kecerdasan spiritual gol_iii

76

Upload: dila-semangat

Post on 10-Aug-2015

314 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MODUL PILOT PROJECT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

(Student’s Book)

Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia2009

DAFTAR ISI

SAMBUTAN............................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................. v

DAFTAR ISI............................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN...................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................... 1

B. Deskripsi Singkat................................................. 2

C. Hasil Belajar......................................................... 2

D. Indikator Hasil Belajar......................................... 2

E. Materi Pokok........................................................ 3

F. Manfaat................................................................. 4

BAB II KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL.................... 5

A. Pengertian, Hakekat dan Makna Kecerdasan

Spiritual................................................................ 5

B. Meta Kecerdasan.................................................. 6

C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial

Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM

Profesional .......................................................... 8

BAB III BUKTI ILMIAH KECERDASAN SPIRITUAL

DALAM PENINGKATAN KINERJA

PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA.............. 15

A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual....................... 15

v

vi

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan

Spiritual dalam Peningkatan Kinerja................... 16

C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-

Orang Suskes dan Mulia...................................... 19

BAB IV MENGINTERNALISASI KECERDASAN

SPIRITUAL................................................................. 20

A. Penyadaran Diri.................................................... 20

B. Pemahaman Konsep Nilai.................................... 28

C. Pemantapan Diri................................................... 31

BAB V PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL

DALAM PELAKSANAAN TUGAS

JABATANNYA........................................................... 35

A. Aktualisasi Diri Ke Dalam Habit Sukses Mulia... 35

B. Skala Dimensi (Alat Ukur) Kompetensi

Spiritual................................................................ 38

C. Aplikasi Kecerdasan Spiritual Dalam

Pelaksanaan Tugas Pelayanan.............................. 39

BAB VI PENUTUP................................................................... 43

A. Simpulan ............................................................. 43

B. Tindak Lanjut....................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam rangka mewujudkan good corporate governance dan

pemerintahan yang memiliki daya saing global diperlukan

Sumber Daya Insani yang mumpuni. Pada saat ini sangat

dirasakan kompetisi yang ketat di dunia kerja sebagai dampak

adanya resesi global. Maka organisasi memerlukan SDM yang

profesional dan memiliki integritas dalam bekerja.

Profesionalisme merupakan sinergi berbagai kompetensi yang

dikendalikan oleh kompetensi spiritual. Kompetensi spiritual

memiliki peran utama dalam mewujudkan integritas sebagai

perilaku kunci untuk membangun kepercayaan dan akhlak yang

luhur berdasarkan nilai-nilai agama. Dengan kecerdasan spiritual

memberikan pengaruh utama dalam membangun komitmen kerja

PNS yang cakap, bersih dan berwibawa terbebas dari KKN.

Untuk itu diperlukan akhlak yang mulia yang dibangun dari nilai-

nilai agama. Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan

pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan insan

berkepribadian baik dan arif-bijaksana dalam menyikapi serta

menghadapi setiap permasalahan dan kreatif mencari solusi

terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungan

sekitarnya. Orang-orang seperti itu yang diprediksikan mampu

1

2 Kecerdasan Spiritual

menghadapi persaingan global dalam perang ekonomi berbasis

informasi (economic information warfare) dan perang

isu/propaganda (psychologic warfare) yang dikembangkan

negara-negara maju, peka serta peduli terhadap

kejahatan/kerusakan lingkungan (alam dan sosial).

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini membahas tentang peran kompetensi spiritual

dalam menyukseskan kinerja pegawai. Untuk menjadikan ini

diperlukan transformasi mindset dengan materi dan metodologi

yang tepat sehingga terwujud pribadi yang utuh dan mapan yang

memiliki integritas dalam bekerja.

C. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu

mempraktekkan ajaran-ajaran agamanya dalam pelaksanaan

tugas.

D. Indikator Hasil Belajar

1. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mempu

menjelaskan konsep kecerdasan spiritual, dan

membedakannya dengan kecerdasan lainnya;

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 3

2. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu

membuktikan secara ilmiah kecerdasan spiritual dalam

peningkatan kinerja pelaksanaan tugas jabatannya;

3. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu

menginternalisasikan kecerdasan spiritual;

4. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu

menerapkan kecerdasan spiritual dalam pelaksanaan tugas

jabatannya.

E. Materi Pokok

1. Pengertian,hakekat dan makna Kecerdasan spiritual;

2. Meta kecerdasan :

IQ, EQ, SQ, CQ (creativity Quotient), AQ (Advercity

Quotient)

3. Sinergi kompetensi spiritual, kompetensi sosial dan

kompetensi teknis sebagai SDM profesional / unggul;

4. Bukti ilmiah Kecerdasan spiritual dalam pemberdayaan

SDM organisasi;

5. Pengalaman (success story) kecerdasan spiritual dalam

peningkatan kinerja;

6. Karakteristik kecerdasan spiritual orang-orang sukses dan

mulia;

7. Penyadaran diri;

8. Pemahaman berbagai konsep nilai;

9. Pemantapan diri;

4 Kecerdasan Spiritual

10. Aktualisasi diri ke dalam habit sukses penuh barakah;

11. langkah-langkah membangun habit – B5KB;

12. Skala dimensi (alat ukur) kompetensi spiritual;

13. Aplikasi kecerdasan spiritual dalam pelaksanaan tugas

pelayanan.

F. Manfaat

Dengan berbekal modul ini peserta diharapkan dapat menerapkan

kecerdasan spiritual di tempat tugas yang diwujudkan dengan

adanya keseimbangan moralitas dalam bekerja dan akhlak yang

mulia.

BAB II

KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL

A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan

Spiritual

1. Pengertian

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut

moral yang mampu memberikan pemahaman yang menyatu

untuk membedakan sesuatu yang benar dengan yang salah

(Danah Zohar dalam Taufik Bahaudin, hal. 189)

Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual

adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap

pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan

Intellectual Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual

Quotient secara komprehensif.

2. Hakekat

Kecerdasan spiritual pada hakekatnya, adalah kecerdasan

untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai

5

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mempu menjelaskan konsep kecerdasan spiritual, dan membedakannya

dengan kecerdasan lainnya

6 Kecerdasan Spiritual

menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yang

bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan

dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar

utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan

spiritual adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun

yang memungkinkan otak untuk menemukan dan

menggunakan makna dalam pemecahan persoalan.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat

menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya.

Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas

“menjadi”, yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat

seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya

secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia.

3. Makna

Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual

adalah kemampuan mendengarkan suara hati untuk cerdas

berhubungan dengan Tuhan YME dan sesama dalam

memberikan yang terbaik dan bermanfaat. Dengan demikian

kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai

hidup yang dapat membantu seseorang dapat membangun

dirinya untuk tumbuh, berkembang dan seimbang.

B. Meta Kecerdasan

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 7

Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas apabila

memiliki beberapa kecerdasan atau disebut berfungsinya meta

kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu antara lain IQ, EQ, SQ,

CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).

Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang

berhubungan fisik, aritmatika,

Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengelola emos

Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan untuk mencari

solusi

Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam

penderitaan dan dapat merubah kemalangan menjadi peluang

keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual

sebagai poros semua kecerdasan yang lain. Danah Zohar

mengatakan IQ dan EQ akan berfungsi efektif apabila SQ

bekerja.

Ary ginanjar (2003,) menjelaskan meta kecerdasan sinergi

merupakan integrasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosi dan kecerdasan spiritual yang berorientasi pada

spiritualisme tauhid dan diwujudkan dengan kemampuan

memecahkan masalah dan tantangan dengan radar suara hati.

Begitupula yang dikatakan oleh Dadang Hawari (2003), integrasi

dari IQ, EQ, CQ dan SQ diperlukan dalam membangun SDM

pemimpin yang berkualitas dan bersih dari KKN.

8 Kecerdasan Spiritual

C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi

Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM

Profesional

Kata kompetensi merupakan saduran dari bahasa Inggris

‘Competence’ yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut

Susanto (2003) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai

adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan

pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan

dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk

pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi merupakan

karakteristik diri yang menjadi pembeda antara performance

yang sangat baik dengan performance yang biasa dalam suatu

pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara

umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-

keterampilan yang dimiliki oleh seseorang (skills) untuk

melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat

Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi

merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab

yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu.

Sejalan dengan pernyataan Mujiman dari Badan Nasional

Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sebenarnya adalah

suatu kemampuan untuk menguasai dan menerapkan

pengetahuan, keterampilan/keahlian, sikap dan mental kerja

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 9

tertentu di tempat kerja, sesuai dengan prosedur dan kinerja yang

dipersyaratkan.

Profesionalisme adalah Orientasi dan sikap kerja kompeten,

dalam melakukan pekerjaan yang disertai dengan tanggung

jawab fungsional dan moral sesuai dengan kode etik profesi.

Untuk menjadi SDM yang profesional perlu kompetensi

kompetensi spiritual dan kompetensi sosial serta kompetensi

teknis.

1. Kompetensi spiritual

Tiga dimensi kompetensi spiritual menurut Mujiman ( APNI,

2008) :

Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai spiritual

keagamaan dan kepercayaan dalam kaitannya dengan

pengabdiannya kepada Tuhan YME.

Membentuk sikap mental bahwa bekerja adalah

bagian dari amal dan ibadah kepada Tuhan YME.

Aplikasinya di pekerjaan tercermin dalam bentuk

disiplin, dedikasi, integritas dan loyalitas, ethos kerja,

motivasi kerja

Harjani Hefni ( 2005) menyebutkan kompetensi

spiritual sebagai kemampuan dalam membaca dan

melaksanakan perintah Tuhan.

10 Kecerdasan Spiritual

DESKRIPSI ELEMEN KOMPETENSI SPIRITUAL

No. ELEMEN

KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1 Disiplin 1.1. Ketaatan kepada jam kerja

1.2. Ketatan kepada prosedur kerja

1.3. Ketaatan kepada peraturan

perusahaan

2 Dedikasi 2.1. Memandang kerja sebagai ibadah

2.2 Kesediaan bekerja apa & di mana saja

2.3. Kesediaan berkorban untuk perusahaan

3 Integritas &

Loyalitas

3.1. kejujuran

3.2 Kepatuhan terhadap perintah

3.3 Kegigihan menjaga wibawa perusahaan

4 Ethos Kerja 4.1. Keseriusan dalam bekerja

4.2. Menyenangi pekerjaan

4.3. Mampu melaksanakan pekerjaan yang

memiliki

kreatifitas tinggi.

5 Motivasi Kerja 5.1. Semangat untuk kerja keras

5.2. Semangat untuk tingkatkan kinerja

2. Kompetensi sosial

Dimensi Kompetensi sosial menurut Mujiman ( APNI, 2008)

:

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 11

Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial

budaya dan emasyarakatan dalam kaitannya dengan

kebutuhan hidup ermasyarakat sebagai makhluk sosial

Membentuk kepribadian dan sikap sosial dalam

hidup ermasyarakat

Menurut Harjani Hefni ( 2005) kompetensi sosial adalah

kemampuan dalam memberikan kenyamanan kepada orang

lain.

Dimensi kompetensi sosial

Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial

budaya dan kemasyarakatan dalam kaitannya dengan

kebutuhan hidup bermasyarakat sebagai makhluk

sosial

Membentuk kepribadian dan sikap sosial dalam

hidup bermasyarakat

Aplikasinya di tempat kerja tercermin dalam bentuk

kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul dan

berkomunikasi, kemampuan berkoordinasi,

kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain,

kemampuan kerjasama dalam tim

DESKRIPSI ELEMEN KOMPETENSI SOSIAL

No. ELEMEN

KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1 Mampu 1.1. Dapat menyampaikan pendapat dng

12 Kecerdasan Spiritual

berkomunikasi

secara efektif

jelas

1.2. Dapat memahami penjelasan orang

lain dengan tepat

1.3 Mampu menyampaikan pendapat

dengan suara hati, tidak menyakiti

perasaan orang lain)

2 Mampu mengapresiasi

Pendapat orang lain

2.1. Sabar dan serius mendengarkan

penjelasan/pembicaraan orang lain

2.2. Menghargai pendapat orang lain

walaupun tidak

sependapat

2.3. Mampu mengelola hati saat

disanggah oleh orang lain

3 Mampu bekerja

dengan baik dalam

Tim

3.1. Toleransi dan tidak mau menang

sendiri

dalam kerja Tim

3.2. Kesediaan membantu anggota Tim

yang

mengalami kesulitan

3.3. Tidak bekerjasama dalam

kesalahan

4 Mampu melakukan

kordinasi internal-

eksternal

4.1. Memiliki jaringan kerja yang luas

4.2. Bekerja secara sinerjik lintas unit

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 13

4.3. Melakukan koordinasi dengan

suara hati

5 Mampu melakukan

kerjasama vertikal-

horisontal

5.1. Kesediaan “give and take”

5.2. Berorientasi “win-win solution”

5.3. Melakukan kerjasama dengan

suara hati

3. Kompetensi teknis adalah kemampuan pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan.

Bersumber dari dan terkait dengan penguasaan IPTEK di

bidangnya

Membentuk kemampuan teknikal dalam kehidupan

bermasyarakat

Aplikasinya di tempat kerja tercermin dalam bentuk

kemampuan pelaksanaan tugas pekerjaan sesuai dengan

prosedur dan kinerja ang ditetapkan atau di atas kinerja

yang ditetapkan.

DESKRIPSI ELEMEN KOMPETENSI TEKNIS

No. ELEMEN

KOMPETENSI

KRITERIA UNJUK KERJA

1 TASK SKILL

2 TASK

MANAGEMENT

SKILL

3 JOB/ROLE

14 Kecerdasan Spiritual

ENVIROMENT SKILL

4 CONTINGENSI

MANAGEMENT

SKILL

5 TRANSFERING SKILL

BAB III

BUKTI ILMIAH KECERDASAN

SPIRITUAL DALAM PENINGKATAN

KINERJA PELAKSANAAN TUGAS

JABATANNYA

A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual

Titik Ketuhanan ( God spot )

Para peneliti mencari hubungan antara ilmu pengetahuan dengan

dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dilakukan para ahli

diperoleh pada lobus frontalis (bagian otak depan ) ada titik yang

menghubungkan dengan jiwa, kalbu dan kemudian dengan

Tuhan. Titik ini disebut God Spot ( Ramachandran,V.1998;

Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tersebut apabila diberi

rangsangan dengan gelombang mikro elektronik maka yang

bersangkutan akan merasakan damai, khusyu, dan rasa dekat

kepada Tuhan.

15

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu membuktikan secara ilmiah kecerdasan spiritual dalam peningkatan kinerja

pelaksanaan tugas jabatannya

16 Kecerdasan Spiritual

Pendapat para ahli tersebut sesuai dengan pandangan agama Islam

yang menyatakan manusia adalah makhluk fitrah yaitu makhluk

yang berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)

Para peneliti seperti Harrington , A. Juthani.N.V. dan Monakow,

V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari

hubungan antara ilmu dengan dimensi spiritual. Diyakini adanya

God Spot pada susunan saraf pusat (otak). Sebagai contoh orang

yang menderita kecemasan akan menjadi tenang setelah diberi

obat anti cemas. Sementara itu orang yang berdoa dan berdzikir

memperoleh pula ketenangan. Hal ini sebagaimana dikatakan

Christy, J.H. ( dalam Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is

medicine. Hal ini di dukung dari penelitian dari Snyderman

( dalam Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif

apabila disertai doa dan dzikir.

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan

Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja

1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi

Dari hasil penelitian penulis pada salah satu unit kerja di

Pusdiklat Hukum dan Ham pada tahun 2005, dengan

kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu berhasil

membangun unit kerja yang dipimpinnya menjadi suatu tim

kerja yang solid. Penelitian mengamati perilaku kepala seksi

yang semula kurang peduli, kurang memperhatikan atribut

kerja dan jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual ia

mengajak anak buahnya untuk membangun visi bekerja dan

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 17

membangun komitmen bersama. Perubahan terjadi 4 bulan

setelah itu dengan peningkatan pada disiplin, tanggung

jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil mewujudkan

tim kerja yang sinergi dimana satu sama lain saling

membantu bila temannya berhalangan dan baru pulang

manakala semua pekerjaan sudah diselesaikan. Kecerdasan

spiritual telah meningkatkan self belonging dan self

responsibility pada unit kerja tersebut.

2. PT. Taspen.

Kecerdasan spiritual telah membentuk karakter pelayanan

prima di PT. Taspen. Subiyanto telah berhasil merubah

kinerja pegawainya untuk tidak bekerja berdasarkan ego

(kemauannya sendiri) namun bekerja ditujukan untuk

mencari ridho Allah SWT. Karyawan tidak mau menerima

hadiah, namun menyalurkan ke kotak amal yang disediakan.

Seorang hakim yang mengurus Taspennya di Cabang Bogor

merasa tersentuh hatinya menerima pensiun dan THT yang

cukup besar dalam waktu kurang dari 1 jam. Dia sangat

terkesan akan kecepatan pelayanan dan memberikan uang 1

juta kepada petugas di depan loket. Namun petugas tersebut

mengatakan dia tidak diperkenankan menerima apapaun dari

peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata

mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi

pada petugas counter di kantor Taspen yang lain, yang

menolak pemberian peserta Taspen.

18 Kecerdasan Spiritual

3. Pengaruh training emotional and spiritual quotient (esq)

terhadap motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) pada

lembaga penjaminan mutu pendidikan (lpmp) lampung.

4 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh training

ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Lampung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survei yang dilaksanakan di Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) Lampung dengan jumlah sampel sebanyak

46 orang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode

kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan Regresi Logistik Binari.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel

Training ESQ berpengaruh positif terhadap motif berprestasi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penajaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien

regresi variabel tersebut yang bernilai positif yakni 0,290. Selain

itu juga diperoleh hasil analisis besarnya koefisien diterminasi R2

= 0,2165, artinya training ESQ memiliki konstribusi 21,65 %

terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 %

ditentukan oleh faktor lain.

Faktor kualitas sumber daya manusia sangat dominan untuk

menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi, sehingga terkait

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 19

dengan penelitian tentang pengaruh training ESQ terhadap PNS

di LPMP Lampung, maka disarankan agar pimpinan lembaga

melakukan pembinaan terhadap para alumni training ESQ secara

berkesinambungan dan memberikan kesempatan training ESQ

kepada pegawai yang belum mengikuti training, kepada para

pegawai alumni training ESQ hendaknya konsisten terhadap

prinsip-prinsip yang telah dijabarkan selama mengikuti training,

sehingga tujuh nilai dasar dalam ESQ dapat terlaksana.

4. Perusahaan kosmetik wardah dan zahra

1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, rumah dan

aset habis terbakar.Harus membayar hutang – hutang.

Semangat bangkit kembali tersentuh dengan nasib karyawan

yang kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu pemasaran.

Modal silaturahmi dan keyakinan akan pertolongan Allah.

Tapi ia terus kerja keras, tidak putus asa dan berdoa.

Ia mendapatkan pinjaman tempat dan pinjaman produk.

Dengan modal pemasaran silaturahmi dalam 2 minggu

mampu memberikan THR kepada 30 orang karyawan.

Setahun kemudian berhasil membangun rumah dan pabrik.

Kini nurhayati memimpin lebih dari 300 karyawan dengan

omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).

C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-

Orang Sukses Dan Mulia

Peringkat karakter CEO ideal hasil penelitian dari The

Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 di 6 benua:

Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan

20 Kecerdasan Spiritual

Australia. Tujuh karakter Chief Executive Officer ( CEO) *) :

1. Jujur

2. Berpikiran maju ( forward looking )

3. Kompeten

4. Dapat memberikan inspirasi

5. Cerdas

6. Adil

7. Berpandangan luas ( broad minded )

Menurut hasil pertemuan top ekeskutif internasional pada tahun

2002 di Harvard Business School, ada 5 karakter powerful leader

*) yaitu:

1. Kejujuran

2. Semangat

3. Ide atau inisiatif

4. Bijaksana

5. Keberanian mengambil keputusan

Michael E. Hart (2009 ) telah membuat peringkat terhadap 100

orang yang paling berpengaruh di dunia yang telah memberikan

dampak terbesar sepanjang sejarah perjalanan dunia. Sebagai

peringkat pertama ia menyebutkan Muhammad SAW. Ia memilih

Muhammad SAW sebagai tokoh teratas dalam daftar orang yang

paling berpengaruh di dunia karena satu -satunya orang dalam

sejarah yang sangat berhasil, baik dalam keagamaan maupun

sekuler. Karakter utama nabi Muhammad SAW adalah:

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 21

1. Jujur

2. Tanggung jawab

3. cerdas

4. Mampu menyampaikan dengan suara hati

BAB IV

MENGINTERNALISASI KECERDASAN

SPIRITUAL

A. PENYADARAN DIRI

1. Mengenali konsep diri manusia

Perubahan diri manusia di mulai sejak proses kejadiannya

dari Zygot yang tumbuh berkembang dalam rahim ibu hingga

terlahir ke dunia. Sejak bayi di pangkuan hingga dewasa

terjadi proses pembentukan nilai-nilai dalam diri manusia.

Konsep diri seseorang di bangun oleh nilai-nilai yang

diyakininya dan pengaruh lingkungan yang membentuknya.

Untuk mengenal konsep diri, manusia perlu mengetahui

siapa yang menciptakannya, dari apa ia diciptakan, untuk apa

hidup dan kemana akan kembali.

Nanusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang

menciptakan dan menguasai sekalian alam. Tuhan yang

menghidupkan dan yang mematikan mahkluk . Tuhan yang

hidup kekal ketika semua tiada. Tuhan yang menguasai dunia

dani akherat.

22

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu

menginternalisasikan kecerdasan Spiritual

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 23

Manusia diciptakan dari tanah. Manusia selanjutnya terjadi

melalui proses reproduksi yaitu bertemunya sperma dan sel

telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian

air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal

darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal

daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang

itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan

dia makhluq yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah

Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ”

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam

(tubuh) manusia ruh (ciptaan ) Nya dan dia menjadikan bagi

kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi ) kamu

sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)

Manusia hidup untuk beribadah kepada Tuhan YME. Sesuai

firmanNya dalam Al Qur’an : ” Dan Aku tidak menciptakan

jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

( QS .51 :56 ).

Setelah kehidupan ini manusia akan mati sebagai ketentuan

dari Sang Pencipta dan manusia kembali ke akhirat,

menghadap Tuhan YME.

Di Akhirat segala perbuatan manusia di dunia akan diberi

ganjaran sesuai dengan amalnya. Bagi orang yang banyak

beriman dan beramal soleh maka akan diberi ganjaran surga.

Bagi orang yang banyak berbuat dosa diberi ganjaran neraka.

Dengan menjadari manusia sebagai hamba Tuhan, tidak ada

daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Tuhan YME.

Kita mampu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan

untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

24 Kecerdasan Spiritual

tuntunanNya untuk bisa memberikan manfaat sebanyak-

banyak kepada orang lain an lingkungan.

Dengan menyadari konsep diri manusia akan menumbuhkan

kesadaran dan semangat untuk melakukan perubahan. Brain

Tracy (2007) menyatakan perubahan diri kuncinya adalah

pada pikiran. Pikiran sesorang yang mengantarkannya pada

kesuksesan atau kegagalan. Pikiran dipengaruhi oleh hati

( keyakinan). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan

perlu nya Zero mind proses (ZMP) untuk membersihkan hati

dari belenggu suara hati yang menutupi god spot.

2. Mengenali mental block

Pikiran adalah pekerjaan mental, dengan demikian sehat pikiran

adalah sehat pula mental seseorang. Kesehatan jiwa

didefinisikan oleh para psikolog sebagai kematangan

emosional dan sosial. Dengan sehat jiwa akan mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, mampu

mengemban tanggung jawab kehidupan dan dapat menghadapi

semua persoalan hidup dengan realistis, kemampuan inilah

yang dapat menentukan tingkat kebahagiaan dan

kebermaknaan hidup ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang

membuat seseorang sukar untuk berubah adalah adanya

hambatan (mental block) dalam diri seseorang yang

mempengaruhi pikiran seseorang. Ada 5 blok mental menurut

Lembaga Training & Consultancy dan pelatihan mindset

(2007) yang menjadi hambatan mental yang berasal dari dalam

diri yaitu :

– Blok persepsi

– Blok emosi

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 25

– Blok kultur / lingkungan

– Blok intelektual

– Blok ego

Sedangkan Faktor ekternal adalah :

– Lingkungan

– Teman sejawat

– Anak buah

– Iklim kerja

3. Penjernihan suara hati

Hati nurani seringkali tertutup oleh berbagai

belenggu yang menyebabkan orang menjadi buta hati. Hal

ini mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi mendengar

informasi-informasi maha penting yang berasal dari suara-

suara hatinya sendiri, di mana hal ini akan mengakibatkan

seseorang akan menjadi tidak mampu untuk membaca

lingkungan di luar dirinya atau membaca dirinya sendiri.

Akibatnya, ia sering sekali terperosok ke dalam berbagai

kegagalan dan tidak mampuan untuk memanfaatkan potensi

dirinya atau potensi lingkungannya.

Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7

belenggu yang menutupi suara hati yaitu :

Prasangka negatif.

Prinsip hidup

Pengaruh kepentingan

26 Kecerdasan Spiritual

Pengaruh pengalaman

Pengaruh sudut pandang

Pengaruh pembanding

Pengaruh literatur

Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), ada 7

penyakit hati yang menjangkiti hati manusia yaitu :

Membanggakan diri

Terpedaya oleh perasaan sendiri

sombong

pamer ( riya ) dan ingin didengar (sum’ah)

Buruk sangka

Kikir

Dendam

Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati

dalam diri seseorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan,

Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus asa, tamak, Pelit, merusak

dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip )

penawarnya yaitu :

1. Dengki diganti dengan penyayang. 2. Lawan sombong dengan

rendah hati, 3. Lawan angan dengan tawakal, 4. Lawaningkar

dengan taat, 5. lawan malas denganrajin,6. Lawan Egois dengan

bebagi, 7.Lawan cepat puas dengan cita-cita, 8. Lawan Putus asa

dengan ikhtiar, 9. lawan tamak dengan sahaja, 10. Lawan pelit

dengan pemurah, 11. Lawan kebiasaan merusak dengan memelihara,

12. Lawan riya dengan terbang rendah.

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 27

Penjernihan suara hati ini dilaksanakan melalui kontemplasi

atau perenungan untuk mengungkap kembali hal-hal positip dan

negatif dari dalam diri serta dapat mengenali kesalahan dan

keburukan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha )

untuk membersihkan hati. Bertobat dilakukan dengan cara sbb :

Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri

Mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa

Berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan / dosa

Melakukan perbaikan

Hati itu ibarat cermin, apabila seseorang berbuat dosa, maka

cermin akan ternodai dengan satu tiitk hitam. makin banyak dosa,

semakin banyak titik nodanya. Apabila dia bertobat, maka

cemerlanglah hatinya (hadist).

4. 7 langkah perubahan mindset

Gambar 6. Tujuh langkah perubahan

31

BELIEFBELIEFmartabat( destiny ) keyakinan

pikiran

perkataan

perbuatan

Nilai-nilai

kebiasaan

( Mahatma gandhi )

3

2

4

1

5

6

7

28 Kecerdasan Spiritual

5. Membangun komitmen spiritual

Komitmen diartikan sebagai perjanjian (keterikatan) untuk

melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,

2005). Untuk melakukan perubahan dan perbaikan perlu adanya

suatu komitmen pada diri sendiri. Setiap diri memiliki potensi baik.

Murdoko ( 2006) pada hakekatnya manusia itu memiliki potensi baik

seperti kejujuran,kesetiaan, dapat bertanggung jawab, pantang

menyerah dsb. Dimensi hakekat diri merupakan kebenaran-

kebenaran alamiah dan dasariah yang mutlak. Namun mengapa

seseorang tidak dapat memunculkan dalam perilaku yang riil,

karena ’kekayaan’ itu tidak diasah dan tidak ada nya kemauan dan

upaya untuk kewujudkannya. Komitmen spiritual merupakan

pernyataan kemauan atau tekad yang kuat untuk mengangkat potensi

baik yang ada dalam setiap diri. Cobalah temukan potensi baik yang

ada dalam diri anda. Komitmen pada potensi baik untuk maju dapat

memberikan motivasi untuk bangkit mewujudkannya. Pernyataan

komitmen ini di ucapkan dengan lisan, diakui oleh hati dan diikuti

oleh perbuatan. Komitmen adalah suatu janji yang diucapkan dan bila

disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap karena sekaligus sebagai

alat kontrol atau cermin diri.

B. Pemahaman Konsep Nilai

1. Berbagai konsep nilai

Berbagai konsep – konsep tentang nilai dikemukakan oleh

para pakar antar lain Steven Covey dengan 7 kebiasaan

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 29

efektif, Ary Ginanjar Agustian dengan 7 budi utama dan

kubik leadership dengan 3 kepemimpinan diri serta Harjani

Hefni dengan 7 kebiasaan hidup sukses dan barokah B5KB.

B5KB adalah konsep nilai yang berasal dari negeri sendiri, yang

teraplikasi di masyarakat karena ia disarikan dari surah Al

Fatihah.

Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 kebiasaan hidup Sukses

dan barokah sbb :

a. Berdoa saat memulai kerja

b. Bersyukur atas segala ni’mat

c. Berfikir positif terhadap Sang Pencipta dan

terhadap sesama

d. Berorientasi akhirat

e. Bekerja sebagai ibadah dan berdoa

f. Konsisten dalam komitmen

g. Bercermin

2. Elemen kompetensi spiritual PNS

Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No.

32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah secara siginifikan

telah memberikan perubahan dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah. Ciri utama dari kedua UU tersebut

adalah makin luasnya otonomi daerah dan makin

meningkatnya diskresi daerah dalam melaksanakan otonomi

daerahnya.

Demikian halnya saat ini, dengan keluarnya PP No

41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan

30 Kecerdasan Spiritual

Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi

Perangkat Daerah, yang mengatur jumlah Dinas daerah,

Lembaga Teknis daerah dan perangkat lainnya, sesuai dengan

tipologi dari masing2 daerah. ditetapkanya PP No. 41/2007

yang merupakan PP pengganti dari PP 8/ 2003 adalah untuk

lebih meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam hal

pelayanan publik serta untuk mengurangi pro dan kontra yang

selama ini disampaikan oleh provinsi dan kab/kota di

Indonesia yang dalam tataran implementasi banyak yang

menolak pemberlakuannya di daerah masing-masing.

Salah satu indikator baik tidakya organisasi adalah

tercapainya tujuan dari organisasi sesuai dengan apa yang telah

dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan

tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah

faktor sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.

Elemen kompetensi spiritual dapat dilihat dari panca

prasetia KORPRI, yaitu antara lain : kejujuran, tanggung

jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama,

keadilan, dan kepedulian

3. Syarat perubahan mindset

Empat syarat perubahan pola pikir menurut Juni Pranoto

(2008) :

a. Konsep yang benar

b. Proses yang konsisten

c. Motivasi yang tinggi

d. Dilakukan secara kontinyu dan melalui pembiasaan

‘habit’

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 31

C. Pemantapan Diri

1. Penetapan tujuan ( goal setting )

Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam pelatihan

mission character building (MCB) mulai dengan penetapan

visi dan misi sejak tingkat pribadi, keluarga hingga

pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) dalam merencanakan

tantangan 90 hari memulai dengan bintang terang. Menurut

Poniman,dkk (2005) Bintang terang adalah suatu prestasi

terbesar yang yang kita ingin capai dalam hidup ( the

ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang karena

bintang adalah sesuatu yang tinggi, bukan sesuatu yang

mudah dicapai. Sedang terang artinya mimpi tentang prestasi

besar itu haruslah yang menarik dan sangat berarti bagi kita.

Dengan begitu bisa menjadi petunjuk arah dan memberikan

penerangan kepada kita pada masa-masa sulit. Bintang

terang yang terbaik adalah perwujudan dari dorongan nurani

kita. Orang –orang besar dunia memiliki bintang terang. Bill

Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer

pribadi di setiap rumah. Henry Ford pendiri Ford Motor

Company memimpikan semua orang bisa memiliki mobil

dsb.

Untuk mencari bintang terang anda, bayangkan

sebuah prestasi besar yang diidam-idamkan dalam hidup.

Jika sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn

32 Kecerdasan Spiritual

garis nurani ( cocok dengan akal dan kalbu 100%). Itulah

bintang terang anda.

Ada 3 manfaat memiliki bintang terang, yaitu :

1. Bintang terang memberikan arah tujuan hidup

(to be) dan meningkatkan valensi.

2. Bintang terang memfokuskan seluruh

kemampuan kita.

3. Bintang terang memberikan motivasi untuk

berjuang.

Dalam penetapan tujuan harus jelas. Untuk itu ada 5 (lima)

syarat dalam penetapan tujuan ( SMART ) :

Specific ( spesifik )

Measurement ( terukur )

Achievable ( dapat dicapai )

Rational ( rasional )

Time bound ( waktu )

Langkah penetapan tujuan :

Mulai dari bintang terang. Setelah itu tetapkanlah target 6 –

12 bulan. Setelah itu rencanakan untuk : 1) meningkatkan expertis,

2) mengkapitalisasi aset dan 3) memperbanyak epos.

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 33

Meningkatkan expertis dengan cara menentukan kompetensi

yan perlu dikuasai untuk mencapai prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi

aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri

maupun aset lingkungan.

Sedang memperbanyak epos (energi positif) dengan cara

memperbanyak aktivitas yang mempunyai dampak yang besar.

2. Membuat agenda

Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam rencana

harian. Merencanakan waktu setiap harinya untuk

melakukan rencana rencana perbaikan sebagai bahan

monitoring pengembangan diri,

Langkah-langkah menetapkan tujuan dengan mulai dari

tujuan jangka panjang ( tujuan hidup ), tujuan jangka

menengah ( tujuan bekerja ) dan tujuan jangka pendek

( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan dalam

agenda. Agenda ini menjadi alat yang efektif untuk monitor

dan evaluasi proses perbaikan diri yang berkelanjutan.

Contoh agenda:

34 Kecerdasan Spiritual

57

Contoh agenda

OLAHRAGA4%

MENGAJAR20%

ISTIRAHAT8%

PENGEM DIRI4%

MEMBACA4%

NEW BISNIS4%

TIDUR25%

ANAK DAN KEL31%

TIDUR

OLAHRAGA

MENGAJ AR

ISTIRAHAT

ANAK DANKELPENGEMDIRIMEMBACA

NEW BISNIS

Persyaratan aktualisasi agenda ke dalam kebiasaan

Rinci

Konsisten

Evaluasi

Perbaikan terus menerus

Pembentukan kebiasaan

Praktek penetapan tujuan

Membuat agenda diri

Aktualisasi agenda diri ke dalam habit

Pengendalian dan perbaikan yang terus menerus

BAB V

PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL

DALAM PELAKSANAAN TUGAS

JABATANNYA

A. Aktualisasi Diri Ke Dalam Habit

Sukses Mulia

1. Langkah-langkah membangun habit

– B5KB

a. Bismillah setiap memulai

pekerjaan: Trust dan Waskat

1) Menghubungkan hati dengan Sang Pencipta

2) Menyesuaikan kata dengan perbuatan

3) Menghadirkan pengawasan Allah saat bekerja

4) Bekerja dan berbuat dengan suara hati

b. Bersyukur atas setiap

nikmat: Senang, bersemangat, produktif

1) Pandai membaca nikmat

35

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan

kecerdasan spiritual dalam pelaksanaan tugas jabatannya

36 Kecerdasan Spiritual

2) Merasa gembira dengan nikmat yang ada

3) Menguatkan perasaan gembira dengan ungkapan

4) Memanfaatkan nikmat yang ada dengan optimal

5) Memanfaatkan nikmat sesuai dengan aturan Allah

6) Tidak sombong dan merasa besar diri dengan

prestasi dan capaian

7) Tidak malas, Berusaha Mengembangkan nikmat:

kalau diberikan kelebihan otak, manfaatkan secara

maksimal, diberikan kecerdasan fisik.

c. Berpikir positif terhadap

Sang Pencipta: Memiliki ketahanan mental prima

1) Membaca kasih sayang Allah terhadap

kita

2) Membandingkan kasih sayangnya

dengan kondisi kita apa adanya

3) Mampu menata jiwa saat menghadapi

musibah

4) Menghilangkan perasaan kesal, marah,

jengkel saat menghadapi sesuatu yang tidak sesuai

dengan harapan

5) Menghilangkan perasaan dengki

terhadap orang lain

6) Menghilangkan penyakit stres

menghadapi peristiwa berat

7) Mampu Menemukan hikmah di balik

peristiwa

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 37

8) Tidak putus asa mengharap kasih

sayangnya

d. Berorientasi Akhirat:

Berpandangan masa depan

1) Meningkatkan kualitas keimanan

2) Menyadari bahwa rentang waktu kehidupan adalah

singkat

3) Memanfaatkan waktu dan umur dengan sebaik-

baiknya

4) Menjaga anggota tubuh pemberian Allah dari berbuat

maksiat

5) Selektif dalam mengais rezeki

6) Meningkatkan sensitivitas hati: apakah pekerjaan dan

perbuatan saya menguntungkan untuk akhirat saya

e. Beribadah dan berdoa:

Menjadi hamba

1) Meluruskan

tujuan hidup: kita adalah makhluk yang dha’if

2) Memahami

bahwa ibadah adalah kebutuhan, bukan sekedar

kewajiban.

3) Mengenal jenis-

jenis ibadah

4) Menjadikan

setiap pekerjaan bernilai ibadah

38 Kecerdasan Spiritual

5) Memotivasi diri

agar rajin berdoa

6) Menjadikan doa

sebagai pemenuh keinginan kita untuk meminta

7) Memahami

bahwa doa adalah pengawal diri

f. Konsisten dalam komitmen:

Ketahanan dalam integritas

1) Jalan kehidupan

berliku dan kadang-kadang penuh ranjau.

2) Cerdas membaca

jalan hidup

3) Cerdas

menentukan jalan hidup

4) waspada terhadap

berbagai bahaya saat menempuh jalan kehidupan:

bahaya dari dalam diri dan dari luar diri.

5) Membuat

komitmen untuk konsisten.

g. Bercermin: Pembelajar

sejati

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 39

1) Manusia selalu

terobsesi untuk meneladani orang lain

2) Bercermin

adalah perlu: bisa melihat apa adanya tentang diri,

kelebihan dan kekurangan

3) Jangan salah

memilih cermin

4) Belajar

mengamati dan mendengarkan dari orang lain

5) Belajar meniru

6) Belajar

memodifikasi dan menjadi diri sendiri

7) Sukses menanti

No.ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA SKALA

2 4 6 8 10

1 Disiplin 1.1. Ketaatan kepada jam

40 Kecerdasan Spiritual

kerja1.2. Ketatan kepada

prosedur kerja1.3. Ketaatan kepada

peraturan 2 Dedikasi 2.1. Kesediaan bekerja

apa & di mana saja2.2. Kesediaan berkorban

3 Integritas & Loyalitas

3.1. Kepatuhan terhadap perintah

3.2. Kegigihan menjaga wibawa/citra PNS

4 Ethos Kerja 4.1. Kejujuran dalam bekerja4.2. Keseriusan dalam bekerja

5 Motivasi Kerja 5.1. Semangat untuk kerja keras5.2. Semangat untuk

tingkatkan kinerja

B. Skala Dimensi (Alat Ukur)

Kompetensi Spiritual

C. Aplikasi Kecerdasan Spiritual

Dalam Pelaksanaan Tugas Pelayanan

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 41

Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah

menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas

umum pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk mewujudkan

pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan,

akuntabel, dan bermoralitas tinggi. Hal ini berarti bahwa untuk

mampu melaksanakan fungsi pemerintah dengan baik maka

organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif terhadap

tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan hal tersebut

pembinaan aparatur negara melalui konsep penerapan konsep

kecerdasan spiritual dalam tugas harus dilakukan secara terus

menerus, agar dapat menjadi alat yang efisien dan efektif, bersih

dan berwibawa, sehingga mampu menjalankan tugas-tugs umum

pemerintah maupun untuk menggerakkan pembangunan secara

lancar dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian terhadap

masyarakat sebagai bagaian dari perintah sang Khaliq kepada

umatnya. Upaya untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah

berbasis kecerdasan spiritual dibutuhkan infra struktur

administrasi yang memiliki kesiapan dan ketangguhan pada semua

tingkatan dan tahapan yang meliputi: a) organisasi pelaksana yang

berintikan birokrasi yang mantap dan tangguh, b) sistem

administrasi atau tata laksana yang efektif dan efisien, dan c)

susunan aparatur atau personalia yang berkemampuan tinggi dari

segi profesional, orientasional yang disertai rasa dedikasi yang

tinggi. Sehingga kinerja birokrasi pemerintah dalam

merencanakan, mengimplementasikan dan evaluasi serta

pengendalian proses pembangunan dan pelayanan masyarakat

sangat ditentukan oleh faktor kelembagaan, sumberdaya manusia

42 Kecerdasan Spiritual

dan didukung kualitas kecerdasan spiritual para personalnya.

Urgensi kecerdasan spiritual dalam pelaksanaan tugas pelayanan

publik dilingkungan birokrasi untuk mendorong terciptanya

kepemerintahan yang baik (good governance).

Paradigma masyarakat menilai kinerja birokrasi dalam pelayanan

publik cenderung dipersulit, prosedur berbelit-belit, rendahnya

ketidakpastian waktu pelayanan. Oleh karena itu dalam praktek

penyelenggaraan pelayanan publik masih terdapat berbagai

masalah antara lain perbedaan antara kinerja yang diharapkan

(intended perfomance) dengan praktek sehari-hari (actual

perfomance), perbedaan antara tuntutan kebutuhan masyarakat

dengan kemampuan pelayanan aparatur pemerintah, perbedaan

antara keterbatasan sumber daya anggaran pemerintah dengan

kebocoran pada tingkat pelaksanaannya. Karena itu kecerdasan

untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai

menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, menilai bahwa tidakan atau jalan hidup seseorang

lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Aplikasi kecerdasan spiritual dalam pelaksanaan tugas kuncinya

adalah sejauhmana kualitas hati para penyelenggara negara dalam

melaksanakan kewajibannya sebagai “abdi masyarakat”. Menurut

Robert K Cooper Ph.D, hati adalah sumber energi dan perasaan

mendalam mendalam yang menuntut kita untuk melakukan

pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin serta melayani.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat

menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan

makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas “menjadi”,

yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 43

merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif

dan dapat menyatu dengan dunia. Karakteristis kecerdasan

spiritual teraplikasi dengan baik akan terlihat dalam pelayanan

aparatur negara dilapangan yang antara lain:

1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan

aktif) dalam melaksanakan tugas pelayanan terhadap

masyarakat pelanggan;

2. Tingkat kesadaran diri tinggi akan terlihat dalam disiplin kerja

dan kepedulian terhadap lingkungan kerja sangat tampak;

3. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan tugas dan

memanfaatkannya sehingga berhasil guna dan berdaya guna;

4. Kecenderungan untuk melakukan pekerjaan secara holistik

(menyeluruh) dangan mengutamakan kepuasan pihak luar;

5. Berupaya bekerja untuk tidak menyebabkan kerugian yang

tidak perlu.

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan1. Kecerdasan spiritual mendasari hubungan manusia dan

Tuhan serta hubungan manusia dengan sesamanya yang

diwujudkan dalam kompetensi spiritual. Kompetensi spiritual

adalah kompetensi dalam membaca dan melaksanakan

perintah Tuhan Yang Maha Esa. Kompetensi spiritual

merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan

dengan kompetensi sosial yaitu kompetensi dalam

memberikan kenyamanan kepada orang lain. Dengan

kompetensi spiritual dan sosial dapat membangun SDM

pegawai yang produktif, beriman, kontributif, kreatif dan

inovatif.

2. Elemen kompetensi spiritual antara lain disiplin, dedikasi,

integritas & loyalitas, ethos kerja dan motivasi kerja.

Elemen kompetensi sosial antara lain mampu berkomunikasi

secara efektif, mampu mengapresiasi pendapat orang lain,

mampu bekerja dengan baik dalam tim, mampu melakukan

koordinasi internal-eksternal dan mampu melakukan

kerjasama vertikal – horizontal.

3. Langkah-langkah penerapan kecerdasan spiritual dimulai

dari penyadaran diri, pengenalan konsep nilai, pemantapan

diri dan pengelolaan diri.

4. B5KB adalah 7 kebiasaan hidup sukses dan barokah sebagai

strategi perubahan diri dan melejitkan kecerdasan spiritual 44

Modul Diklat Prajabatan Golongan III 45

dalam bekerja, yaitu 1) Berdoa setiap memulai kegiatan, 2)

Bersyukur atas setiap capaian, 3) Berpikir positip kepada

Sang Pencipta, 4) Berorientasi akhirat, 5) Beribadah dan

berdoa, 6) Konsisten dalam komitmen, 7) Bercermin.

5. Dengan Kecerdasan spiritual memungkinkan sosok PNS

dapat tumbuh, berkembang dan seimbang dengan akhlak

yang mulia sebagai pengamalan dari ajaran agamanya.

B. Tindak LanjutUntuk penerapan kompetensi spiritual diperlukan komitmen dan

konsistensi untuk melakukan perbaikan diri terus menerus. Untuk

itu membuat agenda dan evaluasi diri dilakukan setiap hari. Hati

harus senantiasa dibersihkan dari berbagai kotoran penyakit hati

setiap saat dengan bertobat dan melakukan perbaikan. Untuk

memelihara kompetensi spiritual jadikan B5KB sebagai

kebiasaan setiap hari.

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agustian, 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi

dan spiritual

2. Agustian, 2003. ESQ Power.

3. Azzaini,J. 2008. Menyemai impina meraih sukses mulia.

4. Emmy, S. 2005. Terjemahan : Ruang lingkup kompetensi.

Pusdiklat Pegawai Depnakertrans. Jakarta.

5. Hendrick G, at all. 2002. The Corporate Mystic

6. Hawari, D. 2003. IQ, EQ, CQ & SQ. Kriteria Sumber Daya

Manusia ( pemimpin) berkualitas

7. Hasil pembahasan kompetensi sosial dan spiritual. Pusdiklat

pegawai Depnakertrans, 2005.

8. Harjani Hefni, 2008. The 7 Islamic Daily Habits, Percetakan

IKADI, Jakarta.

9. Ilyas, M.B. 2005. Konsep CBT. Makalah presentasi pada

pembinaan widyaiswara Depnakertrans 2005.

10. Ja’far F, 2007. SEI Empowerment. Road to the Great Success

11. Murdoko, W.W.H. 2006. Personal Quality management

12. Mujiman, 2008. Makalah presentasi tentang membangun SDM

kompeten dan profesional. APNI,

13. Poniman, F. 2005. Kubik Leadership

14. Tobroni, 2005. The spiritual leadership. UMM Press, Malang.

15. Zohar,D. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam

berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan.

16. Sentani, 2007. Quantum Ikhlas.

46