bab 2 tinjauan pustaka 2.1. definisi tb paru 2.2...

15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 9 2.2. EPIDEMIOLOGI TB PARU WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga penduduk dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993 WHO juga menyatakan bahwa TB sebagai reemerging disease. Angka penderita TB paru di negara berkembang cukup tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110 orang penderita baru per 100.000 penduduk .9,11,15 Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1. wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, 2. wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk, 3. wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Berdasar pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya. 9 Universitas Sumatera Utara

Upload: vominh

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI TB PARU

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 9

2.2. EPIDEMIOLOGI TB PARU

WHO menyatakan bahwa dari sekitar 1,9 milyar manusia, sepertiga penduduk

dunia ini telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis. Pada tahun 1993 WHO juga

menyatakan bahwa TB sebagai reemerging disease. Angka penderita TB paru di

negara berkembang cukup tinggi, di Asia jumlah penderita TB paru berkisar 110

orang penderita baru per 100.000 penduduk.9,11,15

Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka

prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara

regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah,

yaitu: 1. wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, 2.

wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk, 3.

wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk.

Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000

penduduk. Berdasar pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan

insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya. 9

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

2.3 Mycobacterium Tuberculosis

Kuman tuberkulosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4 µ x 0,2-0,5µm,

dengan bentuk uniform, tidak berspora dan tidak bersimpai. Dinding sel mengandung

lipid sehingga memerlukan pewarnaan khusus agar dapat terjadi penetrasi zat warna.

Yang lazim digunakan adalah pengecatan Ziehl-Nielsen. Kandungan lipid pada

dinding sel menyebabkan kuman TB sangat tahan terhadap asam basa dan tahan

terhadap kerja bakterisidal antibiotika. M.Tuberculosis mengandung beberapa antigen

dan determinan antigenik yang dimiliki mikobakterium lain sehingga dapat

menimbulkan reaksi silang. Sebagian besar antigen kuman terdapat pada dinding sel

yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Kuman TB tumbuh secara obligat aerob. Energi diperoleh dari oksidasi senyawa

karbon yang sederhana. CO2 dapat merangsang pertumbuhan. Dapat tumbuh dengan

suhu 30-40 0 C dan suhu optimum 37-380 C. Kuman akan mati pada suhu 600 C

selama 15-20 menit. Pengurangan oksigen dapat menurunkan metabolisme

kuman.1,3,9,16

2.4 Diagnosis TB Paru

TB paru sering menimbulkan gejala klinis yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu

gejala respiratorik dan gejala sistematik. Gejala respiratorik seperti batuk, batuk

darah, sesak napas, nyeri dada, sedangkan gejala sistemik seperti demam, keringat

malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise. 1,9,11,17

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada

saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

mungkin pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya

iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar. 1,11

Pada awal perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan pada

pemeriksaan fisik. Kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.

Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama di daerah

apeks dan segmen posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain suara

napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan

paru, diapragma dan mediastinum.,16,18

Untuk yang diduga menderita TB paru, diperiksa 3 spesimen dahak dalam

waktu 2 hari yaitu sewaktu pagi – sewaktu (SPS). Berdasarkan panduan program TB

nasional, diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan dijumpainya

kuman TB (BTA). Sedangkan pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sesuai dengan indikasinya

dan tidak dibenarkan dalam mendiagnosis TB jika diagnosis dibuat hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks. 9,11,18

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.5.1 Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB mempunyai arti yang

sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis

ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal,

bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi. 3,9,19,20

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

2.5.2. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi seperti

foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan gambaran bermacam-

macam pada foto toraks. Gambaran radiologis yang ditemukan dapat berupa:

• bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah

• bayangan berawan atau berbercak

• Adanya kavitas tunggal atau ganda

• Bayangan bercak milier

• Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral

• Destroyed lobe sampai destroyed lung

• Kalsifikasi

• Schwarte. .3

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia luasnya proses yang tampak

pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:3

- Lesi minimal (Minimal Lesion):

Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru

dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal

junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau

korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai kavitas.

- Lesi luas (FarAdvanced):

Kelainan lebih luas dari lesi minimal

Penelitian di Bangalore, India yang melibatkan 2229 orang dengan gejala

respiratorik dan sistemik (batuk 2 minggu atau lebih, nyeri dada, panas lebih dari 4

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

minggu dan batuk darah) yang kemudian dievaluasi secara radiologi (foto toraks)

dan bakteriologi (hapusan dahak) menghasilkan tabel berikut :

Tabel 2 : Perbandingan Gambaran Radiologi dengan pemeriksaan mikrobiologi

sputum pada penderita dengan dugaan TB di Bangalore India 21

Gambaran Radiologi Jumlah

penderita

Pemeriksaan mikrobiologi sputum

S+ S- S+ S-

C+ C+ C- C-

TB

Selain TB

Normal

Total

227

304

1698

2229

122

8

-

130

20

4

8

32

4

1

10

15

81

291

1680

2052

S : Hapusan sputum, C : Kultur sputum

2.5.3. Pemeriksaan Khusus

Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mendeteksi

kuman TB seperti :

a. BACTEC: dengan metode radiometrik , dimana CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak M.tuberculosis dideteksi growth indexnya.

b. Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari

M.tuberculosis, hanya saja masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah

kemungkinan kontaminasi.

c. Pemeriksaan serologi : seperti ELISA, ICT dan Mycodot 3,19

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

2.5.4. Pemeriksaan Penunjang Lain :

Seperti analisa cairan pleura dan histopatologi jaringan, pemeriksaan darah

dimana LED biasanya meningkat, tetapi tidak dapat digunakan sebagai indikator yang

spesifik pada TB. Di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, uji tuberkulin sebagai

alat bantu diagnosis penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini mempunyai

makna bila didapatkan konversi, bula atau kepositifan yang didapat besar sekali. 3

2.6 Klasifikasi TB Paru

Dalam Klasifikasi TB Paru ada beberapa pegangan yang prinsipnya hampir

bersamaan. PDPI membuat klasifikasi berdasarkan gejala klinis, radiologis dan hasil

pemeriksaan bakteriologis dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini

dipakai untuk menetapkan strategi pengobatan dan penanganan pemberantasan TB:

1. TB Paru BTA positif yaitu:

- Dengan atau tanpa gejala klinis

- BTA positif mikroskopis +

mikroskopis + biakan +

mikroskopis + radiologis +

- Gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru

2. TB Paru (kasus baru) BTA negatif yaitu:

- Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru aktip

- Bakteriologis (sputum BTA): negatif, jika belum ada hasil tulis belum

diperiksa.

- Mikroskopis -, biakan, klinis dan radiologis +

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

3. TB Paru kasus kambuh :

- Riwayat pengobatan OAT yang adekuat, gejala klinis dan gambaran

radiologis sesuai dengan TB Paru aktif tetapi belum ada hasil uji

resistensi.

4. TB Paru kasus gagal pengobatan :

- Gejala klinis dan gambaran radiologis sesuai dengan TB Paru aktif,

pemeriksaan mikroskopis + walau sudah mendapat OAT, tetapi

belum ada hasil uji resistensi.

5. TB Paru kasus putus berobat :

- Pada pasien paru yang lalai berobat

6. TB Paru kasus kronik yaitu:

- Pemeriksaan mikroskopis + , dilakukan uji resistensi. 3

.

2.6.1 Pengecatan dan Pembacaan Sediaan

• Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl – Nielsen

Bahan – bahan yang diperlukan :

1. Botol gelas berwarna coklat berisi larutan Carbol Fuchsin 0,3%

2. Botol gelas berwarna coklat berisi akohol (HCl-Alcohol 3%)

3. Botol coklat berisi larutan Merhylen Blue 0,3%

4. Rak untuk pengecatan slide

5. Baskom untuk ditempatkan di bawah rak

6. Corong dengan kertas filter

7. Pipet

8. Pinset

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

9. Pengukur waktu (timer)

10. Api spiritus

11. Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol berpipet berisi air.

12. Beberapa rak cadangan

Perwarnaan sediaan yang telah difiksasi, maksimum 12 slide. Antar sediaan

harus ada jarak untuk mencegah terjadinya kontaminasi antar sediaan.

• Cara Pewarnaan

1. Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak dengan hapusan

dahak menghadap ke atas.

2. Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3% pada hapusan dahak sampai

menutupi seluruh permukaan sediaan dahak.

3. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3 – 5 menit.

Zat warna tidak boleh mendidih atau kering. Apabila mendidih atau kering

maka Carbol Fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat

terlihat seperti kuman TB

4. Singkirkan api spiritus, diamkan sediaan selama 5 menit.

5. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang bebas

terbuang.

6. Teteskan sediaan dengan asam alkohol (HCl Alcohol 3%) sampai warna

merah Fuchsin hilang

7. Bilas dengan air mengalir pelan

8. Teteskan larutan Methylen Blue 0,3% pada sediaan sampai menutupi

seluruh permukaan

9. Diamkan 10 – 20 detik

10. Bilas dengan air mengalir pelan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

11. Keringkan sediaan di atas rak pengering di udara terbuka (jangan dibawah

sinar matahari langsung) 10

• Pembacaan BTA

Hasil pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

(Internasional Union Against Tuberculosis) sesuai rekomendasi WHO.

2.7 Bronkoskopi

Di negara-negara berkembang dengan kemampuan diagnostik yang terbatas,

kasus-kasus TB paru pada daerah endemis dapat diberikan terapi empiris .Namun

jika memungkinkan, diagnosis definitif sebaiknya tetap didapatkan. Jika hasil

pemeriksaan bakteriologis tidak dijumpai kuman BTA, sedang dugaan yang

mengarah ke diagnosis adanya TB paru sangat kuat maka selanjutnya tindakan

bronkoskopi dapat menjadi langkah untuk menegakkan diagnostik. 6,22,

Bronkoskopi (bronkos = saluran napas, skopi = melihat) adalah tindakan

pemeriksaan untuk menilai saluran napas penderita dengan alat bronkoskopi. 23,24

Pertama kali diperkenalkan penggunaan bronkoskopi kaku (berupa pipa logam)

oleh Gustav Killian tahun 1897 dan kemudian dikembangkan oleh Chavalier Jackson

dan putranya

Awalnya Gustav killian melakukan bronkoskopi dengan menggunakan

laringoskop dan esofagoskop rigid, untuk mengambil benda asing pada bagian

proksimal bronkus utama kanan. Pada tahun 1963, Dr. Shigeto Ikeda

memperkenalkan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) (Gambar 2) yang tujuan

utamanya adalah sebagai alat diagnostik. 24,25,26,27

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

Gambar 1. Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL) 26

Sejak akhir tahun 1960 an BSOL telah menggantikan bronkoskopi rigid sebagai alat

untuk tindakan diagnostik dan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan tindakan yang invasif. Komplikasi dapat

terjadi mulai pada saat premedikasi, saat tindakan bronkoskopi maupun sesudahnya.

Berbagai komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

• Kesulitan melakukan intubasi

• Cedera pada trakea dan bronkus.

• Perdarahan.

• Spasmus pada bronkus dan laring.

• Aritmia:

o Sinus takikardia.

o Aritmia yang serius.

o Aritmia yang mengancam jiwa.

• Henti jantung.

• Pneumotoraks.

• Emfisema mediastinum. 23,26

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

Pasien yang akan dilakukan tindakan bronkoskopi umumnya diberikan

premedikasi dengan obat antikolinergik seperti atropine atau glikopirolat untuk

mengurangi resiko reaksi vasovagal (bradikardi) dan mengurangi sekresi jalan napas.

Diikuti dengan pemberian anestesi lokal pada saluran napas atas, laring dan

percabangan tracehobronkial secara topikal dan inhalasi dan secara bronkoskopi

dengan instilasi lidokain. 22,28

Tindakan pada bronkoskopi terdiri dari bronchoalveolar lavage (BAL),

bronchial washing (bilasan bronkus), bronchial brushing (sikatan bronkus),

transbronchial biopsy (biopsi transbronkial) dan postbronchoscopy sputum collection

(kumpulan dahak selama 24 jam setelah bronkoskopi 24,29

Kegunaan bonkoskopi dalam mendiagnosis TB adalah :

1. Bisa dilakukan pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan dahak

secara spontan

2. Merupakan cara mendapatkan diagnosis dengan cepat (melalui hapusan

langsung ataupun histopatologi).

Tetapi bronkoskopi juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu memerlukan

biaya yang lebih besar dibandingkan dahak spontan dan induksi, serta kemungkinan

adanya penularan pada pekerja kesehatan (operator bronkoskopi) 24

Gambaran yang dijumpai pada TB yang dapat dilihat melalui bronkoskopi

adalah inflamasi endobronkial dan didapati juga pembesaran kenjar limfe. Kelainan

yang dijumpai bisa berupa pembengkakkan mukosa, sekresi purulen atau darah,

terkadang granuloma, ulserasi pada percabangan bronkus atau segmen. Gambaran

inflamasi yang terjadi pada TB ini bisa kembali normal dengan kemoterapi atau

berubah menjadi jaringan parut (bronchial scarring) dan bisa pula menjadi stenosis

kontraktif.,29,30,31,32

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

2.7.1 Bronchoaveolar Lavage (BAL)

Tindakan BAL adalah salah satu teknik pengambilan sampel pada saat tindakan

bronkoskopi berlangsung. Tindakan BAL ditujukan untuk mengambil spesimen yang

berada pada ujung saluran nafas (alveolus) yang terkadang sudah mengendap. Cairan

yang didapat dari tindakan BAL ini sangat berguna karena dapat digunakan untuk

pemeriksaan mikrobiologi (hapusan BTA dan kultur mycobacterium tuberculosis), ,

jumlah sel dan diferensiasi, penyakit infeksi oportunistik pada penderita immuno-

compromised, tumor paru dan interstitial lung diseases, gambaran alveolar

proteinosis, gambaran terpapar debu seperti badan asbestos, silika, dan sel ganas.28,32

Melalui saluran yang ada pada bronkoskop, 20-50 ml cairan salin atau Ringer

dimasukkan kebagian ujung (scope) bronkoskop yang sudah diarahkan ke arah lesi

dan kemudian disedot. Tindakan ini diulang beberapa kali sampai di dapat jumlah

sample 100-300 ml dengan tujuan mendapatkan material yang cukup dari alveolus.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi maupun pemeriksaan lainnya seperti

pemeriksaan mikrobiologis. 24,29,30

Gambar 2. Contoh sampel BAL24

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gracia, dkk pada kasus TB yang

dilakukan bronkoskopi membandingkan antara kultur dari BAL, bilasan bronkial dan

setelah bronkoskopi, dengan kesimpulan kultur BAL positif pada 9 (53%) dari 17

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

kasus, kultur dari dahak setelah bronkoskopi positif pada 9 (53%) dari 17 kasus. Pada

penelitian Baughman dkk mendapatkan 68% positif dari hapusan BAL, sedangkan

kulktur BAL 92% positif. Kennedy dkk, menemukan antara hasil kultur dari BAL

dan kultur dahak setelah bronkoskopi yaitu 66% dari BAL dan 63% dari dahak. 23,29, 33

Penelitian yang dilakukan oleh Parwitasari Ririek dkk di RS. Dr. Soetomo

Surabaya (2007) pada 23 orang yang telah diperiksa hapusan dahak dengan hasil

BTA negatif, dijumpai 8 orang (38%) yang hasil hapusan cairan BAL dijumpai

kuman BTA positif. 14

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa hapusan dan kultur

dari BAL lebih unggul dibandingkan hapusan dan kultur dari bilasan bronkial ataupun

dari dahak setelah bronkoskopi.

Conde dkk (2000) yang melakukan pemeriksaan bronkoskopi pada penderita

HIV dan non HIV yang diduga menderita TB, tidak menjumpai perbedaan yang

bermakna saat dilakukan pemeriksaan hapusan dahak spontan yang di induksi dengan

pemeriksaan cairan BAL pada 202 peserta penelitian. 34

Penelitian oleh Kennedy, dkk (1992) pada pemeriksaan hapusan BTA cairan

BAL pada penderita HIV dan non-HIV, dari 67 penderita HIV dan 45 non-HIV yang

di duga menderita TB paru, (hasil pemeriksaan dahak spontan sebelum bronkoskopi

tidak dijumpai kuman BTA), dijumpai basil pada 23 orang (34%) hapusan dari BAL

menjadi positif pada penderita HIV, sedangkan pada non-HIV 20 (44%)33

Hendaknya sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi kepada penderita diberikan

informasi seperti prosedur, tujuan dan resiko tindakan bronkoskopi. Anemnesis

terhadap riwayat penyakit penderita perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan

adanya faktor risiko penyakit tertentu. Diperlukan juga pemeriksaan kardiopulmonal

dan foto toraks sebelum dilakukan tindakan bronkoskopi. Pemeriksaan seperti darah

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

lengkap, kimia klinik darah, waktu pembekuan (clotting time), prothrombin time, dan

hitung platelet juga sebaiknya dilakukan. Sedangkan pemeriksaan faal koagulasi

diperlukan pada penderita yang memakai antikoagulan, dimana dijumpai adanya

perdarahan aktif, penderita dengan kelainan darah, pada penderita dengan penyakit

hati, disfungsi ginjal, malabsorpsi, manutrisi atau kelainan pembekuan darah lainnya.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan sebelum dilakukan bronkoskopi ini

sifatnya tidak sama pada semua pasien.

Analisa gas darah dan faal paru sebaiknya dikerjakan sebelum bronkoskopi

karena bronkoskopi dapat menyebabkan edema mukosa bronkial dan mempengaruhi

hasil pemeriksaan faal paru.

Setiap penderita yang akan di bronkoskopi juga diminta untuk berpuasa (tidak

makan dan minum) selama minimal 6 jam. dan selama bronkoskopi oksigenasi

jaringan harus selalu diobeservasi dengan pemeriksaan pulse oxymetri sebelum dan

selama bronkoskopi. 23

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI TB PARU 2.2 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter II.pdf · 2.3 Mycobacterium Tuberculosis . Kuman tuberkulosis berbentuk

Sputum BTA (SPS)

KERANGKA KONSEP

- Gambaran Radiologis lesi luas, kavitas - Jumlah Kuman : 5000-10000/ml

Spesimen sampai ke alveolus Aspirasi dengan suction

BRONKOSKOPI (BAL)

TB Paru BTA (+)

BTA (+) BTA (-)

TB Paru

- Gambaran Radiologis lesi minimal, kavitas (-) - Jumlah Kuman : < 5000/ml - Tidak bisa mengeluarkan dahak secara optimal

TB Paru BTA (-)

Gejala Klinis Radiologis

Bukan kuman mycobakterium Jumlah kuman tidak ada/sedikit

Universitas Sumatera Utara