autism

50
LAPORAN PBL BLOK 16 SKENARIO A Disusun oleh : Kelompok 1 Ima yuliana 04101001005 Hilda 04101001010 Bella fadilla hais 04101001014 Rona Lisa Anriz 04101001015 Siti Aziza Airunnisa 04101001027 Venny Mayasari 04091001040 Mar’atun sholihah hrp 04101001048 Muhammad falih akbar 04101001085 Stefani Gunawan 04101001088 Maria winarti 04101001112

Upload: ima-yuliyana-marsmutzz-2474

Post on 30-Oct-2014

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perkembangan kepribadian

TRANSCRIPT

Page 1: autism

LAPORAN PBL BLOK 16

SKENARIO A

Disusun oleh :

Kelompok 1

Ima yuliana 04101001005

Hilda 04101001010

Bella fadilla hais 04101001014

Rona Lisa Anriz 04101001015

Siti Aziza Airunnisa 04101001027

Venny Mayasari 04091001040

Mar’atun sholihah hrp 04101001048

Muhammad falih akbar 04101001085

Stefani Gunawan 04101001088

Maria winarti 04101001112

Pembimbing : dr. Abdullah shahab Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: autism

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya

laporan tutorial skenario A blok 16 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan

bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya.

Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik

pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun

lakukan.

Palembang , 3 januari 2013

Penyusun

Page 3: autism
Page 4: autism

Skenario A blok 16

Diego anak laki-laki berusia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum

bisa bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan

kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila

dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu

bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetapi

tidak suka bermain dengan anak lain.

Diego anak pertama dari ibu berusia 34 tahun. Lahir spontan pada

kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu diego pernah mengalami demam

dan sering mengonsumsi daging mentah tetapi periksa kehamilan dengan

teratur ke SpOG. Riwayat persalinan : lahir langsung menangis. Berat badan

waktu lahir 3.500 gram. Diego bisa tengkurap usia 6 bulan, berjalan usia 12

bulan, tidak ada riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang menderita

kelainan seperti ini.

Pemeriksaan Fisis dan pengamatan :

Berat badan 17kg, tinggi badan 92 cm, lingkar kepala 50 cm. Tidak ada

gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan

tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.

Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah

selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan

berulang-ulang.

tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain

dengan anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya

untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat

benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang diranyakan oleh

orang lain.Pemeriksaan fisik umum, neurologis dan laboratorium dalam

batas normal. Tes pendengaran normal.

Page 5: autism

I. Klarifikasi istilah

1. Dismorfik : Keadaan dimana terdapat bentuk morfologik yang berbeda-

beda

2. Imajinatif : Dapat berkhayal atau berpura-pura membayangkan sesuatu.

II. Identifikasi Masalah.

1. Diego laki-laki 30 bulan, dibawa ke klinik dengan keluhan:

- Belum bisa bicara dan tidak bisa duduk diam

- Hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti

- Bila dipanggil tidak bereaksi

- Selalu bergerak kesana-kamari tanpa tujuan

- Senang bermain dengan bola tapi tidak suka bermain dengan permainan

lain.

2. Riwayat kehamilan ibu diego

- Anak pertama saat ibu berusia 34 tahun

- Lahir spontan, usia kehamilan 38 minggu

- Ibu sering demam dan mengkonsumsi daging mentah selama hamil dan

teratur konsul ke SpOG

3. Riwayat persalinan

- Lahir langsung menangis

- Berat badan lahir 3500gram

- Dapat tengkurap usia 6 bulan

- Berjalan usia 12 bulan

- Tidak ada riwayat kejang

- Tidak ada keluarga yang menderita kelainan seperti ini

4. Pemeriksaan fisik dan pengamatan

- BB 17 kg, TB 92 cm, Lingkar kepala 50cm

- Tidak ada gambaran dismorfik.

Page 6: autism

- Anak sadar dan tidak mau kontak mata dan tersenyum pada pemeriksa

- Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

- Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan

- Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah

selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan

berulang-ulang.

- Tidak ada gerakan aneh yang dilakukan berulang-ulang

- Tidak mau bermain dengan anak lain, bila memerlukan bantuan dia

menarik-narik tangan ibunya untuk melakukan.

- Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif)

- Tidak melihat benda yang ditunjuk

- Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan orang lain

III. Analisis Masalah

1. Bagaimana perkembangan normal anak usia 30 bulan?

Perkembangan Perilaku Normal anak usia 30 bulan

Motorik Berlari, Berdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.

Membuat tumpukan dari 6 kubus. Meniru

coretan garis lingkar.

Sosial Masa membangkang, Anak berulang-ulang

mengatakan “saya mau” dan akan marah bila

tidak terpenuhi.

Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan

oleh orang tuanya

Perkembangan

bahasa (pemahaman)

-Mengerti bagian tubuh yang kecil (siku, pipi,

kelopak mata).

- Mengerti kategori nama keluarga (nenek, bayi).

- Mengerti ukuran (yang kecil, yang besar).

- Mengerti sebagian besar kata sifat.

Mengerti fungsi (mengapa kita perlu makan,

Page 7: autism

mengapa kita perlu tidur).

Penguasaan ekspresi -Menggunakan kalimat yang nyata dengan

kata-kata berfungsi secara tata bahasa

(dapat, akan, sebuah).

- Biasanya memberikan maksud sebelum

bertindak.

- ”Bercakap-cakap” dengan anak lain,

biasanya hanya monolog.

- Logat sendiri dan okolalia secara

bertahap menghilang dari pembicaraan.

- Perbendaharaan kata bertambah (sampai

270 kata pada usia 2 tahun, 895 kata pada

usia 3 tahun) termasuk ucapan populer

(slang).

- P, b, m diartikulasikan secara benar.

Berbicara mungkin menunjukkan

gangguan irama

2. Mengapa diego hanya mau bermain bola dan tidak ingin bermain yang lain?

Pada anak dengan gangguan autistik tidak mampu berkomunikasi dan

mengekspresikan perasaan maupun keinginannya sehingga perilaku dan

hubungannya terhadap orang lain menjadi terganggu dan jenis permainan

dan aktivitasnya bersifat kaku, berulang, dan monoton. Oleh sebab itu diego

hanya mau bermain satu permainan saja, yaitu bermain bola dan tidak mau

bermain yang lain

3. Mengapa diego belum bisa bicara?

- pada anak autistik terjadi penyimpangan bahasa seperti keterlambatan

bicara merupakan salah satu karakteristik dari gangguan autistik.

Page 8: autism

4. Bagaimana tahap perkembangan kepribadian anak usia 30 bulan?

Fase anak-anak(2-3tahun)

Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu

Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi–

perasaan malu, ragu-ragu Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak

sudah bisa berdiri sendiri (dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain,

minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya) tetapi di pihak

lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,

sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.

Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian

(otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.

Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan

keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain,

keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang

seringkali menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam

mengasuh anaknya yakni “tegas namun toleran”.

5. Bagaimana hubungan antara riwayat kehamilan ibu diego dengan keluhan

diego? Hubungan dengan :

- Usia ibu saat kehamilan (34 tahun)

Usia ibu pada saat mengandung anak pertama lebih dari 30-34 tahun

memiliki resiko 27% anak lahir dengan autisme.

- Sering demam dan konsumsi daging mentah

Demam saat hamil meningikatkan resiko autisme, Sejumlah studi

memastikan bahwa ketika sistem kekebalan wanita (betina) terpicu untuk

melawan infeksi selama masa kehamilan maka hal itu mempengaruhi

perkembangan otak anak dengan cara yang sedemikian rupa, meski

mekanismenya belum bisa dipahami oleh para pakar.

Dan terdapat pula hubungan antara kebiasaan sering mengkonsumsi

daging mentah saat kehamilan dengan kondisi diego sekarang. Karena

Page 9: autism

daging yang diolah setengah matang seringkali sudah terdapat parasit di

dalamnya, Kalau ibu hamil mengonsumsi daging yang terinfeksi parasit ini,

otomatis ia juga akan terjangkit beberapa macam penyakit yang disebabkan

oleh parasit tadi, infeksi tersebut dapat menyebabkan gangguan

perkembangan otak anak

6. Mengapa diego tidak mau berinteraksi dengan orang sekitarnya?

Karena pada anak yang menderita gangguan austistik mengalami

gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, salah satunya adalah gagal

untuk mengembangkan hubungan dengan orang disekitarnya. Mereka

cenderung mernarik diri dari lingkungan sekitarnya. Itulah sebab mengapa

Diego tidak mau berinteraksi dengan orang disekitarnya.

Anak autisme juga memiliki Gangguan faktor afektif dan fungsionalnya,

kurang empati, dan tidak berespon terhadap orang lain.

7. Mengapa diego melakukan satu aktivitas saja dan berulang-ulang?

Pada anak dengan autisme terdapat perilaku stereotipik, jenis permainan

dan aktivitasnya bersifat kaku, berulang, dan monoton. Oleh sebab itu diego

sering melakukan satu aktivitas saja dan berulang.

8. Mengapa diego tidak bisa bermain pura-pura(imajinatif)?

Pada kasus: Diego tidak mampu bermain pura-pura (menirukan peran lain)

karena ketidakmampuannya dalam berimajinatif dia tidak bisa berhayal

berpura-pura menjadi sesuatu dalam sebuah permainan.

9. Apa diagnosis banding kasus ini?

ASD Retardasi

mental

ADHD Sindrom

Asperger

Page 10: autism

Bahasa,

komunikasi

terlambat atau

sama sekali tidak

berkembang

terlambat atau

sama sekali

tidak

berkembang

berkembang

baik

bahasa

berkembang

baik,

komunikasi

akan

terlambat

berkembang

perilaku,

motorik

kasar dan

halus

terbatas,

stereotipik,

hiperaktif, otot

hipotonik tetapi

tidak ada

gangguan motorik

terbatas,

stereotipik,

pasif, ada

gangguan

motorik

stereotipik,

hiperaktif,

otot tidak

hipotonik,

tidak ada

gangguan

motorik

terbatas,

stereotipik,

tidak

hiperaktif,

tidak ada

gangguan

motorik

interaksi

sosial

kegagalan untuk

bertatap mata,

menunjukkan

ekspresi fasial,

maupun postur

dan gerak tubuh,

untuk berinteraksi

secara layak,

inatensi, menarik

diri

inatensi,

ketergantungan

kontak mata

ada, tetapi

ada

gangguan

interaksi

sosial,

inatensi,

tidak

menarik diri

kegagalan

untuk

bertatap

mata,

menunjukkan

ekspresi

fasial,

maupun

postur dan

gerak tubuh,

untuk

berinteraksi

secara layak,

atensi baik,

Page 11: autism

menarik diri

emosional kurangnya empati,

agresif tetapi dapat

pula terlalu diam

agresif dengan

kontrol impuls

yang buruk,

dapat pula

diam dan

terlihat depresi

kurangnya

empati

kurangnya

empati

kognitif tidak mampu

untuk bermain

secara imajinatif

sangat

menurun

berkembang

lebih baik

berkembang

lebih baik

memori terganggu karena

jarang sekali

dirangsang akibat

interaksi sosial

dan emosi yang

kurang

sangat

menurun

tidak

terganggu

karena masih

dirangsang

oleh kognitif

dan

kemampuan

bahasa yang

masih baik

10. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan WD kasus ini?

Secara detail, menurut DSM IV ( 1995), kriteria gangguan autistik adalah

sebagai berikut :

A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)

dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :

1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam

sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini :

Page 12: autism

a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, sepertikontak

mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi

sosial.

b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan

orang lain.

d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang

timbal balik.

2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari

gejala berikut ini:

a. Perkembangan bahasa lisan ( bicara) terlambat atau sama sekali tidak

berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara

non verbal.

b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk

berkomunikasi

c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan

berulangulang.

d. Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau

permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf

perkembangannya.

3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal

harus ada 1dari gejala berikut ini :

a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan

intensitas yang abnormal/ berlebihan.

b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas

c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti

menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.

d. Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian

tertentu dari obyek.

B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada

Page 13: autism

salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan

komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa

Anak

WD : Autisme

11. Apa etiologi dan faktor resiko kasus ini?

Etiologi : tidak diketahui

Faktor resiko :

- Genetic

- Penyakit pada otak (TORCH infection)

- Perkembangan otak yang abnormal (microcephali, hydrocephalus)

- Penyakit metabolic (PKU, MPS)

- Kelainan destruksi post natal yang didapat (encephalitis, meningitis)

- Kelainan genetik (tuberous sclerosis, fragile x sindrom)

- Encephalopathy timbal

- Neoplasma

12. Bagaimana epidemiologi kasus ini?

Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.

13. Bagaimana patogenesis kasus ini?

- Persepsi yang tidak mantap disertai disfungsi batang otak ketidakmampuan

otak untuk mengatur rangsangan sensoris yang masuk yang membuat anak

autisme berperilaku menyimpang dari realitas lingkungan yang ada.

- Gangguan fungsi limbik gangguan fungsi limbik ini diperkirakan sama

dengan amnesia (sama-sama menyerang fungsi limbik, yaitu bagian

hipokampus dan amigdala). Amigdala memiliki peran dalam perilaku

terhadap rangsangan emosi dalam mengendalikan emosi. Anak autisme

biasanya tidak bisa mengendalikan emosi dan seringkali agresif pada diri

sendiri dan orang lain, sebaliknya bisa juga sangat pasif. Sedangkan

Page 14: autism

hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat,

jika terjadi kerusakan di sana akan menyebabkan kesulitan dalam menyerap

dan mengingat informasi baru, juga menimbulkan perilaku yang

steriotipik,dan stimulasi diri. Pada anak-anak autis, diketemukan neuron di

amigdala dan hipokampusnya neuron yang sangat padat dan kecil-kecil.

- Gangguan Hemispher Kiri: kelainan kognitif dan bahasa diakibatkan oleh

gangguan ini. Beberapa anak autisme menunjukkan kemampuan yang tinggi

pada otak kanan. Hal ini disebabkan karena otak kanan mengkompensasi

kerusakan otak kirinya. Jika otak kanan tidak mampu mengkompensasi

maka yang terjadi adalah kerusakan pada kedua otak.

- Gangguan neurotransmiter: peningkatan serotonin pada 1/3 anak autis.

Diduga gangguan fungsi neurotransmiter tersebut yang menyebabkan

adanya gangguan kognitif dan perilaku. Serotonin : hiperserotonin pada

sepertiga anak autis

Dopamin: hiperdopaminergik menyebabkan adanya gerakan stereotipi.

- Kenaikan zat lainnya: epinefrin, norefineprin, dan oksitosin.

14. Bagaimana tatalaksana kasus ini?

Terapi yang terpadu

Penanganan / intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan

dengan intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan

antara 4 – 8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga harus terlibat untuk

memacu komunikasi dengan anak. Penanganan penyandang autisme

memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai

disiplin ilmu antara lain psikiater, psikolog neurolog, dokter anak, terapis

bicara dan pendidik.

Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :

a. Terapi medikamentosa

b. Terapi psikologis

c. Terapi wicara

Page 15: autism

d. Fisioterapi

Terapi medikamentosa

Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak

sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat:

- antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor ) yang bisa

memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan

dopamine (diberikan dalam dosis yang paling minimal)

- pemberian haloperidol (haldol) menurunkan gejala perilaku dan

mempercepat belajar.

- Fenfluramine (pondimin) menurunkan kadar serotonin darah efektif pada

beberapa anak autistik. (kaplan jilid 2 hal 738)

- Naltrexone Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat

menghambat opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti

mengurangi cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas (Lensing

dkk,1995).

- Clompramin Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik,

konvulsi, perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis

3,75 mg (Campbell dkk,1996)

- Lithium merupakan obat yang dapat digunakan untukmengurangi perilaku

agresif dan mencederai diri sendiri (Lumbantobing,2001)

- Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas (Lumbantobing,2001)

Terapi psikologis

Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa

dan komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku

yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri ( self mutilation ),

temper tantrum dengan penekanan pada peningkatan fungsi individu dan

bukan “menyembuhkan” dalam arti mengembalikan penyandang autis ke

posisi normal.

Page 16: autism

Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif

dalam intervensi autisme yang memiliki tujuan :

membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal

meningkatkan kemampuan belajar anak autistic

mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan

interaksi penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya

“hidup sendiri” . Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan

munculnya perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini

pemberian mainan yang bervariasi juga dapat mengurangi kekakuan ini.

mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri

sendiri

15. Bagaimana prognosis kasus ini?

- Prognosis dubia, jika ditangani dengan baik prognosis bisa bonam, namun

jika tidak ditatalaksana prognosis malam.

16. Apa preventif kasus ini?

- Merencanakan kehamilan sebelum usia lanjut

- Saat hamil ibu jangan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan

menghindari infeksi.

17. Berapa KDU kasus ini?

2 dan 3B

IV. Hipotesis

Diego laki-laki 30 bulan, dibawa ke klinik dengan keluhan belum bisa

bicara dan tidak bisa duduk diam karena diduga autism

V. Kerangka konsep

Page 17: autism

VI. Sintesis

A. TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)

dan ukuran panjang (cm, meter). Perkembangan adalah bertambahnya

Diego 30 bulan

Autisme

Kehamilan ibu1. Usia ibu 34 thun2. Suka konsumsi daging mentah3. Demam saat hamil

belum bisa bicara dan tdk bisa duduk diam

Berbicara tidak dimengerti perkataan yang t

Lebih suka bermain bola sendiri

Tidak imajinatif

Page 18: autism

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari

seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,

termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai

hasil berinteraksi dengan lingkungannya.

Perkembangan Perilaku, Emosional, dan Kemampuan Bersosialisasi

Menurut ERICK ERICKSON perkembangan psychososial atau

perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi

menjadi 4 tahap:

a. Masa Bayi (0-1 tahun) - Trust >< Mistrust

Periode ini dianggap sebagai stadium kepercayaan dasar lawan

ketidakpercayaan dasar. Tahap ini merupakan tahap pengembangan rasa

percaya diri. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat

memerlukan sentuhan dan pelukan.

Pada usia 3 minggu bayi mencontoh-contoh pergerakan wajah dari

pengasuh dewasanya. Bayi membuka mulut dan menjulurkan lidahnya ke

luar sebagai respon orang dewasa yang melakukan hal yang sama. Pada

bulan ketiga dan keempat kehidupannya, perilaku tersebut mudah untuk

ditimbulkan. Perilaku meniru dianggap sebagai prekursor dari kehidupan

emosional pada seorang bayi. Respon tersenyum terjadi dalam dua fase: fase

pertama adalah senyum endogen yang terjadi spontan dalam dua bulan

pertama dan tidak berhubungan dengan stimulasi eksternal; fase kedua

adalah senyum eksogen yang terstimulasi dari luar, biasanya oleh ibu pada

minggu ke-16. Perilaku bayi terus-menerus berkembang sebagai akibat dari

respon sosial pengasuhnya terhadap perilakunya sendiri.

Pada tahun pertama, mood bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat

dengan keadaan internal, seperti rasa lapar.

Pada masa ini bayi mengembangkan suatu perasaan kepercayaan dasar

dimana keinginan mereka akan dipuaskan secara sering atau perasaan

bahwa mereka akan kehilangna sebagian besar yang mereka inginkan.

Page 19: autism

Selama enam bulan kedua, cara sosial yang dominan berpindah dari

mendapatkan ke mengambil, dimanifestasikan secara oral dengan

menggigit. Perpisahan yang lama dengan ibu pada waktu itu dapat

menyebabkan depresi, hospitalisme, depresi anaklitik, atau tonus depresi

yang menjadi bagian dari struktur karakter dewasa seseorang.

b. Masa Belajar Berjalan (2-3 tahun) - Otonomi/Mandiri >< Malu/Ragu-ragu

Stadium ini merupakan stadium otonomi melawan rasa malu dan keraguan

diri. Tantangan mereka pada masa ini adalah untuk menjadi terpisah dan

individual. Mereka belajar untuk berjalan, makan sendiri, mengontrol

sfingter anal, dan untuk berbicara.

Dalam tahun kedua, afek rasa senang dan tidak senang menjadi

terdiferensiasi lebih lanjut. Ditemukan eksplorasi yang menggembirakan,

rasa senang yang dinyatakan, rasa dalam menemukan dan mengembangkan

perilaku baru, menggoda dan mengejutkan atau mengolok-olok orang

tuanya, mempunyai kemampuan menunjukkan rasa cinta yang terorganisir

(seperti berlari, merangkul, tersenyum, mencium orang tuanya dalam waktu

yang sama), serta menunjukkan protes.

Rasa senang terhadap keluarga, ketakutan pada orang asing, dan kecemasan

yang berhubungan dengan kemarahan dan kehilangan pengasuh yang

dicintai dapat bertambah pada masa ini.

c. Periode Prasekolah (3-5 tahun) - Inisiatif >< Rasa Bersalah

Stadium ini merupakan stadium inisiatif lawan bersalah. Pada usia 3 tahun

anak akan belajar menjadi instruktif, mereka meraih dengan hasrat dan

keingintahuan sehingga anak akan banyak bertanya dalam segala hal,

sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini mereka mengalami pengembangan

inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Ekspresi minat

bergairah terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang berlawanan akan

terlihat. Dalam stadium ini pula anak akan mengalami kekecewaan dan

Page 20: autism

sering kali mencoba untuk berebutan tempat bagi dirinya sendiri untuk kasih

sayang orang tuanya.

d. Tahun-tahun Pertengahan (usia 6-11 tahun) - Industri/Rajin >< Inferioriti

Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk

belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan

menuntut perhatian. Pada masa ini pula interaksi dengan teman sebaya

mempunyai kepentingan yang sangat besar. Hubungan yang khusus terdapat

dengan orang tua yang berjenis kelamin sama, dengan siapa anak

beridentifikasi dan siapa yang sekarang merupakan model peran. Anak

menjadi yakin akan kemampuannya untuk menggunakan barang-barang

dewasa selama periode latensi, dimana mereka menunggu, mempelajari, dan

mempraktikkan untuk menjadi pemberi nafkah.

Perkembangan Anak

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini

kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia

berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa

ini.

Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak

adalah:

1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).

2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).

3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara

spontan).

Page 21: autism

4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya).

Stimulasi dalam tumbuh kembang anak

Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,

perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi

yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang

bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai

penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam

stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditif

(pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan

anak.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik.

Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian

anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan

menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu

banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan

anak akan menangis.

Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus

verbal pada periode tahun pertama sangat penting untuk perkembangan

bahasa anak. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah

dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang

didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut)

anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam

suara.

Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak

merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-

sifat ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti

ekspresi keheranan, dll. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil,

Page 22: autism

kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku

sosial, emosional dan motorik.

Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang

diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium,

bermain dll.. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya

diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya

dan lebih berkembang.

Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan

berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap

lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh

lingkungannya melalui sejumlah reaksi yang diberikan terhadap perilaku

anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana

yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana

yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan

yang responsive akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi.

Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan

penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya melalui

pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi

perkembangan kognitifnya (kecerdasan).

Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan

keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat

menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk

bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan

memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi

perkembangan sosial anak.

Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-

anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak

sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE

adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak

disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna

untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau

Page 23: autism

merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih

berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan

pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya

dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan

masyarakat).

Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’

yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan

untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu

luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan

mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan

pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman

hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua

dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui

kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini. Buku bacaan anak

juga penting karena akan menambah kemampuan berbahasa,

berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya.

Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh

diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah

raga. Anak perlu diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya

melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll).

Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan

yang distimuli:

1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar: Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang

ditarik atau didorong

2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.

3. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka,

pensil warna, radio.

4. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV

5. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki

Page 24: autism

6. Tingkah laku social:Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya

congklak, kotak pasir, bola, tali.

Perkembangan Perilaku Normal

Motorik

Umur Motor Behavior Adaptive

1 bulan Kepala merebah, tonic neck reflex,

tangan mengepal.

Melihat sekitarnya, tracking

eye movement ada tapi

terbatas.

4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak

simetris, tangan terbuka.

Tracking eye movement baik,

menggenggam benda yang

diberikan padanya.

7 bulan Duduk dengan sokongan kedua

tangan, memegang kubus, melihat

dan menyentuh kancing.

Memindahkan kubus dari

satu tangan ke tangan yang

lain.

10

bulan

Duduk tanpa sokongan tangan,

merangkak hingga berdiri.

Bermain dengan 2 kubus,

yang satu disentuhkan

dengan yang lain

1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk

bersila. Mengetahui arti kancing,

memasukan dan mengambilnya dari

botol.

Memindahkan kubus

kedalam cangkir.

1 6/12

bulan

Berjalan tanpa jatuh. Duduk sendiri

di kursi kecil. Menyusun tumpukan

dengan 3 kubus.

Mengeluarkan kancing dari

botol.

Meniru coretan garis lurus.

2 tahun Berlari.

Menyusun tumpukan dari 6 kubus.

Meniru coretan garis

lingkaran.

3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa jatuh.

Membuat tumpukan dari 10

kubus.

Membuat jembatan

dengan 3 kubus. Meniru

gambar silang.

Page 25: autism

4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang

dengan 5 kubus.

Menggambar orang.

5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.

Perkembangan Sosial

Umur Status Interaksi Sosial Tindakan

0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh

stimuli eksternal

Dapat melihat wajah orang.

2-4 bulan Awal reaksi social Tertawa dan tersenyum bila melihat

wajah orang.

Bermain dengan tangan dan pakaian,

mengenal botol dan bersiap-siap untuk

makan.

5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat

suara atau menyentuh ortu.

8-12 bulan Perkembangan sosial

aktif

Membedakan wajah marah & tidak

dengan memalingkan muka.

Membedakan suara.

Bertindak ramah pada orang yang

dikenal, dan malu pada orang yang

belum dikenal.

1-2 tahun Penyempurnaan sosial

aktif

Anak mencari mengharapkan ada teman

bermain, mencari teman sebaya.

Memberikan mainan bila diminta.

2-4 tahun Masa membangkang Anak berulang-ulang mengatakan

“saya mau” dan akan marah bila

tidak terpenuhi.

Sudah mulai mengerjakan tugas yang

Page 26: autism

diberikan oleh ortunya.

5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan

lingkungan, krn pd masa ini terdapat

perkembangan kesadaran kewajiban dan

pekerjaan.

> 6 tahun Masa berpikir dan emosi Anak mulai malas bekerja (harus

dirangsang). Anak mulai tahu membenci

dan menyanyangi orang lain, serta

menilai sikap lingkungan terhadapnya.

> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan

dan mencari jalannya sendiri.

Perkembangan Bahasa

USIA DAN

STADIUM

PERKEMBANGAN

PENGUASAAN

PEMAHAMAN

PENGUASAAN

EKSPRESI

0-6 bulan - Menunjukkan respon terkejut

terhadap suara yang keras atau

tiba-tiba.

- Berusaha melokalisasi suara,

memalingkan mata atau kepala.

- Tampak mendengarkan pada

pembicara, mungkin berespon

dengan senyuman.

- Berespon saat mendengar

namanya sendiri.

- Memiliki

vokalisasi selain

menangis

- Memiliki tangisan

yang berbeda untuk

rasa lapar, rasa

sakit.

- Membuat

vokalisasi untuk

menunjukkan

kesenangan.

- Bermain dengan

membuat suara-

suara.

Page 27: autism

- Berceloteh

(mengulangi urutan

suara).

7-11 bulan

Masuk stadium

bahasa

- Menunjukkan selektivitas

mendengar (mengendalikan

secara disadari).

- Mendengarkan musik atau

bernyanyi dengan senang.

- Mengenali ”jangan”, ”panas”,

namanya sendiri.

- Melihat gambar yang disebutkan

namanya sampai satu menit.

- Mendengarkan pembicaraan

tanpa terganggu oleh suara lain.

- Berespon terhadap

namanya sendiri

dengan vokalisasi.

- Meniru melodi

ungkapan.

- Mengguanakan

logat sendiri

(bahasa sendiri)

- Memiliki gerak

isyarat

(menggelengkan

kepala untuk tidak).

- Memilki seruan

(“oh-oh”)

- Bermain permainan

kata (menepuk kue,

sembunyi-

sembunyian)

12-18 bulan

Stadium satu kata

- Menunjukkan perbedaan kasar

antara suara yang tidak sama

(suara lonceng lawan anjing

lawan terompet lawan suara ayah

atau ibu).

- Mengerti bagian tubuh dasar,

nama benda-benda yang sering.

- Mendapatkan pengertian

beberapa kata baru tiap

minggunya.

- Menggunakan kata

tunggal (rata-rata

usia timbulnya kata

pertama adalah 11

bulan; pada usia 18

bulan, anak

menggunakan

sampai 20 kata).

- ”Berbicara” dengan

mainan, diri sendiri,

Page 28: autism

- Dapat mengidentifikasi benda

sederhana (bayi, bola, dll).

- Mengerti sampai 150 kata pada

usia 18 bulan

atau orang lain,

dengan

mengguanakan pola

logat sendiri yang

panjang dan

kadang-kadang

dengan kata-kata.

- Kira-kira 25%

ungkapan adalah

dapat dimengerti.

- Semua huruf hidup

diucapkan secara

tepat.

- Konsonan awal dan

akhir sering kali

dilewatkan.

12-24 bulan

Stadium pesan kata

dua kata

- Berespon terhadap petunjuk

sederhana (”Berikan bola itu”).

- Berespon terhadap perinyah

bertindak (”Ke sini,” Duduk”)

- Mulai mengerti kalimat

kompleks (”Kalau kita pergi ke

toko, saya akan berikan kamu

permen”)

- Menggunakan

ungkapan dua kata

(”Mama gendong,”

semua pergi,” bola

ke sini”)

- Meniru suara

lingkungan dalam

bermain (”moo,”

rrmm, rrmm,” dll.)

- Menyebut dirinya

sendiri dengan

nama, mulai

menggunakan kata

ganti.

- Meniru dua atau

Page 29: autism

lebih kata terakhir

dari suatu kalimat.

- Mulai

menggunakan

ungkapan telegrafik

tiga kata (”semua

bola pergi,” saya

pergi sekarang”)

- Ungkapan 26% dan

50% dapat

dimengerti.

- Menggunakan

bahasa untuk

meminta.

24-36 bulan

Stadium

Pembentukan Tata

Bahasa

- Mengerti bagian tubuh yang

kecil (siku, pipi, kelopak mata).

- Mengerti kategori nama

keluarga (nenek, bayi).

- Mengerti ukuran (yang kecil,

yang besar).

- Mengerti sebagian besar kata

sifat.

- Mengerti fungsi (mengapa kita

perlu makan, mengapa kita perlu

tidur).

- Menggunakan

kalimat yang nyata

dengan kata-kata

berfungsi secara

tata bahasa (dapat,

akan, sebuah).

- Biasanya

memberikan

maksud sebelum

bertindak.

- ”Bercakap-cakap”

dengan anak lain,

biasanya hanya

monolog.

- Logat sendiri dan

okolalia secara

bertahap

Page 30: autism

menghilang dari

pembicaraan.

- Perbendaharaan

kata bertambah

(sampai 270 kata

pada usia 2 tahun,

895 kata pada usia 3

tahun) termasuk

ucapan populer

(slang).

- P, b, m

diartikulasikan

secara benar.

- Berbicara mungkin

menunjukkan

gangguan irama

B. Gangguan Autistik

Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif (gangguan

yang luas) yang ditandai dengan munculnya gejala sebelum tiga tahun dan

memiliki ciri kelainan pada 3 bidang yaitu:

1. Interaksi sosial

2. Komunikasi

3. Perilaku yang terbatas dan berulang

Diagnosis ini bisa saja meliputi pasien yang memiliki IQ rendah hinggi

tinggi, sifatnya bisa pendiam atau sebaliknya, mudah sekali terbawa suasana

atau sebaliknya pasif, dan sifatnya bisa terorganisisr maupun sebaliknya.

Epidemiologi

Page 31: autism

Menurut Penelitian dari Jepang, dari 21610 anak, 1.3 kasus per 1000 anak

mengalami autisme.

Autis berdasarkan munculnya gangguan dibagi menjadi 2 yaitu:

Autis yang terjadi sejak bayi, biasanya terdeteksi sejak usia 6 bulan

Autis Regresif,biasanya untuk anak usia 1,5-2 tahun, ditandai dengan

kemunduran kembali (regresi). Kemampuan yang diperoleh menjadi hilang.

Kontak mata yang tadinya sudah bagus menjadi lenyap. JIka awalnya sudah

bisa mengucapkan beberapa kata, kemampuan bersuaranya jadi hilang.

Autisme ditandai oleh ciri-ciri utama, antara lain :

Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya

Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya.

Perkembangan Bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental

pada anak=autistic-children)

Reaksi / pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan

tidak padan.

Gejala-gejala ini bervariasi beratnya pada setiap kasus tergantung pada

umur, inteligensia, pengaruh pengobatan, dan beberapa kebiasaan pribadi

lainnya.

Kurangnya orientasi lingkungan dan kepedulian terhadap sekitar disebabkan

karena rendahnya daya ingat anak meskipun terhadap kejadian yang

baru.Kebanyakan inteligensia anak autisme rendah,  sekitar 20%

mempunyai IQ>70, 60 % mempunyai IQ <50, sedang 20%nya lagi

mempunyai IQ antara 50-70. Anak autis juga kurang mempunyai

kemampuan khusus seperti membaca, berhitung, menggambar, atau melihat

jalanan yang berliku-liku. Anak autis kurang bisa bergaul atau kurang bisa

mengimbangi anak sebayanya akan tetapi tidak sampai seperti anak down

Page 32: autism

syndrom yang idiot atau anak yang gerakan ototnya kaku, pada anak dengan

kelainan jaringan otak.

Penyebab terjadinya Autisme belum diketahui secara pasti, hanya

diperkirakan mungkin  adanya kelainan dari sitem syaraf (neurologi) dalam

berbagai derajat berat ringannya penyakit. Dari konsesus para ahli mengakui

bahwa Autisme diakibatkan terjadinya kelainan fungsi luhur di daerah otak.

Kelainan ini bisa disebabkan berbagai macam trauma seperti:

1. Sewaktu bayi dalam kandungan, Misalnya karena keadaan keracunan

kehamilan (toxemia gravidarum), Infeksi virus rubella, virus cytomegalo dll.

2. Kejadian segera setelah lahir (perinatal) seperti kekurangan oksigen

(anoksia)

3. Keadaan selama kehamilan seperti pembentukan otak kecil, misalnya

vermis otak kecil yang lebih kecil (mikrosepali) atyau terjadinya pengerutan

jaringan ortak (tuber sklerosis)

4. Mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison,

( karena infeksi tuberkulosa, dimana terjadi bertambahnya pigment tubuh

dan kemunduran mental)

5. Mungkin karena kelainan chromosom seperti syndrome chromosoma X

yang fragil dan sydrome chromosom XYY.

6. Mungkin faktor lain.

Kriteria diagnostik

Secara detail, menurut DSM IV ( 1995), kriteria gangguan autistik adalah sebagai

berikut :

A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1)

dan masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :

4. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam

sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini :

Page 33: autism

e. Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, sepertikontak mata,

ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.

f. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

g. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan

orang lain.

h. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang

timbal balik.

5. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari

gejala berikut ini:

e. Perkembangan bahasa lisan ( bicara) terlambat atau sama sekali tidak

berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara

non verbal.

f. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk

berkomunikasi

g. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.

h. Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau

permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf

perkembangannya.

6. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal

harus ada 1dari gejala berikut ini :

e. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan

intensitas yang abnormal/ berlebihan.

f. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas

g. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti

menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.

h. Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian

tertentu dari obyek.

B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada

salah satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan

komunikasi, (3) cara bermain simbolik dan imajinatif.

Page 34: autism

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak

Page 35: autism

Daftar Pustaka

Sugiarmin, M. (2005). Individu dengan Gangguan Autisme. PLB UPI

Maslim, Rusdi (2001) Diagnosis gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari

PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh jaya

Kaplan, sadock (2010) Sinopsis Psikiatri jilid 2 : Gangguan Perkembangan

Pervasif.