bab 1 bab i pendahuluan -...

21
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri fesyen di Indonesia tidak terpisahkan dari perkembangan budaya, globalisasi dan teknologi informasi yang masuk ke Indonesia dan menjadi trend, hal ini juga termasuk kepada perkembangan fesyen muslim yang terus bergerak dinamis mengikuti trend jaman dan tumbuh secara cepat. Pada tahun 2015 ekspor fesyen muslim Indonesia berdasarkan data Organisasi Konferensi Islam (OKI), berada di posisi nomor tiga dengan nilai US$ 7,18 milyar, setelah Bangladesh (US$22 milyar) dan Turki (US$14 milyar) .Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat yang lebih besar terhadap busana dan fesyen muslim dibandingkan dengan negara yang lain. Kondisi ini terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini yakni 66,54% dari total nilai ekspor produk fesyen merupakan produk fesyen muslim. Tabel 1.1 Kontribusi Produk Fesyen Muslim pada Nilai Ekspor Produk Fesyen tahun 2015. Produk Nilai Ekspor (miliar USD) % Fesyen 18.20 100 Fesyen Muslim 12.11 66.54 Sumber: BPS, OKI dan Kemparekraf, 2015 (diolah kembali) BAB I

Upload: nguyenkiet

Post on 27-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan industri fesyen di Indonesia tidak terpisahkan dari

perkembangan budaya, globalisasi dan teknologi informasi yang masuk ke

Indonesia dan menjadi trend, hal ini juga termasuk kepada perkembangan fesyen

muslim yang terus bergerak dinamis mengikuti trend jaman dan tumbuh secara

cepat. Pada tahun 2015 ekspor fesyen muslim Indonesia berdasarkan data

Organisasi Konferensi Islam (OKI), berada di posisi nomor tiga dengan nilai US$

7,18 milyar, setelah Bangladesh (US$22 milyar) dan Turki (US$14 milyar) .Hal ini

menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat yang lebih besar

terhadap busana dan fesyen muslim dibandingkan dengan negara yang lain. Kondisi

ini terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini yakni 66,54% dari total nilai ekspor produk

fesyen merupakan produk fesyen muslim.

Tabel 1.1 Kontribusi Produk Fesyen Muslim pada Nilai Ekspor Produk

Fesyen tahun 2015.

Produk Nilai Ekspor

(miliar USD) %

Fesyen 18.20 100

Fesyen Muslim 12.11 66.54 Sumber: BPS, OKI dan Kemparekraf, 2015 (diolah kembali)

BAB I

2

Data kontribusi ekonomi kreatif yang cenderung meningkat dari tahun ke

tahun, menunjukkan terbukanya pasar ekspor serta banyaknya keinginan

masyarakat menggunakan produk fesyen muslim. Kebutuhan produk fesyen

muslim di Indonesia dan di negara lain khususnya busana muslim sangatlah tinggi.

Hal ini didukung juga dalam jurnal Thomson Reuters dan Dinard Standard pada

State of the Global Islamic Economy Repot 2015 yang ditulis oleh (Le Souk, 2015)

menurutnya, Posisi Negara Indonesia ada di posisi ketiga dari daftar konsumen

fesyen terbesar di dunia untuk masalah trend hijab atau fesyen hijab. Setelah posisi

dua negara di atasnya yaitu Turki (menduduki posisi peringkat pertama) dan Uni

Emirat Arab (menduduki posisi peringkat kedua).

Dari Gambar 1.1 dibawah ini, terlihat bahwa secara nasional perkembangan

industri kreatif fesyen yang tergolong ke dalam industri sektor pengolahan non

migas, hingga kini menempati urutan kedua setelah kuliner, dalam kurun waktu

lebih dari 5 tahun nilainya cenderung berfluktuasi. Hal ini termasuk perkembangan

industri fesyen khususnya fesyen muslim masih berupa UMKM.

Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Fesyen

Sumber: Data Bekraf 2018

3

Gambar 1.1 juga menunjukan bahwa kinerja bisnis sektor fesyen terus mulai

stabil yang ditandai dengan konsisten menempati urutan ke dua (15,22%) dalam

pengembangan industri kreatif Indonesia melalui BEKRAF. Keberhasilan fesyen

juga dipengaruhi dengan perkembangan trend berbusana muslim dan pekembangan

sosial media dalam bertukar informasi, trend, harga, dan lain lainnya.

Industri kreatif sudah mulai berkembang sejak tahun 2006 dan diyakini telah

merubah sistem ekonomi yang sudah berjalan seperti merubah sistem ekonomi

berbasis pertanian, merubah sistem ekonomi berbasis industri, dan merubah

ekonomi berbasis komunikasi yang masih konvensional dalam hal perdagangan

menjadi serba digitalisasi. Hal ini tentu saja mendorong percepatan pertumbuhan

dan meningkatnya persaingan, termasuk bidang ekonomi kreatif. Peningkatan

ekonomi kreatif juga mendorong peningkatan produk domestik bruto di Indonesia

sebesar Rp 852,24 Trilyun pada tahun 2015 meningkat sebanyak 4,38% dari tahun

sebelumnya (2014) sebesar Rp 784,82 Trilyun.

Gambar 1.2 Produk Domestik Bruto Sektor Ekonomi Kreatif Sumber: Hasil survey khusus ekonomi kreatif (2017)

4

Data BPS tahun 2015 (Gambar 1.3) juga menggambarkan kenaikan nilai

ekspor produk industri kreatif pada tahun 2015 yakni sebesar US$ 19,4 miliar atau

meningkat sebesar 6.6% dari tahun 2014 sebesar US$ 18,2 miliar.

Gambar 1.3 Nilai Ekspor Ekonomi Kreatif 2014 – 2015 Sumber: Hasil survey khusus ekonomi kreatif (2017)

Gambaran kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian ini dapat

dilihat pada gambar 1.4, bahwa kuliner (41,69%), fesyen (18,15%) dan kriya

(15,70%) adalah subsektor yang memberikan kontribusi PDB ekonomi dengan total

ketiga subsektor tersebut yakni sebesar 75,54%.

5

Gambar 1.4 Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif per Sub Sektor tahun 2015

Sumber: Hasil survey khusus ekomomi kreatif (2017)

Namun dalam kenyataan di lapangan, angka tersebut belum dapat

menunjukan adanya optimalisasi dalam pencapaian target penjualan. Konsep model

bisnis untuk siap bersaing masih belum ada terutama konsep bisnis untuk bersaing

dalam menghadapi pasar global ke depan. Lebih jauhnya lagi dapat mendorong

daya saing sektor jasa dan ekspor Indonesia dan luar negeri melalui perencanaan

bisnis yang strategis dan terencana.

Peran penting dari industri kreatif adalah mampu menciptakan kemampuan

daya saing di era globalisasi dengan memiliki sumber daya manusia yang tangguh

untuk menjadi salah satu pilar dalam membangun ekonomi nasional juga sekaligus

mensejahterakan masyarakat. Pemberdayaan industri kreatif menjadi sesuatu yang

dipandang strategis mengingat penyerapannya dalam hal ketenagakerjaan serta

peluangnya dalam mendorong inovasi. Saat ini terdapat 1,5 juta unit bisnis industri

kreatif yang melibatkan 11,8 juta tenaga kerja sebagai bentuk hasil nyata sektor

6

padat karya. Khusus pada sub-sektor fesyen mampu menampung tenaga kerja

sebanyak 3,8 juta orang, didalamnya termasuk fesyen muslim 1,1 juta orang.

Jumlah tenaga kerja tersebut jika dilihat berdasarkan Provinsi di Indonesia, maka

Jawa Barat yang memiliki pemberdayaan industri kreatif yang paling banyak di

Indonesia.

Data dari Kemparekraf (2015), menunjukan hampir 34% produk fesyen

muslim berasal dari Provinsi Jawa Barat, diikuti dengan Provinsi Jawa Timur

sebesar 21% dan Provinsi Banten dan Jawa Tengah masing masing sebesar 16%

dan 14%, kondisi sumber produk fesyen muslim ini tampak dalam Gambar 1.5

berikut ini:

Gambar 1.5 Sumber Produk Fesyen di Indonesia Sumber: BPS dan Kemparekraf, 2015 (diolah kembali)

Gambar 1.5 di atas menujukan provinsi Jawa Barat berpeluang menjadi

provinsi kreatif termaju karena memiliki hampir semua sub-sektor ekonomi kreatif

sebagaimana tercantum dalam Inpres R.I Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dukungan beberapa kebijakan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat dalam mendorong tumbuh kembangnya industri kreatif

7

diantaranya pengembangan industri kreatif melalui sentra industri kreatif.

Pemberdayaan dan pengembangan eksistensi sentra sangat dibutuhkan dalam

menetapkan landasan yang kuat dan berkelanjutan, akan tetapi hal ini belum

sepenuhnya didukung oleh terobosan-terobosan agar sentra mampu bertahan dan

dapat mengantisipasi kondisi ekonomi serta perubahan lingkungan yang semakin

dinamis.

UMKM fesyen muslim di Jawa Barat belum maksimal dalam pencapaian

target penjualan. Hal ini dimungkinkan karena masih ada hambatan dalam faktor

produksi juga dinilai belum memahami sepenuhnya konsep model bisnis untuk

dapat siap bersaing. Para pelaku UMKM masih banyak yang belum serius

menggarap bisnisnya dengan baik, salah satunya target pemasaran dan penjualan

masih bersifat lokal dan hanya pada kalangan terbatas. Selain itu para pelaku

UMKM juga masih banyak yang kurang memahami perencanaan bisnis yang

strategis untuk dapat menguasai pangsa pasar fesyen muslim di Indonesia.

Dalam perkembangannya, industri pakaian muslim memang tidak hanya

didominasi oleh perusahaan besar saja, akan tetapi berasal dari usaha kecil dan

menengah yang memberikan andil dalam perkembangan perekonomian (Jamal Al

Maimani, 2015). Oleh sebab itu diperlukan pengembangan dan pembinaan yang

berkelanjutan agar dapat meningkatkan kemajuan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) pakaian muslim sehingga mampu mandiri dan menjadi usaha

yang tangguh (Gita, 2016).

Penelitian (Skokan Karel, et al., 2013) yang berkaitan dengan penelitian

UMKM di Czech and Slova, menjelaskan bahwa strategi bersaing dalam jangka

8

panjang yang diterapkan UMKM berupa analisis strategi, formulasi strategi,

pelaksanaan strategi & umpan balik, dapat mempertahankan UMKM dalam

menghadapi perubahan kondisi ekonomi dan persaingan. Disamping itu strategi

bersaing yang dilaksanakan saat ini oleh industri fesyen tergolong lemah, hal ini

diindikasikan dengan lemahnya daya saing harga produk dibandingkan dengan

produk dari luar negeri.

Di Indonesia sendiri, produk fesyen luar negeri masih menjadi pilihan utama

konsumen khususnya produk dari negara Cina yang terkenal lebih murah dengan

kualitas produk yang cenderung lebih baik, minimnya kemampuan internal

perusahaan dalam mengimbangi percepatan pergerakan dan perubahan dari

lingkungan bisnis yang lebih mampu yang memenuhi selera dan tuntutan pasar.

Pelaku bisnis UMKM fesyen muslim di Jawa Barat belum mampu menentukan

biaya operasional yang efisien dan mempersingkat saluran distribusi dan juga

dalam mengantisipasi tuntutan pasar akan kualitas produk.

Wheelen & Hunger (2012) menyatakan perusahaan yang memiliki model

strategi bersaing mampu menciptakan produk yang relatif lebih unggul dari para

kompetitornya. Pembinaan UMKM industri kreatif adalah sebuah solusi

meningkatkan daya saing global dan model, melalui inovasi dapat menghasilkan

nilai tambah dan daya saing UMKM industri kreatif. Saat ini produk industri fesyen

yang dihasilkan oleh UMKM fesyen muslim di Jawa Barat cenderung belum

sepenuhnya mengacu kepada tuntutan pasar. Kondisi ini dikarenakan UMKM

belum mampu menciptakan keunikan di setiap produk supaya mampu berkompetisi

dengan produk pesaing, misalnya model pakaian masih meniru produk merek lain,

9

kemasan masih konvensional, kualitas jenis kain, jahitan dan desainnya masih

standar. Hal ini menandakan bahwa para pelaku UMKM masih memiliki

keterbatasan dalam menciptakan produk yang inovatif dan sulit ditiru oleh pihak

pesaing, selain itu UMKM juga masih belum mampu maksimal dalam menjalin

kerjasama industri dengan berbagai pemangku kepentingan yang terkait, karena

masih banyak yang belum memiliki badan hukum yang jelas. Saat ini pihak UMKM

cenderung masih lemah dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang

cepat, pihak pelaku usaha UMKM fesyen muslim masih rentan dalam menghadapi

gejolak bisnis seperti halnya dalam perolehan bahan baku yang masih belum

sepenuhnya mampu dikendalikan dengan baik.

Permasalahan lain UMKM fesyen pada umumnya, terletak pada industri

bidang fesyen yang hingga kini juga belum mampu secara optimal melakukan

pengembangan dalam menciptakan keunikan sumber daya. Pada hakikatnya

keunikan sumber daya menjadi hal penting sebagai input / masukan bagi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Keunikan sumber daya didalam

industri fesyen cenderung masih lemah, seperti dalam hal kepemilikan aset

berwujud selain itu modal kerja yang dimiliki masih belum optimal, ditambah

kondisi alat produksi yang masih belum memenuhi standar kualitas, serta

kurangnya dana investasi yang dapat menjadi kendala dalam proses penyelesaian

pesanan. Akses pembiayaan yang sulit untuk para pelaku UMKM fesyen muslim

disebabkan belum adanya kesesuaian skema pembiayaan dan kemampuan industri

kreatif yang umumnya belum bankable, risiko tinggi, arus kas yang fluktuatif, serta

10

aset yang bersifat intangible. Padahal hal ini merupakan unsur penting dalam

meningkatkan daya saing dan kinerja bisnis.

Hasil survey perilaku ekraf 2016 yang disampaikan Deputi Akses

Permodalan Badan Ekonomi Kreatif, menyebutkan bahwa hanya 24% pelaku ekraf

yang mendapat dan pinjaman perbankan. Pendapat ini diperkuat dengan data

penyaluran kredit perbankan tahun 2015 dimana penyaluran kredit perbankan untuk

sektor ekraf baru mencapai 9%. Disamping itu kepemilikan aset tidak berwujud

seringkali memiliki permasalahan terutama dalam hal menciptakan merek produk

yang masih belum banyak dikenal pasar. Reputasi perusahaan yang relatif belum

bila dibandingkan dengan produk negara lain, sehingga aset tidak berwujud sulit

untuk diterima pihak perbankan dalam hal pembiayaan. Dari sisi pihak pasar,

kondisi seperti ini menyebabkan cara mengelola kapabilitas organisasi dalam

menciptakan budaya kerja yang superior masih lemah.

Menurut Pearce dan Robinson (2009) kepemilikan sumber daya yang

memadai terdiri dari sumber daya berwujud, sumber daya tidak berwujud dan

kapabilitas organisasi, merupakan unsur penting dalam meningkatkan kinerja

bisnis. Disamping itu tidak semua pelaku UMKM industri fesyen kreatif yang

berbadan hukum dan mampu membuat laporan keuangan dengan baik, sehingga

hal ini mengakibatkan terhambatnya peminjaman modal dan dapat dilihat pada

gambar 1.6 berikut ini:

11

Gambar 1.6 Perusahaan ekonomi kreatif menurut badan usaha Sumber: Hasil survey khusus ekonomi kreatif (2017)

UMKM fesyen muslim di Jawa Barat juga masih belum maksimal dalam

mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia. Kesenjangan standarisasi

kemampuan sumber daya manusia serta belum maksimal dalam pengembangan

pendidikan dan pelatihan bagi karyawan menjadi hambatan dalam pengembangan

kedepan industri termasuk adapatasi teknologi digital dalam pemasaran produk.

Tidak semua UMKM mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital

dan merubah pola pemasaran konvensional menjadi online.

Hadirnya perkembangan teknologi digital terutama sosial media seperti

munculnya blog, facebook (2004), Flickr (2004), Blackberry Messenger (2005),

Twitter (2006), WhatsApp (2009), Instagram (2010) Youtube (2005) dan

seterusnya, belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sebuah fenomena

marketing 4.0 dengan menggunakan strategi dan konsep pemasaran yang terencana

dan sistematis. Sedangkan kehadiran teknologi digital ini telah memberi banyak arti

12

dan berpengaruh kepada perubahan pola bertransaksi serta telah memudahkan

kehidupan manusia yang diwujudkan dalam bentuk aplikasi yang dapat diakses

melalui smartphone atau tablet. Revolusi digital terus berkembang termasuk di

Indonesia yang pada tahun 2013 mulai diperkenalkan konsep ekonomi berbagi.

Layanan Go-Jek yang berdiri tahun 2010 mengalami peningkatan popularitas

ditandai dengan kesuksesan yang luar biasa pada tahun 2015, maka layanan sejenis

Grab dan Uber juga termasuk yang popular dan begitu cepat melakukan penetrasi

pasar. Berdasarkan hasil survei media yang dilakukan oleh Nilsen tahun 2017, saat

ini media internet menjangkau 44% populasi penduduk dan hanya berada di bawah

media televisi serta media statis luar ruangan seperti billboard dan papan iklan.

Angka tersebut juga meningkat tajam bila dibandingkan dengan tahun 2012,

dimana media internet hanya menjangkau sekitar 26% populasi penduduk. Nielsen

juga mengatakan bahwa konsumsi internet di masyarakat semakin meningkat,

dimana hal ini juga ditunjang oleh peningkatan penggunaan internet oleh

perusahaan.

Di Indonesia, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Kompas (2018)

terdapat lebih dari 143 juta orang yang aktif menggunakan internet sepanjang tahun

2017, dimana terdiri dari 27,59% berada pada usia diatas 40 tahun dan 72,41%

berada pada usia 20 sampai dengan 39 tahun. Penggunaan media internet banyak

dilakukan untuk kegiatan media sosial, dimana berdasarkan hasil survey,

pemanfaatan sosial media sudah lebih jauh dari hanya sekedar alat untuk

berkomunikasi tetapi juga pemanfaatannya di lapangan oleh pengguna sosial media

berkembang menjadi berkaitan dengan membeli barang, memesan layanan

13

transportasi, hingga berbisnis dan berkarya. Berdasarkan wilayah geografisnya,

pengguna internet di Indonesia paling banyak terdapat di daerah Jawa dengan

jumlah pengguna 57,70 persen. Selanjutnya disusul oleh daerah Sumatera 19,09

persen, daerah Kalimantan 7,97 persen, daerah Sulawesi 6,73 persen, daerah Bali-

Nusa 5,63 persen, dan daerah Maluku-Papua 2,49 persen.

Persoalan budaya dan teknologi menjadi tidak terlepas dari perkembangan

industri kreatif, saat ini masyarakat Indonesia memasuki era teknologi digital

dimana setiap aktivitas tidak bisa menghindar dari pemanfaatan teknologi

khususnya Information Communication Technology. Dengan hadirnya teknologi

dan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, hal ini dapat berdampak kepada

pola konsumsi, pola produksi dan pola-pola ekonomi lainnya seperti bertransaksi

melalui jaringan internet ataupun online. Hal ini harus dipersiapkan oleh UMKM

fesyen muslim agar dapat bersaing dan memiliki kinerja bisnis yang baik, dengan

juga mengemas konsep pemasaran yang tepat dan mengenal pasar produknya

dengan baik agar dapat tepat sasaran dalam melakukan inovasi pemasaran.

Inovasi mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan pemasaran dan

merupakan rangkaian dalam mencapai tujuan bisnis. Berdasarkan hasil penelitian

tentang inovasi pemasaran dapat dijelaskan bahwa inovasi pemasaran menjadikan

perusahaan untuk mendapatkan pasar yang tersembunyi atau bahkan baru sehingga

dapat meningkatkan penjualan. Inovasi mampu menciptakan pengembangan

segmen pasar, membentuk reputasi perusahaan yang baik serta peningkatkan

pertumbuhan perusahaan. Industri kreatif fesyen muslim hingga saat ini masih

14

belum optimal dalam melakukan inovasi pemasaran karena masih melakukan

pemasaran konvensional melalui jalur distribusi fisik yang konvensional pula.

Keberhasilan Inovasi pemasaran perlu didukung oleh kreasi nilai yang

dilakukan oleh UMKM. Indonesia dengan keragaman budaya dan berpenduduk

besar dengan mayoritas muslim menjadi sebuah potensi yang sangat besar dalam

mengembangkan ekonomi kreatif, terutama pengembangan industri kreatif bidang

fesyen. Pergeseran nilai bidang fesyen muslim mempengaruhi cara memaknai

fesyen dalam kehidupan sehari-hari. Fesyen muslim dewasa ini telah mengalami

pergeseran nilai dari kebutuhan primer manusia untuk menutupi aurat menjadi

bergeser ke kebutuhan akan mode, gaya dan tren dari gaya hidup. Oleh karena itu

berdampak pula kepada meningkatnya permintaan pasar terhadap fesyen muslim,

dan mengakibatkan perlu strategi dalam mendapatkan konsumen dengan

memperhatikan ciri khas produk bukan hanya follower trend.

Kotler dan Keller (2012) menjelaskan bahwa penciptaan kreasi nilai

merupakan salah satu cara agar dapat memiliki kelebihan atau nilai tambah suatu

produk agar mampu bersaing. Penciptaan kreasi nilai terdiri dari tiga tahap dasar

yaitu menciptakan produk yang memiliki nilai tambah untuk pelanggan, memiliki

domain dalam bisnis dan menciptakan kerjasama dengan mitra yang memadai dan

dengan berbagai pihak yang berhubungan. Penelitian lain mengenai kreasi nilai

adalah penelitian yang dilakukan oleh Lee (2005), penelitian ini menyatakan bahwa

rendahnya kinerja bisnis yang diakibatkan oleh masih lemahnya value creation

akan tergantung pada perusahaan itu sendiri, yaitu melalui potensi nilai co-

production-nya. Dari sisi pengguna perusahaan tersebut dapat dilihat melalui

15

karakteristik transaksinya. Argumen yang mendasari bahwa semakin tinggi nilai

co-production potensial pada sebuah model bisnis, maka kinerja juga akan semakin

tinggi. Semakin tinggi kesadaran pengguna dalam melakukan transaksi sebagai

suatu hubungan dengan perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kinerja suatu

model e-business (online). Interaksi keduanya ini juga akan memiliki hubungan

positif dengan kinerja model e-business (online) termasuk menghubungkan dengan

mitra dan networking didalamnya. Oleh karena itu dalam pengembangan industri

kreatif fesyen maka diperlukan suatu grand design yang strategis dan terencana.

(Mohammad Adam Jerusalem, 2013).

Pemerintah dalam hal ini harus lebih mampu melihat kebutuhan industri

fesyen, sehingga kebijakan yang dibuat dapat mendukung pengembangan bisnis

fesyen khususnya fesyen muslim di Indonesia. Kebijakan pemerintah sangat

berpengaruh kepada perkembangan fesyen muslim ini, jika kita melihat sejarah

kebelakang fenomena pertumbuhan industri kreatif fesyen muslim di Indonesia

meningkat dimulai sejak dikeluarkannya aturan untuk memperbolehkan

penggunaan hijab di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan juga di lingkungan

pemerintahan. Penggunaan hijab yang dahulu dianggap sebagai kaum minoritas

sekarang ini imej dan cara pandang sudah mulai bergeser. Terlebih lagi penggunaan

hijab sekarang ini sudah menjadi trend, bahkan menjadi ciri khas wanita muslim

bangsa Indonesia yang dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim

(88%). Para designer fesyen muslim yang saat ini banyak disukai oleh generasi

muda urban, karena stylenya yang trendy ditambah dengan mudahnya para

konsumen mengakses informasi mode terkini dan perkembangannya melalui sosial

16

media, Para Gen M (Generasi Muslim) ini memiliki jaringan informasi yang dapat

diakses dengan mudah melalui pemanfaatan Information Communication and

Technology (ICT). Namun bagi UMKM fesyen muslim di Jawa Barat di era digital

dan online, perlu mengembangkan kekhasan atau ciri khas produk, sehingga saat

ini mayoritas UMKM masih sebagai follower trend fesyen muslim, dan ditambah

lagi dengan masih lemahnya UMKM fesyen muslim dalam memenuhi pesanan

yang tepat waktu.

Pengembangan industri fesyen muslim Indonesia kedepan, tidak lepas bagian

dari keberhasilan industri mode yang telah mampu mendorong kemajuan ekonomi

kreatif dan memberikan pemasukan yang besar terhadap PDB hingga mencapai Rp

164,7 triliun setelah industri kuliner. Dalam sebuah grand design, industri fesyen

menjadi sebuah kekuatan dalam kemajuan ekonomi kreatif, dimana keunggulan

jangka panjang adalah memiliki modal dasar sumber daya yang akan selalu ada dan

senantiasa update dengan perkembangan jaman, berupa kreativitas bangsa. Industri

fesyen ini lebih luas lagi juga berkaitan dengan akses penerapan ilmu pengetahuan

dan teknologi, penyerapan tenaga kerja serta wirausaha baru. Dari sekian banyak

kebijakan pemerintah mendukung pengembangan fesyen, terdapat salah satu

dukungan pemerintah terhadap industri fesyen muslim yaitu untuk mendorong

Indonesia menjadi kiblat/ pusat mode dunia pada tahun 2020 tercapai. Di sisi lain,

Indonesia saat ini tergolong negara berkekuatan ekonomi ke-16 terbesar di dunia

serta negara berpenduduk muslim terbesar di dunia menjadikan memiliki potensi

besar dalam pengembangan industri fesyen muslim.

17

1.2 Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Dari fenomena yang dijelaskan di atas, pengembangan ekonomi kreatif

industri fesyen muslim online di Jawa Barat belum sesuai dengan harapan, karena

masalah kreasi nilai produk fesyen Jawa Barat yang masih belum banyak yang

dikaji mendalam dan dipecahkan secara serius serta belum memaksimalkan

pemanfaatan teknologi digital dalam melakukan inovasi pemasaran yang

berkembang pesat di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat. Pelaku UMKM

fesyen muslim khususnya yang berbasis online ini belum mengemas konsep

pemasaran online secara sistematis dan mengimplementasikan inovasi pemasaran

sehingga melemahkan strategi bersaing.

Pengembangan industri kreatif fesyen muslim belum maksimal, disebabkan

kurangnya pengembangan keunikan sumber daya seperti sulitnya jalur pembiayaan

pelaku UMKM fesyen muslim, arus kas usaha yang fluktuatif, serta aset yang tidak

berwujud berupa kekayaan intelektual yang belum dapat diterima pihak perbankan

sebagai jaminan. Hal ini merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya saing

dan kinerja bisnis. Seperti pengembangan sumber daya UMKM fesyen muslim

yang belum optimal, masalah kelangkaan bahan baku untuk produksi, kesenjangan

antara pendidikan dan industri dalam memenuhi kebutuhan sumber daya di

lapangan, kurangnya penelitian mendalam mengenai bahan baku serta standardisasi

dan sertifikasi yang belum sistematis.

Lemahnya strategi bersaing yang disebabkan oleh masih rendahnya kreasi

nilai UMKM fesyen muslim karena manfaat yang diterima pelanggan belum sesuai

18

dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen, serta belum dimanfaatkan nya

kemitraan bisnis dalam mengembangkan produk.

Kinerja Bisnis UMKM fesyen muslim online pada umumnya belum merata

disetiap sektor dan masih belum memenuhi standar untuk dapat bersaing dengan

produk luar negeri yang memiliki standar kualitas yang relatif lebih baik namun

dengan harga yang bisa lebih murah, di pasar dalam dan luar negeri.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini diberi judul

“Strategi bersaing UMKM fesyen muslim online untuk peningkatan ekonomi

kreatif di Jawa Barat “

1.2.2 Pembatasan Masalah

Merujuk pada latar belakang penelitian di atas maka penelitian ini dibatasi

hanya variable penelitian yang terdiri dari kreasi nilai, inovasi pemasaran, keunikan

sumber daya, strategi bersaing, dan kinerja bisnis.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah UMKM fesyen muslim online di

Jawa Barat. Unit observasi dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM industri

kreatif fesyen muslim online yang ada diwilayah Jawa Barat.

1.2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan tema dan permasalahan di atas, maka masalah yang ada dikaji

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah kreasi nilai berpengaruh pada strategi bersaing UMKM fesyen

muslim online di Jawa Barat.

19

2. Apakah inovasi pemasaran berpengaruh pada strategi bersaing UMKM

fesyen muslim online di Jawa Barat.

3. Apakah keunikan sumber daya berpengaruh pada strategi bersaing UMKM

fesyen muslim online di Jawa Barat.

4. Apakah strategi bersaing berpengaruh terhadap kinerja bisnis UMKM fesyen

muslim online di Jawa Barat.

5. Apakah kreasi nilai berpengaruh terhadap kinerja bisnis melalui strategi

bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

6. Apakah inovasi pemasaran berpengaruh terhadap kinerja bisnis melalui

strategi bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

7. Apakah keunikan sumber daya berpengaruh terhadap kinerja bisnis melalui

strategi bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

8. Apakah kreasi nilai, inovasi pemasaran, keunikan sumber daya berpengaruh

terhadap kinerja bisnis melalui strategi bersaing UMKM fesyen muslim

online di Jawa Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu kepada latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji kreasi nilai, apakah berpengaruh terhadap strategi bersaing UMKM

fesyen muslim online di Jawa Barat.

2. Mengkaji inovasi pemasaran, apakah berpengaruh terhadap strategi bersaing

UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

20

3. Mengkaji keunikan sumber daya, apakah berpengaruh terhadap strategi

bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

4. Mengkaji strategi bersaing apakah berpengaruh terhadap kinerja bisnis

UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

5. Mengkaji kreasi nilai, apakah berpengaruh terhadap kinerja bisnis melalui

strategi bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

6. Mengkaji inovasi pemasaran, apakah berpengaruh terhadap kinerja bisnis

melalui strategi bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

7. Mengkaji keunikan sumber daya apakah berpengaruh terhadap kinerja bisnis

melalui strategi bersaing UMKM fesyen muslim online di Jawa Barat.

8. Mengkaji kreasi nilai, inovasi pemasaran, keunikan sumber daya apakah

berpengaruh terhadap kinerja bisnis melalui strategi bersaing UMKM fesyen

muslim online di Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap

pengembangan ilmu manajemen stratejik, khususnya teori strategi bersaing dimana

penelitian ini dapat mendorong, peneliti-peneliti berikutnya untuk dapat

mengembangkan lebih lengkap lagi terutama yang berhubungan dengan Kreasi

Nilai, Inovasi Pemasaran, dan Keunikan Sumber Daya yang ditunjang oleh Strategi

Bersaing agar tercipta Kinerja Bisnis yang Optimal.

21

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi dan referensi

bagi para pelaku UMKM/ pengusaha muda urban yang bergerak dibidang fesyen

muslim yang ada di provinsi Jawa Barat serta berguna bagi pihak yang bergerak

dalam bisnis praktis, pengambil kebijakan dan lembaga/ Pembina UMKM terutama

yang terkait dengan kinerja bisnis, strategi bersaing, kreasi nilai, inovasi pemasaran,

dan keunikan sumber daya.