bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/8819/3/bab ii.pdf · 2019-07-22 · pandan wangi juga...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Seledri (Apium graveolens Linn.)
Klasifikasi seledri :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens
Nama binomial : Apium graveolens Linn.
Seledri merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai
penyedap masakan. Termasuk ke dalam tanaman dataran tinggi, banyak
ditemukan di daerah dengan ketinggian ≥ 900 mdpl. Untuk
pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang lembap. Oleh karena itu,
seledri sangat baik ditanam di dataran tinggi. Seledri dapat juga tumbuh di
daerah dataran rendah, namun ukuran batangnya menjadi lebih kecil
(Dalimartha, 2000).
Tanaman seledri tumbuh tegak dengan tinggi 50 cm dan memiliki
bau aromatik yang khas. Batangnya berbentuk persegi, beralur, beruas, tidak
berambut, bercabang banyak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya
merupakan daun majemuk dengan tulang daun menyirip ganjil dan
mempunyai anak daun 3-7 helai. Anak daunnya mempunyai tangkai daun
dengan panjang 1-2,7 cm, helaian daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung
daunnya berbentuk runcing, tepi daun beringgit, panjang daunnya 2-7,5 cm,
lebar daunnya 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-
putihan. Bunganya termasuk bunga majemuk berbentuk payung, berjumlah
8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih, dan mekar secara bertahap. Buahnya
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
5
berbentuk kotak, kerucut, dengan panjang 1-1,5 cm, dan berwarna hijau
kekuningan (Dalimartha, 2000).
Herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak
atsiri 0,033%, flavon-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagine,
zat pahit, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Setiap 100 gram herba
seledri mengandung air sebanyak 93 mL, protein 0,9 gram, lemak 0,1 gram,
karbohidrat 4 gram, serat 0,9 gram, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg,
yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU,
vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg, dan nikotinamid
0,4 mg. Akar seledri mengandung asparagine, manit, zat pati, lendir, minyak
atsiri, pentosan, glutamin, dan tirosin. Biji seledri mengandung apiin,
minyak atsiri, apigenin, dan alkaloid (Dalimartha, 2000). Herba seledri
berkhasiat untuk pengobatan tekanan darah tinggi, vertigo, masuk angin,
mual, diare, batuk, bronitis, tidak nafsu makan, gangguan menstruasi, dan
penyubur rambut (Dalimartha, 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukandar dkk. (2006),
ekstrak etanol herba seledri menunjukan aktivitas sebagai antijamur
terhadap jamur Pityrosporum ovale. Berdasarkan penelitian tersebut, ekstrak
etanol herba seledri memiliki daya hambat yang lebih besar daripada ekstrak
etanol daun urang-aring. Ekstrak etanol herba seledri memiliki konsentrasi
hambat minimum (KHM) < 0,001 mg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak etanol herba seledri dengan konsentrasi < 0,001 mg/mL sudah
mampu menghambat tumbuhnya jamur Pityrosporum ovale.
Gambar 1. Tanaman Seledri (Apium graveolens Linn.)
(sumber: dokumentasi pribadi)
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
6
2. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Klasifikasi pandan wangi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius
Nama binomial : Pandanus amaryllifolius Roxb.
Pandan wangi di Sumatera disebut dengan seuke bangu, seuke
musang, pandan jau, pandan bebau, pandan harum, pandan rempai, pandan
wangi, dan pandan musang. Di Jawa disebut dengan : pandan rampe,
pandan seungit, pandan room, pandan wangi. Di Bali pandan wangi
memiliki sebutan pandan arum. Di Nusa Tenggara, pandan wangi disebut
dengan nama bonak. Di Sulawesi, pandan wangi disebut dengan : pondang,
pondan, ponda, dan pondango. Nama daerah pandan wangi di Maluku
adalah kelamoni, hao moni, keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, dan
pundaka (Dalimartha, 1999).
Pandan wangi banyak dijumpai di daerah tropis. Karena memiliki
bau aromatik, pandan wangi banyak ditanam di halaman rumah atau di
kebun. Pandan terkadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di
tempat-tempat yang agak lembab. Pandan tumbuh subur dari daerah pantai
hingga daerah dengan ketinggian 500 mdpl (Dalimartha, 1999).
Pandan merupakan perdu tahunan dengan tinggi tanaman 1-2 m.
Mempunyai batang bulat dengan bekas duduk daun. Batangnya bercabang,
menjalar, dan memiliki akar tunjang yang keluar di sekitar pangkal batang
dan cabang. Daunnya merupakan daun tunggal, duduk, dengan pangkal
memeluk batang, dan tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai
daunnya berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang
sejajar, dengan panjang 40-80 cm, lebar 3–5 cm, berduri menempel pada ibu
tulang daun permukaan bawah bagian ujung, dan berwarna hijau. Bunganya
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
7
temasuk bunga majemuk, bentuk bongkol, berwarna putih. Buahnya buah
batu, menggantung, berbentuk bola, memiliki diameter 4-7,5 cm, dinding
buahnya berambut, dan buahnya berwarna jingga (Dalimartha, 1999).
Daun pandan mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin,
polifenol, dan zat warna hijau atau klorofil (Dalimartha, 1999). Bagian yang
sering dimanfaatkan adalah daunnya. Daunnya mengeluarkan aroma harum
khas pandan. Campuran irisan daun pandan, bunga mawar, bunga melati,
bunga cempaka, dan bunga kenanga dapat digunakan sebagai pengharum
pakaian jika diletakkan dalam lemari. Irisan daun pandan juga sering
digunakan sebagai pelengkap bunga tujuh rupa atau bunga rampai
(Dalimartha, 1999). Daun pandan berkhasiat untuk mengatasi tidak nafsu
makan, rematik, pegel linu, rambut rontok, menghitamkan rambut, dan
ketombe (Dalimartha, 1999).
Pandan wangi juga berkhasiat sebagai antibakteri. Penelitian yang
dilakukan oleh Winarsih dkk. (2012) membuktikan bahwa ekstrak etanol
daun pandan wangi mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus
mutans strain 2302-UNR dengan nilai KHM 5%. Melinda dkk. (2012)
membuktikan bahwa ekstrak etanol 70% daun pandan wangi dapat
menghambat pertumbuhan campuran bakteri yang diisolasi dari kulit kepala
dengan zona hambat 7-18 mm. Kandungan flavonoid dalam pandan wangi
yang berkhasiat sebagai antibakteri (Cowan, 1999) yang diduga juga
berkhasiat sebagai antiketombe.
Gambar 2. Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
(sumber : dokumentasi pribadi)
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
8
3. Ketombe
Ketombe adalah salah satu penyakit kulit yang disebut dengan
dermatitis seboroik (seborrheic dermatitis). Ketombe ditandai dengan
adanya inflamasi pada kulit di daerah seborea yang disertai dengan rasa
gatal. Daerah seborea meliputi kulit kepala, alis mata, bibir, telinga, dan
lipat paha. Ketombe berwarna putih, kering kecil, dan yang sering terlihat
adalah di kulit kepala bagian paling atas.
Penyakit ketombe ditandai oleh timbulnya sisik-sisik kering atau
basah di kulit kepala. Selain itu juga terjadi bintik-bintik merah seperti bisul
kulit yang disertai rasa nyeri, gatal, dan dapat diikuti demam. Tanda-tanda
yang lain adalah kulit kepala yang lecet, basah, bergetah, bau, dan terjadi
kerontokan rambut (Mita dkk., 2009).
Timbulnya ketombe dapat disebabkan oleh :
a. Peningkatan sel keratin
Sel keratin pada kuit kepala ketika mengelupas akan digantikan
dengan sel-sel basal di bawahnya yang bergerak ke lapisan yang lebih
atas. Pada kondisi normal, pengelupasan kulit terjadi sebulan sekali,
sedangkan pada kondisis ketombe proses pengelupasan kulit terjadi
10-15 hari.
b. Mikroflora normal
Pityrosporum ovale adalah flora normal di kulit, termasuk kulit
kepala. Pada kondisi ketombe Pityrosporum ovale berubah menjadi
patogen. Pityrosporum ovale patogen ini kemudian menginduksi
inflamasi dan deskuamasi sehingga menimbulkan reaksi inflamasi.
Reaksi inflamasi yang terjadi disertai dengan pengeluaran lipase yang
menguraikan trigliserida pada sebum menjadi asam lemak bebas yang
bersifat iritan bagi kulit kepala, sehingga menimbulkan ketombe.
c. Kelenjar sebasea
Sebum di kulit kepala dihasilkan oleh kelenjar sebasea. Konsumsi
lemak yang berlebih dapat mempengaruhi kadar sebum. Stress psikis
juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea (Wijaya,
2001).
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
9
4. Pityrosporum ovale
Klasifikasi jamur Pityrosporum ovale :
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Exobasidiomycetes
Bangsa : Malasseziales
Marga : Malassezia
Spesies : Pityrosporum ovale (Inamadar, 2003)
Pityrosporum ovale bersama-sama dengan Propionibacterium acnes
anaerob dan bakteri kokus aerob adalah mikroflora normal di kulit. Pada
kondisi ketombe, terjadi perubahan jumlah pada ketiganya. Pada kulit
normal jumlah Pityrosporum ovale adalah 500.000 organisme/cm2. Pada
kondisi ketombe jumlah Pityrosporum ovale meningkat menjadi 75% dari
jumlah normal. Pada kondisi ketombe terjadi penurunan jumlah
Propionibacterium acnes dan bakteri kokus aerob. Pada kulit normal jumlah
Propionibacterium acnes adalah 300.000 organisme/cm2, pada kondisi
ketombe jumlahnya menurun menjadi 75.000 organisme/cm2. Jumlah
bakteri kokus aerob pada kulit normal adalah 280.000 organisme/cm2, pada
kondisi ketombe jumlah menurun menjadi 250.000 organisme/cm2.
Pityrosporum ovale termasuk ke dalam marga Malassezia.
Merupakan jamur lipofilik bersel tunggal. Pityrosporum ovale bersifat
saprofit dan hanya ditemukan di kulit manusia. Morfologinya berbentuk
seperti botol dengan ukuran 1-2 x 2-4 µm. Termasuk ke dalam gram positif.
Memperbanyak diri dengan cara bertunas atau blastospora (Sutrisno, 2012).
Gambar 3.Morfologi mikroskopi Pityrosporum ovale
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
10
5. Shampo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) shampo adalah
sabun cair untuk mencuci rambut dan kulit kepala, terbuat dari campuran
tumbuhan ataupun bahan kimia. Wilkinson dan Moore (1982) membagi
komposisi shampo secara garis besar menjadi dua, yaitu bahan utama dan
bahan tambahan.
a. Bahan utama
Bahan utama shampo yang sering digunakan adalah detergen.
Detergen dipilih karena dapat membentuk busa dan bersifat
membersihkan. Ada tiga golongan detergen, yaitu :
1) Detergen anionik
Detergen jenis ini dapat memberikan busa yang banyak,
mempunyai daya mencuci yang besar, dan efek iritasi yang ditimbulkan
relatif rendah. Kelemahan detergen jenis ini adalah kelarutannya dalam
air agak kecil dan harganya relatif mahal. Detergen jenis ini adalah
yang paling banyak digunakan pada shampo modern saat ini. Contoh
yang sering digunakan adalah natrium lauril sulfat.
2) Detergen kationik
Detergen jenis ini dapat menyebabkan hemolisis dan
mempunyai efek yang kurang baik untuk rambut dan kulit kepala. Oleh
karena itu, detergen jenis ini tidak banyak digunakan dalam pembuatan
shampo. Contoh yang termasuk detergen kationik adalah garam alkil
trimetil ammonium, garam alkil dimetil benzyl ammonium, dan garam
alkil pirimidin.
3) Detergen nonionik
Detergen jenis ini tahan terhadap air sadah maupun air laut.
Selain itu juga efektif dalam suasana asam maupun basa. Kelarutannya
cukup besar karena memiliki rantai oksietilen yang panjang.
Kelemahannya adalah mempunyai daya pembusa yang relatif rendah.
Contohnya adalah derivat polietilenglikol (Mita dkk., 2009).
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
11
b. Bahan tambahan
Bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan shampo
meliputi :
1) Opacifying agent
Merupakan zat yang dapat menimbulkan kekeruhan. Digunakan
pada pembuatan shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya
merupakan ester alkohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta garam-
garamnya. Contohnya adalah setil alkohol, stearil alkohol, glikol
monostearat, glikol distearat, magnesium stearat, dll.
2) Clarifying agent
Adalah zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan.
Digunakan pada pembuatan shampo cair atau shampo cair jernih.
Contohnya adalah butil alkohol, isopropil alkohol, etil alkohol, metilen
alkohol, EDTA, dll.
3) Finishing agent
Zat ini bermanfaat untuk melindungi rambut dari kekurangan
minyak saat mencuci rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan
rapuh. Contohnya adalah lanolin dan minyak mineral.
4) Conditioning agent
Adalah zat berguna untuk menghaluskan rambut, sehingga
rambut menjadi mudah disisir. Contohnya adalah lanolin, minyak
mineral, telur, dan polipeptida.
5) Zat pendispersi
Zat pendispersi digunakan untuk mendispersikan sabun Ca dan
Mg yang terbentuk dari air sadah. Contohnya adalah tween 80.
6) Zat pengental
Zat pengental ditambahkan agar shampo yang dibuat dapat
dituang dengan baik. Penggunaannya dalam rentang 2-4%. Misalnya
gom, tragakan, metil selulosa, dan karboksil metil seluosa (CMC).
7) Zat pembusa
Zat pembusa digunakan untuk membentuk busa yang cukup
banyak. Persyaratan tinggi busa yaitu berkisar 1,3-22 cm. Keberadaan
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
12
busa bukan merupakan standar dari suatu shampo. Namun dengan
adanya busa, shampo yang dibuat menjadi lebih menarik bagi
konsumen. Contoh zat pembusa adalah dietanolamin, monoisopropil
amin.
8) Zat pengawet
Shampo merupakan sediaan yang mengandung air dan tidak
hanya digunakan dalam sekali pemakaian, sehingga sangat rentan
terhadap pengaruh mikroba. Zat pengawet digunakan untuk mencegah
rusaknya shampo karena pengaruh mikroba. Shampo yang rusak oleh
mikroba dapat dilihat dari hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau
timbul bau yang tidak sedap. Penggunaannya dalam rentang 1-2%.
Contoh zat pengawet yang sering digunakan adalah formaldehida,
hidroksi benzoate, metil paraben, propil paraben, dll.
9) Zat aktif
Zat aktif ditambahkan ketika shampo yang dibuat memiliki
fungsi tertentu. Misalnya untuk membunuh bakteri. Zat aktif yang
sering digunakan adalah heksaklorofen dan asam salisilat.
10) Zat pewangi
Zat pewangi digunakan untuk membuat shampo menjadi lebih
menarik bagi konsumen. Digunakan dalam rentang 1-2%. Zat pewangi
yang dapat digunakan misalnya minyak jeruk, minyak mawar, minyak
lavender, dll.
11) Zat pewarna
Zat pewarna digunakan untuk membuat warna yang menarik
pada shampo, sehingga konsumen akan lebih tertarik untuk
menggunakan shampo yang dibuat. Rentang penggunaanya adalah 1%
hingga 2%. Zat pewarna yang digunakan adalah senyawa klorofil dan
ultra marin hijau untuk memberikan warna hijau.
12) Bahan tambahan lain
Zat tambahan lain ditambahkan ketika shampo yang dibuat
memiliki fungsi tertentu. Seperti shampo untuk antiketombe, shampo
untuk bayi, shampo untuk mencegah kerontokan, dll. Zat yang dapat
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
13
ditambahkan adalah zat antiketombe, ekstrak tumbuhan, vitamin,
mineral, dll (Mita dkk., 2009).
6. Uji aktivitas antijamur
Dalam uji aktivitas antijamur, ada dua macam metode yang dapat
digunakan. Metode tersebut adalah metode pengenceran dan metode difusi
agar (Jawetz dkk., 1986).
a. Metode pengenceran
Metode pengenceran dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengenceran
tabung atau dilusi cair dan pengenceran agar atau dilusi padat.
1) Dilusi cair
Masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi
fungi dalam media agar dengan menggunakan tabung steril.
Kemudian pada tabung tersebut ditambahkan 0,1 mL suspesnsi fungi,
diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 37 0C. Setelah itu diamati
daya hambatnya. Keuntungan dari metode ini adalah penggunaan
media yang lebih efisien. Kekurangannya adalah kekeruhan yang
kurang jelas (Jawetz dkk., 1986).
2) Dilusi padat
Zat yang memiliki daya antifungi dicampur pada media agar
yang masih mencair (suhu 45-50 0C) ke dalam tabung reaksi.
Pencampuran dilakukan dengan cara memutar tabung reaksi hingga
homogen. Lalu dimasukkan ke dalam petri, dan biarkan hingga
membeku atau memadat. Fungi yang akan diuji ditanam di atas
permukaan media agar dengan cara mengoleskannya hingga merata
(Jawetz dkk., 1986).
b. Metode difusi agar
Pada metode difusi agar ada tiga macam metode yang dapat
digunakan, yaitu metode silinder, metode perforasi, dan metode cakram
kertas.
1) Metode silinder
Metode ini menggunakan silinder gelas yang telah steril yang
kemudian diletakkan di atas agar yang berisi suspensi fungi yang telah
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
14
membeku. Lalu silinder tersebut diisi dengan zat yang akan diperiksa.
Kemudian diinkubasikan pada suhu 35 0C selama 18-24 jam. Setelah
itu, diukur daya hambatnya (Jawetz dkk., 1986).
2) Metode perforasi
Pada metode ini media agar yang masih cair (suhu 45-50 0C)
dicampur dengan suspensi fungi pada cawan steril kemudian dibiarkan
membeku. Setelah membeku, pada media tersebut dibuat lubang
dengan perforator. Lalu pada lubang tersebut dimasukkan zat yang
akan diperiksa daya anti-funginya. Dinkubasikan selama 18-24 jam
pada suhu 37 0C (Jawetz dkk., 1986).
3) Metode cakram kertas
Metode ini menggunakan cakram kertas yang diletakkan di
atas permukaan agar yang telah ditanami fungi yang akan diuji.
Kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37 0C. Setelah itu
ukur daya hambatnya. Kelebihan metode ini adalah konsentrasi zat
anti-fungi yang diujikan dapat diatur.
7. Uraian bahan
a. Sodium lauril sulfat
Pemerian : warna putih atau kuning pucat, seperti warna kristal,
serbuknya halus, menyerupai sabun, rasanya pahit, bau
samar zat lemah.
Kelarutan : mudah larut dalam air, dapat membentuk larutan opalesen,
hampir tidak dapat larut dalam kloroform dan eter.
Fungsi : surfaktan anionik, detergen, agen pengemulsi, penetrasi kulit,
pelumas aosul, zat pembasah.
(Rowe dkk., 2009).
b. Cocamid DEA
Pemerian : cairan kental berwarna kuning, atau padat. Terbuat dari asam
lemak minyak kelapa.
Fungsi : pembuat busa shampo dan produk mandi, meningkatkan
viskositas larutan shampo, zat pengemulsi pada kosmetik.
(Rowe dkk., 2009).
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
15
c. CMC
Pemerian : serbuk putih atau granul, tidak berbau dan berasa.
Fungsi : zat pengental pada shampo, zat pengemulsi, meningkatkan
viskositas.
(Rowe dkk., 2009).
d. Propil paraben
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berwarna, tidak berasa.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%) p, dalam 3 bagian aseton p, dalam 140 bagian
gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat dan kegunaan : zat pengawet.
(Depkes RI, 1979:535).
e. Asam sitrat
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa
sangat asam, agak higroskopik, merapuh dalam udara kering
dan panas.
Fungsi : menetralkan reaksi basa yang terjadi pada pembuatan shampo.
(Rowe dkk., 2009).
f. Mentol
Pemerian : hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak berwarna, bau
tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik
diikuti rasa dingin.
Fungsi : pewangi sediaan, antiiritan.
(Rowe dkk., 2009).
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
16
B. Kerangka Konsep
Ekstrak tunggal
herba seledri
Ekstrak tunggal
daun pandan wangi
Mempunyai efek
antiketombe
Mempunyai efek
antiketombe
Mempunyai efek
antiketombe
Dibuat sediaan
shampo antiketombe
Dibuat sediaan shampo
antiketombe
Kombinasi ekstrak herba seledri dan ekstrak
daun pandan wangi
Dibuat sediaan shampo
antiketombe
Mempunyai efek antiketombe yang lebih besar
Uji stabilitas fisik Uji aktivitas antiketombe
Tidak mengalami perubahan fisik
Gambar 4. Kerangka Konsep
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019
17
C. Hipotesis
Ekstrak tunggal herba seledri mempunyai aktivitas sebagai antiketombe
(Mahataranti dkk., 2012) dan daun pandan wangi mempunyai aktivitas sebagai
antiketombe (Darijanto dkk., 2014), maka ketika dikombinasikan akan
memberikan aktivitas antiketombe yang lebih besar.
Formulasi Shampo Antiketombe.. Ainun Nisa Arlian, Fakultas Farmasi UMP, 2019