bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori teori belajarrepository.unimus.ac.id/2146/3/bab...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Belajar
Toeri belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang
bersifat teoritis dan sudah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori
pembelajaran tidak menjelaskan perihal proses pembelajaran terjadi, tetapi
lebih pada implementasi konsep dan prinsip teori belajar sehingga berfungsi
untuk memecahkan masalah praktis dalam proses pembelajaran (Cahyo, 2013).
Berikut adalah teori-teori belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2.1.2 Teori Belajar Kontruktivisme
Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah teori pembelajaran kontruktivisme.
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar (Triyanto, 2010). Proses belajar mengajar lebih diwarnai student
centered daripada teaching centered. Sebagian besar waktu proses belajar
mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam
teori pembelajaran kontruktivis. Teori kontruktivis ini menyatakkan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi komplek,
http://repository.unimus.ac.id
12
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan. Proses pembelajaran yang
diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi dengan
lingkungannya (Sutisna, 2013). Menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk
bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai
subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Bagi kontruktivisme,
pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke
siswa, melainkan suaatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya (Triyanto, 2010).
Pembentukan pengetahuan menurut kontruktivisme memandang
subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaktinya dengan
lingkungan. Bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian
realitasnya. Hal yang paling penting dalam teori kontruktivisme adalah bahwa
dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapat penekanan.
Merekalah yang harus aktif dan mengembangkan pengetahuan mereka, bukan
pembelajar atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitif siswa. Hendaknya pendidikan mampu melahirkan lapisan
masyarakat terdidik dan menjadi kekuatan yang merekatkan unit-unit sosial
dalam masyarakat (Irianto, 2010).
http://repository.unimus.ac.id
13
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini
dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kontruktivisme. Kontruktivisme, belajar
dan teori perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa siswa mengalami
perubahan konsep terus menerus, sangat berperanan dala menjelaskan mengapa
seorang siswa bisa salah mengerti dalam mengungkap suatu konsep yang ia
pelajari. Kontruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa
membentuk pengetahuan yang tidak tepat, dengan demikian seorang pendidik
dibantu untuk mengarahkan siswa dalam pembentukan pengetahuan mereka
yang lebih tepat. Teori perubahan konsep dangat membantu karena mendorong
pendidik agar menciptakan suasana dan keadaan yang memungkinkan
prubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka lebih
seuai dengan pemahaman ilmuwan. Pengertian yanberbeda tersebut bukanlah
akhir perkembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah
pengertiannya sehingga lebih sesuai dngan pengertian ilmuwan.
Menurut Samsulhadi dalam Sutisna (2013) ada beberapa prinsip dasar
pembelajaran kontruktivisme, yaitu:
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa sendiri.
c) Siswa secara aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
http://repository.unimus.ac.id
14
e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
g) Mencari dan menilai pendapat siswa.
h) Menyesuaikan kurikulum untuk menggapai anggapan siswa.
Menurut prinsip kontruktivisme, seorang guru berperan sebagai
mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan
dengan baik (Suparno, dalam Mabsuthoh, 2010) yaitu dengan:
a) Menyediakan pengalaman belajar yang dapat memungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan
gagasannya dan mengkomunikasikan ide dalam ilmiah mereka,
menyediakan sarana yang merangsang siswa berikir secara produktif,
menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses
belajar siswa.
c) Memotivator, mengevaluasi, dan menunjukkan hasil apakah pemikiran
siswa dapat didorong secara aktif atau tidak.
Hubungan antara teori belajar kontruktivisme dengan penelitian ini
adalah terletak pada penarikan konsep yang dilakukan oleh siswa itu sendiri,
membangun pemikiran dan pemahaman dengan pengetahuan yang telah
diketahui oleh siswa sebelumnya.
http://repository.unimus.ac.id
15
2.1.3 Teori Belajar David Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan, beliau
terkenal dengan teori belajar bermakna. Menurut Ausubel dan Hanesian,
seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru kedalam skema
yang telah ia punya, dalam proses belajar ini siswa mengkontruksi perihal yang
ia pelajari sendiri. Teori ini menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru
kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunya (Cahyo, 2013).
Pelajaran harus dikaitkan dengan pemahaman konsep yang telah
dimiliki siswa sehingga konsep-konsep yang baru dapat diserap dengan benar
oleh siswa sehingga pembelajaran menjadi bermakna (Isjone, 2014).
Pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa
(pemahaman konsep) dengan pengetahuan baru dapat dilakukan dengan
menghadirkan dunia nyata kedalam kelas yang berkaitan dengan konstektual,
maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga memotivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Hubungan antara teori belajar David Ausubel dengan penelitian ini
adalah terletak pada pembelajaran yang bermakna, dimana menghubungkan
antara materi pembelajaran dengan lingkungan atau konstektual yang terjadi di
lingkungan siswa.
2.1.4 Teori Belajar Vygotsky
Berdasarkan karya Vygotsky (Cahyo, 2013) bahwa perkembangan
bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang
http://repository.unimus.ac.id
16
diciptakan oleh budaya untuk membantu orang dalam berfikir, berkomunikasi
dan memecahkan masalah. Belajar dapat mempengaruhi perkembangan
intelektual siswa dengan cara pemecahan masalah (Dahar, 2011).
Berdasarkan teori Vygotsky jika model pembelajaran dikaitkan dengan
pendekatan pemecahan masalah, siswa akan lebih unggul dalam kemampuan
pemahaman konsepnya karena siswa terlibat aktif dalam memecahkan
masalah-masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa terhadap pengetahuan atau materi yang
dipelajari. Menurut (Isjoni, 2014) konsep pembelajaran dari dua unsur yaitu
dari pengalaman kehidupan sehari-hari dan pembelajaran di kelas dapat
mempengaruhi perkembangan konsep siswa.
Menurut Slavin dalam prinsip pembelajaran Vygotsky ada empat, salah
satunya adalah pembelajaran sosial. Vigotsky menyatakan bahwa siswa belajar
melalui interaksi bersama dengan orang lain atau teman yang lebih cakap,
sebagaimana oleh (Irhami dan Wiyani, 2013) menyatakan bahwa interaksi
sosial yaitu interaksi siswa dengan siswa ataupun guru adalah faktor penting
yang dapat mendorong dan memicu perkembangan kognitif siswa. Proses
pembelajaran bertujuan membangun kesadaran sosial karena melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan bekerja sama
secara berkelompok (Irhami dan Wiyani, 2013).
Hubungan antara teori belajar Vygotsky dengan penelitian ini adalah
terletak pada pembelajaran yang menggunakan masalah untuk menarik
pengetahuan siswa, serta mendorong siswa agar lebih aktif dalam memecahkan
http://repository.unimus.ac.id
17
masalah.
2.1.5 Teori Belajar Konsep
Banyak penelitian diungkapkan bahwa teori perubahan konsep ini
dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme. Kontruktivisme yang menekankan
bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori
perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan
konsep terus menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengenai soerang
siswa bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari,
dengan demikian seorang guru dituntut untuk mengarahkan siswa dalam
pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat (Cahyo, 2013).
Inti dari teori ini adalah bahwa pengetahuan atau materi baru yang
ditangkap oleh siswa dengan belajar sendiri memunculkan konsep-konsep baru
yang membuat siswa akan lebih terasah untuk mengembangkan pemikiran
yang ia punya, maka tugas guru disini adalah mengarahkan konsep-konsep
para siswa dan membantu untuk membuat kesimpulan dari suatu pengetahuan
atau materi baru yan telah dipelajari.
Hubungan antara teori belajar konsep dengan penelitian ini adalah bahwa
pada pembelajaran akan memunculkan konsep-konsep baru dari pengetahuan
yang ditangkap siswa dengan belajar sendiri.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim, dengan demikian, semua anggota
http://repository.unimus.ac.id
18
dalam satu kelompok diharapkan saling membantu dan bekerja sama sehingga
permasalahan yang ada dalam setiap anggota satu kelompok dapat diatasi
(Isjoni, 2014).
Menurut Isjoni (2014) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu model yang memungkinkan siswa dalam kelompok kecil secara
kolaboratif yang beranggotakan 4-6 siswa dalam struktur kelompok heterogen
sehingga merangsang siswa bergairah dalam pembelajaran. Menurut Rusman
(2011) mengungkapkan bahwa ada beberapa ciri-ciri pada pembelajaran
kooperatif yang dapat mencapai hasil yang maksimal, yaitu
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok hanya diperlukan.
Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan konsep-konsep yang sulit dengan berdiskusi tentang masalah yang
dihadapi sehingga dapat memperoleh pengetahuan, mengeksplorasi
pengetahuan dan menantang pengetahuan yang dimiliki (Irhami dan Wiyani,
2013).
Pengertian oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar
http://repository.unimus.ac.id
19
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai 6 siswa yang bersifat heterogen. Proses ini menjadikan guru
sebagai peranan penting yaitu sebagai pengarah, pemberi tugas, dan
memfasilitasi.
Hubungan antara pembelajaran kooperatif dengan penelitian ini adalah
bahwa pada pembelajaran akan melibatkan siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
siswa yang bersifat heterogen, sehingga siswa akan lebih aktif.
2.1.7 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Menurut (Fajaroh, 2010) model pembelajaran yang berpusat pada
siswa, merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi
sedemikian hingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif. Model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau
prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
http://repository.unimus.ac.id
20
Menurut (Wena dalam Muniroh, 2014) Model pembelajaran learning
cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus tahun 1960 dalam
Science Curiculum Improvement Study (SCIS). Menurut robert Karplus model
pembelajaran learning cycle terdiri atas tiga tahap, yaitu:
eksplorasi(Exploration), menemukan konsep(Concept Invetion), dan perluasan
konsep (Concept Extention).
Sedangkan pada saat ini model pembelajaran Learning cycle telah
dikembangkan oleh (Antony dan Lorsbach, dalam Muniroh, 2014) menjadi
lima tahap:
1. Pembangkitan minat (Engagement)
2. Eksplorasi (Exploration)
3. Penjelasan (Explanation)
4. Elaborasi (Elaboration/Extent)
5. Evaluasi (Evaluation)
Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme
adalah model pembelajaran learning cycle 5E (Wena dalam Muniroh, 2014).
Pendekatan kontruktivisme sebagai pendekatan baru dalam proses
pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa diberi peluang
besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama yang dimiliki siswa.
3. Berbagai pandangan yang berbeda diantara siswa dihargai dan sebagai
http://repository.unimus.ac.id
21
tradisi dalam proses pembelajaran.
4. Siswa didorog untuk menemukan berbagai kemungkinan yang
mensistensiskan secara terintegrasi.
5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong siswa
dalam proses pencarian yang lebih alami.
6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitif
dikalangan siswa secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu siswa dihadapkan
ke dalam pengalaman nyata.
Model pembelajaran learning cycle 5E dilakukan kegiatan-kegiatan
yaitu berusaha untuk membangkitkan minat siswa pada pembelajaran
matematika (Engagement), memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengekplorasi pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan mengkontruksi
sendiri pengetahuannya (Exploration), memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki
melalui kegiatan diskusi (Explanation), mengajak siswa mengaplikasikan
konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakan soal-soal aplikasi
(Elaboration/Extent) dan melakukan evaluasi selama proses pembelajaran
brlangsung (Evaluation).
Model pembelajaran learning cycle 5E pada dasarnya sesuai dengan
teori kontruktivis Vigostky dan teori belajar Ausebel (Wena dalam Muniroh S,
2014). Vigostky menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan
menyarankan menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan
http://repository.unimus.ac.id
22
yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan konseptual. Menurut
Vigostky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada
dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni
daerah tingkah perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang
saat ini. Vigostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya
muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental
yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu tersebut. Sedangkan Ausubel
menekankan pada pembelajaran bermakna dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai. Dalam melakukan diskusi, siswa akan mempunyai
kesempatan yang lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa akan
menemukan konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. Konsep baru atau
informasi baru haru dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Beberapa keuntungan diterapkannya model pembelajaran leraning cycle
5E (Triyanto, 2010) adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Proses pembelajaran lebih bermaknsa karena mengutamakan pengalaman
nyata.
3. Menghindarkan siswa dari cara belajar tradisional yang cenderung
menghafal.
4. Memungkinkan siswa mengasimilasi, mengakomodasi pengetahuan lewat
pemecahan masalah dan informasi yang didapat.
http://repository.unimus.ac.id
23
5. Membentuk siswa yang aktif, kritis dan kreatif.
Model pembelajaran learning cycle 5E memiliki lima fase yang saling
berhubungan satu sama lainnya (Triyanto, 2010) yaitu:
1. Fase Engage (Menarik perhatian mengikat)
Fase engage merupakan fase awal, pada fase ini guru menciptakan
situasi teka-teki yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari siswa. Fase
ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
2. Fase Esplorastion (Eksplorasi)
Selama fase ekplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja
sama dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini
merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atrau prediksi
mereka, mendiskusikan dengan teman sekelompoknya dan menetapkan
keputusan.
3. Fase Explain (Menjelaskan)
Fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan
kalimat mereka sendiri.
4. Fase Elaboration (Elaborasi)
Fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang
telah mereka miliki terhadap situasi lain.
5. Fase Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru
bertugas untuk mengobservasi pegetahuan dan kecakapan siswa dalam
mengaplikasikan konsep dan perubahan fikiran.
http://repository.unimus.ac.id
24
2.1.8 Pembelajaran terintregasi Islam
Dunia pendidikan, istilah integrasi biasanya dikaitkan dengan sebuah
gerakan untuk pendidikan demokaratis yang memusatkan pada persoalan-
persoalan aktual sebagai kurikulum inti (Sulthoni, 2011). Pembelajaran
integrasi berpusat pada pengorganisasian persoalan penting dalam kurikulum
sekolah dengan dunia yang lebih luas. Integrasi ini akan menghubungkan
persoalan satu dengan lainnya, sehingga terbangunlah sebuah kesatuan (unity)
pengetahuan.
Pembelajaran Integrasi sebagai suatu konsep merupakan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Bermakna artinya dalam
pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep-konsep lain yang mereka pahami. Pembelajaran integrasi secara efektif
akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat
dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan (Khomsah, 2014).
Karakteristik pembelajaran integrasi (Sulthoni, 2011) yaitu:
a) Berpusat pada siswa
Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini adalah
bahwa proses pembelajaran menjadikan siswa sebagai pemeran utama yang
dituntut untuk aktif dalam berbagai hal terkait dengan pembelajaran, dengan
kata lain para siswa akan diarahkan untuk aktif dan bersikap kritis terhadap
materi pembelajaran. Pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai
http://repository.unimus.ac.id
25
fasilitator dan siswa sebagai aktor.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasai dan dibutuhkan sesuai perkembangannya.
b) Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara
langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman
langsung. Pada pembelajaran terpadu ini para siswa akan lebih diarahkan untuk
mendapatkan pembelajaran yang lebih faktual sehingga dengannya mereka
akan lebih mudah memahami sebuah materi pembelajaran yang bersifat
abstrak.
c) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
Pembelajaran.
Pembelajaran ini fleksibel dan dapat disesuaikan menurut
perkembangan dari anak serta situasi dan kondisi pada saat pembelajaran
sehingga lebih efektif untuk digunakan. Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar
skema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan
menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan
anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata di dalam kehidupannya.
http://repository.unimus.ac.id
26
Islam dan Al-Qur’an menjadi peranan dalam menangkal semua
pengaruh buruk salah satu upaya yang dianggap ampuh adalah melalui jalur
pendidikan, terutama pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam.
Ajaran dan aturan yang terdapat didalamnya sudah baku dan mutlak karena ia
adalah ketentuan Allah SWT dan bukan buatan manusia. Pengembangan ilmu
pengetahuan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an itu sangat luas, termasuk
pengembangan pada ilmu matematika. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam yang merupakan sumber dari segala sumber ilmu. Keagungannya tidak
akan tertandingi dan tidak lekang oleh zaman.
Keagungan Al-Qur’an membuat peneliti sangat yakin dengan
pembelajaran yang terintegrasi Islam, terlebih siswa pada penelitian ini tidak
asing lagi dengan yang namanya Islam dan Ayat suci Al-Qur’an, dapat
meningkatkan hasil belajar dan lebih memudahkan siswa untuk menerima
pelajaran dengan menggabungkan pelajaran matematika dengan Islam.
2.1.9 Sintaks Pembelajaran Learning Cycle 5E Terintregasi Islam
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Terintregasi Islam
Langkah-langkah Pelaksanaan Integrasi Islam
Engagement
(Pendahuluan)
Siswa dikenalkan terhadap
materi yang akan dipelajari
melalui cara mengaitkan
masalah dengan keadaan
sehari-hari, serta memotivasi
mereka untuk merangsang
keaktifan untuk keinginan
dalam mempelajari konsep,
serta memperhatikan guru.
Pengumpulan semua
alat komunikasi milik
siswa, mengaitkan
masalah dengan ayat
Al-Qur’an, bercerita
mengenai isi ayat
tersebut.
Exploration Siswa dibentuk kelompok- Menarik konsep dari
http://repository.unimus.ac.id
27
(Eksplorasi) kelompok kecil antara 2-4
siswa. Siswa bersama teman
sekelompoknya dapat
mengobservasi, bertanya,
siswa didorong untuk menguji
hipotesis dan atau membuat
hipotesis baru
terjemahan ayat Al-
Qur’an.
Explanation
(Penjelasan)
Siswa menjelaskan dan
meringkas hasil yang
diperoleh serta menjelaskan
suatu konsep dengan kalimat
atau pemikiran sendiri
Bertanggung jawab,
percaya diri.
Elaboration
(Perluasan)
Siswa diberikan kesempatan
untuk menerapkan
pengetahuan yang baru
mereka temukan, dan dapat
membangkitkan pertanyaan
baru untuk mengetahui
penyelidikan selanjutnya
Menerapkan konsep dari
terjemahan ayat Al-
Qur’an ke dalam materi
Evaluation
(Penilaian)
Guru dapat mengamati
pengetahuan atau pemahaman
siswa dalam menerapkan
konsep baru dan siswa dapat
melakukan evaluasi diri
dengan mengajukan
pertanyaan terbuka dan
mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti
dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya
Mengevaluasi
pemahaman dari
terjemahan ayat Al-
Qur’an
2.1.10 Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Matematika
Pada zaman sekarang ini kita lebih mengenal tokoh-tokoh matematika
barat daripada tokoh-tokoh matematika muslim, padahal banyak tokoh-tokoh
matematika muslim yang diantaranya ada yang menemukan konsep
matematika, adapun beberapa ilmuwan matematika muslim yaitu sebagai
berikut:
http://repository.unimus.ac.id
28
1) Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
Dia dilahirkan di khawarizm, Uzbekistan 194H/780M. Mungkin
kita sudah sering mendengar istilah algoritma. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan
masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama
algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu Al-Khawarizmi
seorang matematikawan muslim.
Al-Khawarizmi di dunia barat lebih dikenal dengan nama
Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya Al-Khawarizmi
memperkenaalan kepada dunia ilmu pengetahuanangka 0 (nol) yang dalam
bahasa arab disebut sifr. Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka
nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang
menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya, untuk
menjaga agar setiap angka tidak tertukar dari tempat yang telah ditentukan
dalam hitungan. Demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang
barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan Al-Khawarizmi.
2) Al-Battani
Dia adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab.
Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun
matahari sebagai 365 hari , 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Dalam bidang
matematika Al-Battani berperan dalam hal trigonometri. Istilah ,
pengertian dan sejumlah rumus sinus dan cotangen berhasil diuraikannya
dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-
http://repository.unimus.ac.id
29
derajat sudut.
3) Al-Qalasadi
Dia adalah sang matematikawan muslim abad ke-15, kalau tanpa
beliau boleh jadi manusia tidak mengenal simbol-simbol ilmu hitung.
Sejarah mencatat Alqalasadi merupakan salah seorang matematikus
muslim yang berjasa mengenalkan simbol-simbol Aljabar.
Simbol-simbol tersebut pertama kali dikembangkan pada abad ke
14 oleh Ibnu Al- Banna kemudian pada abad ke-15 oleh Al-Qalasadi,
beliau memperkenalkan simbol dengan menggunakan karakter alphabet
Arab. Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), illa
berarti “kurang” untuk pengurangan (-), fi yang berarti “kali” untuk
perkalian (x), dan simbol ala yang berarti “bagi” digunakan untuk
pembagian(/).
Al-Khawarizme, Al-Battni dan Al-Qalasidi mereka memulai
pendidikannya dengan keluarga yang baik dan pengetahuan yang pertama kali
mereka pelajari adalah membaca Al-Qur’an, setelah itu melanjutkan dengan
mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Al-Qur’an menjadi
pintu pertama ilmu bagi semua manusia dan seluruh golongan (Gozali, 2014).
2.1.11 Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dalam suatu
proses belajar mengajar, untuk dapat lebih memahami tentang pengertian
pemahaman, penulis akan paparkan beberapa pendapat antara lain menurut
Poerwodarminto (2010) pemahaman berasal dari kata Paham yang artinya
http://repository.unimus.ac.id
30
mengerti benar tentang sesuatu hal, sedangkan pemahaman siswa adalah
proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Belajar adalah upaya memperoleh
pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan
makna atau pengertian.
Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran.
Memahami maksudnya menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap
belajar. Pemahaman atau Comprehension memiliki arti yang sangat mendasar
yang meletakan bagian-bagian belajar pada porsinya (Sardiman, 2011). Tanpa
itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. sehingga siswa
diharapkan dapat menerjemahkan dan menyebutkan kembali apa yang telah
didengarnya dengan bahasanya sendiri. Pemahaman dapat diartikan sebagai
kemampuan menerangkan suatu hal dengan kata-kata yang berbeda dengan
yang terdapat di dalam buku teks, kemampuan menginterpretasikan atau
kemampuan menarik kesimpulan.
Setiap siswa mempunyai pengetahuan awal yang berbeda-beda karena
kecerdasan yang berbeda. Pengetahuan awal merupakan dasar dari
pengetahuan selanjutnya yang akan dipahami oleh siswa, sehingga dibutuhkan
peran guru dalam memfasilitasi pengetahuan awal siswa agar menjadi konsep
yang sesuai dengan konsep ilmiah melalui proses pembelajaran. Pengetahuan
awal sangat mempengaruhi pemahaman konsep yang akan diterima selanjutnya
(Setiani, 2013). Pemahaman matematika lebih bermakna apabila dibangun oleh
siswa itu sendiri, maka dari itu kemampuan pemahaman yang meliputi konsep
dan logika matematika yang akan diberikan oleh guru kepada siswa tidak dapat
http://repository.unimus.ac.id
31
dipaksa, dan ketika siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang sudah
diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
matematika.
Adapun indikator yang menunjukkan pemahaman konsep yang
dijelaskan menurut Tim PPG (2005) dalam Dafril (2011: 795) sebagai berikut :
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep
Berikut ini indikator pemahaman konsep siswa menurut
(Kusumaningtyas, 2011) meliputi:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengkasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu.
3. Membri contoh dan noncontoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentukrepresentasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
http://repository.unimus.ac.id
32
Sedangkan indikator pemahaman konsep yang dipakai dalam penelitian
ini adalah :
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengaplikasikan konsep.
3. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
2.1.12 Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas
dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Keaktifan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun
mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan (Sardiman, 2011). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai
macam aktifitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa
giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia
tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang
memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-
banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun
pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam
proses pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)aktif
berarti giat (bekerja, berusaha).
http://repository.unimus.ac.id
33
Beberapa prinsip keaktifan menurut (Suprihatiningrum, 2013) adalah:
1. Guru menggunakan bermacam-macam metode atau media sehingga siswa
tidak bosan.
2. Siswa diberikan pembelajaran baik individu maupun kelompok.
3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab dan berdiskusi.
4. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari serta hal-hal yang
belum jelas dalam pembelajaran.
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan
secara berkelompok akan tetapi guru masih mengontrol kegiatan tersebut.
Keaktifan siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar. Menurut (Deidrich dalam Hamalik, 2010) membagi indikator belajar
siswa menjadi 8 kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Writing activities (kegiatan menulis) menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin
2. Drawing Activities (kegiatan menggambar) menggambar, membuat grafik,
peta, diagram
3. Oral Ativities (kegiatan lisan) menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi
4. Listening Ativities (kegiatan mendengarkan) uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato
5. Visual Ativities (kegiatan visual) membaca, memperhatikan, gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
http://repository.unimus.ac.id
34
6. Motor Ativities (kegiatan motorik) melakukan percobaan, membuat kreasi,
model mereparasi, bermain, berkebun, berternak
7. Emotional Ativities (kegiatan emosional) menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
8. Mental Ativities (kegiatan mental) menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, melihat hubungan, memilih keputusan.
Indikator keaktifan belajar siswa menurut Aries, (2010) adalah sebagai
berikut:
1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
2. Kerjasama dalam kelompok.
3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.
4. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok.
5. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.
6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.
7. Memberi gagasan yang cemerlang.
8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang.
9. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain.
10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.
11. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.
Indikator keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Terlibat dalam menyelesaikan masalah
2. Aktif dalam memecahkan masalah saat diskusi.
http://repository.unimus.ac.id
35
3. Menyimpulkan materi yang akan disampaikan di akhir pembelajaran.
4. Mengambil keputusan dengan berani.
5. Mencari informasi yang relevan.
6. Menanyakan persoalan yang tidak dipahami.
2.1.13 Motivasi Siswa
Motivasi memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
(Sardiman, 2010), namun yang terjadi di siswa masih rendahnya motivasi
siswa dalam pembelajaran matematika, dilihat dari saat pembelajaran
berlangsung, siswa tidak terlalu memperhatikan guru yang sedang menjelaskan
materi, dan masih kurangnya motivasi dari dirinya sendiri untuk menyelesaikan
persoalan yang diberikan oleh guru.
Motivasi belajar merupakan salah satu aspek kunci pembelajaran dan
sebagai sumber penting pembeda siswa satu dengan yang lain (Kyiacou, 2012)
Motivasi diperlukan dalam tiga keadaan. Pertama, motivasi pada suatu kondisi
untuk memunculkan perilaku. Kedua, motivasi sangat diperlukan untuk
penguatan, seperti yang kita lihat pada saat pembelajaran. Ketiga, motivasi
untuk mengontrol bervariasinya perilaku. Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada
diri manusia, sehingga akan berpengaruh dengan persoalan gelaja kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu
http://repository.unimus.ac.id
36
(Sardiman, 2014). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar
Menurut (Sardiman, 2009) Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga
fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Uno dan Umar (2009) dalam Alfiah (2016: 21), indikator
motivasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Tekun menghadapi tugas
2. Keuletan dalam menghadapi kesulitan
3. Tidak memerlukan dorongan dari luar dalam berprestasi
4. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
5. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah
6. Senang, rajin belajar, dan penuh semangat
http://repository.unimus.ac.id
37
7. Senang mencari memecahkan soal-soal
Sedangkan menurut Sardiman (2014) indikator motivasi belajar
adalah:
1. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar.
2. Menunjukkan lebih senang bekerja mandiri.
3. Membiasakan tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
4. Melatih mempertahankan pendapatnya.
5. Melatih tidak mudah melepaskan apa yang diyakini.
6. Membiasakan senang mencari informasi dan memecahkan masalah soal-
soal.
Adapun indikator motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan ketertarikan pada guru
2. Menunjukkan rasa senang dan rajin dalam belajar
3. Memperlihatkan semangat menghadapi tugas
4. Menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan
5. Menunjukkan sikap ulet dalam menghadapi kesulitan
6. Mengingat dan mengulang saat di rumah
2.1.14 Keefektifan
Menurut Daryanto (2013) efektifitas adalah sebuah konsep yang sangat
penting, karena dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang
dalam mencapai sasaran. Menurut Arends (2012) mengungkapkan bahwa
pembelajaran yang efektif dapat dicapai apabila dilaksanakan sesuai dengan
http://repository.unimus.ac.id
38
perencanaan yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Menurut
Guskey (lihatWidiastuti, 2015) pembelajaran dikatakan efektif apabila
pembelajaran mencapai ketuntasan, terdapat perbedaan prestasi belajar antara
kelas yang mendapat perlakuan dengan yang tidak, dan terdapat pengaruh
positif antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan demikian,
efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga eratkaitannya dengan
ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika
di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk
pemahaman konsep siswa, dalam penelitian ini, kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan adalah lebih dari 75 dan pencapaian tujuan pembelajaran yang
terkait dengan pemahaman konsep minimal 80% pada kelas yang diterapkan
model tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1. Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam penerapan model
pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam kelas VIII dapat
mencapai ketuntasan.
2. Adanya pengaruh motivasi dan keaktifan terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis pada model pembelajaran Learning Cycle
5E terintregasi Islam
http://repository.unimus.ac.id
39
3. Terdapat perbedaan rata – rata pemahaman konsep antara siswa yang
menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam
dengan rata – rata pemahaman konsep siswa yang menerapkan model
ekspositori
2.2 Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan judul Efektifitas model
pembelajaran learning cycle 5E terintregasi Islam dalam meningkatkan
pemahaman konsep materi barisan dan deret aritmatikadi MTs 1 Semarang.
Adalah sebagai berikut:
1. Nina Agustyaningrum dengan judul Implementasi Model Pembelajaran
learning cycle 5E untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun 2010/2011. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E
lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang
mendapatkan pembelajaran ekspositori, selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan model
pembelajaran learning cycle 5E. Hasil penelitian ini diketahui bahwa
sebagian siswa menunjukkan respon yang positif terhadap model
pembelajaran learning cycle 5E.
2. Khomsah Akhsinah (04430984) mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Program Studi Pendidikan
http://repository.unimus.ac.id
40
Matematika 2010 yang berjudul Pengaruh Pembelajaran dengan
Pendekatan Interkoneksi Matematika-al-Qur’an pada Pokok Bahasan
Himpunan terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (Studi
Eksperimen pada Siswa Kelas VII Putri MTs Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta). Dalam penelitian tersebut, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
Integrasi-Interkoneksi matematika al-Qur’an mempunyai motivasi belajar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang melaksanakan
pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan Integrasi- Interkoneksi
matematika al-Qur’an.
3. Samsul Ma’arif mahasiswa pendidikan matematika, Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka 2015 yang
berjudul Integrasi Matematika dan Islam dalam pembelaaran matematika.
Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa setiap pembelajaran
hendaknya memberi manfaat kepada siswa baik secara kognitif, efektif dan
psikomotor serta dapat memberikan nilai-nilai luhur untuk membentuk
sebuah karakter bangsa. Pengintegrasian konsep matematika dengan nilai-
nilai keislaman sangat penting diterapkan sebagai cara pembentukan
karakter bangsa.
2.3 Kerangka Berfikir
Permasalahan yang ada di MTs 1 Semarang diantaranya siswa kurang
menerapkan konsep matematika. Penyebab kesulitan lainnya yaitu guru masih
menggunakan model ekspositori yang hanya menjelaskan suatu konsep materi
http://repository.unimus.ac.id
41
beserta contoh soal kemudian siswa diberi latihan soal. Siswa cenderung
bosan dan malas terhadap pembelajaran yang monoton, maka motivasi peserta
didik menjadi rendah. Selain itu, siswa lebih pasif dalam menjawab atau
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika,
yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dapat meningkatkan kemampuan
berfikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta menyelesaikan masalah
dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.
Peneliti memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 5E terintregasi Islam. Model pembelajaran Learning Cycle 5E
terintregasi Islam ini dapat menumbuhkan pemahaman konsep siswa.
Model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam berbantuan
silabus, LKS, dan RPP. Kemampuan pemahaman konsep diukur dengan soal
evaluasi, motivasi diukur dengan angket yang diisi oleh siswa dan keaktifan
diukur dengan angket yang diisi oleh guru. Penerapan model pembelajaran
Learning Cycle 5E terintregasi Islam diharapkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa mencapai ketuntasan, adanya pengaruh motivasi dan
keaktifan siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis, dan
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan konsep matematis antara kelas yang
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam
dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. Sehingga
penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam dapat
mencapai pembelajaran yang efektif.
http://repository.unimus.ac.id
42
Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar di bawah ini. :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
1. Kemampuan pemahaman konsep
matematis mencapai ketuntasan
2. Ada pengaruh motivasi dan keaktifan
belajar siswa terhadap kemampuan
pemahaman konsep
3. Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan
pemahaman konsep yang belajar
mengunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E terintregasi Islam dibandingkan
dengan pembelajaran ekspositori
Pembelajaran Efektif
Masalah
1. Hasil belajas siswa yang masih rendah
2. Kurangnya motivasi dan keaktifan belajar siswa
3. Guru menggunakan model pembelajaran ekspositori
Solusi:
Model pembelajaran Learning
Cycle 5E terintregasi Islam
Kelebihan:
1. Pembelajaran berpusat
pada siswa
2. Proses pembelajaran lebih
bermakna
3. Menghindarkan siswa dari
cara belajar tradisional
yang cenderung menghafal
4. Mampu menerapkan
pengetahuan lewat
pemecahan masalah
5. Membentuk siswa yang
aktif kritis dan kreatif.
Harapan:
1. Siswa mempunyai sifat aktif, kritis dan kreatif
2. Siswa termotovasi untuk mempelajari
matematika
3. Terdapat peningkatan pemahaman konsep
siswa
4. Hasil belajar siswa meningkat
http://repository.unimus.ac.id
43
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritik dan karangka berfikir diatas hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E terintregasi Islam
mencapai ketuntasan belajar.
2. Ada pengaruh motivasi dan keaktifan belajar siswa terhadap kemampuan
pemahaman konsep pada pembelajaran dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E terintregasi Islam.
3. Terdapat perbedaan rata – rata kemampuan pemahaman konsep antara
kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E
terintregasi Islam dengan model pembelajaran ekspositori.
http://repository.unimus.ac.id