode atau media sehingga siswa

tidak bosan.

2. Siswa diberikan pembelajaran baik individu maupun kelompok.

3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab dan berdiskusi.

4. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari serta hal-hal yang

belum jelas dalam pembelajaran.

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan

secara berkelompok akan tetapi guru masih mengontrol kegiatan tersebut.

Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam kegiatan

belajar. Menurut (Deidrich dalam Hamalik, 2010) membagi indikator belajar

siswa menjadi 8 kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Writing activities (kegiatan menulis) menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin

2. Drawing Activities (kegiatan menggambar) menggambar, membuat grafik,

peta, diagram

3. Oral Ativities (kegiatan lisan) menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi

4. Listening Ativities (kegiatan mendengarkan) uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato

5. Visual Ativities (kegiatan visual) membaca, memperhatikan, gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

http://repository.unimus.ac.id

34

6. Motor Ativities (kegiatan motorik) melakukan percobaan, membuat kreasi,

model mereparasi, bermain, berkebun, berternak

7. Emotional Ativities (kegiatan emosional) menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

8. Mental Ativities (kegiatan mental) menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, memilih keputusan.

Indikator keaktifan belajar siswa menurut Aries, (2010) adalah sebagai

berikut:

1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.

2. Kerjasama dalam kelompok.

3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.

4. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok.

5. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.

6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.

7. Memberi gagasan yang cemerlang.

8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang.

9. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain.

10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.

11. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

Indikator keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Terlibat dalam menyelesaikan masalah

2. Aktif dalam memecahkan masalah saat diskusi.

http://repository.unimus.ac.id

35

3. Menyimpulkan materi yang akan disampaikan di akhir pembelajaran.

4. Mengambil keputusan dengan berani.

5. Mencari informasi yang relevan.

6. Menanyakan persoalan yang tidak dipahami.

2.1.13 Motivasi Siswa

Motivasi memegang peranan penting dalam proses pembelajaran

(Sardiman, 2010), namun yang terjadi di siswa masih rendahnya motivasi

siswa dalam pembelajaran matematika, dilihat dari saat pembelajaran

berlangsung, siswa tidak terlalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan

materi, dan masih kurangnya motivasi dari dirinya sendiri untuk menyelesaikan

persoalan yang diberikan oleh guru.

Motivasi belajar merupakan salah satu aspek kunci pembelajaran dan

sebagai sumber penting pembeda siswa satu dengan yang lain (Kyiacou, 2012)

Motivasi diperlukan dalam tiga keadaan. Pertama, motivasi pada suatu kondisi

untuk memunculkan perilaku. Kedua, motivasi sangat diperlukan untuk

penguatan, seperti yang kita lihat pada saat pembelajaran. Ketiga, motivasi

untuk mengontrol bervariasinya perilaku. Motivasi dapat juga dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan

berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada

diri manusia, sehingga akan berpengaruh dengan persoalan gelaja kejiwaan,

perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu

http://repository.unimus.ac.id

36

(Sardiman, 2014). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi

kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar

Menurut (Sardiman, 2009) Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga

fungsi motivasi:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Uno dan Umar (2009) dalam Alfiah (2016: 21), indikator

motivasi belajar adalah sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas

2. Keuletan dalam menghadapi kesulitan

3. Tidak memerlukan dorongan dari luar dalam berprestasi

4. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin

5. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah

6. Senang, rajin belajar, dan penuh semangat

http://repository.unimus.ac.id

37

7. Senang mencari memecahkan soal-soal

Sedangkan menurut Sardiman (2014) indikator motivasi belajar

adalah:

1. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar.

2. Menunjukkan lebih senang bekerja mandiri.

3. Membiasakan tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

4. Melatih mempertahankan pendapatnya.

5. Melatih tidak mudah melepaskan apa yang diyakini.

6. Membiasakan senang mencari informasi dan memecahkan masalah soal-

soal.

Adapun indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan ketertarikan pada guru

2. Menunjukkan rasa senang dan rajin dalam belajar

3. Memperlihatkan semangat menghadapi tugas

4. Menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan

5. Menunjukkan sikap ulet dalam menghadapi kesulitan

6. Mengingat dan mengulang saat di rumah

2.1.14 Keefektifan

Menurut Daryanto (2013) efektifitas adalah sebuah konsep yang sangat

penting, karena dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang

dalam mencapai sasaran. Menurut Arends (2012) mengungkapkan bahwa

pembelajaran yang efektif dapat dicapai apabila dilaksanakan sesuai dengan

http://repository.unimus.ac.id

38

perencanaan yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Menurut

Guskey (lihatWidiastuti, 2015) pembelajaran dikatakan efektif apabila

pembelajaran mencapai ketuntasan, terdapat perbedaan prestasi belajar antara

kelas yang mendapat perlakuan dengan yang tidak, dan terdapat pengaruh

positif antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan demikian,

efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan

tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga eratkaitannya dengan

ketuntasan belajar siswa

Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika

di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk

pemahaman konsep siswa, dalam penelitian ini, kriteria ketuntasan minimal

yang ditetapkan adalah lebih dari 75 dan pencapaian tujuan pembelajaran yang

terkait dengan pemahaman konsep minimal 80% pada kelas yang diterapkan

model tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pembelajaran dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam penerapan model

pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam kelas VIII dapat

mencapai ketuntasan.

2. Adanya pengaruh motivasi dan keaktifan terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis pada model pembelajaran Learning Cycle

5E terintregasi Islam

http://repository.unimus.ac.id

39

3. Terdapat perbedaan rata – rata pemahaman konsep antara siswa yang

menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam

dengan rata – rata pemahaman konsep siswa yang menerapkan model

ekspositori

2.2 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan judul Efektifitas model

pembelajaran learning cycle 5E terintregasi Islam dalam meningkatkan

pemahaman konsep materi barisan dan deret aritmatikadi MTs 1 Semarang.

Adalah sebagai berikut:

1. Nina Agustyaningrum dengan judul Implementasi Model Pembelajaran

learning cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun 2010/2011. Penelitian ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E

lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang

mendapatkan pembelajaran ekspositori, selain itu, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan model

pembelajaran learning cycle 5E. Hasil penelitian ini diketahui bahwa

sebagian siswa menunjukkan respon yang positif terhadap model

pembelajaran learning cycle 5E.

2. Khomsah Akhsinah (04430984) mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Program Studi Pendidikan

http://repository.unimus.ac.id

40

Matematika 2010 yang berjudul Pengaruh Pembelajaran dengan

Pendekatan Interkoneksi Matematika-al-Qur’an pada Pokok Bahasan

Himpunan terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (Studi

Eksperimen pada Siswa Kelas VII Putri MTs Ali Maksum Krapyak

Yogyakarta). Dalam penelitian tersebut, hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

Integrasi-Interkoneksi matematika al-Qur’an mempunyai motivasi belajar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang melaksanakan

pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Integrasi- Interkoneksi

matematika al-Qur’an.

3. Samsul Ma’arif mahasiswa pendidikan matematika, Fakultas Keguruan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka 2015 yang

berjudul Integrasi Matematika dan Islam dalam pembelaaran matematika.

Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa setiap pembelajaran

hendaknya memberi manfaat kepada siswa baik secara kognitif, efektif dan

psikomotor serta dapat memberikan nilai-nilai luhur untuk membentuk

sebuah karakter bangsa. Pengintegrasian konsep matematika dengan nilai-

nilai keislaman sangat penting diterapkan sebagai cara pembentukan

karakter bangsa.

2.3 Kerangka Berfikir

Permasalahan yang ada di MTs 1 Semarang diantaranya siswa kurang

menerapkan konsep matematika. Penyebab kesulitan lainnya yaitu guru masih

menggunakan model ekspositori yang hanya menjelaskan suatu konsep materi

http://repository.unimus.ac.id

41

beserta contoh soal kemudian siswa diberi latihan soal. Siswa cenderung

bosan dan malas terhadap pembelajaran yang monoton, maka motivasi peserta

didik menjadi rendah. Selain itu, siswa lebih pasif dalam menjawab atau

mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika,

yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta menyelesaikan masalah

dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.

Peneliti memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 5E terintregasi Islam. Model pembelajaran Learning Cycle 5E

terintregasi Islam ini dapat menumbuhkan pemahaman konsep siswa.

Model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam berbantuan

silabus, LKS, dan RPP. Kemampuan pemahaman konsep diukur dengan soal

evaluasi, motivasi diukur dengan angket yang diisi oleh siswa dan keaktifan

diukur dengan angket yang diisi oleh guru. Penerapan model pembelajaran

Learning Cycle 5E terintregasi Islam diharapkan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa mencapai ketuntasan, adanya pengaruh motivasi dan

keaktifan siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis, dan

terdapat perbedaan rata-rata kemampuan konsep matematis antara kelas yang

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam

dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Sehingga

penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam dapat

mencapai pembelajaran yang efektif.

http://repository.unimus.ac.id

42

Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar di bawah ini. :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir

1. Kemampuan pemahaman konsep

matematis mencapai ketuntasan

2. Ada pengaruh motivasi dan keaktifan

belajar siswa terhadap kemampuan

pemahaman konsep

3. Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan

pemahaman konsep yang belajar

mengunakan model pembelajaran Learning

Cycle 5E terintregasi Islam dibandingkan

dengan pembelajaran ekspositori

Pembelajaran Efektif

Masalah

1. Hasil belajas siswa yang masih rendah

2. Kurangnya motivasi dan keaktifan belajar siswa

3. Guru menggunakan model pembelajaran ekspositori

Solusi:

Model pembelajaran Learning

Cycle 5E terintregasi Islam

Kelebihan:

1. Pembelajaran berpusat

pada siswa

2. Proses pembelajaran lebih

bermakna

3. Menghindarkan siswa dari

cara belajar tradisional

yang cenderung menghafal

4. Mampu menerapkan

pengetahuan lewat

pemecahan masalah

5. Membentuk siswa yang

aktif kritis dan kreatif.

Harapan:

1. Siswa mempunyai sifat aktif, kritis dan kreatif

2. Siswa termotovasi untuk mempelajari

matematika

3. Terdapat peningkatan pemahaman konsep

siswa

4. Hasil belajar siswa meningkat

http://repository.unimus.ac.id

43

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritik dan karangka berfikir diatas hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang diberi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam

mencapai ketuntasan belajar.

2. Ada pengaruh motivasi dan keaktifan belajar siswa terhadap kemampuan

pemahaman konsep pada pembelajaran dengan model pembelajaran

Learning Cycle 5E terintregasi Islam.

3. Terdapat perbedaan rata – rata kemampuan pemahaman konsep antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E

terintregasi Islam dengan model pembelajaran ekspositori.

http://repository.unimus.ac.id