bab i dst
DESCRIPTION
busetTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar ialah Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan dan
dibimbing sehingga mengembangkan pengetahuan, keterampilan dasar dan
sikap untuk melihat kenyataan sosial siswa dalam kehidupan bermasyarakat
serta menumbuhkan rasa kebangsaan. Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang dan
direfleksikan supaya kemampuan siswa berkembang dan siap menghadapi
kenyataan hidup bermasyarakat yang berubah secara cepat.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi media bagi siswa untuk
mencapai keberhasilan proses pendewasaan. Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan yang dikemas dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang harus
direalisasikan oleh guru dalam pembelajaran yang harus direalisasikan oleh
guru dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal itu
sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003, sebagai berikut :
Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
1
Tujuan pendidikan dalam Undang-undang tersebut diatas dapat dicapai
melalui pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu aktivitas
pembelajaran yang efektif dan efisien adalah guru memberikan kesempatan
kepada siswa yang seluas-luasnya untuk belajar mengalami sendiri secara
sendiri dan atau kelompok. Siswa membangun pengertian, dibentuk dan
dikembangkan oleh siswa secara aktif sebagai hasil komunikasi dalam
kelompok, seperti yang dikemukakan Johnson dan Smith dalam Lie (2005: 5-
6) “Belajar adalah suatu proses pribadi tetapi juga proses sosial yang terjadi
ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya dan
membangun pengertian dan pengetahuan bersama”. Makin tinggi aktivitas
siswa dalam pembelajaran kemungkinan semakin tinggi pencapaian hasil
belajar, sejalan dengan pendapat Sudjana (2004 : 37) bahwa, “proses
pembelajaran yang optimal dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
optimal”.
Hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup tiga
ranah tujuan pendidikan, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor. Tiap ranah
dirinci lagi dalam indikator yang lebih spesifik dan hirarkis. Dalam
pembelajaran hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal siswa. Faktor eksternal siswa dipengaruhi oleh keadaan
psikologis, seperti minat, bakat dan sikap. Sudjana (2004 : 39) mengemukakan
bahwa : “Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
faktor dari dalam dan faktor dari luar atau faktor dari lingkungan siswa”.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti mengobservasi di kelas
VI SD Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, hasil
2
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum memenuhi tuntutan kurikulum.
Adapun hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya pada Ujian
Tengah Semester I tahun pelajaran 2008/2009 mencapai rata-rata kelas 60.
Sedangkan tuntutan kurikulum, siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial jika mencapai nilai rata-rata kelas 75. Hal ini
sesuai KTSP (2006 : 34) “Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator 75 %”.
Melihat dari kenyataan tersebut diatas, dari segi kemampuan guru dalam
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum maksimal, karena
sebelum pembelajaran hanya membuat persiapan mengajar harian yang
formatnya sedah disediakan. Dalam format tersebut kurang dapat memuat
indikator-indikator pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
disyaratkan pada Aspek Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas, masih menggunakan model,
metode dan teknik yang konvensional, salah satu contoh penyajian materi
Ilmu Pengetahuan Sosial tentang letak Negara-negara tetangga (Asean) hanya
disampaikan dengan metode ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran,
siswa hanya duduk dan jadi pendengar setia. Faktor eksternal ini diduga
penyebab siswa merasa jenuh dan bosan dalam belajar.
Pembelajaran yang berlangsung secara konvensional menyebabkan siswa
malas dan jenuh untuk belajar IPS. Hal ini yang menjadi praduga sementara
rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar. Menurut Al-Muchtar (2004 : 5) “….IPS merupakan bidang
studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, bahkan
3
lebih dari itu dipandang sebagai kelas dua oleh siswa maupun oleh orang tua
siswa”. Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu proses pembelajaran.
Saat ini proses pembelajaran IPS mengandung banyak kritikan dari ahli
pendidikan. Seperti kritikan yang dikemukakan Stopsky dan Sharon Lee
(dalam Shounara 2003 : 35) yang menyatakan sebagai berikut :
1) Bidang studi yang membosankan; 2) Pembelajaran bersumber pada buku teks; 3) Guru tidak dapat membelajarkan keterampilan berpikir; 4) Pada pembelajaran IPS, guru berasumsi bahwa tugas mereka adalah memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya kepada siswa secara utuh.
Kondisi pembelajaran yang konvensional tersebut diatas dikarenakan
dalam proses pembelajaran dikelas masih bersumber pada guru atau “teacher
centred” serta masih banyak yang beranggapan bahwa guru sebagai satu-
satunya orang yang menjadi sumber belajar di kelas.
Berdasarkan dari masalah-masalah tersebut di atas, diperlukan keberanian
dan pemahaman guru dalam menggunakan strategi, model, metode dan teknik
mengajar yang memungkinkan siswa terlibat dalam belajar. Siswa tidak hanya
menjadi pendengar, tetapi berperan aktif untuk mengembangkan diri sesuai
dengan hasrat individu siswa pada umumnya. Siswa dapat berkembang untuk
meningkatkan hasil belajar secara individu maupun secara kelompok.
Suatu teknik yang berpeluang untuk mengatasi kualitas pembelajarn IPS
yang masih belum optimal adalah dengan implementasi teknik Jigsaw dalam
model Cooperative Learning. Apabila teknik ini dipraktekkan oleh guru di
kelas, aktivitas belajar siswa meningkat, siswa lebih aktif berkolaborasi
dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas, tugas dari guru dan mempunyai
4
banyak kesempatan mengolah informasi serta meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Teknik Jigsaw adalah suatu langkah-langkah pembelajaran secara
berkelompok berstruktur yang menekankan ada sikap dan perilaku bersama
dalam bekerja saling membantu serta bertanggung jawab satu sama lainnya.
Teknik Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara sehingga teknik Jigsaw diduga sangat cocok diterapkan dalam
pembelajaran IPS dengan materi hapalan tentang tokoh, waktu, tempat dan
peristiwa dari masa lampau hingga sekarang. Dengan menggunakan teknik
Jigsaw dalam pembelajaran, siswa dibagi dalam kelompok berempat, dan
disebut kelompok induk. Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa
membentuk kelompok ahli yaitu siswa berkumpul dengan siswa lain yang
mendapatkan nomor bagian yang sama dari kelompok lain. Dalam kelompok
ahli, siswa bekerja sama mempelajari/mengerjakan, mencatat, memberikan
pendapat dan membagikan hasil diskusinya untuk diinformasikan kepada
rekan-rekan dalam kelompok induk.
Dalam penilaian pada pembelajaran dengan teknik Jigsaw, siswa
mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk dites. Kemudian masing-masing
siswa mengerjakan tes sendiri-sendiri dan mendapat nilai pribadi. Nilai
kelompok dibentuk dengan cara diambil dari nilai terendah yang didapat oleh
siswa dalam kelompok atau dari rata-rata nilai semua anggota kemlompok.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka peneliti berupaya mencari
alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yaitu
5
dengan menggunakan teknik Jigsaw dalam model Cooperative Learning.
Untuk menindaklanjuti perbaikan proses pembelajaran IPS peneliti
mengadakan penelitian dengan judul : “Implementasi Teknik Jigsaw pada
Penemutunjukkan Peta Negara Asean. (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI
SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah, hasil observasi, refleksi
awal terhadap kegiatan pembelajaran dilapangan, maka secara umum
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah mengefektifkan
Implementasi Teknik Jigsaw Pada Penemutunjukkan Peta Negara Asean dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar ?.
Selanjutnya, agar tindakan untuk mengatasi masalah lebih spesifik, maka
secara lebih khusus permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan Implementasi Teknik
Jigsaw pada Penemutunjukkan Peta Negara Asean dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas VI Sekolah Dasar
Negeri 4 Raksabaya ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan Implementasi teknik
Jigsaw pada Penemutunjukkan Pada Peta Negara Asean dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VI
Sekolah Dasar Negeri 4 Raksabaya ?
3. Bagaimanakah hasil pembelajaran dengan Implementasi Teknik Jigsaw
pada Penemutunjukkan Pada Peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil
6
belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 4
Raksabaya ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a. Tujuan Umum Penelitian.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan
implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan pada Negara
Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
di Kelas VI SDN 4 Raksabaya.
b. Tujuan Khusus Penelitian
Sesuai dengan masalah perencanaan yang diteliti, tujuan khusus
penelitian ini adalah :
1) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan perencanaan
pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada
penemutunjukkan pada peta Negara Asean dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di SDN 4 Raksabaya.
2) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan palaksanaan
pembelajaran dengan implementasi teknik pada Jigsaw pada
penemutunjukkan peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS di SDN 4 Raksabaya.
3) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan hasil
pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada
penemutunjukkan peta Negara Asean pada mata pelajaran IPS
7
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 4
Raksabaya.
2. Manfaat Penelitian.
a. Manfaat Teoritis.
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang pemahaman implementasi teknik Jigsaw pada
penemutunjukkan peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.
b. Manfaat Praktis.
Secara praktis manfaat penelitian ini adalah memberikan pemahaman
dan wawasan pengetahuan serta pengalaman kepada guru dan siswa
dalam memecahkan permasalahan pembelajaran tentang implementasi
Teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara Asean dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar.
c. Manfaat Kelembagaan.
Secara kelembagaan manfaat penelitian ini adalah mengoptimalkan
dan mengembangkan fungsi kelembagaan Sekolah Dasar sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran serta sebagai lembaga kegiatan
penelitian pembelajaran di Sekolah Dasar, khusus di SDN 4 Raksabaya
Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.
D. Paradigma Penelitian Dan Hipotesis Penelitian
1. Paradigma Penelitian.
8
Paradigma adalah serangkaian konsep-konsep dasar yang disusun secar
terpadu sehingga membentuk pola pikir. Paradigma digunakan sebagai
pegangan operasional penelitian dan sebagai pedoman berpikir dalam
memecahkan setiap permasalahan yang telah dirumuskan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mempunyai paradigma sebagai
berikut :
a. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran
yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sekolah Dasar.
b. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan jika guru
memahami dan mengoptimalkan perencanaan pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada
penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya
Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis
c. Implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta
Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di Kelas VI SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas
Kabupaten Ciamis.
d. Teknik Jigsaw merupakan salah satu teknik pada model
Cooperative Laerning yang dapat digunakan dan dikembangkan pada
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
2. Hipotesis Penelitian
9
Sesuai dengan penelitian berjudul : Implementasi Teknik Jigsaw Pada
Penemutunjukkan Peta Negara Asean, maka hipotesis penelitian dalam
bentuk hipotesis tindakan yaitu :
a. Apabila guru memahami dan mampu mengoptimalkan
membuat rencana pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw
pada penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4
Raksabaya, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
b. Apabila guru memahami dan mampu mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada
penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya,
maka hasil belajar siswa dapat miningkat.
c. Apabila guru memahami dan mampu melaksanakan
penilaian dengan implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan
peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya, maka hasil belajar
siswa dapat meningkat.
E. Definisi Operasional
Supaya tidak menimbulkan pemahaman dan penafsiran yang salah
terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan
beberapa istilah penting, sebagai berikut :
1. Implementasi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1997 : 328) kata implementasi
mempunyai arti penerapan atau cara menerapkan sesuatu.
2. Teknik Jigsaw
10
Teknik Jigsaw ialah suatu teknik pembelajaran yang menekankan
kebersamaan, rasa tanggung jawab anggota kelompok dan struktur
pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Guru memperhatikan latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. “Teknik ini dapat
diimplementasikan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama dan
Bahasa”. (Lie, 2005 : 69).
Pada penelitian ini diimplementasikan teknik Jigsaw dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 4 Raksabaya,
dengan materi yang dibahas yaitu menemutunjukkan letak Negara Asean
pada peta berdasarkan letak astronomis, geografis dan nama-nama ibu kota
Negara Asean dari Jakarta (Kompas). Negara Asean yang dipelajari,
dipilih tiga Negara oleh kelompok ahli untuk dikaji dan dipahami setiap
anggota kelompok ahli dan hasilnya dibawa serta disosialisasikan kepada
anggota kelompok induk lainnya agar dikuasai sebagai bahan laporan
kelompok.
3. Model Cooperative Learning
Model Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran untuk
mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru
dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang
lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model
11
pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata
pelajaran dan berbagai usia.
Salvin mengemukakan bahwa “in cooperative learning methods, students
work together in four member team to master material initially presented
by the teacher” (Salvin, 1995 : 4). Dari uraian tersebut bahwa pengertian
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana system
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4
orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa bergairah
dalam belajar.
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu system atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2004 : 174).
Pembelajaran implementasi teknik Jigsaw dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial dengan materi pelajaran : Kenampakan Alam Negara-negara
Tetangga (Asean), direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara
individu dan kerja kelompok berstruktur supaya siswa dapat aktif dan
kreatif dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan secara maksimal.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah “Mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan social yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah” (Kurikulum, 1994 : 86).
12
IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial dan kewarganegaraan.
Dalam penelitian ini materi pokok yang dijadikan materi pembelajaran
adalah letak Negara-negara Asean di kelas VI Sekolah Dasar Semester I,
pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) halaman 379, siswa
dituntut menemutunjukkan pada peta/atlas letak Negara-negara Asean
berdasarkan letak geografis astronomis dan nama-nama ibukota Negara
dari Jakarta (arah mata angin)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994, pengertian Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan social yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah. IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. (Depdiknas, 1994 : 86).
Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar berfungsi untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar, untuk melihat
13
kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan
bangga terhadap perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga
masa kini.
Kurikulum memuat tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial diantaranya
sebagai :
1. mengajarkan konsep-konsep
geografi, ekonomi, sejarah dan kewarga-negaraan melalui pendekatan
paedagogis dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan
berfikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah social.
3. Membangun komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara
nasional maupun global. Menurut Hasan (1992 : 41) IPS bertujuan :
Untuk mengembangkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa dalam
melihat hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, dan
selanjutnya dikatakan pula tentang fungsi dari kurikulum IPS SD
adalah membentuk sikap rasional dan bertanggung jawab terhadap
masalah-masalah yang timbul akibat interaksi antar manusia dan
lingkungannya.
B. Ruang Lingkup dan Rambu-rambu
Pembelajaran IPS
14
Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI Sekolah
Dasar menurut kurikulum 2006 adalah :
1). Sistem administrasi wilayah Indonesia, 2) Kenampakan alam dan keadaan social Negara-negara tetangga, 3) Benua-benua di dunia, 4) Gejala-gejala alam di Indonesia dan Negara tetangga, 5) Cara-cara menghadapi bencana alam, 6) Peranan Indonesia dalam era global, 7) Manfaat ekspor dan impor.
Rambu-rambu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar adalah sebagai berikut :
1. Pengorganisasian materi pelajaran menggunakan pendekatan
masyarakat yang meluas (expanding community approach) yakni dimulai
dari hal-hal yang terdekat dengan siswa ke hal-hal yang lebih jauh.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan
terpadu (integreated approach) dan pendekaan belajar kontekstual untuk
meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan sikap, serta keterampilan
sosial. Pendekatan tersebut diwujudkan melalui penggunaan metode :
inquiri, eksploratif dan pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran
tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau diluar kelas
dengan memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang ada.
3. Penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
diarahkan untuk mengukur pencapaian hasil belajar. Selain penilaian
tertulis dapat juga menggunakan model penilaian perbuatan, penugasan,
produk dan portofolio.
C. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
15
Standar kompetensi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta yang harus dikuasai siswa
setelah melalui proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Standar
kompetensi atau kompetensi dasar yang akan dijadikan penelitian adalah
membandingkan kenampakkan alam dan keadaan social Negara-negara
tetangga (Asean).
D. Model Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning.
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Anita Lie (2000) menyebutkan cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan bahwa cooperative
learning hanya berjalan kalau suda terbentuk suatu kelompok atau tim
yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan, dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri
dari 4 (empat) atau 5 (lima) orang saja.
Proses pembelajaran cooperative learning ini berdasarkan pada
pemikiran filosofis “Getting Better Together”. Artinya bahwa untuk
mendapatkan sesuatu lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara
bersama-sama dalam sebuah kelompok. Disampaing itu ada keyakinan
berdasarkan penelitian, bahwa peserta didik akan lebih baik belajar dengan
16
rekan sebaya. Atas alasan itu maka pembelajaran dengan menggunakan
model cooperative learning ini dipergunakan sebagai salah satu model
yang dipergunakan sebagai salah satu model yang dipergunakan di
sekolah-sekolah.
Sebagai konsekuensinya dalam melaksanakan pembelajaran ini, guru
harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya secara matang.
Suasana kelas perlu direncanakan, sehingga siswa mendapatkan
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa
akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka menyenangi dan
mencintai proses belajar serta mencintai satu sama lain. Dalam suasana
yang demikian maka siswa akan lebih mudah dalam memahami serta
mengembangkan kreativitasnya dalam belajar.
Berdasarkan penelitian ditemukan data yang menunjukkan bahwa
suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi tinggi,
hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik
dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-
misahkan siswa (Johnson & Johnson, 1989).
Dalam merancang pembelajaran guru harus mempertimbangkan aspek
kebersamaan siswa yang lebih lama, artinya siswa tidak hanya aktif selama
dikelas saja melainkan juga diluar lingkungan kelas. Menurut Watermorth
(1994) melalui model belajar ini siswa dilatih selain untuk mampu
mengembangkan aspek kognitif, juga mampu mengembangkan sikap dan
perilaku-perilaku sosial serta keterampilan yang memungkinkan dirinya
untuk memahami sedini mungkin kenyataan hidup bermasyarakat.
17
Pada dasarnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok
memiliki persamaan. Persamaan ini terletak pada tujuannya yaitu : 1)
untuk mengembangkan kemampuan mental yang meliputi membina
pengetahuan, mengajar problem solving, mengambil keputusan, serta
mengembangkan berfikir kritis; 2) Menelaah dan meneliti suatu bidang
kajian tertentu; 3) Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
secara lisan, dan 4) untuk mengubah sikap yang kurang terpuji.
Sedangkan perbedaannya cooperative learning lebih unggul
dibandingkan dengan diskusi kelompok biasa. Menurut Salvin (1995 : 12)
terdapat enam karakteristik dari cooperative learning yang
membedakannya dengan metode yaitu : 1) Grouf goals; 2) Individual
accountability; 3) Equal oportinities for success; 4) Team copetition; 5)
Task specialization; 6) Adaption to individual need. Anita Lie (2000)
melihat ada lima unsur yang membedakannya dengan kerja kelompok
biasa. Kelima unsur itu adalah : 1) saling ketergantungan yang positif; 2)
tanggung jawab perseorangan; 3) interaksi tatap muka; 4) komunikasi
antar anggota; 5) evaluasi proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran model Cooperative Learning
adalah pandangan hidup Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk Bhineka yang memerlukan
gotong royong dan kerja sama dalam hidupnya. Kerjasama merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Sejalan dengan
pendapat Lie (2005 : 28) “Falsafah yang mendasari model Cooperative
Learning dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius”.
18
Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap
pencapaian hasil belajar yang optimal. Cooperative Learning adalah suatu
model pembelajaran yang menekankan pada sikap dan perilaku kerjasama
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
2. Pengelolaan Kelas Cooperative
Learning.
Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun
mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati
yang gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan
langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa
secara keseluruhan. (Porter & Hernacki, 2001 : 66). Sesuai dengan
pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning
dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam
mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini
guru bukannya bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama
saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat
pelaksanaan dan membuat tugas untuk dikerjakan oleh siswa bersama
dengan kelompoknya.
Dalam model pembelajaran cooperative learning, dibutuhkan proses
yang melibatkan niat dan kiat dari anggota kelompoknya. Sehingga
masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan
orang lain. Dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada
19
tiga hal yang perlu diperhatikan yakni pengelompokkan, pemberian
motivasi kepada kelompok dan penataan ruang kelas (Lie, 2000).
3. Penataan Ruang Kelas Model
Pembelajaran Cooperative Learning.
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh filsafat dan metode
pembelajaran yang dipakai di kelas. Pada umumnya penataan ruang kelas
diatur secara klasikal, karena hal ini sesuai dengan metode ceramah.
Dalam metode ini guru berperan sebagai nara sumber yang utama atau
mungkin satu-satunya nara sumber. Untuk model cooperative learning
guru tidak hanya satu-satunya nara sumber, tetapi siswa juga dapat belajar
dari temannya dan guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator,
evaluator. Sebagai konsekuensinya ruang kelas harus ditata sedemikan
rupa, sehingga dapat menunjang terjadinya dialog dalam cooperative
learning. Pengaturan bangku memainkan peranan penting dalam kegiatan
belajar model cooperative learning ini. Sehingga semua siswa bisa melihat
guru atau papan tulis dengan jelas. Disamping itu harus dapat melihat dan
menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam
jangkauan kelompoknya dengan merata.
Penataan bangku yang biasa dipakai dalam cooperative learning
menurut Kagan (Anita Lie, 2000) adalah sebagai berikut :
20
Gambar 2.1.Posisi duduk dalam pembelajaran Kooperatif
Penggunaan meja tapal kuda atau meja panjang dapat menempatkan
siswa secara berkelompok diujung (lihat gbr.1). Sedangkan penggunaan
meja laboratorium (lihat gbr.2) memudahkan siswa untuk mengerjakan
tugas individu maupun kelompok. Penggunaan meja kelompok dan meja
klasikal (lihat gbr.3) dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara
berdekatan (lihat gbr.4) dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam
satu meja sedangkan penataan terbaik dan relative mudah adalah dengan
menempatkan bangku individu dengan meja tulisnya (lihat gbr.5).
4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning.
a) Keunggulan Cooperative Learning
Gambar 4Meja berbaris
Gambar 2Meja laboratorium
Gambar 5Meja individu
Gambar 1Meja panjang
21
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih
bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif ini memiliki
beberapa keunggulan, Maomilan mengemukakan keunggulan
pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi
peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu
pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama
dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok (dalam
Salvin, 1983)
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative
learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki
keterampilan. Baik keterampilan berfikir (Thinking skill) maupun
keterampilan sosial (Social skill), seperti keterampilan untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan orang
lain, bekerjasama, rasa setiakawan, dan mengurangi timbulnya
perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl : 1994).
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa mengem-
bangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan
lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai
tutor bagi teman sebayanya.
Selanjutnya Jarolimek & Parker (1993) mengatakan
keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai
berikut : 1) Saling ketergantungan; 2) Adanya pengakuan dalam
22
merespon perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas; 4) Suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan; 5) Terjadinya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru; 6) Memiliki banyak
kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.
b) Kelemahan Cooperative Learning
Kelemahan model pembelajaran cooperative learning
bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan
faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut :
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, waktu;
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai; 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas,
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan; 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.
Faktor dari luar, erat kaitannya dengan kebijakan
pemerintah yaitu padatnya kurikulum pembelajaran, selain itu
tujuan pembelajaran terpusat pada tes keberhasilan pada saat ujian
yaitu perolehan hasil untuk nilai UMP (Ujian Mutu Pendidikan).
23
Sebenarnya apabila guru telah berperan baik sebagai
fasilitator, motivator, mediator maupun evaluator, maka kelemahan
yang ditemukandalam model cooperative learning ini dapat diatasi.
Sehingga peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana
kelas yang kondusif agar pembelajaran IPS di SD dengan
menggunakan model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
5. Unsur-unsur Cooperative Learning :
a) Saling ketergantungan positif.
Dalam Cooperative Learning keberhasilan suatu kelompok sangat
bergantung pada usaha anggota kelompoknya. Siswa dalam
kelompok adalah sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang
harus di capai
b) Tanggung jawab individu
Dalam cooperative learning setiap siswa bertanggungjawab untuk
melakukan yang terbaik. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh
keberhasilan masing-masing anggota kelompokknya.
c) Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap
muka dan interaksi.
d) Komunikasi antar anggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan,
24
untuk memperkaya pengalaman belajar, serta pembinaan
perkembangan mental dan emosional.
e) Evaluasi proses kelompok
Dengan adanya evaluasi proses kelompok, para siswa dalam
kelompok akan menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa
mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompok.
6. Teknik-teknik Model Cooperative Learning
Teknik-teknik model Cooperative Learning menurut Lie (2005 : 55-71) adalah : a) Teknik mencari pasangan, b) Teknik bertukar pasangan, c) Teknik berpikir berpasangan, berempat, d) Teknik berkirim salam dan soal, e) Teknik kepala bernomor, f) Teknik kepala bernomor terstruktur, g) Teknik dua tinggal dua tamu, h) Teknik keliling kelompok, i) Teknik kancing gemerincing, j) Teknik keliling kelas, k) Teknik lingkaran kecil lingkaran besar, l) Teknik tari bambo, m) Teknik Jigsaw, n) Teknik bercerita berpasangan.
a) Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson Et Al
sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Teknik
ini dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti IPA,
IPS, Matematika, Agama, Bahasa dan dipandang cocok untuk
semua kelas atau tingkatan.
Dalam teknik ini garu harus memperhatikan skemata latar
belakang siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran lebih bermakna. Selain itu siswa dituntut
bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan
25
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Cooperative Learning teknik Jigsaw adalah suatu teknik
pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atau penguasaan materi belajar
dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya (Arends dalam Yusuf, 2003 : 25).
Model Cooperative Learning teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends dalam Yusuf, 2003 : 26)
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian
“siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”
(Lie, A, 1004). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan
topic yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu
satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim atau
kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang
26
lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.
Pada model Cooperative Learning teknik Jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok
induk siswa beranggotakan siswa dengan dengan kemampuan, asal
dan latar belakang keluarga beragam. Kelompok asal merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok hali yaitu kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan
sebagai berikut (Arends dalam Yusuf, 2003 : 27) :
Gambar 2.2Pembagian kelompok asal ke kelompok ahli
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu
dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
A1 B1C1 D1
A2 B2C2 D2
A3 B3C3 D3
A4 B4C4 D4
A1 A2A3 A4
B1 B2B3 B4
C1 C2C3 C4
D1 D2D3 D4
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
27
membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota
kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik
mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota
kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan
pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada
saat ertemuan dikelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga
dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu)
terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran,
siswa diberi kuis secar individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci teknik Jigsaw ini adalah independensi setiap
siswa terhadap anggota tim yang telah memberikan informasi yang
diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan
baik.
Untuk pelaksanaan Cooperative Learning teknik Jigsaw,
disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut : 1) Pemberian
tugas, 2) Pemberian lembar ahli, 3) Mengadakan diskusi dan 4)
Mengadakan kuis.
Adapun rencana pembelajaran Cooperative Learning teknik
Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut :
1) Membaca : Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca
materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
2) Diskusi kelompok ahli : siswa dengan topik-topik ahli yang
sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
28
3) Diskusi kelompok : ahli kembali ke kelompok asalnya untuk
menjelaskan topik pada kelompoknya.
4) Kuis : siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua
topik.
5) Penghargaan kelompok : perhitungan skor kelompok dan
menentukan penghargaan kelompok.
b) Penggunaan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar
Teknik Jigsaw dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut :
1) Perencanaan penerapan teknik Jigsaw
Pada tahap ini, guru menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk proses pelaksanaan pembelajaran,
misalnya; alat peraga, media pembelajaran, rencana pem-
belajaran, dan lembar kerja siswa (LKS)
2) Proses pelaksanaan teknik Jigsaw
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Apersepsi
b) Guru mengarahkan materi yang akan dibahas dan aturan
main pembelajarannya
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari
empat orang atau lebih, setiap siswa diberi nomor
masing-masing kelompoknya, disebut kelompok induk.
29
d) Siswa yang bernomor urut sama berkelompok lagi,
disebut kelompok ahli.
e) Tiap kelompok ahli diberi kartu pembelajaran/tugas yang
berbeda pada pokok bahasan yang sama pada materi
pelajaran kemudian mendiskusikannya.
f) Setiap anggota bertugas memberi pendapat, mengingat
dan mencatat hasil temuan diskusinya.
g) Bila sudah selesai siswa disuruh kembali kepada
kelompok induknya lagi.
h) Setiap kelompok induk melaporkan hasil kerjanya kepada
rekan kelompoknya. Bila setiap kelompok materi
pembela-jarannya/tugasnya sama bisa saling mengoreksi
atau memberi masukan lagi.
i) Guru memberikan penegasan/penguatan tentang hasil
diskusinya.
j) Untuk pendalaman dan pengayaan materi pembelajaran,
dilanjutkan dengan Tanya jawab atau tes lisan dikahiri
dengan pemberian tugas.
3. Evaluasi Teknik Jigsaw
Penilaian dalam teknik Jigsaw siswa mendapat nilai pribadi
dan nilai kelompok. Siswa bekerjasama dengan metode
Cooperative Learning. Mereka saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing
mengerjakan tes sendiri-sendiri dan mendapat nilai pribadi.
30
Jika hanya dilakukan tes proses saja oleh guru, setiap siswa
harus aktif dalam proses pembelajaran.
Nilai kelompok bias dibentuk dengan beberapa cara, pertama
nilai kelompok diambil dari nilai terendah yang diperoleh
siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok diambil dari
rata-rata nilai semua anggota kelompok. Kelebihan kedua
cara tersebut adalah semangat gotong royong dan kelompok
bisa berusaha lebih keras untuk membantu semua anggota
kelompok dalam mempersiapkan diri untuk tes.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), menurut Kasbolah (1998 : 15) “Penelitian tindakan
dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas tujuan
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran”. Dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien dapat tercapai secara optimal.
Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian
ini dengan alasan adalah sebagaimana dikatakan oleh Kasbolah (1998 : 32)
adalah : (1) Untuk meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah,
(2) Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, (3) Untuk meningkatkan
mutu hasil pendidikan, (4) Untuk meningkatkan efieiensi pengelolaan
pendidikan. Diterapkannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan
upaya kerjasama antara peneliti, guru dan siswa untuk mengadakan
perbaikan dan peningkatan pada proses dan hasil pembelajaran.
Manfaat dari penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari segi
akademik, PTK bermanfaat guna membantu guru menghasilkan
pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki pembelajaran dalam jangka pendek. Hal ini dimungkinkan
karena dewasa ini pendapat kalangan pendidikan senantiasa berubah.
Adapun manfaat praktis PTK sebagaimana yang tercantum dalam
Kasihani Kasbolah (1998 : 36) adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi inovasi pembelajaran
2. Manfaat bagi pengembangan kurikulum di tingkat sekolah/kelas
32
3. Manfaat bagi pengembangan profesi guru
4. Manfaat bagi mahasiswa S.1 PGSD yaitu berupa pengetahuan
keterampilan melakukan penelitian praktis dan wawasan tentang
peningkatan proses pembelajaran secara berkelanjutan.
5. Manfaat bagi Dosen PGSD, yaitu adanya benang merah dengan
lapangan dan terjembatani kesenjangan antara teoritis di kampus
dengan praktik yang terjadi di sekolah.
6. Manfaat bagi guru sekolah dasar yaitu untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melakukan penelitian, meningkatkan serta
memperbaiki proses pembelajaran dan pengembangan profesionalisme
guru.
7. Manfaat bagi lembaga (PGSD UPI dan Sekolah Dasar) yaitu
terbinanya kemitraan yang melembaga.
Menurut Kasbolah (1998 : 112) ada empat model Penelitian
TIndakan Kelas (PTK) yaitu : model yang dikembangkan oleh Ebbut
(1985), Kemmis dan MC. Taggart (1998), Elliot (1991), dan MC. Kernan
(1991). Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah adaptasi model
Kemmis dan MC. Taggart, terdiri dari empat komponen, yaitu :
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (kasbolah, 1998 : 14).
Komponen-komponen tersebut merupakan satu siklus, yang dimaksud satu
siklus pada penelitian ini yaitu satu putaran yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Pada penelitian tindakan kelas ini
direncanakan melalui tindakan tiga siklus dan apabila belum mencapai
33
tujuan yang telah ditetapkan maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
Setiap satu siklus tindakan sama dengan satu kali tindakan pembelajaran.
Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan hasil
adaptasi dari model Kemmis dan MC. Taggart, dapat dilihat dari bagan
berikut :
34
Gambar 3.1Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis Taggart
B. Prosedur Penelitian
PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan
Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan
Siklus 2
Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan
pembelajaran
PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan
Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan
Siklus 3
Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan
pembelajaran
PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa
ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan
Dan seterusnya
Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan
pembelajaran
Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan
Siklus 1
35
Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu
a). Orientasi dan identifikasi masalah, b) Perencanaan tindakan kelas, c).
Pelaksanaan tindakan penelitian, yaitu terdiri dari : 1) pembuatan
perencanaan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) observasi
pelaksanaan, 4) analisis dan refleksi kegiatan pembelajaran.
1. Pada tahap awal kegiatan peneliti melakukan orientasi dan
identifikasi masalah ke lokasi dan subjek penelitian. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri
4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis untuk
melakukan penelitian. Permintaan izin ini sekaligus meminta
kesediaan Kepala Sekolah untuk berperan sebagai pengamat
dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Melakukan kegiatan observasi keadaan kelas, sikap
dan perilaku siswa, motivasi belajar siswa serta prestasi kelas VI
SD Negeri 4 Raksabaya dengan focus penelitian terhadap
penggunaan metode dan teknik pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dengan materi pokok kenampakkan alam dan keadaan
social Negara-negara tetangga (Asean) hubungannya dengan
hasil belajar siswa.
c. Bersama observer mengidentifikasi masalah
dengan menetapkan skala prioritas dari sejumlah permasalahan
pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial di
36
kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas
Kabupaten Ciamis.
2. Perencanaan Tindakan Kelas
Berdasarkan orientasi dan identifikasi masalah pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri 4Raksabaya perencanaan
tindakan dalam penelitian ini yang dilakukan peneliti sebagai berikut :
a. Bersama-sama dengan praktisi membicarakan
rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan implementasi teknik Jigsaw. Dari
hasil observasi dan identifikasi. Maka refleksi awal menentukan
bahwa tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan mengoptimalkan kemampuan guru melalui implementasi
teknik Jigsaw pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Bersama-sama dengan praktisi membahas hakikat
dan tujuan implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta
Negara-negara Asean di kelas VI Sekolah Dasar.
c. Menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dalam bentuk siklus yang terdiri dari tiga siklus. Setiap
siklus tindakan pembelajaran dilakukan dalam empat tahap
kegiatan atau tindakan, yaitu membuat rencana pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, observasi pelaksanaan
pembelajaran dan refleksi pembelajaran.
37
d. Membuat dan menyusun instrument penelitian
terdiri dari format observasi kemampuan guru membuat rencana
pembelajaran teknik Jigsaw, format kemampuan guru
melaksanakan proses pembelajaran teknik Jigsaw dan format
peningkatan hasil belajar siswa dengan teknik Jigsaw.
e. Membuat dan menyusun instrumen pembelajaran
terdiri dari kemampuan guru dalam merancang rencana
pembelajaran (lampiran 6), kemampuan guru dalam kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran IPS (lampiran 7),dan lembar kerja
siswa (lampiran 2), serta menyiapkan alat peraga dan media
pembelajaran.
f. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
meliputi tiga siklus dengan indikator dan pembahasan materi yang
sama. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai.
3. Pelaksanaan Tindakan Kelas.
Pada tahap pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan praktisi (guru)
menyiapkan prasayarat untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), untuk mengungkap data awal tentang hasil belajar siswa,
peneliti melakukan apersepsi awal dalam pembelajaran IPS di kelas VI
SD Negeri 4 Raksabaya hasil dari apersepsi awal dan observasi di
analisis secara seksama untuk mengidentifikasi dalam penelitian
penentuan langkah-langkah kegiatan penelitian.
38
Pelaksanaan tindakan penelitian dalam tiga siklus, tetapi
berdasarkan hasil yang dicapai pelaksanaannya dapat dikurangi atau
ditambah. Setiap siklus dilakukan dengan satu kali kegiatan
pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran. Tindakan penelitian
siklus satu merupakan hasil rekomendasi dari observasi dan UTS.
Tindakan pembelajaran siklus 2 merupakan hasil rekomendasi
tindakan pembelajaran pada siklus 1, tindakan pembelajaran siklus 3
merupakan hasil rekomendasi tindakan pembelajaran siklus 2. Pada
tindakan pembelajaran setiap siklus penelitian dilakukan dalam empat
tahap, yaitu : perencanaan pembelajaran, dan analisis refleksi
pembelajaran. Dari hasil analisis refleksi pembelajaran pada setiap
tindakan pembelajaran merupakan rekomendasi dari perencanaan
tindakan pembelajaran berikutnya. Akhirnya dicapai penetapan
rekomendasi hasil tindakan pembelajaran semua siklus.
Tindakan pembelajaran yang dilakukan melalui empat tahap
kegiatan tersebut di atas secara rinci adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran setiap siklus dengan indikator
dan pembahasan materi yang sama. Hal ini dilakukan untuk
melihat keberhasilan implementasi teknik Jigsaw pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VI.
Kegiatan yang dilakukan pada pembuatan perencanaan
pembelajaran pada siklus kesatu, kedua dan ketiga adalah sebagai
berikut :
39
1) Mempersiapkan instrument pembelajaran yaitu :
rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, tes hasil belajar.
2) Mempersiapkan sumber pelajaran, alat peraga,
dan media pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
3) Menyusun instrument penelitian, yaitu : lembar
observasi kegiatan belajar mengajar dan lembar observasi
kegiatan siswa dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga siklus,
dengan materi pokok “Letak Negara-negara tetangga (Asean)”.
Setiap siklus membahas materi pokok dan indikatornya sama.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak
sebagai observer mengamati seorang guru sebagai praktisi
menggunakan lembar pengamatan terhadap guru dan siswa dengan
instrument observasi yang telah disediakan.
Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setiap siklus,
digambarkan sebagai berikut :
1) Kompetensi Dasar : Membandingkan
kenampakkan alam dan keadaan sosial Negara-negara tetangga
(Asean).
2) Materi pokok : Kenampakkan alam dan keadaan
sosial Negara-negara tetangga (Asean).
40
3) Pembahasan materi : Menemutunjukkan letak
Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,
geografis dan nama-nama ibu kota Negara dari Jakarta.
4) Indikator : Menemutunjukkan pada peta/atlas,
letak Negara-negara tetangga (Asean) berdasarkan letak
astronomis, geografis dan nama-nama ibu kota Negara Asean
dan Jakarta (kompas) (Setiap siklus indikatornya dan
pembahasan materi yang sama).
Pada tindakan pembelajaran setiap siklus, peneliti melakukan
kegiatan pembelajaran meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir dan tindak lanjut. Secara garis besar langkah-
langkah kegiatan selama pembelajaran dilakukan pengorganisasian
kelompok belajar untuk kegiatan Cooperative Learning dalam
implementasi teknik Jigsaw sebagai berikut :
1) Siklus 1
Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak
Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,
geografis dan nama-nama ibu kota Negara-negara Asean
(Kompas) dari Jakarta.
2) Siklus 2
Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak
Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,
geografis dan nama-nama ibu kota Negara-negara (Asean).
3) Siklus 3
41
Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak
Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,
geografis dan nama-nama ibu kota Negara (Kompas) dari
Jakarta.
Setiap pertemuan dilaksanakan sebagai berikut :
a) Tanya jawab dan tes awal tentang pengetahuan awal siswa
mengenai Negara-negara tetangga (Asean)
b) Pembentukkan kelompok induk dan penjelasan tentang
tugas masing-masing kelompok induk dan anggotanya.
c) Penjelasan secara rinci tentang tugas kelompok ahli dan
anggotanya.
d) Melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan materi
pelajaran tiap siklus.
e) Persiapan pengalaman belajar tentang letak Negara-negara
tetangga (Asean).
f) Membuat catatan temuan permasalahan dalam
pembelajaran sebagai bahan tindak lanjut.
g) Melaksanakan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam
kelompok untuk mengukur keberhasilan tindakan
pembelajaran.
c. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung, setiap
tindakan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh observer
sebagai berikut :
42
1) Kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran
dengan teknik Jigsaw.
2) Kemampuan guru mengoperasionalkan teknik Jigsaw
mengenai kelebihan dan kekurangannya dalam rangka
memfasilitasi belajar siswa.
3) Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi dengan teknik
Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4) Aktivitas siswa dalam kerjasama kelompok secara berstruktur
berdasarkan rencana pembelajaran sebelumnya untuk mencapai
tujuan.
d. Refleksi Tindakan
Hasil observasi dari pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya
dianalisis dan direfleksi dengan sasaran sebagai berikut :
1) Analisis terhadap data awal siswa mengenai hasil belajar dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI
2) Kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan mengdakan evaluasi hasil
belajar siswa dengan teknik Jigsaw.
3) Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan teknik Jigsaw
dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
4) Peneliti dan observer melaksanakan refleksi terhadap hasil
analisis dengan teknik analisa, sintesa dan dedukasi terhadap
tindakan dan temuan hasil observasi. Refleksi difokuskan pada
43
kelemahan pengelolaan pembelajaran yang menggambarkan
upaya peningkatan hasil belajar siswa.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VI Sekolah
Dasar Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.
Semester I Tahuan Pelajaran 2008/2009 untuk materi pokok letak Negara-
negara tetangga (Asean).
Subejak penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran di
kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya jumla
Tabel 3.1.
Jenis Data dan Cara Pengumpulannya
No. Jenis Data Cara Pengumpulan1 Kemampuan guru dalam membuat
rencana pembelajaran dengan teknik Jigsaw
Simak telaah terhadap instrument pembelajaran dilanjutkan dengan tranggulasi dan konfirmasi
2 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teknik Jigsaw
Observasi aktifitas guru dalam proses belajar mengajar dilanjutkan dengan trianggulasi dan konfirmasi
3 Kemampuan pelaksanaan tes proses hasil belajar dengan teknik Jigsaw
Observasi terhadap aktivitas guru dalam pelaksanaan tes proses
4 Efektifitas hasil belajar siswa dengan teknik Jigsaw
Observasi dan hasil tes proses hasil belajar siswa waktu pembelajaran dilaksanakan.
Data lain diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan penelitian
tindakan kelas.
E. Indikator Kinerja
44
Standarisasi keberhasilan suatu tindakan perbaikan yang dilakukan oleh
peneliti dalam implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta
Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut :
1. Guru mampu menunjukkan kinerja
baik (berhasil), jika mampu mencapai 75 % dari jumlah indicator yang
telah ditetapkan untuk setiap aspek kinerja guru dalam instrument
penelitian tindakan kelas (PTK).
2. Siswa mampu mencapai hasil
belajar yang baik (tuntas), jika dapat mencapai 75 % (Kriteria ketuntasan
ideal 75 % dan kriteria ketuntasan minimal 60 %.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian dan
pembahasan berdasarkan temuan data tentang penemutunjukkan letak Negara-
negara Asean pada peta melalui teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS, yang
dilalksanakan di kelas VI SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten
Ciamis.
Teknik jigsaw merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan/aktivitas siswa. Sehingga dengan dilaksanakannya
teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS, hasil belajar siswa dapat meningkat secara
optimal. Atas dasar kesepakatan antara peneliti dan praktisi (guru) sebagai mitra
menyepakati pelaksanan tindakan pembelajaran perlu ditingkatkan melalui teknik
jigsaw agar kemampuan siswa meningkat.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan suatu gambaran yang diperoleh dari setiap
siklus secara nyata, baik diperoleh dari observasi, catatan lapangan,
wawancara, dokumentasi maupun hasil pengamatan langsung ketika proses
pembelajaran. Hasil penelitian itu dideskripsikan, dianalisa dan direfleksikan
46
dengan tujuan supaya kekurangan dan kelebihan setiap siklus dapat diketahui
dengan jelas, maka secar rinci dideskripsikan sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah, maka penelitian
tindakan kelas dilakukan dalam tiga siklus tindakan pembelajaran.
Setiap siklus tindakan pembelajaran dilaksanakan menggunakan teknik
jigsaw dengan materi yang sama, supaya tingkat keberhasilan
implementasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan letak Negara-
negara Asean pada peta dapat dipertanggungjawabkan. Adapun
rencana tindakan sebagai berikut :
1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang digunakan dalam setiap siklus disusun berdasarkan
implemantasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara
Asean (lampiran 1)
2) Kegiatan diskusi kelompok dalam mengerjakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari dua tahap, yaitu kegiatan
diskusi kelompok ahli dan kegiatan diskusi kelompok induk. Pada
akhir kegiatan kelompok induk mempresentasikan hasil diskusinya
kepada kelompok induk lainnya.
3) Persiapan menyusun kegiatan guru meliputi
penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), pembentukkan kelompok
induk, dan kelompok ahli, serta petunjuk pelaksanaan diskusi.
47
4) Menyediakan media pembelajaran berupa peta
Asean, Atlas dan globe.
5) Menyediakan menyusun lembar observasi rencana
pembelajaran, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar
observasi aktivitas siswa dan guru, lembar penilaian proses belajar
siswa dan lembar kuisioner siswa.
6) Waktu pelaksanaan tindakan penelitian setiap jam
mata pelajaran IPS, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit seminggu
sekali.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 4 Nopember
2008, mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10 di kelas VI
berdasarkan rencana tindakan penelitian yang telah dirumuskan.
Adapun hasilnya disusun sebagai berikut :
1) Persiapan pembelajaran siklus I
Dalam tahap perencanaan pembelajaran siklus I, peneliti dan
guru melakukan beberapa tahapan yaitu :
a) Mempersiapkan rencana pelaksanaan teknik
jigsaw, dalam pembelajaran IPS dengan materi pokok letak
Negara-negara tetangga, sebelum melaksanakan pembelajaran.
(lampiran 1)
b) Mempersiapkan media pembelajaran untuk
mempermudah siswa dalam pembelajaran.
48
c) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
(lampiran 2), lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 3),
lembar rekapitulasi penilaian proses belajar siswa tiap siklus
(lampiran 4), rekapitulasi nilai proses belajar siswa semua
siklus (lampiran 5) yang nantinya digunakan untuk penilaian
proses/perbuatan siswa.
d) Mempersiapkan lembar observasi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (lampiran 6), lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 7), lembar
kuisioner (lampiran 8), dan lembar rincian materi (lampiran 9)
sehingga akan tercipta kelancaran dalam pelaksanaan tindakan
kelas.
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus I
Gambar 4.1Kegiatan Awal Pembelajaran
49
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa untuk berdo’a
yang dipimpin oleh ketua kelas dan memberi salam pada guru.
Selanjutnya guru mengabsen siswa untuk mengetahui siswa yang tidak
hadir. Dari hasil mengabsen ternyata semua siswa hadir, yang
berjumlah 13 orang siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap
belajar. Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi
untuk mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan
pertanyaan sebagai berikut :
Guru : “Apakah kamu punya tetangga di dekat rumah “ ?
Semua siswa : “Punya pak”
Guru : “Kalau begitu, apa arti tetangga itu ? (kelas hening
sejenak, tiba-tiba seorang siswa menjawab)
Siswa : “Orang yang dekat, pak.” (karena ada yang berani
menjawab, siswa yang lain pun ikut menjawab).
Siswa lain : “Rumah yang paling dekat, pak “. (ada juga yang
menjawab yang lain).
Siswa : “Rumah yang bersebelahan” (dan sebagainya) lalu guru
bertanya lagi
Guru : “Apakah Negara kita punya tetangga” ? (kelaspun
hening kembali, gurupun bertanya lagi)
Guru : “Apakah Negara kita punya tetangga” ?
Siswa : “Punya pak, yaitu Negara yang dekat dengan
Indonesia”. (siswa yang lain pun ikut menjawab, sambil
mendengarkan jawaban-jawaban siswa kemudian guru
50
melanjutkan lagi pertanyaan).
Guru : “Negara apa yang dekat dengan Indonesia” ?
Siswa : “Malayasia pak, Singapura pak”.
Guru : “Baiklah anak-anak, untuk lebih mengetahui lagi Negara
tetangga Indonesia, tetapi dalam belajar hari ini, bapak
menginginkan kalian belajar secara berkelompok dan
setaip anggota kelompok diberi tugas oleh ketua”.
(sebelum guru melanjutkan penjelasannya kelas ribut)
Guru : “Ada apa ini” ?
Siswa : “Dengan siapa saya harus berkelompok” ?
Guru : “Silahkan kalian berkelompok dengan kelompok belajar
yang sudah biasa” !
Siswa : “Siap pak, (siswa mengatur tempat duduk sendiri sambil
dibimbing oleh guru).
Guru : “Apakah nama kelompok akan diambil dari nama
Negara tetangga atau tidak” ?
Siswa : “Dari nama negara. Pak “.
Guru : “Baiklah kalau begitu, silahkan nanti kerjakan LKS
sesuai dengan petunjuknya” !
Siswa : “Baik, pak”.
Setelah selesai dengan pembagian kelompok, dan ditetapkan dalam
tiga kelompok terdiri empat orang tetapi ada satu kelompok yang
terdiri dari lima orang. Lalu guru pun memberikan tugas kepada semua
51
kelompok, yaitu mengenai menemutunjukkan letak Negara-negara
Asean yang sesuai dengan nama kelompoknya, misalnya nama
kelompoknya Malayasia pembahasannya mengenai Malayasia, yaitu
mengenai letaknya baik secara astronomis, geografis, letak nama ibu
kota negaranya dari arah Jakarta (berdasarkan arah mata angin) dan
batas negaranya berdasarkan empat arah mata angin. Dan setiap ketua
kelompok induk menentukan nomor tiap anggota kelompoknya
sebagai anggota kelompok ahli. Guru membagikan LKS pada setiap
kelompok untuk dibagikan kepada anggota kelompokknya.
Sebelum siswa mengerjakan LKS, guru menjelaskan tentang tugas-
tugas yang harus dilakukan kelompok yang meliputi pembagian LKS,
kegiatan diskusi kelompok ahli, kegiatan diskusi kelompok induk dan
laporan hasil diskusi kelompok.
Siswa melaksanakan diskusi kelompok ahli dalam mengerjakan
LKS yang diterima dikelompok induk. LKS berisikan langkah-langkah
yang harus dilakukan siswa dalam diskusi kelompok untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang menemutunjukkan
letak Negara-negara Asean. Setelah selesai diskusinya tiap-tiap
anggota kelompok ahli kembali ke kelompok induk masing-masing
untuk melaporkan hasil diskusi kelompok ahli. Hasil diskusi kelompok
ahli didiskusikan kembali dalam kelompok induk sebagai bahan
laporan kepada kelompok induk lainnya, sesuai dokumentasi di bawah
ini.
52
Gambar 4.2Siswa Melaksanakan Diskusi Kelompok
Setelah selesai kelompok induk berdiskusi, secara berurutan
masing-masing kelompok induk melaporkan hasil diskusinya kepada
kelompok induk lainnya. Kelompok induk yang lainnya memberikan
tanggapan, sanggahan atau pertanyaan kepada kelompok induk yang
melaporkan hasil diskusi kelompok induknya. Kelompok induk yang
melaporkan hasil diskusinya menjawab dan menjelaskan terhadap
tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari kelompok induk lainnya.
53
Gambar 4.3Siswa Melaporkan Hasil Diskusi
Peran guru dalam kelompok induk memberikan penguatan
terhadap setiap hasil diskusi masing-masing kelompok induk, baik
gagasan, sanggahan atau pertanyaan. Selain itu guru melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Selesai
diskusi kelompok, guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi
masing-masing kelompok induk. Kemudian semua siswa diberikan
pekerjaan pengisian kuis yang diberikan guru, dan guru guru menilai
hasil pekerjaan siswa. Setelah selesai mengerjakan kuisnya guru
memberikan tindak lanjut yang berupa pekerjaan rumah untuk
meneruskan kembali nama-nama Negara yang belum dibahas, supaya
dikerjakan seperti tadi kemudian guru menutup pelajaran. Tabel
berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus I.
Tabel 4.1
Data Temuan Esensial Siklus I
No. TAHAP DATA TEMUAN
1 Apersepsi - Pada umumnya siswa masih belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru tentang konsep awal
- Siswa masih malu mengungkapkan konsep awal yang dibahas guru
- Masih ada jawaban siswa yang kurang relevan dengan pertanyaan.
2 Eksplorasi - Keadaan kelas rebut waktu pembagian kelompok
- Pada umumnya aktivitas siswa belum bias diarahkan
- Siswa kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam pengisian LKS
- Kerjasama dalam kelompok kurang nampak
3 Diskusi - Siswa masih malu untuk mengajukan
54
pertanyaan- Tidak ada satupun siswa yang
menanggapi hasil laporan diskusi kelompok
- Yang melaporkan hasil diskusi kelompok masih saling mengandalkan
4 PengembanganAplikasi
- Pertanyaan siswa tidak sesuai dengan materi
- Siswa kurang serius dalam mengerjakan kuis
- Siswa malu untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
Temuan pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 4 Nopember
2008 adalah :
1) Faktor penghambat diantaranya :
a) Siswa
- Kurangnya berkonsentrasi dalam belajar, sehingga
konsentrasi siswa beralih pada hal yang lain
- Siswa mengobrol bukan pada materi pelajaran dan belum
terbiasa belajar dengan teknik jigsaw.
a) Guru
- Belum terbiasa melaksanakan teknik jigsaw dalam
pembelajaran
- Merasa kaku dalam pembelajaran karena diawasi peneliti
a) Metode
- Masih ada kesulitan dalam mencoba menggunakan teknik
jigsaw dalam pembelajaran
a) Media
- Media pembelajaran masih kurang, khususnya media yang
diperlukan oleh siswa
55
2. Faktor pendukung diantaranya :
a) Siswa
Masih ada siswa yang berkonsentrasi dalam pembelajaran,
terutama siswa yang termasuk pandai
b) Guru
Berusaha untuk memahami teknik jigsaw dan berusaha luwes
dalam pembelajaran
c) Metode
Teknik jigsaw berusaha ditetapkan, sehingga mengalami
perbaikan
d) Media
Media yang digunakan siswa, mulai berusaha menggunakan
media dari guru bagi kelompok yang tidak membawa media.
3. Yang menjadi objek penelitian oleh peneliti adalah guru bidang
studi IPS mengajar di kelas V dan kelas VI, yaitu :
Nama : Sukiana, BA
NIP : 130951599
Jabatan : Kepala Sekolah
Masa Kerja : 26 tahun
Nama tersebut diatas dijadikan model penelitian, karena
beliau sudah layak, masa kerjanya sudah lama dan telah
mendapatkan ijazah yang layak untuk menjadi guru.
56
Gambar 4.4
Guru Yang Diobservasi
a. Analisis
Setelah guru melakukan tindakan pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapakan teknik jigsaw dalam kegiatan pembelajaran pada
tindakan pertama, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap
kegiatan pelaksanaan tindakan tersebut berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh pada waktu kegiatan pembelajaran. Data penelitiannya
yaitu : hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10), hasil rekapitulasi
nilai proses belajar siswa (lampiran 11), hasil LKS (lampiran 12) hasil
kuis (lampiran 13), hasil observasi RPP (lampiran 15) dan hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 16).
Berdasarkan data tersebut analisis dari tindakan pertama
dideskripsikan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
teknik jigsaw pada pembelajaran IPS, dalam persiapan untuk
pembelajaran ini dapat menunjukkan “cukup” walaupun tindakan
ini belum terbiasa dilaksanakan oleh guru dan siswa.
2) Aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru
menerapkan teknik jigsaw secara keseluruhan menunjukkan
57
“kurang”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa kurang nampak dalam
pembelajaran, dikarenakan siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran teknik jigsaw. Siswa kurang aktif dalam bertanya
dan dinilai masih “kurang”, karena siswa masih terbiasa belajar
menerima saja dari guru, sikap kerjasama siswa masih kurang,
siswa tidak terbiasa bekerja sama dalam belajar, siswa masih
kurang menghargai siswa lain ketika tampil di depan kelas.
3) Dalam penjelasan langkah-langkah kerja dan
memberikan tugas pada kelompok “cukup” walaupun masih ada
siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Guru memberikan
kebebasan kepada siswa dalam menjelaskan temuan lain dalam
tugasnya.
4) Hambatan guru dalam menerapkan teknik jigsaw
adalah guru tidak cukup sekali menjelaskan cara kegiatan belajar
seperti ini, sehingga guru harus mengulang-ulang menjelaskan
sambil membimbing cara belajar berkelompok. Hal ini disebabkan
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran teknik jigsaw,
sedangkan hambatannya siswa belum terbiasa belajar menerima
tugas dari teman sekelompoknya yang menyebabkan bingung
dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini menuntut siswa
untuk aktif, sedangkan kebiasaan hanya dilakukan dengan cara
melihat buku dan mencatat saja.
b. Refleksi dan Rencana Tindakan Kedua
58
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kedua, peneliti dan guru
mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan tindakan pertama, seperti
aktivitas guru, aktivitas siswa dan menelaan kembali persiapan guru.
Ada beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul
pada tindakan pertama. Dan hasil analisis dan refleksi pada
pelaksanaan tindakan pertama untuk pelaksanaan tindakan kedua
disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai
berikut :
1) Menelaah kembali tuntutan kurikulum yang harus
dikuasai siswa kelas VI semester dan menelaah kembali kelanjutan
materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan kedua.
2) Menelaah kembali Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian untuk meningkatkan
pada pelaksanaan tindakan kedua.
3) Menelaah kembali strategi pembelajaran teknik
jigsaw dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang sesuai hasil
observasi dan meningkatkannya pada tindakan kedua.
4) Menyiapkan berbagai kelengkapan yang
dibutuhkan dalam penggunaan model pembelajaran teknik jigsaw,
untuk pelaksanaan tindakan kedua.
1. Siklus II
c. Rencana Tindakan Siklus II
Tindakan II ini merupakan implementasi dari rencana
pembelajaran yang telah dibuat pada tindakan I. Dengan
59
memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari tindakan I yang
telah dilaksanakan, pada tindakan II ini materi yang akan diajarkan
pada proses pembelajaran sama dengan tindakan I yaitu letak Negara-
negara tetangga (Asean) persiapan terlampir.
Dalam tindakan II ini, penggunaan model pembelajarannya tetap
menggunakan teknik jigsaw dan strategi pembagian kelompoknya
tetap berdasarkan kelompok belajar. Hal tersebut dilakukan karena
melihat hasil dari nilai proses, banyak siswa yang mendapatkan nilai
yang sesuai nilai criteria ketuntasan minimal dan ada yang melebihi
dari nilai KKM. Sebab kelompok belajar siswa awalnya dibentuk dari
penggabungan antara siswa yang nilainya masih kurang dengan nilai
yang sudah baik, dengan tujuan supaya siswa yang nilainya baik dapat
membimbing siswa yang nilainya masih kurang dalam kelompoknya.
d. Pelaksanaan tindakan
Penelitian dilaksanakan pada hari selasa, 11 November 2008, mulai
pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10 di kelas VI berdasarkan
tindakan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun hasilnya disusun
sebagai berikut :
1) Persiapan pembelajaran Siklus II
Sehari sebelumnya kelas telah diatur dalam posisi meja
berkelompok, peneliti menyediakan semua alat peraga/media yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dan siswa yang
mempunyai buku atlas supaya dibawa pada waktu proses
pembelajaran.
60
2) Setelah siswa berdo’a yang dipimpin oleh ketua kelas, lalu siswa
memberi salam pada guru dan observer. Selanjutnya guru
mengecek kehadiran siswa. Pada siklus ke II semua siswa hadir,
jadi tetap jumlah siswa yang diamati sebanyak 13 orang.
Guru mengkondisikan siswa pada pembelajaran, dan guru pun
memulai pembelajaran dengan mengadakan apersepsi dengan
melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran minggu
yang lalu dengan yang akan disampaikan.
Guru : “Apakah kalian masih ingat pelajaran minggu yang
lalu tentang Negara tetangga/Asean” ?
Siswa : (menjawab serempak) “ingat pak”.
Guru : “Jika masih ingat, jadi apa arti Negara tetangga
itu” ?
Siswa : (Seorang siswa menjawab) “Negara yang
berdekatan dengan Negara kita”.
Guru : “Bagus” (guru memberi penguatan)
Guru : “Negara mana saja yang berdekatan itu” ?
(Kelaspun riuh karena semua siswa berebut ingin
menjawab)
Guru : “Baiklah kalau begitu, karena kalian sudah tahu,
maka hari ini kita akan mempelajari materi
pelajaran yang sama dengan minggu yang lalu
yaitu tentang letak Negara-negara tetangga/Asean”
61
Berdasarkan kelompok belajar, gurupun mengatur pembagian
kelompok dan sekaligus mengatur nama dari kelompok-kelompok dan
membagikan LKS kepada setiap kelompok induk untuk dibagikan pada
anggota kelompoknya. Guru menjelaskan secara singkat tentang tugas-
tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan diskusi kelompok ahli,
kegiatan diskusi kelompok induk dan laporan hasil diskusi.
Siswa mulai berdiskusi dalam kelompok ahli, sambil berkeliling
guru menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan atau ada yang mau
ditanyakan. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kelompok ahli
kembali ke kelompok induk masing-masing untuk menyampaikan dan
mendiskusikannya kembali di kelompok induknya, sebagai bahan laporan
kepada kelompok induk lainnya.
Beberapa menit kemudian, tugas tiap kelompok induk selesai, dan
guru menugaskan kepada setiap kelompok induk untuk mempresentasikan
hasilnya di depan kelas, pada waktu tampil mempresentasikannya semua
teman terpusat pada penampilan mereka walau masih ada yang kurang
memperhatikannya. Kelompok yang tampil memberikan kesempatan pada
kelompok lain untuk memberikan pertanyaan atau sanggahan atas
presentasinya, maka mulai muncul keaktifan siswa dalam mengungkapkan
pendapatnya dengan cara mengacungkan tangan untuk meminta waktu
atas tanggapannya, walaupun diantaranya masih ada yang sambil
bergurau.
Semua kelompok tidak bisa tampil dikarenakan waktu terbatas dan
guru memberikan penguatan saja terhadap hasil diskusi tiap kelompok
62
induk. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok induk
kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan kuis dan terakhir penugasan
pekerjaan rumah mengenai nama-nama Negara yang belum dibahas. Guru
menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran
berikutnya. Tabel berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus II.
No. TAHAP DATA TEMUAN
1. Apersepsi - Ada siswa yang aktif mengungkapkan konsep awal
- Jawaban siswa relevan dengan pertanyaan konsep awal
2. Eksplorasi - Keadaan masih bias terkendali, walaupun masih ada siswa yang ngobrol
- Pada umumnya aktivitas siswa sudah bias diarahkan
- Siswa memiliki rasa tanggung jawab dalam mengisi LKS
- Kerjasama dalam kelompok pada umumnya sudah nampak
3. Diskusi - Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi kelompok
- Hasil diskusi siswa melaporkan hasilnya dengan dibacakan langsung
4. PengembanganAplikasi
- Pertanyaan siswa agak relevan dengan materi
- Sudah ada keseriusan dalam mengerjakan kuis
- Sudah ada siswa yang mau terlibat aktif dalam pembelajaran.
Temuan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 11 November
2008 adalah :
1) Faktor penghambat diantaranya
a) Siswa
- Siswa dalam belajar kurang antusias
- Siswa dalam proses pembelajaran tidak semuanya aktif
63
- Teknik jigsaw dalam aktivitas siswa mulai nampak
b) Guru
Belum memahami secara optimal menerapkan teknik jigsaw dalam
pembelajaran
c) Metode
Teknik jigsaw belum diterapkan secara optimal
d) Media
- Buku penunjang hanya ada satu sebagai pegangan guru saja
- Media pembelajaran bagi siswa/kelompok masih kurang
2) Faktor-faktor pendukung
a) Siswa
- Siswa yang pandai di kelas VI sangat membantu pada siswa
yang lamban dalam pembelajaran
- Sudah ada siswa, yang berani untuk menjawab pertanyaan.
b) Guru
Agak memahami teknik jigsaw dan agak luwes dalam
pembelajaran
c) Metode
- Teknik jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa
- Guru menerapkan teknik jigsaw tidak ragu lagi, walaupun
belum memahami secara optimal.
d) Media
Siswa mulai bias membaca peta secara berangsur-angsur.
64
3) Yang menjadi objek penelitian adalah guru bidang studi IPS
mengajar di kelas V dan kelas VI, yaitu :
Nama : Sukiana, BA
NIP : 130951599
Jabatan : Kepala Sekolah
Masa Kerja : 26 tahun
Nama tersebut diatas dijadikan model penelitian, karena beliau layak,
masa kerjanya sudah lama dan telah berijazah yang layak menjadi
guru.
c. Analisis
Setelah guru melakukan tindakan pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan teknik jigsaw dalam kegiatan pembelajaran pada
tindakan kedua, peneliti dan guru melakukan analisis dan refleksi
kegiatan pelaksanaan kegiatan tindakan tersebut berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh pada waktu kegiatan pembelajaran. Data
penelitiannya adalah : hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10),
hasil rekapitulasi nilai proses belajar siswa (lapiran 11), hasil LKS
(lampiran 12), hasil kuis (lampiran 13) dan hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran/ aktivitas guru (lampiran 16).
Berdasarkan data tersebut, analisis dari tindakan kedua
dideskripsikan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik jigsaw
dalam pembelajaran IPS dalam persiapan untuk proses
pembelajaran ini dapat menunjukkan “baik” walaupun tindakan ini
65
seperti pada tindakan pertama, namun sudah nampak ada
perubahan kearah yang baik yaitu dengan menyediakan berbagai
macam keperluan yang memadai dan guru terlihat sudah mulai
terbiasa menerapkan teknik jigsaw.
2) Aktivitas siswa di dalam kelas secara keseluruhan menunjukkan
“cukup” , hal ini terlihat dari aktivitas siswa mulai nampak dalam
proses pembelajaran, siswa mulai terbiasa dengan teknik
pembelajaran ini. Pada tindakan kelas ini siswa mulai mau
bertanya walaupun belum terbiasa dan dapat dikatagorikan
“cukup”. Siswa sudah mulai memberikan pendapatnya, sikap
kerjasama siswa mulai ada perubahan, hal ini dapat dilihat ketika
siswa tampil ke depan kelas, mulai dari pembagian tugas dalam
menjelaskan temuan serta perhatiannya dari siswa ketika
kelompok lain maju ke depan kelas, dengan perubahan ini siswa
dapat dikatagorikan “cukup”.
3) Guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah kerja
untuk setiap kelompok diberikan dengan jelas dan siswa mengerti
dan faham pada penjelasan guru tersebut, perubahan ini dapat
dikatagorikan “baik”.
4) Hambatan dengan diterapkannya teknik jigsaw ini adalah
keterbatasan sarana, guru kurang mengembangkan pembelajaran
serta guru masih mendominasi proses pembelajaran pada waktu
memberikan kesimpulan materi, serta kesempatan waktu bertanya
dibatasi. Sedangkan hambatan bagi siswa adalah masih menunggu
66
perintah dari guru untuk bertanya, kalaupun bertanya pertanyaan
masih melihat teks dari buku sehingga pertanyaan tidak ada
pengembangan.
d. Refleksi dan Rencana Tindakan ketiga
Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan ketiga, guru dan observer
mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan tindakan kedua, seperti
aktivitas siswa, aktivitas guru dan menelaah kembali persiapan guru.
Ada beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul
pada tindakan kedua tadi dengan meningkatkannya serta
mempertahankannya hal-hal yang sudah dianggap baik. Dari hasil
analisis dan refleksi pada pelaksanaan tindakan kedua disepakati
beberapa perbaikan dan penyempurnaan diantaranya :
1) Menelaah kembali tuntutan
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa kelas VI semester I dan
menelaah kembali lanjutan materi yang akan diberikan pada
pelaksanaan tindakan ketiga.
2) Menelaah kembali rencana
pembelajaran da instrument penelitian yang akan disampaikan pada
tindakan ketiga serta menata ulang ruangan kelas supaya siswa
tidak bosan.
3) Menelaah kembali strategi
pembelajaran teknik jigsaw dan memperbaiki hal-hal yang
dianggap masih kurang sempurna pada tindakan ketiga.
67
4) Menyiapkan berbagai kelengkapan
yang dibutuhkan dalam penggunaan model pembelajaran teknik
jigsaw.
2. Siklus III
a. Rencana Tindakan siklus III
Tindakan ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya, dengan memperhatikan perbaikan-
perbaikan dari tindakan II yang telah dilaksanakan. Pada tindakan III
ini materi yang akan diajarkan proses pembelajarannya sama dengan
tindakan I dan II (melanjutkan materi yang belum dibahas).
Dalam tindakan III, penggunaan model pembelajarannya tetap
menggunakan model pembelajaran teknik jigsaw, strategi pembagian
kelompok dilakukan oleh guru. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan aktivitas siswa serta mengubah kelompok yang
terdahulu tidak bosan bagi siswa yang masih kurang, karena masih ada
siswa yang mendapat nilai proses yang kurang dari target.
b. Pelaksanaan tindakan
Penelitian dilaksanakan pada hari selasa, 18 November 2008 mulai
pukul 07.00 sampai pukul 08.10 di kelas VI berdasarkan tindakan yang
telah dirumuskan. Adapun hasilnya sebagai berikut :
1) Persiapan pembelajaran siklus III
Sehari sebelumnya kelas telah diatur dalam posisi meja siswa
berkelompok, peneliti menyediakan semua alat peraga yang
dibuthkan dalam proses pembelajaran.
68
2) Pelaksanaan pembelajaran siklus III
Setelah siswa berdo’a dan memberi salam yang dipimpin oleh
ketua kelasnya, kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Pada
siklus ke III ini semua siswa hadir dan guru mulai memberikan
pembelajaran dengan mengadakan apersepsi, dan melaksanakan
Tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran minggu yang lalu dan
yang akan disampaikan.
Guru : “Apakah kalian masih ingat dengan pelajaran
mengenai negara tetangga” ?
Siswa : “Ingat pak “, (siswa menjawab serempak)
Guru : “Baiklah kalau kalian masih ingat, jadi berapakah
banyaknya Negara anggota Asean itu ?
Siswa : “Sepuluh Negara”, (siswa menjawab serempak)
Guru : “Bagus”, (guru memberikan penguatan dengan
acungan jempol)
Guru : “Negara mana saja yang termasuk anggota Asean
itu” ? (kelaspun riuh karena semua siswa berebut
ingin menjawab)
Guru : “Baiklah kalau begitu karena sekarang kalian
sudah tahu, maka hari ini kita akan mempelajari
tentang letak Negara-negara tetangga Asean”.
Guru menjelaskan pelajaran yang akan disampaikan dan
memberikan tugas pada semua siswa dan mengatur pembagian
kelompok, hal ini dilakukan sesuai dengan refleksi pada tindakan
69
kedua sekaligus mengatur nama dan kelompok, membagikan LKS
serta menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok
dalam diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok induk dan laporan
hasil diskusi. Siswa mulai diskusi dengan tugasnya pada kelompok
masing-masing, guru berkeliling sambil menanyakan pada siswa
tentang kesulitan yang dihadapi.
Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, setiap
anggota kelompok ahli kembali pada kelompok induknya masing-
masing untuk menyampaikan dan mendiskusikannya kembali
dikelompok induknya sebagai laporan kepada kelompok induk
lainnya.
Beberapa menit kemudian, tugas tiap kelompok induk
selesai, dan guru menugaskan pada setiap kelompok induk untuk
mempresentasikan temua kelompoknya di depan kelas. Sambutan
siswa pada kelompok yang tampil mulai ada kemajuan terlihat
begitu antusiasnya memperhatikan temannya ke depan. Kelompok
yang tampil menjelaskan sesuai dengan peran anggotanya dan
memberikan kesempatan untuk bertanya, kelaspun mulai aktif
karena hampir semua siswa mulai bertanya, untuk pengaturannya
supaya tidak keluar dari proses pembelajaran guru mengatur
jalannya diskusi dengan cara memberi aturan main pada
siswadengan cara menggunakan urutan dan meminta izin pada
moderator (guru). Karena keterbatasan waktu tidak bisa tampil
semua tapi sudah mewakili pada materi yang dibahas.
70
Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran,
dilanjutkan dengan mengisi kuis dan memeriksa LKS. Guru
menutup pelajaran serta memberikan informasi pembelajaran
selanjutnya.
Tabel berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus III
No TAHAP DATA TEMUAN
1 Apersepsi - Hampir seluruh siswa aktif megungkapkan konsep awal
- Jawaban dari setiap siswa sangat relevan dengan pertanyaan
2 Eksplorasi - Keadaan siswa terkendali dengan baik
- Aktivitas siswa berjalan dengan lancer dan tertib
- Kerjasama dalam kelompok sudah berjalan dengan baik
3 Diskusi - Hampir seluruh siswa berani menga-jukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi kelompok
- Kelompok yang tampil didepan sudah menjawab dan menjelaskan dari pertanyaan dan tanggapan kelompok lain
4 PengembanganAplikasi
- Pertanyaan siswa sudah relevan dengan materi
- Seluruh siswa mengerjakan kuis dengan serius
- Hampir seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
Temuan pada siklus III yang dilaksanakan pada tanggal 18
November 2008 adalah :
1) Faktor penghambat diantaranya :
a) Siswa
Masih ada siswa yang kurang aktif
b) Guru
Masih kurang percaya pada siswa
71
c) Metode
Metode lain masih ada yang memegang peranan
d) Media
Buku penunjang bagi siswa masih kurang
2) Faktor pendukung diantaranya :
a) Siswa
Siswa yang pandai sangat membantu pada siswa yang
kurang aktif
b) Guru
Guru mulai percaya pada siswa, setelah mencoba
mendekati dan bertanya pada siswa yang kurang aktif
c) Metode
- Teknik jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa
- Hendaknya guru tidak ragu lagi untuk menerapkan
teknik jigsaw dalam pembelajaran
d) Media
Walaupun buku penunjang bagi siswa kurang, tapi siswa
bias memanfaatkan buku penunjang yang ada dengan baik
dan tertib.
3) Pada penelitian ini yang menjadi obejk penelitian adalah guru
bidang studi IPS, mengajar di kelas V dan kelas VI yaitu :
Nama : Sukiana, BA
NIP : 130951599
Jabatan : Kepala Sekolah
Masa Kerja : 26 tahun
Beliau layak dijadikan model penelitian, karena masa kerja
yang sudah lama dan sudah mendapat ijazah yang layak
menjadi seorang guru.
c. Analisis
Setelah guru melakukan tindakan pembelajaran dengan
menerapkan teknik jigsaw pada tindakan ketiga ini, maka peneliti dan
guru melakukan analisis dan refleksi kegiatan pelaksanaan tindakan
72
tersebut berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada saat
observasi kegiatan pembelajaran dan hasil nilai proses (LKS) data
penelitiannya adalah : Hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10),
hasil rekapitulasi nilai proses belajar siswa (lampiran 11), hasil LKS
(lampiran 12), hasil kuis (lampiran 13) dan hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 16).
Berdasarkan data tersebut, analisis dan refleksi dari tindakan kedua
dideskripsikan sebagai berikut :
1) Pelaksanaan pembelajaran dengan model teknik jigsaw
dalam pembelajaran IPS menunjukan “baik sekali” walaupun
tindakan ini seperti pada tindakan pertama, namun sudah nampak
perubahan kearah yang lebih baik, yaitu dengan menyediakan
berbagai keperluan untuk proses pembelajaran seperti alat peraga,
buku sumber, LKS serta gambar-gambar yang menyangkut pada
pelajaran dengan cara kliping dari Koran dan majalah yang
sebelumnya siswa ditugaskan untuk mencarinya.
2) Aktivitas siswa di dalam kelas secara keseluruhan
menunjukkan “baik sekali”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa
nampak dalam proses pembelajaran dan mulai terbiasa dengan
model pembelajaran ini. Pada tindakan ketiga siswa mulai antusias
dalam bertanya, dan memberikan pendapatnya, serta sikap kerja
sama mulai ada perubahan, memperhatikan terhadap kelompok lain
yang maju ini menunjukan katagori “baik sekali”.
3) Guru memberikan penjelasan serta langkah-langkah kerja
untuk setiap kelompok dapat dimengerti perubahan ini
menunjukan “baik sekali”.
4) Hambatan dari metode pembelajaran teknik jigsaw ini, guru
masih kurang percaya pada siswa walaupun pada kenyataannya
siswa mampu untuk menjawab apa yang disampaikan pada
pembelajarannya, tetapi siswa kurang aktif dan dapat diatasi
dengan adanya siswa lain yang lebih pandai dan dimotivasi oleh
guru.
73
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi pada siklus III dapat disimpulkan
bahwa siswa pada proses pembelajaran nampak aktif dengan hasil nilai
proses (aktivitas) siswa sudah ada peningkatan yang lebih baik. Pada
tindakan ketiga ini sesuai dengan yang diharapkan sebagian besar
siswa mau mengemukakan pemahaman awal dan memberikan
informasi, mau menanggapi hasil laporan kelompok yang tampil maju
ke depan dan menampakkan kesiapan dan minat belajar yang sungguh-
sungguh. Melihat dari hasil nilai proses (aktivitas0 siswa, kegiatan
pembelajaran siklus III hasilnya “baik sekali”, waktu yang digunakan
relevan dengan rencana pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat direfleksikan bahwa
dengan menerapkan teknik jigsaw proses pembelajaran dapat saling
mendukung dan meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan
hasil belajar siswa secara optimal.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan hasil penelitian ini, yang berdasarkan hasil deskripsi
rencana tindakan, analisis, dan refleksi dari setiap siklus yang telah
dilaksanakan terdapat temuan-temuan esensial yang sangat penting. Temuan
tersebut secara rinci sebagai berikut :
1. Pembahasan siklus I
Dalam pembelajaran siklus I materi yang diberikan tentang letak
Negara-negara Asean/tetangga, siswa dikelompokkan menjadi 3
kelompok, setiap kelompok berjumlah empat orang dan yang lagi
74
berjumlah lima orang. Pengelompokkan belajar siswa berdasarkan pada
kemampuan siswa dengan hasil prestasi kelas sebelumnya. Adapun
temuan pada tahap apersepsi yaitu pada umumnya siswa masih belum
berani dan malu untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan tentang
konsep awal yang diberikan guru, dan masih adanya jawaban siswa yang
kurang relevan dengan pertanyaan.
Temuan pada tahap eksplorasi, yaitu waktu pembagian kelompok
keadaan kelas ribut, aktivitas siswa belum bias diarahkan, siswa kurang
memiliki rasa tanggung jawab dalam pengisian LKS dan kerjasama dalam
kelompok masih kurang.
Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu siswa masih malu
untuk mengajukan pertanyaan, tidak ada satupun siswa yang menanggapi
hasil laporan diskusi kelompok, dan untk melaporkan hasil diskusi
kelompok masih saling mengandalkan.
Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu
pertanyaan siswa tidak sesuai dengan materi yang sedang dibahas, siswa
kurang serius dalam mengerjakan kuis, dan siswa malu untuk terlibat
langsung dalam pembelajaran.
Dari semua temuan tersebut di atas, dapat diatasi dengan cara guru
membimbing dan mengarahkan siswa tentang bagaimana seharusnya
siswa belajar dan proses pembelajaran bias berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
2. Pembahasan siklus II
75
Pada pembelajaran siklus II, materi yang diberikan adalah sama
seperti pada pembelajaran pada siklus I, yaitu melanjutkan tentang letak
Negara-negara Asean yang belum dibahas dalam siklus I.
Adapun temuan esensial pada tahap apersepsi yaitu siswa yang
aktif mengungkapkan konsep awal sesuai dengan yang diharapkan.
Temuan pada tahap eksplorasi yaitu masih ada siswa yang ngobrol
tentang hal lain diluar materi pelajaran walaupun masih bisa dikendalikan.
Pada umumnya aktivitas siswa sudah bisa diarahkan, memiliki rasa
tanggung jawab dalam mengisi LKS serta kerjasama dalam kelompok
pada umumnya sudah nampak.
Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu siswa sudah berani
mengajukan pertanyaan, menanggapi hasil laporan diskusi kelompok serta
berani melaporkan hasil diskusi secara langsung dibacakan.
Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu
pertanyaan siswa agak relevan dengan materi yang dibahas, keseriusan
dalam mengisi kuis dan sudah ada siswa yang mau terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
Dari semua temuan tersebut di atas, proses pembelajaran sudah
nampak perubahannya walaupun guru dan siswa belum memahami secara
optimal tentang pelaksanaan pembelajaran dengan teknik jigsaw.
3. Pembahasan siklus III
Dalam pembelajaran siklus III, materi yang diberikan tetap sama
seperti pada pembelajaran siklus I dan siklus II, yaitu tentang letak
Negara-negara Asean yang belum dibahas pada siklus I dan siklus II.
76
Pada siklus III temuan esensialnya sangat baik, sehingga
menunjang pada proses pembejaran dengan teknik jigsaw. Adapun temuan
pada tahap apersesi yaitu hampir seluruh siswa aktif mengungkapkan dan
memberikan jawaban siswa sangat relevan dengan pertanyaan konsep
awal.
Temuan pada tahap eksplorasi yaitu keadaan siswa terkendali
dengan baik, aktivitas siswa berjalan lancar dan tertib serta kerjasama
dalam kelompok sudah berjalan dengan baik.
Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu hampir seluruh
siswa berani mengajukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi
kelompok, kelompok yang tampil di depan kelas sudah bisa menjawab dan
menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.
Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu :
pertanyaan siswa sudah relevan dengan materi yang sedang dibahas,
seluruh siswa mengerjakan kuis dengan serius dan hampir seluruh siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan pada siklus III tersebut adalah adanya kerja sama
antara guru dan observer juga dukungan dari semua guru yang ada di SDN
4 Raksabaya pada umumnya, sehingga guru yang mengajar memahami
secara optimal terhadap teknik jigsaw dalam proses pembelajarannya.
Berdasarkan hasil tes proses yang dilaksanakan pada setiap siklus,
maka diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar siswa ini membuktikan bahwa pembelajaran
IPS dengan mengimplementasikan teknik jigsaw telah berhasil
77
dilaksanakan. Peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran dapat
dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 4.4
Nilai Rata-rata Tes Proses Tiap Siklus
NILAI
Siklus I Siklus II Siklus III
Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata %
57 57 % 74 74 % 97 97 %
Gambar 4.5
Grafik Hasil Rata-rata Tes Proses Siswa tiap Siklus
Berdasarkan data table dan grafik tersebut diatas menunjukan
bahwa perolehan hasil tes proses pada tiap siklus meningkat. Hal ini dapat
dilihat pada siklus I menunjukan rata-rata nilai sebesar 57 (57 %),
sedangkan pada siklus II menunjukkan rata-rata kenaikan yaitu sebesar 74
78
(74 %) dan pada siklus III perolehan hasil tes proses adalah rata-rata 97
(97 %).
Begitu juga dilihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menunjukan adanya peningkatan yang penuh kebermaknaan (meaning
full) bagi siswa. Untuk lebih jelas melihat perubahan terhadap aktivitas
siswa, dapat dilihat dari table dan grafik di bawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus
Aspek PrilakuSIKLUS
I II IIIA. Perhatian 3,15 3,92 5,00B. Partisipasi 2,76 3,46 5,00C. Berpendapat 2,00 2,69 4,92D. Kerjasama 2,61 3,30 5,00E. Nilai Demokratis 2,46 3,38 4,84Jumlah 12,98 16,75 24,76Rata-rata 2,60 3,35 4,95Kriteria Kurang Cukup Baik sekali
Kriteria penilaian :Nilai 1,00 – 1,90 = Kurang sekali Nilai 1,91 – 2,90 = KurangNilai 2,91 – 3,90 = CukupNilai 3,91 – 4,90 = BaikNilai 4,91 – 5,00 = Baik sekali
79
Berdasarkan tabel dan grafik tentang aktivitas siswa di atas
menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat pada
siklus I menunjukan hasil rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,59, sedangkan
pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 3,35 dan pada Siklus III
menunjukkan peningkatan yang baik sekali menjadi 4,95. Dengan
demikian, perolehan hasil proses belajar dengan mengimplementasikan
teknik jigsaw pada setiap siklus ada peningkatan yang penuh
kebermaknaan bagi peningkatan hasil belajar siswa.
BAB V
80
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan pada BAB IV
tentang implementasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara
Asean, diperoleh temuan data bahwa rata-rata kemampuan siswa kelas VI
SDN 4 Raksabaya dalam proses pembelajaran berhasil ditingkatkan sampai
siklus III melalui upaya tindakan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan Aspek Penilaian
Kemampuan Guru (APKG 1) dalam merencanakan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di kelas VI SDN 4 Raksabaya. Karena rencana
pembelajaran merupakan pedoman keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran disamping itu dengan memperhatikan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mencapai 60 (60 %) dalam mata pelajaran IPS di kelas
VI SDN 4 Raksabaya. Dan memperhatikan Kriteria Ketuntatan Ideal
(KKI) mencapai 75 (75 %).
2. Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan aspek Penilaian
Kemampuan Guru (APKG 2) dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di kelas VI SDN 4 Raksabaya salah satunya melalui
implementasi teknik jigsaw. Karena pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dan rencana pembelajaran. Salah satu faktor
keberhasilan tindakan pembelajaran adalah pemberian motivasi dan
keefektifan bimbingan dari praktisi (guru) kepada siswa dalam proses
pembelajaran melalui teknik jigsaw. Bimbingan dan motivasi akan
menjadikan siswa mampu memahami materi pembelajaran, sehingga
81
dalam proses pembelajaran dengan implementasi teknik jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas siswa secara optimal dan efektif baik secara
individual maupun kelompok. Hal ini bisa dibuktikan dengan peningkatan
kemampuan guru tiap siklus pembelajaran.
3. Hasil pembelajaran merupakan buah dari pelaksanan pembelajaran, salah
satu faktor untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal adalah
praktisi (guru) memahami pada pelaksanaan pembelajaran dengan teknik
jigsaw. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada proses pembelajaran
tiap siklus. Siklus I rata-rata nilai proses belajar siswa 53,3 kriteria
kurang, Siklus II rata-rata nilai proses mengalami peningkatan menjadi 67
kriteria cukup, pada siklus III mengalami peningkatan yang optimal yaitu
99 dengan kriteria baik sekali. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini telah terbukti dan tujuan penelitian tercapai.
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang perlu disampaikan demi keberhasilan proses
pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial di sekolah dasar yaitu dengan
melaksanakan proses pembelajaran, yang tepat dan proporsional untuk
mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran yang maksimal.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah guru
sebagai fasilitator mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan model,
metoda, dan teknik yang tepat dalam menjembatani faktor internal dan
eksternal siswa yang semakin komplek. Salah satu teknik yang dianggap tepat
adalah teknik jigsaw pada model Cooperative Learning. Berdasarkan hasil
kesimpulan penelitian ditemukan bahwa faktor guru menempati posisi
82
strategis untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang menjadi faktor utama
bagi keberhasilan yang mengarah pada student sentries activing.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997) Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
83
Herman, D., Mujono. Dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian
Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.
…………., (1995) Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Kadir, A. (2000). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Tesis Magister IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak
diterbitkan
Kasballah Kasihani E.S. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jakarta : Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Lie, Anita. (2005). Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasendo
Nasution, S., Prof.Dr.MA. (2001). Azas-azas Kurikulum. Jakarta : Bumi
Aksara.
Putra, Beni Y.G. (2002). Cooperative Learning Tipe STAD Dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Konsepsi Matematika Siswa. Tesis
Magister IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Rukmana, A dan Suryana, A. (2006). Pengelolaan Kelas. Bandung : UPI Pres.
Somantri, M.N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Sudjana, N. (2004) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Al-Grasendo.
Sudjana, N. dan Ibrahim. (1995). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung
84
Sukirman, D. dan Jumhana, N. (2006). Perencanaan Pembelajaran.
Bandung : UPI Press.
Suwarma, A.M. (2004). Pengembangan Berfikir dan Nilai Dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung : Gelasr Pustaka Mandiri.
Tim Penyusun KTSP Kecamatan Cimaragas. (2008) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Ciamis : Tidak diterbitkan.
Tim PKBM Matematika. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : Jica.
Wardani, IGAK. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.
……., (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta : Balitbang
Depdiknas.
………., (2005). Jurnal Pendidikan Dasar. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia
Yusuf, Munawir. Dkk. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkelainan Dengan
Problem Belajar. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Yusuf. (2003) Kualitas Proses dan Hasil Belajar Melalui Pengajaran dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Madrasah Aliyah
Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB. Tesis Universitas Negeri
Surabaya.
Yusnidar, Dra. (1995) Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : PT. Sarana Panca
Karya Nusa.
85
86