bab ii (a scaris lumbricoides)...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
1. Taxonomi
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Ascaridida
Super famili : Ascaridoidea
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (lineus :1758)
(Jeffry and leach RM, 1983)
2. Morfologi telur Ascaris lumbricoides
Di lihat dari morfologinya telur cacing Ascaris lumbricoides
terdiri dari telur yang telah di buahi (fertilized) dan telur yang tidak di
buahi (unfertilized).
Telur yang telah di buahi (fertilized) berukuran panjang antara
60 mikron dan 75 mikron, sedangkan lebarnya berkisar antara 40 dan
50mikron. Telur cacing ini mempunyai kulit telur yang tidak berwarna
yang sangat kuat. Di luarnya, terdapat lapisan albumin yang
permukaannya berdungkul (mamillation) yang berwarna coklat oleh
5
karena menyerap zat warna empedu. Di dalam kulit telur cacing masih
terdapat suatu selubung vitelin tipis, tetapi lebih kuat dari pada kulit
telur. Selubung vitellin meningkatkan daya tahan telur cacing Ascaris
terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai
1 tahun lamanya. Telur yang telah di buahi ini mengandung sel
telur(ovum) yang tidak bersegmen. Di tiap kutub telur yang berbentuk
lonjong atau bulat ini terdapat rongga udara yang tampak sebagai
daerah yang terang berbentuk bulan sabit.
Telur yang tidak di buahi (unfertilized) di jumpai di dalam
tinja, bila di dalam tubuh hospes hanya terdapat cacing betina. Telur
ini bentuknya lebih lonjong dengan ukuran sekitar 80X55 mikron.
Dindingnya tipis, berwarna coklat dengan lapisan albumin yang tidak
teratur.Sel telur mengalami atrofi, yang tampak dari banyaknya butir-
butir refraktil.Pada telur yang tidak di buahi tidak di jumpai rongga
udara. Di dalam tinja manusia kadang-kadang di temukan telur cacing
Ascaris yang telah kehilangan lapisan albuminnya, sehingga mungkin
sulit untuk menentukan diagnosis telur cacing.Sebagai pegangan,
adanya ovum yang besar di dalam telur cacing cukup untuk
menentukan jenis telur Ascaris.(Soedarto, 1991)
Gambar 1. Telur cacing Ascaris lumbricoides1. Telur yang fertilized (Telur dibuahi),2. Telur yang unfertilized (tidak dibuahi),3. Telur dengan kulit luar yang terkelupas (Soedarto, 1990)
3. Daur Hidup Ascaris lumbricoides
Telur yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva
di usus halus. Larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh
darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke
jantung menuju paru-paru, larva di paru-paru menembus dinding
alveolus, masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea.Dari trakea
larva menuju ke faring dan menimbulkan iritasi.Penderita akan batuk
karena adanya rangsangan larva ini. Larva di faring tertelan dan
terbawa ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi
dewasa. Mulai dari telur matang yang tertelan sampai menjadi cacing
dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan.(Jangkung Samidjo
Onggowaluyo, 2002)
Gambar 2. Siklus Hidup cacing Ascaris lumbricoides
4. Teknik Identifikasi
1. Metode Langsung
Salah satu metode pemeriksaan telur cacing yang paling sederhana
dan paling mudah dilakukan dalah pemeriksaan dengan teknik langsung.
Teknik ini dapat dikerjakan dengan menggunakan kaca penutup (deck
glass) maupun tanpa kaca penutup (sedian apus). (Pinardi Hadidjaja,
1994).
Prinsip dasar pembuatan sediaan dengan metode langsung yaitu,
membuat sediaan setipis mungkin yang tidak ada gelembung udara di
dalamnya. Pemeriksaan cara langsung ini hanya dapat memberikan hasil
secara kasar/kualitatif dengan hasil positif atau negatif saja.
Keuntungan pemeriksaan parasit seacara langsung yaitu mudah
dikerjakan, kemungkinan kesalahan tekniknya kecil dan tidak mudah
kering atau terkontaminasi dengan lingkungan sekitar. (Marlina, 2009)
Kerugian pemeriksaan secara langsung yaitu jika sampel terlalu
banyak maka preparat akan menjadi tebal yang menyebabkan telur sulit
untuk ditemukan karena tertutup oleh unsur-unsur lain dalam sampel, jika
sampel terlalu sedikit maka preparat menjadi terlalu tipis dan cepat kering
sehingga telur akan mengalami kerusakan. (Marlina, 2009).
2. Metode Tak Langsung
Salah satu metode pemeriksaan telur cacing adalah dengan metode
tak langsung. Dalam metode ini telur cacing tidak langsung dibuat sediaan
tetapi sebelum dibuat sediaan sample diperlakukan sedemikian rupa
sehingga telur cacing dapat terkumpul. Teknik konsentrasi merupakan
teknik yang sering dikerjakan karena cukup murah dan mudah dalam
pengerjaannya. Teknik tak langsung ini dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
sedimentasi (pengendapan) dan flotasi (pengapungan). (Harold W Brown,
1989).
a. Pengendapan atau Sedimentasi
Prinsip: dengan adanya sentrifugal akan dapat memisahkan antara
suspensi dan supernata sehingga telur cacing dapat terendap.
b. Pengapungan atau flotasi
Prinsip: berat jenis telur cacing lebih kecil daripada berat jenis NaCl
jenuh. Sehingga mengakibatkan telur cacing akan mengapung di
permukaan larutan.
(Soejoto dan Soebari, 1996).
Kelebihan dari metode tidak langsung dalam pemeriksaan parasit
adalah metode ini menghasilkan sediaan yang lebih bersih daripada
metode yang lain, karena kotoran-kotoran didasar tabung dan elemen-
elemen parasit ditemukan pada lapisan permukaan larutan. (Harold W
Brown, 1982).
Kekurangan dari metode tak langsung adalah larutan pengapung
yang digunakan pada metode ini dengan penggunaan berat jenis 1,200
tidak dapat mengapungkan telur karena berat jenis telur lebih dari 1,200
dan jika berat jenis larutan pengapung ditambah maka akan menyebabkan
kerusakan pada telur. (Harold W Brown, 1982).
5. Metode Sedimentasi
Prinsip : Dengan adanya sentrifugal akan dapat memisahkan antara
suspensi dan supernata sehingga telur mengendap.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Cacing Tanah di
Habitat Alami Adalah Sebagai Berikut:
a. Suhu
Suhu/temperature tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing
tanah 150C-250C. Suhu tanah yang lebih tinggi dari 250C masih
cocok untuk cacing tanah.
b. Kelembaban
Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-
50% namun kelembaban optimumnya pada 42%-60%.
Kemudian tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat
menyebabkan cacing berwarna pucat dan kemudian mati.
c. Keasaman Tanah
Keasaman tanah yang ideal untuk cacing tanah adalah pada
keasaman 6-7,2.
d. Bahan Organik
Yang merupakan pakan utama cacing tanah adalah bahan
organik yang umumnya mengandung protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan mineral.
7. Daya Tahan Telur Ascaris lumbricoides
Telur Ascaris lumbricoides tidak tahan dengan kekeringan,
walaupun telur ini lebih tahan dari pada telur Trichuris trichiura. Telur ini
akan rusak oleh sinar matahari langsung. Dalam 15 jam akan mati pada
suhu lebih dari 400C sedangkan pada suhu 500C mati dalam waktu satu
jam. Suhu kurang dari 80C sampai kurang dari 120C, walaupun mematikan
Trichuris trichiura, namun tidak mempunyai pengaruh terhadap telur
Ascaris lumbricoides. Didalam tanah tetap hidup pada suhu beku yang
biasa terhadap musim dingin (Jeffery dan leach, 1993).
8. Kontaminasi Pada Sayuran
Pada setiap hasil panen sayuran mengandung mikroorganisme dalam
jumlah tinggi. Selama persiapan pengolahan untuk proses pembekuan,
fermentasi, atau pengeringan. Sebagian besar mikroorganisme tersebut
terbuang atau mati. Berbagai proses yang dapat menghilangkan
sebagian mikroorganisme pada sayuran dan pengeringan (Ferdiaz,
srikandi, 1994).
Kontaminasi alamiah pada bahan pangan, dalam hal sayuran bisa
berasal dari tanah, air, atau udara. Kontaminasi yang berasal dari
sumber alam ini biasa terjadi sebelum pemanenan. Saat proses dan
penanganan pangan bisa berasal dari alat-alat yang bersinanggungan
dengan makanan, bahan pengepak/pembungkus dan personel yang
menangani. Sumber pencemaran alami yang penting adalah kotoran
atau tanah yang tercemar karena sanitasi yang buruk atau pemakaian
tinja sebagai pupuk (Dina, agoes, 1994).
Meskipun cacingan ini sering ditemukan pada linkungan yang
kumuh yang kurang bersih, namun yang tinggal ditempat yang bersih
tidak sama sekali bebas dari cacing, apalagi yang mengkonsumsi
lalapan mentah, mungkin saja sayur disupermarket terkontaminasi oleh
telur cacing Ascaris lumbricoides, karena pada suhu 80C-120C telur
Ascaris lumbricoides masih bisa bertahan.
Harus disadari akan bahaya yang potensial apabila digunakan tinja
manusia atau pupuk dan tinja hewan untuk menyuburkan tanaman
pangan. Telur Ascaris lumbricoides lebih sering ditemukan dengan
keadaan hidup dan infertil. Maka perlu penanganan yang baik dalam
pengolahan bahan pangan tersebut, misalnya pemanasan atau
perebusan.
9. Pengolahan Dengan Perebusan
Merebus adalah memasak bahan makanan dalam cairan hingga titik
didih (1000C). Cara mrebus ada 2 yaitu bahan masakan dimasukan
dalam cairan yang masih dalam keadaan dingin dan bahan masakan
yang dimasukan dalam cairan yang sudah mendidih (1000C). Untuk
sayuran yang mudah matang/empuk seperti terong, brokoli, kubis,
gambas membutuhkan waktu kira-kira 3-5 menit. Untuk sayuran yang
agak keras seperti labu siam, nangka, pepaya, lobak, dan sejenisnya
membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Perebusan adalah salah satu
cara yang efektif untuk menghindari kontaminasi telur cacing Ascaris
lumbricoides pada sayuran, karena pada dasarnya telur cacing Ascaris
lumbricoides tidak tahan dengan pemanasan.
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Suhuperebusan/pemana
san
Sinar Matahari Keutuhan telur Ascarislumbricoides
Lama Perebusan
FaktorMekanik
Lama perebusan Jumlah telur Ascarislumbricoides