bab i dst

129
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar ialah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan dan dibimbing sehingga mengembangkan pengetahuan, keterampilan dasar dan sikap untuk melihat kenyataan sosial siswa dalam kehidupan bermasyarakat serta menumbuhkan rasa kebangsaan. Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang dan direfleksikan supaya kemampuan siswa berkembang dan siap menghadapi kenyataan hidup bermasyarakat yang berubah secara cepat. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi media bagi siswa untuk mencapai keberhasilan proses pendewasaan. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan yang dikemas dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi dasar, 1

Upload: moch-yoga-wibowo

Post on 09-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

buset

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I dst

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar ialah Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS). Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan dan

dibimbing sehingga mengembangkan pengetahuan, keterampilan dasar dan

sikap untuk melihat kenyataan sosial siswa dalam kehidupan bermasyarakat

serta menumbuhkan rasa kebangsaan. Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang dan

direfleksikan supaya kemampuan siswa berkembang dan siap menghadapi

kenyataan hidup bermasyarakat yang berubah secara cepat.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi media bagi siswa untuk

mencapai keberhasilan proses pendewasaan. Ilmu Pengetahuan Sosial

merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan

kewarganegaraan yang dikemas dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang harus

direalisasikan oleh guru dalam pembelajaran yang harus direalisasikan oleh

guru dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal itu

sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003, sebagai berikut :

Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

1

Page 2: Bab I dst

Tujuan pendidikan dalam Undang-undang tersebut diatas dapat dicapai

melalui pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu aktivitas

pembelajaran yang efektif dan efisien adalah guru memberikan kesempatan

kepada siswa yang seluas-luasnya untuk belajar mengalami sendiri secara

sendiri dan atau kelompok. Siswa membangun pengertian, dibentuk dan

dikembangkan oleh siswa secara aktif sebagai hasil komunikasi dalam

kelompok, seperti yang dikemukakan Johnson dan Smith dalam Lie (2005: 5-

6) “Belajar adalah suatu proses pribadi tetapi juga proses sosial yang terjadi

ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya dan

membangun pengertian dan pengetahuan bersama”. Makin tinggi aktivitas

siswa dalam pembelajaran kemungkinan semakin tinggi pencapaian hasil

belajar, sejalan dengan pendapat Sudjana (2004 : 37) bahwa, “proses

pembelajaran yang optimal dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

optimal”.

Hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mencakup tiga

ranah tujuan pendidikan, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor. Tiap ranah

dirinci lagi dalam indikator yang lebih spesifik dan hirarkis. Dalam

pembelajaran hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan internal siswa. Faktor eksternal siswa dipengaruhi oleh keadaan

psikologis, seperti minat, bakat dan sikap. Sudjana (2004 : 39) mengemukakan

bahwa : “Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

faktor dari dalam dan faktor dari luar atau faktor dari lingkungan siswa”.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti mengobservasi di kelas

VI SD Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, hasil

2

Page 3: Bab I dst

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum memenuhi tuntutan kurikulum.

Adapun hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya pada Ujian

Tengah Semester I tahun pelajaran 2008/2009 mencapai rata-rata kelas 60.

Sedangkan tuntutan kurikulum, siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas

dalam Ilmu Pengetahuan Sosial jika mencapai nilai rata-rata kelas 75. Hal ini

sesuai KTSP (2006 : 34) “Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing

indikator 75 %”.

Melihat dari kenyataan tersebut diatas, dari segi kemampuan guru dalam

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum maksimal, karena

sebelum pembelajaran hanya membuat persiapan mengajar harian yang

formatnya sedah disediakan. Dalam format tersebut kurang dapat memuat

indikator-indikator pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

disyaratkan pada Aspek Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Kemampuan

guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas, masih menggunakan model,

metode dan teknik yang konvensional, salah satu contoh penyajian materi

Ilmu Pengetahuan Sosial tentang letak Negara-negara tetangga (Asean) hanya

disampaikan dengan metode ceramah dari awal sampai akhir pembelajaran,

siswa hanya duduk dan jadi pendengar setia. Faktor eksternal ini diduga

penyebab siswa merasa jenuh dan bosan dalam belajar.

Pembelajaran yang berlangsung secara konvensional menyebabkan siswa

malas dan jenuh untuk belajar IPS. Hal ini yang menjadi praduga sementara

rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

di Sekolah Dasar. Menurut Al-Muchtar (2004 : 5) “….IPS merupakan bidang

studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, bahkan

3

Page 4: Bab I dst

lebih dari itu dipandang sebagai kelas dua oleh siswa maupun oleh orang tua

siswa”. Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu proses pembelajaran.

Saat ini proses pembelajaran IPS mengandung banyak kritikan dari ahli

pendidikan. Seperti kritikan yang dikemukakan Stopsky dan Sharon Lee

(dalam Shounara 2003 : 35) yang menyatakan sebagai berikut :

1) Bidang studi yang membosankan; 2) Pembelajaran bersumber pada buku teks; 3) Guru tidak dapat membelajarkan keterampilan berpikir; 4) Pada pembelajaran IPS, guru berasumsi bahwa tugas mereka adalah memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya kepada siswa secara utuh.

Kondisi pembelajaran yang konvensional tersebut diatas dikarenakan

dalam proses pembelajaran dikelas masih bersumber pada guru atau “teacher

centred” serta masih banyak yang beranggapan bahwa guru sebagai satu-

satunya orang yang menjadi sumber belajar di kelas.

Berdasarkan dari masalah-masalah tersebut di atas, diperlukan keberanian

dan pemahaman guru dalam menggunakan strategi, model, metode dan teknik

mengajar yang memungkinkan siswa terlibat dalam belajar. Siswa tidak hanya

menjadi pendengar, tetapi berperan aktif untuk mengembangkan diri sesuai

dengan hasrat individu siswa pada umumnya. Siswa dapat berkembang untuk

meningkatkan hasil belajar secara individu maupun secara kelompok.

Suatu teknik yang berpeluang untuk mengatasi kualitas pembelajarn IPS

yang masih belum optimal adalah dengan implementasi teknik Jigsaw dalam

model Cooperative Learning. Apabila teknik ini dipraktekkan oleh guru di

kelas, aktivitas belajar siswa meningkat, siswa lebih aktif berkolaborasi

dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas, tugas dari guru dan mempunyai

4

Page 5: Bab I dst

banyak kesempatan mengolah informasi serta meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Teknik Jigsaw adalah suatu langkah-langkah pembelajaran secara

berkelompok berstruktur yang menekankan ada sikap dan perilaku bersama

dalam bekerja saling membantu serta bertanggung jawab satu sama lainnya.

Teknik Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan

dan berbicara sehingga teknik Jigsaw diduga sangat cocok diterapkan dalam

pembelajaran IPS dengan materi hapalan tentang tokoh, waktu, tempat dan

peristiwa dari masa lampau hingga sekarang. Dengan menggunakan teknik

Jigsaw dalam pembelajaran, siswa dibagi dalam kelompok berempat, dan

disebut kelompok induk. Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa

membentuk kelompok ahli yaitu siswa berkumpul dengan siswa lain yang

mendapatkan nomor bagian yang sama dari kelompok lain. Dalam kelompok

ahli, siswa bekerja sama mempelajari/mengerjakan, mencatat, memberikan

pendapat dan membagikan hasil diskusinya untuk diinformasikan kepada

rekan-rekan dalam kelompok induk.

Dalam penilaian pada pembelajaran dengan teknik Jigsaw, siswa

mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dan saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk dites. Kemudian masing-masing

siswa mengerjakan tes sendiri-sendiri dan mendapat nilai pribadi. Nilai

kelompok dibentuk dengan cara diambil dari nilai terendah yang didapat oleh

siswa dalam kelompok atau dari rata-rata nilai semua anggota kemlompok.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka peneliti berupaya mencari

alternatif untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yaitu

5

Page 6: Bab I dst

dengan menggunakan teknik Jigsaw dalam model Cooperative Learning.

Untuk menindaklanjuti perbaikan proses pembelajaran IPS peneliti

mengadakan penelitian dengan judul : “Implementasi Teknik Jigsaw pada

Penemutunjukkan Peta Negara Asean. (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI

SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah, hasil observasi, refleksi

awal terhadap kegiatan pembelajaran dilapangan, maka secara umum

permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah mengefektifkan

Implementasi Teknik Jigsaw Pada Penemutunjukkan Peta Negara Asean dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar ?.

Selanjutnya, agar tindakan untuk mengatasi masalah lebih spesifik, maka

secara lebih khusus permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan Implementasi Teknik

Jigsaw pada Penemutunjukkan Peta Negara Asean dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas VI Sekolah Dasar

Negeri 4 Raksabaya ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan Implementasi teknik

Jigsaw pada Penemutunjukkan Pada Peta Negara Asean dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VI

Sekolah Dasar Negeri 4 Raksabaya ?

3. Bagaimanakah hasil pembelajaran dengan Implementasi Teknik Jigsaw

pada Penemutunjukkan Pada Peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil

6

Page 7: Bab I dst

belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 4

Raksabaya ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

a. Tujuan Umum Penelitian.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan

implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan pada Negara

Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

di Kelas VI SDN 4 Raksabaya.

b. Tujuan Khusus Penelitian

Sesuai dengan masalah perencanaan yang diteliti, tujuan khusus

penelitian ini adalah :

1) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan perencanaan

pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada

penemutunjukkan pada peta Negara Asean dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di SDN 4 Raksabaya.

2) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan palaksanaan

pembelajaran dengan implementasi teknik pada Jigsaw pada

penemutunjukkan peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada pembelajaran IPS di SDN 4 Raksabaya.

3) Mendeskripsikan dan mengoptimalkan hasil

pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada

penemutunjukkan peta Negara Asean pada mata pelajaran IPS

7

Page 8: Bab I dst

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 4

Raksabaya.

2. Manfaat Penelitian.

a. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang pemahaman implementasi teknik Jigsaw pada

penemutunjukkan peta Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

b. Manfaat Praktis.

Secara praktis manfaat penelitian ini adalah memberikan pemahaman

dan wawasan pengetahuan serta pengalaman kepada guru dan siswa

dalam memecahkan permasalahan pembelajaran tentang implementasi

Teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara Asean dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah

Dasar.

c. Manfaat Kelembagaan.

Secara kelembagaan manfaat penelitian ini adalah mengoptimalkan

dan mengembangkan fungsi kelembagaan Sekolah Dasar sebagai

lembaga pendidikan dan pengajaran serta sebagai lembaga kegiatan

penelitian pembelajaran di Sekolah Dasar, khusus di SDN 4 Raksabaya

Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.

D. Paradigma Penelitian Dan Hipotesis Penelitian

1. Paradigma Penelitian.

8

Page 9: Bab I dst

Paradigma adalah serangkaian konsep-konsep dasar yang disusun secar

terpadu sehingga membentuk pola pikir. Paradigma digunakan sebagai

pegangan operasional penelitian dan sebagai pedoman berpikir dalam

memecahkan setiap permasalahan yang telah dirumuskan. Berdasarkan hal

tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mempunyai paradigma sebagai

berikut :

a. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran

yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Sekolah Dasar.

b. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan jika guru

memahami dan mengoptimalkan perencanaan pembelajaran dan

melaksanakan pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada

penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya

Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis

c. Implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta

Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS di Kelas VI SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas

Kabupaten Ciamis.

d. Teknik Jigsaw merupakan salah satu teknik pada model

Cooperative Laerning yang dapat digunakan dan dikembangkan pada

pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

2. Hipotesis Penelitian

9

Page 10: Bab I dst

Sesuai dengan penelitian berjudul : Implementasi Teknik Jigsaw Pada

Penemutunjukkan Peta Negara Asean, maka hipotesis penelitian dalam

bentuk hipotesis tindakan yaitu :

a. Apabila guru memahami dan mampu mengoptimalkan

membuat rencana pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw

pada penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4

Raksabaya, maka hasil belajar siswa akan meningkat.

b. Apabila guru memahami dan mampu mengoptimalkan

pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi teknik Jigsaw pada

penemutunjukkan peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya,

maka hasil belajar siswa dapat miningkat.

c. Apabila guru memahami dan mampu melaksanakan

penilaian dengan implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan

peta Negara Asean di kelas VI SDN 4 Raksabaya, maka hasil belajar

siswa dapat meningkat.

E. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan pemahaman dan penafsiran yang salah

terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan

beberapa istilah penting, sebagai berikut :

1. Implementasi.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1997 : 328) kata implementasi

mempunyai arti penerapan atau cara menerapkan sesuatu.

2. Teknik Jigsaw

10

Page 11: Bab I dst

Teknik Jigsaw ialah suatu teknik pembelajaran yang menekankan

kebersamaan, rasa tanggung jawab anggota kelompok dan struktur

pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Guru memperhatikan latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata

agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. “Teknik ini dapat

diimplementasikan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama dan

Bahasa”. (Lie, 2005 : 69).

Pada penelitian ini diimplementasikan teknik Jigsaw dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 4 Raksabaya,

dengan materi yang dibahas yaitu menemutunjukkan letak Negara Asean

pada peta berdasarkan letak astronomis, geografis dan nama-nama ibu kota

Negara Asean dari Jakarta (Kompas). Negara Asean yang dipelajari,

dipilih tiga Negara oleh kelompok ahli untuk dikaji dan dipahami setiap

anggota kelompok ahli dan hasilnya dibawa serta disosialisasikan kepada

anggota kelompok induk lainnya agar dikuasai sebagai bahan laporan

kelompok.

3. Model Cooperative Learning

Model Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru

dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang

lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain. Model

11

Page 12: Bab I dst

pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata

pelajaran dan berbagai usia.

Salvin mengemukakan bahwa “in cooperative learning methods, students

work together in four member team to master material initially presented

by the teacher” (Salvin, 1995 : 4). Dari uraian tersebut bahwa pengertian

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana system

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4

orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa bergairah

dalam belajar.

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu system atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas, 2004 : 174).

Pembelajaran implementasi teknik Jigsaw dalam Ilmu Pengetahuan

Sosial dengan materi pelajaran : Kenampakan Alam Negara-negara

Tetangga (Asean), direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara

individu dan kerja kelompok berstruktur supaya siswa dapat aktif dan

kreatif dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan secara maksimal.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah “Mata pelajaran yang mempelajari

kehidupan social yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,

sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah” (Kurikulum, 1994 : 86).

12

Page 13: Bab I dst

IPS yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial dan kewarganegaraan.

Dalam penelitian ini materi pokok yang dijadikan materi pembelajaran

adalah letak Negara-negara Asean di kelas VI Sekolah Dasar Semester I,

pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) halaman 379, siswa

dituntut menemutunjukkan pada peta/atlas letak Negara-negara Asean

berdasarkan letak geografis astronomis dan nama-nama ibukota Negara

dari Jakarta (arah mata angin)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial

Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994, pengertian Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah :

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan social yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah. IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. (Depdiknas, 1994 : 86).

Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar berfungsi untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar, untuk melihat

13

Page 14: Bab I dst

kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan

bangga terhadap perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga

masa kini.

Kurikulum memuat tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial diantaranya

sebagai :

1. mengajarkan konsep-konsep

geografi, ekonomi, sejarah dan kewarga-negaraan melalui pendekatan

paedagogis dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan

berfikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah social.

3. Membangun komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan.

4. Meningkatkan kemampuan bekerja

sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara

nasional maupun global. Menurut Hasan (1992 : 41) IPS bertujuan :

Untuk mengembangkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa dalam

melihat hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, dan

selanjutnya dikatakan pula tentang fungsi dari kurikulum IPS SD

adalah membentuk sikap rasional dan bertanggung jawab terhadap

masalah-masalah yang timbul akibat interaksi antar manusia dan

lingkungannya.

B. Ruang Lingkup dan Rambu-rambu

Pembelajaran IPS

14

Page 15: Bab I dst

Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI Sekolah

Dasar menurut kurikulum 2006 adalah :

1). Sistem administrasi wilayah Indonesia, 2) Kenampakan alam dan keadaan social Negara-negara tetangga, 3) Benua-benua di dunia, 4) Gejala-gejala alam di Indonesia dan Negara tetangga, 5) Cara-cara menghadapi bencana alam, 6) Peranan Indonesia dalam era global, 7) Manfaat ekspor dan impor.

Rambu-rambu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah

Dasar adalah sebagai berikut :

1. Pengorganisasian materi pelajaran menggunakan pendekatan

masyarakat yang meluas (expanding community approach) yakni dimulai

dari hal-hal yang terdekat dengan siswa ke hal-hal yang lebih jauh.

2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan pendekatan

terpadu (integreated approach) dan pendekaan belajar kontekstual untuk

meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan sikap, serta keterampilan

sosial. Pendekatan tersebut diwujudkan melalui penggunaan metode :

inquiri, eksploratif dan pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran

tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau diluar kelas

dengan memperhatikan ketersediaan sumber belajar yang ada.

3. Penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

diarahkan untuk mengukur pencapaian hasil belajar. Selain penilaian

tertulis dapat juga menggunakan model penilaian perbuatan, penugasan,

produk dan portofolio.

C. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

15

Page 16: Bab I dst

Standar kompetensi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta yang harus dikuasai siswa

setelah melalui proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Standar

kompetensi atau kompetensi dasar yang akan dijadikan penelitian adalah

membandingkan kenampakkan alam dan keadaan social Negara-negara

tetangga (Asean).

D. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning.

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama dengan saling membantu satu sama

lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Anita Lie (2000) menyebutkan cooperative learning dengan istilah

pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan bahwa cooperative

learning hanya berjalan kalau suda terbentuk suatu kelompok atau tim

yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang

sudah ditentukan, dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri

dari 4 (empat) atau 5 (lima) orang saja.

Proses pembelajaran cooperative learning ini berdasarkan pada

pemikiran filosofis “Getting Better Together”. Artinya bahwa untuk

mendapatkan sesuatu lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara

bersama-sama dalam sebuah kelompok. Disampaing itu ada keyakinan

berdasarkan penelitian, bahwa peserta didik akan lebih baik belajar dengan

16

Page 17: Bab I dst

rekan sebaya. Atas alasan itu maka pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning ini dipergunakan sebagai salah satu model

yang dipergunakan sebagai salah satu model yang dipergunakan di

sekolah-sekolah.

Sebagai konsekuensinya dalam melaksanakan pembelajaran ini, guru

harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya secara matang.

Suasana kelas perlu direncanakan, sehingga siswa mendapatkan

kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa

akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka menyenangi dan

mencintai proses belajar serta mencintai satu sama lain. Dalam suasana

yang demikian maka siswa akan lebih mudah dalam memahami serta

mengembangkan kreativitasnya dalam belajar.

Berdasarkan penelitian ditemukan data yang menunjukkan bahwa

suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi tinggi,

hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik

dari pada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-

misahkan siswa (Johnson & Johnson, 1989).

Dalam merancang pembelajaran guru harus mempertimbangkan aspek

kebersamaan siswa yang lebih lama, artinya siswa tidak hanya aktif selama

dikelas saja melainkan juga diluar lingkungan kelas. Menurut Watermorth

(1994) melalui model belajar ini siswa dilatih selain untuk mampu

mengembangkan aspek kognitif, juga mampu mengembangkan sikap dan

perilaku-perilaku sosial serta keterampilan yang memungkinkan dirinya

untuk memahami sedini mungkin kenyataan hidup bermasyarakat.

17

Page 18: Bab I dst

Pada dasarnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok

memiliki persamaan. Persamaan ini terletak pada tujuannya yaitu : 1)

untuk mengembangkan kemampuan mental yang meliputi membina

pengetahuan, mengajar problem solving, mengambil keputusan, serta

mengembangkan berfikir kritis; 2) Menelaah dan meneliti suatu bidang

kajian tertentu; 3) Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi

secara lisan, dan 4) untuk mengubah sikap yang kurang terpuji.

Sedangkan perbedaannya cooperative learning lebih unggul

dibandingkan dengan diskusi kelompok biasa. Menurut Salvin (1995 : 12)

terdapat enam karakteristik dari cooperative learning yang

membedakannya dengan metode yaitu : 1) Grouf goals; 2) Individual

accountability; 3) Equal oportinities for success; 4) Team copetition; 5)

Task specialization; 6) Adaption to individual need. Anita Lie (2000)

melihat ada lima unsur yang membedakannya dengan kerja kelompok

biasa. Kelima unsur itu adalah : 1) saling ketergantungan yang positif; 2)

tanggung jawab perseorangan; 3) interaksi tatap muka; 4) komunikasi

antar anggota; 5) evaluasi proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran model Cooperative Learning

adalah pandangan hidup Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Manusia pada hakekatnya adalah mahluk Bhineka yang memerlukan

gotong royong dan kerja sama dalam hidupnya. Kerjasama merupakan

kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Sejalan dengan

pendapat Lie (2005 : 28) “Falsafah yang mendasari model Cooperative

Learning dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius”.

18

Page 19: Bab I dst

Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap

pencapaian hasil belajar yang optimal. Cooperative Learning adalah suatu

model pembelajaran yang menekankan pada sikap dan perilaku kerjasama

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

2. Pengelolaan Kelas Cooperative

Learning.

Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun

mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati

yang gembira tanpa tekanan maka dapat memudahkan siswa dalam

memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan

langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa

secara keseluruhan. (Porter & Hernacki, 2001 : 66). Sesuai dengan

pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative learning

dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam

mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan model ini

guru bukannya bertambah pasif tapi harus menjadi lebih aktif terutama

saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, pengaturan kelas saat

pelaksanaan dan membuat tugas untuk dikerjakan oleh siswa bersama

dengan kelompoknya.

Dalam model pembelajaran cooperative learning, dibutuhkan proses

yang melibatkan niat dan kiat dari anggota kelompoknya. Sehingga

masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan

orang lain. Dalam pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada

19

Page 20: Bab I dst

tiga hal yang perlu diperhatikan yakni pengelompokkan, pemberian

motivasi kepada kelompok dan penataan ruang kelas (Lie, 2000).

3. Penataan Ruang Kelas Model

Pembelajaran Cooperative Learning.

Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh filsafat dan metode

pembelajaran yang dipakai di kelas. Pada umumnya penataan ruang kelas

diatur secara klasikal, karena hal ini sesuai dengan metode ceramah.

Dalam metode ini guru berperan sebagai nara sumber yang utama atau

mungkin satu-satunya nara sumber. Untuk model cooperative learning

guru tidak hanya satu-satunya nara sumber, tetapi siswa juga dapat belajar

dari temannya dan guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mediator,

evaluator. Sebagai konsekuensinya ruang kelas harus ditata sedemikan

rupa, sehingga dapat menunjang terjadinya dialog dalam cooperative

learning. Pengaturan bangku memainkan peranan penting dalam kegiatan

belajar model cooperative learning ini. Sehingga semua siswa bisa melihat

guru atau papan tulis dengan jelas. Disamping itu harus dapat melihat dan

menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam

jangkauan kelompoknya dengan merata.

Penataan bangku yang biasa dipakai dalam cooperative learning

menurut Kagan (Anita Lie, 2000) adalah sebagai berikut :

20

Page 21: Bab I dst

Gambar 2.1.Posisi duduk dalam pembelajaran Kooperatif

Penggunaan meja tapal kuda atau meja panjang dapat menempatkan

siswa secara berkelompok diujung (lihat gbr.1). Sedangkan penggunaan

meja laboratorium (lihat gbr.2) memudahkan siswa untuk mengerjakan

tugas individu maupun kelompok. Penggunaan meja kelompok dan meja

klasikal (lihat gbr.3) dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara

berdekatan (lihat gbr.4) dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam

satu meja sedangkan penataan terbaik dan relative mudah adalah dengan

menempatkan bangku individu dengan meja tulisnya (lihat gbr.5).

4. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning.

a) Keunggulan Cooperative Learning

Gambar 4Meja berbaris

Gambar 2Meja laboratorium

Gambar 5Meja individu

Gambar 1Meja panjang

21

Page 22: Bab I dst

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih

bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif ini memiliki

beberapa keunggulan, Maomilan mengemukakan keunggulan

pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi

peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu

pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama

dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok (dalam

Salvin, 1983)

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative

learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam

belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki

keterampilan. Baik keterampilan berfikir (Thinking skill) maupun

keterampilan sosial (Social skill), seperti keterampilan untuk

mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan orang

lain, bekerjasama, rasa setiakawan, dan mengurangi timbulnya

perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl : 1994).

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa mengem-

bangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh

dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan

lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai

tutor bagi teman sebayanya.

Selanjutnya Jarolimek & Parker (1993) mengatakan

keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai

berikut : 1) Saling ketergantungan; 2) Adanya pengakuan dalam

22

Page 23: Bab I dst

merespon perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan dalam

perencanaan dan pengelolaan kelas; 4) Suasana kelas yang rileks

dan menyenangkan; 5) Terjadinya hubungan yang hangat dan

bersahabat antara siswa dengan guru; 6) Memiliki banyak

kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan.

b) Kelemahan Cooperative Learning

Kelemahan model pembelajaran cooperative learning

bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan

faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut :

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, waktu;

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka

dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup

memadai; 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas,

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan; 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh

seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.

Faktor dari luar, erat kaitannya dengan kebijakan

pemerintah yaitu padatnya kurikulum pembelajaran, selain itu

tujuan pembelajaran terpusat pada tes keberhasilan pada saat ujian

yaitu perolehan hasil untuk nilai UMP (Ujian Mutu Pendidikan).

23

Page 24: Bab I dst

Sebenarnya apabila guru telah berperan baik sebagai

fasilitator, motivator, mediator maupun evaluator, maka kelemahan

yang ditemukandalam model cooperative learning ini dapat diatasi.

Sehingga peran guru sangat penting dalam menciptakan suasana

kelas yang kondusif agar pembelajaran IPS di SD dengan

menggunakan model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.

5. Unsur-unsur Cooperative Learning :

a) Saling ketergantungan positif.

Dalam Cooperative Learning keberhasilan suatu kelompok sangat

bergantung pada usaha anggota kelompoknya. Siswa dalam

kelompok adalah sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang

harus di capai

b) Tanggung jawab individu

Dalam cooperative learning setiap siswa bertanggungjawab untuk

melakukan yang terbaik. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh

keberhasilan masing-masing anggota kelompokknya.

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk

saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap

muka dan interaksi.

d) Komunikasi antar anggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses

yang sangat bermanfaat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan,

24

Page 25: Bab I dst

untuk memperkaya pengalaman belajar, serta pembinaan

perkembangan mental dan emosional.

e) Evaluasi proses kelompok

Dengan adanya evaluasi proses kelompok, para siswa dalam

kelompok akan menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa

mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompok.

6. Teknik-teknik Model Cooperative Learning

Teknik-teknik model Cooperative Learning menurut Lie (2005 : 55-71) adalah : a) Teknik mencari pasangan, b) Teknik bertukar pasangan, c) Teknik berpikir berpasangan, berempat, d) Teknik berkirim salam dan soal, e) Teknik kepala bernomor, f) Teknik kepala bernomor terstruktur, g) Teknik dua tinggal dua tamu, h) Teknik keliling kelompok, i) Teknik kancing gemerincing, j) Teknik keliling kelas, k) Teknik lingkaran kecil lingkaran besar, l) Teknik tari bambo, m) Teknik Jigsaw, n) Teknik bercerita berpasangan.

a) Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson Et Al

sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini menggabungkan

kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Teknik

ini dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti IPA,

IPS, Matematika, Agama, Bahasa dan dipandang cocok untuk

semua kelas atau tingkatan.

Dalam teknik ini garu harus memperhatikan skemata latar

belakang siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini

agar bahan pelajaran lebih bermakna. Selain itu siswa dituntut

bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan

25

Page 26: Bab I dst

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Cooperative Learning teknik Jigsaw adalah suatu teknik

pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atau penguasaan materi belajar

dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain

dalam kelompoknya (Arends dalam Yusuf, 2003 : 25).

Model Cooperative Learning teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends dalam Yusuf, 2003 : 26)

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran

orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian

“siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja

sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”

(Lie, A, 1004). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan

topic yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu

satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada

mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim atau

kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang

26

Page 27: Bab I dst

lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada

pertemuan tim ahli.

Pada model Cooperative Learning teknik Jigsaw, terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok

induk siswa beranggotakan siswa dengan dengan kemampuan, asal

dan latar belakang keluarga beragam. Kelompok asal merupakan

gabungan dari beberapa ahli. Kelompok hali yaitu kelompok siswa

yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan

menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya

untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan

sebagai berikut (Arends dalam Yusuf, 2003 : 27) :

Gambar 2.2Pembagian kelompok asal ke kelompok ahli

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu

dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan

A1 B1C1 D1

A2 B2C2 D2

A3 B3C3 D3

A4 B4C4 D4

A1 A2A3 A4

B1 B2B3 B4

C1 C2C3 C4

D1 D2D3 D4

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

27

Page 28: Bab I dst

membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota

kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik

mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota

kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan

pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada

saat ertemuan dikelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga

dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu)

terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran,

siswa diberi kuis secar individu yang mencakup topik materi yang

telah dibahas. Kunci teknik Jigsaw ini adalah independensi setiap

siswa terhadap anggota tim yang telah memberikan informasi yang

diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan

baik.

Untuk pelaksanaan Cooperative Learning teknik Jigsaw,

disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut : 1) Pemberian

tugas, 2) Pemberian lembar ahli, 3) Mengadakan diskusi dan 4)

Mengadakan kuis.

Adapun rencana pembelajaran Cooperative Learning teknik

Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut :

1) Membaca : Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca

materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

2) Diskusi kelompok ahli : siswa dengan topik-topik ahli yang

sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

28

Page 29: Bab I dst

3) Diskusi kelompok : ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

menjelaskan topik pada kelompoknya.

4) Kuis : siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua

topik.

5) Penghargaan kelompok : perhitungan skor kelompok dan

menentukan penghargaan kelompok.

b) Penggunaan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran IPS di Sekolah

Dasar

Teknik Jigsaw dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah

sebagai berikut :

1) Perencanaan penerapan teknik Jigsaw

Pada tahap ini, guru menyiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk proses pelaksanaan pembelajaran,

misalnya; alat peraga, media pembelajaran, rencana pem-

belajaran, dan lembar kerja siswa (LKS)

2) Proses pelaksanaan teknik Jigsaw

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a) Apersepsi

b) Guru mengarahkan materi yang akan dibahas dan aturan

main pembelajarannya

c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari

empat orang atau lebih, setiap siswa diberi nomor

masing-masing kelompoknya, disebut kelompok induk.

29

Page 30: Bab I dst

d) Siswa yang bernomor urut sama berkelompok lagi,

disebut kelompok ahli.

e) Tiap kelompok ahli diberi kartu pembelajaran/tugas yang

berbeda pada pokok bahasan yang sama pada materi

pelajaran kemudian mendiskusikannya.

f) Setiap anggota bertugas memberi pendapat, mengingat

dan mencatat hasil temuan diskusinya.

g) Bila sudah selesai siswa disuruh kembali kepada

kelompok induknya lagi.

h) Setiap kelompok induk melaporkan hasil kerjanya kepada

rekan kelompoknya. Bila setiap kelompok materi

pembela-jarannya/tugasnya sama bisa saling mengoreksi

atau memberi masukan lagi.

i) Guru memberikan penegasan/penguatan tentang hasil

diskusinya.

j) Untuk pendalaman dan pengayaan materi pembelajaran,

dilanjutkan dengan Tanya jawab atau tes lisan dikahiri

dengan pemberian tugas.

3. Evaluasi Teknik Jigsaw

Penilaian dalam teknik Jigsaw siswa mendapat nilai pribadi

dan nilai kelompok. Siswa bekerjasama dengan metode

Cooperative Learning. Mereka saling membantu dalam

mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing

mengerjakan tes sendiri-sendiri dan mendapat nilai pribadi.

30

Page 31: Bab I dst

Jika hanya dilakukan tes proses saja oleh guru, setiap siswa

harus aktif dalam proses pembelajaran.

Nilai kelompok bias dibentuk dengan beberapa cara, pertama

nilai kelompok diambil dari nilai terendah yang diperoleh

siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok diambil dari

rata-rata nilai semua anggota kelompok. Kelebihan kedua

cara tersebut adalah semangat gotong royong dan kelompok

bisa berusaha lebih keras untuk membantu semua anggota

kelompok dalam mempersiapkan diri untuk tes.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

31

Page 32: Bab I dst

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), menurut Kasbolah (1998 : 15) “Penelitian tindakan

dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas tujuan

memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran”. Dengan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan proses pembelajaran yang

efektif dan efisien dapat tercapai secara optimal.

Implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian

ini dengan alasan adalah sebagaimana dikatakan oleh Kasbolah (1998 : 32)

adalah : (1) Untuk meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah,

(2) Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, (3) Untuk meningkatkan

mutu hasil pendidikan, (4) Untuk meningkatkan efieiensi pengelolaan

pendidikan. Diterapkannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan

upaya kerjasama antara peneliti, guru dan siswa untuk mengadakan

perbaikan dan peningkatan pada proses dan hasil pembelajaran.

Manfaat dari penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari segi

akademik, PTK bermanfaat guna membantu guru menghasilkan

pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk

memperbaiki pembelajaran dalam jangka pendek. Hal ini dimungkinkan

karena dewasa ini pendapat kalangan pendidikan senantiasa berubah.

Adapun manfaat praktis PTK sebagaimana yang tercantum dalam

Kasihani Kasbolah (1998 : 36) adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi inovasi pembelajaran

2. Manfaat bagi pengembangan kurikulum di tingkat sekolah/kelas

32

Page 33: Bab I dst

3. Manfaat bagi pengembangan profesi guru

4. Manfaat bagi mahasiswa S.1 PGSD yaitu berupa pengetahuan

keterampilan melakukan penelitian praktis dan wawasan tentang

peningkatan proses pembelajaran secara berkelanjutan.

5. Manfaat bagi Dosen PGSD, yaitu adanya benang merah dengan

lapangan dan terjembatani kesenjangan antara teoritis di kampus

dengan praktik yang terjadi di sekolah.

6. Manfaat bagi guru sekolah dasar yaitu untuk memberikan pengetahuan

dan keterampilan melakukan penelitian, meningkatkan serta

memperbaiki proses pembelajaran dan pengembangan profesionalisme

guru.

7. Manfaat bagi lembaga (PGSD UPI dan Sekolah Dasar) yaitu

terbinanya kemitraan yang melembaga.

Menurut Kasbolah (1998 : 112) ada empat model Penelitian

TIndakan Kelas (PTK) yaitu : model yang dikembangkan oleh Ebbut

(1985), Kemmis dan MC. Taggart (1998), Elliot (1991), dan MC. Kernan

(1991). Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah adaptasi model

Kemmis dan MC. Taggart, terdiri dari empat komponen, yaitu :

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (kasbolah, 1998 : 14).

Komponen-komponen tersebut merupakan satu siklus, yang dimaksud satu

siklus pada penelitian ini yaitu satu putaran yang terdiri dari perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi. Pada penelitian tindakan kelas ini

direncanakan melalui tindakan tiga siklus dan apabila belum mencapai

33

Page 34: Bab I dst

tujuan yang telah ditetapkan maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

Setiap satu siklus tindakan sama dengan satu kali tindakan pembelajaran.

Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan hasil

adaptasi dari model Kemmis dan MC. Taggart, dapat dilihat dari bagan

berikut :

34

Page 35: Bab I dst

Gambar 3.1Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis Taggart

B. Prosedur Penelitian

PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa

ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan

Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan

Siklus 2

Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan

pembelajaran

PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa

ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan

Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan

Siklus 3

Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan

pembelajaran

PelaksanaanMelaksanakan KBM dengan langkah-langkah teknik Jigsaw pada model Cooperative learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa

ObservasiMelaksanakan perekaman dan pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alat dan instrument observasi yang direncanakan

Dan seterusnya

Refleksi :Analisis tes dan prosesInterprestasi tes dan prosesMengidentifikasi kekurangan

pembelajaran

Perencanaan :Membuat scenario pembelajaran teknik jigsaw pada model Cooperative LeraningMenyiapkan alat peraga, media LKSMenyusun instrument pengamatan

Siklus 1

35

Page 36: Bab I dst

Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu

a). Orientasi dan identifikasi masalah, b) Perencanaan tindakan kelas, c).

Pelaksanaan tindakan penelitian, yaitu terdiri dari : 1) pembuatan

perencanaan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) observasi

pelaksanaan, 4) analisis dan refleksi kegiatan pembelajaran.

1. Pada tahap awal kegiatan peneliti melakukan orientasi dan

identifikasi masalah ke lokasi dan subjek penelitian. Pada tahap ini

kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri

4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis untuk

melakukan penelitian. Permintaan izin ini sekaligus meminta

kesediaan Kepala Sekolah untuk berperan sebagai pengamat

dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Melakukan kegiatan observasi keadaan kelas, sikap

dan perilaku siswa, motivasi belajar siswa serta prestasi kelas VI

SD Negeri 4 Raksabaya dengan focus penelitian terhadap

penggunaan metode dan teknik pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dengan materi pokok kenampakkan alam dan keadaan

social Negara-negara tetangga (Asean) hubungannya dengan

hasil belajar siswa.

c. Bersama observer mengidentifikasi masalah

dengan menetapkan skala prioritas dari sejumlah permasalahan

pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial di

36

Page 37: Bab I dst

kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas

Kabupaten Ciamis.

2. Perencanaan Tindakan Kelas

Berdasarkan orientasi dan identifikasi masalah pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri 4Raksabaya perencanaan

tindakan dalam penelitian ini yang dilakukan peneliti sebagai berikut :

a. Bersama-sama dengan praktisi membicarakan

rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial dengan implementasi teknik Jigsaw. Dari

hasil observasi dan identifikasi. Maka refleksi awal menentukan

bahwa tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan mengoptimalkan kemampuan guru melalui implementasi

teknik Jigsaw pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Bersama-sama dengan praktisi membahas hakikat

dan tujuan implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta

Negara-negara Asean di kelas VI Sekolah Dasar.

c. Menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dalam bentuk siklus yang terdiri dari tiga siklus. Setiap

siklus tindakan pembelajaran dilakukan dalam empat tahap

kegiatan atau tindakan, yaitu membuat rencana pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, observasi pelaksanaan

pembelajaran dan refleksi pembelajaran.

37

Page 38: Bab I dst

d. Membuat dan menyusun instrument penelitian

terdiri dari format observasi kemampuan guru membuat rencana

pembelajaran teknik Jigsaw, format kemampuan guru

melaksanakan proses pembelajaran teknik Jigsaw dan format

peningkatan hasil belajar siswa dengan teknik Jigsaw.

e. Membuat dan menyusun instrumen pembelajaran

terdiri dari kemampuan guru dalam merancang rencana

pembelajaran (lampiran 6), kemampuan guru dalam kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran IPS (lampiran 7),dan lembar kerja

siswa (lampiran 2), serta menyiapkan alat peraga dan media

pembelajaran.

f. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

meliputi tiga siklus dengan indikator dan pembahasan materi yang

sama. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

ingin dicapai.

3. Pelaksanaan Tindakan Kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan praktisi (guru)

menyiapkan prasayarat untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), untuk mengungkap data awal tentang hasil belajar siswa,

peneliti melakukan apersepsi awal dalam pembelajaran IPS di kelas VI

SD Negeri 4 Raksabaya hasil dari apersepsi awal dan observasi di

analisis secara seksama untuk mengidentifikasi dalam penelitian

penentuan langkah-langkah kegiatan penelitian.

38

Page 39: Bab I dst

Pelaksanaan tindakan penelitian dalam tiga siklus, tetapi

berdasarkan hasil yang dicapai pelaksanaannya dapat dikurangi atau

ditambah. Setiap siklus dilakukan dengan satu kali kegiatan

pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran. Tindakan penelitian

siklus satu merupakan hasil rekomendasi dari observasi dan UTS.

Tindakan pembelajaran siklus 2 merupakan hasil rekomendasi

tindakan pembelajaran pada siklus 1, tindakan pembelajaran siklus 3

merupakan hasil rekomendasi tindakan pembelajaran siklus 2. Pada

tindakan pembelajaran setiap siklus penelitian dilakukan dalam empat

tahap, yaitu : perencanaan pembelajaran, dan analisis refleksi

pembelajaran. Dari hasil analisis refleksi pembelajaran pada setiap

tindakan pembelajaran merupakan rekomendasi dari perencanaan

tindakan pembelajaran berikutnya. Akhirnya dicapai penetapan

rekomendasi hasil tindakan pembelajaran semua siklus.

Tindakan pembelajaran yang dilakukan melalui empat tahap

kegiatan tersebut di atas secara rinci adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran setiap siklus dengan indikator

dan pembahasan materi yang sama. Hal ini dilakukan untuk

melihat keberhasilan implementasi teknik Jigsaw pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VI.

Kegiatan yang dilakukan pada pembuatan perencanaan

pembelajaran pada siklus kesatu, kedua dan ketiga adalah sebagai

berikut :

39

Page 40: Bab I dst

1) Mempersiapkan instrument pembelajaran yaitu :

rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, tes hasil belajar.

2) Mempersiapkan sumber pelajaran, alat peraga,

dan media pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

3) Menyusun instrument penelitian, yaitu : lembar

observasi kegiatan belajar mengajar dan lembar observasi

kegiatan siswa dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga siklus,

dengan materi pokok “Letak Negara-negara tetangga (Asean)”.

Setiap siklus membahas materi pokok dan indikatornya sama.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak

sebagai observer mengamati seorang guru sebagai praktisi

menggunakan lembar pengamatan terhadap guru dan siswa dengan

instrument observasi yang telah disediakan.

Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setiap siklus,

digambarkan sebagai berikut :

1) Kompetensi Dasar : Membandingkan

kenampakkan alam dan keadaan sosial Negara-negara tetangga

(Asean).

2) Materi pokok : Kenampakkan alam dan keadaan

sosial Negara-negara tetangga (Asean).

40

Page 41: Bab I dst

3) Pembahasan materi : Menemutunjukkan letak

Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,

geografis dan nama-nama ibu kota Negara dari Jakarta.

4) Indikator : Menemutunjukkan pada peta/atlas,

letak Negara-negara tetangga (Asean) berdasarkan letak

astronomis, geografis dan nama-nama ibu kota Negara Asean

dan Jakarta (kompas) (Setiap siklus indikatornya dan

pembahasan materi yang sama).

Pada tindakan pembelajaran setiap siklus, peneliti melakukan

kegiatan pembelajaran meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan akhir dan tindak lanjut. Secara garis besar langkah-

langkah kegiatan selama pembelajaran dilakukan pengorganisasian

kelompok belajar untuk kegiatan Cooperative Learning dalam

implementasi teknik Jigsaw sebagai berikut :

1) Siklus 1

Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak

Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,

geografis dan nama-nama ibu kota Negara-negara Asean

(Kompas) dari Jakarta.

2) Siklus 2

Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak

Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,

geografis dan nama-nama ibu kota Negara-negara (Asean).

3) Siklus 3

41

Page 42: Bab I dst

Kerjasama dalam kelompok untuk menemutunjukkan letak

Negara-negara Asean pada peta berdasarkan letak astronomis,

geografis dan nama-nama ibu kota Negara (Kompas) dari

Jakarta.

Setiap pertemuan dilaksanakan sebagai berikut :

a) Tanya jawab dan tes awal tentang pengetahuan awal siswa

mengenai Negara-negara tetangga (Asean)

b) Pembentukkan kelompok induk dan penjelasan tentang

tugas masing-masing kelompok induk dan anggotanya.

c) Penjelasan secara rinci tentang tugas kelompok ahli dan

anggotanya.

d) Melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan materi

pelajaran tiap siklus.

e) Persiapan pengalaman belajar tentang letak Negara-negara

tetangga (Asean).

f) Membuat catatan temuan permasalahan dalam

pembelajaran sebagai bahan tindak lanjut.

g) Melaksanakan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam

kelompok untuk mengukur keberhasilan tindakan

pembelajaran.

c. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung, setiap

tindakan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh observer

sebagai berikut :

42

Page 43: Bab I dst

1) Kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran

dengan teknik Jigsaw.

2) Kemampuan guru mengoperasionalkan teknik Jigsaw

mengenai kelebihan dan kekurangannya dalam rangka

memfasilitasi belajar siswa.

3) Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi dengan teknik

Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4) Aktivitas siswa dalam kerjasama kelompok secara berstruktur

berdasarkan rencana pembelajaran sebelumnya untuk mencapai

tujuan.

d. Refleksi Tindakan

Hasil observasi dari pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya

dianalisis dan direfleksi dengan sasaran sebagai berikut :

1) Analisis terhadap data awal siswa mengenai hasil belajar dalam

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI

2) Kemampuan guru dalam membuat rencana pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, dan mengdakan evaluasi hasil

belajar siswa dengan teknik Jigsaw.

3) Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan teknik Jigsaw

dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

4) Peneliti dan observer melaksanakan refleksi terhadap hasil

analisis dengan teknik analisa, sintesa dan dedukasi terhadap

tindakan dan temuan hasil observasi. Refleksi difokuskan pada

43

Page 44: Bab I dst

kelemahan pengelolaan pembelajaran yang menggambarkan

upaya peningkatan hasil belajar siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VI Sekolah

Dasar Negeri 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.

Semester I Tahuan Pelajaran 2008/2009 untuk materi pokok letak Negara-

negara tetangga (Asean).

Subejak penelitian ini adalah guru dan siswa dalam pembelajaran di

kelas VI SD Negeri 4 Raksabaya jumla

Tabel 3.1.

Jenis Data dan Cara Pengumpulannya

No. Jenis Data Cara Pengumpulan1 Kemampuan guru dalam membuat

rencana pembelajaran dengan teknik Jigsaw

Simak telaah terhadap instrument pembelajaran dilanjutkan dengan tranggulasi dan konfirmasi

2 Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teknik Jigsaw

Observasi aktifitas guru dalam proses belajar mengajar dilanjutkan dengan trianggulasi dan konfirmasi

3 Kemampuan pelaksanaan tes proses hasil belajar dengan teknik Jigsaw

Observasi terhadap aktivitas guru dalam pelaksanaan tes proses

4 Efektifitas hasil belajar siswa dengan teknik Jigsaw

Observasi dan hasil tes proses hasil belajar siswa waktu pembelajaran dilaksanakan.

Data lain diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan penelitian

tindakan kelas.

E. Indikator Kinerja

44

Page 45: Bab I dst

Standarisasi keberhasilan suatu tindakan perbaikan yang dilakukan oleh

peneliti dalam implementasi teknik Jigsaw pada penemutunjukkan peta

Negara Asean dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut :

1. Guru mampu menunjukkan kinerja

baik (berhasil), jika mampu mencapai 75 % dari jumlah indicator yang

telah ditetapkan untuk setiap aspek kinerja guru dalam instrument

penelitian tindakan kelas (PTK).

2. Siswa mampu mencapai hasil

belajar yang baik (tuntas), jika dapat mencapai 75 % (Kriteria ketuntasan

ideal 75 % dan kriteria ketuntasan minimal 60 %.

45

Page 46: Bab I dst

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian dan

pembahasan berdasarkan temuan data tentang penemutunjukkan letak Negara-

negara Asean pada peta melalui teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS, yang

dilalksanakan di kelas VI SDN 4 Raksabaya Kecamatan Cimaragas Kabupaten

Ciamis.

Teknik jigsaw merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan/aktivitas siswa. Sehingga dengan dilaksanakannya

teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS, hasil belajar siswa dapat meningkat secara

optimal. Atas dasar kesepakatan antara peneliti dan praktisi (guru) sebagai mitra

menyepakati pelaksanan tindakan pembelajaran perlu ditingkatkan melalui teknik

jigsaw agar kemampuan siswa meningkat.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan suatu gambaran yang diperoleh dari setiap

siklus secara nyata, baik diperoleh dari observasi, catatan lapangan,

wawancara, dokumentasi maupun hasil pengamatan langsung ketika proses

pembelajaran. Hasil penelitian itu dideskripsikan, dianalisa dan direfleksikan

46

Page 47: Bab I dst

dengan tujuan supaya kekurangan dan kelebihan setiap siklus dapat diketahui

dengan jelas, maka secar rinci dideskripsikan sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Rencana Tindakan siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah, maka penelitian

tindakan kelas dilakukan dalam tiga siklus tindakan pembelajaran.

Setiap siklus tindakan pembelajaran dilaksanakan menggunakan teknik

jigsaw dengan materi yang sama, supaya tingkat keberhasilan

implementasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan letak Negara-

negara Asean pada peta dapat dipertanggungjawabkan. Adapun

rencana tindakan sebagai berikut :

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang digunakan dalam setiap siklus disusun berdasarkan

implemantasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara

Asean (lampiran 1)

2) Kegiatan diskusi kelompok dalam mengerjakan

Lembar Kerja Siswa (LKS) terdiri dari dua tahap, yaitu kegiatan

diskusi kelompok ahli dan kegiatan diskusi kelompok induk. Pada

akhir kegiatan kelompok induk mempresentasikan hasil diskusinya

kepada kelompok induk lainnya.

3) Persiapan menyusun kegiatan guru meliputi

penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), pembentukkan kelompok

induk, dan kelompok ahli, serta petunjuk pelaksanaan diskusi.

47

Page 48: Bab I dst

4) Menyediakan media pembelajaran berupa peta

Asean, Atlas dan globe.

5) Menyediakan menyusun lembar observasi rencana

pembelajaran, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar

observasi aktivitas siswa dan guru, lembar penilaian proses belajar

siswa dan lembar kuisioner siswa.

6) Waktu pelaksanaan tindakan penelitian setiap jam

mata pelajaran IPS, dengan alokasi waktu 2 x 35 menit seminggu

sekali.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari selasa, 4 Nopember

2008, mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10 di kelas VI

berdasarkan rencana tindakan penelitian yang telah dirumuskan.

Adapun hasilnya disusun sebagai berikut :

1) Persiapan pembelajaran siklus I

Dalam tahap perencanaan pembelajaran siklus I, peneliti dan

guru melakukan beberapa tahapan yaitu :

a) Mempersiapkan rencana pelaksanaan teknik

jigsaw, dalam pembelajaran IPS dengan materi pokok letak

Negara-negara tetangga, sebelum melaksanakan pembelajaran.

(lampiran 1)

b) Mempersiapkan media pembelajaran untuk

mempermudah siswa dalam pembelajaran.

48

Page 49: Bab I dst

c) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

(lampiran 2), lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 3),

lembar rekapitulasi penilaian proses belajar siswa tiap siklus

(lampiran 4), rekapitulasi nilai proses belajar siswa semua

siklus (lampiran 5) yang nantinya digunakan untuk penilaian

proses/perbuatan siswa.

d) Mempersiapkan lembar observasi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (lampiran 6), lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 7), lembar

kuisioner (lampiran 8), dan lembar rincian materi (lampiran 9)

sehingga akan tercipta kelancaran dalam pelaksanaan tindakan

kelas.

2) Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Gambar 4.1Kegiatan Awal Pembelajaran

49

Page 50: Bab I dst

Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa untuk berdo’a

yang dipimpin oleh ketua kelas dan memberi salam pada guru.

Selanjutnya guru mengabsen siswa untuk mengetahui siswa yang tidak

hadir. Dari hasil mengabsen ternyata semua siswa hadir, yang

berjumlah 13 orang siswa dan mengkondisikan siswa untuk siap

belajar. Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi

untuk mengaitkan bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan

pertanyaan sebagai berikut :

Guru : “Apakah kamu punya tetangga di dekat rumah “ ?

Semua siswa : “Punya pak”

Guru : “Kalau begitu, apa arti tetangga itu ? (kelas hening

sejenak, tiba-tiba seorang siswa menjawab)

Siswa : “Orang yang dekat, pak.” (karena ada yang berani

menjawab, siswa yang lain pun ikut menjawab).

Siswa lain : “Rumah yang paling dekat, pak “. (ada juga yang

menjawab yang lain).

Siswa : “Rumah yang bersebelahan” (dan sebagainya) lalu guru

bertanya lagi

Guru : “Apakah Negara kita punya tetangga” ? (kelaspun

hening kembali, gurupun bertanya lagi)

Guru : “Apakah Negara kita punya tetangga” ?

Siswa : “Punya pak, yaitu Negara yang dekat dengan

Indonesia”. (siswa yang lain pun ikut menjawab, sambil

mendengarkan jawaban-jawaban siswa kemudian guru

50

Page 51: Bab I dst

melanjutkan lagi pertanyaan).

Guru : “Negara apa yang dekat dengan Indonesia” ?

Siswa : “Malayasia pak, Singapura pak”.

Guru : “Baiklah anak-anak, untuk lebih mengetahui lagi Negara

tetangga Indonesia, tetapi dalam belajar hari ini, bapak

menginginkan kalian belajar secara berkelompok dan

setaip anggota kelompok diberi tugas oleh ketua”.

(sebelum guru melanjutkan penjelasannya kelas ribut)

Guru : “Ada apa ini” ?

Siswa : “Dengan siapa saya harus berkelompok” ?

Guru : “Silahkan kalian berkelompok dengan kelompok belajar

yang sudah biasa” !

Siswa : “Siap pak, (siswa mengatur tempat duduk sendiri sambil

dibimbing oleh guru).

Guru : “Apakah nama kelompok akan diambil dari nama

Negara tetangga atau tidak” ?

Siswa : “Dari nama negara. Pak “.

Guru : “Baiklah kalau begitu, silahkan nanti kerjakan LKS

sesuai dengan petunjuknya” !

Siswa : “Baik, pak”.

Setelah selesai dengan pembagian kelompok, dan ditetapkan dalam

tiga kelompok terdiri empat orang tetapi ada satu kelompok yang

terdiri dari lima orang. Lalu guru pun memberikan tugas kepada semua

51

Page 52: Bab I dst

kelompok, yaitu mengenai menemutunjukkan letak Negara-negara

Asean yang sesuai dengan nama kelompoknya, misalnya nama

kelompoknya Malayasia pembahasannya mengenai Malayasia, yaitu

mengenai letaknya baik secara astronomis, geografis, letak nama ibu

kota negaranya dari arah Jakarta (berdasarkan arah mata angin) dan

batas negaranya berdasarkan empat arah mata angin. Dan setiap ketua

kelompok induk menentukan nomor tiap anggota kelompoknya

sebagai anggota kelompok ahli. Guru membagikan LKS pada setiap

kelompok untuk dibagikan kepada anggota kelompokknya.

Sebelum siswa mengerjakan LKS, guru menjelaskan tentang tugas-

tugas yang harus dilakukan kelompok yang meliputi pembagian LKS,

kegiatan diskusi kelompok ahli, kegiatan diskusi kelompok induk dan

laporan hasil diskusi kelompok.

Siswa melaksanakan diskusi kelompok ahli dalam mengerjakan

LKS yang diterima dikelompok induk. LKS berisikan langkah-langkah

yang harus dilakukan siswa dalam diskusi kelompok untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang menemutunjukkan

letak Negara-negara Asean. Setelah selesai diskusinya tiap-tiap

anggota kelompok ahli kembali ke kelompok induk masing-masing

untuk melaporkan hasil diskusi kelompok ahli. Hasil diskusi kelompok

ahli didiskusikan kembali dalam kelompok induk sebagai bahan

laporan kepada kelompok induk lainnya, sesuai dokumentasi di bawah

ini.

52

Page 53: Bab I dst

Gambar 4.2Siswa Melaksanakan Diskusi Kelompok

Setelah selesai kelompok induk berdiskusi, secara berurutan

masing-masing kelompok induk melaporkan hasil diskusinya kepada

kelompok induk lainnya. Kelompok induk yang lainnya memberikan

tanggapan, sanggahan atau pertanyaan kepada kelompok induk yang

melaporkan hasil diskusi kelompok induknya. Kelompok induk yang

melaporkan hasil diskusinya menjawab dan menjelaskan terhadap

tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari kelompok induk lainnya.

53

Page 54: Bab I dst

Gambar 4.3Siswa Melaporkan Hasil Diskusi

Peran guru dalam kelompok induk memberikan penguatan

terhadap setiap hasil diskusi masing-masing kelompok induk, baik

gagasan, sanggahan atau pertanyaan. Selain itu guru melakukan

observasi terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Selesai

diskusi kelompok, guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi

masing-masing kelompok induk. Kemudian semua siswa diberikan

pekerjaan pengisian kuis yang diberikan guru, dan guru guru menilai

hasil pekerjaan siswa. Setelah selesai mengerjakan kuisnya guru

memberikan tindak lanjut yang berupa pekerjaan rumah untuk

meneruskan kembali nama-nama Negara yang belum dibahas, supaya

dikerjakan seperti tadi kemudian guru menutup pelajaran. Tabel

berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus I.

Tabel 4.1

Data Temuan Esensial Siklus I

No. TAHAP DATA TEMUAN

1 Apersepsi - Pada umumnya siswa masih belum berani untuk menjawab pertanyaan dari guru tentang konsep awal

- Siswa masih malu mengungkapkan konsep awal yang dibahas guru

- Masih ada jawaban siswa yang kurang relevan dengan pertanyaan.

2 Eksplorasi - Keadaan kelas rebut waktu pembagian kelompok

- Pada umumnya aktivitas siswa belum bias diarahkan

- Siswa kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam pengisian LKS

- Kerjasama dalam kelompok kurang nampak

3 Diskusi - Siswa masih malu untuk mengajukan

54

Page 55: Bab I dst

pertanyaan- Tidak ada satupun siswa yang

menanggapi hasil laporan diskusi kelompok

- Yang melaporkan hasil diskusi kelompok masih saling mengandalkan

4 PengembanganAplikasi

- Pertanyaan siswa tidak sesuai dengan materi

- Siswa kurang serius dalam mengerjakan kuis

- Siswa malu untuk terlibat aktif dalam pembelajaran

Temuan pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 4 Nopember

2008 adalah :

1) Faktor penghambat diantaranya :

a) Siswa

- Kurangnya berkonsentrasi dalam belajar, sehingga

konsentrasi siswa beralih pada hal yang lain

- Siswa mengobrol bukan pada materi pelajaran dan belum

terbiasa belajar dengan teknik jigsaw.

a) Guru

- Belum terbiasa melaksanakan teknik jigsaw dalam

pembelajaran

- Merasa kaku dalam pembelajaran karena diawasi peneliti

a) Metode

- Masih ada kesulitan dalam mencoba menggunakan teknik

jigsaw dalam pembelajaran

a) Media

- Media pembelajaran masih kurang, khususnya media yang

diperlukan oleh siswa

55

Page 56: Bab I dst

2. Faktor pendukung diantaranya :

a) Siswa

Masih ada siswa yang berkonsentrasi dalam pembelajaran,

terutama siswa yang termasuk pandai

b) Guru

Berusaha untuk memahami teknik jigsaw dan berusaha luwes

dalam pembelajaran

c) Metode

Teknik jigsaw berusaha ditetapkan, sehingga mengalami

perbaikan

d) Media

Media yang digunakan siswa, mulai berusaha menggunakan

media dari guru bagi kelompok yang tidak membawa media.

3. Yang menjadi objek penelitian oleh peneliti adalah guru bidang

studi IPS mengajar di kelas V dan kelas VI, yaitu :

Nama : Sukiana, BA

NIP : 130951599

Jabatan : Kepala Sekolah

Masa Kerja : 26 tahun

Nama tersebut diatas dijadikan model penelitian, karena

beliau sudah layak, masa kerjanya sudah lama dan telah

mendapatkan ijazah yang layak untuk menjadi guru.

56

Page 57: Bab I dst

Gambar 4.4

Guru Yang Diobservasi

a. Analisis

Setelah guru melakukan tindakan pelaksanaan pembelajaran

dengan menerapakan teknik jigsaw dalam kegiatan pembelajaran pada

tindakan pertama, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap

kegiatan pelaksanaan tindakan tersebut berdasarkan data dan informasi

yang diperoleh pada waktu kegiatan pembelajaran. Data penelitiannya

yaitu : hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10), hasil rekapitulasi

nilai proses belajar siswa (lampiran 11), hasil LKS (lampiran 12) hasil

kuis (lampiran 13), hasil observasi RPP (lampiran 15) dan hasil

observasi pelaksanaan pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 16).

Berdasarkan data tersebut analisis dari tindakan pertama

dideskripsikan sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

teknik jigsaw pada pembelajaran IPS, dalam persiapan untuk

pembelajaran ini dapat menunjukkan “cukup” walaupun tindakan

ini belum terbiasa dilaksanakan oleh guru dan siswa.

2) Aktivitas siswa di dalam kelas ketika guru

menerapkan teknik jigsaw secara keseluruhan menunjukkan

57

Page 58: Bab I dst

“kurang”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa kurang nampak dalam

pembelajaran, dikarenakan siswa belum terbiasa dengan

pembelajaran teknik jigsaw. Siswa kurang aktif dalam bertanya

dan dinilai masih “kurang”, karena siswa masih terbiasa belajar

menerima saja dari guru, sikap kerjasama siswa masih kurang,

siswa tidak terbiasa bekerja sama dalam belajar, siswa masih

kurang menghargai siswa lain ketika tampil di depan kelas.

3) Dalam penjelasan langkah-langkah kerja dan

memberikan tugas pada kelompok “cukup” walaupun masih ada

siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Guru memberikan

kebebasan kepada siswa dalam menjelaskan temuan lain dalam

tugasnya.

4) Hambatan guru dalam menerapkan teknik jigsaw

adalah guru tidak cukup sekali menjelaskan cara kegiatan belajar

seperti ini, sehingga guru harus mengulang-ulang menjelaskan

sambil membimbing cara belajar berkelompok. Hal ini disebabkan

siswa belum terbiasa dengan pembelajaran teknik jigsaw,

sedangkan hambatannya siswa belum terbiasa belajar menerima

tugas dari teman sekelompoknya yang menyebabkan bingung

dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini menuntut siswa

untuk aktif, sedangkan kebiasaan hanya dilakukan dengan cara

melihat buku dan mencatat saja.

b. Refleksi dan Rencana Tindakan Kedua

58

Page 59: Bab I dst

Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kedua, peneliti dan guru

mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan tindakan pertama, seperti

aktivitas guru, aktivitas siswa dan menelaan kembali persiapan guru.

Ada beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul

pada tindakan pertama. Dan hasil analisis dan refleksi pada

pelaksanaan tindakan pertama untuk pelaksanaan tindakan kedua

disepakati beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain sebagai

berikut :

1) Menelaah kembali tuntutan kurikulum yang harus

dikuasai siswa kelas VI semester dan menelaah kembali kelanjutan

materi yang akan diberikan pada pelaksanaan tindakan kedua.

2) Menelaah kembali Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian untuk meningkatkan

pada pelaksanaan tindakan kedua.

3) Menelaah kembali strategi pembelajaran teknik

jigsaw dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang sesuai hasil

observasi dan meningkatkannya pada tindakan kedua.

4) Menyiapkan berbagai kelengkapan yang

dibutuhkan dalam penggunaan model pembelajaran teknik jigsaw,

untuk pelaksanaan tindakan kedua.

1. Siklus II

c. Rencana Tindakan Siklus II

Tindakan II ini merupakan implementasi dari rencana

pembelajaran yang telah dibuat pada tindakan I. Dengan

59

Page 60: Bab I dst

memperhatikan perbaikan-perbaikan atau revisi dari tindakan I yang

telah dilaksanakan, pada tindakan II ini materi yang akan diajarkan

pada proses pembelajaran sama dengan tindakan I yaitu letak Negara-

negara tetangga (Asean) persiapan terlampir.

Dalam tindakan II ini, penggunaan model pembelajarannya tetap

menggunakan teknik jigsaw dan strategi pembagian kelompoknya

tetap berdasarkan kelompok belajar. Hal tersebut dilakukan karena

melihat hasil dari nilai proses, banyak siswa yang mendapatkan nilai

yang sesuai nilai criteria ketuntasan minimal dan ada yang melebihi

dari nilai KKM. Sebab kelompok belajar siswa awalnya dibentuk dari

penggabungan antara siswa yang nilainya masih kurang dengan nilai

yang sudah baik, dengan tujuan supaya siswa yang nilainya baik dapat

membimbing siswa yang nilainya masih kurang dalam kelompoknya.

d. Pelaksanaan tindakan

Penelitian dilaksanakan pada hari selasa, 11 November 2008, mulai

pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.10 di kelas VI berdasarkan

tindakan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun hasilnya disusun

sebagai berikut :

1) Persiapan pembelajaran Siklus II

Sehari sebelumnya kelas telah diatur dalam posisi meja

berkelompok, peneliti menyediakan semua alat peraga/media yang

dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dan siswa yang

mempunyai buku atlas supaya dibawa pada waktu proses

pembelajaran.

60

Page 61: Bab I dst

2) Setelah siswa berdo’a yang dipimpin oleh ketua kelas, lalu siswa

memberi salam pada guru dan observer. Selanjutnya guru

mengecek kehadiran siswa. Pada siklus ke II semua siswa hadir,

jadi tetap jumlah siswa yang diamati sebanyak 13 orang.

Guru mengkondisikan siswa pada pembelajaran, dan guru pun

memulai pembelajaran dengan mengadakan apersepsi dengan

melakukan Tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran minggu

yang lalu dengan yang akan disampaikan.

Guru : “Apakah kalian masih ingat pelajaran minggu yang

lalu tentang Negara tetangga/Asean” ?

Siswa : (menjawab serempak) “ingat pak”.

Guru : “Jika masih ingat, jadi apa arti Negara tetangga

itu” ?

Siswa : (Seorang siswa menjawab) “Negara yang

berdekatan dengan Negara kita”.

Guru : “Bagus” (guru memberi penguatan)

Guru : “Negara mana saja yang berdekatan itu” ?

(Kelaspun riuh karena semua siswa berebut ingin

menjawab)

Guru : “Baiklah kalau begitu, karena kalian sudah tahu,

maka hari ini kita akan mempelajari materi

pelajaran yang sama dengan minggu yang lalu

yaitu tentang letak Negara-negara tetangga/Asean”

61

Page 62: Bab I dst

Berdasarkan kelompok belajar, gurupun mengatur pembagian

kelompok dan sekaligus mengatur nama dari kelompok-kelompok dan

membagikan LKS kepada setiap kelompok induk untuk dibagikan pada

anggota kelompoknya. Guru menjelaskan secara singkat tentang tugas-

tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan diskusi kelompok ahli,

kegiatan diskusi kelompok induk dan laporan hasil diskusi.

Siswa mulai berdiskusi dalam kelompok ahli, sambil berkeliling

guru menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan atau ada yang mau

ditanyakan. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kelompok ahli

kembali ke kelompok induk masing-masing untuk menyampaikan dan

mendiskusikannya kembali di kelompok induknya, sebagai bahan laporan

kepada kelompok induk lainnya.

Beberapa menit kemudian, tugas tiap kelompok induk selesai, dan

guru menugaskan kepada setiap kelompok induk untuk mempresentasikan

hasilnya di depan kelas, pada waktu tampil mempresentasikannya semua

teman terpusat pada penampilan mereka walau masih ada yang kurang

memperhatikannya. Kelompok yang tampil memberikan kesempatan pada

kelompok lain untuk memberikan pertanyaan atau sanggahan atas

presentasinya, maka mulai muncul keaktifan siswa dalam mengungkapkan

pendapatnya dengan cara mengacungkan tangan untuk meminta waktu

atas tanggapannya, walaupun diantaranya masih ada yang sambil

bergurau.

Semua kelompok tidak bisa tampil dikarenakan waktu terbatas dan

guru memberikan penguatan saja terhadap hasil diskusi tiap kelompok

62

Page 63: Bab I dst

induk. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok induk

kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan kuis dan terakhir penugasan

pekerjaan rumah mengenai nama-nama Negara yang belum dibahas. Guru

menutup pelajaran dan memberikan informasi tentang pembelajaran

berikutnya. Tabel berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus II.

No. TAHAP DATA TEMUAN

1. Apersepsi - Ada siswa yang aktif mengungkapkan konsep awal

- Jawaban siswa relevan dengan pertanyaan konsep awal

2. Eksplorasi - Keadaan masih bias terkendali, walaupun masih ada siswa yang ngobrol

- Pada umumnya aktivitas siswa sudah bias diarahkan

- Siswa memiliki rasa tanggung jawab dalam mengisi LKS

- Kerjasama dalam kelompok pada umumnya sudah nampak

3. Diskusi - Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi kelompok

- Hasil diskusi siswa melaporkan hasilnya dengan dibacakan langsung

4. PengembanganAplikasi

- Pertanyaan siswa agak relevan dengan materi

- Sudah ada keseriusan dalam mengerjakan kuis

- Sudah ada siswa yang mau terlibat aktif dalam pembelajaran.

Temuan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 11 November

2008 adalah :

1) Faktor penghambat diantaranya

a) Siswa

- Siswa dalam belajar kurang antusias

- Siswa dalam proses pembelajaran tidak semuanya aktif

63

Page 64: Bab I dst

- Teknik jigsaw dalam aktivitas siswa mulai nampak

b) Guru

Belum memahami secara optimal menerapkan teknik jigsaw dalam

pembelajaran

c) Metode

Teknik jigsaw belum diterapkan secara optimal

d) Media

- Buku penunjang hanya ada satu sebagai pegangan guru saja

- Media pembelajaran bagi siswa/kelompok masih kurang

2) Faktor-faktor pendukung

a) Siswa

- Siswa yang pandai di kelas VI sangat membantu pada siswa

yang lamban dalam pembelajaran

- Sudah ada siswa, yang berani untuk menjawab pertanyaan.

b) Guru

Agak memahami teknik jigsaw dan agak luwes dalam

pembelajaran

c) Metode

- Teknik jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa

- Guru menerapkan teknik jigsaw tidak ragu lagi, walaupun

belum memahami secara optimal.

d) Media

Siswa mulai bias membaca peta secara berangsur-angsur.

64

Page 65: Bab I dst

3) Yang menjadi objek penelitian adalah guru bidang studi IPS

mengajar di kelas V dan kelas VI, yaitu :

Nama : Sukiana, BA

NIP : 130951599

Jabatan : Kepala Sekolah

Masa Kerja : 26 tahun

Nama tersebut diatas dijadikan model penelitian, karena beliau layak,

masa kerjanya sudah lama dan telah berijazah yang layak menjadi

guru.

c. Analisis

Setelah guru melakukan tindakan pelaksanaan pembelajaran

dengan menerapkan teknik jigsaw dalam kegiatan pembelajaran pada

tindakan kedua, peneliti dan guru melakukan analisis dan refleksi

kegiatan pelaksanaan kegiatan tindakan tersebut berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh pada waktu kegiatan pembelajaran. Data

penelitiannya adalah : hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10),

hasil rekapitulasi nilai proses belajar siswa (lapiran 11), hasil LKS

(lampiran 12), hasil kuis (lampiran 13) dan hasil observasi pelaksanaan

pembelajaran/ aktivitas guru (lampiran 16).

Berdasarkan data tersebut, analisis dari tindakan kedua

dideskripsikan sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teknik jigsaw

dalam pembelajaran IPS dalam persiapan untuk proses

pembelajaran ini dapat menunjukkan “baik” walaupun tindakan ini

65

Page 66: Bab I dst

seperti pada tindakan pertama, namun sudah nampak ada

perubahan kearah yang baik yaitu dengan menyediakan berbagai

macam keperluan yang memadai dan guru terlihat sudah mulai

terbiasa menerapkan teknik jigsaw.

2) Aktivitas siswa di dalam kelas secara keseluruhan menunjukkan

“cukup” , hal ini terlihat dari aktivitas siswa mulai nampak dalam

proses pembelajaran, siswa mulai terbiasa dengan teknik

pembelajaran ini. Pada tindakan kelas ini siswa mulai mau

bertanya walaupun belum terbiasa dan dapat dikatagorikan

“cukup”. Siswa sudah mulai memberikan pendapatnya, sikap

kerjasama siswa mulai ada perubahan, hal ini dapat dilihat ketika

siswa tampil ke depan kelas, mulai dari pembagian tugas dalam

menjelaskan temuan serta perhatiannya dari siswa ketika

kelompok lain maju ke depan kelas, dengan perubahan ini siswa

dapat dikatagorikan “cukup”.

3) Guru dalam memberikan penjelasan serta langkah-langkah kerja

untuk setiap kelompok diberikan dengan jelas dan siswa mengerti

dan faham pada penjelasan guru tersebut, perubahan ini dapat

dikatagorikan “baik”.

4) Hambatan dengan diterapkannya teknik jigsaw ini adalah

keterbatasan sarana, guru kurang mengembangkan pembelajaran

serta guru masih mendominasi proses pembelajaran pada waktu

memberikan kesimpulan materi, serta kesempatan waktu bertanya

dibatasi. Sedangkan hambatan bagi siswa adalah masih menunggu

66

Page 67: Bab I dst

perintah dari guru untuk bertanya, kalaupun bertanya pertanyaan

masih melihat teks dari buku sehingga pertanyaan tidak ada

pengembangan.

d. Refleksi dan Rencana Tindakan ketiga

Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan ketiga, guru dan observer

mendiskusikan kekurangan pada pelaksanaan tindakan kedua, seperti

aktivitas siswa, aktivitas guru dan menelaah kembali persiapan guru.

Ada beberapa revisi terhadap kekurangan-kekurangan yang muncul

pada tindakan kedua tadi dengan meningkatkannya serta

mempertahankannya hal-hal yang sudah dianggap baik. Dari hasil

analisis dan refleksi pada pelaksanaan tindakan kedua disepakati

beberapa perbaikan dan penyempurnaan diantaranya :

1) Menelaah kembali tuntutan

kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa kelas VI semester I dan

menelaah kembali lanjutan materi yang akan diberikan pada

pelaksanaan tindakan ketiga.

2) Menelaah kembali rencana

pembelajaran da instrument penelitian yang akan disampaikan pada

tindakan ketiga serta menata ulang ruangan kelas supaya siswa

tidak bosan.

3) Menelaah kembali strategi

pembelajaran teknik jigsaw dan memperbaiki hal-hal yang

dianggap masih kurang sempurna pada tindakan ketiga.

67

Page 68: Bab I dst

4) Menyiapkan berbagai kelengkapan

yang dibutuhkan dalam penggunaan model pembelajaran teknik

jigsaw.

2. Siklus III

a. Rencana Tindakan siklus III

Tindakan ini merupakan implementasi dari rencana pembelajaran

yang telah dibuat sebelumnya, dengan memperhatikan perbaikan-

perbaikan dari tindakan II yang telah dilaksanakan. Pada tindakan III

ini materi yang akan diajarkan proses pembelajarannya sama dengan

tindakan I dan II (melanjutkan materi yang belum dibahas).

Dalam tindakan III, penggunaan model pembelajarannya tetap

menggunakan model pembelajaran teknik jigsaw, strategi pembagian

kelompok dilakukan oleh guru. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan

untuk meningkatkan aktivitas siswa serta mengubah kelompok yang

terdahulu tidak bosan bagi siswa yang masih kurang, karena masih ada

siswa yang mendapat nilai proses yang kurang dari target.

b. Pelaksanaan tindakan

Penelitian dilaksanakan pada hari selasa, 18 November 2008 mulai

pukul 07.00 sampai pukul 08.10 di kelas VI berdasarkan tindakan yang

telah dirumuskan. Adapun hasilnya sebagai berikut :

1) Persiapan pembelajaran siklus III

Sehari sebelumnya kelas telah diatur dalam posisi meja siswa

berkelompok, peneliti menyediakan semua alat peraga yang

dibuthkan dalam proses pembelajaran.

68

Page 69: Bab I dst

2) Pelaksanaan pembelajaran siklus III

Setelah siswa berdo’a dan memberi salam yang dipimpin oleh

ketua kelasnya, kemudian guru mengecek kehadiran siswa. Pada

siklus ke III ini semua siswa hadir dan guru mulai memberikan

pembelajaran dengan mengadakan apersepsi, dan melaksanakan

Tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran minggu yang lalu dan

yang akan disampaikan.

Guru : “Apakah kalian masih ingat dengan pelajaran

mengenai negara tetangga” ?

Siswa : “Ingat pak “, (siswa menjawab serempak)

Guru : “Baiklah kalau kalian masih ingat, jadi berapakah

banyaknya Negara anggota Asean itu ?

Siswa : “Sepuluh Negara”, (siswa menjawab serempak)

Guru : “Bagus”, (guru memberikan penguatan dengan

acungan jempol)

Guru : “Negara mana saja yang termasuk anggota Asean

itu” ? (kelaspun riuh karena semua siswa berebut

ingin menjawab)

Guru : “Baiklah kalau begitu karena sekarang kalian

sudah tahu, maka hari ini kita akan mempelajari

tentang letak Negara-negara tetangga Asean”.

Guru menjelaskan pelajaran yang akan disampaikan dan

memberikan tugas pada semua siswa dan mengatur pembagian

kelompok, hal ini dilakukan sesuai dengan refleksi pada tindakan

69

Page 70: Bab I dst

kedua sekaligus mengatur nama dan kelompok, membagikan LKS

serta menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok

dalam diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok induk dan laporan

hasil diskusi. Siswa mulai diskusi dengan tugasnya pada kelompok

masing-masing, guru berkeliling sambil menanyakan pada siswa

tentang kesulitan yang dihadapi.

Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, setiap

anggota kelompok ahli kembali pada kelompok induknya masing-

masing untuk menyampaikan dan mendiskusikannya kembali

dikelompok induknya sebagai laporan kepada kelompok induk

lainnya.

Beberapa menit kemudian, tugas tiap kelompok induk

selesai, dan guru menugaskan pada setiap kelompok induk untuk

mempresentasikan temua kelompoknya di depan kelas. Sambutan

siswa pada kelompok yang tampil mulai ada kemajuan terlihat

begitu antusiasnya memperhatikan temannya ke depan. Kelompok

yang tampil menjelaskan sesuai dengan peran anggotanya dan

memberikan kesempatan untuk bertanya, kelaspun mulai aktif

karena hampir semua siswa mulai bertanya, untuk pengaturannya

supaya tidak keluar dari proses pembelajaran guru mengatur

jalannya diskusi dengan cara memberi aturan main pada

siswadengan cara menggunakan urutan dan meminta izin pada

moderator (guru). Karena keterbatasan waktu tidak bisa tampil

semua tapi sudah mewakili pada materi yang dibahas.

70

Page 71: Bab I dst

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran,

dilanjutkan dengan mengisi kuis dan memeriksa LKS. Guru

menutup pelajaran serta memberikan informasi pembelajaran

selanjutnya.

Tabel berikut adalah temuan dari pembelajaran siklus III

No TAHAP DATA TEMUAN

1 Apersepsi - Hampir seluruh siswa aktif megungkapkan konsep awal

- Jawaban dari setiap siswa sangat relevan dengan pertanyaan

2 Eksplorasi - Keadaan siswa terkendali dengan baik

- Aktivitas siswa berjalan dengan lancer dan tertib

- Kerjasama dalam kelompok sudah berjalan dengan baik

3 Diskusi - Hampir seluruh siswa berani menga-jukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi kelompok

- Kelompok yang tampil didepan sudah menjawab dan menjelaskan dari pertanyaan dan tanggapan kelompok lain

4 PengembanganAplikasi

- Pertanyaan siswa sudah relevan dengan materi

- Seluruh siswa mengerjakan kuis dengan serius

- Hampir seluruh siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

Temuan pada siklus III yang dilaksanakan pada tanggal 18

November 2008 adalah :

1) Faktor penghambat diantaranya :

a) Siswa

Masih ada siswa yang kurang aktif

b) Guru

Masih kurang percaya pada siswa

71

Page 72: Bab I dst

c) Metode

Metode lain masih ada yang memegang peranan

d) Media

Buku penunjang bagi siswa masih kurang

2) Faktor pendukung diantaranya :

a) Siswa

Siswa yang pandai sangat membantu pada siswa yang

kurang aktif

b) Guru

Guru mulai percaya pada siswa, setelah mencoba

mendekati dan bertanya pada siswa yang kurang aktif

c) Metode

- Teknik jigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa

- Hendaknya guru tidak ragu lagi untuk menerapkan

teknik jigsaw dalam pembelajaran

d) Media

Walaupun buku penunjang bagi siswa kurang, tapi siswa

bias memanfaatkan buku penunjang yang ada dengan baik

dan tertib.

3) Pada penelitian ini yang menjadi obejk penelitian adalah guru

bidang studi IPS, mengajar di kelas V dan kelas VI yaitu :

Nama : Sukiana, BA

NIP : 130951599

Jabatan : Kepala Sekolah

Masa Kerja : 26 tahun

Beliau layak dijadikan model penelitian, karena masa kerja

yang sudah lama dan sudah mendapat ijazah yang layak

menjadi seorang guru.

c. Analisis

Setelah guru melakukan tindakan pembelajaran dengan

menerapkan teknik jigsaw pada tindakan ketiga ini, maka peneliti dan

guru melakukan analisis dan refleksi kegiatan pelaksanaan tindakan

72

Page 73: Bab I dst

tersebut berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada saat

observasi kegiatan pembelajaran dan hasil nilai proses (LKS) data

penelitiannya adalah : Hasil observasi aktivitas siswa (lampiran 10),

hasil rekapitulasi nilai proses belajar siswa (lampiran 11), hasil LKS

(lampiran 12), hasil kuis (lampiran 13) dan hasil observasi pelaksanaan

pembelajaran/aktivitas guru (lampiran 16).

Berdasarkan data tersebut, analisis dan refleksi dari tindakan kedua

dideskripsikan sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pembelajaran dengan model teknik jigsaw

dalam pembelajaran IPS menunjukan “baik sekali” walaupun

tindakan ini seperti pada tindakan pertama, namun sudah nampak

perubahan kearah yang lebih baik, yaitu dengan menyediakan

berbagai keperluan untuk proses pembelajaran seperti alat peraga,

buku sumber, LKS serta gambar-gambar yang menyangkut pada

pelajaran dengan cara kliping dari Koran dan majalah yang

sebelumnya siswa ditugaskan untuk mencarinya.

2) Aktivitas siswa di dalam kelas secara keseluruhan

menunjukkan “baik sekali”, hal ini dilihat dari aktivitas siswa

nampak dalam proses pembelajaran dan mulai terbiasa dengan

model pembelajaran ini. Pada tindakan ketiga siswa mulai antusias

dalam bertanya, dan memberikan pendapatnya, serta sikap kerja

sama mulai ada perubahan, memperhatikan terhadap kelompok lain

yang maju ini menunjukan katagori “baik sekali”.

3) Guru memberikan penjelasan serta langkah-langkah kerja

untuk setiap kelompok dapat dimengerti perubahan ini

menunjukan “baik sekali”.

4) Hambatan dari metode pembelajaran teknik jigsaw ini, guru

masih kurang percaya pada siswa walaupun pada kenyataannya

siswa mampu untuk menjawab apa yang disampaikan pada

pembelajarannya, tetapi siswa kurang aktif dan dapat diatasi

dengan adanya siswa lain yang lebih pandai dan dimotivasi oleh

guru.

73

Page 74: Bab I dst

d. Refleksi

Berdasarkan data hasil observasi pada siklus III dapat disimpulkan

bahwa siswa pada proses pembelajaran nampak aktif dengan hasil nilai

proses (aktivitas) siswa sudah ada peningkatan yang lebih baik. Pada

tindakan ketiga ini sesuai dengan yang diharapkan sebagian besar

siswa mau mengemukakan pemahaman awal dan memberikan

informasi, mau menanggapi hasil laporan kelompok yang tampil maju

ke depan dan menampakkan kesiapan dan minat belajar yang sungguh-

sungguh. Melihat dari hasil nilai proses (aktivitas0 siswa, kegiatan

pembelajaran siklus III hasilnya “baik sekali”, waktu yang digunakan

relevan dengan rencana pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat direfleksikan bahwa

dengan menerapkan teknik jigsaw proses pembelajaran dapat saling

mendukung dan meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan

hasil belajar siswa secara optimal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, yang berdasarkan hasil deskripsi

rencana tindakan, analisis, dan refleksi dari setiap siklus yang telah

dilaksanakan terdapat temuan-temuan esensial yang sangat penting. Temuan

tersebut secara rinci sebagai berikut :

1. Pembahasan siklus I

Dalam pembelajaran siklus I materi yang diberikan tentang letak

Negara-negara Asean/tetangga, siswa dikelompokkan menjadi 3

kelompok, setiap kelompok berjumlah empat orang dan yang lagi

74

Page 75: Bab I dst

berjumlah lima orang. Pengelompokkan belajar siswa berdasarkan pada

kemampuan siswa dengan hasil prestasi kelas sebelumnya. Adapun

temuan pada tahap apersepsi yaitu pada umumnya siswa masih belum

berani dan malu untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan tentang

konsep awal yang diberikan guru, dan masih adanya jawaban siswa yang

kurang relevan dengan pertanyaan.

Temuan pada tahap eksplorasi, yaitu waktu pembagian kelompok

keadaan kelas ribut, aktivitas siswa belum bias diarahkan, siswa kurang

memiliki rasa tanggung jawab dalam pengisian LKS dan kerjasama dalam

kelompok masih kurang.

Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu siswa masih malu

untuk mengajukan pertanyaan, tidak ada satupun siswa yang menanggapi

hasil laporan diskusi kelompok, dan untk melaporkan hasil diskusi

kelompok masih saling mengandalkan.

Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu

pertanyaan siswa tidak sesuai dengan materi yang sedang dibahas, siswa

kurang serius dalam mengerjakan kuis, dan siswa malu untuk terlibat

langsung dalam pembelajaran.

Dari semua temuan tersebut di atas, dapat diatasi dengan cara guru

membimbing dan mengarahkan siswa tentang bagaimana seharusnya

siswa belajar dan proses pembelajaran bias berjalan sesuai dengan apa

yang diharapkan.

2. Pembahasan siklus II

75

Page 76: Bab I dst

Pada pembelajaran siklus II, materi yang diberikan adalah sama

seperti pada pembelajaran pada siklus I, yaitu melanjutkan tentang letak

Negara-negara Asean yang belum dibahas dalam siklus I.

Adapun temuan esensial pada tahap apersepsi yaitu siswa yang

aktif mengungkapkan konsep awal sesuai dengan yang diharapkan.

Temuan pada tahap eksplorasi yaitu masih ada siswa yang ngobrol

tentang hal lain diluar materi pelajaran walaupun masih bisa dikendalikan.

Pada umumnya aktivitas siswa sudah bisa diarahkan, memiliki rasa

tanggung jawab dalam mengisi LKS serta kerjasama dalam kelompok

pada umumnya sudah nampak.

Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu siswa sudah berani

mengajukan pertanyaan, menanggapi hasil laporan diskusi kelompok serta

berani melaporkan hasil diskusi secara langsung dibacakan.

Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu

pertanyaan siswa agak relevan dengan materi yang dibahas, keseriusan

dalam mengisi kuis dan sudah ada siswa yang mau terlibat aktif dalam

proses pembelajaran.

Dari semua temuan tersebut di atas, proses pembelajaran sudah

nampak perubahannya walaupun guru dan siswa belum memahami secara

optimal tentang pelaksanaan pembelajaran dengan teknik jigsaw.

3. Pembahasan siklus III

Dalam pembelajaran siklus III, materi yang diberikan tetap sama

seperti pada pembelajaran siklus I dan siklus II, yaitu tentang letak

Negara-negara Asean yang belum dibahas pada siklus I dan siklus II.

76

Page 77: Bab I dst

Pada siklus III temuan esensialnya sangat baik, sehingga

menunjang pada proses pembejaran dengan teknik jigsaw. Adapun temuan

pada tahap apersesi yaitu hampir seluruh siswa aktif mengungkapkan dan

memberikan jawaban siswa sangat relevan dengan pertanyaan konsep

awal.

Temuan pada tahap eksplorasi yaitu keadaan siswa terkendali

dengan baik, aktivitas siswa berjalan lancar dan tertib serta kerjasama

dalam kelompok sudah berjalan dengan baik.

Pada tahap diskusi, temuan yang esensial yaitu hampir seluruh

siswa berani mengajukan pertanyaan dan menanggapi hasil laporan diskusi

kelompok, kelompok yang tampil di depan kelas sudah bisa menjawab dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

Sedangkan temuan pada tahap pengembangan aplikasi yaitu :

pertanyaan siswa sudah relevan dengan materi yang sedang dibahas,

seluruh siswa mengerjakan kuis dengan serius dan hampir seluruh siswa

terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Keberhasilan pada siklus III tersebut adalah adanya kerja sama

antara guru dan observer juga dukungan dari semua guru yang ada di SDN

4 Raksabaya pada umumnya, sehingga guru yang mengajar memahami

secara optimal terhadap teknik jigsaw dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan hasil tes proses yang dilaksanakan pada setiap siklus,

maka diperoleh peningkatan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Hasil belajar siswa ini membuktikan bahwa pembelajaran

IPS dengan mengimplementasikan teknik jigsaw telah berhasil

77

Page 78: Bab I dst

dilaksanakan. Peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran dapat

dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.4

Nilai Rata-rata Tes Proses Tiap Siklus

NILAI

Siklus I Siklus II Siklus III

Rata-rata % Rata-rata % Rata-rata %

57 57 % 74 74 % 97 97 %

Gambar 4.5

Grafik Hasil Rata-rata Tes Proses Siswa tiap Siklus

Berdasarkan data table dan grafik tersebut diatas menunjukan

bahwa perolehan hasil tes proses pada tiap siklus meningkat. Hal ini dapat

dilihat pada siklus I menunjukan rata-rata nilai sebesar 57 (57 %),

sedangkan pada siklus II menunjukkan rata-rata kenaikan yaitu sebesar 74

78

Page 79: Bab I dst

(74 %) dan pada siklus III perolehan hasil tes proses adalah rata-rata 97

(97 %).

Begitu juga dilihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

menunjukan adanya peningkatan yang penuh kebermaknaan (meaning

full) bagi siswa. Untuk lebih jelas melihat perubahan terhadap aktivitas

siswa, dapat dilihat dari table dan grafik di bawah ini :

Tabel 4.5

Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus

Aspek PrilakuSIKLUS

I II IIIA. Perhatian 3,15 3,92 5,00B. Partisipasi 2,76 3,46 5,00C. Berpendapat 2,00 2,69 4,92D. Kerjasama 2,61 3,30 5,00E. Nilai Demokratis 2,46 3,38 4,84Jumlah 12,98 16,75 24,76Rata-rata 2,60 3,35 4,95Kriteria Kurang Cukup Baik sekali

Kriteria penilaian :Nilai 1,00 – 1,90 = Kurang sekali Nilai 1,91 – 2,90 = KurangNilai 2,91 – 3,90 = CukupNilai 3,91 – 4,90 = BaikNilai 4,91 – 5,00 = Baik sekali

79

Page 80: Bab I dst

Berdasarkan tabel dan grafik tentang aktivitas siswa di atas

menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat pada

siklus I menunjukan hasil rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,59, sedangkan

pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 3,35 dan pada Siklus III

menunjukkan peningkatan yang baik sekali menjadi 4,95. Dengan

demikian, perolehan hasil proses belajar dengan mengimplementasikan

teknik jigsaw pada setiap siklus ada peningkatan yang penuh

kebermaknaan bagi peningkatan hasil belajar siswa.

BAB V

80

Page 81: Bab I dst

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan pada BAB IV

tentang implementasi teknik jigsaw pada penemutunjukkan peta Negara

Asean, diperoleh temuan data bahwa rata-rata kemampuan siswa kelas VI

SDN 4 Raksabaya dalam proses pembelajaran berhasil ditingkatkan sampai

siklus III melalui upaya tindakan sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan Aspek Penilaian

Kemampuan Guru (APKG 1) dalam merencanakan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di kelas VI SDN 4 Raksabaya. Karena rencana

pembelajaran merupakan pedoman keberhasilan pelaksanaan

pembelajaran disamping itu dengan memperhatikan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mencapai 60 (60 %) dalam mata pelajaran IPS di kelas

VI SDN 4 Raksabaya. Dan memperhatikan Kriteria Ketuntatan Ideal

(KKI) mencapai 75 (75 %).

2. Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan aspek Penilaian

Kemampuan Guru (APKG 2) dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di kelas VI SDN 4 Raksabaya salah satunya melalui

implementasi teknik jigsaw. Karena pelaksanaan pembelajaran

merupakan implementasi dan rencana pembelajaran. Salah satu faktor

keberhasilan tindakan pembelajaran adalah pemberian motivasi dan

keefektifan bimbingan dari praktisi (guru) kepada siswa dalam proses

pembelajaran melalui teknik jigsaw. Bimbingan dan motivasi akan

menjadikan siswa mampu memahami materi pembelajaran, sehingga

81

Page 82: Bab I dst

dalam proses pembelajaran dengan implementasi teknik jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas siswa secara optimal dan efektif baik secara

individual maupun kelompok. Hal ini bisa dibuktikan dengan peningkatan

kemampuan guru tiap siklus pembelajaran.

3. Hasil pembelajaran merupakan buah dari pelaksanan pembelajaran, salah

satu faktor untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal adalah

praktisi (guru) memahami pada pelaksanaan pembelajaran dengan teknik

jigsaw. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada proses pembelajaran

tiap siklus. Siklus I rata-rata nilai proses belajar siswa 53,3 kriteria

kurang, Siklus II rata-rata nilai proses mengalami peningkatan menjadi 67

kriteria cukup, pada siklus III mengalami peningkatan yang optimal yaitu

99 dengan kriteria baik sekali. Dengan demikian hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini telah terbukti dan tujuan penelitian tercapai.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang perlu disampaikan demi keberhasilan proses

pembelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial di sekolah dasar yaitu dengan

melaksanakan proses pembelajaran, yang tepat dan proporsional untuk

mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran yang maksimal.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah guru

sebagai fasilitator mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan model,

metoda, dan teknik yang tepat dalam menjembatani faktor internal dan

eksternal siswa yang semakin komplek. Salah satu teknik yang dianggap tepat

adalah teknik jigsaw pada model Cooperative Learning. Berdasarkan hasil

kesimpulan penelitian ditemukan bahwa faktor guru menempati posisi

82

Page 83: Bab I dst

strategis untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang menjadi faktor utama

bagi keberhasilan yang mengarah pada student sentries activing.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997) Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia

83

Page 84: Bab I dst

Herman, D., Mujono. Dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian

Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.

…………., (1995) Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti

Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Kadir, A. (2000). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD Dalam

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Tesis Magister IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak

diterbitkan

Kasballah Kasihani E.S. (1998/1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Jakarta : Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Lie, Anita. (2005). Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative

Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasendo

Nasution, S., Prof.Dr.MA. (2001). Azas-azas Kurikulum. Jakarta : Bumi

Aksara.

Putra, Beni Y.G. (2002). Cooperative Learning Tipe STAD Dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Konsepsi Matematika Siswa. Tesis

Magister IPA Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Rukmana, A dan Suryana, A. (2006). Pengelolaan Kelas. Bandung : UPI Pres.

Somantri, M.N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung :

Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. (2004) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru Al-Grasendo.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (1995). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung

84

Page 85: Bab I dst

Sukirman, D. dan Jumhana, N. (2006). Perencanaan Pembelajaran.

Bandung : UPI Press.

Suwarma, A.M. (2004). Pengembangan Berfikir dan Nilai Dalam Ilmu

Pengetahuan Sosial. Bandung : Gelasr Pustaka Mandiri.

Tim Penyusun KTSP Kecamatan Cimaragas. (2008) Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Ciamis : Tidak diterbitkan.

Tim PKBM Matematika. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung : Jica.

Wardani, IGAK. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.

……., (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta : Balitbang

Depdiknas.

………., (2005). Jurnal Pendidikan Dasar. Bandung : Universitas Pendidikan

Indonesia

Yusuf, Munawir. Dkk. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkelainan Dengan

Problem Belajar. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Yusuf. (2003) Kualitas Proses dan Hasil Belajar Melalui Pengajaran dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Madrasah Aliyah

Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB. Tesis Universitas Negeri

Surabaya.

Yusnidar, Dra. (1995) Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : PT. Sarana Panca

Karya Nusa.

85

Page 86: Bab I dst

86