bab i - pe kes
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis
plasmodium. Malaria merupakan suatu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada
negara-negara tropis. Malaria juga dapat menjadi suatu masalah bagi orang-orang yang
berkunjung ke negara-negara tropis tersebut. Jika anda bepergian atau traveling pada suatu
daerah tropis atau ke suatu negara dimana kasus malaria sering terjadi di sana, anda
sebaiknya berhati-hati akan rersiko penularan malaria dan lakukanlah tindakan pencegahan
sebelum terserang penyakit ini.
Memasuki musim penghujan malaria biasanya mudah terjadi, pemerintah dan
petugas kesehatan setempat menghimbau kepada masyarakat agar mewaspadai penyakit
malaria. Sebab musim hujan sangat rentan dengan perkembangbiakan nyamuk penyebab
malaria (anopheles). Hujan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara dan menambah
jumlah tempat perkembangbiakan (breeding places) dan terjadinya epidemi malaria. Besar
kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat
perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang
biaknya nyamuk Anopheles.
Pada hakikatnya malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi
pola kesakitan dan kematian di Indonesia yang mengindikasikan masih rendahnya cakupan
dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Sebagai salah satu rumpun penyakit
reemerging atau yang biasa diistilahkan sebagai penyakit yang dapat menular kembali
secara missal membuat penyakit malaria hingga saat ini masih menjadi ancamam serius
bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis dan subtropis, dimana pada kawasan
tersebut- malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa.
Dari data yang dimiliki oleh Kementrian Kesehatan, terdapat sekitar 500 juta
penduduk dunia terinfeksi penyakit malaria- dari jumlah tersebut lebih dari satu juta orang
meninggal dunia. Apabila kita telusuri lebih lanjut, maka ditemukan bahwa kasus terbanyak
1
menimpa masyarakat di Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa Negara bagian
Eropa- serta beberapa negara Asia tidak terkecuali Indonesia.
Dilihat dari data laporan puskesmas diatas menunjukan bahwa tingkat kejadian
Malaria paling tinggi dari penyakit lainnya yaitu dengan jumlah 30 orang, oleh karena itu
pemerintah dan petugas kesehatan setempat perlu melakukan penanganan serius terhadap
perkembangan penyakit Malaria.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis keadaan dan masalah (analisis keadaan) penyakit Malaria di Daerah
Mandailing Natal?
2. Bagaimana perumusan masalah secara spesifik tentang Malaria di Daerah Mandailing
Natal?
3. Bagaimana penentuan prioritas masalah tentang penyakit Malaria di Daerah Mandailing
Natal?
4. Bagaimana cara penentuan tujuan tentang penyakit Malaria di Daerah Mandailing
Natal?
5. Bagaimana cara penentuan alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan tentang penyakit
di Daerah Mandailing Natal?
6. Bagaimana memilih alternatif terbaik untuk penyakit Malaria di Daerah Mandailing
Natal?
7. Bagaimana cara penyusun alternatif terbaik menjadi rencana operasional pada penyakit
Malaria di Daerah Mandailing Natal?
8. Bagaimana cara penyusunan rencana sumber daya untuk pelaksanaan rencana kegiatan
tentang penyakit di Daerah Mandailing Natal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis keadaan dan masalah (analisis keadaan) penyakit Malaria di
Daerah Mandailing Natal
2. Untuk mengetahui masalah secara spesifik tentang Malaria di Daerah Mandailing Natal
2
3. Untuk mengetahui cara penentuan prioritas masalah tentang penyakit Malaria di Daerah
Mandailing Natal
4. Untuk mengetahui cara penentuan tujuan tentang penyakit Malaria di Daerah
Mandailing Natal
5. Untuk mengetahui cara penentuan alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan tentang
penyakit di Daerah Mandailing Natal
6. Untuk mengetahui memilih alternatif terbaik untuk penyakit Malaria di Daerah
Mandailing Natal
7. Untuk mengetahui cara menyusun alternatif terbaik menjadi rencana operasional pada
penyakit Malaria di Daerah Mandailing Natal
8. Untuk mengetahui cara penyusunan rencana sumber daya untuk pelaksanaan rencana
kegiatan tentang penyakit di Daerah Mandailing
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi
1. Analisis Keadaan dan Masalah
Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi
tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan,
dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia
seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh
kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-
perilaku lain yang melekat pada dirinya.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang
kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan
kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
4
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan
asma bronehial.
2. Analisis Derajat (Masalah) Kesehatan
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam
arti bebas dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan
mental. Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang
merupakan kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Indikator keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan
kesehatan, cakupan, target program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten,
propinsi, nasional) atau dibandingkan dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari
waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi.
Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif,
penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu.
Dalam menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan
metode dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan
dalam menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi
seperti morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
Penyakit malaria merupakan salah satu momok kesehatan masyarakat yang sangat
penting di dunia. Penyakit ini penyebab utama terjadinya kematian di banyak Negara
berkembang terutama pada anak-anak dan ibu hamil sebagai kelompok utama yang mudah
terinfeksi (Sembel, 2009). Malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan
menyerang 100 Negara dan 41% penduduk di dunia dalam kelompok yang beresiko
(Achmadi, 2008). Malaria menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas setiap
tahunnya (Rathnam, 2007). Malaria adalah penyakit infeksi utama di dunia, WHO
memperkirakan sekitar 41% populasi dunia dapat terinfeksi malaria (Sembel, 2009).
5
Malaria merupakan penyakit infeksi utama di dunia yang menginfeksi 170-300 juta orang
dengan angka kematian 1 juta orang pertahun diseluruh dunia.
Penelitian di Afrika menunjukkan penyebab mortalitas, pada tahun 2002 di laporkan
lebih dari 500 juta kasus malaria, 70% terjadi di Afrika, 25% di Asia Tenggara dan 5%
terjadi di Amerika Selatan dan di kawasan endemis lainnya (Harijanto, 2010). Malaria di
Indonesia merupakan peringkat ketiga penyebab kematian terutama di daerah endemis
(Sari, 2005). Malaria di jumpai hampir di seluruh pulau. Indonesia telah melakukan
pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka morbiditas
dan mortalitas masih cukup tinggi (Zein, 2003).
API (Annual Parasite Index) merupakan angka kejadian malaria yang dihitung per
1000 penduduk sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) untuk luar Jawa Bali di
Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2008 angka kesakitan malaria
sebesar 18,82 per 1000 penduduk dari 24,75 pada tahun 2005 (Depkes RI, 2008). Malaria
masih menjadi masalah kesehatan yang utama di provinsi Suamatera Utara. Berdasarkan
hasil laporan dinas kesehatan Sumatera Utara, terdapat 6 kabupaten yang dikatakan
endemic malaria, yaitu : Nias, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan dan
Tapanuli Selatan. Rata-rata terjadi 50.000 kasus malaria klinis/tahun, 9-10 orang meninggal
setiap tahun (Dinkes Sumut, 2009).
Kabupaten Mandailing Natal, tahun 2006 kasus malaria di kabupaten Mandailing
Natal di temukan 10.668 kasus atau AMI 25,78 per 1.000 penduduk dan 822 malaria parasit
positif atau API 1,98 per 1000 penduduk, tahun 2007 di temukan 13.064 kasus atau AMI
31,28 per 1000 penduduk dan 5.927 malaria parasit positif atau API 14,19 per 1000
penduduk, tahun 2008 meningkat menjadi 15,397 kasus atau AMI 36,34 per 1000
penduduk namun mengalami penurunan pada kasus malaria positif menjadi 1.704 kasus
atau API 4,02 per 1000 penduduk. Pada tahun 2008 malaria merupakan penyakit dengan
urutan kedua (15,1%) dari 10 penyakit terbesar di kabupaten Mandailing Natal (Dinkes
Mandailing Natal, 2008).
Puskesmas Naga Juang kabupaten Mandailing Natal kasus malaria ditemukan 150
orang malaria klinis pada tahun 2011 dan menjadi urutan ke 2 dari 10 penyakit terbesar di
Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal (Puskesmas Naga Juang, 2011).
6
Penyebaran penyakit malaria terkait dengan perilaku masyarakat sangat erat hubungannya
dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap bahaya malaria (Rathnam,
2007).
3. Analisis Situasi Kependudukan
Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu :
1) Umur
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena
malaria, namun umur juga dapat mempengaruhi seseorang untuk terkena malaria atau tidak
karena derajat kekebalan tubuh seseorang berbeda.
2) Jenis kelamin
Perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki,
namun kehamilanmenambah resiko malaria.
3) Pengalaman
Seseorang yang sudah pernah terjangkit malaria akan mempunyai pengalaman
sehingga orang tersebut dapat melakukan pencegahan-pencegahannya.
4) Sosial dan Ekonomi
Suatu keadaan dimana interaksi antara sesama individu terjadi secara terus menerus.
Dimana tingkat penghasilan dan keadaan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi situasi
penduduk tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Jenis pekerjaan setiap
orang juga berbeda-beda dan dari pekerjaan itulah yang membedakan tingkat penghasilan
seseorang. Orang yang berpenghasilan rendah biasanya tidak terlalu mementingkan
kesehatan mereka.
5) Fasilitas
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai dan persediaan obat-obatan yang lengkap
sehingga apabila ada warga yang terkena malaria dapat segera di berikan pertolongan.
4. Analisis Situasi Perilaku Kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat. Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah
7
tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini
adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan paradigma sehat menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif,
berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan
pengobatan.
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan dapat menggunakan
teori pengetahuan, sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya .
Perilaku seperti kebiasaan keluar rumah sampai larut malam akan mempermudah
seseorang untuk menderita penyakit Malaria, dimana vektornya bersifat eksofilik dan
eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat
tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas
malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa
pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
Menurut penelitian Yoga menyatakan bahwa keadaan kualitas rumah sangat
berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam rumah.
Penduduk dengan rumah dindingnya banyak berlubang beresiko sakit malaria dibandingkan
rumah penduduk yang dindingnya rapat (Yoga, 1999). Selain kawat kasa dan kualitas
rumah, keberadaan kandang ternak juga menjadi faktor terjadinya penyakit malaria,
menurut penelitian Akhsin yang menyatakan bahwa keberadaan kandang ternak disekitar
rumah yang buruk akan mempunyai resiko terkena malaria di bandingkan yang tidak
memiliki kandang ternak di sekitar rumah (Akhsin,2004).
Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria. Konflik antar penduduk
yang menimbulkan peperangan dan perpindahan penduduk, serta peningkatan pariwisata
dan perjalanan dari daerah endemik dapat menjadi faktor meningkatnya kasus malaria.
8
5. Analisis Situasi Lingkungan Kesehatan
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu salah satunya
lingkungan. Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri atas lingkungan internal dan
lingkungan hidup eksternal. Lingkungan hidup eksternal terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan biologi, lingkungan kimiawi, lingkungan sosial (Budiman, 2008).
1) Lingkungan Fisik
Faktor geografi dan meterorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi
malaria di Indonesia, seperti :
a. Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum
berkisar antara 20 - 30° C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa
inkubasi ekstrinsik. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies, pada suhu 26,7° C masa
inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P. falciparum dan 8-11 hari untuk P. vivax, 14-
15 hari untuk P. malariae dan P. ovale.
b. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk
memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi
lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya
epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis
vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
d. Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah, hal ini
berkaitan dengan menurunya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada
transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El -
nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering
9
ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah
2500 m diatas permukaan laut.
e. Angin
Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya
nyamuk ke dalam atau keluar rumah adalah salah satu faktor yang ikut mempengaruhi jarak
terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda – beda
Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang terkena sinar matahari langsung, An.
Hyrcanus spp dan An. pinctutatus spp lebih menyukai tempat terbuka sedangkan An.
barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar matahari.
g. Arus air
Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat,
sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air
tergenang.
2) Lingkungan Biologik
Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan salak, bakau,
lumut, ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva, karena ia dapat menghalangi sinar
matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan
pemangsa larva seperti ikan kepala timah (Panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain
lain akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula adanya hewan
piaraan seperti sapi, kerbau dan babi dapat mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada
manusia, bila ternak tersebut kandangnya tidak jauh dari rumah.
6. Analisis Situasi Program dan Pelayanan Kesehatan
1) Program Kesehatan
Adanya perhatian pemerintah dalam penanganan malaria contohnya dengan mengadakan
gerakan klambunisasi dan penyemprotan.
10
2) Sarana dan Tenaga Kesehatan
Ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan merupakan hal penting untuk
meningkatkan keterjangkauan masyarakat pada pelayanan kesehatan. Pada tahun 2001,
jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal terdiri atas 2 rumah sakit umum,
41 Puskesmas, 113 Puskesmas Pembantu, 38 Puskesmas Keliling, 48 balai pengobatan
swasta, 4 rumah bersalin, 5 balai kesehatan ibu dan anak, 1 gudang farmasi, 29 apotik, 3
laboratorium klinik, 261 toko obat berijin, dan 2.016 Posyandu. Sedangkan penyediaan
tenaga kesehatan meliputi 103 tenaga medis/dokter, 547 perawat, 378 bidan, 25 tenaga
farmasi, 40 ahli gizi, 87 teknisi medis, 60 sanitasi, dan 14 tenaga kesehatan masyarakat
(Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, 2002).
Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit Malaria di Kabupaten Mandailing Natal, pemerintah telah menyediakan tenaga
untuk mengelola program tersebut. Berikut ini disajikan jumlah tenaga pengelola program
tersebut.
Jumlah dan Jenis Tenaga Pengelola Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Malaria di Kabupaten Ciamis Tahun 2001
Jenis Jabatan/Tenaga Jumlah (orang) Jenis Jabatan/Tenaga Jumlah (orang)
Kepala Seksi P2M 1 JMD : - Organik (PNS) 22
20Assisten Entomologis 1- Non Organik
(harian)
Co. Ass. Entomologis 8 Kepala UPM 8
Mikroskopis 3 Kolektor 64
Mikroskopis Puskesmas 56 Regu Penyemprot 4
Sumber : Dinkes Kabupaten Mandailing Natal
B. Identifikasi Masalah
11
Pada hakikatnya malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi
pola kesakitan dan kematian di Indonesia yang mengindikasikan masih rendahnya cakupan
dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan. Sebagai salah satu rumpun penyakit
reemerging atau yang biasa diistilahkan sebagai penyakit yang dapat menular kembali
secara missal membuat penyakit malaria hingga saat ini masih menjadi ancamam serius
bagi masyarakat yang tinggal di daerah tropis dan subtropis, dimana pada kawasan
tersebut- malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa. Dari data yang dimiliki oleh
Kementrian Kesehatan, terdapat sekitar 500 juta penduduk dunia terinfeksi penyakit
malaria- dari jumlah tersebut lebih dari satu juta orang meninggal dunia.
Dilihat dari data laporan puskesmas diatas menunjukan bahwa tingkat kejadian
Malaria paling tinggi dari penyakit lainnya yaitu dengan jumlah 30 orang, oleh karena itu
pemerintah dan petugas kesehatan setempat perlu melakukan penanganan serius terhadap
perkembangan penyakit Malaria.
Penyakit ini penyebab utama terjadinya kematian di banyak Negara berkembang
terutama pada anak-anak dan ibu hamil sebagai kelompok utama yang mudah terinfeksi
(Sembel, 2009). Malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan menyerang
100 Negara dan 41% penduduk di dunia dalam kelompok yang beresiko (Achmadi, 2008).
Malaria menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas setiap tahunnya (Rathnam,
2007). Malaria adalah penyakit infeksi utama di dunia, WHO memperkirakan sekitar 41%
populasi dunia dapat terinfeksi malaria (Sembel, 2009). Malaria merupakan penyakit
infeksi utama di dunia yang menginfeksi 170-300 juta orang dengan angka kematian 1 juta
orang pertahun diseluruh dunia.
Penelitian di Afrika menunjukkan penyebab mortalitas, pada tahun 2002 di laporkan
lebih dari 500 juta kasus malaria, 70% terjadi di Afrika, 25% di Asia Tenggara dan 5%
terjadi di Amerika Selatan dan di kawasan endemis lainnya (Harijanto, 2010). Malaria di
Indonesia merupakan peringkat ketiga penyebab kematian terutama di daerah endemis
(Sari, 2005). Malaria di jumpai hampir di seluruh pulau. Indonesia telah melakukan
pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka morbiditas
dan mortalitas masih cukup tinggi (Zein, 2003).
12
API (Annual Parasite Index) merupakan angka kejadian malaria yang dihitung per
1000 penduduk sedangkan AMI (Annual Malaria Incidence) untuk luar Jawa Bali di
Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2008 angka kesakitan malaria
sebesar 18,82 per 1000 penduduk dari 24,75 pada tahun 2005 (Depkes RI, 2008). Malaria
masih menjadi masalah kesehatan yang utama di provinsi Suamatera Utara. Berdasarkan
hasil laporan dinas kesehatan Sumatera Utara, terdapat 6 kabupaten yang dikatakan
endemic malaria, yaitu : Nias, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan dan
Tapanuli Selatan. Rata-rata terjadi 50.000 kasus malaria klinis/tahun, 9-10 orang meninggal
setiap tahun (Dinkes Sumut, 2009).
Kabupaten Mandailing Natal, tahun 2006 kasus malaria di kabupaten Mandailing
Natal di temukan 10.668 kasus atau AMI 25,78 per 1.000 penduduk dan 822 malaria parasit
positif atau API 1,98 per 1000 penduduk, tahun 2007 di temukan 13.064 kasus atau AMI
31,28 per 1000 penduduk dan 5.927 malaria parasit positif atau API 14,19 per 1000
penduduk, tahun 2008 meningkat menjadi 15,397 kasus atau AMI 36,34 per 1000
penduduk namun mengalami penurunan pada kasus malaria positif menjadi 1.704 kasus
atau API 4,02 per 1000 penduduk. Pada tahun 2008 malaria merupakan penyakit dengan
urutan kedua (15,1%) dari 10 penyakit terbesar di kabupaten Mandailing Natal (Dinkes
Mandailing Natal, 2008).
Puskesmas Naga Juang kabupaten Mandailing Natal kasus malaria ditemukan 150
orang malaria klinis pada tahun 2011 dan menjadi urutan ke 2 dari 10 penyakit terbesar di
Puskesmas Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal (Puskesmas Naga Juang, 2011).
Penyebaran penyakit malaria terkait dengan perilaku masyarakat sangat erat hubungannya
dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran keluarga terhadap bahaya malaria (Rathnam,
2007).
Perilaku seperti kebiasaan keluar rumah sampai larut malam akan mempermudah
seseorang untuk menderita penyakit Malaria, dimana vektornya bersifat eksofilik dan
eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat
tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas
malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa
pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
13
Menurut penelitian Yoga menyatakan bahwa keadaan kualitas rumah sangat
berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam rumah.
Penduduk dengan rumah dindingnya banyak berlubang beresiko sakit malaria dibandingkan
rumah penduduk yang dindingnya rapat (Yoga, 1999). Selain kawat kasa dan kualitas
rumah, keberadaan kandang ternak juga menjadi faktor terjadinya penyakit malaria,
menurut penelitian Akhsin yang menyatakan bahwa keberadaan kandang ternak disekitar
rumah yang buruk akan mempunyai resiko terkena malaria di bandingkan yang tidak
memiliki kandang ternak di sekitar rumah (Akhsin,2004).
Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria. Konflik antar penduduk
yang menimbulkan peperangan dan perpindahan penduduk, serta peningkatan pariwisata
dan perjalanan dari daerah endemik dapat menjadi faktor meningkatnya kasus malaria.
C. Menetapkan Prioritas Masalah
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis
plasmodium. Dalam kasus penyebaran penyakit malaria, kita seringkali melupakan akar
masalah mengapa penyakit tersebut bisa tersebar dan menelan korban jiwa dan serta
cenderung menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB ). Sejauh ini penyelesaian masalah atau
solusi yang umum dilaksanakan masih berkutat pada bagaimana mengobati orang yang
sakit malaria ataupun mengupayakan memberantas nyamuk sebagai vektor bagi penyebaran
parasit plasmodium yang menyebabkan tubuh seseorang menjadi sakit.
Oleh karena itu, berkaitan dengan penyebaran malaria ini, paling tidak ada tiga
faktor utama yang mesti mendapat perhatian bersama dan saling berhubungan satu sama
lain yaitu host (manusia atau nyamuk), agent (parasit plasmodium) dan environment
lingkungan) sehingga penyebaran malaria potensial terjadi apabila ketiga komponen
tersebut saling mendukung.
Program in diharapkan dapat berjalan dengan lancar, oleh karena itu dibutuhkan
kesadaran masyarakat dan tenaga ahli dalam masalah ini, disamping itu, teknologi yang
dibutuhkan juga harus ada dan memadai. Pemerintah telah menyiapkan sejumlah alat
14
pengasaapan atau alat fogging untuk pemberantasan nyamuk. Jika program ini berhasil,
tentunya akan membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat, petugas kesehatan
maupun pemerintah dan untuk kedepanya masyarakat dapat terjamin/terbebas dari penyakit
malaria .
D. Menentukan Tujuan
Mengurangi angka kesakitan dan kematian Malaria
E. Menyusun Alternatif Jalan Keluar
a. Dinas kesehatan dan petugas kesehatan diharapkan gencar melakukan pengasapan dan
pemberian abate di tempat penampungan genangan air, area persawahan tetapi kalau
tidak diikuti kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya, upaya akan sulit
tercapai.
b. Melakukan pelatihan pada petugas kesehatan terhadap penanganan malaria dengan
cepat tanggap secara dini, yang diharapkan dapat menemukan dan mengobati penderita
malaria dengan cepat dan mengadakan pengamatan secara dini terhadap keadaan yang
potensial terjadinya kejadian luar biasa KLB.
c. Pemda perlu menganggarkan dana yang dalam jumlah besar untuk pemberantasan
penyakit malaria pada masa yang akan datang.
d. Membentuk organosasi/kelompok anti malaria di masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitas memadai (alat fogging dan obat anti malaria)
e. Menggratiskan biaya pengobatan bagi pasien penderita malaria di setiap puskesmas
sampai dengan sembuh.
f. Memberantas vektor ( nyamuk penular malaria ) dengan mengikut sertakan kepedulian
dan peranserta masyarakat dalam menata lingkungannya secara kolaboratif dengan
upaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar, tentang proteksi diri, perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), serta memberikan pengetahuan bahayanya penyakit menular
malaria yang berkesinambungan untuk merubah perilaku masyarakat dalam
pemberantasan malaria, dengan melibatkan : PKK Desa/ Kelurahan , tokoh masyarakat,
tokoh agama dan guru sekolah serta seluruh stakeholders yang berkepentingan.
15
F. Memilih Prioritas Jalan Keluar
Dari bebeapa alternative jalan keluar yang ada diatas dapat diprioritaskan untuk
dijalankan yaitu sebagai berikut dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti halnya
untuk mencapai tujuan, evektif, efisien biaya, serta ketersediaan sumber daya manusia.
a. Memberantas vektor ( nyamuk penular malaria ) dengan mengikut sertakan kepedulian
dan peranserta masyarakat dalam menata lingkungannya secara kolaboratif dengan
upaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar, tentang proteksi diri, perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), serta memberikan pengetahuan bahayanya penyakit menular malaria
yang berkesinambungan untuk merubah perilaku masyarakat dalam pemberantasan
malaria, dengan melibatkan : PKK Desa/ Kelurahan , tokoh masyarakat, tokoh agama
dan guru sekolah serta seluruh stakeholders yang berkepentingan.
b. Melakukan pelatihan pada petugas kesehatan terhadap penanganan malaria dengan cepat
tanggap secara dini, yang diharapkan dapat menemukan dan mengobati penderita
malaria dengan cepat dan mengadakan pengamatan secara dini terhadap keadaan yang
potensial terjadinya kejadian luar biasa KLB.
G. Menyusun Alternatif Terbaik
Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya Waktu Pelaksanaan
Memberantasan
Vektor
Agar masyarakat
lebih peka terhadap
kewaspadaan
tentang malaria
untuk mewujudkan
masyakarat yang
sehat dan tangguh
terhadap kesehatan
yang mereka miliki
1. Ibu
2. Bapak
3. Anak-anak
4. Remaja
50.000.
000
Juni
2015
1. Kader
2. Petugas
Kesehatan
Melakukan
Pelatihan
Diharapkan dapat
menemukan dan
mengobati
1. Kader
2. Petugas
Kesehatan
10.000.
000
Juni
2015
Pemerintah
16
penderita malaria
dengan cepat dan
mengadakan
pengamatan secara
dini terhadap
keadaan yang
potensial terjadinya
kejadian luar biasa
KLB.
H. Penyusunan Rencana untuk Sumber Daya
BAB III
17
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
18
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV
/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia.
2. http://diskes.sumutprov.go.id
3. http://ganjenxpan.blogspot.com/2009/11/analisis-kualitatif-sikap-dan-
perilaku_24.html
4. http://geografi-kesehatan.blogspot.com/2009/09/analisis-wilayah-sebaran-
penyakit.html
5. http://herman-mamank.blogspot.com/2012/12/makalah-analisis-situasi-
keseahatan.html
6. http://id.wikipedia.org
7. www.sodiycxacun.web.id
8. http://www.madina.go.id
19