bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/2451/3/skripsi bab i-v.pdf · 2018. 10. 12. · yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentu tidak
selamanya berjalan baik sesuai dengan tujuan awal membangun
keluarga, namun ternyata ada beberapa faktor lain yang secara
sengaja atau tidak disengaja menjadi penghambat keharmonisan
hubungan keluarga tersebut. Salah satu akibat yang ditimbulkan
dengan adanya konflik tersebut ialah perceraian. Perceraian
bukan lagi hal asing di Indonesia, perceraian bisa dikatakan
sebagai hal yang lumrah dan sudah memasyarakat.
Perceraian merupakan kasus yang tidak asing di telinga,
karena hampir setiap hari kasus perceraian semakin marak
diberitakan di media elektronik. Baik di kalangan selebritis,
pegawai negeri, atau pun yang lainnya dengan penyebab dan
kasus yang berbeda-beda. Perceraian sendiri berarti melepaskan
ikatan pernikahan dan merupakan tindakan atau jalan terakhir
yang diambil pasangan suami isteri ketika perdamaian tidak bisa
dilakukan.1 Perceraian menjadi jalan yang dianggap baik oleh
segelintir orang yang dalam rumah tangganya sering mendapat
tindak kekerasan atau masalah-masalah lain yang memang tidak
lagi bisa diselesaikan kecuali dengan jalan perceraian. Namun,
1 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset ,2013), p. 401.
2
sangat disayangkan bahwa perceraian banyak sekali membawa
dampak kurang baik yang terkadang ini tidak terlalu diperhatikan
oleh kebanyakan orang, seperti halnya dituturkan oleh saudari
DM yang merupakan remaja bercerai dini, bahwa perceraian dini
dapat menimbulkan beban bagi perempuan yang diceraikan
sehingga akan menghambat segala aktivits, terlebih dampak
perceraian terjadi juga pada anak, mereka secara tidak langsung
menjadi korban atas apa yang dilakukan oleh orangtuanya,
kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtua bisa
menjadikan keadaan psikisnya terguncang.2
Dapat kita bayangkan bagaimana terlukanya seorang
remaja perempuan yang ditinggal suami tanpa nafkah. Hal ini
menjadikan keluarga bingung dan utamanya si istri karena
berkaitan dengan status perkawinannya.3 Perceraian karena
sebab pernikahan dini menjadikan keadaan perempuan tak jauh
lebih baik dari sebelumnya atau bahkan lebih sulit, sebab remaja
perempuan akan menjalani kehamilan tanpa ada yang
mendampingi dan menguatkan, belum lagi bayang-bayang masa
lalu kerap menghampiri seperti indahnya bersekolah, bercanda ria
bersama teman-teman sebayanya juga aktivitas-aktivitas lainnya
yang biasa dilakukan remaja pada umumnya yang sesuai dengan
usia dan perkembangannya.
2 Wawancara dengan DM, Remaja yang Bercerai Dini di Kp.
Tenjolahang, Wawancara tanggal 16 Maret 2017. 3 Elvi, Lusiana ,100 + Kesalahan dalam Pernikahan (Jakarta:
Qultum media, 2011), p. 286.
3
Selain itu penerimaan serta penilaian masyarakat terhadap
dirinya yang tidak lagi sama ini akan menambah cemas dan stres
pada remaja yang bercerai dini. Pada saat inilah remaja benar-
benar membutuhkan bimbingan dan layanan untuk mengurangi
dan menghilangkan rasa cemasnya dengan pendekatan -
pendekatan yang dilakukan oleh konselor dalam menangani
berbagai problem yang dihadapi oleh istri perceraian karena
sebab peernikahan dini ini.
Ada banyak cara untuk menangani kondisi psikologis istri
perceraian pernikahan dini ini, salah satu yang akan diangkat
adalah Logoterapi. Logoterapi ini menjelaskan tentang
bagaimana seseorag menemukan makna dari penderitaan yang
dialami sehingga klien akan mampu menjadikan dirinya terbebas
dari masalah yang dihadapi juga ia mampu menemukan nilai-
nilai positif darinya.4
manusia memiliki hak sama untuk mendapatkan
bimbingan dan layanan serta motivasi agar lebih semangat dalam
menjalani kehidupan serta mampu dalam menerima kenyataan
yang ada dan memperbarui kesalahan dengan amalan yang lebih
baik. Melihat fenomena yang terjadi saat ini yang berkaitan
dengan hal yang tertutur di atas, maka penulis tergugah untuk
melakukan penelitian bagaimana Teknik Logoterapi berperan
dalam menangani kondisi psikologis istri perceraian pernikahan
dini sehingga korban dapat menemukan nilai-nilai positif dari apa
4 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktik (Bandung:
Alfabeta, 2014), p. 75.
4
yang terjadi. Studi kasus di Desa Tenjolahang, Kecamatan Jiput,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data.5 Adanya rumusan
masalah ialah sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan
penelitiannya sehingga lebih terarah.
1. Bagaimana Kondisi Psikologis Istri Perceraian dari
Pernikahan Dini di Desa Tenjolahang
2. Bagimana Dampak Psikologis Istri Perceraian dari
Pernikahan Dini di Desa Tenjolahang
3. Bagaimana Penerapan Teknik Logoterapi Berbasis Islam
pada Istri Perceraian dari Pernikahan Dini di Desa
Tenjolahang
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah adalah acuan terhadap hasil seperti
apakah yang hendak dicapai dan tujuan masalah biasanya selalu
terkait atau hampir sama isi kalimatnya dengan rumusan masalah.
1. Untuk Mendeskripsikan Kondisi Psikologis Istri
Perceraian dari Pernikahan Dini di Desa Tenjolahang
2. Untuk Mendeskripsikan Dampak Psikologis Istri
Perceraian dari Pernikahan Dini di Desa Tenjolahang
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2016), p.35.
5
3. Untuk Mendeskripsikan Bagaimana Penerapan Teknik
Logoterapi Berbasis Islam pada Istri Perceraian dari
Pernikahan Dini di Desa Tenjolahang
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian lapangan terkait bagaimana
Logoterapi berbasis Islam dalam menangani kondisi psikologis
remaja korban perceraian dini diantaranya adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian teoritis ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang
Bimbingan dan Konseling Islam. Selain itu juga dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa khususnya jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam pada masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
rujukan teknik konseling oleh konselor dalam menangani
konseli serta dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah
dalam memberikan sosialisasi atau penyuluhan terhadap
remaja Indonesia yang cerdas dan berakhlakul karimah.
E. Telaah Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada
beberapa skripsi diantaranya adalah skripsi mahasiswi IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Ucu Sulasiah “Dampak
Perceraian Usia Lanjut Terhadap Kondisi Psikologis Pelaku dan
6
Keluarga”, skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana kondisi
psikologis lansia yang bercerai serta melihat reaksi apa yang
ditimbulkan korban pasca perceraian.6 Adapun perbedaan skripsi
penulis dengan Ucu Sulasiah ini adalah terletak pada objek yang
diteliti serta tindakan yang dilakukan dalam menetralkan kondisi
psikologis korban yang bercerai pasca perceraian.
Selanjutnya adalah skripsi yng ditulis oleh M.Faiq Al
Wafiri, mahsiswa jurusan Psikologi Uin Maulana Malik Ibrahim
dengan judul “ Terapi Fitrah (Modifikasi Logo Terapi
berdasarkan Tazkiyatunnafs Al – Ghazali), skripsi ini
menjelaskan mengenai Relevansi antara Logoterapi dengan
Tazkiyatun Nafs , menurutnya ditengah zaman yang sedang
mengalami kegersangan spiritual maka perlulah suatu metode
untuk seseorang agar hidupnya lebih bermakna dan modifikasi
Logoterapi berdasarkan Tazkiyatun Nafs adalah cara yang tepat
karena meskipun keduanya memiliki latar belakang berbeda
tetapi isinya sama, ini sangat pas digunakan sebagai sebuah
metode bagi orang yang hidup pada abad modern namun gersang
spiritual.7 Adapun perbedaan skripsi penulis dengan M.Faiq Al
Wafiri adalah lebih kepada bagaimana Logoterapi ini mampu
menangani kondisi psikologis remaja yaitu dengan melakukan
6 Ucu Sulasiah, Dampak Perceraian Usia Lanjut Terhadap Kondisi
Psikologis Pelaku dan Keluarga (Bimbingan Konseling Islam: IAIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten, 2015), p. 57. 7 M.Faiq Al Wafiri, Modifikasi Logo Terapi Berdasarkan
Tazkiyatunnafs Al Ghazali (Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2008), p.
108.
7
penelitin lapangan, berbincang langsung dengan korban serta
melakukan proses konseling berdasarkan teknik yang sesuai.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu data – data
hasil bersumber dari lapangan, juga menggunakan metode
atau pendekatan deskriptif kualitatif. Kualitatif disebut juga
sebagai jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan
yang tidak diperoleh dari alat-alat prosedur statistik atau
kuantifikasi lainnya.8 Sedangkan deskriptif, yaitu
memaparkan, menggambarkan dan menyelidiki keadaan atau
tentang apa yang terjadi di lapangan.9 Maka penulis
menguraikan keadaan atau gambaran-gambaran, fakta-fakta
yang terjadi tentang kondisi psikologis remaja pelaku
perceraian dini.
2. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian tentu peneliti
membutuhkan sumber yang akurat guna menegaskan hasil
penelitiannya. Adapun sumber data penelitian sendiri terbagi
menjadi :
8 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016), p. 15. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), p. 3.
8
a. Data Primer adalah data yang diambil dari sebuah
penelitian atau observasi yang dilakukan pada waktu
tertentu dan tidak bisa digeneralisasikan karena
hasilnya hanya menunjukan keadaan saat itu. Adapun
hasil datanya ini bisa diperoleh melalui
kuisioner,wawancara juga pengamatan terhadap obyek
tertentu.
b. Data Sekunder adalah suatu data yang sudah ada
dalam buku ataupun hasil labolatorium. Jadi untuk
mendapatkan data sekunder ini tidak harus melalui
proses sebagaimana data primer, karena data sekunder
sendiri adalah data-data yang sudah ada dan
dibukukan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
dengan menggunakan serta memperdayakan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, mengecap
ataupun meraba sebagai cara untuk mengumpulkan
informasi secara langsung di lapangan.10
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah teknik untuk
mencari data dengan melayangkan peertanyaan-
pertanyaan kepada narasumber yang dianggap dapat
10
Etta Mamang Sangdji dan Sopiah, Metode Penelitian (Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2010), p. 192.
9
memberikan informasi terkait permasalahan yang
sedang diteliti.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data yang sumber datanya dari dokumen
pribadi yang berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-
karya monumental dari seseorang.12
Dokumentasi juga
berarti mendaya gunakan informasi yang terdapat
dalam buku, diktat dan sumber lainnya yang tentunya
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Atau bisa juga gambar yang diambil ketika melakukan
penelitian langsung di lapangan.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinertpretasikan.13
Analisis data juga berarti menyusun secara sistematik serta
mengklasifikasikan seluruh data yang telah terkumpul baik
hasil dari wawancara ataupun dokumentasi, kemudian
dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian ini maka yang dianalisis adalah
tentang remaja, perceraian dan juga Logoterapi. Ketiga kunci
11
Mhsun, Metode Penelitian Bahasa (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013) , p. 250. 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi
(Bandung: Rosada, 2008), p. 329 13
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES), P.
70
10
itu akan dicari di lapangan dan setelah terkumpul lewat teknik
pengumpulan data maka akan dianalisis dan di klasifikasikan
berdasarkan jenis nya.
G. Sistematika Penulisan
Bab pertama, pendahuluan yang menjelaskan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat
penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab kedua, menjelaskan tinjauan teoritis mencakup
pengertian Logoterapi berbasis Islam, perceraian, Ragam kondisi
Psikologis.
Bab ketiga, menjelaskan kondisi objektif Desa
Tenjolahang baik dari sejarah, letak Geografis dan Demografis ,
kondisi Ekonomi, Sosial, Pendidikan, Agama dan Budaya
Masyarakat Desa Tenjolahang.
Bab keempat, menjelaskan bagaimana kondisi psikologis
istri perceraian pernikahan dini , dampak perceraian pernikahan
dini di Desa Tenjolahang serta penerapan Logoterapi berbasis
Islam dalam menangani kondisi psikologis istri perceraian
pernikkahan dini.
Bab kelima, penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Sejarah dan Pengertian Teknik Logoterapi Berbasis Islam
Logoterapi merupakan salah satu dari beberapa teknik
konseling yang digunakan dalam dunia konseling, Logoterapi
sendiri berasal dari kata Logos dari bahasa Yunani yang memiliki
konotasi “makna” dan “jiwa”. Terapi Logo sendiri ialah suatu
terapi yang dikembangkan oleh Viktor E.Frankl pada tahun 1938.
Ia lahir pada 26 Maret 1905 di Wina, Australia. Frankl adalah
putra dari orangtua yang berkebangsaan Yahudi. Ibunya adalah
keturunan dari keluarga Praha tua yang mapan, sedangkan
ayahnya adalah putra seorang penjilid buku berasal dari keluarga
miskin yag menjadi pegawai negeri kemudian menjadi direktur
departemen kesejahteraan pemuda pemerintah Australia.
Frankl tumbuh dan besar di lingkungan yang baik, ibunya
merupakan perempuan baik hati dan saleh, ayahnya pun seorang
laki-laki yang sangat religius serta memiliki sense of duty yang
kuat. Pencarian makna hidup oleh Frankl sudah dimulai pada usia
dini, ketika ia harus meninggalkan studinya di fakultas
kedokteran karena alasan finansial. Tapi hal itu tak lantas
membuatnya terpuruk, ia bahkan selalu mencari, merenungi
bahkan berusaha untuk memaknai setiap cerita hidup yang ia
jalani.
11
12
Asal mula Logoterapi dapat dilihat kembali pada
perjuangan awal untuk menemukan makna di dalam
eksistensinya. Frankl berkata bahwa pada masa mudanya “saya
harus melewati neraka keputusasaan karena tidak menemukan
makna dalam hidup, melewati nihilisme total dan mendasar,
sampai saya mampu mengembangkan imunitas terhadap
nihilisme. Saya mengembangkan Logoterapi”.
Tahun 1938-1942 ia menjadi spesialis di bidang
Neurologi dan Psikiatri, juga kepala bagian Neurologi, di Jewish
Hospital dan Wina. Namun, pada 1942 sampai 1945 Frankl diuji
dengan beberapa pengalaman hidup yang mengerikan. Ayah, ibu,
saudara dan istrinya meninggal di kamp-kamp konsentrasi,
kemudian ia menjadi tahanan di empat konsentrasi berbeda, yaitu
Theresiensdat, Auschwitz-Birkenau, Kaufering 111 dan
Turkheim. Tiba di Auschwitz, rambutnya dicukur gundul, naskah
buku pertamanya disita. Tiga tahun berikutnya, ia selamat dari
seleksi siapa yang harus hidup atau mati, kerja paksa, capos
(penjaga) yang brutal, pemukulan, gizi buruk, penyakit, lika-liku
nasib dan tantangan eksistensial untuk menemukan makna
hidup.14
Makna hidup itu harus dicari, karena dalam makna hidup
ada nilai- nilai positif yang tersimpan diantaranya ada nilai
kreatif, pengalaman dan sikap. Dengan tergalinya nilai positif
dari pemaknaan hidup ini akan menjadikan remaja bangkit dari
14
Richard Nelson-Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), p. 363-368
13
keterpurukan dan memulai hidup dengan semangat baru, serta
terbangunnya sikap percaya diri sehingga ia mampu beraktivitas
kembali seperti remaja seusianya.
Logoterapi merupakan madzhab yang menerapkan
metode yang tidak terlalu retrospektif (mengungkap masa lalu)
dan introspektif (mawas diri) serta lebih kepada pencarian makna
hidup yang harus dilakukan oleh seseorang dimasa depannya.15
Tetapi dalam hal menemukan makna hidup ini kadang
membutuhkan penggalian untuk memahami dengan
menjalaninya.
Logoterapi memfokuskan pada will to meaning
(kehendak untuk menemukan makna). Ini merupakan motivasi
mendasar yang ada pada diri manusia untuk mengukur sejauh
mana seseorang dapat menemukan makna hidupnya. Dan yang
bisa menemukan makna itu adalah dirinya sendiri dengan cara
melihat serta merenungi berbagai jenis kehidupan yang
menghampiri dirinya. Penemuan makna ini akan berbeda-beda,
tergantung pada sejauh mana ia mampu memahami diri dan
kehidupannya.16
Dalam Logoterapi ada nilai-nilai spiritual positif yang
dapat diambil serta bisa menjadi salah satu cara untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Dan ini sama seperti yang
diajarkan oleh Islam. Karena, Logoterapi adalah cara bagaimana
15
Viktor E. Frankl, Optimisme ditengah Tragedi: Analisis Logoterapi
(Bandung: Nuansa, 2008), p. 158 16
Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi…, p. 368, 374, 36.
14
seseorang memaknai kehidupannya mengarah kepada hal yang
lebih positif, menanamkan esensi keikhlasan akan takdir yang
memang tidak dapat dia ubah karena sudah menjadi ketentuan,
juga mengajarkan tentang berdamai dengan takdir dan percaya
bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik bagi
hambanya.
Ada satu cerita dari Khalifah Umar bin Khaththab yang
berencana untuk berkunjung ke Suriah. Tiba-tiba ada kabar
bahwa di daerah tersebut sedang terjadi wabah penyakit menular.
Maka kemudian Khalifah Umar memutuskan untuk tidak pergi ke
sana. Lantas sahabat bertanya pada umar, “Apakah Tuan hendak
lari dari takdir Allah ? “. Umar menjawab, “Aku lari dari takdir
Allah kepada takdir yang lain”.17
Dalam cerita ini dapat kita
ambil pointernya, yaitu hal-hal baik ataupun buruk senantiasa
menimpa, dan kita selaku manusia yang memiliki pengetahuan
dan potensi dapat memilih yang terbaik.
Berkaitan dengan hal diatas Allah Subhanahu Wataala
berfirman dalam QS. Ar-Ra’du : 11
“ Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang mengubahnya”. (QS.13:11)
Ayat tersebut memiliki relevansi dengan Logoterapi,
yakni setiap keadaan tidak akan penah bisa berubah kecuali ada
17
Abdul Halim Fathani,Ensiklopedi Hikmah Memetik Buah
Kehidupan di Kebun Hikmah (Jogjakart: Daarul Hikmah. 2008), p. 409
15
usaha dari diri sendiri untuk merubahnya. Dalam hal ini
penemuan akan makna hidup yang positif haruslah digali dan
dicari sendiri. karena, apapun yang menjadi penggerak itu adalah
diri sendiri.
Sejatinya setiap apapun yang menimpa diri telah
diperhitungkan kadarnya. Jika seseorang ditimpa musibah, maka
sungguh seseorang itu telah dijamin bisa melaluinya.
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Quran
Surat Al-Baqarah: 286
...
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya……” (QS. 2: 286).
Dunia Bimbingan Konseling mengenal Logoterapi
sebagai teknik konseling untuk menemukan makna hidup positif.
Begitupun dengan Bimbingan Konseling Islam, tidak hanya
mengenal teori dan teknik Bimbingan Konseling Barat,
melainkan juga yang berbasis keislaman. Adanya ayat-ayat
motivasi yang bersumber dari Alquran mampu menjadikan
konselor Islam lebih unggul.
Untuk menghadapi rumitnya masalah di era moderen
yang mana saat ini nilai-nilai saling bergeseran, jelas sangat
dibutuhkan penyeimbang untuk keduanya. Dan keseimbangan itu
16
diperoleh dari ajaran agama yang merupakan pedoman hidup
seseorang.18
Logoterapi berbasis islam yang dijadikan teknik terapi
dalam konseling oleh penulis ini diambil dari kitab “Khimiyaus-
sa’adah” karangan Imam Alghazali. Sedikit biografi mengenai
Alghazali, ia bernama lengkap Abu Hamid Muhammad ibnu
Ahmad Alghazali At-Tusi. Ia dilahirkan pada 450 H/1058 M di
Ghazal, Thus, Provinsi Khurasan, Republik Islam Iran. Beliau
merupakan asli keturunan Persia.19
Alghazali memang termasuk
anak cerdas yang belajar pada bebeapa guru luar biasa dan
berbagai ilmu seperti fiqih, kalam, logika dan lainnya sehingga
keberhasilannya dalam belajar ini menghantarkan ia menjadi
ilmuan yang terkenal seantero dunia.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ada 4 elemen
kebahagiaan, diantaranya mengenal diri, mengenal Allah,
mengenal dunia dan mengenal akhirat. Yang paling utama dan
harus diketahui bagi seseorang adalah mengenal dirinya sendiri.
sebagaimana hadits Rasulullah SAW, “siapa saja yang
mengetahui dirinya maka sungguh ia mengetahui Tuhannya”.
Ketika seseorang ingin menemukan hakikat kebahagiaan,
maka ia harus mampu mengenal dirinya. Mengenal diri yang
dimaksudkan disini adalah mengenalkan hakikat pada diri
sehingga tau siapa, apa dan bagaimana diri kita. Seperti dari mana
18
Etty, Mengelola Emosi: Tips Praktis Meraih Kebahagiaan…, p. 6 19
Sirajudin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya” (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005), p. 155
17
kita datang hingga sampai pada keadaan sekarang, untuk apa kita
diciptakan, akan kemana selepas ini, bagaimana kita mampu
meraih kebahagiaan dan dengan apa kita bisa mendapatkan
kepuasan.20
Bahagia yang sebenarnya adalah ketika seseorang
mampu menemukan makna hidup dengan mengenal diri yang
merupakan modal awal untuk mengenal dunia, akhirat dan Allah.
Kebahagiaaan yang abadi adalah kebahagiaan akhirat, tetapi
semua tidak akan tercapai jika selama di dunia tidak ada usaha
untuk meraihnya.
Elemen yang kedua adalah mengenal Allah, yakni dengan
merenungkan wujud dan sifat-sifatNya, maka manusia akan
sampai pada sebagian pengetahuannya tentang Allah. Merenungi
setiap sisi penciptaan-Nya di muka bumi ini termasuk diri kita
sendiri bisa membawa kita untuk lebih dekat dan mengenali
Allah dengan segala Kekuasaannya. Selanjutnya adalah elemen
dunia, dalam dunia ini Allah sajikan berbagai hal untuk menguji
manusia dan jiwanya apakah bisa tetap terpelihara cintanya
kepada Allah atau sebaliknya. Dunia terkadang menipu dan
memperdaya manusia, hal ini terbukti dengan adanya segelintir
orang yang sangat cinta dunia sehingga merasa akan kekal,
padahal cepat atau lambat dunia ini akan ditinggalkan. Adapun
elemen kebahagiaan yang terakhir adalah mengenal akhirat,
akhirat merupakan tempat bermuaranya manusia yang bersifat
abadi. Di akhirat terdapat surga dan neraka yang diperuntukan
20
Imam Al-Ghazali, Rasa’il Al-Ghazali (Jakarta: Diadit Media,
2008), p. 257
18
bagi manusia. Akan kemana manusia itu nanti menetap,
tergantung pada dirinya sendiri dalam melawan nafsu dunia
sehingga menjadikan derajatnya lebih tinggi dari Malaikat atau
lebih rendah dari binatang.21
B. Pengertian dan Penyebab Perceraian
Perceraian berasal dari bahasa Arab yaitu ithlaq yang
artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya
hubungan perkawinan, sedangkan menurut istilah ialah
melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami
istri.22
Dengan begitu, maka terputus semua hak-hak dan
kewajiban antara suami dan istri sebagaimana mereka masih
terikat dalam pernikahan.
Wilson mengartikan bahwa perceraian adalah berakhirnya
atau terputusnya hubungan perkawinan dan sebuah unit keluarga
dikarenakan salah satu dari pasangan meninggal dunia.23
Menurut
undang-undang no 1 tahun 1974 bahwa perceraian adalah
berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh pasangan suami
istri yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kematian.
Perceraian adalah akhir dari ketidakstabilan sebuah perkawinan
21
Al-Ghazali, Rasa’il Al-Ghazali…, p. 258-259 22
M.A.Tihami dan Sohari Sahrani,Fikih Munakahat (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), p. 229. 23
Kustini, Perceraian di Bawah Tangan (Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama, 2008), p. 16.
19
dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara
resmi diakui oleh hukum yang berlaku.24
Dua pengertian diatas mengenai perceraian memang
cukup jelas. Singkatnya, perceraian itu adalah suatu jalan yang
menyebabkan hukum kembali kepada asalnya. Maksudnya adalah
bahwa istri ataupun suami istri yang bercerai ini telah lepas hak
dan kewajiban antara keduanya sebagaimana dulu sebelum terikat
oleh akad nikah. Dibawah ini beberapa Firman Allah dalam Al
Quran mengenai talak.
Firman Allah Subhanahu Wataala dalam Quran Surat Al-
Baqoroh: 227
“Dan jika mereka berazam (bertetap hati untuk) talak,
maka sesungguhnya Allah maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (QS. 2: 227)
Firman Allah Subhanahu Wataala dalam Quran
Surat At-thalaq: 2
24
“Perceraian meurut uu no 1 tahun 1974,” https://kevinevolution.
Wordpress.com (diakses pada 10 feb 2018).
20
“Maka aapabila mereka telah mendekati akhir
idahnya, maka rujuklah (kembali kepada), mereka
dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil diantara kamu dan hendaklah kamu tegakkan
kesaksian itu karena Allah dan hari akhirat.
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan membukakan jalan keluar baginya”. (Qs. 65:
2)
Normalnya memang perceraian bisa terjadi karena
dijatuhkannya talak oleh suami. Ada dua definisi
mengenai talak, yaitu secara etimologis thaliq berarti unta
yang dlepaskan darinya tali yang mengekangnya lalu
dibebaskan di tempat penggembalaan. Sedangkan
menurut terminologis adalah melepaskan ikatan
pernikahan dengan kata thalak atau sejenisnya.25
Para
ulama pun berpendapat bahwa sahnya talak apabila suami
yang menjatuhkan talak itu berakal, baligh dan atas
kemauan sendiri tetapi jika suami itu adalah orang yang
gila, belum baligh dan karena paksaan maka meskipun
kata talak itu berasal darinya ini dianggap tidak sah.26
25
Yahya Abdurrahman al-Khatib, Fikih Wanita Hamil (Jakarta: Qisti
Press, 2005), p. 152-153 26
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al faifi, Ringkasan Fikih Sunah
Sayyid Sabiq (Jakrta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), p. 500.
21
Dalam pasal 71 poin D mengenai batalnya suatu
perkawinan disebabkan karena perkawinan melanggar
batas umur perkawinan sebagaimana ditetapkan dalam
pasal 7 undang-undang no 1 tahun 1974, yaitu pria sudah
mencapai usia 19 tahun dan perempuan 16 tahun.27
Jika melihat kasus yang diteliti, maraknya
perceraian dikarenakan adanya pernikahan dini.
Pernikahan yang dipaksakan untuk menutupi aib ataupun
Karena perjodohan, akan sangat rentan berujung pada
perceraian. Karena mawaddah dan warahmah di sana
tidak tumbuh.
Ketika perceraian sudah terjadi bukan berarti
masalah telah selesai, justru sebaliknya, akan terjadi
guncangan psikologis terutama bagi istri. Perubahan
emosi yang tidak terkendali karena penerimaan terhadap
takdir dan masih banyak lagi yang difikirkan. Hal seperti
ini jelas membutuhkan bimbingan agar si istri mampu
berdamai dengan takdirnya sendiri sehingga dapat
menjalani kehidupan dengan baik.
Perceraian bisa terjadi karena beberapa hal,
diantaranya adalah :
1. Kurang selektif dalam memilih pasangan
Untuk menciptakan rumah tangga sakinah,
mawaddah, warahmah dimulai sejak
27
Suparman Usman, Hukum Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001), p. 238.
22
seseorang memilih pasangan hidup. Hal ini
dilakukan aga kelak tercipta keluarga dan
keturunan yang baik. Adapun langkah yang
dapat diambil dalam memilih pasangan adalah
dengan mengikuti panduan sebagaimana hadis
Rasulullah: “wanita dikawini karena empat
hal; hartanya, keturunannya, kecantikannya
dan agamanya. Pilihlah wanita karena
agamanya maka akan terpelihara tanganmu”.
(HR Bukhari Muslim).28
Meski redaksi Hadits di atas menyatakan
ketentuan dalam memilih perempuan, tetapi ini
juga berlaku untuk memilih laki-laki. Saling
mengenal keadaan satu sama lain dengan tidak
ada yang ditutup-tutupi akan membawa
dampak baik untuk kelangsungan pernikahan.
2. Kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan dalam rumah tangga yang
paling sering terjadi adalah dalam hal fisik,
memukul misalnya. Tindakan seperti ini jelas
tidak terpuji, suami yang seharusnya
melindungi istri dari bahaya apapun yang
menimpanya justru berbuat tidak baik. Islam
sangat mengecam tindakan kekerasan. Tiada
28
Elvi, Lusiana, 100+ Kesalahan dalam Pernikahan ,.., p. 7-8
23
panutan yang dapat kita tiru akhlaknnya selain
Nabi Muhammad SAW. Nabi selalu
memperlakukan istri dan keluarganya denga
lemah lembut, kasih sayang, dan tidak pernah
sekalipun memukul meskipun istrinya
melakukan kesalahan.29
3. Menikah di bawah umur
Kasus perceraian yang kini sering terjadi
juga disebabkan oleh maraknya pernikahan
dini. Pernikahan dini biasa terjadi pada
remaja yang identik dengan masa transisi,
yaitu sebuah proses peralihan dari usia
anak-anak menuju dewasa. Tetapi belum
semua remaja siap menghadapi masa
transisi ini, sehingga banyak remaja yang
tumbuh berubah dengan kematangan fisik
saja tanpa diimbangi dengan kematangan
psikologis, kognitif, moral ataupun sosial.
Hal inilah yang kemudian memberikan
citra buruk remaja dan menjadikan remaja
bermasalah.30
Kondisi emosi yang belum
stabil cenderung menjadikan remaja mudah
untuk mengambil keputusan tanpa lebih
29
Elvi, Lusiana, 100+ Kesalahan dalam Pernikahan,…., p. 257-258 30
Layyin Mahfiana dkk, Remaja dan Kesehatan Reproduksi
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), p. 1.
24
dahulu mempertimbangkan konsekuensi
dari keputusan itu dimasa mendatang.
C. Dampak-dampak Perceraian
Peerceraian akan menimbulkan dampak-dampak serius
khususnya bagi perempuan, dianaranya adalah:
1. Trauma mental, mereka mengalami penderitaan untuk
bertahan hidup mencari nafkah dan juga membesarkan
anaknya seorang diri.
2. Awal perceraian perempuan akan mengalami rasa
penekanan yang membuat mereka hancur. Merasa tidak
aman, tidak berdaya, kehilangan arti hidup.
3. Mengalami stress sehingga berakibat pada penyesuaian
dengan lingkungan, terlebih dengan status janda yang
dimilikki.
4. Keputusan untuk mengakhiri hubungan dapat
menimbulkan traumatis dan dipenuhi dengan emosi yang
bertentangan.31
5. Seseorang yang mengalami perceraian karena pernikahan
dini biasanya akan menjauhi lingkungan sosialnya. Salah
satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah status janda
muda yang dimiliki. Hal itu akan sangat mengganggu
karena melihat lingkungan sosial seusianya tidak lagi
sama.
31
Dampak Psikologis dan Mekanisme Coping Perempuan Pasca
Perceraian, https:// digilib. Umg. ac. id (diakses pada 31 juni 2018).
25
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA TENJOLAHANG
A. Sejarah Desa Tenjolahang
Setiap daerah memiliki cerita dan ke-khasan tersendiri,
begitupun dengan Desa yang dijadikan oleh penulis sebagai
tempat penelitian yaitu kp. Tenjolahang.
Menurut kasepuhan di sana, kata “lahang” yang berarti manis
memiliki arti bahwa masyarakat Desa ini ramah dan berbudi
luhur, atau istilah dalam bahasa Sunda disebut dengan someah.
Sehingga masyarakat luar Desa sangat menyegani masyarakat
Desa Tenjolahang.32
Dalam sejarah dijelaskan bahwa, Tenjolahang berasal dari
kata “Tenjo” yang dalam bahasa Sunda memiliki arti lihat dan
“lahang” yaitu sejenis minuman yang rasanya manis.
Di Desa ini dulu memang sangat banyak tumbuh pohon
aren yang kemudian dijadikan sejenis minuman bernama lahang.
Karena itulah, banyak pula warga luar berdatangan ke Desa ini
untuk mencari pohon arena atau minuman nya itu sendiri.
minuman ini sangat disukai semua kalangan baik tua, muda
maupun anak-anak. Karena hal itu lah banyak sekali warga yang
menanam dan membuat minuman lahang sebagai mata
pencaharian mereka.
32
Wawancara dengan US, Tokoh Masyarakat di Kp. Tenjolahang,
Wawancara tanggal 04 Februari 2018.
25
26
Tetapi jika tidak dapat diolah dengan benar dan diminum
secara berlebihan maka lahang ini akan memabukan. Maka dari
itu, para tokoh ulama dan masyarakat sepakat untuk
memusnahkan pohon aren ini karena dianggap menghasilkan
minuman yang memabukkan. Saat ini hanya ada satu dua pohon
aren saja, dan itupun tidak diberdayakan atau diolah sebagaimana
dulu, dibiarkan tetap ada sebagai icon atau sejarah dari nama
Tenjolahang.33
Saat ini Desa Tenjolahang merupakan salah satu Desa
yang secara administratif berada di wilayah kec Jiput, kabupaten
Pandeglang dengan visi dan misi sebagai berikut :
Visi Desa :
Mewujudkan Desa Tenjolahang yang maju dan
unggul di bidang pertanian dan agroindustry di tahun
2020.
Rumusan visi tersebut merupakan niatan yang luhur untuk
memperbaiki dalam penyelenggaraan pemerrintahan dan
pelaksanaan pembangunan di Desa Tenjolahang.
Misi Desa :
1. Memperbaiki pengadaan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk mendukung perekonomian
masyarakat terutama di sektor transportasi.
2. Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk mendukung perekonomian
33
Profil Desa Tenjolahang, 2016, p. 5
27
masyarakat yang berbasiskan bidang pertanian dan
agroindindustri.
3. Meningkatkan SDM yang berkualitas melalui
pendidikan formal maupun informal yang
terjangkau oleh masyarakat.
4. Mendorong usaha ekonomi masyarakat yang
berbasiskan sektor pertanian.
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagai penopang stabilitas ekonomi rakyat.
6. Meningkatkan peran serta kelembagaan
masyarakat dalam pembangunan Desa.
7. Membangun hubungan yang intens dengan pihak
ketiga dalam pengembangan usaha masyarakat
disektor petanian (Agribisnis) dan sektor
Agroindustri.
8. Meningkatkan dan mengelola pendapatan asli
Desa
9. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
melalui pelaksanaan otonomi daerah.34
B. Letak Geografis dan Demografis Desa Tenjolahang
Desa Tenjolahang merupakan salah satu Desa yang
berada di wilayah kecamatan Jiput, kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Desa ini memiliki lima kampung diantaranya
34
Pofil Desa Tenjolahang,…, p. 17-19
28
Tenjolahang Dangur, Tenjolahang Timur, Babad Barat, Babad
Tengah/ Masjid dan Babad Lor. Dari beberapa kampung ini
berbatasan langsung dengan Desa-desa dan kecamatan berbeda.
Berikut dijelaskan mengenai batas wilayah Desa Tenjolahang.
1. Batas Wilayah
Batas Wilayah Batas wilayah Desa Tenjolahang
meliputi :
- Sebelah Utara : Desa Babadsari
- Sebelah Selatan : Desa Padahayu/Banyumekar
- Sebelah Timur : Desa Sukacai
- Sebelah Barat : Desa Banyubiru
2. Struktur Tanah
Adapun struktur tanah Desa Tenjolahang :
a. Pemukiman : 48.866 Ha/m2
b. Perkantoran : 6.200 Ha/m2
c. Pertanian : 18 Ha/m2
d. Perkebunan : 6.970 Ha/m2
e. Kuburan : 8.650 Ha/m2
f. Pekarangan : 4.250 Ha/m2
g. Taman : 1.310 Ha/m2
h. Fasilitas umum :10.575 Ha/m2
i. Pesawahan : 41 Ha/m235
35
Profil Desa Tenjolahang, 2017, p. 1
29
3. Iklim
Keadaan iklim di wilayah Desa Tenjolahang pada
dasarnya Tropis, yaitu hanya memiliki dua musim antara
hujan dan kemarau.
Adapun kondisi Demografi nya :
A. Jumlah penduduk
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin :
1. Laki-laki : 1.004 orang
2. Perempuan : 939 orang
Adapun jumlah kepala keluarga di Desa ini yaitu
sebanyak 492 KK.
b. Jumlah penduduk menurut agama :
a. Islam : 1943 orang
b. Kristen : -
c. Katholik : -
d. Hindu : -
e. Budha : -
Dari data diatas, menunjukan bahwa jumlah
penduduk Desa Tenjolahang yang tercatat menurut
jenisnya lebih banyak laki-laki dibandingkan
perempuan. Jika selama ini yang kita tahu jumlah
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, maka
di Desa ini tidak berlaku, karena fakta berbicara lain.
Selain itu, dari keseluruhan jumlah penduduk Desa
30
Tenjolahang, ternyata 100% penduduknya merupakan
beragama Islam.
c. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan :
a. Sarjana : 103 orang
b. SLTA : 700 orang
c. SLTP : 160 orang
d. SD : 306 orang
d. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian :
a. Karyawan : 129 orang
b. ABRI/TNI : - orang
c. PNS : 33 orang
d. Wiraswasta/pedagang : 56 orang
e. Tani : 46 orang
f. Buruh tani : 147 orang
g. Pertukangan : 37 orang
h. Pensiunan : 10 orang
i. Nelayan : - orang
j. Dokter/Bidan/Paramedis : 2 orang
k. Jasa : 22 orang36
36
Profil Desa Tenjolahang,…,p. 1-2
31
C. Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya Desa Tenjolahang
Ada beberapa jenis perekonomian yang dikelola oleh
masyarakat dan sudah dapat dirasakan hasilnya oleh masyarakat
Tenjolahang diantaranya ada bidang perusahaan yang meliputi :
- Industri emping melinjo
- Galian pasir dan batu
- Panglong
- Kandang ayam
Adapun dari bidang perdagangan meliputi :
- Toko sembako
- Warungan
- Penjahit
- Sablon
- Pedagang keliling
- Baluk
- Penjual emping melinjo
- Kios bensin
Selanjutnya bidang jasa, pertanian dan perkebunan :
- Tukang kayu
- Penjahit
- Bengkel motor
- Buruh batu kali
- Ojeg
- Sopir
- Petani
32
- Buruh tani
- Petani kebun37
Tingkat pendidikan mengang terkadang berpengaruh pada
menjadi siapa/ apa seseorang kedepannya. Allah berfirman dalam
Quran surat Al-Mujadalah: 11 “Wahai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah
dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang dibei ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (QS. 58: 11).
Dalam ayat tersebut jelas dikatakan bahwa Allah akan
mengangkat derajat orang-orang berilmu baik dari segi
profesinya yang baik, pekerjaan yang layak juga penghormatan
terhadapnya karena sebab ilmu.
Latar belakang pendidikan, skil dan kemapuan yang
dimiliki warga masyarakat Tenjolahang menjadikan begitu
banyaknya jenis profesi yang digeluti sebagaimana yang telah
disebutkan diatas. Sumber daya alam yang melimpah ini
dimanfaatkan untuk mencari mata pencaharian guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
37
Profil Desa Tenjolahang,…, p. 3
33
Teatapi ada satu profesi yang tidak dijalani oleh warga
Tenjolahang, yaitu Nelayan. Karena memang keseluruhan
wilayah Tenjolahang adalah pesawahan, kebun dan kali.
Adapun sisi Sosial Budaya Desa Tenjolahang adalah:
1. Pendidikan umum :
-PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
- TK (Taman Kanak-kanak)
-SD (Sekolah Dasar)
-SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat Pertama)
- SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas)
2. Pendidikan agama :
- Madrasah Ibdtidaiyah
- Madrasah Tsanawiyah
- Madrasah Aliyah
3. Sarana olahraga :
- Lapangan Sepak Bola
- Lapangan Volley
4. Kesehatan
- Posyandu
- Bidan dan dukun beranak38
D. Struktur Organisasi Desa Tenjolahang
Untuk struktur pemerintahan Desa Tenjolahang
Kecamatan Jiput Kabupaten pndeglang ini adalah :
38
Profil Desa Tenjolahang,…, p. 3-4
34
Kepala Desa : Abdul Muiz, S. Ip
Sekretaris Desa : Maman Faturahman, S. Th. I
Kaur Tu & Umum : Siti Khobsah
Kaur Keuangan : Siti Usmiati, SE. Sy
Kar Perencanaan : Oskar
Kasi Pemerintahan : Abdul Hapid
Kasi Sejahteraan : Eman
Kasi Pelayanan : Sujana
35
BAB IV
PENDEKATAN TEKNIK LOGOTERAPI
BERBASIS ISLAM PADA ISTRI PERCERAIAN
DARI PERNIKAHAN DINI
A. Permasalahan-Permasalahan Perceraian
Pertengkaran antara suami istri yang kemudian berujung
pada perceraian bisa terjadi oleh beberapa faktor, diantaranya
ekonomi, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), komunikasi
yang tidak efektif dan lain sebagainya. Dibawah ini adalah
pemaparan hasil wawancara mengenai permasalahan yang
muncul dan mengakibatkan perceraian pada ke-6 responden di
Desa Tenjolahang.
1. Responden MY
MY adalah wanita yang kini berusia 20 tahun.
MY menikah pada Juli 2014 dan bercerai September
2015. Sebelum akhirnya menikah kembali dengan
laki-laki yang kini menjadi suaminya, ia pernah
menikah dan bercerai tepatnya pada usia 17 th. Salah
satu faktor yang menyebabkan perceraian pada rumah
tangganya adalah karena kasus KDRT (kekerasan
dalam rumah tangga).39
39
Wawancara dengan MY, Remaja yang Bercerai Dini di Ds.
Tenjolahang, Wawancara tanggal 12 Maret 2018.
35
36
MY menikah karena perjodohan, sebelumnya
pun tidak pernah mengenal dan komunikasi, hanya
saja ia percaya bahwa pilihan orangtua pasti yang
terbaik. Awal-awal rumah tangga memang harmonis,
tapi seiring waktu berlalu, sikap suaminya ini mulai
berubah, tidak lagi penyayang, berbicara kasar bahkan
sampai main fisik. MY menuturkan bahwa ia pernah
dilempar teko sampai kakinya memar. MY tidak
pernah menceritakan prahara rumah tangganya pada
siapapun,bahkan orangtuanya. Tetapi naluri seorang
ibu kepada anaknya sangat kuat, sehingga orangtua
MY kerap menanyakan keganjilan yang ia lihat dari
anaknya dan mendesak MY agar bercerita tentang hal
yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya MY menceritakan semua tindakan
kekerasan yang selama ini dilakukan oleh suaminya.
Sebenarnya ia juga tidak tahan ingin meluapkan
ketertekanan batin yang selama ini ia tutupi, tapi rasa
takut kepada suami dan orangtua menjadikan MY
tetap diam dan seolah-olah tidak terjadi apap-apa.
“sungguh malang nasibmu sayang” ujar
orangtua MY yang baru saja tau bahwa ternyata
selama ini ankanya disakiti. Penyesalan tiada arti
karena semua telah terjadi. Kemudian, masalah ini
diselesaikan secara kekeluargaan dan menghasilkan
37
suatu keputusan yang memang sebenarnya ini tidak
diinginkan oleh kedua belah pihak keluarga yaitu
perceraian antara MY dan suami.40
Rasa takut MY akan tindakan kekerasan yang
dilakukan suaminya menjadikan MY mantap untuk
bercerai, lalu hidup kembali dengan keluarga yang
menyayanginya meskipun luka-luka bekas sayatan
yang dilakukan sang suami terus membayangi
hidupnya selama beberapa tahun sebelum akhirnya ia
menikah kembali dengan laki-laki pilihanya.
2. Responden DM
DM adalah remaja yang menikah pada 06 juni
2015 dan bercerai pada 28 November 2015. Pernikahan
yang terjadi antara DM dan suami bukan mutlak karena
rasa saling suka , melainkan atas dasar perjodohan
orangtua dari kedua belah pihak keluarga yang
mengantarkan mereka pada pintu pernikahan.41
DM sendiri memang tidak keberatan dengan
perjodohan ini, dia bahkan menerima dengan ikhlas,
karena memang baktinya kepada orangtua sangat dalam.
Namun setelah beberapa bulan berlalu, rumah tangga
yang awalnya harmonis dan romantis ini berubah tegang.
Laki-laki yang menjadi suaminya itu ternyata telah
40
Wawancara dengan AH (Ibu MY) pada 13 Maret 2018. 41
Wawancara dengan DM, Remaja yang bercerai dini di Ds.
Tenjolahang, pada 16 Maret 2017.
38
memiliki istri sah dan belum pernah diceraikan. Itu
artinya, DM adalah istri kedua dari suaminya tersebut.
Saat itu batin nya terasa sakit, ia merasa dibohongi
oleh suaminya karena menutupi status yang sebenarnya.
Betapa saat itu dirinya merasa hancur, ketika kuliah ia
tinggalkan demi sebuah pengabdian pada laki-laki yang
menjadi suaminya, ternyata cinta kasih tulus DM dibalas
dengan kebohongan dan penghianatan.
Setelah peristiwa ini, DM tak lagi tinggal bersama
suami, ia lebih memilih untuk pulang ke rumah
orangtuanya meskipun percekcokan belum sampai pada
pintu perceraian. DM kemudian menceritakan masalah ini
kepada kedua orangtuanya. Setelah itu kedua keluarga
kumpul dan mencari solusi dari masalah ini. Saat itu, DM
masih mau meneruskan hubungan dengan syarat istri
pertama yang sempat ditinggalkan oleh suaminya itu
diceraikan. Alih- alih istri pertama yang diceraikan,
suaminya malah lebih memilih untuk menceraikan DM.
DM sangat kecewa dengan keputusan ini, ia
terpaksa harus menerima meski sebenarnya ia sangat-
sangat marah dan merasa dipermainkan takdir. Ahirnya
perpisahan itu telah terjadi. Sesal yang kini bersemayam
padanya. Ia mengatakan andai saja saat itu DM menolak
untuk perjodohan, mungkin saat ini ia masih bisa
merasakan masa-masa menjadi mahasiswa, mengajar
39
MDTA dan juga aktif dari berbagai kegiatan lainnya baik
di ranah kampus maupun masyarakat.
Pasca bercerai dengan suaminya, DM enggan
untuk pergi kemana-mana, karena ia merasa malu dengan
status janda muda, terlebih kepada teman-teman
sekelilingnya yang kebanyakan masih menjalani aktivitas
remaja pada umumnya.
3. Responden YN
YN adalah remaja yang kini berusia 20 tahun. Saat
menikah, ia berusia 14 tahun tepatnya ketika ia kelas 2
SMP yakni sekitar tahun 2012. YN merupakan ABG
kekinian yang sering ikut-ikutan trend zaman sekarang.
Ketiadaan ibu karena bekerja sebagai TKW ke luar negeri
menjadikan YN leluasa dalam bergaul, tidak peduli itu
baik atau buruk. Maka tak heran, jika akhirnya ia putus
sekolah lalu menikah karena sebab kehamilan yang
berasal dari hubungan diluar nikah.42
Hubungan yang melanggar syariat memang tidak
akan pernah bertahan lama, itulah yang dialami oleh YN.
Disaat kandungannya semakin membesar, kondisi emosi
yang tidak stabil, ditinggalkan pula oleh suaminya.
Perginya yang tanpa pamit menjadikan YN semakin stres
dan merasa ia adalah korban yang paling dirugikan. Meski
42
Wawancara dengan YN, Remaja bercerai dini , di Ds. Tenjolahang,
pada 14 Maret 2018.
40
begitu, YN bertahan sampai akhirnya melahirkan dan
membesarkan anaknya seorang diri.
Ada beberapa hal yang membuat YN semakin tak
sanggup hidup. Yaitu suami yang pergi meninggalkannya,
terbengkalainya pendidikan, penerimaan masyarakat dan
lingkungan terhadapnya juga hal-hal lain yang
menjadikan YN lebih terpuruk seolah tak memiliki arti
hidup.
4. Responden NA
NA adalah remaja yang kini berusia 19 tahun. Saat
menikah, usianya baru mengincak 15 tahun, tepatnya
ketika ia duduk dibangku sekolah menengah kelas tiga.
NA terpaksa berhenti sekolah karena memang ia di Drop
Out oleh pihak sekolah. Saat itu NA tidak menentang,
karena sadar atas tindakan melanggar hukum yang ia
perbuat. Pasca menikah, NA tidak tinggal bersama
ibunya, ia tinggal di kampung dan kecamatan berbeda
yakni bersama kakak perempuannya. Alasan ia tidak
tinggal bersama ibunya karena malu kepada tetangga dan
juga teman-teman sekolahnya. Ia juga tidak tinggal
bersama suaminya karena tepat setelah pernikahan
suaminya pergi mencari kerja dan tidak pernah kembali
sampai sekarang.
Ia pun sebenarnya tidak tahu statusnya sekarang
sudah bercerai atau belum. Tetapi jika orang-orang
41
bertanya mengenai suaminya, ibunya selalu bilang kepada
NA bahwa saya sudah bercerai dan sekarang sudah tidak
lagi berkomunikasi dengan suaminya. Pasca melahirkan,
NA tinggal kembali bersama ibunya. Usia yang masih
belia serta ketidaktahuan bagaimana mengurus bayi
menjadi alasan ia pulang kembali ke kampung halaman.
Untuk menghilangkan rasa jenuh, NA juga sempat
bekerja keluar kota. Ia bekerja bukan saja untuk mencari
pundi rupiah, tetapi menghindari olok-olokan yang
terlontar dari orang sekelilingnya. Perasaannya terluka, ia
merasa hidupnya tidak ada warna. Disaat yang lain bisa
sekolah dan bekerja ditempat yang layak, ia hanya bisa
meratapi nasib. Sebenarnya NA adalah murid berprestasi,
sejak SD sampai dengan Mts ia selalu meraih juara.
Tetapi, arus pergaulan yang tidak terkontrol membawa ia
pada titik hitam tersebut.43
5. Responden PT
Usia PT saat ini 18 tahun, pengalaman hidup yang
mengerikan menimpanya tahun lalu. Kejadian pahit yang
tidak pernah diinginkan oleh siapapun termasuk dirinya.
Pergaulan bebas dikalangan remaja menjadi PR bagi para
43
Wawancara dengan NA, Remaja bercerai dini, di Ds. Tenjolahang,
pada Maret 17 2018.
42
orangtua, tenaga pendidik dan masyarakat untuk tidak
terlalu mengacuhkannya.44
Zaman modern yang serba praktis dan canggih ini jika
tidak diperkuat dengan agama, akan merusak pada segala
hal. Dimana sesuatu yang melanggar aturan menjadi
trend, mengonsumsi obat-obatan terlarang bagi remaja
adalah salah satu gaya hidup yang kekinian. Dan yang
lebih mencengangkan adalah remaja yang tidak
melakukan hal itu dianggap tidak normal. PT mungkin
salah satu korbannya. Saat bermain bersama kawan-
kawan sekolahnya, PT diminta untuk minum segelas
minuman yang disinyalir mengandung sesuatu yang
memabukan atau membuat tidak sadar. Ahirnya, hal itu
mendorong kepada perbuatan-perbuatan yang melanggar
hukum.
Setelah kejadian itu, PT dan pasangan nya ini di Drop
Out dari sekolahnya. Kemudian keluarganya terpaksa
menikahkan mereka, namun pasca dinikahkan. Kekasih
yang menjadi suaminya itu tak pernah lagi menemuinya.
Lewat pesan singkat yang dikirim suaminya itu
menunjukan bahwa mereka tidak akan bisa hidup bersama
layaknya pasangan yang telah menikah. PT tidak mampu
berbuat apa-apa selain menyesali diri dengan kehidupan
44
Wawancara dengan PT, Remaja bercerai dini, di Ds. Tenjolahang,
pada 30 Desember 2017.
43
yang kini ia jalani. Habis manis sepah dibuang ia
mengumpamakan dirinya begitu, dia tidak tahu apakah
kebahagiaan akan datang menyapanya atau justru hal
yang lebih buruk akan datang menimpanya.
6. Responden NG
Usia NG saat ini memang sudah sangat matang,
tetapi kejadian beberapa tahun yang lalu menjadikan ia
masih tetap hidup dalam kesendirian. Saat usianya masih
remaja, ia menikah dengan seorang laki-laki yang masih
berstatus sebagai suami perempuan lain. Dengan dalih
cinta, ia tidak peduli si laki-laki itu sudah beristri atau
belum. Keduanya menikah tanpa sepengetahuan keluarga
dan istri pertama. Setelah pernikahan itu terkuak, istri
pertama suami NG ini meminta agar NG hidup bersama
dengannya. Namun, suaminya menolak dengan berbagai
alasan.45
Singkat cerita, ahirnya NG meminta agar
suaminya menceraikannya. Terkait alasan, NG
menuturkan bahwasanya ada rasa tidak enak dan bersalah
kepada istri pertama suaminya itu. Ia merasa sudah
menjadi benalu diantara mereka. Menurutnya, tidak ada
perempuan yang benar-benar bisa ikhlas dimadu, berbagi
45
Wawancara dengan NG, Remaja bercerai dini, di Ds. Tenjolahang,
pada 18 Maret 2018.
44
kasih dan cinta dengan perempuan lain, meski itu
dibenarkan tetapi ahirnya NG enggan meneruskan
pernikahannya.
Perceraian sudah terjadi, perasaan NG hancur,
berpisah dengan sosok yang dicinta memang berat. Tetapi
NG konsisten dengan pilihannya. Ahirnya, NG merantau
ke luar kota dan bekerja disalah satu pabrik makanan
ternama. Semua itu dilakukan agar perlahan ia bisa
melepas rasa yang ada dalam dirinya. Menurutnya, ada
yang lebih sulit dari merelakan, yaitu mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadapnya sebagai anggota
masyarakat yang baik, karena tak jarang masyarakan
mencibirnya dengan mencap bahwa NG adalah perebut
suami orang atau dalam bahasa kekiniannya disebut
dengan istilah pelakor. Selain itu, ia juga merasa
khawatir akan penerimaan laki-laki yang suatu saat ingin
menikah dan membina rumah tangga dengannya. Ia
merasa, bahwa tindakan konyol atas dalih cinta ini
membuatnya hidup dengan hanya mengikuti arus tanpa
bisa melakukan sesuatu yang lebih baik.
45
B. Penerapan Pendekatan Logoterapi Berbasis Islam dalam
Menemukan Makna hidup atau Hikmah pada ke-6
Responden.
1. Responden MY
Nama
Responden
MY
Pertemuan ke-
1
A. Tahap Analisis :
1. Menjelaskan maksud
kedatangan
2. Menanyakan gambaran
masalah yang dihadapi klien
3. Menanyakan apakah klien
bersedia untuk menjalani
proses konseling
Pertemuan ke-
2
B. Tahap Diagnosis
1. Menanyakan kembali
masalah klien secara
mendalam
2. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai
3. Meyakinkan klien untuk
menjalani proses konseling
Logoterapi berbasis Islam
4. Menanyakan penyebab
perceraian, kondisi
46
psikologis klien pasca
bercerai, masalah- masalah
yang timbul pasca bercerai
serta bagaimana klien
memaknai kehidupannya
Pertemuan ke-
3
C. Tahap Konseling
1. Melakukan proses konseling
(tahap penyelesaian
masalah)
Pertemuan ke-
4
1. Kesimpulan dari proses
konseling
a. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilakukan di rumah MY
pada siang hari. Pertemuan ini berlangsung selama
satu jam. Pada pertemuan pertama ini, karena memang
sudah saling kenal, jadi peneliti hanya menjelaskan
maksud kedatangan dan menanyakan gambaran
masalah atau pengalaman hidup yang pernah dilalui
oleh MY. Kemudian, peneliti menanyakan kesiapan
MY untuk melakukan proses konseling. Setelah MY
mengiyakan maka dihari berikutnya peneliti mulai
menjalankan misi.
47
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua ini, proses konseling
dilakukan masih ditempat yang sama yaitu rumah
MY. Pada kesempatan ini, yang dilakukan peneliti
adalah membuat suasana menjadi santai agar klien
merasa nyaman dan mau terbuka serta menceritakan
masalahnya tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Adapun cara konseli dalam menciptakan
suasana menjadi santai adalah dengan berbicara santai
(ngobrol) dengan bahasa sehari-hari tapi tidak keluar
dari bahasan. Kemudian peneliti meyakinkan klien
dengan mengatakan bahwa masalah ini akan dijaga
kerahasiaannya, karena dalam Bimbingan Konseling
ada asas yang mesti dijunjung tinggi oleh konselor
salah satunya adalah asas kerahasiaan, yaitu suatu asas
dimana konselor menjaga permasalahan klien yang
sangat privasi dan berusaha untuk tidak
menceritakannya pada siapapun kecuali darurat.46
Selanjutnya, peneliti juga menjelaskan bahwa
ini hanya sharing saja, tidak ada maksud terselubung
apalagi merugikan klien. Kemudian MY bercerita
terkait pengalaman hidupnya dari mulai ia melakukan
pernikahan sampai ahirnya harus bercerai diusia yang
masih muda. Kemudian MY juga menceritakan
46
Agus Sukirno, Pengantar Bimbingan dan Konseling Islam (Banten,
A-Empat, 2014), p. 80
48
permasalahan-permasalahan baru pasca perceraian,
seperti adanya rasa malu, menyesal dan lain
sebagainya sebagaimana yang telah dijelaskan pada
halaman sebelumnya.
Pada pertemuan ini, peneliti benar-benar
memaksimalkan menggali informasi seputar
perceraian dan kondisi serta respon atau pandangan
MY mengenai kehidupan yang saat itu ia lalui. Meski
kini MY telah menikah kembali dengan laki-laki
pilihannya dan telah dikaruniai satu anak, bayang-
bayang penyesalan terhadap takdir yang harus ia
terima itu sangat berat dan sempat membuatnya
terpuruk.
c. Pertemuan ketiga
Dipertemuan ketiga ini, peneliti mulai
melakukan proses konseling. Dari permasalahan-
permasalahan yang dialami MY, pertama peneliti
memberikan pemahaman bahwa sebenarnya setiap
individu termasuk MY itu memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Sejatinya
manusia itu diuji sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Ini dilakukan agar MY merasa percaya diri
dan bisa menghadapi jika bayang-bayang masa lalu itu
datang kembali.
49
Kemudian untuk beberapa pengalaman hidup
yang dialami MY seperti perjodohan, pernikahan,
kekerasan dan perceraian peneliti menanyakan
seberapa jauh MY bisa menerima dan memaknainya.
MY mengungkapkan bahwa ia tidak pernah
menyangka akan mendapatkan pengalaman hidup
yang amat sangat berliku, perjodohan yang tidak
diinginkan yang kemudian berlangsung pada
pernikahan, meski sempat menerima dan beranggapan
ini yang terbaik, namun itu terpatahkan dengan adanya
tindak kekerasan yang dialami oleh MY sehingga
menghantarkannya pada perceraian. Sampai saat
inipun ia tak habis fikir kenapa itu bisa terjadi
padanya.
Dari pandangan MY terkait sejauh mana ia
mampu memaknai pengalaman hidup memang
sepertinya belum sepenuhnya termaknai. Meski saat
ini ia telah bahagia bersama keluarga barunya,
faktanya bayang-bayang masa lalu itu kerap hadir.
Dalam hal ini peniliti memberikan penguatan dan
pemahaman bahwa segala hal yang terjadi pada hidup
semata untuk menjadikan lebih baik.
Pahitnya hidup yang dialami akan terasa manis
jika kita selalu berpandangan positif terhadap takdir-
Nya. Sesuatu yang menyakitkan seperti kekerasan dan
50
perceraian, jika kita yakin bahwa Allah pasti selipkan
hikmah yang tersingkap dibaliknya maka bukan tidak
mungkin kita akan tetap tegar, karena tau bahwasanya
ada kebaikan dibaliknya. Kunci untuk tetap bahagia
ditengah badai kehidupan adalah dengan meyakinkan
diri bahwa sesuatu yang terjadi ini membawa pesan
baik, senantiasa menjalaninya dengan sabar dan juga
syukur kepada Allah. Sabar menjadikan seseorang
sampai pada syukur dan syukur membawa seseorang
pada puncak kebahagiaan.
d. Pertemuan keempat
Pertemuaan keempat ini menjadi pertemuan
terahir dalam proses konseling ini, peneliti
menanyakan kabar dan kondisi pasca konseling.
Seperti, adakah perubahan atau pencerahan yang
membuat klien lebih damai. Kemudian MY
menuturkan, bahwa pasca konseling atau sharing
bersama peneliti ia merasa lebih tenang, karena
memang selama ini ia butuh sosok selain orangtua
untuk mau mendengarkan dengan tulus cerita
hidupnya yang terpendam. MY membenarkan bahwa
ia merasa mendapatkan pencerahan terkait
pengalaman hidupnya, yakni seburuk apapun
pengalaman hidup kita, pasti akan selalu ada hikmah
51
baik yang terkandung di dalamnya. Benar,
bahwasanya Allah menciptakan atau
menganugerahkan sesuatu itu pasti ada sisi baiknya.
Dan MY percaya bahwa setiap jalan hidup yang ia
terima pasti bisa dilalui.47
2. Responden DM
Nama Responden DM
Pertemuan ke-1 A. Tahap Analisis
1. Menjelaskan maksud
kedatangan peneliti
2. Menanyakan apakah klien
bersedia untuk melakukan
proses konseling
3. Menanyakan masalah yang
dihadapi
Pertemuan ke-2 B. Tahap Analisis dan Diagnosis
1. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai
2. Menanyakan kembali
masalah klien secara
mendalam
Pertemuan ke-3 C. Tahap Konseling
1. Melakukan proses
47
MY (Remaja yang bercerai dini), diwawancarai oleh peneliti, Ds.
Tenjolahang, pada Maret 2018, pukul 16.00
52
konseling (penyelesaian
masalah klien) dengan
penerapan Logoterapi
berbasis Islam
Pertemuan ke-4 1. Kesimpulan dari proses
konseling
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama ini antara DM dan
peneliti tidak melakukan sesi perkenalan, karena
memang sebelumnya telah kenal dan bisa dikatakan
sangat dekat. Jadi, yang peneliti lakukan adalah
menjelaskan maksud dan tujuannya datang
berkunjung ke rumah DM. akhirnya, DM menyetujui
untuk melakukan proses konseling.
Setelah DM menyetujui untuk konseling, maka
peneliti mulai melakukan wawancara seputar
permasalahan dan pengalaman perceraian yang
dialami oleh DM. ketika DM menceritakan lika-liku
rumah tangganya, nada kekecewaan dan kekesalan
masih terlihat jelas dari bagaimana DM menjelaskan
masalah yang ia alami. Berat memang, diusia yang
masih sangat muda dalam membina rumah tangga,
ditambah dengan tindakan pembohongan yang
53
dilakukan pasangannya, jelas ini bukanlah hal yang
mudah untuk dilalui.
b. pertemuan kedua
merefleksi pengalaman di masa lalu yang
menyedihkan memang sangat sensitif, maka dari itu
peneliti berusaha menciptakan suasana yang enjoy
agar klien merasa nyaman sehingga mau berbagi kisah
dengan tidak setengah-setengah. Adapun cara yang
ditempuh adalah mencari lokasi wawancara yang
menurut DM pas untuk menceritakan pengalamannya
yang sangat privasi ini. Kemudian, peneliti juga
meyakinkan DM bahwa dengan ia berbagi kisah, akan
memberikan pelajaran baru bagi yang mendengarkan,
selain itu juga pasti akan timbul perasaan lega.
DM ahirnya bercerita tentang kisahnya ini
pada peneliti, emosinya tumpah, seolah-olah ia benar
berada pada masa itu kembali. Sesekali ia terisak dan
langsung menyeka air matanya. Peneliti paham betul
tentang apa yang dirasakan kliennya ini. Terlebih
dengan kalimat penutup yang tertutur dari DM, yaitu
bahwa dihatinya masih ada sesal dan kecewa dengan
takdirnya. Jarak antara pernikahan dan perceraiannya
yang begitu singkat adalah kisah yang paling
menguras emosi dan membuat masa depannya hancur.
54
c. Pertemuan ketiga
Setelah selesai tahap analisis dan diagnosis
mengenai masalah, ahirnya dipertemuan ketiga ini
peneliti mulai melakukan proses konseling dengan
penerapan Logoterapi berbasis Islam. Mula-mula DM
diberikan penguatan bahwa seseorang yang pernah
dikhianati atau dibohongi akan selalu menjunjung
tinggi kejujuran dan kepercayaan, dan peneliti rasa
DM akan selalu menjunjung tinggi hal baik tersebut.
Hal ini dilakukan agar rasa tidak terima karena
dibohongi dalam pernikahan tidak klien lakukan pada
orang lain.
Selanjutnya, agar klien mampu memaknai
kehidupan, baik yang telah berlalu ataupun yang akan
datang secara positif, maka klien diajak untuk sama-
sama membaca setiap keadaan dengan hati. Hati yang
suci akan selalu memancarkan fikiran dan perbuatan
baik. Mengenal diri menjadi kunci kebahagiaan
hakiki. Karena dengan mengenal diri, berarti
merenungi tentang tujuan penciptaan manusia beserta
ujian-ujian yang membersamainya. Jika manusia
mampu melaluinya dan dapat mengambil hikmah dari
pada ujian tersebut, maka ia berhasil memaknai
kehidupannya dengan positif. Allah Subhanahu
55
wataala berfirman dalam Quran surat Al-Ankabut ayat
2
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “kami telah beriman”,
sedangkan mereka tidak diuji lagi”. (QS. 29: 2)
d. Pertemuan keempat
Setelah proses konseling selesai, maka
dipertemuan ke-4 ini peneliti menanyakan kabar DM
pasca melakukan proses konseling. Jika sebelumnya
DM merasa bahwa ia dipermainkan takdir maka
setelah mendapatkan konseling dengan pendekatan
Logoterapi apakah masih sama atau justru ada
perubahan.
DM menuturkan secara santai, bahwa
pemaknaan ia selama ini terhadap takdir Allah keliru.
Karena sejatinya apapun yang Allah anugerahkan
kepada makhluknya itu mengandung hikmah luar
biasa. Dari masalah rumah tangga ini, Allah
memperlihatkan kepada saya tentang apa yang
disembunyikan oleh suami saya. Dan kini, perceraian
56
bukan lagi sesuatu yang menyakitkan, justru dari sini
saya bisa menata hidup dengan lebih baik.48
3. Responden YN
Nama
Responden
YN
Pertemuan
ke-1
A. Tahap Analisis
1. Menjelaskan maksud
kedatangan peneliti
2. Menanyakan gambaran
masalah yang dihadapi
klien
3. Menanyakan apakah klien
bersedia untuk menjalani
proses konseling
Pertemuan
ke-2
B. Tahap Diagnosis
1. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai
2. Menanyakan kembali masalah
klien secara mendalam
3. Menanyakan penyebab
perceraian, kondisi psikologis
klien pasca bercerai, masalah-
masalah yang timbul pasca
48
DM (Remaja yang bercerai), diwawancarai peneliti, Ds.
Tenjolahang, Pada 14Maret 2018, pukul 13.00
57
bercerai serta bagaimana klien
memaknai kehidupannya
Pertemuan
ke-3
4. Tahap Konseling
1. Melakukan proses
konseling (penyelesaian
masalah klien)
Pertemuan
ke-4
5. Tahap Konseling
1. Melkukan proses
konseling (pembekalan
untuk mempersiapkan
rumah tangga )
Pertemuan
ke-5
1. Kesimpulan dari proses
konseling
a. Pertemuan pertama
Sebagaimana yang dilakukan peneliti pada
responden-responden yang lain, dipertemuan
pertama ini hanya menjelaskan maksud
kedatangan peneliti ke tempat YN. Setelah
keadaan lebih cair, peneliti mulai membuka
obrolan dengan tidak telalu tho the point pada
masalah perceraian, hal ini dilakukan bertujuan
agar klien merasa nyaman. Jika perasaan nyaman
58
itu telah hadir, maka biasanya klien akan lebih
mendominasi pembicaraan. Pembicaraan kali ini
semakin menarik, karena memang sosok YN ini
sangat welcome. Lalu, peneliti bertanya pada YN
terkait kesiapaannya untuk melakukan proses
konseling bersama peneliti. Dan Alhamdulillah,
klien menyatakan kesiapannya untuk melakukan
konseling.
b. Pertemuan kedua
Sebagaimana dipertemuan sebelumnya,
peneliti selalu berusaha membangun komunikasi
serta situasi yang nyaman agar klien mau bercerita
lebih dalam mengenai peermasalahannya. Adapun
cara yang dilakukan adalah dengan memilih
tempat yang membut klien rileks. Akhirnya YN
mengusulkan untuk ngobrol di tepian saung sawah
miliknya, menurutnya disana tempat yang sangat
nyaman.
Peneliti kemudian bertanya kepada YN
secara mendalam tentang perceraian yang dialami
olehnya di usia yang masih sangat muda serta
bagaimana YN memaknai semua yang terjadi.
Tanpa basa basi YN bercerita tentang apa yang
dialami olehnya. Ditinggal pergi ke luar negeri
untuk bekerja dan bapak yang bekerja sebagai
59
sopir truk, memang membuat YN selalu sendiri, ia
hanya menerima uang sebagai bekalnya
bersekolah tanpa ia terima perhatian dan cinta dari
orangtua. Hal ini membuat YN merasa sepi
sehingga ia memilih dunia luar untuk
mendapatkan yang tidak ia terima dari
orangtuanya.
Namun, pergaulan bebas itu menyeretnya
pada sebuah kenyataan yang lebih pahit dari
sebelumnya. Saat itu jiwanya benar-benar
terguncang, ketiadaan orangtua disisinya,
kehamilan yang tidak pernah diinginkan, membuat
YN benar-benar terpuruk dan tidak tahu harus
berbuat apa. Akhirnya, ia menikah dengan
kekasihnya, namun ternyata ia sama sekali tidak
mendapatkan kebahagiaan. Selepas pernikahan,
kekasihnya itu pergi meninggalkan dirinya tanpa
pernah mengabari sehingga sampai anak yang
dikandung YN ini terlahir, ada sebuah surat
perceraian yang dilayangkan suaminya kepada
YN.
Sebagai perempuan, peneliti bisa
merasakan bagaimana perasaan YN saat itu. Dan
memang, ketika kita memilih hidup dengan
menentang ketentuan hukum, akan lebih banyak
60
mendatangkan kemadharatan. Bagaimanapun, ini
adalah konsekuensi hidup yang harus diterima
YN. Ia menuturkan bahwasannya yang
menyakitkan dari kejadian ini adalah kehilangan
kepercayaan dari masyarakat. YN benar-benar
malu terhadap apa yang telah dia lakukan.
Kejadian ini membuat YN kehilangan berbagai hal
seperti teman, pendidikan, karir dan juga
kebahagiaan.
c. Pertemuan ketiga
Setelah mendengarkan dan juga merefleksi
perasaan serta pengalaman yang pernah dialami
YN, dipertemuan ketiga ini mulailah dilakukan
proses konseling (penyelesaian masalah). Mula-
mula, peneliti memberikan pemahaman
bahwasanya seseorang yang pernah berbuat
kesalahan di masa lalu bukan berarti tak memiliki
masa depan lebih baik. Terlebih jika seseorang itu
mau bertaubat kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taubat, maka bukan tidak mungkin Allah
akan memberikannyaa kehidupan lebih baik dari
sebelumnya. Dengan YN mendekatkan diri kepada
Allah, berusaha untuk taqwa, maka sangat mudah
bagi Allah untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat kepada YN.
61
Peneliti menyarankan kepada YN untuk
mulai kembali memabangun hubungan baik
dengan Allah dan manusia. Caranya dengan selalu
ikut serta bergabung pada acara kemasyarakatan,
baik gotong royong, pengajian dan lainnya, itulah
arti dari kebahagiaan hidup yang sebenarnya, yaitu
ketika kita mampu menjalin hubungan baik
dengan makhluk dan Penciptanya.
d. Pertemuan keempat
Berbeda dengan responden lainnya, YN
meminta peneliti untuk mau melakukan sharing
terkait persiapan membangun rumah tangga yang
baik. Pasalnya, ia ternyata telah dilamar kembali
oleh laki-laki yang menyatakan siap menerima YN
apa adanya, tanpa melihat status dan masa lalu
YN. Peneliti ikut berbahagia dengan kabar baik
ini. Sesuai dengan permintaan YN, maka penelti
pun menyanggupi untuk sekedar sharing mengenai
persiapan membangun rumah tangga yang baik.
Berbekal pengetahuan yang dimiliki,
penelitipun menuturkan bahwa untuk
mempersiapkan rumah tangga yang baik adalah
dimulai dari memperbaiki kualitas diri sendiri,
maka bukan tidak mungkin Allah akan
anugerahkan pasangan yang baik juga kepada kita,
62
sebagaimana Firman-Nya dalam Al quran surat
An-Nur: 26
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita
yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih
dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki
yang mulia (surga)”. (QS. 24: 26).
Selain itu, cobalah untuk berkonsultasi
dengan konselor pra nikah agar tergambar
bagaimana perencanaan di masa mendatang guna
tercipta rumah tangga sakinah, mawaddah,
warahmah.
e. Pertemuan kelima
Pada pertemuan ini, peneliti bertanya
kepada YN bagaimana perasaanya setelah
menjalani proses konseling. Peneliti meminta agar
klien menjawab dengan apa adanya tanpa dilebih-
lebihkan. YN menjawab bahwa ia sangat senang
63
karena ada yang mau menemui serta
mendengarkan cerita hidupnya yang kelam. Ia
sempat berfikir bahwa semua masyarakat
membenci dan tidak lagi peduli padanya, tetapi
ternyata ada yang mau membangunkannya
kembali untuk hidup sebagaimana masyarakat
pada umumnya.
YN, menuturkan bahwa ada rasa percaya diri
yang tumbuh ketika peneliti memberikan penguatan
dengan pemahaman bahwa kebahagiaan yang
sebenarnya akan didapat apabila kita mau
memperbaiki hubungan dengan Allah dan
makhluknya. setelah ini, YN akan kembali mengikuti
rutinitas atau kegiatan bersama masyarakat
sebagaimana dulu sebelum kejadian itu
menghampirinya. Ia juga menuturkan bahwa telah
memulai kembali belajar mengaji. Terlebih karena YN
akan menikah kembali, maka YN sangat
mengharapkan bahwa laki-laki yang datang kali ini
mampu membawanya lebih baik.49
pertemuan dengan YN dilakukan sebanyak 5
kali, yang kemudian membawa klien pada perubahan
yang lebih baik. Semua tidak lepas dari campur tangan
49
YN (Remaja yang bercerai dini) , diwawancara oleh peneliti, ds.
Tenjolahang pada maret 2018, pukul 13.00
64
Yang Kuasa dan juga tekad klien sendiri untuk
menemukan kebahagiaan hidup.
4. Responden NA
Nama
Responden
NA
Pertemuan
ke-1
A. Tahap Analisis
1. Menjelaskan maksud
kedatangan peneliti
2. Menanyakan gambaran
masalah yang dihadapi
klien
3. Menanyakan apakah klien
bersedia untuk menjalani
proses konseling
Pertemuan
ke-2
B. Tahap Diagnosis
1. Menanyakan kembali
masalah klien secara
mendalam
2. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai
3. Menanyakan penyebab
perceraian, kondisi
psikologis klien pasca
bercerai, masalah-
masalah yang timbul
65
pasca bercerai serta
bagaimana klien
memaknai kehidupannya
Pertemuan
ke-3
C. Tahap Konseling
1. Melakukan proses
konseling (penyelesaian
masalah klien)
Pertemuan
ke-4
1. Kesimpulan dari proses
konseling
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, peneliti
mengunjungi NA ke rumahnya, tetapi NA sedang
tidak di rumah, kemudian ibunya mengantarkan
peneliti ke kebun timun, di sana ternyata NA
berada. Kemudian peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan mengunjunginya. Ditemani sang ibu
peneliti juga meminta kesediaan NA untuk
melakukan proses konseling terkait problem yang
dihadapi NA. NA beserta ibunya menyetujui.
Akhirnya, peneliti mencoba untuk menggali
informasi awal mengenai kasus perceraiannya
dengan sang suami. Setelah dirasa cukup, maka
peneliti pamit untuk pulang dan wawancara akan
dilanjutkan keesokan harinya.
66
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, peneliti bertanya
lebih dalam mengenai kasus perceraian NA, tak
lupa juga peneliti berusaha menciptakan suasaana
nyaman agar klien menceritakan masalahnya
dengan tidak ada yang ditutup-tutupi. Adapun
caranya sama seperti beberapa responden yang
sudah diwawancara oleh peneliti.
Kemudian NA bercerita dari awal
pernikahannya sampai akhirnya ia memutuskan
untuk bercerai dari suaminya setelah bertahun-
tahun tidak pernah diberikan nafkah dan kabar
mengenai dimana suaminya berada. Berbeda
dengan responden sebelumnya yang sangat berapi-
api dalam menceritakan masalahnya, NA terlihat
tanpa ekspresi, pandangannya kosong. Setelah
ditanya, NA menjawab ia tidak tahu lagi
menjelaskan rasanya ini. NA merasa beban hidup
yang ia jalani sangat berat, tidak tahu lagi
bagaimana caranya bahagia.
Ijazah yang dimiliki hanya SD, Dunia
terlalu sulit ditembus dengan hanya selembar
ijazah SD. Melamar di perkantoran sudah pasti
ditolak, pabrik juga sama, ujung-ujungnya pasti
pembantu rumahtangga. Sampai di sini, barulah
67
emosinya terlihat, ia menangis, dan dalam
tangisnya terlihat sisa-sisa penyesalan,
kekecewaan dan keputusasaan. Peneliti mengakui
ini memang berat, apalagi di usia NA yang masih
muda, saat remaja seusianya masih melakukan
aktifitas untuk mengembangkan bakat minatnya,
NA sibuk di kebun, mengurusi untuk sekedar
memberi pupuk, menyiramnya hingga siap
dipanen, begitu seterusnya.
c. Pertemuan ketiga
Setelah mendengar permasalahan yang
dialami NA, tibalah saatnya penyelesaian masalah.
Pada pertemuan ini peneliti coba memberikan
motivasi untuk NA agar mempunyai semangat
hidup dan mau keluar dari zona nyaman.
Berdasarkan pernyataan yang dituturkan NA di
pertemuan kedua, maka ada dua inti masalah yang
ia belum bisa memecahkannya. Pertama, ia belum
menemukan cara bahagia. Maka, peneliti
memberikan pandangan bahwasanya kebahagiaan
yang hakiki ada pada kehidupan yang sebenarnya
yaitu akhirat. Namun, untuk sampai kesana kita
harus melalui hidup yang sekarang, dan di sinilah
tempat kita berladang kebaikan untuk nanti
memetik bahagia.
68
Adapun salah satu cara berladang adalah
dengan terus melakukan apa yang diperintahkan
serta menjauhi larangan-Nya. Mensyukuri dan
berdamai dengan apapun yang dikaruniakan Allah
adalah salah satu kunci untuk bahagia. Firman
Allah dalam Quran surat Ibrahim: 7
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu
memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur
atas nikmat-Ku maka akan Kutambah nikmat
kepadamu dan apabila kamu ingkar maka
sungguh Azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14: 7)
Hidup di abad modern dengan persaingan
dunia kerja yang sangat ketat, ijazah saja tidak
cukup tanpa didukung dengan kemampuan yang
dimiliki. Jika ijazah tidak mampu membeli
kebahagiaan dunia, maka belilah dengan do’a dan
sujud kita kepada Sang Pemilik Dunia yaitu Allah.
Dengan begitu, mudah bagi Allah memberikan
kecukupan bagi hamba-Nya. Firman Allah dalam
Quran surat Ath-Thalaq: 2-3
69
....
“…. Barang siapa bertaqwa kepada Allah
niscata Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar”dan memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaskanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”
(QS.65: 2-3)
d. Pertemuan Keempat
Setelah melakukan proses konseling dan
memberikan solusi yang sesuai dengan
permasalahannya. NA menuturkan bahwa hidup
akan bermakna jika selalu dekat dengan Sang
Pencipta dan itulah sumber bahagia sesungguhnya.
Dengan selalu meragap diri dari apa yang terjadi,
pasti akan menjadikan kita pribadi yang lebih
70
baik.50
Koreksi diri sangat perlu dilakukan oleh
siapapun. Hal ini akan membuat seseorang
bertaubat dan semakin kukuh saat berhadapan
dengan takdir, sehingga ia tetap sadar bahwa hal
apapun yang menimpa diri merupakan
konsekuensi dari apa yang dilakukan.51
Kata yang menurut NA tidak akan pernah
ia lupa bahkan akan selalu memotivasi ia adalah
“belilah dunia dengan doa dan sujud kepada Sang
Pemilik Dunia”. Kini ia percaya bahwa sesuatu
akan menjadi sangat mungkin dengan ikhtiar dan
doa kepada Allah.
Firman Allah dalam Qs. Al- Mu’min: 60
“Dan Tuhanmu berfirman: “berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
jahannam dalam keadaan hina”. (QS. 40: 60).
50
NA (Remaja bercerai dini),diwawancara oleh peneliti, ds.
Tenolahang pada Maret 2018, pukul 09.00 51
Atik Fikri Ilyas dan Abdi Pemi Karyanto, Mensyukuri Musibah
“Agar semua menjadi rahmat” (Jakarta: Nakhlah Pustaka, 2008), p. 109
71
5. Responden PT
Nama
Responden
PT
Pertemuan
ke-1
A. Tahap Analisis
1. Menjelaskan maksud
kedatangan peneliti
2. Menanyakan gambaran
masalah yang dihadapi
klien
3. Menanyakan apakah klien
bersedia untuk melakukan
proses konseling
Pertemuan
ke-2
B. Tahap Diagnosis
1. Menanyakan kembali
masalah klien secara
mendalam
2. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai
3. Menanyakan penyebab
perceraian, kondisi
psikologis klien pasca
bercerai, masalah-
masalah yang timbul
pasca bercerai serta
bagaimana klien
72
memaknai kehidupannya
Pertemuan
ke-3
C. Tahap Konseling
1. Melakukan proses
konseling (penyelesaian
masalah klien)
Pertemuan
ke-4
1. Kesimpulan dari proses
konseling
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, peneliti mencoba
untuk mengunjungi PT, melihat keadaanya yang
semenjak peristiwa itu terjadi, ia tidak pernah
terlihat keluar rumah. Menurut para tetangga dekat
rumahnya, PT sering terlihat duduk melamun di
depan rumah, jika ada teman sekolah atau banyak
orang, PT langsung masuk ke dalam rumah.
Alhamdulillah PT mau menerima kedatangan
peneliti, meski memang ia terlihat malu dan
enggan balas menatap peneliti. Setelah membuka
obrolan dan menjelaskan kedatangan peneliti ke
rumahnya, kemudian peneliti bertanya terkait
kabar peceraian yang dialami oleh PT serta
mengajaknya untuk melakukan proses konseling.
Akhirnya PT mau diajak untuk wawancara dan
melakukan konseling.
73
e. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua ini peneliti bertanya
lebih dalam mengenai problem yang tengah PT
hadapi. Peneliti juga berusaha menciptakan
suasana santai dan nyaman. agar PT merasa tenang
dan mau bercerita. Serta sejauh mana PT mampu
memaknai kehidupannya dengan positif. Miris
memang, pergaulan bebas menyebabkannya
berhenti sekolah dan harus menikah serta
ditinggalkan suami dalam keadaan hamil.
Hari-hari yang PT lalui ia akui sangat
hampa. PT membutuhkan sosok yang membuatnya
bangkit, ketiadaan ibu disisinya menjadikan hari yang
dilaluinya kini sangat sepi, teman-teman mainnya juga
tidak lagi membersamainya. Ia menuturkan bahwa
kehilangan oran-orang di sekelilingnya itu
menyedihkan. Dan mereka pergi karena takdir buruk
yang menimpanya.
f. Pertemuan ketiga
Setelah mendengarkan permasalahan yang
PT alami, maka dipertemuan ketiga ini proses
konseling dimulai. Setidaknya ada 3 permasalahan
yang membayang-bayangi hidupnya, pertama
adalah rasa malu kepada keluarga dan orang-orang
di sekitarnya atas perbuatan yang telah ia lakukan.
74
Di sini peneliti memberikan pemahaman dan
penguatan bahwasanya, tidak ada manusia yang
sempurna dan benar-benar bersih dari dosa, setiap
manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan
kekhilafan. Dan untuk menebus semua
kesalahannya itu adalah dengan bertaubat kepada
Allah.
Permasalahan kedua adalah keterpukulan PT
karena ditinggalkan oleh orang-orang di
sekelilingnya. Ditinggalkan teman-teman bukanlah
suatu bencana besar, karena kerugian dan
kesedihan yang paling besar adalah ketika jauh
dan meninggalkan Allah. Sebagaimana tadi yang
telah disampaikan peneliti, mendekatkan diri dan
bertaubat adalah cara untuk memperbaiki
kesalahan.
Dengan seseorang mendekati Allah maka
bukan hal yang mustahil jika Allah akan dekatkan
kembali orang-orang yang telah meninggalkan
tersebut. Ketika seseorang yang bermkasiat kemudian
ia mampu istiqomah dengan ajaran Islam dan amal
shalihnya, maka itulah kebahagiaan yang sebenar-
benarnya.52
Kemudian Peneliti juga memberikan
pemahaman bahwasanya tidak ada takdir buruk yang
52
A’idh, Al qarNi, Selagi Masih Muda (Solo: Aqwam, 2010),p. 221-
222
75
Allah kirimkan untuk hamba-Nya. Sesungguhnya
individu itulah yang menjadikannya tidak baik. Selalu
berpandangan positif terhadap takdir yang dialami
menjadikan seseorang lebih sabar, syukur dan
bahagia. Firman Allah dalam Qs. Al- Imran: 165
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa
musibah (pada perang uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada
musuh-musuhmu (pada peperangan badar), kamu
berkata, “darimana datangnya (kekalahan) ini ?
”katakanlah”, “itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” sesungguhnya Allah maha kuasa atas
segala sesuatu”. (QS. 3: 165).
g. Pertemuan keempat
Setelah melakukan proses konseling, maka
dipertemuan keempat ini peneliti menanyakan
kepada klien apakah ada setitik kecerahan atau
perubahan positif yang dialami PT pasca
melakukan konseling. Pada kesempatan ini PT
menuturkan bahwa ia sangat senang karena ada
yang mau bertemu dan mendengarkan
masalahnya.
76
PT juga menuturkan bahwa ia merasa
dibukakan dari pemaknaannya yang keliru terhadap
takdir hidup yang ia terima. Ia mengakui semua yang
terjadi ini karena sebab kesalahannya, tetapi dari sini
PT mau belajar untuk memperbaiki kesalahan dan
lebih giat lagi dalam beribadah sebagai wujud
penghambaan diri serta upaya untuk menjadi pribadi
yang lebih baik.53
Firman Allah Subhanahu Wata’ala
dalam Qs. As-Syura: 30
“Dan musibah apa saja yang menimpa kamu, maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.
Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. 42: 30).
6. Responden NG
Nama
Responden
NG
Pertemuan
ke-1
A. Tahap Analisis
1. Menjelaskan maksud
kedatangan peneliti
2. Menanyakan apakah klien
53
PT (Remaja bercerai dini), diwawancara oleh peneliti, Ds.
Tenjolahang pada Maret 2018,pukul 09.00
77
bersedia untuk melakukan
proses konseling
3. Menanyakan gambaran
masalah yang dihadapi
klien
Perteuan ke-2 B. Tahap Diagnosis dan
Konseling
1. Membuat suasana menjadi
nyaman dan santai .
2. Menanyakan kembali
masalah klien secara
mendalam
3. Menanyakan penyebab
perceraian, kondisi
psikologis klien pasca
bercerai, masalah- masalah
yang timbul pasca bercerai
serta bagaimana klien
memaknai kehidupannya
4. Melakukan proses
konseling dengan
pendekatan Logoterapi
berbasis Islam
Pertemuan
ke-3
1. Kesimpulan proses konseling
78
a. Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, tentu yang
dilakukan peneliti adalah menjelaskan maksud dan
tujuan kedatangannya serta menanyakan kepada
klien terkait kesiapannya untuk menjalani proses
konseling. Setelah ada kesepakatan antara peneliti
dan klien, barulah peneliti bertanya terkait
gambaran umum masalah yang dihadapi oleh
klien.
Adapun inti masalah itu sama halnya
dengan responden-responden sebelumnya, yaitu
perceraian. Namun, setiap responden tentunya
memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda-
beda. Adapun NG, masalah yang ia alami pasca
bercerai adalah bagaimana ia bisa berdamai
dengan takdirnya, merelakan, mengikhlaskan itu
menurutnya tidak mudah. Hal itu ditambah lagi
cibiran-cibiran masyarakat yang semakin
membuatnya down.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua ini, peneliti
mencoba bertanya lebih dalam terkait
permasalahannya dan sejauh mana klien mampu
menerima dan tetap berhusnudzan terhadap apa-
apa yang ia terima sebagai takdir hidupnya.
79
Tentunya, sebelum hal itu jauh dilakukan peneliti
selalu berusaha untuk menciptakan suasana yang
santai agar klien merasa nyaman.
Sebagaimana yang telah NG jelaskan di
halaman sebelumnya, bahwsanya ia memutuskan
untuk bercerai dari suaminya karena rasa tidak
enak terhadap istri pertamanya. Menurut NG, tidak
ada perempuan yang benar-benar ikhlas berbagi
kasih dengan perempuan lain, terlebih pernikahan
NG ini sebelumnya tidak diketahui oleh keluarga
dan istri pertamanya. Sebenarnya NG merasa berat
untuk bercerai, terlebih ia juga sudah mengandung
anak dari suaminya. Menurutnya, Allah memilik
berbagai macam cara untuk membuat hambanya
tersenyum dengan tanpa merebut senyum orang
lain. Hanya saja, yang ia khawatirkan adalah status
janda anak satu serta cibiran orang yang
menyebutnya sebagai perebut suami orang,
menjadikan NG ragu terhadap penerimaan laki-
laki yang nanti mau mengajaknya berumah tangga.
Setelah mendengarkan penuturan dari NG,
peneliti memberi kesimpulan bahwa sebenarnya
NG ini sudah bisa memaknai hidup atau takdir
yang ia jalani. Perceraian yang NG lakukan adalah
wujud dari rasa empati kepada istri pertama
80
suaminya. Dalam situasi seperti ini, NG berusaha
untuk tidak egois. Karena ia sadar cara untuk
bahagia itu tidak harus merebut bahagia orang
lain. NG juga yakin bahwasanya ketika ia
mengikhlaskan sesuatu yang ia cinta, maka Allah
akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari
yang ia ikhlaskan.
Adapun dalam konseling kali ini, peneliti
mencoba untuk memberikan saran terhadap klien
untuk terus bertaqarub kepada Allah, senantiasa
pasrah dan berdoa agar nanti diberikan pasangan
yang baik agamanya. Karena, seseorang yang baik
agamanya akan menerima dengan ikhlas apapun
keadaan kita, senantiasa membimbing kepada hal
yang lebih baik, tidak akan menyakiti baik fisik
ataupun non fisik sebab ia tau bagaimana
memuliakan seorang perempuan. Dan hal ini tidak
lepas dari usaha diri sendiri untuk terus berprogres
menjadi lebih shalehah dalam perkataan dan
perbuatan.
c. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ini tidak banyak yang
disampaikan, peneliti hanya bertanya kepada klien
mengenai keadaan setelah konseling. Ia merasa
bahwa setelah cerita dan berbagi pengalaman,
81
perasaannya jadi lega, juga ia merasakan manfaat
dari berbagi cerita adalah dapat menemukan solusi
dan motivasi. Sebagai contoh adalah jika
sebelumnya ia pesimis akan penerimaan dirinya
terhadap orang yang kelak menjadi suaminya,
maka kini hal itu bisa ia netralisir dengan terus
mendekat pada Allah dan senatiasa merubah diri
menjadi pribadi yang lebih baik.54
54
NG (wanita bercerai), diwawancara oleh peneliti, ds. Tenjolahang
pada Maret 2018, pukul 15.00
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di
Desa Tenjolahang kec. Jiput kab. Pandeglang Provinsi Banten
tentang Pendekatan Teknik Logoterapi Berbasis Islam Pada Istri
Perceraian dari Pernikahan Dini adalah sebagai berikut :
1. Adapun kondisi psikologis ke-6 remaja pelaku perceraian
dini di Desa Tenjolahang adalah, mereka mengalami
stress, sedih, malu, tertutup, tidak percaya diri, benci dan
marah. Sehingga dari kondisi yang negatif itu
menyebabkan kegagalan dalam memaknai hidup secara
positif. Perceraian merupakan takdir atau pengalaman
hidup yang paling pahit, tidak ada kebahagiaan karena
perceraian merenggut banyak harapan.
2. Dampak psikologis dari ke-6 pelaku perceraian dini di
Desa Tenjolahang adalah, begitu kondisi psikologis
mereka terguncang, maka dampak yang terlihat adalah
mereka cenderung menjauhi lingkungan sosial karena ada
rasa malu, hal ini menyebabkan mereka tidak aktif lagi
dalam kegiatan masyarakat atau sosial sehingga mereka
jadi anti sosial. Rasa malu yang lekat pada mereka,
menyebabkan karirnya terhambat. Kemudian, kegagalan
dalam rumah tangga ini jika tidak disikapi secara baik
82
83
bisa jadi menimbulkan kekhawatiran untuk memulai
kembali membina rumah tangga.
3. Penerapan Logoterapi berbasis Islam pada istri
perceraian dari pernikahan dini pasca melakukan
konseling adalah, klien mampu memaknai kembali
kehidupan dengan positif, mereka mengetahui hakikat
kebahagiaan itu didapat bukan karena sebuah takdir
bahagia penuh suka cita, melainkan dari hal yang
terkadang dianggap buruk sekalipun pasti telah terselip
hikmah baik di dalamnya. Pentingnya mengenali diri serta
menyikapi dengan syukur, ikhlas dan husnudzan kepada
takdir Allah adalah kunci kebahagiaan. Sehingga
perceraian yang selama ini mereka anggap sebagai takdir
pahit menyakitkanpun berubah menjadi suatu hikmah dan
pembelajaran hidup yang lebih baik.
B. Saran-saran
1. Perceraian memang sesuatu yang dilhalalkan namun
dibenci, ketika seorang pria dan wanita memiliki problem
dalam rumah tangga, maka selesaikan secara baik-baik
dan dengan kepala dingin. Jika memang tidak mampu
diselesaikan berdua, maka libatkanlah orang ketiga yang
faham dan mampu menengahi. Kemudian hendaklah
mengingat tujuan awal dari sebuah pernikahan, karena
pernikahan sifatnya sakral dan tidak main-main.
84
2. Masyarakat baiknya jauh lebih bisa memahami keadaan
remaja yang bercerai dengan dan sebab apapun. Mereka
bukan untuk dijauhi dan dicibir, melainkan didekati dan
diberikan motivasi agar tabah menghadapi hidup serta
diberikan kepercayaan untuk selalu ikut terlibat dalam
kegiatan kemasyarakatan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2016.
Al-Khatib, Yahya Abdurrahman, Fikih Wanita Hamil, Jakarta:
Qisti Press, 2005.
Alfaifi, Syaikh Muhammad Yahya, Fikih Sunah Sayyid Sabiq,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Al-Ghazali, Imam, Rasa’il Al-Ghazali, Jakarta: Diadit Media,
2008.
Al-Qarni, A’idh, Selagi Masih Muda, Solo: Aqwam, 2010.
Al Wafiri, M.Faiq, “Modifikasi Logo Terapi Berdasarkan
Tazkiyatunnafs Al Ghazali,” (Skripsi Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Semarang 2008).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka
Cipta, 2013.
Etty, Maria, Mengelola Emosi: Tips Praktis Meraih
Kebahagiaan, Jakarta: Grasindo, 2002.
Fathani, Abdul Halim, Ensiklopedi Hikmah Memetik Buah
Kehidupan di Kebun Hikmah, Jogjakarta: Daarul Hikmah,
2008.
Fikri Ilyas, Atik dkk, Mensyukuri Musibah: Agar Semua Menjadi
Rahmat, Jakarta; Nakhlah Pustaka, 2008.
Frankl, Viktor E, Optimisme Ditengah Tragedi: Analisis
Logoterapi, Bandung: Nuansa, 2008.
86
Kustini, Perceraian dibawah Tangan, Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama, 2008.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi,
Bandung: Rosada, 2008.
Lusiana, Elvi, 100+ Kesalahan dalam Pernikahan, Jakarta:
Qultum Media, 20011
Mahfiana, Layyin dkk, Remaja dan Kesehatan Reproduksi,
Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009.
Mhsun, Metode Penelitian Bahasa, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2013.
Nelson-Jones, Richard, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Rasjid, Sulaima, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo
Offset, 2013.
Sangdji, Etta Mamang dan Sopiah, Metode Penelitian,
Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES,
1989.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2016.
Sukirno, Agus, Pengantar Bimbingan Konseling Islam, Banten:
A-Empat, 2014.
Sulasiah, Ucu, “Dampak Perceraian Usia Lanjut Terhadap
Kondisi Psikologis Pelaku dan Keluarga,” (Fakultas
Ushuluddin, Dakwah dan Adab, Institut Agama Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Banten 2015)
87
Tihami, M.A dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013.
Usman, Suparman, Hukum Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001.
Willis, Sofyan.S, Konseling Individual Teori dan Praktik,
Bandung : Alfabeta, 2014.
Zar, Sirajudin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005.
Sumber Lain :
Wawancara
1. DM (Remaja yang Bercerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 16 Maret 2017
2. PT (Remaja yang Bercerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 30 Desember 2017
3. YN (Remaja yang Bercerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 14 Maret 2018
4. MY (Remaja Becerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 12 Maret 2018
5. NG (Remaja Bercerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 18 Maret 2018
6. NA (Remaja Bercerai Dini), di Ds. Tenjolahang,
wawancara tanggal 17 Maret 2018