-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Petunjuk Pelaksaan dan Petunjuk Teknis Kepala Sekolah
1. Petunjuk Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Sekolah
Proses rekrutmen calon kepala sekolah dilaksanakan oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota dan kantor Kementerian Agama wilayah
kabupaten/kota yang diselenggarakan pada analisis proyeksi kebutuhan kepala
sekolah untuk dua tahun ke depan. Hal ini dilakukan agar kabupaten/kota
memiliki jumlah calon kepala sekolah yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan formasi. Tujuan dari pelaksanaan ini yaitu untuk memilih guru yang
memiliki pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai
kepala sekolah. Proses rekrutmen ini harus diikuti oleh guru yang memiliki
pengalaman dan potensi terbaik untuk mendapatkan tugas sebagai kepala
sekolah. Adapun tahapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Pengusulan Calon
Penugasan guru sebagai kepala sekolah dilakukan melalui langkah-
langkah pengumuman, identifikasi guru potensial, penyiapan berkas
usulan, dan pengajuan usulan calon kepala sekolah. Guru potensial yang
memenuhi persyaratan dapat diusulkan kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota atau kantor Kementerian Agama kabupaten oleh kepala
sekolah atau bersama-sama dengan pengawas sekolah.
-
9
b) Seleksi Administratif
Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan
dokumen guru sebagai calon kepala sekolah yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang sebagai bukti bahwa calon kepala sekolah bersangkutan telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Seleksi administratif
dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota atau kantor kementerian
agama wilayah kabupaten/kota melalui panitia seleksi yang ditunjuk dan
ditetapkan.
c) Seleksi Akademik
Seleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan,
serta penguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Seleksi akademik dilakukan melalui
Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK)
2. Petunjuk Teknis Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
Berikut adalah petunjuk teknis penugasan guru sebagai kepala sekolah
menurut peraturan direktur jenderal guru dan tenaga kependidikan
kementerian pendidikan dan kebudayaan nomor 26017/B.B1.3/HK/2018.
Tabel 2.1 Juknis Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
No Ketentuan
1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan
pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa
(TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah
kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau sekolah Indonesia
di Luar Negeri.
2. Guru adalah profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
3. Kepala Sekolah mentor adalah kepala sekolah yang satuan pendidikannya dijadikan
tempat untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah pada tahap
on the job lerning.
-
10
4. Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat pada dimensi
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
5. Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah yang selanjutnya disingkat Diklat
Calon Kepsek adalah penyiapan kompetensi calon Kepala Sekolah untuk
memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dalam memimpin
sekolah.
6. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat PKB adalah
program dan kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional
Kepala Sekolah yang dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan
terutama untuk peningkatan manajemen, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi
kepada guru dan tenaga kependidikan.
7. Dinas Provinsi adlaah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di wilayah
provinsi.
8. Dinas Kabupaten/Kota adlah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di
daerah kabupaten/kota.
9. Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut SILN adalah satuan
pendidikan pada jalur formal yang diselenggarakan di luar negeri.
10. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya
disingkat LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.
11. Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat LPD
adalah lembaga yang bekerjasama dengan LPPKS yang menyelenggarakan Diklat
Calon Kepsek dan pendidikan dan pelatihan penguatan Kompetensi kepala sekolah.
12. Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang bertanggung jawab dalam
pembinaan Guru dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian.
13. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
(Sumber: peraturan direktur jenderal guru dan tenaga kependidikan kementerian
pendidikan dan kebudayaan nomor 26017/B.B1.3/HK/2018 tentang juknis penugasan guru
sebagai kepala sekolah)
B. Pemimpin dan Kepemimpinan
Istilah pemimpin dan kepemimpinan memiliki kata dasar yang sama akan
tetapi memiliki arti yang berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pemimpin adalah orang yang memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan,
dan berjalan di depan (preced). Pemimpin hendaknya bisa membantu orang lain
yang dipimpinnya dalam suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Stephen P. Robbin (dalam Andang, 2014: 38) mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok
anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan seorang
pemimpin dapat menentukan hasil dari suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpian adalah suatu rangkaian kegiatan dimana seorang pemimpin
mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan tertentu.
-
11
Danim dan Suparno (dalam Andang, 2014:38) memberikan definisi
kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi dan memberi arah yang
terkandung di dalam diri pribadi pemimpin. Sementara Bafadal (dalam Andang,
2014:38) menjelaskan kepemimpinan sebagai keseluruhan proses mempengaruhi,
mendorong, mengajak, dan menggerakan serta menuntun orang lain dalam proses
kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan paparan pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah bentuk kemampuan seseorang dalam memberikan dorongan
pengarahan, serta mengajak orang lain untuk bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
C. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
lembaga. Armstrong (dalam Munir 2008: 30) mengatakan bahwa kinerja dan hasil
kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang yang ada dalam
lembaga tersebut. Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang
ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya akan memunculkan hasil
kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai
sasaran atau tujuan lembaga itu sendiri.
Wahjosumidjo (2010: 431) mendefinisikan kinerja sebagai sumbangan secara
kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan
-
12
kelompok dalam suatu unit kerja. Dengan kata lain, kinerja adalah prestasi,
kontribusi sumbangan, atau hasil kerja seseorang. Bernardin dan Russell (dalam
Munir 2008: 30) mengemukakan bahwa kinerja adalah catatan hasil atau keluaran
yang dicapai pada suatu fungsi jabatan atau kegiatan tertentu pada satu kurun waktu
tertentu. Hal senada juga di ungkapkan oleh Wirawan (2009: 5) yaitu kinerja adalah
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Dari paparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah gambaran dari hasil kerja atau sumbangan secara
kualitatif dan kuantitatif seseorang untuk membantu tercapainya suatu tujuan dalam
kurun waktu tertentu.
2. Indikator Kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung
yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Fajarwati (2013)
mengkategorikan indikator kinerja ke dalam kelompok, di antaranya:
a. Masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan
output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan
sebagainya.
b. Keluaran (outputs), adalah segala sesuatu berupa produk atau jasa (fisik atau
non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan
program berdasarkan masukan yang digunakan.
-
13
c. Hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran
seberapa jauh setiap produk atau jasa dapat memenuhi keutuhan dan
harapan masyarakat.
d. Manfaat (benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan
langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat
diakses oleh publik.
e. Dampak (impacts), adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Indikator-indikator tersebut
secara langsung dapat mengidentifikasikan sejauh mana keberhasilan
pencapaian sasaran.
Dalam hal yang sama, Robbin (2006:260) mengungkapkan bahwa
indikator untuk mengukur kinerja ada 5 yaitu:
a. Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
b. Kuantitas
Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
-
14
c. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
d. Efektivitas
Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian
Kemandirian merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya
akan dapat menjalankan fungsi kerjanya. Komitmen kerja merupakan
suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan
instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya, faktor-faktor tersebut akan
menjadi acuan untuk dirinya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan
secara seksama. Harsoy dan Blancharada (dalam Abdillah, 2013)
mengungkapkan bahwa ada 7 faktor yang mempengaruhi kinerja, diantaranya:
a. Ability merujuk pada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
karyawan sebagai aspek kemampuan untuk menyelesaikan tugas tertentu
dengan sukses. Kunci dari kemampuan mencakup pendidikan (pelatihan
formal-nonformal seperti pelatihan khusus, pengarahan) pengalaman dan
keterampilan yang relevan dengan pekerjaan.
-
15
b. Clarity merujuk pada suatu pemahaman dan penerimaan dari apa yang
dikerjakan, kapan mengerjakan dan bagaimana menyelesaikan tugas yang
diberikan untuk karyawan membutuhkan kejelasan tentang tujuan dan
sasaran dan bagaimana mencapainya.
c. Help merujuk pada dukungan organisasi yang dibutuhkan karyawan
misalnya: cukup anggaran, peralatan, fasilitas dukungan dan bagian lain
dalam organisasi termasuk kualitas sumber daya manusia.
d. Incentive merujuk pada insentif karyawan yang relevan karena tugasnya
untuk memotivasi menyelesaikan pekerjaan. Motivasi karyawan dapat
berupa ganjaran intrinsik dan ekstrinsik.
e. Evaluation mengacu pada pembinaan terus menerus dan upaya pemberian
baik terhadap prestasi kerja, seseorang seharusnya mengetahui mengapa
dirinya dinilai. Banyak masalah prestasi kerja disebabkan miskinnya
pengarahan.
f. Validity keputusan dibidang sumber daya manusia diperlukan demi
hukum. Keputusan yang adil dan berdasarkan kebijakan perusahaan harus
jelas memerlukan dokumentasi.
g. Environment merujuk pada faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja yaitu berupa persaingan, perubahan kondisi pasar,
peraturan perusahaan, pemasok dan lainnya.
Abdillah (2013) mengungkapkan bahwa kinerja kepala sekolah bukan
sesuatu yang berdiri sendiri, dia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor eksternal berkaitan dengan sistem
utama sekolah yakni otoritas yang secara hierarki berada di atasnya
seperti Dinas Pendidikan Kecamatan, Dinas Pendidikan Kabupaten, serta
Pemerintah Daerah Setempat. Sistem utama ini jelas berpengaruh pada
kinerja kepala sekolah, sebab Dinas Pendidikan punya peran koordinasi,
pengawasan dan Pembinaan terhadap sekolah-sekolah termasuk kinerja
-
16
kepala sekolah, sedangkan faktor internal berkaitan dengan kemampuan
atau keterampilan kepala sekolah, serta kualitas individu kepala sekolah
itu sendiri seperti sikap, minat, persepsi, kebutuhan, kompensasi, serta
kepribadian yang semua ini akan berpengaruh terhadap kepala sekolah
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peran dan fungsinya dalam
proses pendidikan di sekolah. Seorang kepala sekolah perlu memiliki
kemampuan atau keterampilan dalam hal konsep, teknis dan
kemanusiaan (Conseptual Skill, Technical Skill, Human Skill)
.
4. Kompetensi Kepala Sekolah
Permendiknas no. 28 tahun 2010 menyatakan bahwa kepala sekolah adalah
guru yang menerima tugas tambahan. Dalam peraturan menteri ini dimaksudkan
dengan sebagaimana yang akan dijabarkan sebagai berikut tentang permendiknas
no. 28 tahun 2010:
Tabel 2.2 Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah
No Ketentuan
1. Kepala sekolah/ madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin
taman kanak-kanak/raudhoyul athfal (TK/RA). Taman kanak-kanak luar biasa
(TKLB), sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa
(SDLB), sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah
menengah luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/ madrasah aliyah (SMA/MA),
sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI)
atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).
2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
3. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/ madrasah adalah suatu tahapan dalam
proses penyiapan calon kepala sekolah/madrasah melalui pemberian pengalaman
pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah/ madrasah
yang diakhiri dengan penilaian sesuai standart nasional.
4. Penilaian akseptabilitas adalah penilaian calon kepala sekolah/ madrasah yang
bertujuan untuk menilai ketetapan calon kepala sekolah/ madrasah dimana yang
bersangkutan akan diangkat dan ditempatkan.
5. Kompetensi kepala sekolah/ madrasah adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan
pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi,
dan sosial.
6. Komite sekolah/ madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/
wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
7. Sertifikat kepala sekolah/ madrasah adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru bahwa yang bersangkutan telah memenuhi kualifikasi dan
kompetensi untuk mendapat tugas tambahan sebagai kepla sekolah/ madrasah.
8. Penilaian kinerja adalah suatu proses menentukan nilai kinerja kepala sekolah/
madrasah dengan menggunakan patokan-patokan tertentu.
9. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah proses dan kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional kepala sekolah/
madrasah yang dilaksanakan berjenjang, bertahap, dan berkesinambungan dalam
rangka meningkatkan manajemen dan kepemimpinan sekolah/ madrasah.
-
17
10. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
11. Kementerian adalah kementerian yang menangani urusan pemerintah dalam bidang
pendidikan nasional.
12. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintah dalam bidang pendidikan
nasional.
13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional
dan Kementerian Agama sesuai kewenangannya.
14. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota.
15. Kantor wilayah kementerian agama/ kantor kementerian agama kabupaten/ kota adalah
perwakilan Kementerian Agama tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/ kota.
16. Dinas kabupaten/ kota adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di
provinsi.
17. Dinas provinsi adalah dinas yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di
kabupaten/ kota.
18. Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah/
madrasah.
(Sumber: Permendiknas no. 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah/madrasah)
Menurut permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang standart kepala sekolah,
seorang kepala sekolah harus mempunyai beberapa kompetensi yaitu kompetensi
kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi
supervisi dan kompetensi sosial. Berikut penjabaran kompetensi tersebut:
Tabel 2.3 Kompetensi Kepala Sekolah
No. Dimensi Kompetensi Kompetensi
1. Kepribadian a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi
komunitas di sekolah atau madrasah.
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah atau madrasah.
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah atau madrasah.
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Manajerial a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah atau madrasah sesuai dengan kebutuhan.
c. Memimpin sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah atau madrasah
secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah atau madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah atau madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta
didik.
-
18
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah atau
madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan
kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan
nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan
efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah atau madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah atau madrasah.
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah atau madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di sekolah atau madrasah.
n. Mengelola sistem informasi sekolah atau madrasah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah atau
madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah
dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
3. Kewirausahaan a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah atau madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah atau madrasah.
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah atau
madrasah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah atau madrasah
sebagai sumber belajar
peserta didik.
4. Supervisi a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi
yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5. Sosial a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah atau madrasah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
-
19
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
(Sumber: Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang standart kepala sekolah)
Berikut adalah peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia nomor 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah.
Tabel 2.4 Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
No Ketentuan
1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan
pendidikan yang meliputi taman kanak kanak (TK), taman kanak kanak luar biasa
(TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah luar biasa (SMPLB), sekolah menengah kejuruan
(SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di Luar
Negeri.
2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, serta menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
3. Kompetensi adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang melekat pada dimensi
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, sepervisi, dan sosial.
4. Pendidikan dan Pelatuhan Calon Kepala Sekolah adalah penyiapan kompetensi calon
Kepala Sekolah untuk memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan dalam memimpin sekolah.
5. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah program dan kegiatan peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional Kepala Sekolah yang dilaksanakan
berjenjang, bertahap dan berkesinambungan terutama untuk peningkatan manajemen,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan.
6. Dinas Provinsi adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di wilayah
provinsi.
7. Dinas Kabupaten/Kota adalah dinas yang bertanggungjawab di bidang pendidikan di
daerah kabupaten/kota.
8. Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut SILN adalah satuan
pendidikan pada jalur formal yang diselenggrakan di luar negeri.
9. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya disebut
LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Direktotar Jendral yang menangani
pendidikan dan tenaga kependidikan.
10. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
11. Direktur Jendral adalah direktur jendral yang bertanggungjawab dalam pembinaan
Guru dan tenaga kependidikan di lingkungan Kementrerian.
(Sumber: Permendiknas no. 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah)
D. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat di mana terjadi interaksi antara guru dan murid yang menerima pelajaran
(Wahjosumidjo, 2010: 83). Kepala sekolah haruslah bisa memberi motivasi atau
-
20
pengaruh yang bersifat positif kepada guru dan murid agar nantinya proses belajar
mengajar akan terlaksana dengan baik dan menyenangkan.
Menurut Daryanto (2011: 80), kepala sekolah merupakan bagian dari personel
di sebuah sekolah yang memiliki tanggung jawab serta peran penting terhadap
seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan
tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan
dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Kepala madrasah atau kepala sekolah merupakan pemimpin sekaligus manajer
pada suatu institusi pendidikan. Ia sebagai salah satu kunci jaminan berhasil atau
tidaknya institusi tersebut mencapai tujuan yang telah direncanakan Abdullah
Munir (2008: 29). Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut agar mampu
memberikan atau menciptakan ide-ide kreatif serta inovatif guna mencapai tujuan
yang telah direncanakan bersama.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah
adalah untuk memimpin, mengarahkan, dan memotivasi serta menciptakan ide-ide
baru serta inovatif guna berlangsungnya proses belajar mengajar dengan lancar dan
menyenangkan, serta sekolah juga dapat mencapai tujuan dan visi misi dengan baik
sesuai dengan apa yang diharapkan. Mulyasa (2007: 98) mengungkapkan bahwa
peran kepala sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Kepala Sekolah sebagai Educator
Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor
pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama
-
21
dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap
pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala
sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi
kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya
pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi keasrsipan dan
mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif
dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya
adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah
bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu,
-
22
salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai sepervisor, yaitu mensupervisi
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus di wujudkan dalam kemampuan
menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan
hasilnya. Kemampuan menyusun supervisi pendidikan harus di wujudkan dalam
penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk
kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,
laboraturium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan
harus di wujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus di wujudkan dalam pemanfaatan
hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan
hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.
e. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumidjo (dalam Mulyasa 2007: 115)
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus di wujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam
-
23
kemampuan: (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan nonguru), (2)
memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3) menyusun program
pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritik dari
berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya. Pemahaman visi dan misi
sekolah akan tercermin dari kemampuan untuk: (1) mengembangkan visi sekolah
(2) mengembangkan misi sekolah, dan (3) melaksanakan program untuk
mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan
akan tercermin dari kemampuannya dalam: (1) berkomunikasi secara lisan dengan
tenaga kependidikan di sekolah, (2) menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3)
berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan
sekolah. Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:
(1) berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, (2)
menuangkan gagasan dalam bentuk lisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan
orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
f. Kepala sekolah sebagai Inovator
Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-
model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai motivator akan
tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,
integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan.
-
24
g. Kepala sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
(PSB).
E. Pendidik Profesional
1. Guru sebagai Pendidik Profesional
Profesi guru dalam menyelenggarakan pendidikan telah mendapat pengakuan
dari Undang-undang Sisdiknas nomer 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”. Dalam UU Sisdiknas nomer 20 tahun 2003 pasal
39 ditegaskan lagi bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik pada perguruan tinggi.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa guru bukan hanya seseorang yang
menjajakan materi pelajaran di depan kelas, bukan sekedar transfer of knowledge,
melainkan tugas utama adalah sebagai pendidik profesional yang mampu
memuliakan kemanusiaan manusia sesuai dengan kaidah ilmu pendidikan.
-
25
2. Guru Profesional dan Pendidikan Berkualitas
Pada saat ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia telah memasuki era
profesional. Hal ini ditandai oleh penegasan bahwa “pendidik merupakan tenaga
profesional” (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 ayat 2), dan pada UU No. 14 tahun
2005 dijelaskan lagi bahwa “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.
Sebagai langkah kongkret berikutya dalam menjadi guru profesional
berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 pemerintah juga telah menetapkan
kualifikasi akademik yang harus dipenuhi oleh seorang guru yaitu pendidikan
minimal Diploma IV atau Sarjana (S1). Untuk menindak lanjuti peraturan
pemerintah ini sekarang pemerintah selalu mendorong agar guru yang belum S1
harus kembali ke kampus untuk melanjutkan pendidikan agar sesuai dengan
kualifikasi yang dipesyaratkan.
Di samping itu juga ditetapkan Standar Kompetensi Pendidik, bahwa ada
empat kompetensi inti yaitu Kompetenti Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,
Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Proseional. Bagi guru yang telah memenuhi
persyaratan akademik tersebut, pemerintah juga telah melakukan prosedur tertentu
untuk memperoleh predikat profesional. Prayitno (dalam Nana Sepriyanti, 2012)
menyatakan bahwa prosedur yang telah dan mulai dikembangkan adalah:
a. Serifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan
portofolio.
-
26
b. Sertifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan pola
pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG/PLPG-BK).
c. Program Pendidikan Profesi, (PPG untuk guru pengampu mata pelajaran dan
PPK untuk guru BK).
Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas, diharapkan profesi pendidik
akan menjadi profesi bermartabat, adapun kemartabatan profesi menurut
Prayitno (dalam Nana Sepriyanti, 2012) antara lain:
1. Bermanfaat, artinya pelayanan pendidikan yang diberikan oleh guru benar-
benar dirasakan manfaatnya oleh peserta.
2. Bermandat, artinya bahwa yang akan menjadi guru ke depan adalah guru yang
memiliki kewenangan dan memperoleh pendidikan secara khusus melalui
program pendidikan profesi.
3. Diakui secara sehat, artinya pemerintah dan masyarakat mengakui keberadaan
dan kebermanfaatan profesi tersebut.
Selanjutnya tentang mutu pendidikan, Sidi (dalam Nana Sepriyanti, 2012)
menyatakan bahwa upaya peningkatakan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
1. Pertama, pembenahan kurikulum pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan dan keterampilan dasar minimal (minunim basic skills),
menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning), dan membangkitkan
sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi para siswa.
2. Kedua, peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme tenaga
kependidikan sesuai dengan kebutuhan mereka melalui pendidikan dan
-
27
pelatihan, melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), dan
lembaga diklat profesional.
3. Ketiga, penetapan standar kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan yang menjadi persyaratan bagi setiap lembaga pendidikan dasar
dan menengah, sehingga sekolah dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar secara operasional.
4. Keempat, pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah
(PMPBS) sebagai upaya pemberian otonomi pedagogis kepada guru dan kepala
sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka
dapat melakukan yang terbaik untuk meningkatkan prestasi siswa dan kinerja
sekolah serta dapat bertanggung jawab kepada orang tua dan masyarakat
tentang kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dicapai.
5. Kelima, penciptaan iklim dan suasana kompetitif dan koperatif antar sekolah
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas siswa dan sekolah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Jika profesi guru telah benar-benar dirasakan manfaatnya oleh peserta didik,
praktik pembelajaran telah hijrah dari teaching kepada learning, sangat
dimungkinkan pembelajaran bermakna dapat dirasakan oleh peserta didik. Seorang
guru melakukan pekerjaannya bukan hanya sekedar mencari nafkah lahiriah, akan
tetapi didorong oleh rasa cinta, kesetiaan dan tanggung jawab segala pekerjaannya
dilakukan untuk sesuatu yang mulia, sesuatu yang luhur dan sesuatu yang sejati.
Andreas Harefa (dalam Nana Sepriyanti, 2012).
-
28
F. Kajian Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bustan (2013). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin dan pendidik. Hasil
analisis data menunjukan: (1) Pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai guru
di SD Negeri 06 Kecamatan Delta Pawan telah dilaksanakan dengan baik
terutama dalam mengelola waktu untuk melaksanakan tugas akademik sebagai
guru adalah dengan pemilihan hari mengajar yang dianggap tidak terlalu
banyak kegiatan kepala sekolah yang berhubungan dengan Dinas Pendidikan
yaitu pada hari Jum’at dan Sabtu; (2) Pengelolaan tugas kepala sekolah sebagai
pemimpin yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Negeri 06 Kecamatan Delta
Pawan meliputi transformasi Visi dan Misi dengan melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen dalam pengelolaan sumber daya sekolah (sarana, prasarana,
guru dan staf).
2. Vivi Rusmawati (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru pada
SDN 018 Balikpapan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kepala
sekolah SDN 018 Balikpapan melaksanakan perannya sebagai manajer dengan
memberdayakan guru melalui kerjasama, dan melibatkan guru dalam
pengambilan keputusan; sebagai administrator dengan mengelola administrasi
dan keuangan; sebagai supervisor dengan melakukan pengawasan dan
penyusunan program supervisi pendidikan; sebagai pemimpin dengan
memberikan petunjuk, meningkatkan kemauan guru, dan membuka
-
29
komunikasi dua arah; sebagai motivator dengan memberikan motivasi kepada
guru, serta mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja.
Mengacu pada penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa kedua penelitian
terdahulu membahas tentang peran kepala sekolah, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada kinerja atau hasil kerja kepala sekolah.
G. Kerangka Pikir
Kerangka pikir analisis kinerja kepala sekolah di SDN Sokarame Paseser III
adalah sebagai Berikut:
-
30
ANALISIS KINERJA KEPALA SEKOLAH
Kondisi Ideal
Peran ideal kepala sekolah
yaitu memimpin, mengarahkan,
memotivasi serta menciptakan
ide inovatif.
Kondisi Lapangan
Peran kepala sekolah di
lapangan bukan hanya sebagai
pemimpin, akan tetapi
bertindak sebagai pendidik.
Jenis Penelitian:
Kualitatif
Pendekatan:
Deskriptif
Teknik
Pengumpulan Data:
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
HASIL DATA DAN LAPORAN PENELITIAN
Deskripsi dari hasil data tentang kinerja kepala sekolah, kendala
yang dihadapi kepala sekolah serta hasil yang dicapai oleh
kepala sekolah selama menjadi pemimpin serta pendidik di
SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Temuan Unik
Kepala sekolah menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin dan
pendidik di SDN Sokarame
Paseser III Nonggunong Sumenep.
Analisis Data:
1. Reduksi Data
2. Analisis Data
3. Verifikasi
-
31
Berdasarkan diagram kerangka pikir di atas maka dapat diuraikan keterangan
sebagai berikut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi ideal serta
kondisi lapangan yang ada di SDN Sokarame Paseser III. Kondisi ideal yang
seharusnya dilakukan kepala sekolah pada umumnya yaitu memimpin,
mengarahkan, dan memotivasi serta menciptakan ide-ide baru serta inovatif guna
berlangsungnya proses belajar mengajar dengan lancar dan menyenangkan, serta
sekolah juga dapat mencapai tujuan dan visi misi dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan. Sedangkan kondisi di lapangan pada saat penelitian, kepala
sekolah juga ikut andil dalam proses pembelajaran. Fokus permasalahan itu sendiri
yaitu kepala sekolah yang menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dan pendidik
di SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep. Penelitian ini disusun secara
sistematis dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara serta dokumentasi yang dilakukan secara langsung pada subyek
penelitian yaitu kepala sekolah SDN Sokarame Paseser III. Pengumpulan data
terhadap subyek penelitian akan menemukan informasi berdasarkan obyek
penelitian seperti kinerja kepala sekolah, faktor yang mempengaruhi kinerja kepala
sekolah, serta hasil yang dicapai oleh kepala sekolah selama menjabat sebagai
pemimpin dan pendidik di SDN Sokarame Paseser III Nonggunong Sumenep.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan deskriptif, dalam hal ini peneliti hanya
melakukan pengamatan serta mengumpulkan data-data dan tidak ikut langsung
dalam proses yang terjadi di lapangan. Setelah data terkumpul kemudian peneliti
melakukan proses oleh data dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data yang
pada nantinya akan menjadi hasil penelitian dalam bentuk laporan.