bab 2 tinjauan teori 2.1 konsep spiritual

44
14 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual 2.1.1 Definisi spiritual “Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seorang dalam hubungan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan dan kecintaan terhadap Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat” (Hidayat & Uliyah, 2016). Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seorang yang mempercayai Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (2009) dalam Mubarak, et al. (2015) spiritualitas meliputi aspek antara lain : 2.1.1.1 Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan. 2.1.1.2 Menemukan arti dan tujuan hidup. 2.1.1.3 Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 2.1.1.4 Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Spiritualitas adalah faktor kultural penting yang memberi struktur dan arti pada nilai manusia, perilaku dan pengalamannya Asy’arie, (2012: 50) dalam (Yusuf, et al. 2017).

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

14

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Spiritual

2.1.1 Definisi spiritual

“Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh

seorang dalam hubungan yang lebih tinggi (Tuhan), yang

menimbulkan suatu kebutuhan dan kecintaan terhadap Tuhan, dan

permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat”

(Hidayat & Uliyah, 2016).

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seorang yang mempercayai

Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt

(2009) dalam Mubarak, et al. (2015) spiritualitas meliputi aspek

antara lain :

2.1.1.1 Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau

ketidakpastian dalam kehidupan.

2.1.1.2 Menemukan arti dan tujuan hidup.

2.1.1.3 Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan

kekuatan dalam diri sendiri.

2.1.1.4 Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan

dengan Yang Maha Tinggi.

Spiritualitas adalah faktor kultural penting yang memberi struktur dan

arti pada nilai manusia, perilaku dan pengalamannya Asy’arie, (2012:

50) dalam (Yusuf, et al. 2017).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

15

Dari uraian di atas dapat disimpulkan spiritualitas yaitu sebuah keyakinan

hubungan terhadap Tuhan yang menimbulkan sebuah kebutuhan mencari

arti dan tujuan hidup, kebutuhan mencintai dan dicintai serta rasa

keterikatan, kebutuhan memberikan maaf dan pengampunan.

2.1.2 Dimensi spiritual

Menurut Hamid (2009) dalam Uzzahra, S. (2020), Dimensi

spiritualitas bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan kesamarataan

terhadap dunia lain, berjuang untuk menjawab serta memperoleh

kekuatan saat sedang menghadapi stress emosional, masalah fisik,

bahkan kematian. Kekuatan yang timbul di luar kekuatan manusia.

Gambar 2.1 Dimensi Spiritual menurut Pasiak (2012) dalam (Yusuf,

et al. 2017).

2.1.2.1 Makna hidup

Spiritualitas merupakan penghayatan interpersonal yang bersifat

unik, ditunjukkan dalam hubungan sosial (interpersonal) yang

bermanfaat, menginspirasi dan mewariskan sesuatu yang bernilai

bagi kehidupan manusia.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

16

2.1.2.2 Pengalaman spiritual

Manisfestasi spiritual didalam diri seseorang berupa pengalaman

spesifik dan unik terkait hubungan dirinya dengan Allah SWT

dalam berbagai tingkatannya.

2.1.2.3 Ritual

Manisfestasi spiritual berupa tindakan terstruktur, sistematis,

berulang, melibatkan aspek motoric, kognisi dan afeksi yang

dilakukan menurut suatu tata cara tertentu baik individual maupun

komunal.

2.1.2.4 Emosi positif

Manisfestasi spiritual berupa kemampuan mengelola pikiran dan

perasaan dalam hubungan intrapersonal sehingga seseorang

memiliki nilai kehidupan yang mendasari kemampuan bersikap

dengan tepat.

2.1.3 Karakeristik spiritual

Menurut Yusuf, et al. (2017) Karakteristik spiritual tergambarkan

pada hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam dan hubungan

dengan tuhan. Karakteristik spiritual menunjukkan bahwa pengenalam

yang tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba tetapi dapat

mempengaruhi pikiran serta perilaku. Karakteristik spiritual dibangun

oleh, agama, keyakinan, intuisi, pengetahuan, cinta yang tulus, rasa

memiliki, rasa berhubungan dengan alam semesta, penghormatan pada

kehiduapan dan pemberian kekuatan pribadi. Oleh karena itu akan

tercermin pada hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dengan alam

dan hubungan dengan Tuhan.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

17

2.1.3.1 Hubungan dengan diri sendiri

Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang, meliputi

pengetahuan dan sikap tentang diri. Pengetahuan diri yaitu

jawaban dari pertanyaan tentang siapa dirinya dan apa yang

dilakukannya. Sikap diri berkaitan dengan kepercayaan diri

sendiri dan kehidupan di masa depan. Hal tersebut dapat

membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, seperti

memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang

positif, kepuasan dalam menjalani hidup, optimis terhadap

masa depan dan tujuan hidup yang terarah dan semakin jelas.

Beberapa konsep karakteristik spiritual terkait hubungan

dengan diri sendiri menurut Yusuf, et al. (2017) antara lain;

a. Kepercayaan (faith)

Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan

bagi individu ketika mengalami kesulitan dan stres.

Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen

terhadap sesuatu, atau seseorang sehingga dapat

memahami kehidupan manusia dengan lingkungan yang

lebih luas.

b. Harapan (hope)

Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam

hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang

terbina melalui hubungan saling terbina dengan orang

lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting

bagi individu dalam mempertahankan hidup, tanpa

harapan banyak orang menjadi depresi, dan lebih

cenderung terkena penyakit.

c. Makna atau arti dalam hidup (meaning of life)

Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang

diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan,

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

18

merasakan hidup sebagai sesuatu pengalaman yang

positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata,

membuat hidup lebih terarah, penuh harapan, tentang

masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang

lain.

2.1.3.2 Hubungan dengan orang lain

Karakteristik spiritualitas seseorang dalam berhubungan

dengan orang lain didasari oleh kepercayaan, harapan, dan

makna hidup yang terbangun dalam spiritualitas pribadi.

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan

keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan

orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai, dan

diperhatikan dan sebagainya. Beberapa sikap hidup yang

dapat dikembangkan dalam hubungan dengan orang lain

adalah memaafkan, mengembangkan kasih sayang dan

dukungan sosial. Tindakan memaafkan dilakukan dengan

menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan

kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa

bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang

menghukum dan mengembangkan arti penderitaan untuk

meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan.

Dengan pengampunan, seseorang dapat meningkatkan koping

terhadap cemas, stress, depresi dan tekanan emosional,

penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan

damai.

2.1.3.3 Hubungan dengan alam

Karakteristik spiritualitas seseorang dalam berhubungan

dengan alam lebih menekankan pada keselarasan dalam

mengetahui dan berkomunikasi dengan alam. Pengetahuan,

kepercayaan, keyakinan, tentang alam ; air, udara, warna,

aroma, tanaman, satwa dan lain-lain yang mencipakan pola

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

19

perilaku manusia terhadap alam. Rekreasi merupakan

kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan

keyakinan, rahmat, rasa terimakasih, harapan dan cinta kasih

terhadap alam yang telah dianugerahkan oleh Tuhan. Dengan

keindahan alam seseorang dapat merasakan betapa

menakjubkan ciptaan Tuhan. Keimanan akan bertambah,

seseorang akan berusaha untuk meningkatkan kesehatan

jasmani dan rohani sehingga menimbulkan perasaan

kesenangan dan kepuasan dalam memenuhi hal yang

dianggap penting dalam hidup.

2.1.3.4 Hubungan dengan tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan tampak pada sikap dan

perilaku agamis atau tidak agamis. Keadaan ini membangun

berbagai upacara ritual keagaamaan seperti bersyukur,

sembahyang, puasa atau berdo’a. Spiritualitas tidak

berhubungan langsung dengan agama, meskipun beberapa

kalangan cenderung menyamakan antara keduanya. Agama

(religion) lebih berkaitan dengan spiritualitas yang

menekankan pada aspek kesamaan keyakinan dan praktik

keagamaan yang dikembangkan oleh komunitas, terkait

kekuatan diluar dirinya. Dengan itu spiritualitas berkaitan

dengan hubungan individu dengan kekuasaan lain di luar

dirinya.

2.1.4 Isu teori spiritualitas

Menurut Mubarak, et al. (2015) Sebuah isu yang sering muncul dalam

konsep keperawatan adalah kesulitan dalam membedakan antara

spritualitas dengan aspek-aspek yang lain dalam diri manusia,

khususnya membedakan spritual dan agama. Selain itu perawat juga

perlu memahami perbedaan dimensi spritual dengan dimensi

psikologis, serta memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

20

spritual saling berhubungan.

2.1.4.1 Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan

spiritual anak. Hal yang penting bukan apa yang diajarkan

oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa yang anak

pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku

orang tua mereka. Oleh karena itu, keluarga merupakan

lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam

mempersepsikan kehidupan didunia ini, maka pandangan

anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka

dalam berhubungan dengan saudara dan orang tua.

2.1.4.2 Agama

Berdasarkan kamus, agama berarti suatu sistem kepercayaan

yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Agama

sebagai suatu pencarian kebenaran tentang cara-cara

berhubungan dengan korban atau persembahan. Sering kali

kata spritual dan agama digunakan secara bertukaran, tetapi

sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Dari definisi

agama, dapat digunakan sebagai dasar bahwa agama

merupakan sebuah konsep yang lebih sempit dari pada

spritual. Mengingat spritual lebih mengacu kepada suatu

bagian dalam diri manusia, yang berfungsi untuk mencari

makna hidup melalui hubungan intra, inter dan transpersonal.

Jadi dapat dikatakan agama merupakan jembatan menuju

spritual yang membantu cara berpikir, merasakan dan

berprilaku serta membantu seseorang menemukan makna

hidup. Sementara itu, praktik religi merupakan cara individu

mengekspresikan spritualnya.

2.1.4.3 Kebudayaan

Kebudayaan adalah kumpulan cara hidup dan berpikir yang

dibangun oleh sekelompok orang dalam suatu daerah tertentu.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

21

Kebudayaan terdiri atas nilai, kepercayaan, tingkah laku

sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga meliputi perilaku,

peran dan praktik keagamaan yang diwariskan secara turun

temurun. Menurut Martsolf (1997) dalam Uzzahra, (2020) ada

tiga pandangan yang menjelaskan hubungan spritual dengan

kebudayaan, yaitu spritual dipengaruhi seluruhnya oleh

kebudayaan, spritual dipengaruhi pengalaman hidup yang

tidak berhubungan dengan kebudayaan, dan spritual dapat

dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak

berhubungan dengan kebudayaan.

2.1.4.4 Dimensi psikologis

Oleh karena fisik, psikologis dan spritual merupakan aspek

yang saling terkait, sangat sulit membedakan dimensi

psikologis dengan dimensi spritual. Akan tetapi sebagai

perawat harus bisa mengetahui perbedaan keduanya. Dimensi

psikologi berhubungan dengan hubungan antar manusia

seperti berduka, kehilangan dan permasalahan emosional.

Sementara dimensi spiritual merupakan segala hal dalam diri

manusia yang berhubungan dengan pencarian makna, nilai-

nilai dan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.

2.1.5 Spiritulitas dan proses penyembuhan

Gambar 2.2 Model Holistik dalam Keperawatan (Hidayat & Uliyah,

2014)

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

22

Gambar diatas adalah model bio-psoki-sosial-spiritual yang

diintegrasikan dalam keperawatan holistik. Keterkaitan spiritualitas

dengan proses penyembuhan dapat dijelaskan dengan konsep holistik

dalam keperawatan. Konsep holistik adalah sarana bagi petugas

kesehatan dalam membantu proses penyembuhan klien secara

menyeluruh. Pelayanan holistik yang dimaksud adalah, dalam

memberikan pelayanan kepada klien semua petugas harus

memperhatikan klien dari semua komponen seperti biologis, psikologis,

sosial, kultural bahkan spiritual.

Menurut Hamid (2010) keyakinan spritual sangat penting bagi perawat

karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare

klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spritual yang perlu untuk

dipahami diantaranya adalah :

2.1.5.1 Sumber dukungan

Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik

keagamaan lainya sering membantu memenuhi kebutuhan

spritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap

tubuh. Pada saat mengalami stress, individu akan mencari

dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat

diperlukan agar individu dapat menerima keadaan sakit yang

dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses

penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti.

2.1.5.2 Menuntun kebiasaan hidup sehari- hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan

bagi klien. Contohnya : ada agama yang menetapkan

makanan diet yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu

pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

23

cara tertentu untuk mencegah kehamilan, termasuk terapi

medik atau pengobatan.

2.1.5.3 Sumber konflik

Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara keyakinan

agama dengan praktik kesehatan. Misalnya, ada orang yang

memandang penyakit sebagai bentuk hukuman atau azab

karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap

manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam

mengendalikan lingkungan sehingga penyakit diterima

sebagai takdir, bukan sebagai sesuatu yang harus

disembuhkan.

2.1.5.4 Sumber kekuatan dan penyembuhan

Nilai dan keyakinan agama tidak dapat dengan mudah

dievaluasi. Walaupun demikian, pengaruh keyakinan

oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa individu

cendrung dapat menahan distres fisik yang luar biasa karena

mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan

mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan

upaya yang luar biasa karena keyakinan bahwa semua upaya

tersebut dapat berhasil.

2.1.6 Kebutuhan spiritual

Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritualitas merupakan

konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga

merupakan aspek yang menyatu dan juga universal bagi setiap manusia.

Fenomena yang menjadi objek studi ilmu keperawatan adalah tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia mulai dari segi biologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan biologis pasien

selama dirawat dirumah sakit sudah umum dijumpai menjadi pekerjaan

rutin harian perawat , tapi pemenuhan psikologis, sosial dan spiritual

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

24

pasien masih jarang ditemukan. Padahal spiritualitas juga memberikan

kontribusi yang sama dalam proses penyembuhan pasien.

Kepercayaan Spiritual dapat menimbulkan keyakinan dan harapan, hal

ini dapat mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan dan

mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Spiritualitas sebagai

sumber internal dalam diri manusia terutama tentang “Filosofi Hidup”

menjadi sangat penting dalam menentukan konsep sehat sakit, upaya

mencari pengobatan, harapan, bahkan keputusasaan yang harus

diterima kerena menderita penyakit kronis. Oleh karena itu, keyakinan

spiritual dapat menuntun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,

dapat menjadi sumber dukungan, atau bahkan menjadi sumber

konflik. Pemenuhan spititualitas sangat penting untuk dilakukan,

berikut beberapa indikator spiritualitas menurut (Koezier, 2012).

2.1.6.1 Diri sendiri

Kebutuhan untuk memiliki arti, makna dan tujuan hidup,

mengekspresikan kreatifitas dan harapan, tantangan hidup

yang lebih bermakna, memiliki martabat, penghargaan

personal, berterimakasih, memiliki visi hidup menyiapkan

dan menerima kematian.

2.1.6.2 Orang lain

Kebutuhan priritual dengan orang lain adalah kebutuhan

memberi maaf terhadap orang lain, beradaptasi utuk

mengatasi masalah baik kehilangan seseorang ataupun objek

lain, baik aktual maupun kehilangan yang dipersepsikan.

2.1.6.3 Kelompok

Kebutuhan spiritual terkait hubungan dengan kelompok

adalah kebutuhan untuk berkontribusi untuk kelompok,

menjunjung tinggi norma dan nilai kelompok, mengetahui

kapan harus menerima dan memberi dalam kelompok.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

25

2.1.6.4 Tuhan

Kebutuhan spiritual terkait hubungan dengan Tuhan atau

kekuatan supranatural lainnya adalah kebutuhan untuk

mendapatkan kepastian adanya kekuatan Tuhan atau

kekuatan utama dalam alam, percaya bahwa Tuhan mencintai

dan menyayangi setiap ummatnya, serta kebutuhan dalam

melaksanakan ibadah (Hidayat & Uliyah, 2014)

Menurut Hidayat & Uliyah (2014) faktor- faktor yang

mempengaruhi Kebutuhan spiritual adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap

perkembangan memiliki cara kepercayaan terhadap

tuhan.

b. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam

memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki

ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam

kehidupan sehari-hari.

c. Ras/suku

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang

beda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual

pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

d. Agama yang dianut

Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki seseorang

dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual

e. Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu meningkatkan

hubungan dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan

diri kepada penciptaNya.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

26

2.1.7 Masalah kebutuhan spiritual

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual

menurut Hidayat & Uliyah (2014) adalah distres spiritual yaitu

keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko

mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang

memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai

dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya

keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan

dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang berlebih

pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak

kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri,

cemas, dan marah, kemudian gangguan nafsu makan, sulit tidur, dan

tekanan darah meningkat. Distres spiritual terditi atas :

2.1.7.1 Spiritual yang sakit

Spiritual yang sakit adalah kesulitan menerima kehilangan

dari seseorang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.

2.1.7.2 Spiritual yang khawatir

Spiritual yang khawatir adalah terjadinya pertentangan

kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi.

2.1.7.3 Spiritual yang hilang

Spiritual yang hilang adalah adanya kesulitan menemukan

ketenangan dalam kegiatan keagamaan.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

27

2.1.8 Pengukuran pemenuhan kebutuhan spiritualitas

2.1.8.1 Spiritual Health And Life Orientation Measure (SHALOM).

Menurut Ibrani SHALOM berarti "kelengkapan, keutuhan,

kesehatan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,

kesehatan, ketenangan, kemakmuran, kepenuhan, istirahat,

harmoni, tidak adanya agitasi atau perselisihan. SHALOM

terdiri dari 20 item dengan lima item yang mencerminkan

kualitas hubungan setiap orang dengan diri mereka sendiri,

orang lain, lingkungan dan Tuhan. SHALOM telah

mengalami pengujian statistik yang ketat dalam beberapa

bahasa. SHALOM telah digunakan dengan pelajar dan

mahasiswa, guru, perawat, medis, dokter, gereja-attenders,

pengaturan industry dan kekerasan, pemuda bermasalah dan

pecandu alkohol. SHALOM menyediakan cara yang unik

untuk menilai spiritual kesejahteraan sebagai

membandingkan cita-cita setiap orang dengan pengalaman

hidup mereka, memberikan ukuran harmoni spiritual atau

disonansi di masing-masing empat domain.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

28

Tabel 2.1 Empat domain spiritual kesejahteraan di

SHALOM

Individu Communal

a. rasa identitas

b. kesadaran diri

c. sukacita dalam hidup

d. kedamaian batin

e. yang berarti dalam hidup

a. cinta orang lain

b. pengampunan

terhadap orang lain

c. kepercayaan antara individu

d. menghormati orang lain

e. Kebaikan terhadap

orang lain

Lingkungan Transcendental

a. koneksi dengan alam

b. kagum pada

pemandangan

c. kesatuan dengan alam

d. selaras dengan

lingkungan

e. rasa 'ajaib' di lingkungan

a. hubungan pribadi

dengan Tuhan / Allah

b. menyembah Sang Pencipta

c. kesatuan dengan Tuhan

d. damai dengan Allah

e. kehidupan doa

20 item instrumen spiritual kesejahteraan tidak bisa menjadi

ukuran yang sempurna untuk semua orang. Namun

SHALOM telah menunjukan itu adalah valid, terpercaya

sebagai pengukur spiritual yang menyediakan indikasi

spiritual kesejahteraan untuk berbagai macam orang.

SHALOM telah menunjukan dirinya untuk menjadi alat yang

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

29

sah dan dapat diandalkan untuk menilai aspek kunci dari

spiritual kesejahteraan dalam beberapa bahasa, diberbagai

pengaturan dengan kelompok usia yang berbeda (Hasmi,

2014).

2.1.8.2 WHQOL Spirituality, Religiousness And Personal

Beliefs (WHQOL-SRPB)

Test WHOQOL-SRPB ada 32 pertanyaan, yang meliputi

kualitas aspek kehidupan terkait dengan spiritualitas,

keagamaan dan keyakinan pribadi (SRPB). Instrumen ini

telah dikembangkan dari uji coba ekstensif dari 105

pertanyaan di 18 pusat di seluruh dunia. Itu dihasilkan

instrumen 32-item mewakili versi selesai dari

WHOQOLSRPB yang akan digunakan untuk uji coba

lapangan. Pertanyaan-pertanyaan ini menanggapi definisi

Kualitas Hidup sebagai persepsi individu dari mereka posisi

dalam kehidupan dalam konteks sistem budaya dan nilai di

mana mereka hidup dan dalam kaitannya untuk tujuan

mereka, harapan, standar dan kekhawatiran. Pertanyaan-

pertanyaan ini dirancang untuk dapat diterapkan pada orang

yang datang dari berbagai budaya dan memegang berbagai

keyakinan spiritual, agama atau pribadi. Jika Anda mengikuti

agama tertentu, seperti Yahudi, Kristen, Islam atau agama

Buddha, Anda mungkin akan menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut dengan keyakinan agama Anda. Jika Anda

tidak mengikuti agama tertentu, tetapi masih percaya bahwa

sesuatu yang lebih tinggi dan lebih kuat ada di luar dunia fisik

dan material, Anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

berikut dari perspektif itu. Misalnya, Anda mungkin percaya

dalam kekuatan spiritual yang lebih tinggi atau kekuatan

penyembuhan Nature atau, anda mungkin tidak memiliki

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

30

kepercayaan yang lebih tinggi, tetapi Anda mungkin

memiliki keyakinan pribadi yang kuat seperti keyakinan

dalam ilmiah teori, cara pribadi hidup, filosofi tertentu atau

kode moral dan etika (Hasmi, 2014).

2.1.8.3 Spirituality orientation inventory (SOI)

Elkin et al., (1988) membuat alat ukur spiritualitas yang

dinamakan dengan Spirituality Orientation Inventory.

Inventori ini dibuat berdasarkan pada model humanistik dan

tidak berafiliasi pada agama. Alat ukur ini menarik untuk

dikembangkan karena berangkat dari hasil studi literatur dari

pendapat para pionir di bidang psikologi. Alat ukur pada SOI

ini mengacu pada dimensi spiritualitas berdasarkan studi

literaur (Elkin et.al, 1998) dalam Uzzahra, (2020) yaitu :

a. Dimensi transeden

Orang spiritual memiliki kepercayaan/belief berdasarkan

eksperensial bahwa ada dimensi transenden dalam hidup.

Kepercayaan/belief disini dapat berupa perspektif

tradisional/agama mengenai. Tuhan sampai perspektif

psikologis bahwa dimensi transenden adalah eksistensi

alamiah dari kesadaran diri dari wilayah ketidaksadaran

atau greater self.

b. Dimensi makna dan tujuan hidup

Orang spiritual akan memiliki makna hidup dan tujuan

hidup yang timbul dari keyakinan bahwa hidup itu penuh

makna dan orang akan memiliki eksistensi jika memiliki

tujuan hidup.

c. Dimensi misi hidup

Orang spiritual merasa bahwa dirinya harus bertanggung

jawab terhadap hidup. Orang spiritual termotivasi oleh

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

31

metamotivated dan memahami bahwa kehidupan pada

diri individu hilang dan individu harus ditemukan.

d. Dimensi kesucian hidup

Orang spiritual percaya bahwa hidup diinfus oleh

kesucian dan sering mengalami perasaan khidmad,

takzim, dan kagum meskipun dalam setting nonreligius.

e. Dimensi kepuasan spiritual

Orang spiritual dapat mengapresiasi material good

seperti uang dan kedudukan, tetapi tidak melihat

kepuasan tertinggi terletak pada uang atau jabatan dan

tidak mengunakan uang dan jabatan untuk menggantikan

kebutuhan spiritual.

f. Dimensi altruisme.

Orang spiritual memahami bahwa semua orang

bersaudara dan tersentuh oleh penderitaan orang lain.

g. Dimensi idealisme.

Orang spiritual adalah orang yang visioner, memiliki

komitmen untuk membuat dunia menjadi lebih baik lagi.

h. Dimensi kesadaran akan adanya penderitaan

Orang spiritual benar‐benar menyadari adanya

penderitaan dan kematian. Kesadaran ini membuat

dirinya serius terhadap kehidupan karena penderitaan

dianggap sebagai ujian.

i. Dimensi hasil dari spiritualitas

Spiritualitas yang dimiliki oleh seseorang akan mewarnai

kehidupannya. Spiritualitas yang benar akan berdampak

pada hubungan individu dengan dirinya sendiri, orang

lain, alam, kehidupan dan apapun yang menurut individu

akan membawa pada Ultimate. hasil uji validitas

konstruk dengan bukti homogenitas dan bukti adanya

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

32

perbedaan skor pada 2 kelompok yang berbeda pada alat

ukur spiritual orientation inventory yang dikembangkan

ini menunjukkan tidak ada dimensi spiritualitas yang

gugur. Hal ini menunjukkan bahwa item‐item yang

dibuat berdasarkan preeliminary mampu mencerminkan

kesembilan dimensi spiritualitas. Selain itu, hasil ini juga

menunjukkan bahwa spiritualitas merupakan konsep

yang multidimensional seperti yang dikemukakan oleh

Johnstone & Yoon (2009) dan Ho & Ho (2007) dalam

Uzzahra, (2020). Hasil uji reliabilitas skala ini sebesar

0,934. Hal ini menunjukkan skala ini dapat digunakan

untuk asesmen maupun untuk mengambil data penelitian

mengenai spiritualitas. Meskipun demikian, alat ukur ini

memiliki keterbatasan. Alat ukur hanya dapat digunakan

pada subyek yang beragama Islam. Selain itu, alat ukur

ini mungkin perlu dikembangkan lagi dengan subyek

yang berbeda‐beda karakteristik, misalnya terkait dengan

usia subyek.

2.1.8.4 Daily Spiritual Experience Skala (DSES)

Sebuah laporan dengan 16 item ukuran pengalaman spiritual.

Secara khusus bertujuan untuk mengukur pengalaman

spiritual biasa atau harian, bukan pengalaman mistik

(misalnya mendengar suara-suara) dan bagaimana keadaan

kehidupan individu sehari-hari. Alat ukur ini pada awalnya

dikembangkan dibidang kesehatan, tetapi telah semakin

banyak digunakan, yang secara luas dalam ilmu-ilmu sosial,

program penilaian dan untuk memeriksakan perubahan dalam

percobaan agama/spiritual dari waktu kewaktu.

Prosedur ini untuk menghasilkan model 2 faktor :

faktor 1 ditetapkan sebagai hubungan vertikal (Tuhan/

Transenden), yang terdiri dari 12 item (misalnya, pertemuan

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

33

pada agama atau spiritualitas), faktor 2 dicirikan sebagai

hubungan horizontal (manusia/orang lain) yang terdiri dari 3

item (misalnya, saya merasa peduli tanpa pamrih dengan

orang lain). 15 item pertama kuesioner diukur pada 6

point skala likert : banyak sekali, setiap hari, hampir setiap

hari, beberapa hari, sesekali dan tidak pernah atau hampir

tidak pernah. Item 16 diukur pada skala 4 point : tertutup

semua, agak tertutup, sangat dekat dan sedekat mungkin.

Pengukuran mungkin sangat berguna untuk studi kesehatan

pada populasi lanjut usia, dimana keterlibatan agama lebih

tinggi. Pengukuran diujikan diperwakilan nasional tahun

1998 survey umum sosial dengan nilai N=1.445 (Hasmi,

2014).

2.2 Konsep Kecemasan

2.2.1 Definisi kecemasan

Kecemasan yaitu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam bahkan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih

dalam batas-batas normal (Hawari, 2010)

Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam,

dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,

perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta

dalam menemukan identitas dan arti hidup (Stuart, 2010).

Kecemasan pra-operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap

suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman

terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh atau bahkan

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

34

kehidupannya itu sendiri. (Brunner & Suddarth, 2013)

Dengan uraian di atas dapat disimpulkan kecemasan adalah suatu

respon atau perasaan yang membuat seseorang individu merasa

khawatir dengan keadaannya sendiri.

2.2.2 Tanda dan gejala kecemasan

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis dan perilaku yang secara tidak langsung melalui timbulnya

gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan

timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock’s 2015).

Menurut Stuart, G & Sundeen (2007) dalam Munif, (2017) pada orang

yang cemas akan muncul beberapa respon yang meliputi :

2.2.2.1 Respon fisiologis

a. Kardiovaskular : palpitasi, tekanan darah meningkat,

tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan

terengah-engah

c. Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman

pada perut, mual dan diare.

d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan

pusing.

e. Traktus urinarius : sering berkemih.

f. Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.

2.2.2.2 Respon perilaku

Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor,

ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat,

menghindar, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan

interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

35

2.2.2.3 Respon kognitif

Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu,

pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan

berfikir, kesadaran diri meningkat, tidak mampu

berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan,

menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung,

takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan

takut cedera atau kematian.

2.2.2.4 Respon afektif

Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu,

tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati

rasa, rasa bersalah dan malu.

2.2.3 Faktor-faktor penyebab kecemasan

Beberapa penyebab kecemasan menurut Rochman, (2010) dalam

Manurung, (2016) yaitu :

2.2.3.1 Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat rasa takut,

karena sumbernya terlihat jelas di dalam pikiran.

2.2.3.2 Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena

melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau

hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-

gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam

bentuk yang umum.

2.2.3.3 Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak

berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan

perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian

penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi

yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena

Page 23: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

36

lingkungan yang menyertai, baik lingkungan keluarga,

sekolah, maupun penyebab.

2.2.4 Faktor pencetus kecemasan

Menurut Stuart (2007) dalam Rahayu, (2017) Stresor pencetus dapat

berasal dari sumber internal atau eksternal dapat dikelompokkan

dalam dua jenis :

2.2.4.1 Ancaman pada intergritas diri seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi atau

menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Pada ancaman ini, stressor yang berasal dari

sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan gangguan fisik. Sedangkan yang menjadi

sumber internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologis

tubuh.

2.2.4.2 Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat

membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang

terintegrasi seseorang, Ancaman yang berasal dari sumber

eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti dan ancaman

yang berasal dari sumber internal berupa gangguan hubungan

interpersonal dirumah, tempat kerja, atau menerima peran

baru

2.2.5 Jenis-jenis kecemaan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan di

dalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan

dari luar. Mustamir Pedak (2009) dalam Manurung, (2016) membagi

kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

2.2.5.1 Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang

memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

37

Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal

dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

2.2.5.2 Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini di bawah

keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang

mengancam.

2.2.5.3 Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang

siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan ke manakah

kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai

kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental

bagi kehidupan manusia.

2.2.6 Karakteristik kecemasan

Menurut Sheila, (2011) mengemukakan beberapa teori membagi

kecemasan menjadi 4 tingkatan :

2.2.6.1 Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan

peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan

persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati serta

waspada. Individu terdorong untuk belajar tentang hal-hal

yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2.2.6.2 Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan

menurun. Individu lebih menfokuskan pada hal penting saat

itu dan mengesampingkan hal lain.

2.2.6.3 Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat

menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja

dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu

Page 25: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

38

berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk

dapat memusatkan pada area lain.

2.2.6.4 Panik

Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat sempit sehingga

individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat

melakukan apa-apa walaupun sudah diberi

pengarahan/tuntunan. Pada keadaan panik terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan

dengan orang lain dan kehilangan pemikiran yang rasional.

2.2.7 Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri

kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan

tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.

Fitri & Julianti, (2007) dalam Manurung, (2016) membagi gangguan

kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :

2.2.7.1 Fobia spesifik

Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran

atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

2.2.7.2 Fobia sosial

Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,

biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu

menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik,

yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan dan

menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan

perilaku lain yang memalukan.

2.2.7.3 Gangguan panik

Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan

panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang

dapat muncul pada gangguan panik antara lain : Sulit

Page 26: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

39

bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit di dada,

berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam

diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa

setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya

kematian atau kecacatan.

2.2.7.4 Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran

yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan

berbagai simtom somatik, yang menyebabkan gangguan

signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada

penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

2.2.8 Faktor yang menyebabkan kecemasan sebelum melahirkan

Menurut Robbin, (2011) hampir sebagian ibu hamil sering mengalami

kecemasan, yang membedakan adalah tingkat kecemasan yang

berbeda-beda. Dan ada faktor yang menyebabkan kecemasan sebelum

melahirkan diantaranya :

2.2.8.1 Umur

Hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa usia muda

(<20tahun) dikaitkan dengan tingkat kecemasan yang lebih

tinggi.

2.2.8.2 Pendidikan

Ibu hamil dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung

mengalami tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan ibu

hamil dengan latar belakang pendidikan rendah.

2.2.8.3 Paritas

Ibu Multigravida tingkat kecemasan lebih rendah

dibandingkan ibu primigravida. Pengalaman bersalin

sebelumnnya dapat menurunkan kecemasan dalam menjalani

persalinan berikutnya, dalam penelitian 1.400 ibu di

Page 27: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

40

Finlandia menunjukkan bahwa ibu primigravida cenderung

mengalami kecemasan menjelang persalinan (Rouble, et al.

2009) dalam Rahayu, (2017).

2.2.8.4 Pendapatan

Pendapatan berupa uang yang mempengaruhi daya beli

seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan

faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas

kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara

pendapatan seseorang yang baik tidak menjamin suatu

kondisi yang selalu dapat menunjang semua kebutuhan bagi

keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai atau

tercukupi (Sumarah, 2009) dalam Rahayu, (2017).

2.2.8.5 Dukungan suami

Dukungan dari suami akan menurunkan tingkat kecemasan

pada ibu hamil, tambahan studi menunjukkan bahwa ibu yang

mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga memiliki

tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan ibu yang tidak

mendapatkan dukungan (Sastro,2008), dalam Rahayu (2017).

2.2.9 Cara pengukuran kecemasan

2.2.9.1 Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) merupakan skala

penilain dibuat oleh Max Hamilton tahun 1959 untuk

mengukur tingkat keparahan gejala kecemasan yang

dirasakan. Terdiri dari 14 pertanyaan dengan menggunakan

skala likert. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun terdiri dari

perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, intelektual, suasana

hati yang tertekan, gejala somatik, sensorik, kardiovaskuler,

pernafasan, gastrointestinal, genitorium, otonom dan perilaku

yang diamati saat wawancara (Thompson, 2015).

Page 28: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

41

2.2.9.2 Skala State-Trait Anxiety Inventory (STAI)

State-Trait Anxiety Inventory (STAI) merupakan skala

penilain yang dibuat oleh Charles D. Spielberger pada tahun

1983 untuk menilai kecemasan sebagai gangguan klinik.

Terdiri dari 40 pertanyaan dengan menggunakan skala likert.

Terdiri dari dua skala kecemasan yaitu 20 pertanyaan untuk

mengukur kecemasan sebagai keadaan emosional (A-State)

dan 20 pertanyaan untuk mengukur kecemasan berdasarkan

ciri-ciri cemas (A-Trait). (Wiley & Sons, 2009) dalam (Putri,

2020).

2.2.9.3 Skala Amsterdam Preoperative Anxiety and Information

Scale (APAIS) Amsterdam Preoperative Anxiety and

Information Scale (APAIS) merupakan skala penilain yang

digunakan untuk mengukur kecemasan yang dikhususkan

untuk gejala kecemasan operasi dan anastesi pada pasien pra-

operasi. Terdiri dari 6 pertanyaan dengan menggunakan skala

likert. Skala likert yan g digunakan pada Amsterdam

Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) yang

diberi nilai 1 berarti sangat tidak setuju hingga nilai 5 berarti

sangat srtuju. Nilai > 22 kategori cemas berat, nilai 14-22

cemas sedang, < 14 cemas ringan. Terdapat 4 pertanyaan

untuk kecemasan operasi dan 2 pertanyaan kebutuhan

informasi, rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengisi

kuesioner ini kurang dari 2 menit. Dua subskala APAIS

(anastesi dan kecemasan pre operasi) memiliki korelasi yang

tinggi dengan STAI dengan r 0,715 sehingga mendukung

validitas kuesioner APAIS untuk mengukur kecemasan pre

operasi. Kuesioner Amsterdam Preoperative Anxiety and

Information Scale (APAIS) telah handal sebagai alat ukur

Page 29: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

42

kecemasan pada pasien pre operasi sehingga peneliti

menggunakan alat ukur ini untuk penelitian. Penelitian yang

dilakukan oleh Zakariah, et al. (2015) di Malaysia hasil

cronbach’s alpha dari pertanyaan kecemasan 0,93 dan

cronbach’s alpha dari pertanyaan kebutuhan informasi 0,90.

Penelitian yang dilakukan oleh Romero, et al. (2017) di

Spanyol hasil cronbach’s alpha dari kuesioner APAIS

diperoleh nilai 0,84. Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus

(2014) di Indonesia hasil cronbach’s alpha dari pertanyaan

kecemasan 0,825 dan cronbach’s alpha dari pertanyaan

kebutuhan informasi 0,863 (Thompson, 2015).

2.3 Konsep Pra-Operasi

2.3.1 Definisi pra-operasi

Pra-operasi dimulai ketika pasien ditetapkan untuk melakukan operasi

sampai pasien berada di meja operasi tanpa melihat klasifikasi atau

riwayat operasi (Maryunani, 2015).

Pra-operasi merupakan akses awal bagi pasien untuk melakukan

konseling mengenai operasi, konseling antara tenaga kesehatan

dengan pasien, konseling mengenai anastesi (Blitz, et al. 2016).

Tindakan operasi merupakan pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan pembedahan dengan membuat sayatan pada tubuh

pasien kemudian dilakukan tindakan yang diperlukan dan terakhir

sayatan pada tubuh ditutup kembali Sjamsu Hidayat,(2008) dalam

(Nisa & Arisdiani. 2019). Dari uraian di atas dapat disimpulkan

tindakan pra operasi adalah tahapan awal pasien ketika akan menjalani

operasi hingga dipindahkan ke ruang operasi untuk dilakukan

pembedahan.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

43

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi pra-operasi

Faktor-faktor yang dapat mepengaruhi prosedur pra-oprasi pada

pasien menurut Potter & Perry, (2012) adalah :

2.3.2.1 Usia

Pasien lanjut usia memiliki resiko untuk manjalani operasi

karena mengalami penurunan status fisiologi. Mundurnya

beberapa fungsi tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem

integumen, sistem pulmonal, sistem ginjal, system neurologis

dan sistem metabolik dapat menghambat adaptasi fisik pasien

terhadap stres operasi.

2.3.2.2 Nutrisi

Nutrisi pada pasien operasi perlu diperhatiakan karena dapat

mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Zat besi, vitamin

A dan vitamin C, protein dapat mempercepat penyembuhan

luka operasi, namun berbeda dengan pasien yang mengalami

malnutrisi dan obesitas. Pasien malnutrisi biasanya akan

mengalami infeksi setelah operasi dan penyembuhan luka

kurang bagus. Pasien yang mengalami obesitas akan

terkendala dalam melakukan aktifitas setelah operasi,

penyembuhan luka kurang baik, suplai darah yang buruk

menyebabkan infeksi, luka sulit menutup karena lapisan

adiposa yang tebal dan risiko garis luka jahitan terbuka.

2.3.2.3 Merokok

Perokok aktif berisiko lebih besar mengalami komplikasi

paru-paru serta jumlah sekresi lendir yang diproduksi oleh

paru-paru meningkat. Sekresi pulmonal dan iritasi jalan nafas

akan meningkat setelah dilakukan anastesi. Hal tersebut akan

menggangu vaskuler dan dapat meningkatkan tekan darah

sistemik.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

44

2.3.2.4 Alkohol dan obat-obatan

Pasien yang mengkonsumsi alkohol memerlukan dosis yang

tinggi ketika dilakukan anastesi dan obat analgesik post

operasi. Biasanya pasien yang mengkonsumsi alkohol akan

mengalami malnutrisi, ganguan hati, gangguan ginjal

sehingga risiko operasi meningkat. Pasien yang

mengkonsumsi obat-obatan terlarang dapat mempengaruhi

pengontrolan nyeri post operasi dan pemberian obat secara

intravena akan mengganggu sistem vaskuler.

2.3.3 Persiapan pra-operasi

Persiapan yang perlu dilakukan kepada pasien pre operasi untuk

memperlancar tindakan perioperatif meliputi :

2.3.3.1 Edukasi pra-operasi

Edukasi pra-operasi dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk

menjelaskan tentang sensasi yang akan dialami ketika

perioperatif dan mendiskripsikan langkah-langkah prosedur.

Informasi yang disampaikan meliputi pemeriksaan yang

dilakukan sebelum operasi, tindakan operasi, alat-alat yang

akan digunakan, pemindahan ke kamar operasi dan

pemindahan ke ruang pemulihan (Hidayat dan Uliyah, 2014).

Tenaga kesehatan juga dapat mengajarkan cara menejemen

nyeri, latihan pernafasan, latihan batuk, dan perubahan posisi

(Smeltzer & Bare, 2002) dalam (Putri, 2020)

2.3.3.2 Persiapan saluran pencernaan

Pasien sebelum menjalani operasi harus melakukan puasa.

Puasa makanan dilakukan 8 jam sebelum tindakan operasi,

dan puasa minum dilakukan 4 jam sebelum tindakan operasi.

Hal ini dilakukan karena makanan dan minuman yang berada

di dalam lambung akan mengakibatkan terjadinya aspirasi

Page 32: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

45

(Hidayat & Uliyah, 2014).

2.3.3.3 Persiapan personal hygine

Persiapan fisik yang dilakukan seperti pencukuran rambut

yang dapat menggagu proses operasi dan membersihkan kulit

dengan sabun heksaklorofin agar daerah yang akan dioperasi

terbebas dari mikroorganisme (Hidayat & Uliyah, 2014).

2.3.3.4 Latihan mobilisasi

Pemberian latihan mobilisasi pra-operasi bertujuan untuk

mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, mencegah

komplikasi sirkulasi dan mengurangi nyeri. Latihan yang

dapat dilakukan pasien pra-operasi seperti duduk tegak

dengan kaki menggantung ditempat tidur, dan duduk di

pinggir tempat tidur (Hidayat & Uliyah, 2014).

2.3.3.5 Persiapan psikologi

Perasaan takut dan cemas sering dialami oleh pasien pra-

operasi. Banyak hal yang menyebabkan pasien merasa

kecemasan seperti takut mati, nyeri, takut dengan proser

anastesi dan citra tubuh setelah operasi (Smeltzer & Bare,

2002) dalam (Putri, 2020).

2.3.3.6 Informed concent

Informed concent merupakan pernyataan ketersediaan

melakukan tindakan operasi yang dibuat secara sadar dan

sukarela. Informed concent sebagai syarat utama dapat

dilakukannya operasi kecuali pada tindakan emergensi untuk

menyelamatkan nyawa tetapi juga harus berusaha untuk

menghubungi kerabat yang bersangkutan. Pasien dapat

menandatangani informed concent setelah ahli operasi

memberikan penjelasan mengenai operasi, risiko-risiko,

kemungkinan kecacatan, kemungkinan perubahan bentuk,

kemungkinan komplikasi, bagian tubuh yang diangkat dan

kemungkinan yang terjadi setelah operasi. Jika pasien masih

Page 33: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

46

dibawah umur, tidak sadar maka izin bisa diperoleh dari

keluarga (Smeltzer & Bare, 2002) dalam (Putri, 2020).

2.3.4 Proses keperawatan pra-operasi

Menurut Muttaqin & Sari, (2013) Proses keperawatan pra-operasi

yaitu :

2.3.4.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan secara menyeluruh oleh perawat untuk

menggali informasi dari pasien sehingga perawat dapat

mengambil intervensi sesuai dengan keadaan pasien.

Pengkajian pra-operasi secara komperhensif dapat dilakukan

perawat ketika berada di Unit Gawat Darurat, rawat inap,

bagian operasi sehari atau poliklinik dan juga pengkajian

klarifikasi dilakuakan pada kamar operasi oleh perawat pra-

operasi. Pengkajian pra-operasi yang dilakukan yaitu

pengkajian secara umum, riwayat kesehatan, pengkajian

diagnostik dan pengkajian psikososio spiritual.

2.3.4.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan menggunakan sistem head

to toe sampai pendekatan per sistem. Pemerikasaan ini

meliputi pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital,

pengkajian kesadaran, pengkajian nutrisi, kepala dan leher,

sistem syaraf, dada dan tulang belakang, sistem pernafasan,

sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan dan elektrolit,

abdomen dan panggul, integumen dan muskuloskeletal,

pemeriksaan diagnostik, pemeriksaan skrining tambahan.

2.3.4.3 Diagnosis keperawatan pra-operasi

Diagnosis keperawatan pra-operasi ditegakkan guna

menentukan arah perawatan yang diberikan pada sebagian

atau seluruh tahapan operasi sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan pasien. Diagnosa yang sering muncul pada fase

Page 34: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

47

pra-operasi diantaranya kecemasan, koping individu tidak

efektif, dan kurangnya pengetahuan tentang implikasi

operasi.

2.3.4.4 Rencana keperawatan pra-operasi

Dalam pembuatan rencana keperawatan pra-operasi di ruang

inap atau ruang emergensi, pasien perlu diikutsertakan. Hal

ini dapat meminimalkan komplikasi pasca operasi dan risiko

operasi. Selama merencanakan keperawatan pra-operasi,

perawat menentukan tujuan perawatan dan hasil akhir guna

memastikan pemulihan dan mempertahankan status post

operasi pasien.

2.3.4.5 Transportasi ke ruangan pra-operasi

Brankar dan kursi roda adalah transportasi untuk

memindahkan pasien dari ruang rawat inap ke ruang operasi.

Di ruang pra-operasi biasanya pasien menunggu 15-30 menit

sebelum dilakukan anastesi. Setelah medikasi pra-operasi

pasien berada di brankar dan dipasang sabuk pelindung.

2.4 Konsep Sectio Caesarea

2.4.1 Definisi sectio caesarea

Operasi Caesar atau sering disebut seksio sesarea adalah melahirkan

janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim

(uterus). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram. Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi

dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding

uterus yang masih utuh (Jitowiyono, 2017).

Page 35: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

48

Sectio caesarea adalah suatu proses persalinan buatan yang dilakukan

melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut

dan dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus keadaan utuh, serta

janin memiliki bobot badan diatas 500 gram. Jika bobot janin dibawah

500 gram, maka tidak perlu dilakukan tindakan persalinan section

caesarea (Solehati, 2017).

Sectio caesarea adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan

dimana irisan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk mengeluarkan

bayi (Oxorn, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea

adalah suatu cara persalinan dengan cara pembedahan pada dinding

abdomen dan uterus, dimana janin dilahirkan melalui penyayatan pada

dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta janin diatas 500 gram. Operasi sectio caesarea ini

digunakan untuk membantu persalinan ketika ada masalah yang tidak

terduga terjadi selama persalinan.

2.4.2 Indikasi operasi sectio caesare

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam

rahim ibunya. Menurut buku Obstetrics and Gynecology ada empat

faktor yang menjadi alasan dilakukan operasi section caesarea yaitu

untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung,

tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga

menghalangi persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat dan

harus segera dilahirkan tetapi jalan tidak mungkin dilalui janin

(Kasdu. 2003) dalam (Rahayu, 2017).

Page 36: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

49

Menurut Kasdu (2003) dalam Rahayu, (2017) penyebab dilakukan

operasi sectio caesarea antara lain yaitu :

2.4.2.1 Faktor Janin

Tindakan operasi sectio caesarea dari faktor janin antara lain :

a. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir (BBL) sekitar 4000 gram atau lebih

(giani baby). menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan

lahir. Pada umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan

(makrosomia) karena ibu menderita diabetes melitus,

keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut dengan bayi

besar objektif.

b. Kelainan letak bayi

Ada dua letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang

dan letak lintang, Letak sungsang yaitu Sekitar 3-5%

atau 3 dari 100 bayı terpaksa lahir dengan posisi

sungsang. Keadaan janin sungsang apabila letak janin

didalam rahim memanjang dengan kepala berada di

bagian atas rahim dan pantat dibagian bawah rongga

rahim. Sedangkan yang dimaksud dengan posisi adalah

keadaan bagian terendah bayi Sedangkan letak lintang

atau miring (oblique) menyebabkan poros janin tidak

sesuai dengan arah jalan janin Pada keadaan ini, letak

kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang

lain. Biasanya letak bokong berada sedikit lebih tinggi

dari pada kepala janin. sementara bahu berada pada

bagian atas panggul Kelainan letak janin dapat

disebabkan karena faktor baik dari janin maupun dari ibu

diantaranya, terdapat tumor dijalan lahir, panggul sempit,

kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plasenta

previa, cairan ketuban yang banyak, kehamilan kembar,

dan ukuran janin.

Page 37: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

50

c. Ancaman gawat janin (fetal distress)

Adanya gangguan pada ari-ari (akibat ibu menderita

tekanan darah tinggi atau kejang rahim ). serta gangguan

pada tali pusat terjepit (akibat tali pusat terjepit antara

tubuh bayi) maka oksigen yang disalurkan ke bayi pun

menjadi berkurang dan kondisi ini janin dapat

mengalami kerusakan otak dan dapat meninggal dalam

rahim. Keadaan kekurangan oksigen janin dapat

diketahui dari bentuk denyutan jantung yang dapat

dilihat pada perekaman alat kardiotokografi (CTG)

maupun aliran darah tali pusat yang di pantau dengan

alat doopler sonografi.

d. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal yaitu janin yang mengalami

gangguan Rhesus, kerusakan genetik, dan hidrosephalus

(kepala besar karena otak berisi cairan)

2.4.2.2 Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan

gawat darurat pada ibu atau janin antara lain :

a. Plasenta previa

Plasenta previa adalah salah satu gangguan tali pusat

yang posisi plasenta terletak dibawah rahim dan

menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

b. Plasenta lepas (solustio plasenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang terlepas

lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Proses

terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang

banyak, yang keluar melalui vagina tetapi bisa juga

tersembunyi di dalam rahim.

c. Plasenta accrete

Palsenta accreta merupakan keadaan menempelnya sisa

Page 38: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

51

plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami oleh ibu

yang berulang kali mengalami persalinan, ibu berusia

rawan untuk hamil diatas 35 tahun, dan ibu yang pernah

operasi.

d. Vasa previa

Keadaan pembuluh darah di bawah rahim yang apabila

dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan banyak

yang membahayakan ibu. Untuk mengurangi resiko

maka persalinan dilakukan dengan operasi.

e. Kelainan tali pusat

Kelainan tali pusat terdiri dari :

1) Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Prolapsus tali pusat adalah keadaan penyembulan

sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini

tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

2) Terlilit tali pusat

Tali pusat didalam rahim ikut berenang bersama

janin dalam kantung ketuban. Saat janin bergerak.

letak dan posisi tali pusat biasanya ikut bergerak dan

berubah. Akibat gerak janin dalam rahim, letak dan

posisi tali pusat membelit tubuh janin, baik di bagian

kaki, paha, perut. lengan ataupun leher.

f. Bayi kembar (multiple pregnancy)

Tidak semua bayi kembar dilahirkan secara caesarea,

hanya pada persalinan bayi kembar yang memiliki resiko

komplikasi lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi

dilakukan sectio caesarea seperti bayi kembar yang

mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga

sulit untuk dilahiran secara alami. Hal ini dikaitkan janin

kembar dan cairan ketuban yang berlebihan sehingga

membuat janin mengalami kelainan letak.

Page 39: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

52

2.4.2.3 Faktor Ibu

Faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilakukan sectio

caesarea yaitu :

a. Usia

Ibu yang melahirkan untuk yang pertama kali pada usia

sekitar 35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan

operasi sectio caesarea sedangkan pada ibu yang berusia

40 tahun keatas berindikası dilakukan operasi sectio

caesarea karena memiliki riwayat penyakit yang

beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit

jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklamsia

(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang

sehingga persalinan dengan operasi sectio caesarea.

b. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran

lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami.

c. Persalinan sebelumnya dengan operasi sectio caesarea

Riwayat persalinan sectio caesarea dapat dilakukan

persalinan secara sectio caesarea jika ada indikasi yang

mengharuskan dilakukan tindakan pembedahan, seperti

bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir

tidak mau membuka operasi sectio caesarea dapat

dilakukan lagi jika persalinan sebelumnya menggunakan

sayatan vertikal (corporal) namun operasi kedua dengan

teknik sayatan melintang, tetapi ada hambatan pada

persalinan pervaginam. seperti janin tidak maju tidak

bisa lewat panggul atau letak lintang.

d. Faktor hambat jalan lahir

Gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang

Page 40: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

53

kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan,

adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali

pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

e. Kelainan kontraksi rahim

Kelainan kontraksi rahim adalah kontraksi rahim lemah

dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau

tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar

pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak

terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan

lancar.

f. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

membuat ketuban merembes keluar sehingga tinggal

sedikit atau habis.

g. Rasa takut kesakitan

Pada umumnya seorang wanita yang melahirkan secara

alami akan takut mengalami proses rasa sakit, yaitu

berupa rasa mulas disertai rasa sakit dipinggang dan

pangkal paha yang semakin kuat. Hal ini terjadi karena

ketika berkontraksi, otot-otot rahim mengerut sebagai

upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala

bayi ke arah panggul. Kondisi ini menyebabkan seorang

wanita merasa takut, khawatir, dan cemas menjalaninya

sehingga mereka berfikir melahirkan dengan operesi

section caesarea.

2.4.3 Kategori sectio caesare

Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka

dikelompokkan 4 kategori menurut Edmonds, (2007) dalam (Rahayu,

2017) :

Page 41: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

54

2.4.3.1 Kategori 1 atau emergency

Dilakukan segera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau

janin. Contohnya Abrupsio Plasenta atau penyakit parah

janin dan lainnya.

2.4.3.2 Kategori 2 atau urgent

Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu

mengancam jiwa ibu ataupun janinnya. Contohnya distosia.

2.4.3.3 Kategori 3 atau scheduled

Tidak terdapat penyulit.

2.4.3.4 Kategori 4 atau elective

Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.

2.4.4 Prosedur tindakan sectio caesare

Berikut prosedur tindakan section caesarea menurut Juditha (2009)

dalam (Rahayu, 2017).

2.4.4.1 Izin keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang akan ditanda

tangani oleh keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

2.4.4.2 Pembiusan

Pembiusan dilakukan dengan bius epidural atau spinal.

Dengan cara ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat

melihat proses operasi karena terhalang tirai.

2.4.4.3 Sterilisasi

Bagian perut yang akan di bedah, disterilkan dengan alkohol

70%, kemudian dengan betadine sehingga diharapkan tidak

ada bakteri yang masuk selama operasi.

2.4.4.4 Pemasangan alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan.

Macam peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi

ibu.

Page 42: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

55

2.4.4.5 Pembedahan

Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi

sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput

ketuban dipecahkan. Selanjutnya dokter akan mengangkat

bayi berdasarkan letaknya.

2.4.4.6 Mengambil plasenta

Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil

plasenta.

2.4.4.7 Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi

selapis sehingga tertutup semua.

2.4.5 Komplikasi

Menurut Solehati, (2017) beberapa komplikasi persalinan sectio

caesarea, antara lain

2.4.5.1 Infeksipuerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti

peritonitis, sepsis dan sebagainya.

2.4.5.2 Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia arteri.

2.4.5.3 Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih,

embolisme paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.

2.4.5.4 Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan

selanjutnya bisa terjadi rupture uteri, kemungkinan peristiwa

ini lebih banyak ditemukan sesudah caesarea klasik.

Page 43: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

56

2.5 Kerangka teori

penyebab dilakukan operasi sectio caesarea

a. Factor janin : Bayi terlalu besar,

Kelainan letak bayi, ancaman

gawat janin.

b. faktor plasenta, kelainan tali

pusat,

c. Factor ibu : Usia, tulang panggul,

persalinan sebelumnya dengan

SC, faktor hambat jalan lahir,

ketuban pecah dini.

Persiapan Pra-Operasi :

a. Edukasi Pra-Operasi

b. Persiapan saluran

pencernaan

c. Persiapan personal Hygine

d. Latihan mobilisasi

e. Persiapan psikologi

f. Inform concent

Smeltzer & Bare, (2002)

dalam Putri, (2020).

Menurut Stuart, G &

Sundeen (2007) dalam

Munif, (2017) tanda dan

gejala kecemasan :

a. Respon Fisiologi

b. Respon Kognitif

c. Respon Afektif

Faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan sebelum melahirkan

(Robbin, 2011).

a. Umur

b. Pendidikan

c. Paritas

d. Pendapatan

e. Dukungan suami

Dimensi spiritualitas :

a. Makna hidup

b. Emosi positif

c. Pengalaman

spiritual

d. Ritual

Pasiak, (2012). Dalam

Yusuf, et al. (2017).

Faktor yang mempengaruhi

spiritualitas :

a. Perkembangan

keluarga

b. Ras/suku

c. Agama yang dianut

d. Kegiatan

keagamaan

( Hidayat dan Uliyah (2014)

Dalam Syifa,U (2020).

Pra-Operasi

Kecemasan

Spiritualitas

Page 44: BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Spiritual

57

Sumber : Kasdu (2003) dalam Rahayu, (2017). Smeltzer & Bare, (2002) dalam

Putri, (2020). (Robbin, 2011). Stuart, G & Sundeen (2007) dalam Munif, (2017). Pasiak,

(2012) Dalam Yusuf, et al. (2017 ). ( Hidayat dan Uliyah (2014) Dalam Syifa,U (2020).

Keterangan :

Diteliti :

Tidak diteliti :

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

2.7 Hipotesis

Ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan spiritualitas dengan

tingkat kecemasan pada Pasien Pra-Operasi Sectio Caesarea di RSUD

Pambalah Batung Amuntai Kab.Hulu Sungai Utara.

Pemenuhan

Kebutuhan

Spiritualitas

Tingkat kecemasan

Pada Pasien Pra Operasi

Sectio Caesarea