bab ii kajian pustaka a. petunjuk pelaksaan dan petunjuk ...eprints.umm.ac.id/57009/3/bab...

24
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Petunjuk Pelaksaan dan Petunjuk Teknis Kepala Sekolah 1. Petunjuk Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah Proses rekrutmen calon kepala sekolah dilaksanakan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dan kantor Kementerian Agama wilayah kabupaten/kota yang diselenggarakan pada analisis proyeksi kebutuhan kepala sekolah untuk dua tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar kabupaten/kota memiliki jumlah calon kepala sekolah yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan formasi. Tujuan dari pelaksanaan ini yaitu untuk memilih guru yang memiliki pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai kepala sekolah. Proses rekrutmen ini harus diikuti oleh guru yang memiliki pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai kepala sekolah. Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pengusulan Calon Penugasan guru sebagai kepala sekolah dilakukan melalui langkah- langkah pengumuman, identifikasi guru potensial, penyiapan berkas usulan, dan pengajuan usulan calon kepala sekolah. Guru potensial yang memenuhi persyaratan dapat diusulkan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota atau kantor Kementerian Agama kabupaten oleh kepala sekolah atau bersama-sama dengan pengawas sekolah.

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Petunjuk Pelaksaan dan Petunjuk Teknis Kepala Sekolah

    1. Petunjuk Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah

    Proses rekrutmen calon kepala sekolah dilaksanakan oleh dinas

    pendidikan kabupaten/kota dan kantor Kementerian Agama wilayah

    kabupaten/kota yang diselenggarakan pada analisis proyeksi kebutuhan kepala

    sekolah untuk dua tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar kabupaten/kota

    memiliki jumlah calon kepala sekolah yang mencukupi untuk memenuhi

    kebutuhan formasi. Tujuan dari pelaksanaan ini yaitu untuk memilih guru yang

    memiliki pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai

    kepala sekolah. Proses rekrutmen ini harus diikuti oleh guru yang memiliki

    pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai kepala

    sekolah. Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

    a) Pengusulan Calon

    Penugasan guru sebagai kepala sekolah dilakukan melalui langkah-

    langkah pengumuman, identifikasi guru potensial, penyiapan berkas

    usulan, dan pengajuan usulan calon kepala sekolah. Guru potensial yang

    memenuhi persyaratan dapat diusulkan kepada dinas pendidikan

    kabupaten/kota atau kantor Kementerian Agama kabupaten oleh kepala

    sekolah atau bersama-sama dengan pengawas sekolah.

  • 9

    b) Seleksi Administratif

    Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan

    dokumen guru sebagai calon kepala sekolah yang dikeluarkan oleh pihak

    berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah bersangkutan telah

    memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Seleksi administratif

    dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota atau kantor kementerian

    agama wilayah kabupaten/kota melalui panitia seleksi yang ditunjuk dan

    ditetapkan.

    c) Seleksi Akademik

    Seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan,

    serta penguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan. Seleksi akademik dilakukan melalui

    Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)

    2. Petunjuk Teknis Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah

    Berikut adalah petunjuk teknis penugasan guru sebagai kepala sekolah

    menurut peraturan direktur jenderal guru dan tenaga kependidikan

    kementerian pendidikan dan kebudayaan nomor 26017/B.B1.3/HK/2018.

    Tabel 2.1 Juknis Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah

    No Ketentuan

    1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan

    pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa

    (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah

    pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah

    kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau sekolah Indonesia

    di Luar Negeri.

    2. Guru adalah profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

    anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

    3. Kepala Sekolah mentor adalah kepala sekolah yang satuan pendidikannya dijadikan

    tempat untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah pada tahap

    on the job lerning.

  • 10

    4. Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat pada dimensi

    kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

    5. Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah yang selanjutnya disingkat Diklat

    Calon Kepsek adalah penyiapan kompetensi calon Kepala Sekolah untuk

    memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dalam memimpin

    sekolah.

    6. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat PKB adalah

    program dan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional

    Kepala Sekolah yang dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan

    terutama untuk peningkatan manajemen, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi

    kepada guru dan tenaga kependidikan.

    7. Dinas Provinsi adlaah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di wilayah

    provinsi.

    8. Dinas Kabupaten/Kota adlah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di

    daerah kabupaten/kota.

    9. Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut SILN adalah satuan

    pendidikan pada jalur formal yang diselenggarakan di luar negeri.

    10. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya

    disingkat LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah yang

    berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga

    Kependidikan.

    11. Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat LPD

    adalah lembaga yang bekerjasama dengan LPPKS yang menyelenggarakan Diklat

    Calon Kepsek dan pendidikan dan pelatihan penguatan Kompetensi kepala sekolah.

    12. Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang bertanggung jawab dalam

    pembinaan Guru dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian.

    13. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

    bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

    (Sumber: peraturan direktur jenderal guru dan tenaga kependidikan kementerian

    pendidikan dan kebudayaan nomor 26017/B.B1.3/HK/2018 tentang juknis penugasan guru

    sebagai kepala sekolah)

    B. Pemimpin dan Kepemimpinan

    Istilah pemimpin dan kepemimpinan memiliki kata dasar yang sama akan

    tetapi memiliki arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    pemimpin adalah orang yang memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan,

    dan berjalan di depan (preced). Pemimpin hendaknya bisa membantu orang lain

    yang dipimpinnya dalam suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan.

    Menurut Stephen P. Robbin (dalam Andang, 2014: 38) mengatakan bahwa

    kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok

    anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan seorang

    pemimpin dapat menentukan hasil dari suatu tujuan yang telah ditetapkan.

    Kepemimpian adalah suatu rangkaian kegiatan dimana seorang pemimpin

    mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk bekerja sama dalam

    mencapai suatu tujuan tertentu.

  • 11

    Danim dan Suparno (dalam Andang, 2014:38) memberikan definisi

    kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi dan memberi arah yang

    terkandung di dalam diri pribadi pemimpin. Sementara Bafadal (dalam Andang,

    2014:38) menjelaskan kepemimpinan sebagai keseluruhan proses mempengaruhi,

    mendorong, mengajak, dan menggerakan serta menuntun orang lain dalam proses

    kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku

    dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan paparan pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

    kepemimpinan adalah bentuk kemampuan seseorang dalam memberikan dorongan

    pengarahan, serta mengajak orang lain untuk bekerja sama dalam mencapai suatu

    tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.

    C. Kinerja

    1. Pengertian Kinerja

    Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

    kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

    lembaga. Armstrong (dalam Munir 2008: 30) mengatakan bahwa kinerja dan hasil

    kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang yang ada dalam

    lembaga tersebut. Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang

    ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya akan memunculkan hasil

    kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga, sesuai

    dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai

    sasaran atau tujuan lembaga itu sendiri.

    Wahjosumidjo (2010: 431) mendefinisikan kinerja sebagai sumbangan secara

    kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan

  • 12

    kelompok dalam suatu unit kerja. Dengan kata lain, kinerja adalah prestasi,

    kontribusi sumbangan, atau hasil kerja seseorang. Bernardin dan Russell (dalam

    Munir 2008: 30) mengemukakan bahwa kinerja adalah catatan hasil atau keluaran

    yang dicapai pada suatu fungsi jabatan atau kegiatan tertentu pada satu kurun waktu

    tertentu. Hal senada juga di ungkapkan oleh Wirawan (2009: 5) yaitu kinerja adalah

    keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu

    pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Dari paparan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa kinerja adalah gambaran dari hasil kerja atau sumbangan secara

    kualitatif dan kuantitatif seseorang untuk membantu tercapainya suatu tujuan dalam

    kurun waktu tertentu.

    2. Indikator Kinerja

    Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung

    yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

    Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan

    tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Fajarwati (2013)

    mengkategorikan indikator kinerja ke dalam kelompok, di antaranya:

    a. Masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhan agar pelaksanaan

    kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan

    output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan

    sebagainya.

    b. Keluaran (outputs), adalah segala sesuatu berupa produk atau jasa (fisik atau

    non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan

    program berdasarkan masukan yang digunakan.

  • 13

    c. Hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

    keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran

    seberapa jauh setiap produk atau jasa dapat memenuhi keutuhan dan

    harapan masyarakat.

    d. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan

    langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat

    diakses oleh publik.

    e. Dampak (impacts), adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

    lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

    kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Indikator-indikator tersebut

    secara langsung dapat mengidentifikasikan sejauh mana keberhasilan

    pencapaian sasaran.

    Dalam hal yang sama, Robbin (2006:260) mengungkapkan bahwa

    indikator untuk mengukur kinerja ada 5 yaitu:

    a. Kualitas

    Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas

    pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

    keterampilan dan kemampuan karyawan.

    b. Kuantitas

    Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah

    seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

  • 14

    c. Ketepatan Waktu

    Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal

    waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output

    serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

    d. Efektivitas

    Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi

    (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud

    menaikan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

    e. Kemandirian

    Kemandirian merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya

    akan dapat menjalankan fungsi kerjanya. Komitmen kerja merupakan

    suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan

    instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas

    dari faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya, faktor-faktor tersebut akan

    menjadi acuan untuk dirinya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan

    secara seksama. Harsoy dan Blancharada (dalam Abdillah, 2013)

    mengungkapkan bahwa ada 7 faktor yang mempengaruhi kinerja, diantaranya:

    a. Ability merujuk pada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan

    karyawan sebagai aspek kemampuan untuk menyelesaikan tugas tertentu

    dengan sukses. Kunci dari kemampuan mencakup pendidikan (pelatihan

    formal-nonformal seperti pelatihan khusus, pengarahan) pengalaman dan

    keterampilan yang relevan dengan pekerjaan.

  • 15

    b. Clarity merujuk pada suatu pemahaman dan penerimaan dari apa yang

    dikerjakan, kapan mengerjakan dan bagaimana menyelesaikan tugas yang

    diberikan untuk karyawan membutuhkan kejelasan tentang tujuan dan

    sasaran dan bagaimana mencapainya.

    c. Help merujuk pada dukungan organisasi yang dibutuhkan karyawan

    misalnya: cukup anggaran, peralatan, fasilitas dukungan dan bagian lain

    dalam organisasi termasuk kualitas sumber daya manusia.

    d. Incentive merujuk pada insentif karyawan yang relevan karena tugasnya

    untuk memotivasi menyelesaikan pekerjaan. Motivasi karyawan dapat

    berupa ganjaran intrinsik dan ekstrinsik.

    e. Evaluation mengacu pada pembinaan terus menerus dan upaya pemberian

    baik terhadap prestasi kerja, seseorang seharusnya mengetahui mengapa

    dirinya dinilai. Banyak masalah prestasi kerja disebabkan miskinnya

    pengarahan.

    f. Validity keputusan dibidang sumber daya manusia diperlukan demi

    hukum. Keputusan yang adil dan berdasarkan kebijakan perusahaan harus

    jelas memerlukan dokumentasi.

    g. Environment merujuk pada faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh

    terhadap kinerja yaitu berupa persaingan, perubahan kondisi pasar,

    peraturan perusahaan, pemasok dan lainnya.

    Abdillah (2013) mengungkapkan bahwa kinerja kepala sekolah bukan

    sesuatu yang berdiri sendiri, dia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

    internal maupun eksternal. Faktor eksternal berkaitan dengan sistem

    utama sekolah yakni otoritas yang secara hierarki berada di atasnya

    seperti Dinas Pendidikan Kecamatan, Dinas Pendidikan Kabupaten, serta

    Pemerintah Daerah Setempat. Sistem utama ini jelas berpengaruh pada

    kinerja kepala sekolah, sebab Dinas Pendidikan punya peran koordinasi,

    pengawasan dan Pembinaan terhadap sekolah-sekolah termasuk kinerja

  • 16

    kepala sekolah, sedangkan faktor internal berkaitan dengan kemampuan

    atau keterampilan kepala sekolah, serta kualitas individu kepala sekolah

    itu sendiri seperti sikap, minat, persepsi, kebutuhan, kompensasi, serta

    kepribadian yang semua ini akan berpengaruh terhadap kepala sekolah

    dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peran dan fungsinya dalam

    proses pendidikan di sekolah. Seorang kepala sekolah perlu memiliki

    kemampuan atau keterampilan dalam hal konsep, teknis dan

    kemanusiaan (Conseptual Skill, Technical Skill, Human Skill)

    .

    4. Kompetensi Kepala Sekolah

    Permendiknas no. 28 tahun 2010 menyatakan bahwa kepala sekolah adalah

    guru yang menerima tugas tambahan. Dalam peraturan menteri ini dimaksudkan

    dengan sebagaimana yang akan dijabarkan sebagai berikut tentang permendiknas

    no. 28 tahun 2010:

    Tabel 2.2 Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah

    No Ketentuan

    1. Kepala sekolah/ madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin

    taman kanak-kanak/raudhoyul athfal (TK/RA). Taman kanak-kanak luar biasa

    (TKLB), sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa

    (SDLB), sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah

    menengah luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/ madrasah aliyah (SMA/MA),

    sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah

    menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI)

    atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).

    2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

    pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah.

    3. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/ madrasah adalah suatu tahapan dalam

    proses penyiapan calon kepala sekolah/madrasah melalui pemberian pengalaman

    pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah/ madrasah

    yang diakhiri dengan penilaian sesuai standart nasional.

    4. Penilaian akseptabilitas adalah penilaian calon kepala sekolah/ madrasah yang

    bertujuan untuk menilai ketetapan calon kepala sekolah/ madrasah dimana yang

    bersangkutan akan diangkat dan ditempatkan.

    5. Kompetensi kepala sekolah/ madrasah adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan

    pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi,

    dan sosial.

    6. Komite sekolah/ madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/

    wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

    7. Sertifikat kepala sekolah/ madrasah adalah bukti formal sebagai pengakuan yang

    diberikan kepada guru bahwa yang bersangkutan telah memenuhi kualifikasi dan

    kompetensi untuk mendapat tugas tambahan sebagai kepla sekolah/ madrasah.

    8. Penilaian kinerja adalah suatu proses menentukan nilai kinerja kepala sekolah/

    madrasah dengan menggunakan patokan-patokan tertentu.

    9. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah proses dan kegiatan yang dirancang

    untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional kepala sekolah/

    madrasah yang dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan dalam

    rangka meningkatkan manajemen dan kepemimpinan sekolah/ madrasah.

  • 17

    10. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

    11. Kementerian adalah kementerian yang menangani urusan pemerintah dalam bidang

    pendidikan nasional.

    12. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintah dalam bidang pendidikan

    nasional.

    13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang

    pendidikan dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional

    dan Kementerian Agama sesuai kewenangannya.

    14. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota.

    15. Kantor wilayah kementerian agama/ kantor kementerian agama kabupaten/ kota adalah

    perwakilan Kementerian Agama tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/ kota.

    16. Dinas kabupaten/ kota adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di

    provinsi.

    17. Dinas provinsi adalah dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di

    kabupaten/ kota.

    18. Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah/

    madrasah.

    (Sumber: Permendiknas no. 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala

    sekolah/madrasah)

    Menurut permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang standart kepala sekolah,

    seorang kepala sekolah harus mempunyai beberapa kompetensi yaitu kompetensi

    kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi

    supervisi dan kompetensi sosial. Berikut penjabaran kompetensi tersebut:

    Tabel 2.3 Kompetensi Kepala Sekolah

    No. Dimensi Kompetensi Kompetensi

    1. Kepribadian a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi

    komunitas di sekolah atau madrasah.

    b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan

    diri sebagai kepala sekolah atau madrasah.

    d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

    e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah atau madrasah.

    f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

    2. Manajerial a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

    b. Mengembangkan organisasi sekolah atau madrasah sesuai dengan kebutuhan.

    c. Memimpin sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah atau madrasah

    secara optimal.

    d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah atau madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

    e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah atau madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta

    didik.

  • 18

    f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

    g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

    h. Mengelola hubungan sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,

    sumber belajar, dan pembiayaan sekolah atau

    madrasah.

    i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan

    kapasitas peserta didik.

    j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan

    nasional.

    k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan

    efisien.

    l. Mengelola ketatausahaan sekolah atau madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah atau madrasah.

    m. Mengelola unit layanan khusus sekolah atau madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan

    peserta didik di sekolah atau madrasah.

    n. Mengelola sistem informasi sekolah atau madrasah dalam mendukung penyusunan program dan

    pengambilan keputusan.

    o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah atau

    madrasah.

    p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah

    dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak

    lanjutnya.

    3. Kewirausahaan a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

    b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah atau madrasah sebagai organisasi pembelajar yang

    efektif.

    c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai

    pemimpin sekolah atau madrasah.

    d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah atau

    madrasah.

    e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah atau madrasah

    sebagai sumber belajar

    peserta didik.

    4. Supervisi a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

    b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi

    yang tepat.

    c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

    5. Sosial a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah atau madrasah

    b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

  • 19

    c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

    (Sumber: Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang standart kepala sekolah)

    Berikut adalah peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik

    Indonesia nomor 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah.

    Tabel 2.4 Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah

    No Ketentuan

    1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan

    pendidikan yang meliputi taman kanak kanak (TK), taman kanak kanak luar biasa

    (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah

    pertama (SMP), sekolah menengah luar biasa (SMPLB), sekolah menengah kejuruan

    (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di Luar

    Negeri.

    2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi peserta didik

    pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

    pendidikan menengah.

    3. Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat pada dimensi

    kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, sepervisi, dan sosial.

    4. Pendidikan dan Pelatuhan Calon Kepala Sekolah adalah penyiapan kompetensi calon

    Kepala Sekolah untuk memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan

    keterampilan dalam memimpin sekolah.

    5. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah program dan kegiatan peningkatan

    pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional Kepala Sekolah yang dilaksanakan

    berjenjang, bertahap dan berkesinambungan terutama untuk peningkatan manajemen,

    pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.

    6. Dinas Provinsi adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di wilayah

    provinsi.

    7. Dinas Kabupaten/Kota adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di

    daerah kabupaten/kota.

    8. Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut SILN adalah satuan

    pendidikan pada jalur formal yang diselenggrakan di luar negeri.

    9. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya disebut

    LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Direktotar Jendral yang menangani

    pendidikan dan tenaga kependidikan.

    10. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

    bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

    11. Direktur Jendral adalah direktur jendral yang bertanggungjawab dalam pembinaan

    Guru dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementrerian.

    (Sumber: Permendiknas no. 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah)

    D. Peran Kepala Sekolah

    Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk

    memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau

    tempat di mana terjadi interaksi antara guru dan murid yang menerima pelajaran

    (Wahjosumidjo, 2010: 83). Kepala sekolah haruslah bisa memberi motivasi atau

  • 20

    pengaruh yang bersifat positif kepada guru dan murid agar nantinya proses belajar

    mengajar akan terlaksana dengan baik dan menyenangkan.

    Menurut Daryanto (2011: 80), kepala sekolah merupakan bagian dari personel

    di sebuah sekolah yang memiliki tanggung jawab serta peran penting terhadap

    seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan

    tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan

    dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.

    Kepala madrasah atau kepala sekolah merupakan pemimpin sekaligus manajer

    pada suatu institusi pendidikan. Ia sebagai salah satu kunci jaminan berhasil atau

    tidaknya institusi tersebut mencapai tujuan yang telah direncanakan Abdullah

    Munir (2008: 29). Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut agar mampu

    memberikan atau menciptakan ide-ide kreatif serta inovatif guna mencapai tujuan

    yang telah direncanakan bersama.

    Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah

    adalah untuk memimpin, mengarahkan, dan memotivasi serta menciptakan ide-ide

    baru serta inovatif guna berlangsungnya proses belajar mengajar dengan lancar dan

    menyenangkan, serta sekolah juga dapat mencapai tujuan dan visi misi dengan baik

    sesuai dengan apa yang diharapkan. Mulyasa (2007: 98) mengungkapkan bahwa

    peran kepala sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi dapat dijabarkan sebagai

    berikut:

    a. Kepala Sekolah sebagai Educator

    Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

    kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor

    pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama

  • 21

    dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap

    pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala

    sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi

    kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya

    pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

    b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

    Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah

    harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan

    melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga

    kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh

    tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

    c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

    Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

    dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

    penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala

    sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola

    administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

    administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi keasrsipan dan

    mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif

    dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.

    d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

    Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya

    adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah

    bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu,

  • 22

    salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai sepervisor, yaitu mensupervisi

    pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

    Kepala sekolah sebagai supervisor harus di wujudkan dalam kemampuan

    menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan

    hasilnya. Kemampuan menyusun supervisi pendidikan harus di wujudkan dalam

    penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk

    kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,

    laboraturium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan

    harus di wujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi

    nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan

    memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus di wujudkan dalam pemanfaatan

    hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan

    hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

    e. Kepala Sekolah sebagai Leader

    Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

    pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

    dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumidjo (dalam Mulyasa 2007: 115)

    mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter

    khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan

    profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

    Kemampuan yang harus di wujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat

    dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan

    misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

    Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam

  • 23

    kemampuan: (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan nonguru), (2)

    memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3) menyusun program

    pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritik dari

    berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya. Pemahaman visi dan misi

    sekolah akan tercermin dari kemampuan untuk: (1) mengembangkan visi sekolah

    (2) mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk

    mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan

    akan tercermin dari kemampuannya dalam: (1) berkomunikasi secara lisan dengan

    tenaga kependidikan di sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3)

    berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan

    sekolah. Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:

    (1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, (2)

    menuangkan gagasan dalam bentuk lisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan

    orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

    f. Kepala sekolah sebagai Inovator

    Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus

    memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

    lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

    teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-

    model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai motivator akan

    tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,

    integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan.

  • 24

    g. Kepala sekolah sebagai Motivator

    Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

    memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan

    fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,

    pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan

    penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar

    (PSB).

    E. Pendidik Profesional

    1. Guru sebagai Pendidik Profesional

    Profesi guru dalam menyelenggarakan pendidikan telah mendapat pengakuan

    dari Undang-undang Sisdiknas nomer 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

    “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

    konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

    lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam

    menyelenggarakan pendidikan”. Dalam UU Sisdiknas nomer 20 tahun 2003 pasal

    39 ditegaskan lagi bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

    merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

    melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

    pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik pada perguruan tinggi.

    Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa guru bukan hanya seseorang yang

    menjajakan materi pelajaran di depan kelas, bukan sekedar transfer of knowledge,

    melainkan tugas utama adalah sebagai pendidik profesional yang mampu

    memuliakan kemanusiaan manusia sesuai dengan kaidah ilmu pendidikan.

  • 25

    2. Guru Profesional dan Pendidikan Berkualitas

    Pada saat ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah memasuki era

    profesional. Hal ini ditandai oleh penegasan bahwa “pendidik merupakan tenaga

    profesional” (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2), dan pada UU No. 14 tahun

    2005 dijelaskan lagi bahwa “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang

    dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

    keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

    tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

    Sebagai langkah kongkret berikutya dalam menjadi guru profesional

    berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 pemerintah juga telah menetapkan

    kualifikasi akademik yang harus dipenuhi oleh seorang guru yaitu pendidikan

    minimal Diploma IV atau Sarjana (S1). Untuk menindak lanjuti peraturan

    pemerintah ini sekarang pemerintah selalu mendorong agar guru yang belum S1

    harus kembali ke kampus untuk melanjutkan pendidikan agar sesuai dengan

    kualifikasi yang dipesyaratkan.

    Di samping itu juga ditetapkan Standar Kompetensi Pendidik, bahwa ada

    empat kompetensi inti yaitu Kompetenti Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,

    Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Proseional. Bagi guru yang telah memenuhi

    persyaratan akademik tersebut, pemerintah juga telah melakukan prosedur tertentu

    untuk memperoleh predikat profesional. Prayitno (dalam Nana Sepriyanti, 2012)

    menyatakan bahwa prosedur yang telah dan mulai dikembangkan adalah:

    a. Serifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan

    portofolio.

  • 26

    b. Sertifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan pola

    pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG/PLPG-BK).

    c. Program Pendidikan Profesi, (PPG untuk guru pengampu mata pelajaran dan

    PPK untuk guru BK).

    Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas, diharapkan profesi pendidik

    akan menjadi profesi bermartabat, adapun kemartabatan profesi menurut

    Prayitno (dalam Nana Sepriyanti, 2012) antara lain:

    1. Bermanfaat, artinya pelayanan pendidikan yang diberikan oleh guru benar-

    benar dirasakan manfaatnya oleh peserta.

    2. Bermandat, artinya bahwa yang akan menjadi guru ke depan adalah guru yang

    memiliki kewenangan dan memperoleh pendidikan secara khusus melalui

    program pendidikan profesi.

    3. Diakui secara sehat, artinya pemerintah dan masyarakat mengakui keberadaan

    dan kebermanfaatan profesi tersebut.

    Selanjutnya tentang mutu pendidikan, Sidi (dalam Nana Sepriyanti, 2012)

    menyatakan bahwa upaya peningkatakan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui

    langkah-langkah berikut:

    1. Pertama, pembenahan kurikulum pendidikan yang dapat memberikan

    kemampuan dan keterampilan dasar minimal (minunim basic skills),

    menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning), dan membangkitkan

    sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi para siswa.

    2. Kedua, peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme tenaga

    kependidikan sesuai dengan kebutuhan mereka melalui pendidikan dan

  • 27

    pelatihan, melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), dan

    lembaga diklat profesional.

    3. Ketiga, penetapan standar kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana

    pendidikan yang menjadi persyaratan bagi setiap lembaga pendidikan dasar

    dan menengah, sehingga sekolah dapat melaksanakan kegiatan belajar

    mengajar secara operasional.

    4. Keempat, pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah

    (PMPBS) sebagai upaya pemberian otonomi pedagogis kepada guru dan kepala

    sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka

    dapat melakukan yang terbaik untuk meningkatkan prestasi siswa dan kinerja

    sekolah serta dapat bertanggung jawab kepada orang tua dan masyarakat

    tentang kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dicapai.

    5. Kelima, penciptaan iklim dan suasana kompetitif dan koperatif antar sekolah

    dalam memajukan dan meningkatkan kualitas siswa dan sekolah sesuai dengan

    standar yang telah ditetapkan.

    Jika profesi guru telah benar-benar dirasakan manfaatnya oleh peserta didik,

    praktik pembelajaran telah hijrah dari teaching kepada learning, sangat

    dimungkinkan pembelajaran bermakna dapat dirasakan oleh peserta didik. Seorang

    guru melakukan pekerjaannya bukan hanya sekedar mencari nafkah lahiriah, akan

    tetapi didorong oleh rasa cinta, kesetiaan dan tanggung jawab segala pekerjaannya

    dilakukan untuk sesuatu yang mulia, sesuatu yang luhur dan sesuatu yang sejati.

    Andreas Harefa (dalam Nana Sepriyanti, 2012).

  • 28

    F. Kajian Penelitian Relevan

    Penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah sebagai

    berikut:

    1. Bustan (2013). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

    pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dan pendidik. Hasil

    analisis data menunjukan: (1) Pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai guru

    di SD Negeri 06 Kecamatan Delta Pawan telah dilaksanakan dengan baik

    terutama dalam mengelola waktu untuk melaksanakan tugas akademik sebagai

    guru adalah dengan pemilihan hari mengajar yang dianggap tidak terlalu

    banyak kegiatan kepala sekolah yang berhubungan dengan Dinas Pendidikan

    yaitu pada hari Jum’at dan Sabtu; (2) Pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai

    pemimpin yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Negeri 06 Kecamatan Delta

    Pawan meliputi transformasi Visi dan Misi dengan melaksanakan fungsi-

    fungsi manajemen dalam pengelolaan sumber daya sekolah (sarana, prasarana,

    guru dan staf).

    2. Vivi Rusmawati (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran

    kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru pada

    SDN 018 Balikpapan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kepala

    sekolah SDN 018 Balikpapan melaksanakan perannya sebagai manajer dengan

    memberdayakan guru melalui kerjasama, dan melibatkan guru dalam

    pengambilan keputusan; sebagai administrator dengan mengelola administrasi

    dan keuangan; sebagai supervisor dengan melakukan pengawasan dan

    penyusunan program supervisi pendidikan; sebagai pemimpin dengan

    memberikan petunjuk, meningkatkan kemauan guru, dan membuka

  • 29

    komunikasi dua arah; sebagai motivator dengan memberikan motivasi kepada

    guru, serta mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja.

    Mengacu pada penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa kedua penelitian

    terdahulu membahas tentang peran kepala sekolah, sedangkan penelitian yang akan

    dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada kinerja atau hasil kerja kepala sekolah.

    G. Kerangka Pikir

    Kerangka pikir analisis kinerja kepala sekolah di SDN Sokarame Paseser III

    adalah sebagai Berikut:

  • 30

    ANALISIS KINERJA KEPALA SEKOLAH

    Kondisi Ideal

    Peran ideal kepala sekolah

    yaitu memimpin, mengarahkan,

    memotivasi serta menciptakan

    ide inovatif.

    Kondisi Lapangan

    Peran kepala sekolah di

    lapangan bukan hanya sebagai

    pemimpin, akan tetapi

    bertindak sebagai pendidik.

    Jenis Penelitian:

    Kualitatif

    Pendekatan:

    Deskriptif

    Teknik

    Pengumpulan Data:

    1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi

    HASIL DATA DAN LAPORAN PENELITIAN

    Deskripsi dari hasil data tentang kinerja kepala sekolah, kendala

    yang dihadapi kepala sekolah serta hasil yang dicapai oleh

    kepala sekolah selama menjadi pemimpin serta pendidik di

    SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep.

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

    Temuan Unik

    Kepala sekolah menjalankan

    tugasnya sebagai pemimpin dan

    pendidik di SDN Sokarame

    Paseser III Nonggunong Sumenep.

    Analisis Data:

    1. Reduksi Data

    2. Analisis Data

    3. Verifikasi

  • 31

    Berdasarkan diagram kerangka pikir di atas maka dapat diuraikan keterangan

    sebagai berikut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi ideal serta

    kondisi lapangan yang ada di SDN Sokarame Paseser III. Kondisi ideal yang

    seharusnya dilakukan kepala sekolah pada umumnya yaitu memimpin,

    mengarahkan, dan memotivasi serta menciptakan ide-ide baru serta inovatif guna

    berlangsungnya proses belajar mengajar dengan lancar dan menyenangkan, serta

    sekolah juga dapat mencapai tujuan dan visi misi dengan baik sesuai dengan apa

    yang diharapkan. Sedangkan kondisi di lapangan pada saat penelitian, kepala

    sekolah juga ikut andil dalam proses pembelajaran. Fokus permasalahan itu sendiri

    yaitu kepala sekolah yang menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan pendidik

    di SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep. Penelitian ini disusun secara

    sistematis dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi,

    wawancara serta dokumentasi yang dilakukan secara langsung pada subyek

    penelitian yaitu kepala sekolah SDN Sokarame Paseser III. Pengumpulan data

    terhadap subyek penelitian akan menemukan informasi berdasarkan obyek

    penelitian seperti kinerja kepala sekolah, faktor yang mempengaruhi kinerja kepala

    sekolah, serta hasil yang dicapai oleh kepala sekolah selama menjabat sebagai

    pemimpin dan pendidik di SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif

    dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dalam hal ini peneliti hanya

    melakukan pengamatan serta mengumpulkan data-data dan tidak ikut langsung

    dalam proses yang terjadi di lapangan. Setelah data terkumpul kemudian peneliti

    melakukan proses oleh data dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data yang

    pada nantinya akan menjadi hasil penelitian dalam bentuk laporan.