bab 2 landasan teori 2.1. pendekatan basis...

68
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis data 2.1.1. Pengertian Basis data Menurut Connolly (2005,p15), basis data adalah kumpulan data yang dihubungkan secara bersama-sama, dan gambaran dari data yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. Berbeda dengan sistem file yang menyimpan data secara terpisah, pada basis data, data tersimpan secara terintegrasi. Basis data bukan menjadi milik dari suatu departemen tetapi sebagai sumber daya perusahaan yang dapat digunakan bersama. Menurut Date (2004,11), basis data adalah kumpulan data yang yang digunakan oleh sistem aplikasi tertentu. Sedangkan sistem basisdata adalah sistem penyimpanan data yang terkomputerisasi dengan kata lain, merupakan sistem terkomputerisasi yang bertujuan untuk menyimpan informasi dan mengijinkan pengguna untuk mengambil dan mengubah informasi tersebut sesuai kebutuhan. Menurut O'Brien (2003, p145), basis data adalah sebuah kumpulan yang terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara logikal. Elemen data mendeskripsikan entitas entitas dan hubungan antar entitas.

Upload: truongthuy

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

  

 

10 

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pendekatan Basis data

2.1.1. Pengertian Basis data

Menurut Connolly (2005,p15), basis data adalah kumpulan data

yang dihubungkan secara bersama-sama, dan gambaran dari data yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.

Berbeda dengan sistem file yang menyimpan data secara terpisah, pada

basis data, data tersimpan secara terintegrasi. Basis data bukan menjadi

milik dari suatu departemen tetapi sebagai sumber daya perusahaan yang

dapat digunakan bersama.

Menurut Date (2004,11), basis data adalah kumpulan data yang

yang digunakan oleh sistem aplikasi tertentu. Sedangkan sistem basisdata

adalah sistem penyimpanan data yang terkomputerisasi dengan kata lain,

merupakan sistem terkomputerisasi yang bertujuan untuk menyimpan

informasi dan mengijinkan pengguna untuk mengambil dan mengubah

informasi tersebut sesuai kebutuhan.

Menurut O'Brien (2003, p145), basis data adalah sebuah

kumpulan yang terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara

logikal. Elemen data mendeskripsikan entitas entitas dan hubungan antar

entitas.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

11  

  

Menurut Mannino (2004, p7), database adalah bahasa dan alat-alat

grafis untuk mendefinisikan entity-entity, hubungannya, integrity

constraints, dan hak otorisasi.

2.1.2. Sistem Manajemen Basis data

Definisi Database Management System (DBMS) menurut

Connolly (2005, p16) adalah suatu sistem perangkat lunak yang

memungkinkan user untuk mendefinisikan (define), membuat (create),

memelihara (maintain) database, dan menyediakan kendali (control)

dalam mengakses database.

Menurut Connolly (2005, p16), Fasilitas - fasilitas DBMS

menyediakan fasilitas-fasilitas berikut:

a. Mendefinisikan database, biasanya menggunakan suatu Data

Definition Language (DDL) yang berguna untuk memberikan

fasilitas kepada user untuk mendeklarasikan tipe data, struktur

dan isi data yang disimpan ke dalam database tersebut.

b. Memperbolehkan user untuk menambah data (insert),

mengubah data (update), menghapus data (delete), dan

menemukan data (retrieve). Biasanya dengan menggunakan

suatu Data Manipulation Language (DML). Biasanya ada

suatu fasilitas untuk melayani pengaksesan data yang disebut

sebagai Query Language. Bahasa query yang paling diakui

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

12  

  

adalah Structured Query Language (SQL), yang secara de

facto merupakan standar bagi DBMS.

c. Selain itu terdapat juga fungsi-fungsi untuk pengendalian

database. Contohnya :

1) Sistem keamanan (Security system), untuk mencegah user

yang tidak berwenang untuk mengakses file-file yang

bukan haknya.

2) Sistem terintegrasi (Integrity system), untuk menjaga

konsistensi data.

3) Sistem kontrol (Concurrency control system), untuk

mengijinkan data dapat dipakai bersama-sama oleh user-

user lainnya.

4) Sistem kontrol pengembalian (Recovery control system),

untuk memperbaiki data-data jika sebelumnya terjadi

kerusakan-kerusakan pada perangkat keras atau perangkat

lunak.

5) Katalog yang dapat diakses user (User accessible

catalog), suatu catatan dari deskripsi data-data dalam

database.

Menurut Connolly (2005, p18), DBMS memiliki 5 komponen

utama, yaitu:

Perangkat keras (Hardware)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

13  

  

DBMS membutuhkan perangkat keras untuk menjalankannya.

Contoh : single personal computer, single mainframe

Perangkat lunak (Software)

Karena seluruh kendali DBMS akan dilakukan oleh program

aplikasi maka DBMS harus dapat dihubungkan ke program-

program aplikasinya.

Data

Data yang digunakan oleh suatu organisasi harus didesain

sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan.

Prosedur (procedures)

Perintah-perintah yang harus dilakukan untuk menjalankan

DBMS ini.

Faktor manusia (People)

Komponen terakhir adalah pengguna(user) yang berkaitan dengan

sistem. Faktor manusia yang terlibat dengan sistem, termasuk

dalamnya adalah : database administrator, perancang database,

pengembang aplikasi dan pemakai akhir.

Komponen-komponen dalam lingkungan DBMS dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

14  

  

Gambar 2.1 Komponen-komponen dalam lingkungan DBMS

(Sumber : Connolly (2005, p19))

Menurut Connolly (2005, p26), DBMS memiliki berbagai

keuntungan, sayangnya penggunaan DBMS masih memiliki kelemahan.

Penyimpanan data dalam bentuk DBMS mempunyai banyak

manfaat dan kelebihan dibandingkan dengan penyimpanan dalam bentuk

flat file atau spreadsheet, di antaranya :

1. Dapat menghindari data-data sama yang disimpan berulang

kali (Control of data redundancy).

2. Data menjadi lebih konsisten (Data consistency).

3. Bisa didapat informasi yang lebih banyak dari kumpulan data-

data yang sama, dengan permasalahan tertentu(More

information from the same amount of data).

4. Data-data yang sama dapat digunakan bersama-sama oleh

user-user yang berbeda-beda (Sharing of data).

5. Meningkatkan keterkaitan antar data (Improved data

integrity).

6. Meningkatkan keamanan (Improved security).

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

15  

  

7. Membuat suatu standar (Enforcement of standards).

8. Meningkatkan efisiensi kebutuhan (Economy of scale).

9. Kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda dapat dipenuhi

dengan mudah (Balance of conflicting requirements).

10. Meningkatkan kemampuan akses data dan kecepatan

prosesnya (Improved data accessibility and responsiveness).

11. Meningkatkan produktivitas (Increased productivity).

12. Memudahkan perawatan data (Improved maintenance through

data independence).

13. Meningkatkan keamanan pada data yang dipakai bersama-

sama (Increased concurrency).

14. Mempermudah fungsi back-up dan recovery (Improved

backup and recovery services).

Selain keuntungan juga terdapat kelemahan dari DBMS

dibanding File Based System :

1. Proses di dalamnya lebih rumit (Complexity).

2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan oleh

masing-masing file pada File Based System (Size).

3. Harganya lebih mahal (Cost of DBMS).

4. Membutuhkan biaya tambahan untuk perangkat keras jika

DBMS yang digunakan menuntut penggunaan jenis perangkat

keras tertentu (Additional hardware costs).

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

16  

  

5. Membutuhkan proses-proses tambahan jika ingin mengubah

format-format data dari suatu jenis DBMS ke DBMS jenis

lain (Cost of conversion).

6. Kinerja aplikasi tidak berjalan cepat seperti seharusnya karena

adanya DBMS (Performance).

7. Dampak yang lebih berat jika terjadi kesalahan (Higher

impact of a failure).

2.1.3. Structure Query Language

Menurut Connoly (2005,p113), Structure Query Language (SQL)

adalah contoh dari transform oriented language, atau sebuah bahasa yang

didesai untuk menggunakan hubungan untuk mentransformasikan input

menjadi outuput yang dibutuhkan. Sebagai sebuah bahasa, standar ISO

SQL mempunyai dua komponen utama yaitu :

1. DDL - Data Definition Language

Merupakan kumpulan perintah SQL yang digunakan untuk

membuat, mengubah dan menghapus struktur dan definisi

metadata dari objek-objek database.

2. DML - Data Manipulation Language

Merupakan kumpulan perintah SQL yang digunakan untuk

pengolahan isi data di dalam tabel seperti memasukkan,

merubah dan menghapus isi data dan tidak terkait dengan

perubahan struktur dan definisi tipe data dari objek database.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

17  

  

2.1.3.1. Data Definition Language

Menurut Connolly (2005, p40), DDL adalah suatu bahasa

yang memperbolehkan Database Administrator (DBA) atau user

untuk mendefinisikan entity, attribute, dan relationship yang

dibutuhkan oleh suatu aplikasi serta menambahkan fungsi-fungsi

khusus tertentu untuk mempermudah atau meningkatkan

keamanan datanya.

DDL adalah kumpulan perintah SQL yang digunakan

untuk membuat (create), mengubah (alter) dan menghapus (drop)

struktur dan definisi tipe data dari objek-objek database.

Hasil kompilasi dari DDL adalah seperangkat tabel yang

disimpan dalam file spesial yang dinamakan sistem katalog.

Sistem katalog ini mengintegrasikan meta-data, data yang

menggambarkan objek dalam basisdata dan membuatnya lebih

mudah untuk diakses.

2.1.3.2. Data Manipulation Language

Menurut Connolly (2005, p40), DML adalah suatu bahasa

yang melakukan operasi-operasi standar pada data yang ada di

dalam database.

Pengoperasian data yang akan dimanipulasi biasanya

meliputi :

1. Penambahan data baru ke dalam database

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

18  

  

2. Mengubah data yang disimpan ke dalam database

3. Pemanggilan data yang terdapat di dalam database

4. Penghapusan data dari database.

DML sendiri adalah kumpulan perintah SQL yang

berhubungan dengan pekerjaan mengolah data di dalam table dan

tidak terkait dengan perubahan struktur dan definisi tipe data dari

objek database seperti table, column, dan sebagainya.

DML dibedakan menjadi dua tipe yaitu:

1. DML prosedural adalah bahasa yang

memungkinkan pengguna untuk memberi instruksi

ke sistem mengenai data yang dibutuhkan dan cara

pengambilan data.

2. DML non prosedural adalah bahasa yang

memungkinkan pengguna untuk menentukan data

apa yang dibutuhkan daripada bagaimana data

tersebut diambil.

2.1.4. Siklus Hidup Aplikasi Basis data

Basis data merupakan komponen dasar dari sebuah sistem

informasi dan pengembangan serta penggunaannya sebaiknya dipandang

dari perspektif kebutuhan-kebutuhan organisasi yang besar. Oleh karena

itu siklus hidup sebuah sistem informasi organisasi berhubungan dengan

siklus hidup sistem basis data yang mendukungnya. Oleh karena itu

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

19  

  

perancangan basis data sangat penting untuk mendukung objektifitas dan

operasi-operasi perusahaan.

Siklus hidup aplikasi basis data menurut conolly terdiri dari 11

langkah yaitu Database planning, System Definition, Requirements

collection and analysis, Database design, DBMS selection (optional),

Application design, Prototyping (optional), Implementation, Data

conversion and loading, Testing, dan Operational maintenance

Berikut adalah gambar Siklus Hidup Aplikasi Basis Data.

Gambar 2.2 Siklus Hidup Aplikasi Basis Data. (Sumber: Connolly (2005,p284))

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

20  

  

2.1.4.1. Database planning

Tahapan ini merencanakan bagaimana langkah-langkah

dalam daur hidup basis data agar dapat diwujudkan seefisien dan

seefektif mungkin. Langkah pertama yang paling penting dalam

perencanaan basis data adalah menggambarkan dengan jelas

mission statement dari proyek basis data, kemudian menentukan

mission objectives di mana tiap-tiap mission objectives dapat

mengidentifikasi tugas-tugas tertentu yang didukung oleh basis

data. Perencanaan basis data harus dapat diintegrasikan dengan

keseluruhan strategi sistem informasi suatu organisasi.

2.1.4.2. System definition

Definisi sistem adalah mendeskripsikan jangkauan dan

batasan dari aplikasi basis data dan pandangan-pandangan utama

para pengguna aplikasi. Sebelum mendesain suatu aplikasi basis

data, terlebih dahulu mengindentifikasikan batasan-batasan dari

sistem yang sedang diteliti dan bagaimana kaitannya dengan

bagian lain dari sistem informasi perusahaan. Hal tersebut

dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada pengguna utama

basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

aplikasi.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

21  

  

2.1.4.3. Requirement collection and analysis

Analisis dan pengumpulan kebutuhan merupakan

proses pengumpulan dan analisis informasi tentang bagian

perusahaan yang akan didukung oleh aplikasi basis data,

dan menggunakan informasi ini untuk

mengindentifikasikan kebutuhan pengguna aplikasi

terhadap sistem baru.

Informasi yang dikumpulkan diantaranya :

1. Penjabaran dari data yang digunakan.

2. Detail mengenai bagaimana data digunakan.

3. Kebutuhan tambahan apapun untuk aplikasi

basis data yang baru.

Informasi ini kemudian dianalisis untuk

mengindentifikasikan kebutuhan yang dimasukkan untuk

aplikasi basis data yang baru. Ada 3 macam pendekatan

untuk mengatur kebutuhan dari sebuah aplikasi basis data

dengan berbagai cara pandang pengguna, yaitu :

a. Pendekatan Centralized, kebutuhan untuk tiap

pandangan pengguna disatukan menjadi satu set

kebutuhan untuk aplikasi basis data. Umumnya

pendekatan ini dipakai jika basis datanya tidak

terlalu kompleks.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

22  

  

b. Pendekatan View Integration, kebutuhan untuk

tiap pandangan pengguna digunakan untuk

membangun sebuah model data terpisah yang

merepresentasikan tiap pandangan. Hasil dari data

model tersebut kemudian disatukan di bagian

desain basis data.

c. Kombinasi keduanya.

2.1.4.4. Database design

Menurut Connolly (2005, p285), perancangan basis data

merupakan proses pembuatan desain untuk basis data yang akan

mendukung operasional dan sasaran suatu perusahaan.

Ada 2 pendekatan untuk mendesain sebuah basis data,

yaitu :

a. Pendekatan bottom-up, dimulai pada tingkat awal dari atribut

(properti dari entitas dan relasi), melalui analisis dari asosiasi

antar atribut, dikelompokkan menjadi hubungan yang

merepresentasikan jenis-jenis entitas dan hubungan antar

entitas. Pendekatan ini cocok untuk mendesain basis data

yang sederhana dengan jumlah atribut yang tidak banyak.

b. Pendekatan top-down, digunakan pada basis data yang lebih

kompleks. Dimulai dengan pengembangan dari model data

yang mengandung beberapa entitas dan hubungan tingkat

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

23  

  

tinggi, kemudian menggunakan perbaikan top-down berturut-

turut untuk mengindentifikasikan entitas, hubungan dan

atribut relational tingkat rendah. Pendekatan ini biasanya

digambarkan melalui ER (Entity Relationship).

Pada tahap ini ada bagian yang disebut data modeling,

digunakan untuk membantu pemahaman dari data dan untuk

memudahkan komunikasi tentang kebutuhan informasi.

Kriteria untuk model data, yaitu :

1. Structural validity, konsistensi dengan cara yang

didefinisikan perusahaan dalam menyusun informasi.

2. Simplicity, kemudahan untuk pemahaman baik bagi yang

profesional di bidang sistem informasi maupun pengguna

yang non teknis.

3. Expressibility, kemampuan untuk membedakan antara

data yang berbeda dan hubungan antar data.

4. Non redundancy, pembuangan informasi yang tak ada

hubungannya khususnya, representasi dari tiap potongan

informasi tepatnya hanya sekali.

5. Share ability, tidak spesifik untuk aplikasi dan teknologi

khusus apapun sehingga dapat digunakan oleh banyak

orang.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

24  

  

6. Extensibility, kemampuan pengembangan untuk

mendukung kebutuhan baru dengan efek yang minimal

bagi pengguna yang ada.

7. Integrity, konsistensi terhadap cara yang digunakan

perusahaan dalam mengatur informasi.

8. Diagrammatic representation, kemampuan untuk

merepresentasikan sebuah model menggunakan notasi

diagram yang dapat dipahami dengan mudah.

2.1.4.5. DBMS Selection

Menurut Connolly (2005, p295), pemilihan DBMS

merupakan pemilihan DBMS yang sesuai untuk mendukung

aplikasi basis data.

Sesuai dengan Connolly (2005, p296), DBMS Selection

mencakup 4 hal yaitu :

1. Mendefinisikan syarat-syarat referensi studi.

2. Mendaftar 2 atau 3 jenis produk.

3. Mengevaluasikan produk.

4. Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan.

2.1.4.6. Application Design

Menurut Connolly dan Begg (2005, 299), perancangan

aplikasi adalah merancang antarmuka pengguna (user interface)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

25  

  

dan program aplikasi, yang akan memproses basis data. Dalam

perancangan aplikasi harus memastikan semua pernyataan

fungsional dari spesifikasi kebutuhan pengguna (user requirement

specification) yang menyangkut perancangan aplikasi program

yang mengakses basis data dan merancang transaksi yaitu cara

akses ke basis data dan perubahan terhadap isi basis data

(retrieve, update dan kegiatan keduanya). Antarmuka yang

dirancang harus memberikan informasi yang dibutuhkan,

sehingga pengguna aplikasi mudah mempelajari dan mudah

menggunakannya.

2.1.4.7. Prototyping

Menurut Connolly dan Begg (2005, p304), prototyping

merupakan pembuatan model kerja dari aplikasi basis data, yang

membolehkan perancang atau user untuk mengevaluasi hasil

akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun fungsi yang dimiliki

sistem.

Tujuan utama dari prototyping yaitu :

1. Menuntun user menggunakan prototype untuk

mengidentifikasikan fitur-fitur agar sistem berjalan dengan

baik.

2. Sebagai sarana pengembangan atau mungkin menambah fitur

baru pada aplikasi basis data.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

26  

  

Ada 2 strategi prototyping yang umum digunakan

sekarang yaitu :

1. Requirement prototyping, menggunakan prototype untuk

menetapkan kebutuhan dari tujuan aplikasi basis data. Ketika

kebutuhan sudah terpenuhi, prototype tidak digunakan lagi

atau dibuang (discard).

2. Evolutionary prototype, menggunakan prototype untuk

menetapkan kebutuhan yang selanjutnya dikembangkan

menjadi aplikasi basis data yang bekerja.

2.1.4.8. Implementation

Menurut Connolly dan Begg (2005, p304), pengertian

implementasi yaitu membuat definisi basis data secara eksternal,

konseptual, dan internal termasuk program aplikasi. Implementasi

merupakan realisasi dari basis data dan perancangan aplikasi.

Implementasi basis data dicapai menggunakan Data Definition

Language (DDL) dari DBMS yang dipilih atau Graphical User

Interface (GUI). Pandangan pengguna (userview) lainnya juga

diimplementasikan dalam tahapan ini. Bagian lain aplikasi

program adalah transaksi basis data yang diimplementasikan

dengan meggunakan Data Manipulation Language (DML) dari

sasaran DBMS.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

27  

  

2.1.4.9. Data conversion and loading

Menurut Connolly dan Begg (2005, 305), konversi data

dan pemuatan mencakup pengambilan data dari sistem yang lama

untuk dipindahkan ke dalam sistem yang baru. Tahapan ini

memungkinkan pengembang (developer) untuk mengkonversi

dan meggunakan aplikasi program lama untuk digunakan pada

sistem baru. Ketika conversion and loading dibutuhkan,

prosesnya harus direncanakan untuk memastikan kelancaran

transaksi untuk keseluruhan operasi.

2.1.4.10. Testing

Menurut Connolly dan Begg (2005, p305), testing adalah

proses menjalankan aplikasi untuk menemukan kesalahan-

kesalahan. Sebelum digunakan, aplikasi basis data yang baru

dikembangkan harus diuji secara menyeluruh. Dalam kenyataan

testing tidak luput dari kesalahan. Di dalam merancang basis data,

user dari sistem baru seharusnya terlibat di dalam proses testing.

Jika data yang asli digunakan, perlu backup untuk mengantisipasi

kesalahan. Setelah testing selesai, sistem aplikasi siap digunakan

oleh pengguna.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

28  

  

2.1.4.11. Operational Maintenance

Menurut Connolly dan Begg (2005, 306), operational

maintenance adalah proses memantau dan memelihara sistem

setelah diinstall. Pada tahap ini sistem beralih ke tahapan

pemeliharaan. Yang termasuk aktivitas dari tahapan pemeliharaan

diantaranya :

1. Memantau kinerja dari sistem.

2. Pemeliharaan dan upgrade aplikasi basis datanya (jika

diperlukan).

2.1.5. Entity-Relationship Modelling

Entity-Relationship Modelling merupakan salah satu model yang

dapat memastikan pemahaman yang tepat terhadap data dan bagaimana

penggunaannya di dalam suatu organisasi (Connolly dan Begg, 2005,

p342). ER Modeling merupakan pendekatan top-down pada perancangan

basis data yang dimulai dengan identifikasi entitas dan relasi antar data

yang harus direpresentasikan di dalam model, dan kemudian

ditambahkan atribut dan setiap constraint pada entitas, relasi, dan

atributnya.

Secara umum simbol yang digunakan untuk ER diagram adalah

sebagai berikut :

- Persegi panjang mewakili himpunan entitas.

- Ellips mewakili atribut.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

29  

  

- Jajaran genjang mewakili relasi antar entitas.

- Garis penghubung antara entitas dengan relasi, maupun antara relasi

dengan himpunan atributnya.

2.1.5.1. Entity types

Menurut Connoly (2005,p343), konsep dasar dari model

ER adalah entity types yaitu kumpulan dari objek-objek dengan

sifat (property) yang sama, yang diidentifikasi oleh enterprise

karena keberadaannya yang bebas (independent existence).

Keberadaan objek-objeknya dapat berupa fisik, seperti entity

pegawai, rumah dan pelanggan, maupun berupa abstrak, seperti

entity penjualan, pembelian dan peminjaman. Entity occurences,

yaitu pengidentifikasian objek yang unik dari sebuah tipe entitas.

entity types adalah kumpulan objek yang mempunyai karakteristik

yang sama, dimana telah diidentifikasi oleh perusahaan.

Menurut Silberschatz (2002,p28), entity types adalah

kumpulan dari entity yang memiliki tipe dan karakteristik yang

sama.

Menurut Connoly (2005,p354), Entity dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

1. Strong Entity : entity yang keberadaannya tidak

tergantung kepada entity lain.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

30  

  

2. Weak entity : entity yang keberadaannya tergantung dari

entity lain .

Contohnya adalah entitas penjualan dan barang. Di mana

barang merupakan strong entity dan penjualan merupakan weak

entity karena keberadaan entitas penjualan tergantung dari entitas

barang.

2.1.5.2. Relationship types

Menurut Connoly (2005,p346), Relationship types adalah

kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti antara tipe entity

yang ada. Relationship occurencess, yaitu keterhubungan yang

diidentifikasikan secara unik yang meliputi keberadaan tiap tipe

entity yang berpartisipasi.

Menurut Connoly (2005,p346), Degree of Relationship

yaitu jumlah tipe entitas yang ada dalam suatu relationship.

Derajat relasi terdiri dari :

1. Binary Relationship

Keterhubungan antar dua tipe entitas.

2. Ternary Relationship

Keterhubungan antar tiga tipe entitas.

3. Quaternary Relationship

Keterhubungan antar empat tipe entitas.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

31  

  

4. Recursive Relationship

Keterhubungan antar satu tipe entitas, dimana tipe entitas

tersebut berpartisipasi lebih dari satu kali dengan peran

yang berbeda. Kadang disebut juga unary relationship.

2.1.5.3. Attributes

Menurut Connoly (2005,p350), atribut merupakan sifat-

sifat (property) dari sebuah entity atau tipe relationship. Atribut

domain adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu

atau lebih atribut.

Macam-macam atribut :

1. Simple attribute, yaitu atribut yang terdiri dari satu

komponen tunggal dengan keberadaan yang independen

dan tidak dapat dibagi menjadi yang lebih kecil lagi.

Dikenal juga dengan nama atomic attribute.

2. Composite attribute, yaitu atribut yang terdiri dari

beberapa komponen, dimana masing-masing komponen

memiliki keberadaan yang independen.

3. Single-value attribute, yaitu atribut yang mempunyai nilai

tunggal untuk setiap kejadian dari tipe entity.

4. Multi-value attribute, yaitu atribut yang mempunyai

beberapa nilai untuk setiap kejadian dari tipe entity.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

32  

  

5. Derived attribute, yaitu atribut yang memiliki nilai yang

dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya yang

berhubungan, dan tidak harus berasal dari tipe entitas yang

sama.

2.1.5.4. Keys

Menurut Connoly (2005,p352), penentuan kunci (key)

merupakan hal yang paling esensial pada basis data relasional.

Kunci bukan hanya sebagai alat untuk mengakses suatu baris

tertentu, tetapi sekaligus juga menjadi pengenal unik dalam suatu

tabel. Akan tetapi perlu juga diketahui bahwa tidak semua kunci

dapat menjadi pengenal yang unik karena terdapat beberapa

istilah kunci. Kunci dapat berupa sebuah atribut atau gabungan

dari beberapa atribut.

Berikut ini adalah penjelasan jenis-jenis kunci yang

digunakan:

1. Candidate key, yaitu jumlah minimal atribut-atribut yang

dapat mengidentifikasi setiap kejadian/record dari tipe

entity secara unik.

2. Primary key, yaitu candidate key yang dipilih untuk

mengidentifikasikan setiap kejadian/record dari suatu tipe

entity secara unik.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

33  

  

3. Composite key, yaitu candidate key yang terdiri dari dua

atau lebih atribut.

4. Alternate key, adalah setiap candidate key yang tidak

terpilih menjadi primary key atau biasa disebut dengan

secondary key.

5. Foreign key, adalah sebuah primary key pada sebuah

entity yang digunakan pada entity lainnya untuk

mengidentifikasi sebuah relationship.

2.1.5.5. Structural Constraint

Menurut Connoly (2005,p356), batasan utama pada

relationship disebut multiplicity, yaitu jumlah dari kejadian yang

mungkin terjadi pada suatu tipe entity yang terhubung ke satu

kejadian dari tipe entity lain yang berhubungan melalui suatu

relationship. Relationship yang paling umum adalah binary

relationship.

Macam-macam binary relationship yaitu :

1. One-to-one (1:1)

2. One-to-many (1:*)

3. Many-to-many (*:*)

Menurut Connoly (2005,p363), multiplicity dibentuk dari

dua macam batasan pada relationship yaitu : untuk complex

relationship:

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

34  

  

• Cardinality adalah nilai maksimum dari

relationship occurences yang mungkin terjadi untuk

sebuah entitas yang ikut serta pada suatu tipe relasi.

• Participation, menentukan apakah semua

atau beberapa entity occurrence yang ikut serta dalam

sebuah relasi.

Participation constraint dibagi menjadi :

1. Mandatory participation, melibatkan semua entity

occurence pada relasi tertentu.

2. Optional participation, melibatkan beberapa entity

occurence pada relasi tertentu.

2.1.6. Metodologi Perancangan Basis data

Perancangan basis data merupakan proses menciptakan

perancangan untuk basis data yang akan mendukung operasi dan tujuan

perusahaan (Connolly,2005,p285)..

Perancangan basis data dibagi dalam 3 tahap yaitu:

1. Perancangan Konseptual / Conceptual database design

2. Perancangan Logikal / Logical Database Design

3. Perancangan Fisikal / Physical Database Design

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

35  

  

2.1.6.1. Perancangan Konseptual / Conceptual Database Design

Menurut Connolly (2005, p293), perancangan konseptual

adalah proses membangun suatu model berdasarkan informasi

yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi, tanpa

pertimbangan perencanaan fisik.

Langkah 1 : Membuat Model Data Konseptual

Bertujuan untuk membangun sebuah model data

konseptual lokal dari sebuah perusahaan untuk setiap view

yang spesifik. Data model konseptual mencakup :

- Entity

- Relationship

- Attribute dan attribute domain

- Primary key dan Alternate key

- Integrity Constraints

Pembuatan conceptual database design untuk setiap view

terdiri dari 9 langkah.

Menurut Connoly (2005,p1327), ada 9 langkah pada

pembuatan model data konseptual:

Langkah 1.1. Mengidentifikasi entity types

Bertujuan untuk menentukan entity types utama

yang dibutuhkan. Menentukan entity dapat dilakukan

dengan memeriksa user’s requirement specification.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

36  

  

Setelah terdefinisi, entitas diberikan nama yang tepat dan

jelas seperti mahasiswa, dosen, mata_kuliah.

Langkah 1.2. Mengidentifikasikan relationship types

Bertujuan untuk mengidentifikasi suatu relasi yang

penting yang ada antar entitas yang telah diidentifikasi.

Nama dari suatu relasi menggunakan kata kerja seperti

mempelajari, memiliki mempunyai dan lain-lain.

Langkah 1.3. Mengidentifikasi dan menghubungkan attribute

dengan entity atau relationship types

Bertujuan untuk menghubungkan atribut dengan

entitas atau relasi yang tepat. Dalam langkah ini juga

dilakukan indentifikasi simple/composite attribute,

single/multi-valued attribute dan derived attribute.

Langkah 1.4. Menentukan attribute domain

Bertujuan untuk menentukan domain atribut dalam

model data konseptual. Domain adalah sekumpulan nilai

dari satu atau lebih atribut yang menggambarkan nilainya.

Contohnya yaitu menentukan nilai atribut jenis_kelamin

pada entitas mahasiswa dangan ‘M’ atau ‘F’ atau nilai

atribut sks pada entity mata_kuliah dengan ‘1’, ’2’, ‘3’

dan ‘4’.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

37  

  

Langkah 1.5. Menentukan atribut candidate, primary key.

Bertujuan untuk mengidentifikasi candidate key

pada setiap entity dan memilih primary key jika ada lebih

dari satu candidate key. Pemilihan primary key didasari

pada panjang dari atribut dan keunikan key di masa

datang.

Langkah 1.6. Mempertimbangkan penggunaan enhance

modeling concepts (optional)

Pada langkah ini bertujuan untuk menentukan

specialization, generalization, aggregation, composition.

Di mana masing-masing pendekatan dapat dilakukan

sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Specialization dan generalization adalah proses

dalam mengelompokan beberapa entitas dan

menghasilkan entitas yang baru. Beda dari keduanya

adalah cara pendekatannya, di mana spesialisasi

menggunakan pendekatan top-down dan generalisasi

menggunakan pendekatan bottom-up.

Specialization adalah proses memaksimalkan

perbedaan antar anggota entitas dengan mengidentifikasi

sifat - sifat yang membedakan satu sama lain.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

38  

  

Generalization adalah proses meminimalkan

perbedaan antar anggota entitas dengan mengidentifikasi

sifat - sifat yang sama satu dengan yang lain.

Aggregation menggambarkan relasi ‘memiliki’

atau ‘bagian-dari’ antar tipe entitas dimana suatu relasi

hanya akan ada jika telah ada relasi lainnya.

Composition adalah suatu bentuk aggregation

yang spesifik yang mewakili asosiasi antar entitas dimana

ada kepemilikan yang kuat dan ada hubungan – hubungan

antara ‘keseluruhan’ dan ‘bagian’nya

Langkah 1.7. Mengecek redundansi

Bertujuan untuk memeriksa conceptual model

untuk menghindari dari adanya informasi yang redundan.

Yang dilakukan pada langkah ini adalah :

• Memeriksa kembali one-to-one relationship.

Setelah entitas diidentifikasikan maka

kemungkinan ada dua entitas yang mewakili satu

objek. Untuk itu dua entitas tersebut harus di-

merger bersama. Dan jika primary key-nya

berbeda maka harus dipilih salah satu dan lainnya

dijadikan alternate key.

• Menghilangkan relasi yang redundan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

39  

  

Untuk menekan jumlah model data, maka

relasi data yang redundan harus dihilangkan.

Langkah 1.8. Validasi conceptual model terhadap transaksi.

Bertujuan untuk menjamin bahwa conceptual data

model mendukung kebutuhan transaksi pengguna. Dengan

menggunakan model yang telah divalidasi tersebut, dapat

digunakan untuk melaksanakan operasi secara manual.

Ada dua pendekatan yang mungkin untuk menjamin

bahwa local conceptual data model mendukung

kebutuhan transaksi yaitu :

• Mendeskripsikan transaksi secara detail

Memeriksa seluruh informasi (entitas,

relasi, dan atribut) yang diperlukan pada setiap

transaksi yang disediakan oleh model dengan

mendokumentasikan penggambaran dari tiap

kebutuhan transaksi.

• Mengunakan transaktion pathways

Pendekatan ini untuk validasi model data

terhadap transaksi yang dibutuhkan termasuk

representasi diagram jalur yang digunakan oleh

setiap transaksi langsung pada diagram ER.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

40  

  

Langkah 1.9. Review conceptual data model dengan pengguna.

Bertujuan untuk melihat kembali model data

konseptual dan memastikan bahwa data model tersebut

sudah benar.

2.1.6.2. Perancangan Logikal / Logical Database Design

Logical database design adalah proses pembuatan suatu

model informasi yang digunakan pada perusahan berdasarkan

pada model data yang spesifik, tetapi tidak tergantung dari

Database Management System (DBMS) yang khusus dan

pertimbangan fisik yang lain (Connolly,2005,p294).

Logical database design terdiri dari 2 langkah, yaitu:

1. Pembuatan dan validasi local logical data model untuk

view.

2. Pembuatan dan validasi global logical data model.

Langkah 2 : Membuat dan validasi model data logikal

Bertujuan untuk membuat local logical data model dari

local conceptual data model yang mempresentasikan pandangan

khusus dari perusahaan dan memvalidasi model tersebut untuk

menjamin kebenaran strukturnya (dengan menggunakan teknik

normalisasi) dan menjamin bahwa model tersebut mendukung

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

41  

  

kebutuhan transaksi. Pembuatan dan validasi local logical data

model untuk view terdiri dari 6 langkah.

Menurut Connoly (2005,p1328), ada 7 langkah pada tahap

pembuatan dan validasi model data logikal:

Langkah 2.1 Penurunan Relasi untuk Model Data Logikal

Membuat relasi dari model data konseptual, untuk

merepresentasikan entitas, relasi, dan atribut yang telah

ditentukan. Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana

memetakan entitas, relasi, dan atribut sebuah relasi

Gambar 2.3 Summary of how to map entities and relationships to relations.

(Sumber : Connolly (2005, p1328))

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

42  

  

Gambar 2.4 Guidelines for the representation of a superclass/subclass

relationship based on the participation and disjoint constraints

. (Sumber : Connolly (2005, p1329))

Langkah 2.2 Validasi Relasi Menggunakan Normalisasi

Validasikan relasi pada model data logikal menggunakan

teknik normalisasi. Teknik normalisasi akan dibahas lebih lanjut

pada poin 2.1.7. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan

tiap-tiap relasi setidaknya berada dalam bentuk 3NF (Third

Normal Form).

Dengan menggunakan normalisasi, maka model yang

dihasilkan mendekati model dari kebutuhan perusahaan, konsisten

dan memiliki sedikit redundansi dan stabilitas yang maksimum

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

43  

  

Langkah 2.3 Validasi Relasi Terhadap Transaksi User

Memastikan relasi dalam model data logikal telah

mendukung transaksi yang dibutuhkan. Bertujuan untuk

menjamin bahwa relasi dalam model logikal tersebut mendukung

user’s requirements specification secara detail. Selain itu juga

untuk meyakinkan bahwa tidak ada kesalahan yang muncul

sewaktu membuat suatu relasi.

Langkah 2.4 Memeriksa integrity constraints

Menentukan integrity constraints, di mana mencakup

pemeriksaan kelengkapan Required data, Attribute domain

constraints, Multiplicity, Entity integrity, Referential

integrity,General Constraints.

Langkah 2.5 Mereview logical data model dengan user

Pastikan user menyetujui model data logikal merupakan

representasi nyata terhadap persyaratan data perusahaan.

Langkah 2.6 Mempertimbangkan Perkembangan di masa

depan

Menentukan apakah ada kemungkinan terjadi perubahan

yang besar di masa depan, dan menilai apakah model data logikal

dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

44  

  

Langkah 2.7 Melakukan pemilihan DBMS

Menurut Connolly (2005, p295), pemilihan DBMS

merupakan pemilihan DBMS yang sesuai untuk mendukung

aplikasi basis data.

Sesuai dengan Connolly (2005, p296), DBMS Selection

mencakup 4 hal yaitu :

1. Mendefinisikan syarat-syarat referensi studi.

2. Mendaftar 2 atau 3 jenis produk.

3. Mengevaluasikan produk.

4. Merekomendasikan pilihan dan membuat laporan.

2.1.6.3. Perancangan Fisikal / Physical Database Design

Physical database design adalah suatu proses untuk

menghasilkan gambaran dari implementasi basis data pada tempat

penyimpanan, menjelaskan dasar dari relasi, organisasi file dan

indeks yang digunakan untuk efisiensi data dan menghubungkan

beberapa integrity constraints dan tindakan keamanan

(Connolly,2005,p294).

Physical database design terdiri dari 6 langkah(yang akan

menjadi langkah 3-8), yaitu:

1. Menerjemahkan global logical data model untuk target

DBMS.

2. Merancang representasi physical.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

45  

  

3. Merancang pandangan pengguna.

4. Merancang keamanan.

5. Mempertimbangkan pengenalan dan redundansi kontrol.

6. Memonitor dan memasang sistem operasi.

Langkah 3 : Menerjemahkan global logical data model untuk

target DBMS.

Bertujuan untuk menghasilkan skema basis data relasional

dalam global logical data model yang dapat diimplemetasikan ke

DBMS. Penerjemahan global logical data model untuk target

DBMS terdiri dari 3 langkah.

Pada tahap penerjemahan global logical data model untuk

target DBMS, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

Langkah 3.1. Merancang basis relasional (relasi dasar)

Dalam memulai merancang physical design,

diperlukan untuk mengumpulkan dan memahami

informasi tentang relasi yang dihasilkan dari logical

database design. Informasi yang penting bisa didapatkan

dari kamus data dan DDL.

Langkah 3.2. Merancang representasi dari data yang ada

Bertujuan untuk menentukan bagaimana setiap data yang

diperoleh mewakili global logical data model ke dalam DBMS.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

46  

  

Langkah 3.3. Merancang General constraints

Bertujuan untuk merancang batasan-batasan

constraints untuk DBMS tujuan.

Langkah 4 : Merancang representasi fisikal.

Bertujuan untuk menentukan organisasi file yang optimal

untuk penyimpanan dan menentukan indeks yang dibutuhkan

untuk meningkatkan performa. Perancangan representasi fisikal

terdiri dari 4 langkah:

Langkah 4.1. Menganalisis transaksi

Bertujuan untuk mengerti fungsi dari transaksi

yang dijalankan pada basis data dan menganalisa transaksi

yang penting. Kriteria kemampuan yang harus

diidentifikasikan dalam menganalisa transaksi adalah :

• Transaksi dapat berjalan secara sering dan akan

mempunyai dampak yang signifikan pada

performa.

• Transaksi yang kritis pada operasi dan bisnis.

• Waktu selama sehari atau seminggu ketika akan

ada permintaan yang tinggi pada saat basis data

dibuat.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

47  

  

Langkah 4.2. Memilih organisasi file

Bertujuan untuk menyimpan data secara tepat ke

tempat penyimpanan data. Ada beberapa pilihan struktur

penyimpanan (Silberschatz,2002,p423), yaitu :

- Heap

- Hash

- Sekuensial berindeks

- Clusters

Langkah 4.3. Memilih indeks

Bertujuan untuk meningkatkan performa dalam

suatu sistem basis data. Salah satu pendekatan untuk

memilih organisasi file yang cocok untuk relasi adalah

untuk menyimpan tuples yang tidak disimpan dan dibuat

sebanyak secondary indexes sebagaimana diperlukan.

Oleh karena itu, atribut yang digunakan adalah:

• Atribut yang sering digunakan untuk join

operations untuk membuat lebih efisien.

• Atribut yang sering dipesan untuk mengakses

tuples pada suatu relasi didalam urutan yang

menunjukkan atribut.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

48  

  

Langkah 4.4. Memperkirakan kebutuhan ruang

penyimpanan

Bertujuan untuk memperkirakan jumlah ruang

penyimpanan yang akan diperlukan dalam basis data.

Perkiraannya didasari pada ukuran setiap tabel dalam

suatu relasi. Contohnya dalam lima tahun mendatang

berapa kapasitas hard disk yang dibutuhkan untuk

menampung data.

Langkah 5 : Merancang pandangan pengguna.

Bertujuan untuk merancang pandangan pengguna yang

telah diidentifikasi selama mengumpulkan kebutuhan dan

menganalisis langkah dari relasional Database Application

Lifecycle. Contohnya pada branch terdiri dari direktur dan

manajer pandangan.

Langkah 6 : Merancang keamanan.

Dalam sebuah sistem basis data, keamanan adalah elemen

yang sangat penting mengingat isi dari basis data berupa

informasi yang sangat penting.

Menurut Silberschatz (2002,p240) ukuran keamanan yang

dapat diambil untuk melindungi basis data antara lain dari segi :

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

49  

  

• Sistem basis data : ada beberapa pengguna berwenang

yang dizinkan untuk mengakses bagian basis data tertentu

dan ada para pengguna yang lain hanya diizinkan untuk

membaca data yang diinginkannya, tetapi tidak punya hak

untuk mengubahnya. Kewajiban dari sistem basis data ini

adalah menjaga batasan seperti di atas tetap terjaga.

• Sistem operasi : tidak peduli betapa aman sistem basis

datanya, apabila terjadi kelemahan dalam sistem operasi.

Hal ini sama artinya dengan adanya akses yang tidak

diinginkan dalam basis data. Jadi tingkat keamanan

perangkat lunak dalam sistem operasi sangatlah penting

seperti halnya keamanan yang dilakukan secara fisik.

• Jaringan : seluruh sistem basis data memperbolehkan

untuk mengakses lewat terminal atau jaringan, keamanan

software-level dalam software jaringan sangat penting

sebagai keamanan fisik, keduanya dibutuhkan dalam

internet dan jaringan pribadi.

• Fisik : situs yang mengandung sistem komputer harus

secara fisik aman dari entri secara diam-diam dan bahaya

oleh para penyelundup.

• Manusia : otorisasi pada pengguna harus dilakukan secara

hati-hati untuk mengurangi adanya kejadian dimana

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

50  

  

pengguna yang berwenang memberikan akses kepada

orang lain dengan imbalan suap atau lainnya.

Langkah 7 : Mempertimbangkan pengenalan dan redundansi

kontrol.

Pada langkah physical database design ini

mempertimbangkan denormalisasi skema relational untuk

meningkatkan performa. Hasil dari normalisasi adalah

perancangan basis data logikal secara structural, konsisten, dan

menekan jumlah redudansi.

Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :

• Denormalisasi membuat implementasi lebih kompleks

• Denormalisasi selalu mengorbankan fleksibilitas

• Denormalisasi akan membuat cepat dalam retrieve data

tetapi lambat dalam update.

Ukuran performa dari suatu perancangan basis data dapat dilihat

dari sudut pandang tertentu yaitu melalui pendekatan efisiensi

data (Normalisasi) atau pendekatan efisiensi proses

(Denormalisasi). Efisiensi data dimaksudkan untuk

meminimalkan kapasitas disk, dan efisiensi proses dimaksudkan

untuk mempercepat proses saat retrieve data dari basis data.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

51  

  

Langkah 8 : Memonitor dan memasang sistem operasi.

Bertujuan untuk memonitor sistem operasi, meningkatkan

performa dan menentukan perancangan sistem yang tepat atau

menggambarkan perubahan kebutuhan.

2.1.7. Normalisasi

Menurut Conolly (2005,p388), normalisasi merupakan suatu

teknik untuk menghasilkan suatu relasi yang sangat diperlukan sesuai

dengan kebutuhan data perusahaan.

Tujuan:

1. Meminimasi pengulangan informasi

2. Memudahkan indentifikasi entiti / obyek

3. Mempermudah pemodifikasian data

Proses Normalisasi

1. Data diuraikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis

berdasarkan persyaratan tertentu ke beberapa tingkat.

2. Apabila tabel yang diuji belum memenuhi persyaratan tertentu

maka tabel tersebut perlu dipecah menjadi beberapa tabel yang

lebih sederhana sampai memenuhi bentuk yang optimal.

Dalam proses normalisasi membutuhkan beberapa tahap untuk

dapat diimplementasikan. Tahap-tahap normalisasi menurut

(Conolly,2005,p401) adalah :

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

52  

  

1. Bentuk tidak normal (UNF)

Merupakan bentuk normalisasi dimana terdapat tabel yang

memiliki satu atau lebih data yang berulang.

2. Bentuk normal pertama (1NF)

Merupakan bentuk normalisasi dimana data yang dikumpulkan

menjadi satu field yang sifatnya tidak akan berulang dan tiap field

mempunyai satu nilai. Aturan bentuk normal pertama adalah

suatu bentuk tabel dimana baris dan kolom yang bersilangan

terdiri dari satu data saja.

Langkah-langkahnya :

a. Memisahkan data-data tersebut menjadi perbaris sehingga

pada suatu baris dan kolom yang bersilangan hanya

terdapat 1 data saja.

b. Mengelompokkan data-data yang tidak berhubungan ke

tabel tersendiri.

3. Bentuk normal kedua (2NF)

Merupakan bentuk normalisasi yang menghilangkan perulangan

yang terdapat dalam bentuk normal pertama. Caranya adalah

memecahkan tabel 1NF menurut keterkaitan fungsinya. Dimana

field yang bukan kunci tergantung secara fungsi pada suatu

primary key. Suatu relasi dikatakan sudah memenuhi bentuk

normal kedua bila relasi tersebut sudah memenuhi bentuk normal

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

53  

  

kesatu dan atribut yang bukan key sudah tergantung penuh

terhadap key-nya.

4. Bentuk normal ketiga (3NF)

Merupakan bentuk normalisasi untuk menormalisasikan transitive

dependency. Memecah tabel dari kolom-kolom yang tidak

tergantung secara langsung dengan primary key suatu tabel.

Sehingga tidak ada field yang bukan primary key tergantung

transitive kepada primary key. Suatu relasi dikatakan sudah

memenuhi bentuk normal ketiga bila relasi tersebut sudah

memenuhi bentuk normal kedua dan atribut yang bukan key tidak

tergantung transitif terhadap key-nya.

5. Bentuk BCNF (Boyce-Codd Normal Form)

Merupakan bentuk normalisasi di mana jika dan hanya jika setiap

determinant adalah candidate key.

2.1.8 Tools yang digunakan

2.1.8.1. ERD

ERD merupakan suatu model untuk menjelaskan

hubungan antar data dalam basis data berdasarkan objek-objek

dasar data yang mempunyai hubungan antar relasi.

Menurut Whitten (2004, p295), ERD atau Entity

Relationship Diagram merupakan sebuah data model yang

menggunakan beberapa notasi untuk menjelaskan hubungan data.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

54  

  

Notasi yang dimaksud adalah entitas dan relasinya yang

digambarkan oleh data tersebut. Entitas adalah sebuah class dari

orang, tempat, obyek, kejadian, atau konsep yang dipakai untuk

sebuah data. Atribut merupakan deskripsi properti atau

karakteristik dari entitas, sering disebut sebagai elemen, properti,

field. Cardinality adalah jumlah minimum atau maksimum dari

satu entitas yang berelasi kepada entitas lain. Untuk lebih

lengkapnya, dapat dilihat pada sub bab 2.1.5.

2.1.8.2. DFD

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model

yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan

sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang

dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual

maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama

Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja,

atau model fungsi.

DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang

sering digunakan, khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan

bagian yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang

dimanipulasi oleh sistem.

Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang

memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem. DFD ini

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

55  

  

merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur

data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk

penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah

dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai

maupun pembuat program.

2.1.8.3. Flow Chart

Flow Chart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus

yang menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu

masalah. Flow chart merupakan cara penyajian dari suatu

algoritma.

Pembuatan Flow chart bertujuan untuk menggambarkan

suatu tahapan penyelesaian masalah secara sederhana, terurai,

rapi dan jelas dengan menggunakan simbol - simbol standar.

Flow chart sendiri dibagi menjadi Sistem Flow chart dan

program Flow chart.

Sistem Flow chart menggambarkan suatu sistem peralatan

komputer yang digunakan dalam proses pengolahan data serta

hubungan antar peralatan tersebut. Sistem Flow chart tidak

digunakan untuk menggambarkan urutan langkah untuk

memecahkan masalah, melainkan hanya untuk menggambarkan

prosedur dalam sistem yang dibentuk.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

56  

  

Contoh penggunaan system flow chart:

Gambar 2.5 Contoh sistem Flowchart

Program Flow chart menggambarkan urutan logika dari

suatu prosedur pemecahan masalah.

Dua jenis metode penggambaran program flow chart :

• Conceptual flow chart, menggambarkan alur pemecahan

masalah secara global

• Detail flowchart, menggambarkan alur pemecahan masalah

secara rinci

untuk lebih jelasnya, kami lampirkan contoh Conceptual flow

chart dan Detail flow chart:

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

57  

  

Gambar 2.6 Conceptual flowchart

Gambar 2.7 Detail flowchart

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

58  

  

Simbol yang ada dibagi menjadi tiga kelompok :

1. Flow direction symbols

• Digunakan untuk menghubungkan simbol satu dengan

yang lain

• Disebut juga connecting line

2. Processing symbols

• Menunjukan jenis operasi pengolahan dalam suatu proses

/ prosedur

3. Input / Output symbols

• Menunjukkan jenis peralatan yang digunakan sebagai

media input atau output

 

Gambar 2.8 Contoh sistem Flowchart 2

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

59  

  

Tabel 2.1 Flow Direction Symbols

Simbol arus / flow

Fungsi: Menyatakan jalannya arus suatu proses

Simbol communication link

Fungsi: Menyatakan transmisi data dari satu lokasi ke lokasi lain

Simbol connector

Fungsi: Menyatakan sambungan dari proses ke proses lainnya

dalam halaman yang sama

Simbol offline connector

Fungsi: Menyatakan sambungan dari proses ke proses lainnya

dalam halaman yang berbeda

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

60  

  

Tabel 2.2 Processing Symbols

Simbol process

Fungsi: Menyatakan suatu tindakan (proses) yang dilakukan

oleh komputer

Simbol manual

Fungsi: Menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak

dilakukan oleh komputer

Simbol decision

Fungsi: Menujukkan suatu kondisi tertentu yang akan

menghasilkan dua kemungkinan jawaban : ya / tidak

Simbol predefined process

Fungsi: Menyatakan penyediaan tempat penyimpanan suatu

pengolahan untuk memberi harga awal

Simbol terminal

Fungsi: Menyatakan permulaan atau akhir suatu program

Simbol keying operation

Fungsi: Menyatakan segala jenis operasi yang diproses

dengan menggunakan suatu mesin yang mempunyai

keyboard

Simbol offline-storage

Fungsi: Menunjukkan bahwa data dalam simbol ini akan

disimpan ke suatu media tertentu

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

61  

  

Simbol manual input

Fungsi: Memasukkan data secara manual dengan

menggunakan online keyboard

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

62  

  

Tabel 2.3 Input / Output Symbols

Simbol input/output

Fungsi: Menyatakan proses input atau output tanpa tergantung

jenis peralatannya

Simbol punched card

Fungsi: Menyatakan input berasal dari kartu atau output ditulis

ke kartu

Simbol magnetic tape

Fungsi: Menyatakan input berasal dari pita magnetis atau

output disimpan ke pita magnetis

Simbol disk storage

Fungsi: Menyatakan input berasal dari dari disk atau output

disimpan ke disk

Simbol document

Fungsi: Mencetak keluaran dalam bentuk dokumen (melalui

printer)

Simbol display

Fungsi: Mencetak keluaran dalam layar monitor

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

63  

  

Kaidah Pembuatan Flow chart

Gambar 2.9 Kaidah Pembuatan Flow chart.

Gambar 2.10 Pengolahan data.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

64  

  

Menghitung luas persegi panjang

Gambar 2.11 Contoh Proses Menghitung luas persegi panjang.

2.2. Objek Studi

Teori yang berhubungan dengan objek studi yang dibahas dalam skripsi ini,

yaitu:

2.2.1. Persediaan

Persediaan dalam suatu perusahaan adalah faktor pendukung penting

dalam menjalankan operasi perusahaan. Berikut pendapat para ahli tentang

persediaan:

• Menurut Assauri ( 2004, p219 ), persediaan adalah sejumlah bahan -

bahan, parts - parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang

terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau

produk yang dsediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau

langganan setiap waktu.

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

65  

  

• Menurut Handoko ( 2001, p333 ), persediaan adalah suatu istilah umum

yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan

dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan adalah sumber

daya internal maupun eksternal ini, meliputi persediaan bahan mentah, barang

dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau

pelengkap, dan komponen – komponen lain yang menjadi bagian keluaran

produk perusahaan.

• Menurut Mulyadi (2001,p553), sistem persediaan bertujuan untuk

mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini

berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan, sistem

pembelian, sistem retur pembelian, dan sistem akuntansi biaya produksi. Dalam

perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan barang jadi, persedian

produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong,

persediaan suku cadang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari

satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang

akan dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali.

Dari definisi persediaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

persediaan adalah aset yang sangat penting karena persediaan merupakan barang

yang tersedia untuk dijual (barang dagangan / barang jadi), barang yang masih

dalam proses produksi untuk diselesaikan dan dijual (barang dalam proses

pengolahan) dan barang yang akan dipergunakan untuk produksi barang jadi

yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam kegiatan usaha

normal perusahaan.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

66  

  

Persediaan meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses,

barang jadi (produk akhir), bahan pembantu, komponen-komponen lain yang

menjadi bagian keluaran produk perusahaan dan bahan-bahan onderdil yang

dibutuhkan dalam proses produksi.

Menurut Assauri (2004,p214), pada dasarnya terdapat lima catatan yang

paling penting atau utama dalam sistem pengawasan persediaan :

1. Permintaan untuk dibeli (purchase requisition). Dokumen

permintaan pembelian bahan-bahan atau barang-barang dalam

jumlah tertentu yang ditujukan kepada bagian pembelian.

Permintaan tersebut diadakan dengan tujuan untuk menjamin

tersedianya persediaan yang cukup dari bahan-bahan atau barang-

barang tersebut atau mengisi kembali persediaan bila persediaan

bahan-bahan tertentu yang ada akan mendekati titik yang

terendah atau minimum yang telah ditentukan terlebih dahulu.

2. Laporan penerimaan (receiving report). Dokumen yang

memberikan informasi mengenai penerimaan atas barang yang

telah dipesan.

3. Catatan persediaan (balance of stores record). Informasi yang

terdapat dalam dokumen ini berbeda-beda tergantung dari

perusahaan pabrik yang menggunakannya.

4. Daftar permintaan bahan (material requesting form). Formulir

yang dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan oleh bagi

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

67  

  

pembelian dalam mengadakan pemesanan bahan-bahan yang

perlu dibeli kembali.

5. Perkiraan pengawasan (control accounting). Catatan yang

digunakan oleh bagian akuntansi untuk mengawasi setiap

pencatatan mutasi persediaan yang dilakukan oleh bagian gudang.

Semua pembelian akan didebit dan semua pemakaian akan

dikredit dalam perkiraan ini. Saldo perkiraan pengawasan harus

sama dengan saldo yang terdapat pada “perpetual inventory

card”. Jika terjadi ketidaksesuaian saldo antara keduanya maka

mengharuskan diadakannya penyelidikan selanjutnya.

Menurut Mulyadi (2001, p556), ada dua macam metode pencatatan

persediaan:

1. Metode mutasi persediaan (Perpetual Inventory Method). Setiap

mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan.

2. Metode persediaan fisik (Physical Inventory Method). Hanya

tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat sedangkan

mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat

dalam kartu persediaan.

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

68  

  

Menurut Mulyadi (2001, p579), fungsi yang terkait dalam sistem

perhitungan fisik persediaan, yaitu :

1. Panitia perhitungan fisik persediaan berfungsi untuk

melaksanakan perhitungan fisik persediaan dan menyerahkan

hasil perhitungan tersebut kepada bagian kartu persediaan untuk

digunakan sebagai dasar penyesuaian terhadap catatan

persediaan dalam kartu persediaan.

2. Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk :

a. Mencantumkan harga pokok sistem persediaan yang

dihitung dalam daftar hasil perhitungan fisik.

b. Mengalikan kuantitas dan harga pokok persatuan yang

tercantum dalam hasil perhitungan fisik.

c. Mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil

perhitungan fisik.

d. Melakukan penyesuaian terhadap kartu persediaan

berdasarkan data hasil perhitungan fisik persediaan.

e. Membuat bukti memorial untuk mencatat penyesuaian

data persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil

perhitungan fisik persediaan.

3. Fungsi gudang bertanggung jawab untuk melakukan penyesuaian

data kuantitas persediaan yang dicatat dalam kartu gudang

berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

69  

  

Menurut Mulyadi (2001, p559), sistem dan prosedur yang

bersangkutan dengan sistem persediaan adalah :

1. Prosedur pencatatan produk jadi. Prosedur ini merupakan salah

satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya produksi. Dalam

prosedur ini dicatat harga pokok produk jadi yang didebitkan

kedalam rekening persedian produk jadi dan dikreditkan ke

dalam rekening barang dalam proses.

2. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual. Prosedur

ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan di

samping prosedur lainnya seperti prosedur order penjualan,

prosedur persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang,

prosedur penagihan, prosedur pencatatan piutang.

3. Prosedur pencatatan harga yang diterima kembali dari

pembeli.Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang

membentuk sistem retur barang. Jika produk jadi yang telah

dijual dikembalikan oleh pembeli, maka transaksi retur

penjualan ini akan mempengaruhi persediaan produk jadi.

4. Pencatatan persediaan produk dalam proses biasanya dilakukan

oleh perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan

keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan.

5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk

sistem pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

70  

  

persediaan yang dibeli.

6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan

kepada pemasok. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur

yang membentuk sistem retur pembelian. Jika persediaan yang

telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka transaksi retur

pembelian ini akan mempengaruhi persediaan yang bersangkutan.

7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang. Prosedur

ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem

akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok

bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik, dan suku

cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan non produksi.

8. Prosedur pengembalian barang gudang. Prosedur ini melakukan

transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan

menambah persediaan barang di gudang.

9. Sistem perhitungan fisik persediaan. Sistem perhitungan fisik

persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk

menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang,

yang hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban

bagian gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan

pertanggungjawaban bagian kartu persediaan mengenai keandalan

catatan persediaan yang diselenggarakan, serta untuk melakukan

penyesuaian terhadap catatan persediaan di bagian kartu

persediaan.

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

71  

  

2.2.2 Pembelian

Menurut Mulyadi (2001, p299), pembelian adalah suatu usaha

yang digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang

diperlukan oleh perusahaan. Transaksi pembelian dapat digolongkan

menjadi dua yaitu :

1. Pembelian lokal

Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri.

2. Pembelian impor

Pembelian impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri.

Menurut Mulyadi (2001, p301), jaringan prosedur yang membentuk

sistem pembelian adalah :

1. Prosedur permintaan pembelian

Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan

pembelian dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi

pembelian.

2. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok

Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan

penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi

mengenai harga barang dan berbagai syarat pembelian yang lain.

3. Prosedur order pembelian

Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim surat order

pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

72  

  

kepada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan mengenai order

pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.

4. Prosedur penerimaan barang

Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan

mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari

pemasok dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk

menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut.

5. Prosedur pencatatan utang

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen - dokumen

yang berhubungan dengan pembelian dan menyelenggarakan

pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber sebagai catatan

utang.

6. Prosedur distribusi pembelian

Prosedur ini meliputi distribusi rekening yang didebit dari transaksi

pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan manajemen.

Menurut Mulyadi (2001, p299), fungsi yang terkait dalam sistem

pembelian adalah:

1. Fungsi gudang

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggung

jawab untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi

persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang

telah diterima oleh fungsi penerimaan.

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

73  

  

2. Fungsi pembelian

Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi

mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam

pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada

pemasok yang dipilih.

3. Fungsi penerimaan

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab

untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas

barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau

tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan.

4. Fungsi akuntansi

Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah

fungsi pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan. Dalam sistem

akuntansi pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung jawab

untuk mencatat transaksi pembelian ke dalam register bukti kas

keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber yang

berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu utang

sebagai buku pembantu utang. Dalam sistem akuntansi pembelian,

fungsi pencatat persediaan bertanggung jawab untuk mencatat

harga pokok persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu

persediaan.

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

74  

  

Menurut Mulyadi (2001, p303), beberapa dokumen yang digunakan

dalam sistem pembelian yaitu :

1. Surat permintaan pembelian

2. Surat permintaan penawaran harga

3. Surat order pembelian

4. Laporan penerimaan barang

5. Surat perubahan order pembelian

6. Bukti kas keluar

2.2.3. Penjualan

Menurut Mulyadi (2001, p202), kegiatan penjualan terdiri dari :

1 Transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.

Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan

telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa,

untuk jangka waktu tertentu perusahan memiliki piutang kepada

pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit ini ditangani oleh

perusahaan melalui sistem penjualan kredit.

2 Transaksi penjualan barang atau jasa secara tunai.

Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru

diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan

telah menerima kas dari pembeli. Kegiatan penjualan secara tunai

ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai.

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

75  

  

Menurut Mulyadi (2001, p210), sistem penjualan kredit adalah penjualan

kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai

dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu

perusahaan mempunyai tagiahan kepada pembeli tersebut.

Menurut Mulyadi (2001, p211), fungsi yang terkait dalam sistem

penjualan kredit ini adalah sebagai berikut :

• Fungsi penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli,

mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang

belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit,

menentukan

tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi

surat order pengiriman.

• Fungsi kredit

Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi

penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit

pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

• Fungsi gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan

menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan

barang ke fungsi pengiriman.

• Fungsi pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

76  

  

surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan.

• Fungsi penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur

penjualan kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi

kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.

• Fungsi akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul

dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan

pernyataan piutang kepada para debitur, serta membuat laporan

penjualan.

Menurut Mulyadi (2001, p219), jaringan prosedur yang membentuk

sistem dalam sistem penjualan kredit ini adalah sebagai berikut :

• Prosedur order penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli

dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.

• Prosedur persetujuan kredit

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan

kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.

• Prosedur pengiriman

Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada

pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order

pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman.

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendekatan Basis datalibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00153-IF BAB 2.pdf · basis data yang terlupakan ketika dilakukan pengembangan

77  

  

• Prosedur penagihan

Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan

mengirimkannya kepada pembeli.

• Prosedur pencatatan piutang

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur

penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu

mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi

sebagai catatan piutang.

• Prosedur distribusi penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan

menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.

• Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total

harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

Menurut Mulyadi (2001, p214), beberapa dokumen yang digunakan

dalam sistem penjualan secara kredit yaitu :

• Surat order pengiriman dan tembusannya

• Faktur dan tembusannya

• Rekapitulasi harga pokok penjualan

• Bukti memorial