skripsi - stikes santa elisabeth medanrepository.stikeselisabethmedan.ac.id/wp...memahami materi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
Oleh :
SEPTA ARNESIA BR GINTING
012016025
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
SKRIPSI
Memperoleh Untuk Gelar Ahli Madya Keperawatan
Dalam Program Studi D3 Keperawatan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan
Oleh :
SEPTA ARNESIA BR GINTING
012016025
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kasih dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan
judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang
Pertolongan Pada Korban Tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu untuk menyelesaikan
pendidikan tahap akademik program studi D3 Keperawatan STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada, yaitu:
1. Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc, selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth
Medan dan selaku dosen pembimbing dan penguji I dalam penyusunan
skripsi ini yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan banyak memberi
waktu juga sabar dalam membimbing kami, memberikan arahan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian kepada
mahasiswa Ners tingkat III.
3. Indra Hizkia Perangin-angin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program
Studi D3 Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan dan penguji III saya
yang memberikan kesempatan dan fasilitas serta saran untuk menyelesaikan
skripsi penelitian ini dengan baik.
4. Paska R Situmorang, SST., M. Biomed selaku penguji II saya yang telah
memberikan saran dan masukan untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini
dengan baik.
5. Hotmarina Lumban Gaol S.Kep., Ns, selaku dosen Pembimbing Akademik
saya yang telah memberi motivasi dan dukungan selama saya kuliah di
STIKes Santa Elisabeth Medan serta dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar di STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah
membantu, membimbing dan memberikan dukungan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sr. Atanasia selaku koordinator asrama beserta Ibu asrama yang memberikan
dukungan serta motivasi dan mendoakan peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Bapak A. Ginting dan Ibu E. Br
Perangin-angin, Abang saya Andel Ginting, Kardinal Ginting, Dan Hebrino
Ginting atas kasih sayang, motivasi, doa, dukungan materi dan kesabaran
yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini serta
Krismon Ndruru yang telah membantu dan memberi semangat kepada
peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman Program Studi D3 Keperawatan terkhusus angkatan
XXV stambuk 2016 yang memberikan dukungan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti mengucapkan banyak terimakasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2019
Peneliti
(Septa Arnesia Br Ginting)
ABSTRAK
Septa Arnesia Br Ginting 012016025
Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada
Korban Tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Prodi D3 Keperawatan
Kata kunci: Pengetahuan, Tenggelam, Thematic analysis
(x + 64 + lampiran)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Tenggelam adalah suatu
peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh kedalam air. Pada
umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun
karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau
dibawah pengaruh obat. Tujuan penelitian mengetahui gambaran pengetahuan
mahasiswa ners tingkat III tentang pertolongan pada korban tenggelam di STIKes
Santa Elisabeth Medan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara sebanyak 4
pertanyaan sehingga mampu menggali lebih dalam tentang pengetahuan
pertolongan pada korban tenggelam. Teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling sebanyak 5 partisipan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah thematic analysis. Hasil penelitian didapatkan: tenggelam
adalah seseorang yang tidak bisa menjaga atau mempertahankan keseimbangan
untuk bertahan di dalam air, disebabkan karena ketidakmampuan bernafas di
dalam air, tidak tahu berenang, penyakit atau cedera yang dialami seperti kram,
konsumsi obat dan alkohol, terpeleset dan bencana banjir. Akibat yang terjadi
pada korban tenggelam adalah sulit bernafas, masuknya air kedalam paru-paru
sehingga sesak nafas, henti nafas dan henti jantung, tidak sadarkan diri, hipotermi,
dan meninggal. Cara menolong dapat dilakukan dengan melemparkan ban,
berenang langsung, dan lakukan pemeriksaan airwey, breathing, circulation untuk
melakukan RJP pada korban tidak sadarkan diri. Diharapkan mahasiswa lebih
memahami materi dalam mata kuliah keperawatan kritis tentang pertolongan
tenggelam untuk meningkatkan pengetahuan seluruh mahasiswa.
Daftar pustaka (1997-2019)
ABSTRACT
Septa Arnesia Br Ginting 012016025
Knowledge Describtion on Nursing Students Level III about First Rescue on
Sinking Victims at STIKes Santa Elisabeth Medan 2019
Nursing D3 Study Program
Keywords: Knowledge, Sink, Thematic analysis
(x + 65 + attachments)
Knowledge is the result of knowing, and this happens after someone senses a
particular object. Sinking is an event where the whole or part of the body sinks
into the water. Generally drowning is a case of accident, either directly or
because there are certain factors such as the victim being drunk or under the
influence of drugs. The aim of the study is to describe the knowledge of nursing
students level III about the help of drowning victims at STIKes Santa Elisabeth
Medan 2019. This study uses a qualitative method where the data collection is
carried out by interviewing 4 questions so as to be able to dig deeper into rescue
knowledge in drowning victims. The sampling technique uses simple random
sampling of 5 participants. The data analysis technique used is thematic analysis.
The results are obtained: drowning is someone who cannot maintain or maintain
a balance to survive in the water, due to inability to breathe in water, not knowing
to swim, illness or injury experienced such as cramps, consumption of drugs and
alcohol, slipping and floods. The consequences of drowning are difficult to
breathe, the entry of water into the lungs causing shortness of breath, stopping
breath and stopping the heart, unconsciousness, hypothermia, and death. How to
help can be done by throwing tires, swimming directly, and doing airway checks,
breathing, circulation to do CPR on unconscious victims. It is hoped that students
will better understand the material in critical nursing courses about drowning
help to increase the knowledge of all students.
Bibliography (1997-2019)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN GELAR .................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... v
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ..................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
ABSTRAK .................................................................................................. xii
ABSTRACT ................................................................................................. xiii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xx
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum ................................................................. 7
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................ 8
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.4.1 Manfaat teortis ............................................................... 8
1.4.2 Manfaat praktis .............................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
2.1. Konsep Pengetahuan ............................................................... 10
2.1.1 Definisi ......................................................................... 10
2.1.2 Jenis pengetahuan ........................................................... 10
2.1.3 Tingkat pengetahuan ...................................................... 11
2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan ...................................... 13
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............. 14
2.1.6 Kriteria tingkat pengetahuan .......................................... 15
2.2. Konsep Gawat Darurat ............................................................ 16
2.2.1 Definisi .......................................................................... 16
2.2.2 Tujuan ............................................................................ 16
2.2.3 Jenis-jenis kegawatdaruratan ......................................... 16
2.3. Konsep Tenggelam ................................................................... 21
2.3.1 Definisi ........................................................................ 21
2.3.1 Etiologi ........................................................................ 22
2.3.3 Komplikasi .................................................................. 22
2.3.4 Penatalaksanaan ........................................................... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN ........................................ 25
3.1. Kerangka Konsep .................................................................... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 26
4.1. Rancangan Penelitian .............................................................. 26
4.2. Populasi dan Sampel ................................................................ 26
4.1.1 Populasi ......................................................................... 26
4.1.2 Sampel ........................................................................... 26
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 27
4.3.1 Definisi variabel ............................................................. 27
4.3.2 Definisi operasional ........................................................ 28
4.4. Instrumen Penelitian ................................................................ 28
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 29
4.5.1 Lokasi penelitian ............................................................ 29
4.5.2 Waktu penelitian ............................................................ 29
4.6. Prosedur Pengambilan dan Teknik Pengumpulan Data ............ 29
4.6.1 Pengambilan data ........................................................... 29
4.6.2 Teknik pengumpulan data ............................................... 30
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas ............................................ 31
4.7. Kerangka Operasional ............................................................. 32
4.8. Analisa Data ............................................................................ 33
4.9. Etika Penelitian ....................................................................... 34
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 37
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 37
5.2. Hasil Penelitian ......................................................................... 38
5.2.1 Pengertian tenggelam .................................................... 38
5.2.2 Penyebab dari tenggelam .............................................. 39
5.2.3 Akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam .......... 40
5.2.4 Cara menolong korban yang tenggelam ......................... 41
5.3. Pembahasan ............................................................................. 44
5.3.1 Pengertian tenggelam .................................................... 44
5.3.2 Penyebab tenggelam ..................................................... 48
5.3.3 Akibat yang terjadi pada korban tenggelam ................... 53
5.3.4 Cara menolong korban tenggelam ................................. 58
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 62
6.1. Simpulan ................................................................................. 62
6.1.1 Pengertian tenggelam .................................................... 62
6.1.2 Penyebab tenggelam ..................................................... 62
6.1.3 Akibat yang terjadi pada korban tenggelam ................... 62
6.1.4 Cara menolong korban tenggelam ................................. 63
6.2. Saran ....................................................................................... 63
6.2.1 Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan 63
6.2.2 Bagi responden ............................................................. 63
6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya ............................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengajuan judul proposal .................................................................. 66
2. Usulan judul skripsi dan tim pembimbing ......................................... 67
3. Permohonan pengambilan data awal penelitian ................................. 68
4. Permohonan ijin penelitian ............................................................... 69
5. Lembar pemberian ijin penelitian ..................................................... 70
6. Keterangan layak etik ....................................................................... 71
7. Surat persetujuan menjadi responden ................................................ 72
8. Informed consent .............................................................................. 73
9. Lembar pertanyaan ........................................................................... 74
10. Daftar konsultasi .............................................................................. 75
11. Hasil manuskrip ............................................................................... 76
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Pasien
Tenggelam Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019 ................................................................................. 25
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Gambaran Pengetahuan
Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada
Pasien Tenggelam Di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019 ....................................................................... 32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Mahasiswa
Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Korban
Tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019 .. 28
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Pengajuan judul proposal
LAMPIRAN 2: Usulan judul skripsi dan Tim pembimbing
LAMPIRAN 3: Permohonan pengambilan data awal penelitian
LAMPIRAN 4: Permohonan ijin penelitian
LAMPIRAN 5: Ijin penelitian
LAMPIRAN 6: Keterangan layak etik
LAMPIRAN 7: Surat persetujuan menjadi responden
LAMPIRAN 8: Informed consent
LAMPIRAN 9: Lembar pertanyaan
LAMPIRAN 10: Daftar Konsultasi
LAMPIRAN 11: Hasil Manuskrip
DAFTAR SINGKATAN
ABC : Airwey, Breathing, Circulation
BHD : Bantuan Hidup Dasar
WHO : World Health Organization
RJP : Resusitasi Jantung Paru
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang Perilaku yang terbentuk didasari oleh
pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Klayar, 2011).
Pengetahuan merupakan kumpulan fakta, dan pengetahuan lebih dianggap
sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus, terus
berkembang dan berubah-ubah. Pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)
kita. pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamatan tetapi
merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
sejauh dialaminya (Kumurur, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
wawancara terhadap mahasiswa Ners tingkat III pada bulan Februari 2019 di
STIKes Santa Elisabeth Medan, 10 dari 46 mahasiswa mengatakan bahwa
tenggelam adalah kehilangan keseimbangan ketika berada dalam air. Upaya yang
dilakukan untuk menolong korban tenggelam adalah penolong harus mengetahui
kemampuannya untuk berenang. Dapat juga dilakukan dengan minta tolong
kepada oranglain jika penolong tidak mampu menolong sendiri.
Data dari World Health Organization (WHO) (2014) menunjukkan 0,7%
dari seluruh kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian setiap tahun
disebabkan karena tenggelam. Pada tahun 2004 diseluruh dunia terdapat 388.000
orang meninggal karena tenggelam, angka ini menempati urutan ke-3 kematian
didunia akibat cedera tidak disengaja.
Tenggelam (drowning) merupakan cedera oleh karena perendaman. Dalam
sepuluh tahun terakhir, lebih dari 50.000 orang meninggal akibat tenggelam di
Amerika Serikat, dan merupakan penyebab kematian terbanyak ke-4 akibat
kecelakaan secara umum. Sebagai tambahan, diperkirakan terdapat lebih dari
500.000 kejadian tenggelam setiap tahunnya di Amerika Serikat (Prawedana,
2013).
Keenan (2009) dalam Dahlan (2014) dalam penelitiannya mengatakan
pengetahuan perawat di Afrika mengenai bantuan hidup dasar menunjukkan
bahwa dari 286 perawat hanya 11% yang mencapai nilai 80%. Grzeskowiak
(2009) dalam Dahlan (2014) melakukan survei pengetahuan tentang BHD
(Resusitasi Jantung Paru) kepada 64 dokter dan 54 perawat dan hasil survei
ternyata sebagian besar dokter dan perawat tidak mampu membedakan antara RJP
untuk orang dewasa dan anak serta siklus RJP dengan satu penolong atau dua
penolong. Rau (2007) dalam Dahlan (2014) menyatakan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan perawat dengan kemampuan melakukan bantuan hidup dasar,
dengan hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank test pada responden yaitu dengan
nilai p-value = 0,000 (α < 0,05).
Angka korban meninggal tenggelam akibat bencana alam di Indonesia
menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 44 orang
selama tahun 2013, angka itu relatif sedikit dibandingkan dengan korban
meninggal tenggelam di laut menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT) pada tahun 2013 sebanyak 65 korban jiwa, sementara korban meninggal
akibat tenggelam di kota Manado, sesuai data Tim Badan SAR (search and
rescue) Manado angka kematian korban tenggelam tahun 2013 sebanyak 12
orang. Penelitian tahun (20072011), kejadian tenggelam di negara berkembang
lebih tinggi di banding negara maju. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang angka kejadian tenggelamnya belum dapat diketahui pasti
karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan dan banyaknya korban yang tidak
mendapat pelayanan medis (Rifino et al, 2011).
Indonesia 90 % kejadian tenggelam tidak mendapat pertolongan secara
cepat dari penjaga pantai. Ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
kurangnya tingkat pengetahuan terhadap pertolongan pertama pada korban
tenggelam, kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertolongan pertama pada
korban tenggelam. Padahal kita ketahui bahwa pertolongan cepat BHD pada
korban kemungkinan selamat berkurang 3-2% tiap menit. Tindakan BHD yang
cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan korban selamat (Prasetyo, 2017).
Gobel (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan sebelum dilakukannya pendidikan kesehatan tentang penanganan
pertama korban tenggelam ditemukan bahwa 95,7% responden pengetahuannya
kurang, 4,3 % pengetahuan cukup dan 0 % pengetahuan baik. Widyastuti (2017)
Berdasarkan hasil dari data penelitian memperlihatkan bahwa mayoritas
masyarakat pesisir di Kelurahan Kedung Cowek Surabaya mengenai tingkat
pengetahuan pertolongan korban tenggelam didapatkan tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 20 orang (57,1%), diikuti tingkat pengetahuan baik sebanyak 11
orang (31,4%), dan sisanya tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang
(11,4%).
Berdasarkan data Badan SAR Nasional (BASARNAS) Sulawesi Tenggara
tahun 2015 dari berbagai lokasi tercatat korban meninggal akibat tenggelam
sebanyak 12 orang. Angka itu relatif sedikit di bandingkan pada tahun 2016
jumlah korban meninggal akibat tenggelam meningkat sebanyak 17 orang, dan
pada tahun terakhir tahun 2017 hingga akhir bulan Februari dilaporkan kejadian
korban akibat tenggelam sebanyak 2 orang. (Data Musibah SAR, 2017).
Malik (2015) mengatakan pada tahun 2014 terjadi tenggelam pada seorang
anak laki-laki yang berusia enam tahun di Medan. Korban yang tenggelam di
dalam kolam renang itu tidak bisa berenang dan tidak diketahui oleh pengawas
kolam renang. Setelah pengawas kolam renang mengeluarkan korban dari kolam
renang, korban didapati sudah tidak bergerak dan langsung membawa korban ke
RS.
Penyebab tingginya angka kematian akibat tenggelam salah satunya adalah
sistem pertolongan dan pengetahuan penanganan korban yang tidak tepat dan
prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai. Pengetahuan penanggulangan
penderita gawat darurat memang posisi besar dalam menentukan keberhasilan
pertolongan. Banyak kejadian penderita pertolongan pertama yang justru
meninggal dunia atau mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam memberikan
pertolongan awal. hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat
tentang kasus kegawatdaruratan (Prasetyo, 2017).
Berdasarkan wawancara pada beberapa orang setempat, warga
mengatakan ketika korban tenggelam pada saat di air warga dapat menolong
karena sebagian besar warga pesisir bisa berenang tetapi pada saat korban di darat
warga belum bisa melakukan pertolongan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada korban tenggelam
masih kurang (Prasetyo, 2017).
Pengetahuan pada diri individu dapat dipengaruhi oleh usia, pendidikan,
lingkungan, informasi dan fasilitas. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan maka, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, serta
juga dikarenakan pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup (Gobel, 2014). Upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan atau pelatihan mengenai teknik
pertolongan pada korban yang hampir tenggelam. Pendidikan kesehatan adalah
upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke dalam
perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses
pendidikan (Dahlan, 2014).
Gobel (2014) mengatakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
diperlukan sosialisasi atau pendidikan kesehatan terutama tentang penanganan
pertama korban tenggelam air laut yang dimana khusus untuk masyarakat yg
berprofesi sebagai nelayan ataupun kesehariannya berada ditepi pantai. Hal ini
juga tidak luput dari perhatian pemerintah setempat bahwa pentingnya
memperhatiakan pengetahuan masyarakat tentang penaganan pertama korban
tenggelam air laut karena penanganan ini adalah penanganan yang bersifat darurat
yang bisa dimana saja dilakukan dan siapapun bisa melakukan jika memiliki
tingkat pengetahuan yang baik tentang penanganan pertama korban tenggelam air
laut atau mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar.
Kejadian tenggelam juga dapat di tanggulangi dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama dari sumber yang
terpercaya seperti tenaga kesehatan tentang teknik pertolongan pertama pada
korban tenggelam seperti cara meminta pertolongan dan memberikan bantuan
hidup dasar. Pada sebagian korban tenggelam perlu di lakukan resusitasi jantung
paru karena pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas yang
adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami
hipoksemia hingga terjadi kegagalan resusitasi dan jika tidak segera di berikan
pertolongan akan menimbulkan kematian dalam 24 jam setelah kejadian. Hal ini
perlu di perhatikan karena pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang kasus
kegawatdaruratan sangat penting (Prasetyo, 2017).
Tenggelam masih merupakan global yang terus-menerus dan terlalu
diremehkan dengan berbagai masalah kesehatan masyarakat. Mengingat masalah
ini, pemerintah dan dewan mengadakan pertemuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang tenggelam dan penolongannya dengan tujuan agar seluruh
masyarakat dapat mengetahui cara penyelamatan korban tenggelam. Saran yang
diberikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan
korban tenggelam adalah membuat seminar di sekolah, membuat materi dalam
video, membuat iklan di televisi, membuat artikel di majalah, serta memberikan
seminar atau pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Quan, 2003)
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul gambaran pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang
Pertolongan Pada Korban Tenggelam Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang
pertolongan pada korban tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun
2019?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III
tentang pertolongan pada korban tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan
Tahun 2019.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang
pengertian pertolongan pada korban tenggelam
2. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang penyebab
tenggelam
3. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang akibat
yang akan terjadi pada korban tenggelam
4. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang cara
menolong pada korban tenggelam
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tentang
gambaran pengetahuan mahasiswa Ners tingkat III tentang pertolongan pada
korban tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2019.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sebagai
bentuk masukan bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa ners tingkat III tentang
pertolongan pada korban tenggelam di STIKes Santa Elisabeth Medan tahun
2019.
2. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi serta dapat menjadi
acuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pada korban
tenggelam.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk data dasar dan
mengembangkan untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan
dengan penelitian tentang pengetahuan mahasiswa ners tingkat III tentang
pertolongan pada korban tenggelam.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penghiduan, perasa,
dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Makhfudli, 2013).
Pengetahuan merupakan aspek penting yang sangat vital dalam
keperawatan. Pengetahuan adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau
sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan
itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam
melakukan tindakan yang benar (Misrah, 2013).
2.1.2 Jenis pengetahuan
Murwani (2014) menyatakan jenis pengetahuan terbagi atas 2 diantaranya
sebagai berikut:
1. Pengetahuan implisit
Adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman
seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, perpektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk di
transfer ke orang lain baik secara tertulis maupun lisan.
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan yang telah di dokumentasikan atau disimpan dalam wujud
nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata bisa
dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
2.1.3 Tingkat pengetahuan
Makhfudi (2013) mengidentifikasi tingkat pengetahuan terdiri dari 6
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contohnya dapat menyebutkan
tanda-tanda bahaya pasien tenggelam.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi pada masa post partum.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Contohnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthetic)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya dapat
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Contohnya, dapat
membandingkan antara berat badan normal dan berat badan berkurang.
2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan
Murwani (2014) menyatakan cara memperoleh pengetahuan terdiri dari 2
yaitu:
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (trial and eror)
Cara ini diperoleh sebelum kebudayaan, bahkan mungkin belum
ada peradaban dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba
kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Cara ini berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau
non formal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip
oranglain yang menerima yang dike mukakan orang yang mempunyai
otoritas, tanpa membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan
Metode ini penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian.
Mula-mula dikembangkan Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan
oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini dikenal dengan penelitian ilmiah.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Irmayati 2007 dalam Prasetyo (2017) menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan, antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak
ilmu dan pengetahuan yang didapatkan.
2. Keterpaparan informasi
Informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari serta diteruskan melalui komunikasi interpersonal atau
melalui media massa antara lain televisi, radio, koran, majalah, dan internet.
3. Pengalaman
Pengalaman merupakan upaya memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan
bertambahnya usia seseorang maka pengalaman juga semakin bertambah.
Seseorang cenderung menerapkan pengalamannya terdahulu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
2.1.6 Kriteria tingkat pengetahuan
Arikunto 2010 dalam Prasetyo (2017), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan
yang dapat digunakan unuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi
2 jenis yaitu:
1. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay digunakan
dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil
nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul
salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
Murwani (2014) menyatakan kriteria tingkat pengetahuan berdasarkan
sifat:
1. Pengetahuan baik : hasil persentase 76%-100% benar dari total jawaban
pertanyaan.
2. Pengetahuan cukup : hasil persentase 56%-75% benar dari total jawaban
pertanyaan.
3. Pengetahuan kurang : hasil persentase <56% dari total jawaban pertanyaan.
2.2. Konsep Gawat Darurat
2.2.1 Definisi
Gawat darurat merupakan keadaan dimana seseorang memerlukan
penanganan atau pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan
pertolongan pertama dengan cepat maka akan mengancam jiwanya atau
menimbulkan kecacatan permanen. Keperawatan gawat darurat merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri
akut atau sakit yang mengancam kehidupan (Krisanty, 2016).
2.2.2 Tujuan
Krisanty (2016) tujuan pertolongan pertama gawat darurat adalah:
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup
dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
2. Penanggulangan korban bencana.
3. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
2.2.3 Jenis-jenis kegawatdaruratan
Brunner & Suddarth’s (2010) terdapat jenis-jenis kegawatdaruratan
lingkungan, yaitu:
1. Tertelan racun (ingested poisons)
Racun yang tertelan dapat bersifat korosif. racun korosif termasuk zat alkali
dan asam yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan setelah bersentuhan
dengan selaput lendir. produk alkali termasuk alkali, pembersih saluran, pemutih
pembersih toilet, deterjen nonfosfat, pembersih oven, dan baterai tombol (baterai)
digunakan untuk menyalakan jam tangan, kalkulator, atau kamera). produk asam
meliputi pembersih toilet, pembersih kolam, pembersih logam, pembersih karat,
dan asam baterai.
Penanganan yang dilakukan untuk menghilangkan racun atau menurunkan
penyerapannya. Pasien yang telah menelan racun korosif, yang bisa menjadi asam
kuat atau zat alkali, diberikan air atau susu untuk diminum atau dilakukan kumbah
lambung dan dapat juga diberikan arang aktif jika posisinya adalah salah satu
yang diserap oleh arang. Namun, pengenceran tidak dilakukan jika pasien
memiliki edema jalan nafas akut atau obstruksi jika ada bukti klinis luka bakar
atau perforasi esofagus, lambung, atau usus.
2. Gigitan ular (snake bites)
Sembilan belas spesies ular berbisa yang berbeda ditemukan di berbagai
wilayah di Amerika Serikat. Perawat harus mengenal jenis-jenis ular yang umum
di wilayah geografis tempat praktiknya. Bekas gigitan ular dapat memberi
petunjuk tentang jenis ularnya. Jika ular berbisa, akan meninggalkan luka taring
yang nyata sedangkan gigitan ular laut biasanya lambat diketahui karena tidak
menimbulkan rasa sakit dan tidak terjadi pembengkakan. Cara kerja bisa ular
berbeda-beda, ada yang bersifat merusak dinding pembuluh darah (misalnya bisa
ular pohon) atau yang merusak jaringan saraf (misalnya ular kobra atau ular laut).
Penanganan gigitan ular dapat dilakukan tindakan:
a. Ketika digigit ular korban harus diam, jangan bergerak terutama bagian
tubuh yang digigit, usahakan tenangkan korban jangan panik dan gelisah
karena bisa dapat menyebar dengan cepat ke bagian yang lain.
b. Berikan penekanan (pasang tornikuet) di atas tempat gigitan luka untuk
mencegah aliran darah yang sudah tercemar bisa ular tidak menuju ke
arah jantung
c. Berikan kehangatan kepada korban serta lakukan penekanan atau
pembalutan di daerah luka.
d. Denyut nadi yang terletak lebih rendah dari penekanan harus tetap teraba
serta perhatikan pernapasan, dan sirkulasi darah.
e. Bagian tubuh yang digigit ular dapat dikompres dengan air dingin atau es
batu untuk mengurangi nyeri, menghambat penjalaran bisa ular, dan
mencegah pembengkakan.
3. Keracunan kontaminasi kulit (skin contamination poisoning)
Cedera kontaminasi kulit karena terpapar bahan kimia cukup sulit karena
banyaknya agen penyebab yang mungkin dengan beragam aksi dan efek
metabolik. Keparahan luka bakar bahan kimia ditentukan oleh mekanisme aksi,
kekuatan penetrasi dan konsentrasi, dan jumlah dan durasi paparan kulit terhadap
bahan kimia tersebut.
Penanganannya kulit harus disiram dengan aliran air yang konstan saat
pakaian pasien dilepas. Kulit petugas perawatan kesehatan yang membantu pasien
harus dilindungi jika luka bakar luas atau jika agennya secara signifikan beracun
atau masih ada. Bilas lama dengan jumlah air hangat. pasien mungkin
memerlukan operasi plastik untuk penanganan luka lebih lanjut.
4. Serangan panas/kepanasan (heat stroke)
Serangan panas adalah keadaan darurat medis akut yang disebabkan oleh
kegagalan mekanisme pengatur panas tubuh. Penyebab paling umum dari
serangan panas adalah kontak yang terlalu lama dengan suhu lingkungan lebih
besar dari 39,20C. Orang-orang yang berisiko terkena serangan panas adalah
mereka yang tidak terbiasa dengan panas, mereka yang berusia lanjut atau sangat
muda, mereka yang tidak mampu merawat diri mereka sendiri, mereka yang
menderita penyakit kronis dan melemahkan, dan mereka yang menggunakan obat-
obatan tertentu (misalnya, obat penenang).
Penanganan utama yang dapat dilakukan adalah memberikan seprei dan
handuk dingin atau spons yang direndam dengan air dingin, mengoleskan es ke
bagian leher, pangkal paha, dada, dan aksila, lakukan perendaman pasien dalam
bak air dingin.
5. Hipotermia (hypothermia)
Hipotermia adalah suatu kondisi di mana suhu inti tubuh adalah 35 c atau
kurang sebagai akibat dari paparan dingin atau ketidakmampuan untuk
mempertahankan suhu tubuh tanpa adanya suhu lingkungan yang rendah.
Hipotermia dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi, orang lanjut usia, bayi,
orang dengan penyakit bersamaan, dan para tunawisma sangat rentan.
Korban trauma juga berisiko mengalami hipotermia akibat pengobatan dengan
fluida dingin, oksigen, dan paparan selama pemeriksaan. Pasien mungkin juga
menderita radang dingin, tetapi hipotermia lebih diutamakan dalam pengobatan.
Penanganan utama untuk hipotermi dapat dilakukan melepaskan pakaian
yang basah, penghangatan kembali dengan memberikan cairan hangat,
memberikan pakaian hangat, lakukan pemantauan tanda-tanda vital pasien, dan
monitor output dan input cairan.
6. Radang dingin/kedinginan (frostbite)
Radang dingin adalah trauma dari paparan suhu beku dan pembekuan cairan
intraseluler dan cairan di ruang antar sel. itu mengakibatkan kerusakan sel dan
pembuluh darah. Bagian tubuh yang paling sering terkena radang dingin termasuk
kaki, tangan, hidung, dan telinga. Rentang radang dingin dari kemerahan dan
eritema ke penghancuran jaringan kedalaman penuh.
Tujuan penanganan adalah mengembalikan suhu tubuh normal. Pakaian basah
dilepas secepat mungkin. Jika ekstremitas bawah terlibat, pasien tidak boleh
diijinkan untuk berjalan. Risiko infeksi juga besar, oleh karena itu, gunakan
teknik aseptik yang ketat, dan profilaksis tetanus diberikan seperti yang
ditunjukkan. Obat anti inflamasi diresepkan untuk efek anti-inflamasi dan untuk
mengontrol rasa sakit. Setelah penghangatan ulang lakukan gerakan aktif untuk
mendorong pemulihan fungsi gerak secara maksimum dan untuk mencegah
kontraktur.
7. Tenggelam (drowning)
Tenggelam didefinisikan sebagai bertahan hidup selama setidaknya 24 jam
setelah perendaman yang menyebabkan gangguan pernapasan. Konsekuensi
paling umum adalah hipoksemia. Tenggelam adalah penyebab paling umum
kedua dari kematian yang tidak disengaja pada anak-anak di bawah 14 tahun.
Faktor yang terkait dengan tenggelam termasuk konsumsi alkohol,
ketidakmampuan untuk berenang, cedera menyelam, hipotermia, dan kelelahan.
Sebagian besar peristiwa tenggelam terjadi di kolam, danau, dan bak mandi.
Penanganan utama yang dilakukan adalah meraih pasien dengan alat
(misalnya, kayu, alat apung), perahu untuk mendekati pasien, jika memiliki
kemampuan berenang maka dapat ditolong langsung. Ketika menemukan pasien
yang sudah tenggelam dan tidak sadar dapat lakukan BHD.
2.3. Konsep Tenggelam
2.3.1 Definisi
Tenggelam adalah kematian akibat asfiksia yang terjadi dalam 24 jam
setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan hampir tenggelam korban masih
dalam keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air. Jadi
tenggelam merupakan suatu keadaan fatal, sedangkan hampir tenggelam mungkin
dapat berakibat fatal. (Julfikar 2011 dalam Rahardiantomo, 2016).
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau
sebagian tubuh kedalam air. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus
kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti
korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat (Priambodo, 2017).
World Health Organization (2014) mendefinisikan tenggelam sebagai
suatu proses kerusakan pernapasan akibat masuknya sebagian atau seluruhnya air
ke dalam sistem pernapasan.
2.3.2 Etiologi
Tenggelam bisa menjadi kejadian utama atau sekunder dari beberapa
kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, aritmia jantung, hipotermia,
konsumsi obat atau alkohol, pingsan, apnu, hiperventilasi, bunuh diri atau
hipoglikemia. Proses tenggelam terjadi secara diam-diam dan cepat. Gambaran
klasik dari korban adalah terengah-engah dengan pasrah (Yulianti 2012 dalam
Putranda 2017) .
Widyastuti (2017) Selain karena tingkat pengetahuan yang kurang,
tenggelam juga dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan berenang,
pemanasan yang kurang, serta konsumsi alkohol dan obat-obatan sebelum
melakukan kegiatan di air. Kejadian tenggelam sering terjadi di saat musim-
musim tertenttu seperti musim hujan atau saat awal bulan dan pertengahan bulan
ombak sedang tinggi.
2.3.3 Komplikasi
Tipton (1997) Berbagai komplikasi yang dapat ditemukan pada korban
tenggelam adalah:
1. Pneumonia aspirasi
2. Hypotermia
3. Sindrom distres pernapasan akut
4. Cedera ginjal akut (acute kidney injury – AKI)
5. Aritmia
6. Henti jantung
7. Infeksi
2.3.4 Penatalaksanaan
Ronal 2003 dalam Priambodo (2017) mengatakan penanganan pasien
tenggelam adalah sebagai berikut:
1. Prinsip pertolongan di air:
a. Raih (dengan atau tanpa alat)
b. Lempar (alat apung)
c. Dayung (menggunakan perahu mendekati penderita)
d. Renang (upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung)
2. Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan
untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak
memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan
nafas sepanjang perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
Quan (2003) mengatakan ketika membantu korban tenggelam dapat
dilakukan:
1. Menghangatkan korban di depan api besar
2. Menggosok kepalanya dengan alkohol
3. Menggosoknya dengan kain wol atau kain hangat
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraktif dari suatu realistas agar dapat dikomu nikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2014).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ners
Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Korban Tenggelam Di
STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Output
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berhubungan
Kesimpulan
1. Menjelaskan
pengertian
tenggelam
2. Menjelaskan
penyebab
tenggelam
3. Menjelaskan
akibat
tenggelam
4. Mejelaskan
cara menolong
korban
tenggelam
Gawat darurat
7. Tenggelam
1. Tertelan
racun
2. Gigitan
ular
3. Keracunan
kontaminas
i kulit
4. kepanasan
5. Hipotermia 6. Radang
dingin
Pengetahuan
1. Definisi: hasil dari
tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang
melakukan
pengindraan terhadap
objek
2. Jenis pengetahuan:
implisit dan eksplisit 3. Tingkat pengetahuan:
tahu, memahami,
aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi
4. Cara memperoleh
pengetahuan: cara
kuno dan cara modern
5. Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
pendidikan, keterpaparan
informasi, pengalaman
6. Kriteria tingkat
pengetahuan: baik,
cukup, kurang
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Akibat
4. Cara
menolong
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Nursalam (2014) rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian
dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan
data. Rancangan penelitian juga digunakan untuk mengidentifikasikan struktur
penelitian yang akan dilaksanakan.
Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Korban
Tenggelam Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri-ciri khusus yang
sama dapat berbentuk kecil ataupun besar (Creswell, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Ners tingkat III di STIKes Santa
Elisabeth Medan sejumlah 91 Orang.
4.2.2 Sampel
Nursalam (2014) sampel adalah bagian yang terdiri dari populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan simple random sampling yaitu setiap elemen diambil secara acak.
Creswell (1998) merekomendasikan 5-25 partisipan dan Morse (1994)
menyarankan setidaknya enam partisipan. Rekomendasi ini dapat membantu
penulis memperkirakan berapa banyak partisipan yang akan mereka butuhkan,
tetapi pada akhirnya, jumlah partisipan yang dibutuhkan harus bergantung pada
kapan kejenuhan tercapai.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang mahasiswa Ners
Tingkat III STIKes Santa Elisabeth Medan. Dengan kriteria inklusi yaitu:
1. Mahasiswa Ners Tingkat III Tahun 2019
2. Sudah mengikuti mata kuliah gawat darurat
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.3.1 Definisi variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam riset, variabel
dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga
merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
vasilitas untuk pengukuran dan atau memanipulasi suatu penelitian (Nursalam,
2014).
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa Ners tingkat
III tentang pertolongan pada korban tenggelam.
4.3.2 Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik dapat diukur (diamati)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
oleh orang lain. Ada dua macam definisi, definisi nominal menerangkan arti kata
sedangkan definisi rill menerangkan objek (Nursalam, 2014).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III
Tentang Pertolongan Pada Korban Tenggelam Di STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019
Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor
Pengetahuan
tentang
pertolongan
pada pasien
tenggelam
Tenggelam
merupakan
suatu
kondisi
dimana
seseorang
mengalami
kehilangan
keseimbang
an ketika di
dalam air
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Akibat
4. Cara
menolong
1. Record
2. Lembar
pertanya
an
3. Foto
_ _
4.4 Instrumen Penelitian
Nursalam (2014) instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data. Pada tahap pengumpulan data, diperlukan
suatu instrumen yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian meliputi
pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah wawancara mengenai masalah yang sedang
diteliti sehingga menampakkan pendapat dari subjek terhadap suatu masalah
penelitian.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini dengan wawancara kepada
responden untuk 4 pertanyaan tentang pertolongan pada tenggelam, yaitu:
1. Apakah pengertian dari tenggelam?
2. Apakah penyebab dari tenggelam?
3. Apa akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam?
4. Bagaimanakah cara anda menolong korban yang tenggelam?
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi
Peneliti melaksanakan penelitian di STIKes Santa Elisabeth Medan,
Padang Bulan Pasar VIII Jalan Bunga Terompet No. 118 Kecamatan Medan
Selayang. Peneliti memilih lokasi ini karena memiliki partisipan yang cukup,
lingkungan yang mendukung dan dekat dengan peneliti.
4.5.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 01 - 30 April 2019.
4.6. Prosedur Pengambilan Dan Teknik Pengumpulan Data
4.6.1 Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara
langsung kepada partisipan. Peneliti menjumpai partisipan yang sudah ditentukan
dan meminta untuk kesediaan mahasiswa calon partisipan, jika partisipan bersedia
maka diberikan informed consent untuk menjamin kebenaran dan kerahasiaan
jawaban partisipan, setelah itu peneliti menentukan lokasi yang nyaman untuk
wawancara dan melengkapi peralatan seperti alat perekam atau record, lembar
pertanyaan dan kamera atau alat kamera lainnya. Peneliti melakukan wawancara,
sebelum wawancara dimulai peneliti menanyakan partisipan apakah selama
wawancara dapat direkam jika tidak bersedia maka peneliti menulis semua hasil
wawancara, setelah selesai peneliti menutup wawancara dan mengambil foto
untuk dokumentasi, setelah selesai peneliti membuat manuskrip dari hasil
wawancara.
4.6.2 Teknik pengumpulan data
Nursalam (2014) pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis data primer yakni memperoleh data secara langsung dari sasarannya.
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Kepala Program
Studi Ners Tahap Akademik. Setelah mendapatkan ijin, peneliti menemui
mahasiswa yang telah ditentukan untuk menjadi responden, meminta kesediaan
untuk menjadi respoden dengan memberikan informed consent, menentukan
lokasi yang nyaman, dan melengkapi alat seperti alat perekam, lembar pertanyaan
dan kamera, dan melakukan wawancara.
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas
1. Uji validitas
Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrumen tersebut
mencerminkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Validitas akan bervariasi dari
satu sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi yang lainnya. Oleh
karena itu penguji validitas mengevaluasi penggunaan instrument untuk tertentu
sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit, 2012).
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang
peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Polit, 2012). Uji reliabilitas
sebuah instrumen dikatakan reliabel jika koefisien alpha ≥ 0,80 dengan
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (Polit, 2012).
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas
karena peneliti tidak membuat kuesioner tapi peneliti mengumpulkan data dengan
cara wawancara langsung kepada responden.
4.7. Kerangka Operasional
Bagan 4.2 Kerangka Operasional Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III
Tentang Pertolongan pada Korban Tenggelam di STIKes Santa
Elisabeth Medan Tahun 2019
Pengajuan judul proposal
Ijin pengambilan data awal
Pengambilan data awal
Konsul proposal
Ujian proposal
Ijin penelitian
Ujian proposal
Penelitian
Pengolahan data
Ujian proposal
Seminar hasil
Ujian proposal
4.8. Analisa Data
Nursalam (2014) analisa data merupakan bagian yang sangat penting
untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang mengungkap Fenomena, melalui berbagai macam uji statistik.
Statistik merupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif.
Salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data yang berjumlah sangat
besar menjadi informasi yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca untuk
membuat keputusan, statistik memberikan metode bagaimana memperoleh data
dan menganalisis data dalam proses mengambil suatu kesimpulan berdasarkan
data tersebut. Tujuan mengolah data dengan statistik adalah untuk membantu
menjawab pertanyaan penelitian dari kegiatan praktis maupun keilmuan. Dalam
hal ini, statistika berguna saat menetapkan bentuk dan banyaknya data yang
diperlukan. Disamping itu, juga terlibat dalam pengumpulan, tabulasi dan
penafsiran data.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode thematic
analysis yaitu metode yang sangat efektif apabila sebuah penelitian bermaksud
untuk mengupas secara rinci data-data kualitatif yang mereka miliki guna
menemukan keterkaitan pola-pola dalam sebuah fenomena dan menjelaskan
sejauh mana sebuah fenomena terjadi melalui kacamata peneliti. Tahapan dalam
menggunakan metode thematic analysis adalah:
1. Memahami data
Mendapatkan data yang diinginkan bukan berarti peneliti memahami
fenomena yang sedang diteliti. Karena penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengupas secara mendalam apa yang terjadi dari sebuah peristiwa melalui
perspektif partisipan, maka rekaman dan transkrip wawancara ibaratnya
adalah ‘harta karun’ peneliti yang perlu untuk dieksplorasi maknanya lebih
dalam. Disini peneliti perlu untuk memahami dan menyatu dengan data
kualitatif yang diperolehnya.
2. Menyusun kode
Kode dapat dianggap sebagai label, atau fitur yang terdapat dalam data
yang terkait dengan pertanyaan penelitian. Dalam hal ini peneliti yang
menentukan data mana saja dalam transkrip wawancaranya yang perlu
dikode.
3. Mencari tema
Dalam Thematic analysis perlu mencari tema, tema yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Tema ini menggambarkan sesuatu yang penting
yang ada di data terkait dengan rumusan masalah penelitian atau tema ini
menggambarkan pola dari fenomena yang diteliti.
4.9. Etika Penelitian
Ketika penelitian digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus
dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah sistem
nilai normal yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi
kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga prinsip
umum mengenai standar perilaku etis dalam penelitian berbasis: beneficence
(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan martabat manusia), dan
justice (keadilan) (Polit,2012).
Sebelum penelitian ini dilakukan peneliti akan menjelaskan terlebih
dahulu tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
setelah mendapatkan persetujuan dari responden apakah bersedia atau tidak.
Seluruh responden yang bersedia akan diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan setelah informed consent dijelaskan dan jika responden tidak bersedia
maka tidak akan dipaksakan.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut:
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden,
penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed consent
tersebut akan diberikan sebelum penelitian dilakukan denganmemberikan
lembaran persetujuan untuk menjadi responden.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan.
3. Anonymity (tanpa nama)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat
ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
Peneliti telah melakukan layak etik oleh Commite di STIKes Santa
Elisabeth Medan dengan ethical exemption No.0109 /KEPK/PE-DT/V/2019.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian
STIKes Santa Elisabeth adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang
berlokasi di jalan Bunga Terompet No. 118 pasar VIII Kelurahan Sempakata
Kecamatan Medan Selayang. Institusi ini merupakan karya pelayanan dalam
pendidikan yang didirikan oleh Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE).
Pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan memiliki motto “Ketika Aku Sakit
Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)” . STIKes Santa Elisabeth Medan memiliki 6
Program Studi yaitu D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, prodi Ners tahap
Akademik, prodi Ners Profesi, Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik,
dan Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan. Visi Program Studi Ners
STIKes Santa Elisabeth Medan “Menghasilkan perawat yang profesional yang
unggul dalam pelayanan kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik berdasarkan
semangat Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah
di Indonesia tahun 2022”.
Misi Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan
1. Melaksanakan metode pembelajaran berfokus pada kegawatdaruratan jantung
dan trauma fisik yang up to date.
2. Melaksanakan penelitian berdasarkan evidence based practice berfokus pada
kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat berfokus pada kegawatdaruratan pada
komunitas meliputi bencana alam dan kejadian luar biasa.
4. Meningkatkan soft skill dibidang pelayanan keperawatan berdasarkan
semangat Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran
Allah.
5. Menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta yang terkait
dengan kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.
5.2. Hasil Penelitian
Dari wawancara yang telah dilakukan kepada 5 partisipan dengan 4
pertanyaan:
P1: VN (24 Tahun)
P2: AN (21 Tahun)
P3: TT (21 Tahun)
P4: MN (21 Tahun)
P5: AS (21 Tahun)
5.2.1 Pengertian dari tenggelam
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepda 5 partisipan maka partisipan
mencoba menjelaskan pengertian tenggelam. Terdapat 2 orang partisipan yaitu P4
dan P5 yang mengatakan bahwa tenggelam merupakan “seseorang tidak bisa
menjaga/mempertahankan keseimbangan didalam air”.
Kutipan penjelasan dari partisipan seperti berikut:
P1: Jadi menurut anda itu pengertian tenggelam “yang saya tahu itu tentang tenggelam yaitu
mm.. kemampuan seseorang ee.. untuk eh... kemampuan seseorang dalam...
kemampuan seseorang yang tidak bisa diselamatkan oleh dirinya sendiri dan itu
biasanya terjadi di dalam air bisa kita itu ee... itu jadi di kolam renang di sungai bahkan
didanau” . itu maksudnya tidak mampu menyelamatkan diri sendiri apakah dia pakai alat
atau badannya sendiri “yah tenggelam kan bisa saja itu disebabkan karena dia tidak
mampu berenang kemudian kan biasanya kan kalau pada anak anak itu kan maunya
orangtua kan membiarkan anak anaknya dalam kolam renang itu tanpa
diperhatikannya tanpa ketika hal itu terjadi iya anak anak ini kan istilahnya kan kita
tahu kekmana sifat anak anak kan dunia kan dunia bermain jadi ketika kita ajak anak
tersebut dalam air pasti dia akan kesana kemari bahkan ketika seorang ibu yang tidak
memperhatikannya bisa saja hal itu terjadi pada anak itu”.
P2: Apakah pengertian dari tenggelam “menurut saya setahu saya sih pengertian tenggelam
itu korban yang tidak sengaja mungkin terjatuh kedalam air atau tidak sengaja ikut
dalam arus air yang misalnya kayak terjadi banjir atau tsunami seperti itulah jadi itu
tenggelam itu saat korban jatuh kedalam air mungkin saluran pernapasannya tertutup
karena air yang masuk terus menerus sehingga ee... susah untuk bernafas di dalam air”.
P3: Apakah itu pengertian dari tenggelam “jadi menurut saya yang dapat saya simpulkan
tenggelam itu merupakan suatu kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian tubuh dari
korban masuk kedalam air menyebabkan korban tidak bisa bernafas kembali itu saja”.
P4: Menurut anda apa sih itu arti dari tenggelam “tenggelam itu dimana seseorang tidak bisa
menjaga keseimbangan didalam air jadi nggak sampai ke permukaan air” itu nggak bisa
menjaga keseimbangan berpengaruh nggak kedalam airnya “berpengaruh dengan
kedalaman dan tinggi kita jadi kita bisa tenggelam nggak bisa berenang”.
P5: Apa itu kira kira pengertian dari tenggelam “menurut saya pengertian dari tenggelam itu
ketidakmampuan kita untuk ee... mempertahankan keseimbangan atau ketidakmampuan
kita untuk bertahan di dalam air”.
5.2.2 Penyebab dari tenggelam
Dari hasil penelitian, 5 partisipan mencoba menjelaskan penyebab dari
tenggelam karena tidak tahu berenang, konsumsi obat-obatan dan alkohol,
bencana banjir, penyakit, dan terpeleset.
Hasil wawancara seperti dibawah ini:
P1: Jadi menurut anda itu penyebab bisa terjadi tenggelam itu pada seseorang “penyebabnya saya
tahu yaitu ketidakmampuan seseorang dalam bernafas didalam air dimana kan e... kita
dia berenang dan kemudian tenggelam dia tidak tahu harus cara untuk memposisikan
mulut dan hidungnya untuk berusaha bernafas di dalam air”. selain posisi untuk bernafas
apalagi kira kira penyebab yang bisa menyebabkan tenggelam “tenggelam kan bisa
disebabkan oleh ketika seseorang tidak tahu berenang kan didorong oleh kawannya
kemudian kan baru terpeleset di dalam air lalu itu juga bisa terjadi karena adanya tiba2
suatu bencana”. jadi kalau dia nggak bisa berenang apakah sudah pasti dia kalau masuk
kolam itu atau masuk danau itu tenggelam karna dia nggak tahu berenang apakah sudah pasti
bisa tenggelam “belum tentu” kenapa “salah satunya yaitu misalnya kan ketika kita lihat
seseorang tenggelam kemudian ee... bukan berarti dia monoton langsung istilahnya tidak
dilihat orang lain pasti ada itu kan berarti ee... orang lain akan melihat kejadian tersebut
dan orang lain akan berusaha menyelamatkannya yang tenggelam tadi dan mencari
bantuan untuk hal tersebut” kira-kira apa akibat yang bisa terjadi pada korban tenggelam
“biasanya yang saya tahu itu orang tenggelam”
P2: Apa penyebab yang bisa menyebabkan orang tenggelam “e... menurut sepengetahuan saya
penyebab beberapa orang tenggelam ini slaah satunya misalnya kayak tergelincir
mungkin lewat dipinggir danau atau dipinggir sungai tergelincir sehingga jatuh kedalam
air tersebut misalnya airnya dalam kemudian selanjutnya banjir kalau ada bencana banjir
kan pastinya arusnya kuat pasti diterjang juga kan jadi badan ikut bersamaan dengan
arus air tersebut itu seperti itu”. jadi tadi kata anda ada tergelincir jadi jika dia tergelincir
tapi masih bisa berenang dalam suasana banjir itu itu apakah bisa penyebab tenggelam
dikatakan “kalau menurut saya selagi kakinya tergelicir tentunya susah bergerak susah
bergerak walaupun tangannya walaupun bisa berenang tetapi kalau misalnya airnya
dalam kakinya tergelincir pasti akan susah untuk meraih ee.. apa air yang dangkal”. kira
kira kalau dikolam apa saja penyebab yang bisa menyebabkan orang tenggelam “di kolam
renang itu satunya tadi tergelincir kemudian tidak bisa berenang ada lagi hanya itusih
sejauh ini yang saya tahu”.
P3: Apa kira kira penyebab yang bisa menyebabkan seseorang tenggelam “jadi menurut
pengalaman saya yang pernah saya lihat juga jadi berdasarkan pengalaman saya ada
beberapa penyebab yang dapat saya simpulkan yang pertama itu karena seseorang tidak
bisa berenang kemudian kedua akibat dari lingkungan itu sendiri misalnya tadi banjir
kemudian akibat dari suatu penyakit yang dialami si korban misalnya sikorban mengalami
gangguan pada jantung sehingga menyebabkan ketika korban mengalami sesak atau
mengalami kejang di dalam air kemudian akibat dari cedera yang dialami korban ketika
berenang misalnya ketika seseorang mengalami kram didalam air sehingga dia tidak
mampu berenang dan hilangnya keseimbangan didalam tubuhnya sehingga ia mengalami
kondisi yang namanya tenggelam”.
P4: Jadi kira kira apa saja sih yang menyebabkan seseorang itu bisa tenggelam “tentunya nggak
bisa berenang kan terus dibawah pengaruh obat-obatan misalnya kecapekan juga itu aja
sih bisa juga dia panik didalam air terus jatuh dan terpeleset baru mengkonsumsi alkohol
misalnya ada juga karena penyakit yang dideritanya kambuh didalam air secara tiba tiba
itu aja sih”.
P5: Penyebab yang bisa menyebabkan seseorang tenggelam apa “salah satunya dari pengalaman
saya karena kepanikan sebetulnya tahu berenang cuman karena panik itu menjadi salah
satu penyebab ee.. tenggelam kepanikan” penyebab yang lain yang mungkin bisa terjadi di danau atau disungai gitu penyebab yang bisa membuat orang tenggelam juga “ketidaktahuan
berenang pasti salah satunya ketidaktahuan berenang kepanikan tadi yang ketiga
menurut saya karena ee.. seperti pengalaman saya yang didanau toba tadi karena kan
pakain terlalu berat sehingga keseimbangan tubuhnya pun berkurang gitu dalam air”.
5.2.3 Akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam
Dari hasil penelitian, 5 partisipan menjelaskan akibat yang akan terjadi
pada korban tenggelam seperti tidak bisa bernafas, masuknya air ke paru-paru
sehingga sesak, henti nafas henti jantung, tidak sadarkan diri, dan meninggal.
Berikut pernyataan dari partisipan:
P1: Iya apa akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam “salah satunya pasti trauma lah
bagi orang yang pernah mengalami tenggelam kenapa bisa trauma mungkin dalam hal
trauma ini kan orang yang tenggelam tadi berpikir bahwa pengalaman yang sudah
dialaminya tidak akan lagi diulanginya karena itu membuatnya akan semakin tidak
mampu untuk melakukan hal yang sama karna dia sudah tahu mungkin dia pun punya
istilahnya was waslah dia pada hal tersebut lalu ada juga istilahnya syok kan kalau
tenggelam pasti syok dia kan keluar dia dari air pasti sudah istilahnya ee... takut baru
sesudah takut pun dia kan kalau sudah tenggelam itu kan istilahnya dia ketika dia sudah
tenggelam tiba tiba yang dibilangkan ah...m... selamat nggak aku dari apa ini dari
kejadian ku ini bahkan dibilangnya udahlah pasrah aja aku mati aja pun aku bisa” selain
itu apakah masih ada akibat yang bisa terjadi pada korban tenggelam menurut anda “ada”
apalagi “ee... mungkin kita tahu bahwa ketika orang tenggelam itu juga kan e...
diakibatkan ada akibatnya akibatnya yaitu merusak apa.. e pernapasan didalam tubuh kita
kan tenggelam berarti tenggelam ini kan karena istilahnya ada masuk air di dalam paru-
paru kan ee... air yang masuk tadi kan istilahnya belum dikeluarkan jadi mengakibatkan
mungkin bisa sesak mungkin bisa saja nafasnya henti dan mungkin juga bisa meyebabkan
kematian pada seseorang”.
P2: Apa saja akibat yang bisa muncul yang bisa terjadi pada korban tenggelam “akibat yang bisa
muncul dari korban tenggelam itu salah satunya susah sulit untuk bernafas akibat dari
masuknya air kedalam saluran pernafasan sehingga menyebabkan sikorban tersebut sesak
dan tidak bisa bernafas dalam air apalagi air itu kan menutupi saluran pernapasan”.
P3: Jadi akibat atau apa apa saja yang mungkin terjadi pada korban tenggelam “yang pertama itu
gangguan pada pernafasan korban akibat dari cairan yang masuk kedalam paru paru
dimana seharusnya kan tidak boleh ada cairan dari luar yang masuk kedalam paru paru
jadi menyebabkan sikorban tidak dapat bernafas atau mengalami yang namanya henti
nafas henti jantung gangguan pada perfusi jaringan otak korban karena akibat dari tidak
masuknya lagi oksigen karena sikorban tidak dapat menghirup oksigen karena cairan
yang ada dalam paru paru”.
P4: Apa saja yang bisa terjadi atau akibat pada korban tenggelam “misalnya dia bisa henti nafas
iya henti jantung nggak sadarkan diri bisa pingsan bisa hipotermia baru infeksi” jadi hal
hal apa saja yang bisa terjadi atau akibat pada korban tenggelam “misalnya dia bisa henti
nafas iya henti jantung nggak sadarkan diri bisa pingsan bisa hipotermia baru infeksi”
waktu anda tenggelam kira kira apa penyebabnya “iya kemaren itu saya sok sok hebat iya
kekmana iya airnya lebih dalam dari tinggi saya jadi membuat saya tenggelam itu
kekmana sok sok bisa berenang padahal nggak bisa nggak bisalah menjaga keseimbangan
dalam air saat itu” itu pengalaman anda itu udah lama nggak “udah sekitar smp”.
P5: Apa akibat yang bisa terjadi pada korban tenggelam “setelah sudah mengalami setelah sudah
terjadi tenggelam” iya pada korban tenggelam “mmm pertama kan dia pasti minum air
banyak baru nggak bisa bernafas jadi mungkin ee... tidak sadarkan diri menjadi
dampaknya atau bisa udah lama lama disitu bahkan meninggal pun bisa” tidak sadarkan
diri itu apakah bisa dikolam bisa kah terjadi atau hanya didanau “bisa terjadi di kolam juga
karena pernah juga pengalaman itu anak anak kecil jadi kolamnya memang eee.. kurang
bersih boleh dikatakan terus di lantainya licin kayak banyak lumut jadi tanpa kami sadari
ternyata adek itu udah di dasar kolam itu sudah meninggal jadi itu dikolam tidak tidak
ee...tidak menghilangkan kemungkinan gitu”.
5.2.4 Cara menolong korban yang tenggelam
Dari hasil penelitian, sebanyak 4 partisipan menyatakan bahwa cara
menolong korban tenggelam dapat dilakukan dengan melemparkan ban dan tali,
memberikan kayu, berenang langsung, dan pada korban tidak sadar dapat
dilakukan RJP.
P1: Jadi menurut anda bagaimanakah cara kita menolong ketika ada korban tenggelam di sekitar
kita “biasanya kalau kita orang awam mungkin ada beberapa yang bisa dilakukan oleh
mereka yaitu ketika melihat orang tenggelam itu biasanya mereka melemparkan ban
kepada sitenggelam atau pun melemparkan tali tapi ini talinya yang bisa dijangkau oleh si
tenggelam si korbannya tadi kemudian juga mereka bisa saja istilahnya langsung masuk
kedalam kolam tersebut baru mendorong dorong sipasien tadi dan berusaha berenang
terus terus tanpa henti untuk mengeluarkan sitenggelam tersebut terus kalau kita sebagai
perawat kan istilah ketika hal itu terjadi pasti kita sudah tahu hal pertama yang kita
lakukan yaitu dengan ketika mengeluarkan si korban tadi dari dalm air hal pertama yang
kita lakukan yaitu memeriksa nadinya ketika kita periksa hal tersebut kita periksa apakah
teraba atau tidak kalau tidak teraba maka kita lakukan istilahnya ada kom kompres itu
ataupun istilah RJP yang setelah itu sudah kita lakukan kemudian kita cari bantuan dari
rumah sakit untuk itu bantuan dari rumah sakit ini ketika sikorban itu kita tahu
mengalami hal hal yang tidak kita inginkan misalnya ada gangguan paru-paru kita
langsung bawa ke rumah sakit tapi kalau misalnya kita yang sudah ketika kita
menyelamatkan dengan tadi cara RJP tapi itu berhasil maka tidak perlu lagi kita panggil
rumah sakit tak perlu kita bawa dia ke rumah sakit” jadi seperti yang anda bilang tadi
orang awam jadi semua orang kah bisa berenang atau nggak perlu kita tahu kedalaman airnya
atau sebelum berenang apa yang perlu kita perhatikan sebelum kita berenang menolong
korban “yang perlu kita perhatikan pasti tempat kejadian korban tersebut kan misalnya
kalau tempat korbannya ini kalu dikolam renang iya tentukan pasti orang-orang yang bisa
berenang pasti menyelamatkannya tapi kalau biasanya korbannya tenggelam didanau
dilaut mungkin tidak bisa kita lakukan sendiri dengan langsung berenang didalam air itu
yang harus kita perhatikan mungkin kondisi seberapa jangkauan kita untuk mendapatkan
sikorban yang didalam air tadi kemudian kedalaman air tersebut nggak mungkin kan
kalau misalnya didalam kedalaman air nya itu misalnya lebih dari apa nggak mungkin
kita apa kita selamatkan dia mungkin dengan bantuan lain atau ataupun memanggil
bantuan pemerintah setempat yang berkewajiban untuk menyelamatkan sikorban” terus
kalau yang dia medis tadi setelah dia bisa bernafas setelah di RJP posisi apa yang bisa kita
lakukan pada korban setelah kita tolong dia selamat dari RJP itu posisi seperti apa yang kita
berikan pada korban “kalau kita sebagai medis biasanya itu posisi supinasi mungkin itu
supinasi istilahnya kita baringkan klien kemudian kan tadi sesudah kita baringkan yang
kita namakan RJP tadi kemudian ketika air itu sudah keluar pasiennya langsung ada
respon kemudian kita rilekskan dia kemudian kita dudukkan sebentar untuk agar bisa dia
rileks dan istirahat mungkin seperti itu”.
P2: Bagaimana cara menolong korban yang tenggelam “kemaren saat disimulasikan cara
menolong korban yang tenggelam itu dengan menggunakan ban bisa dilemparkan dengan
tali yang sudah diikatkan di ban itu yang sudah dilemparkan ke sikorban kemudian
penolong ada juga yang memakai pelampung untuk menolong sikorban” jadi jika ada
korban yang tenggelam didanau apakah masih bisa dilempar dengan ban “kemungkinan
bisa” selain dengan ban apalagi yang bisa dilakukan untuk menolong korban tenggelam
“yang bisa dilakukan untuk menolong korban tenggelam itu” mungkin bisa anda temui di
sungai “menurut saya kalau misalnya korban tenggelamnya di sungai salah satu tindakan
pertolongan yang bisa dilakukan yaitu untuk penyelamatnya mungkin salah satu dari
penyelamatnya itu yakin dirinya bisa berenang bisa langsung jatuh terjun kedalam air
untuk menolong sikorban kemudian bisa juga biasanya dengan menggunakan alat yang
ada di sekitar sungai tersebut misalnya seperti kayu disodorkan kayu yang agak panjang
kearah sikorban” jika kita menemukan korban tenggelam yang sudah tidak sadarkan diri jadi
tindakan apa yang bisa kita lakukan untuk selanjutnya menolong korban “e... jika kita
menemukan korban yang tidak sadarkan diri itu sudah kita selamatkan bisa kita periksa
dulu pernapasannya dengan pemeriksaan ABC yaitu kita periksa Airwey nya Brething dan
Circulation nya jika tidak terdengar nafasnya bisa kita lakukan tindakan RJP”.
P3: Jadi bagaimana anda menolong korban yang tenggelam “jadi ada beberapa cara yang bisa
kita lakukan untuk menolong korban seperti yang saya ikuti pada seminar kemarin yang
pertama itu kita lakukan kita dapat menolong korban atau mengangkat korban dari air
ketika kita bisa berenang kita bisa langsung mengangkat korban ketika kita tidak dapat
berenang kita dapat melempar seperti pelampung atau jika disungai kita dapat melempar
seperti kayu untuk menolong korban atau misalnya pohon pohon pisang itu kita lempar
untuk menolong sikorban kemudian setelah kita mengangkat korban ke atas yang pertama
kita lakukan pengkajian pada korban pengkajian ABC yang pertama kita kaji Airway atau
pernafasan korban kita kaji apakah ada sumbatan atau ada benda benda asing yang
menghalangi pernafasan korban misalnya ada sekret yang tertinggal atau ada misalnya
siapa tahu ada ikan yang masuk kedalam pernafasan korban jadi bisa kita keluarkan
terlebih dahulu untuk melonggarkan atau agar sikorban dapat bernafas setelah itu jika
ee.. setelah kita lakukan pengkajian bahwa sikorban mengalami henti nafas si korban
tidak dapat mengalami sikorban tidak bisa bernafas kita dapat mengecek nadi karotis
apakah masih ada nadi jika tidak ada nadi kita dapat melakukan RJP untuk memberikan
pijatan pada jantung korban sehingga dapat mengalirkan darah kembali keseluruh tubuh
korban setelah itu setelah kita lakukan RJP kita dapat kita dapat menunggu hingga
bantuan datang dan membawa korban ke rumah sakit untuk menhindari trejadinya
komplikasi komplikasi yang akan datang” jadi menurut pengalaman yang anda alami waktu tenggelam itu apakah sudah dilakukan pertolongan cara pertolongan seperti itu atau ada cara
lain yang bisa digunakan waktu itu “kemarin itu ketika yang terjadi pada diri saya sendiri
memang sudah ada dilakukan pertolongan itu dilakukan oleh teman saya dia langsung
menarik saya keatas menarik saya ketepi kolam renang tersebut sehingga saya tidak jadi
tenggelam dan yang pernah terjadi yang saya lihat itu sudah dilakukan pertolongan yaitu
melempar beberapa rakitan bambu untuk menolong sikorban dan mereka naik keatas
rakitan bambu tersebut karena air yang cukup dalam tetapi memang korban tidak bisa
diselamatkan lagi korban sudah meninggal tetapi sudah ada usaha dari warga sekitar
untuk menolong sikorban tersebut”.
P4: Jadi menurut anda bagaimana sih cara kita menolong korban tenggelam “penanganannya
caranya kalau kita menemukan dikolam dengan cara iya selama aku udah simulasi
kemarin di kolam stikes dilempar ban terus dikasih pelampung kita bisa berenang kita
tolong bawa kedaratan misalnya kalau dia di danau gitu lain hal iya pakai kapal lah terus
kalau disungai sungai gitu kalau masih arusnya masih bisa terjangkau masih bisa kita
berenang iya kita tolong kita berenang kalau tidak kita ambil alat misalnya kayak kayu
atau ada ban atau karet yang bisa mengapung kita lemparkan ke dia supaya dia bisa
mengapung atau bisa naik kepermukaan air”. Jadi jika kita seperti yang anda bilang tadi
kita bisa menolongnya dengan berenang bagaimana cara kita membawa korban “pertama iya
kita bawa dia ke daratan dataran rendah terus jika ada orang kita minta tolong dulu
kepada orang kita cek dulu nadinya denyut nadinya denyut nadi di leher sikorban terus itu
kita tengok pernapasnnya kita tengok masih bisa nggak bernapas baru setelah itu jika
tidak ada kita berusaha untuk memberikan nafas buatan setelah itu kalau tidak bisa kita RJP lah” berapa lama waktu “misalnya kita kasih dulu 5 menit atau 3 siklus setelah
sipasien udah sadarkan diri kita miringkan pasien dengan posisi nyaman dan jika dia
lemas gitu dia maka kita panggil bantuan atau dirujuk ke RS atau puskesmas”.
P5: Jadi menurut anda bagaimana cara kita menolong korban tenggelam “sebenarnya saya pun
belum pernah menyelamatkan korban tenggelam Cuman dari pengalaman pengalaman
yang pernah saya dengar dan saya lihat alangkah lebih baik kita menarik rambutnya baru
kita raih misalnya di danau kita sampai ke pinggir” dari simulasi yang anda ikuti adakah
cara lain yang dilakukan “yang saya perhatikan orang itu seperti memegang leher baru
menarik sampai ke pinggir gitu” jika kita temukan korban tidak sadarkan diri “yang
pertama kan kita membawa ke pinggir selanjutnya ee... kita kita memberikan nafas
mungkin nafas kepada sikorban dari mulut atau dari hidung mungkin apabila sebenarnya
yang pertama kita mencek keadaan sikorban apakah dia henti nafas atau henti jantung
apabila henti nafas kita coba memberikan ee.. melalui mulut apabila kita sudah
menemukan dia henti jantung kita bisa melakukan tindakan RJP atau resusitasi jantung
paru” apakah masih ada “yang saya tahu hanya itu”.
5.3. Pembahasan
5.3.1 Pengertian dari tenggelam
1. Tenggelam adalah ketidakmampuan seseorang menjaga atau
mempertahankan keseimbangan di dalam air.
Tenggelam merupakan ketidakmampuan seseorang menjaga atau
mempertahankan keseimbangan di dalam air. Pernyataan ini merupakan hasil
wawancara dari 2 partisipan. Dengan pernyataan sebagai berikut:
P4: “Tenggelam itu dimana seseorang tidak bisa menjaga keseimbangan didalam air jadi
nggak sampai ke permukaan air”.
P4/P5: “Tenggelam adalah ketidakmampuan kita untuk mempertahankan keseimbangan
atau ketidakmampuan kita untuk bertahan di dalam air”.
Dari jawaban partisipan maka peneliti berasumsi bahwa tenggelam
merupakan dimana seseorang tidak bisa menjaga atau mempertahankan
keseimbangan di dalam air karena ketika keseimbangan tubuh hilang akan
membuat gerakan-gerakan tangan dan kaki untuk menjaga kembali keseimbangan
tubuh maka massa tubuh akan lebih berat dibanding dengan massa air sehingga
tubuh akan lebih mudah tenggelam.
Dari hasil jawaban partisipan, terdapat pendapat peneliti (Rifino, 2011) yang
mengatakan bahwa tenggelam merupakan salah satu jenis asfiksia yang
disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan sehingga hilangnya
keseimbangan dalam tubuh seseorang. kematian akibat tenggelam merupakan
salah satu hal yang sulit di diagnosis penyebabnya dibidang ilmu kedokteran
forensik.
Tenggelam adalah kematian karena kematian lemas setelah perendaman
dalam air atau media cairan lainnya. Hampir tenggelam didefenisikan sebagai
survival dari potensi tenggelam, pencelupan dalam air dingin, yang mengarah
pada stimulasi saraf vagus dan aritmia yang berpotensi fatal (Lewis, et al, 2000).
Tenggelam didefinisikan juga sebagai proses yang mengakibatkan gangguan
pernapasan dari perendaman/perendaman cair, itu tidak lagi didefinisikan sebagai
kematian oleh mati lemas setelah perendaman dalam air (Mahadevan dan Garmel,
2012).
2. Tenggelam adalah seseorang yang tidak bisa diselamatkan oleh dirinya
sendiri di dalam air.
Tenggelam merupakan seseorang yang tidak bisa diselamatkan oleh dirinya
sendiri di dalam air. Pernyataan diatas merupakan pendapat dari hasil wawancara
seorang partisipan dengan pernyataan:
P1: “Tenggelam adalah kemampuan seseorang yang tidak bisa diselamatkan oleh
dirinya sendiri dan itu biasanya terjadi di dalam air bisa”.
Dari jawaban partisipan maka peneliti berasumsi tenggelam adalah
seseorang yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri karena saat seseorang
terbenam kedalam air akan merasa ketakutan dan panik sehingga tidak dapat
mengontrol gerakan-gerakan tubuh di dalam air dan tidak memperhatikan keadaan
sekitarnya.
Hal ini didukung dari pendapat yang lain yang mengatakan tenggelam
terjadi dengan cepat dan penyebabnya sulit untuk dijelaskan. Saat seseorang
dikatakan tenggelam, maka dirinya akan terbenam kedalam air sambil tangannya
menggapai-gapai dan kakinya bergerak seperti menaiki tangga untuk berusaha
menyelamatkan dirinya terkadang tenggelam membuat seseorang sulit untuk
berteriak atau mengeluarkan suara sama sekali sehingga menyulitkannya meminta
bantuan (Lifestyle.com, 2018).
Tenggelam didefinisikan juga sebagai proses yang mengakibatkan
gangguan pernapasan dari perendaman/perendaman cair, itu tidak lagi
didefinisikan sebagai kematian oleh mati lemas setelah perendaman dalam air
(Mahadevan dan Garmel, 2012). Sedangkan tenggelam adalah kematian karena
kematian lemas setelah perendaman dalam air atau media cairan lainnya. Hampir
tenggelam didefenisikan sebagai survival dari potensi tenggelam, pencelupan
dalam air dingin, yang mengarah pada stimulasi saraf vagus dan aritmia yang
berpotensi fatal (Lewis, et al, 2000).
3. Tenggelam adalah seseorang yang tidak sengaja terjatuh kedalam air
atau tidak sengaja terikut arus air.
Tenggelam adalah seseorang yang tidak sengaja terjatuh kedalam air.
Pernyataan ini merupakan hasil wawancara dari seorang partisipan dengan
pernyataan:
P2: “Pengertian tenggelam itu korban yang tidak sengaja mungkin terjatuh kedalam
air atau tidak sengaja ikut dalam arus air yang misalnya kayak terjadi banjir atau
tsunami”.
Peneliti berasumsi bahwa tenggelam merupakan korban yang tidak sengaja
terjatuh kedalam air. Hal ini dikarenakan ketika seseorang berada di pinggir air
kolam atau danau tiba-tiba terjatuh atau tidak sengaja terdorong dalam posisi
kepala langsung masuk kedalam air maka dapat menyebabkan masuknya air
langsung dari hidung maupun mulut sehingga menyebabkan susah untuk bernafas
dan dapat terjadi tenggelam.
Dari hasil jawaban partisipan didukung dari pendapat yang mengatakan
bahwa tenggelam dapat terjadi tanpa disengaja. Ketika seseorang masuk ke air
dengan posisi yang salah, seperti wajah yang terendam kedalam air yang
menyebabkan air masuk melalu hidung dan mulut maka akan sulit untuk
bernapas, hal ini juga disebut tenggelam. Tidak hanya di kolam, pada saat menaiki
kapal atau permainan di dalam air dapat terjadi tenggelam (Detikhealth, 2014).
Tenggelam adalah kematian karena kematian lemas setelah perendaman
dalam air atau media cairan lainnya. Hampir tenggelam didefenisikan sebagai
survival dari potensi tenggelam, pencelupan dalam air dingin, yang mengarah
pada stimulasi saraf vagus dan aritmia yang berpotensi fatal (Lewis, et al, 2000).
Tenggelam didefinisikan juga sebagai proses yang mengakibatkan gangguan
pernapasan dari perendaman/perendaman cair, itu tidak lagi didefinisikan sebagai
kematian oleh mati lemas setelah perendaman dalam air (Mahadevan dan Garmel,
2012).
4. Tenggelam adalah suatu kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian
tubuh korban masuk kedalam air menyebabkan korban tidak bisa
bernafas.
Tenggelam adalah suatu kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian tubuh
korban masuk kedalam air menyebabkan korban tidak bisa bernafas. Pernyataan
ini merupakan jawaban dari wawancara seorang partisipan dengan pernyataan:
P3: “Tenggelam itu merupakan suatu kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian
tubuh dari korban masuk kedalam air menyebabkan korban tidak bisa bernafas
kembali itu saja”.
Dari hasil jawaban partisipan peneliti berasumsi bahwa tenggelam
merupakan kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian tubuh masuk ke dalam air
karena ketika berada di dalam air seseorang akan takut tidak bisa bernafas
sehingga mulailah membuat panik dan secara refleks akan melakukan gerakan-
gerakan misalnya mengangkat tangan dengan harapan dapat terapung di atas air
tanpa disadari bahwa ketika diri panik yang membuat seseorang akan makin
menenggelamkan tubuhnya kedalam air.
Hal ini didukung dengan penelitian (Priambodo, 2017) mengatakan bahwa
tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian
tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan,
baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban
dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat.
Tenggelam adalah kematian karena kematian lemas setelah perendaman
dalam air atau media cairan lainnya. Hampir tenggelam didefenisikan sebagai
survival dari potensi tenggelam, pencelupan dalam air dingin, yang mengarah
pada stimulasi saraf vagus dan aritmia yang berpotensi fatal (Lewis, et al, 2000).
5.3.2 Penyebab dari tenggelam
1. Penyebab tenggelam adalah tidak tahu berenang, terpleset, bencana
banjir, tidak tahu cara memposisikan mulut dan hidung untuk bernafas.
Penyebab tenggelam adalah tidak tahu berenang, terpleset, bencana banjir,
tidak tahu cara memposisikan mulut untuk bernafas. Pernyataan diatas merupakan
hasil wawancara t dari 5 partisipan dengan pernyataan:
P1: penyebab tenggelam yaitu tidak tahu cara memposisikan mulut dan hidung
untuk bernafas, tidak tahu berenang, terpleset, bencana.
P1/P2: penyebab tenggelam yaitu tergelincir, tidak bisa berenang, bencana banjir.
P1/P3: penyebab tenggelam yaitu tidak bisa berenang, lingkungan, banjir, penyakit
yang diderita korban, cedera yang dialami korban ketika berenang misalnya
kram, hilangnya keseimbangan didalam tubuhnya.
P1/P4: penyebab tenggelam yaitu tidak bisa berenang, pengaruh obat-obatan,
kecapekan, panik, terpleset, mengkonsumsi alkohol, penyakit yang diderita
tiba-tiba kambuh di dalam air.
P1/P5: penyebab tenggelam yaitu kepanikan, tidak tahu berenang, pakaian terlalu
berat sehingga keseimbangan tubuhnya berkurang.
Dari hasil jawaban partisipan maka peneliti berasumsi bahwa penyebab
tenggelam yaitu tidak tahu berenang, terpeleset, bencana/banjir, karena ketika
seseorang masuk kedalam air dan tidak tahu berenang, tidak tahu membuat posisi
untuk bernafas akan merasa ketakutan dan memiliki pikiran akan terjadi
tenggelam pada dirinya, sehingga pada saat melakukan gerakan-gerakan kaki dan
tangan didalam air untuk berenang dapat terjadi terpeleset dan tidak mampu
bertahan atau melawan arus air yang melebihi kemampuan perenang.
Keidakmampuan diri untuk memposisikan mulut dan hidung diatas permukaan air
dan menahan nafas ketika berada di dalam air sehingga seseorang akan minum
banyak dan masuk ke paru-paru dari mulut dan hidung dan mengakibatkan
tenggelam.
Hal ini juga didukung dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait
penyebab tenggelam seperti yang ditulis dalam jurnal “Gambaran Pengetahuan
Masyarakat Pesisir Tentang Pertolongan Korban Tenggelam Di Kenjeran
Surabaya” menuliskan selain karena tingkat pengetahuan, kurangnya kemampuan
berenang, pemanasan yang kurang, serta konsumsi alkohol dan obatobatan
sebelum melakukan kegiatan di air dapat menjadi salah satu resiko terjadinya
kasus tenggelam (Merina Widyastuti, 2017).
Kelelahan saat berenang, kehilangan kendali atau dukungan dalam air,
jebakan atau keterikatan dengan benda-benda di dalam air, kehilangan
kemampuan untuk bergerak sekunder akibat cedera, penilaian buruk akibat kejang
alkohol atau narkoba saat berada di air (Lewis, et al, 2000). Tenggelam dapat
disebabkan karena keracunan, cedera didalam air, penyakit infark miokard, dan
kejadian paru akut (Mahadevan dan Garmel, 2012).
2. Penyebab tenggelam adalah hilangnya keseimbangan tubuh, penyakit
atau cedera yang dialami korban saat berenang.
Penyebab tenggelam adalah hilangnya keseimbangan tubuh, penyakit atau
cedera yang dialami korban saat berenang. Pernyataan diatas merupakan hasil
wawancara dari 3 partisipan dengan pernyataan:
P3: “penyebab tenggelam yaitu tidak bisa berenang, lingkungan, banjir, penyakit yang
diderita korban, cedera yang dialami korban ketika berenang misalnya kram,
hilangnya keseimbangan didalam tubuhnya”.
P3/P4: “penyebab tenggelam yaitu tidak bisa berenang, pengaruh obat-obatan,
kecapekan, panik, terpleset, mengkonsumsi alkohol, penyakit yang diderita
tiba-tiba kambuh di dalam air”.
P3/P5: “penyebab tenggelam yaitu kepanikan, tidak tahu berenang, pakaian terlalu
berat sehingga keseimbangan tubuhnya berkurang”.
Dari jawaban partisipan maka peneliti berasumsi bahwa penyebab
tenggelam adalah lingkungan, penyakit yang diderita korban, cedera yang dialami
korban ketika didalam air, hilangnya keseimbangan di dalam tubuh karena
lingkungan air yang licin dapat menyebabkan seseorang terpleset dan kehilangan
kendali gerakan ketika jatuh kedalam air, ketika seseorang mengalami penyakit
yang kambuh didalam air atau cedera akan mengakibatkan susah untuk bergerak
dan tidak mampu untuk berenang ke permukaan melawan arus air.
Hal ini juga didukung dari pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa
kondisi umum dan faktor risiko yang menyebabkan tenggelam yaitu tidak
memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air, kurang pengawasan
terhadap anak terutama usia 5 tahun kebawah, ketidakmampuan akibat penyakit
akut ketika berenang termasuk diantaranya infark miokard, epilepsi, atau stroke
(Wikipedia.org, 2017).
Tenggelam merupakan proses yang mengakibatkan gangguan pernafasan
dari perendaman air. Tenggelam dapat disebabkan karena keracunan, cedera
didalam air, penyakit infark miokard, dan kejadian paru akut (Mahadevan dan
Garmel, 2012). Kelelahan saat berenang, kehilangan kendali atau dukungan dalam
air, jebakan atau keterikatan dengan benda-benda di dalam air, kehilangan
kemampuan untuk bergerak sekunder akibat cedera, penilaian buruk akibat kejang
alkohol atau narkoba saat berada di air (Lewis, et al, 2000).
3. Penyebab tenggelam adalah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan,
panik dan kecapekan.
Penyebab tenggelam adalah menkonsumsi alkohol dan obat-obatan, panik dan
kecapekan. Pernyataan ini merupakan hasil wawancara dari 2 partisipan dengan
pernyataan:
P4: “penyebab tenggelam yaitu tidak bisa berenang, pengaruh obat-obatan, kecapekan,
panik, terpleset, mengkonsumsi alkohol, penyakit yang diderita tiba-tiba kambuh
di dalam air”.
P4/P5: “penyebab tenggelam yaitu kepanikan, tidak tahu berenang, pakaian terlalu
berat sehingga keseimbangan tubuhnya berkurang”.
Dari jawaban partisipan peneliti berasumsi bahwa tenggelam dapat juga
disebabkan karena panik, kecapekan, mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol
karena ketika seseorang panik didalam air maka semua pergerakan didalam air
akan dilakukan secara buru-buru dan tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya.
tenggelam dapat disebabkan karena mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
sebelum berenang karena alkohol dapat mengganggu daya pikir, keseimbangan
dan kondisi tubuh, selain itu alkohol juga mengurangi kemampuan tubuh untuk
tetap hangat di dalam air.
Hal ini didukung dari penelitian yang telah dilakukan yang mengatakan
bahwa tenggelam bisa merupakan kejadian utama atau sekunder dari beberapa
kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, hipotermia, konsumsi obat
atau alkohol, pingsan, bunuh diri (Putranda, 2017). Selain karena tingkat
pengetahuan, kurangnya kemampuan berenang, pemanasan yang kurang, serta
konsumsi alkohol dan obat-obatan sebelum melakukan kegiatan di air dapat
menjadi salah satu penyebab terjadinya tenggelam (widyastuti, 2017).
Tenggelam dapat disebabkan karena panik serta mengkonsumsi obat-
obatan dan alkohol sebelum berenang karena alkohol dapat mengganggu daya
pikir. Selain itu, cairan dalam tubuh juga akan lebih cepat keluar dibawah sinar
matahari berupa keringat. Hal ini akan menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi
yang membahayakan seseorang ketika berenang di laut. Alkohol juga dapat
mengurangi kemampuan tubuh untuk tetap hangat di dalam air jika terlalu banyak
minum alkohol, tubuh akan kesulitan menjaga kehangatan tubuh lebih lama untuk
berenang ke tempat yang lebih aman (Lifestyle.com, 2015).
Kelelahan saat berenang, kehilangan kendali atau dukungan dalam air,
jebakan atau keterikatan dengan benda-benda di dalam air, kehilangan
kemampuan untuk bergerak sekunder akibat cedera, penilaian buruk akibat kejang
alkohol atau narkoba saat berada di air (Lewis, et al, 2000).
5.3.3 Akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam
1. Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah trauma, merusak
pernapasan dalam tubuh, sesak, kematian.
Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah trauma, merusak
pernapasan dalam tubuh, sesak, kematian. Pernyataan diatas merupakan hasil
wawancara dari 4 partisipan. Dengan pernyataan sebagai berikut:
P1: “akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam yaitu trauma, merusak
pernapasan dalam tubuh, sesak, kematian”.
P1/P2: “akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam yaitu sulit untuk bernafas,
sesak, tidak bisa bernafas”.
P1/P3: “akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam yaitu gangguan pada
pernafasan, tidak dapat bernafas, henti nafas henti jantung, gangguan
perfusi jaringan otak”.
P1/P5: “akibat yang terjadi pada korban tenggelam yaitu minum air banyak, tidak bisa
bernafas, tidak sadarkan diri, meninggal”.
Dari hasil jawaban partisipan peneliti berasumsi akibat yang akan terjadi
pada korban tenggelam adalah gangguan pada pernafasan atau merusak
pernafasan, sesak, dan kematian karena masuknya air kedalam paru-paru dari
mulut dan hidung saat terbenam di dalam air yang menyebabkan sulit bernafas
atau tidak dapat menghirup oksigen dan dapat menghambat saluran pernafasan
dan dapat mengakibatkan kematian pada seseorang.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini didukung dari beberapa
penelitian seperti yang telah dituliskan dalam (Egar Rahardiantomo, 2016) bahwa
pertama terjadi suatu periode panik dan usaha yang hebat dengan berhenti
bernafas selama 1-2 menit, selanjutnya refleks menelan sejumlah air diikuti
laringospasme, hipoksia menyebabkan apnea, penurunan kesadaran, lalu air
masuk ke dalam paru-paru dalam jumlah banyak akhirnya menjadi asfiksia dan
kematian. Penelitian yang dilakukan oleh (wulur, 2011) juga yaitu menuliskan
bahwa tenggelam merupakan salah satu jenis asfiksia yang disebabkan masuknya
cairan kedalam saluran pernafasan, kematian akibat tenggelam merupakan salah
satu hal yang sulit didiagnosis di bidang ilmu kedokteran forensik.
Akibat yang terjadi pada seseorang yang mengalami tenggelam adalah
pernafasan yang tidak efektif, dispnea, gangguan pernapasan, henti napas, ronki,
batuk dengan dahak berbusa merah muda, gangguan jantung, takikardia,
bradikardia, aritmia, henti jantung, panik, kelelahan, koma, cedera tulang
belakang leher, hipotermia (Lewis, et al, 2000). Pada saat tenggelam hal-hal yang
sering terjadi seperti hipotermia, takipnea, batuk, tersedak, muntah, dan memiliki
kulit, rambut, atau pakaian yang basah (Mahadevan dan Garmel, 2012).
2. Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah henti napas henti
jantung.
Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah henti napas henti jantung.
Pernyataan diatas merupakan hasil wawancara dari 2 partisipan, dengan
pernyataan sebagai berikut:
P3: “akibat yang terjadi pada korban tenggelam yaitu gangguan pada pernafasan,
tidak dapat bernafas, henti napas henti jantung, gangguan perfusi jaringan
otak”.
P3/P4: “akibat yang terjadi pada korban tenggelam yaitu henti napas henti jantung,
tidak sadarkan diri, pingsan, hipotermi, infeksi”.
Dari jawaban partisipan peneliti berasumsi bahwa akibat yang dapat terjadi
pada korban tenggelam adalah henti nafas dan henti jantung, gangguan perfusi
jaringan otak karena saat korban tenggelam tidak dapat mempertahankan jalan
nafasnya agar bebas cairan maka air akan masuk ke dalam mulut dan ketika tidak
dapat menahan nafas maka air akan masuk ke saluran pernafasan sehingga dapat
mengakibatkan henti jantung karena terisinya jalan nafas.
Hal ini juga didukung dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
yang mengatakan akibat yang dapat ditemukan pada korban tenggelam adalah
pneumonia, sindrom distres pernapasan akut, gangguan elektrolit, cedera ginjal
akut, aritmia, dan henti jantung (Putranda, 2017). Berbagai komplikasi yang dapat
ditemukan pada korban tenggelam adalah pneumonia aspirasi, hypotermia,
sindrome distres pernapasn akut, henti jantung, dan infeksi (Tipton, 1997).
Akibat yang terjadi pada seseorang yang mengalami tenggelam adalah
pernafasan yang tidak efektif, dispnea, gangguan pernapasan, henti napas, ronki,
batuk dengan dahak berbusa merah muda, gangguan jantung, takikardia,
bradikardia, aritmia, henti jantung, panik, kelelahan, koma, cedera tulang
belakang leher, hipotermia (Lewis, et al, 2000).
3. Akibat yang terjadi pada korban tenggelam yaitu hipotermi dan infeksi.
Akibat yang terjadi pada korban tenggelam yaitu hipotermi dan infeksi.
Pernyataan diatas merupakan hasil wawancara dari seorang partisipan, dengan
pernyataan:
P4: “akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam yaitu henti nafas henti jantung,
tidak sadarkan diri, pingsan, hipotermi, infeksi”.
Dari jawaban partisipan peneliti berasumsi bahwa akibat yang dapat terjadi
pada korban tenggelam adalah hipotermi dan infeksi karena saat korban
tenggelam akan masuk banyak air ke paru-paru yang dapat menyebabkan infeksi
akibat air yang masuk tidak bersih dan hipotermi akibat air yang masuk kedalam
tubuh terlalu banyak dan menyebabkan suhu tubuh tidak stabil.
Hal ini juga didukung dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
yang mengatakan akibat yang dapat ditemukan pada korban tenggelam adalah
pneumonia, sindrom distres pernapasan akut, gangguan elektrolit, cedera ginjal
akut, aritmia, dan henti jantung (Putranda, 2017). Berbagai komplikasi yang dapat
ditemukan pada korban tenggelam adalah pneumonia aspirasi, hypotermia,
sindrome distres pernapasn akut, henti jantung, dan infeksi (Tipton, 1997).
Akibat yang terjadi pada seseorang yang mengalami tenggelam adalah
pernafasan yang tidak efektif, dispnea, gangguan pernapasan, henti napas, ronki,
batuk dengan dahak berbusa merah muda, gangguan jantung, takikardia,
bradikardia, aritmia, henti jantung, panik, kelelahan, koma, cedera tulang
belakang leher, hipotermia (Lewis, et al, 2000).
4. Akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam adalah minum air
banyak.
Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah minum air banyak.
Pernyataan ini merupakan jawaban wawancara dari seorang partisipan dengan
pernyataan:
P5: “minum air banyak, tidak bisa bernafas, tidak sadarkan diri, meninggal”.
Dari jawaban partisipan maka peneliti berasumsi bahwa akibat yang terjadi
pada korban tenggelam adalah minum air banyak. Hal ini dikarenakan ketika
seseorang tenggelam maka tidak tahu cara memposisikan mulut dan hidung untuk
berada di atas permukaan air sehingga terbenam didalam air dan korban akan
bernafas didalam air sambil minum air dan masuk melalui hidung.
Hal ini didukung dari pendapat yang mengatakan bahwa ketidakmampuan
diri untuk memposisikan mulut dan hidung diatas permukaan, dan menahan nafas
ketika berada di dalam air untuk jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan
masuknyaair melalui mutut dan hidung. Pada saat kondisi ini, air akan masuk ke
saluran pernapasan sehingga oksigen menjadi terhenti, yang berakibat pada
kerusakan atau terganggunya sistem tubuh (Aladokter.com, 2019).
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini didukung dari beberapa
penelitian seperti yang telah dituliskan dalam (Egar Rahardiantomo, 2016) bahwa
pertama terjadi suatu periode panik dan usaha yang hebat dengan berhenti
bernafas selama 1-2 menit, selanjutnya refleks menelan sejumlah air diikuti
laringospasme, hipoksia menyebabkan apnea, penurunan kesadaran, lalu air
masuk ke dalam paru-paru dalam jumlah banyak akhirnya menjadi asfiksia dan
kematian. Penelitian yang dilakukan oleh (wulur, 2011) juga yaitu menuliskan
bahwa tenggelam merupakan salah satu jenis asfiksia yang disebabkan masuknya
cairan kedalam saluran pernafasan, kematian akibat tenggelam merupakan salah
satu hal yang sulit didiagnosis di bidang ilmu kedokteran forensik.
Akibat yang terjadi pada seseorang yang mengalami tenggelam adalah
pernafasan yang tidak efektif, dispnea, gangguan pernapasan, henti napas, ronki,
batuk dengan dahak berbusa merah muda, gangguan jantung, takikardia,
bradikardia, aritmia, henti jantung, panik, kelelahan, koma, cedera tulang
belakang leher, hipotermia (Lewis, et al, 2000). Pada saat tenggelam hal-hal yang
sering terjadi seperti hipotermia, takipnea, batuk, tersedak, muntah, dan memiliki
kulit, rambut, atau pakaian yang basah (Mahadevan dan Garmel, 2012).
5.3.4 Cara menolong korban yang tenggelam
1. Cara menolong korban yang tenggelam yaitu melemparkan ban,
melemparkan tali, menyodorkan kayu, menolong langsung berenang,
melakukan pengkajian ABC, melakukan RJP.
Cara menolong korban tenggelam dapat dilakukan dengan melemparkan ban,
tali, menyodorkan kayu, menolong langsung berenang, melakukan pengkajian
ABC, melakukan RJP. Pernyataan diatas merupakan hasil wawancara dari 5
partisipan dengan pernyataan sebagai berikut:
P1: “cara menolong korban tenggelam dapat dilakukan dengan melemparkan ban,
tali, menolong langsung dengan berenang, melakukan pemeriksaan nadi,
melakukan RJP”.
P1/P2: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan menggunakan ban,
memberi palampung, berenang langsung ke dalam, menyodorkan kayu,
melakukan pemeriksaan ABC, melakukan RJP”.
P1/P3: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan berenang langsung,
melempar pelampung, melempar kayu, melakukan pengkajian ABC,
lakukan RJP”.
P1/P4: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan melemparkan ban,
memberikan pelampung, menolong langsung, menggunakan kapal,
melemparkan ban, kayu atau karet yang bisa mengapung, memeriksa nadi,
memberikan nafas buatan, lakukan RJP, miringkan pasien”.
P1/P5: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan menarik rambutnya,
menarik ke pinggir, memberikan nafas buatan, mengecek nadi dan
pernafasan, lakukan RJP”.
Peneliti berasumsi bahwa setiap melakukan pertolongan hal pertama yang
harus diketahui penolong adalah tidak boleh panik. Dalam hal menolong korban
tenggelam dapat dilakukan dengan melempar ban, tali atau kayu jika korban
masih dekat dengan permukaan dan korban masih sadar. Membawa korban ke
pinggir dengan berenang langsung kedalam air untuk meraih korban,
menggunakan perahu atau kapal. Untuk korban yang tidak sadarkan diri dapat
diberikan nafas buatan, memeriksa keadaan korban dengan melakukan
pemeriksaan airwey, breathing, circulation dan jika korban tidak ditemukan
denyut jantung maka dapat dilakukan tindakan RJP.
Dari hasil penelitian diatas hal yang mendukung juga mengatakan untuk
bantuan korban tenggelam hal pertama yang dapat dilakukan ialah membawa
korban ke tepi pantai dengan cara terjun langsung ke air, apabila kondisi laut
berbahaya bagi korban dapat terlebih dahulu di lempari alat , setelah korban dapat
dibawa ke pinggir dapat lakukan dengan mengangkat kepala korban,
membersihkan jalan nafas dari sumbatan, memberikan nafas buatan dan jika
korban tidak ditemukan denyut jantung maka perlu lakukan RJP (Priambodo,
2017).
Untuk melakukan pertolongan pada korban tenggelam yaitu, memastikan
jalan nafas yang paten, melindungi tulang belakang leher dengan imobilisasi,
memberikan oksigen 100% melalui kanula hidung atau masker non-rebreather,
menilai cedera lain, melepas pakaian basah dan tutup dengan selimut hangat,
dapatkan suhu badan kembali, pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, status
pernafasan, saturasi oksigen, irama jantung (Lewis, et.al, 2000).
2. Cara menolong korban tenggelam adalah dengan memberikan
pelampung.
cara menolong korban tenggelam adalah dengan memberikan pelampung.
Pernyataan ini merupakan hasil wawancara dari 2 partisipan dengan pernyataan:
P2: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan menggunakan ban, memberi
palampung, berenang langsung ke dalam, menyodorkan kayu, melakukan
pemeriksaan ABC, melakukan RJP”.
P2/P3: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan berenang langsung,
melempar pelampung, melempar kayu, melakukan pengkajian ABC,
lakukan RJP”.
Dari jawaban responden peneliti berasumsi bahwa cara menolong korban
tenggelam juga dapat dilakukan dengan memberikan pelampung kepada korban
karena dengan pelampung korban dapat mengapung diatas air untuk menuju ke
pinggir air.
Hal ini didukung dari pendapat bahwa cara menolong korban tenggelam
dapat dilakukan dengan segera bantu korban untuk keluar dari air dan
memindahkanya ke daratan, atau minta pertolongan kepada orang yang memiliki
kemampuan berenang, atau kepada tim penjaga pantai atau kolam renang. Segera
bantu korban untuk keluar dari air dan memindahkanya ke daratan, atau minta
pertolongan kepada orang yang memiliki kemampuan berenang, atau kepada tim
penjaga pantai atau kolam renang. Jika tidak ada, segera hubungi pusat bantuan
gawat darurat. Lemparkan objek yang dapat mengapung ke titik yang mampu
dijangkau oleh korban, seperti jaket pelampung, ban renang, atau tali. Objek yang
dilemparkan sebaiknya tidak membahayakan korban. Bantuan ini bisa membuat
korban tetap terapung dan sadarkan diri. Jika tidak ada, segera hubungi pusat
bantuan gawat darurat. Pada korban tenggelam yang sudah berhasil dipindahkan
ke permukaan, dapat diperiksa mulut dan hidungnya, apakah mengeluarkan udara
atau tidak. Lihat juga pergerakan dada korban. Selanjutnya, periksa denyut nadi di
leher korban selama 10 detik. Jika tidak terdapat denyut nadi, maka lakukan
teknik resusitasi jantung paru (RJP) (Aladokter, 2019).
Untuk melakukan pertolongan pada korban tenggelam yaitu, memastikan
jalan nafas yang paten, melindungi tulang belakang leher dengan imobilisasi,
memberikan oksigen 100% melalui kanula hidung atau masker non-rebreather,
menilai cedera lain, melepas pakaian basah dan tutup dengan selimut hangat,
dapatkan suhu badan kembali, pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, status
pernafasan, saturasi oksigen, irama jantung (Lewis, et.al, 2000).
3. Cara menolong korban tengelam adalah dengan memberikan nafas
buatan, membawa ke pinggir, dan miringkan pasien.
Cara menolong korban tenggelam adalah dengan memberikan nafas buatan,
membawa ke pinggir dan miringkan pasien. Pernyataan ini merupakan hasil
wawancara dari 2 partisipan dengan pernyataan dibawah ini:
P4: “cara menolong korban tenggelam dapat dengan melemparkan ban, memberikan
pelampung, menolong langsung, menggunakan kapal, melemparkan ban,
kayu atau karet yang bisa mengapung, memeriksa nadi, memberikan nafas
buatan, lakukan RJP, miringkan pasien”.
P4/P5: “menarik rambutnya, menarik ke pinggir, memberikan nafas buatan,
mengecek nadi dan pernafasan, lakukan RJP”.
Dari jawaban partisipan peneliti berasumsi bahwa cara menolong korban
tenggelam dapat dilakukan dengan memberikan nafas buatan, miringkan pasien,
dan menarik rambut korban, karena dengan memberikan nafas buatan dapat
membantu untuk mengeluarkan air yang ada di saluran pernafasan.
Hal ini juga di dukung dari pernyatan yang mengatakan bahwa jika tidak
ada napas buatan dengan cara menutup hidung dan meniupkan napas dari mulut
ke mulut sebanyak 2 kali selama 2 detik. Saat melakukan hal ini mata
memperhatikan dada orang tersebut, apakah bergerak atau tidak. Jika pasien sudah
bisa bernapas maka letakkan pada recovery position yaitu dalam posisi terlentang
letakkan tangan kiri keatas dan tangan kanan menyilang ke telinga, tekuk kaki
kanan lalu miringkan pasien ke arah kiri dengan dengan mendorong pundak dan
kakinya secara bersamaan. Namun jika pasien kembali tidak bernapas lagi,
terlentangkan kembali dan berikan napas buatan serta tekanan di dada
(Detikhealth.com, 2014).
Untuk melakukan pertolongan pada korban tenggelam yaitu, memastikan
jalan nafas yang paten, melindungi tulang belakang leher dengan imobilisasi,
memberikan oksigen 100% melalui kanula hidung atau masker non-rebreather,
menilai cedera lain, melepas pakaian basah dan tutup dengan selimut hangat,
dapatkan suhu badan kembali, pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, status
pernafasan, saturasi oksigen, irama jantung (Lewis, et.al, 2000).
BAB 6
SIMPULAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di STIKes Santa Elisabeth
Medan Tahum 2019, tentang gambaran pengetahuan tentang pertolongan pada
korban tenggelam, dari 5 orang responden dapat disimpulkan bahwa:
6.1.1Tenggelam merupakan dimana seseorang tidak bisa menjaga atau
mempertahankan keseimbangan di dalam air. Tenggelam adalah
kemampuan seseorang yang tidak bisa diselamatkan oleh dirinya sendiri dan
itu biasanya terjadi di dalam air bisa. Tenggelam itu adalah korban yang
tidak sengaja mungkin terjatuh kedalam air atau tidak sengaja ikut dalam
arus air yang misalnya kayak terjadi banjir atau tsunami. Tenggelam itu
merupakan suatu kondisi ketika seluruh tubuh atau sebagian tubuh dari
korban masuk kedalam air menyebabkan korban tidak bisa bernafas kembali
itu saja.
6.1.2 Penyebab tenggelam adalah tidak tahu berenang, terpeleset, bencana banjir,
tidak tahu cara memposisikan mulut dan hidung untuk bernafas di dalam air,
hilangnya keseimbangan di dalam tubuhnya, penyakit atau cedera yang
dialami seperti kram, konsumsi obat dan alkohol, panik, kecapekan.
6.1.3 Akibat yang terjadi pada korban tenggelam adalah trauma, sulit bernafas,
masuknya air kedalam paru-paru sehingga sesak nafas, henti nafas dan henti
jantung, tidak sadarkan diri, hipotermi, gangguan perfusi jaringan otak,
minum air banyak, infeksi, dan meninggal.
6.1.4 Cara menolong korban tenggelam dapat dilakukan dengan melemparkan
ban, melemparkan tali, menolong langsung kedalam dengan berenang,
menyodorkan kayu, memberikan pelampung dan jika korban tidak bernafas
lakukan dengan membersihkan jalan nafas dari sumbatan dan bisa diberikan
nafas buatan dan lakukan pemeriksaan airwey, breathing, circulation untuk
melakukan RJP pada korban tidak sadarkan diri.
6.2. Saran
6.2.1 Bagi institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
institusi pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan, memberikan materi
dalam mata kuliah keperawatan kritis untuk meningkatkan pengetahuan
seluruh mahasiswa.
6.2.2 Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pada korban tenggelam.
6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk data dasar dan
mengembangkan untuk penelitian berikutnya terkait dengan pertolongan
tenggelam. Dan lebih memperbanyak pertanyaan untuk mendapatkan
tujuan dari suatu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth’s. (2010). Textbook Of Medical-Surgical Nursing Volume 1.
Cresswell, John. (2009). Research Design Qualitative And Mixed Methods
Approaches Third Edition. American: Sage.
Dimas Dwi Prasetyo. (2017). Identifikasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Pesisir Tentang Pertolongan Pertama Pada Kejadian Tenggelam Di
Desa Batu Gong Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gobel, Anggun Magfhira, Lucky T. Kummat, and Ns Mulyadi. (2014). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Pertama Korban Tenggelam
Air Laut Terhadap Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Nelayan Di
Desa Bolang Itang II Kabupaten Bolang Mongondow Utara. Jurnal
Keperawatan2.2
Golden, F. S., Tipton, M. J., & Scott, R. C. (1997). Immersion, near-drowning and
drowning. British Journal of Anaesthesia,79(2), 214-225.
Klayar, Pacitan, And Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. (2011).
Pengetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada
Wisatawan Tenggelam Di Pantai.
Krisanty, Paula. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: trans info
media.
Lewis, Et Al. (2000). Medical Surgical Nursing Volume 2. United States Of
America:Mosby Inc
Mahadevan Dan Garmel. (2012). Clinical Emergency Medicine.
America:Cambridge Unversity Newyork
Makhfudli , Efendi , dan Ferry. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta:salemba medika.
Malik. (2015). Tingkat Pengetahuan Pengawas Kolam Renang Tentang Bantuan
Hidup Dasar Pada Korban Hampir Tenggelam Di Kolam Renang Di
Kota Medan.
Misrah panjaitan, Utomo, Wardiyah Daulay. (2013). Relationship Of Knowledge,
Interpersonal Communication, And Technical Skills With The Nursing
Process Application.
Murwani, Anita. (2014). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan.
Yogyakarta:fitramaya
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Polit, D. F, & Beck, C. T. (2012). Nursing research appraising evidence for
nursing practice, Lippincott Williams & Wilkins.
Prawedana, G. H. K., & Suarjaya, P. P. (2013). Bantuan Hidup Dasar Dewasa
Pada Near Drowning Di Tempat Kejadian. E-Jurnal Medika Udayana,
2(5), 840-852.
Putranda. (2017). Pertolongan Pertama pada Kegawatan dan Kedaruratan.
Quan, L., & Cummings, P. (2003). Characteristics of drowning by different age
groups. Injury Prevention, 9(2), 163-168.
Rifino wulur, dkk. (2011). Gambaran Temuan Autopsi Kasus Tenggelam di BLU
RSU PROF.Dr.R.D.Kandou Manado Periode Januari 20072011. Jurnal
Kesehatan Ilmu Kedokteran Forensik.
Suharty Dahlan, Et all. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bantuan
Hidup Dasar (Bhd) Terhadap Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.
Veronica A. Kumurur. (2008). Pengetahuan, Sikap Dan Kepedulian Mahasiswa
Pascasarjana Ilmu Lingkungan Terhadap Lingkungan Hidup Kota
Jakarta.
Widyastuti, M., & Rustini, S. A. (2017). Gambaran Pengetahuan Masyarakat
Pesisir Tentang Pertolongan Korban Tenggelam Di Kenjeran Surabaya.
Prosiding HEFA (Health Events For All), 1(1).
World Health Organization (WHO). (2014). Global Report On Drowning.
Available from :http://www.who.int/ diakses tahun 2017.
https://lifestyle.okezone.com/. diakses 05 juli 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/. diakses 02 Desember 2017
https://m.detik.com/health/. diakses 05 mei 2014
http://dokterpost.com/kegawatdaruratan/. diakses 23 juli 2016
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Calon responden penelitian
Di tempat
STIKes Santa Elisabeth Medan
Dengan Hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Septa Arnesia Br Ginting
Nim : 012016025
Alamat : JL. Bunga Terompet No. 118 Pasar VIII Medan Selayang
Mahasiswa program studi D3 Keperawatan yang sedang melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III
Tentang Pertolongan Pada Korban Tenggelam di STIKes Santa Elisabeth
Medan Tahun 2019”. Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti tidak akan
menimbulkan kerugian terhadap calon responden, segala informasi yang diberikan
oleh responden kepada penulis akan dijaga kerahasiaannya, dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian semata. Peneliti sangat mengharapkan kesediaan
individu untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa adanya ancaman dan
paksaan.
Apabila saudara/i yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini,
peneliti memohon kesediaan responden untuk menandatangani surat persetujuan
untuk menjadi responden dan bersedia untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan Peneliti guna pelaksanaan penelitian. Atas segala perhatian dan
kerjasama dari seluruh pihak saya mengucapkan banyak terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
(Septa Arnesia Br Ginting)
INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang
tujuan yang jelas dari penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Korban Tenggelam
di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019”. Maka dengan ini saya
menyatakan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini dengan catatan bila
sewaktu-waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak
membatalkan persetujuan ini.
Medan, April 2019
Peneliti Responden
(Septa Arnesia Br Ginting) ( )
PERTANYAAN PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA NERS TINGKAT III
TENTANG PERTOLONGAN PADA KORBAN TENGGELAM
DI STIKes SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2019
A. Data Demografi
Inisial :
Umur :
B. Pertanyaan pengetahuan tentang pertolongan pada korban tenggelam
Petunjuk: Jawablah pertanyaan dengan jujur
No Pertanyaan
1. Apakah pengertian dari tenggelam?
2. Apakah penyebab dari tenggelam?
3. Apa akibat yang akan terjadi pada korban tenggelam?
4. Bagaimanakah cara anda menolong korban yang tenggelam?
Manuskrip Wawancara
Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ners Tingkat III Tentang Pertolongan Pada Korban Tenggelam
di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2019
Pengetahuan
pertolongan
tenggelam
P1 P2 P3 P4 P5
Pengertian
jadi menurut anda
itu pengertian
tenggelam yang
saya tahu itu
tentang tenggelam
yaitu mm..
kemampuan
seseorang ee..
untuk eh...
kemampuan
seseorang dalam...
kemampuan
seseorang yang
tidak bisa
diselamatkan oleh
dirinya sendiri dan
itu biasanya terjadi
di dalam air bisa
kita itu ee... itu jadi
di kolam renang di
sungai bahkan
apakah pengertian
dari tenggelam
menurut saya setahu
saya sih pengertian
tenggelam itu korban
yang tidak sengaja
mungkin terjatuh
kedalam air atau
tidak sengaja ikut
dalam arus air yang
misalnya kayak
terjadi banjir atau
tsunami seperti
itulah jadi itu
tenggelam itu saat
korban jatuh
kedalam air mungkin
saluran
pernapasannya
tertutup karena air
yang masuk terus
apakah itu
pengertian dari
tenggelam jadi
menurut saya
yang dapat saya
simpulkan
tenggelam itu
merupakan suatu
kondisi ketika
seluruh tubuh
atau sebagian
tubuh dari korban
masuk kedalam
air menyebabkan
korban tidak bisa
bernafas kembali
itu saja.
menurut anda apasih
itu arti dari tenggelam
tenggelam itu
dimana seseorang
tidak bisa menjaga
keseimbangan
didalam air jadi
nggak sampai ke
permukaan air itu
nggak bisa menjaga
keseimbangan
berpengaruh nggak
kedalam airnya
berpengaruh dengan
kedalaman dan
tinggi kita jadi kita
bisa tenggelam
nggak bisa berenang
apa itu kira kira
pengertian dari
tenggelam menurut
saya pengertian dari
tenggelam itu
ketidakmampuan kita
untuk ee...
mempertahankan
keseimbangan atau
ketidakmampuan kita
untuk bertahan di
dalam air
didanau . itu
maksudnya tidak
mampu
menyelamatkan diri
sendiri apakah dia
pakai alat atau
badannya sendiri
yah tenggelam kan
bisa saja itu
disebabkan karena
dia tidak mampu
berenang kemudian
kan biasanya kan
kalau pada anak
anak itu kan
maunya orangtua
kan membiarkan
anak anaknya
dalam kolam
renang itu tanpa
diperhatikannya
tanpa ketika hal itu
terjadi iya anak
anak ini kan
istilahnya kan kita
tahu kekmana sifat
anak anak kan
dunia kan dunia
menerus sehingga
ee... susah untuk
bernafas di dalam air
bermain jadi ketika
kita ajak anak
tersebut dalam air
pasti dia akan
kesana kemari
bahkan ketika
seorang ibu yang
tidak
memperhatikannya
bisa saja hal itu
terjadi pada anak
itu
Penyebab
jadi menurut anda
itu penyebab bisa
terjadi tenggelam itu
pada seseorang
penyebabnya saya
tahu yaitu
ketidakmampuan
seseorang dalam
bernafas didalam
air diama kan e...
kita dia berenang
dan kemudian
tenggelam dia tidak
tahu harus cara
untuk
apa penyebab yang
bisa menyebabkan
orang tenggelam e...
menurut
sepengetahuan saya
penyebab beberapa
orang tenggelam ini
slaah satunya
misalnya kayak
tergelincir mungkin
lewat dipinggir
danau atau dipinggir
sungai tergelincir
sehingga jatuh
kedalam air tersebut
apa kira kira
penyebab yang
bisa menyebabkan
seseorang
tenggelam jadi
menurut
pengalaman saya
yang pernah saya
lihat juga jadi
berdasarkan
pengalaman saya
ada beberapa
penyebab yang
dapat saya
simpulkan yang
jadi kira kira apa saja
sih yang
menyebabkan
seseorang itu bisa
tenggelam tentunya
nggak bisa berenang
kan terus dibawah
pengaruh obat-
obatan misalnya
kecapekan juga itu
aja sih bisa juga dia
panik didalam air
terus jatuh dan
terpeleset baru
mengkonsumsi
penyebab yang bisa
menyebabkan
seseorang tenggelam
apa salah satunya
dari pengalaman saya
karena kepanikan
sebetulnya tahu
berenang cuman
karena panik itu
menjadi salah satu
penyebab ee..
tenggelam kepanikan
penyebab yang lain
yang mungkin bisa
terjadi di danau atau
memposisikan
mulut dan
hidungnya untuk
berusaha bernafas
di dalam air selain
posisi untuk
bernafas apalagi
kira kira penyebab
yang bisa
menyebabkan
tenggelam
tenggelam kan bisa
disebabkan oleh
ketika seseorang
tidak tahu
berenang kan
didorong oleh
kawannya
kemudian kan baru
terpeleset di dalam
air lalu itu juga
bisa terjadi karena
adanya tiba2 suatu
bencana jadi kalau
dia nggak bisa
berenang apakah
sudah pasti dia
kalau masuk kolam
misalnya airnya
dalam kemudian
selanjutnya banjir
kalau ada bencana
banjir kan pastinya
arusnya kuat pasti
diterjang juga kan
jadi badan ikut
bersamaan dengan
arus air tersebut itu
seperti itu jadi tadi
kata anda ada
tergelincir jadi jika
dia tergelincir tapi
masih bisa berenang
dalam suasana banjir
itu itu apakah bisa
penyebab tenggelam
dikatakan kalau
menurut saya selagi
kakinya tergelicir
tentunya susah
bergerak susah
bergerak walaupun
tangannya walaupun
bisa berenang tetapi
kalau misalnya
airnya dalam
pertama itu
karena seseorang
tidak bisa
berenang
kemudian kedua
akibat dari
lingkungan itu
sendiri misalnya
tadi banjir
kemudian akibat
dari suatu
penyakit yang
dialami si korban
misalnya sikorban
mengalami
gangguan pada
jantung sehingga
menyebabkan
ketika korban
mengalami sesak
atau mengalami
kejang di dalam
air kemudian
akibat dari cedera
yang dialami
korban ketika
berenang
misalnya ketika
alkohol misalnya ada
juga karena penyakit
yang dideritanya
kambuh didalam air
secara tiba tiba itu
aja sih
disungai gitu
penyebab yang bisa
membuat orang
tenggelam juga
ketidaktahuan
berenang pasti salah
satunya
ketidaktahuan
berenang kepanikan
tadi yang ketiga
menurut saya karena
ee.. seperti
pengalaman saya
yang didanau toba
tadi karena kan
pakain terlalu berat
sehingga
keseimbangan
tubuhnya pun
berkurang gitu dalam
air
itu atau masuk
danau itu tenggelam
karna dia nggak
tahu berenang
apakah sudah pasti
bisa tenggelam
belum tentu kenapa
salah satunya yaitu
misalnya kan ketika
kita lihat seseorang
tenggelam
kemudian ee...
bukan berarti dia
monoton langsung
istilahnya tidak
dilihat orang lain
pasti ada itu kan
berarti ee... orang
lain akan melihat
kejadian tersebut
dan orang lain
akan berusaha
menyelamatkannya
yang tenggelam
tadi dan mencari
bantuan untuk hal
tersebut kira-kira
apa akibat yang bisa
kakinya tergelincir
pasti akan susah
untuk meraih ee..
apa air yang dangkal kira kira kalau
dikolam apa saja
penyebab yang bisa
menyebabkan orang
tenggelam di kolam
renang itu satunya
tadi tergelincir
kemudian tidak bisa
berenang ada lagi
hanya itusih sejauh
ini yang saya tahu
seseorang
mengalami kram
didalam air
sehingga dia tidak
mampu berenang
dan hilangnya
keseimbngan
didalam tubuhnya
sehingga ia
mengalami
kondisi yang
namanya
tenggelam
terjadi pada korban
tenggelam biasanya
yang saya tahu itu
orang tenggelam
Akibat
iya apa akibat yang
akan terjadi pada
korban tenggelam
salah satunya pasti
trauma lah bagi
orang yang pernah
mengalami
tenggelam kenapa
bisa trauma
mungkin dalam hal
trauma ini kan
orang yang
tenggelam tadi
berfikir bahwa
pengalaman yang
sudah dialaminya
tidak akan lagi
diulanginya karena
itu membuatnya
akan semakin tidak
mampu untuk
apa saja akibat yang
bisa muncul yang bisa
terjadi pada korban
tenggelam akibat
yang bisa muncul
dari korban
tenggelam itu salah
satunya susah sulit
untuk bernafas
akibat dari masuknya
air kedalam saluran
pernafasan sehingga
menyebabkan
sikorban tersebut
sesak dan tidak bisa
bernafas dalam air
apalagi air itu kan
menutupi saluran
pernapasan
Jadi akibat atau
apa apa saja yang
mungkin terjadi
pada korban
tenggelam yang
pertama itu
gangguan pada
pernafasan
korban akibat dari
cairan yang
masuk kedalam
paru paru dimana
seharusnya kan
tidak boleh ada
cairan dari luar
yang masuk
kedalam paru
paru jadi
menyebabkan
sikorban tidak
dapat bernafas
apa saja yang bisa
terjadi atau akibat
pada korban
tenggelam misalnya
dia bisa henti nafas
iya henti jantung
nggak sadarkan diri
bisa pingsan bisa
hipotermia baru
infeksi waktu anda
tenggelam kira kira
apa penyebabnya iya
kemaren itu saya sok
sok hebat iya
kekmana iya airnya
lebih dalam dari
tinggi saya jadi
membuat saya
tenggelam itu
kekmana sok sok
bisa berenang
apa akibat yang bisa
terjadi pada korban
tenggelam setelah
sudah mengalami
setelah sudah terjadi
tenggelam iya pada
korban tenggelam
mmm pertama kan
dia pasti minum air
banyak baru nggak
bisa bernafas jadi
mungkin ee... tidak
sadarkan diri menjadi
dampaknya atau bisa
udah lama lama
disitu bahkan
meninggal pun bisa
tidak sadarkan diri itu
apakah bisa dikolam
bisa kah terjadi atau
hanya didanau bisa
melakukan hal
yang sama karna
dia sudah tahu
mungkin dia pun
punya istilahnya
was waslah dia
pada hal tersebut
lalu ada juga istilah
nya syok kan kalau
tenggelam pasti
syok dia kan keluar
dia dari air pasti
sudah istilahnya
ee... takut baru
sesudah takut pun
dia kan kalau
sudah tenggelam
itu kan istilahnya
dia ketika dia sudah
tenggelam tiba tiba
yang dibilangkan
ah...m... selamat
nggak aku dari apa
ini dari kejadian ku
ini bahkan
dibilangnya
udahlah pasrah aja
aku mati aja pun
atau mengalami
yang namanya
henti nafas henti
jantung gangguan
pada perfusi
jaringan otak
korban karena
akibat dari tidak
masuknya lagi
oksigen karena
sikorban tidak
dapat menhirup
oksigen karena
cairan yang ada
dalam paru paru
padahal nggak bisa
nggak bisalah
menjaga
keseimbangan dalam
air saat itu itu
pengalam anda itu
udah lama nggak
udah sekitar smp
terjadi di kolam juga
karena pernah juga
pengalaman itu anak
anak kecil jadi
kolamnya memang
eee.. kurang bersih
boleh dikatakan terus
di lantainya licin
kayak banyak lumut
jadi tanpa kami
sadari ternyata adek
itu udah di dasar
kolam itu sudah
meninggal jadi itu
dikolam tidak tidak
ee...tidak
menghilangkan
kemungkinan gitu
aku bisa selain itu
apakah masih ada
akibat yang bisa
terjadi pada korban
tenggelam menurut
anda ada apalagi
ee... mungkin kita
tahu bahwa ketika
orang tenggelam
itu juga kan e...
diakibatkan ada
akibatnya
akibatnya yaitu
merusak apa.. e
pernapasan
didalam tubuh kita
kan tenggelam
berarti tinggelam
ini kan karena
istilahnya ada
masuk air di dalam
paru-paru kan ee...
air yang masuk tadi
kan istilahnya
belum dikeluarkan
jadi mengakibatkan
mungkin bisa sesak
mungkin bisa saja
nafasnya henti dan
mungkin juga bisa
meyebabkan
kematian pada
seseorang
Cara
menolong
jadi menurut anda
bagaimanakah cara
kita menolong
ketika ada korban
tenggelam di sekitar
kita biasanya kalau
kita orang awam
mungkin ada
beberapa yang bisa
dilakukan oleh
mereka yaitu ketika
melihat orang
tenggelam itu
biasanya mereka
melemparkan ban
kepada sitenggelam
atau pun
melemparkan tali
bagaimana cara
menolong korban
yang tenggelam
kemaren saat
disimulasikan cara
menolong korban
yang tenggelam itu
dengan
menggunakan ban
bisa dilemparkan
dengan tali yang
sudah diikatkan di
ban itu yang sudah
dilemparkan ke
sikorban kemudian
penolong ada juga
yang memakai
pelampung untuk
jadi bagaimana
anda menolong
korban yang
tenggelam jadi
ada beberapa cara
yang bisa kita
lakukan untuk
menolong korban
seperti yang saya
ikuti pada
seminar kemarin
yang pertama itu
kita lakukan kita
dapat menolong
korban atau
mengangkat
korban dari air
ketika kita bisa
jadi menurut anda
bagaimana sih cara
kita menolong korban
tenggelam
penanganannya
caranya kalau kita
menemukan dikolam
dengan cara iya
selama aku udah
simulasi kemarin di
koalm stikes
dilempar ban terus
dikasih pelampung
kita bisa berenang
kita tolong bawa
kedaratan misalnya
kalau dia di danau
gitu lain hal iya
jadi menurut anda
bagaimana cara kita
menolong korban
tenggelam
sebenarnya saya pun
belum pernah
menyelamatkan
korban tenggelam
Cuman dari
pengalaman
pengalaman yang
pernah saya dengar
dan saya lihat
alangkah lebih baik
kita menarik
rambutnya baru kita
raih misalnya di
danau kita sampai ke
tapi ini talinya yang
bisa dijangkau oleh
si tenggelam si
korbannya tadi
kemudian juga
mereka bisa saja
istilahnya langsung
masuk kedalam
kolam tersebut baru
mendorong dorong
sipasien tadi dan
berusaha berenang
terus terus tanpa
henti untuk
mengeluarkan
sitenggelam
tersebut terus kalau
kita sebagai
perawat kan istilah
ketika hal itu
terjadi pasti kita
sudah tahu hal
pertama yang kita
lakukan yaitu
dengan ketika
mengeluarkan si
korban tadi dari
dalm air hal
menolong sikorban
jadi jika ada korban
yang tenggelam
didanau apakah masih
bisa dilempar dengan
ban kemungkinan
bisa selain dengan
ban apalagi yang bisa
dilakukan untuk
menolong korban
tenggelam yang bisa
dilakukan untuk
menolong korban
tenggelam itu
mungkin bisa anda
temui di sungai
menurut saya kalau
misalnya korban
tenggelamnya di
sungai salah satu
tindakan pertolongan
yang bisa dilakukan
yaitu untuk
penyelamatnya
mungkin salah satu
dari penyelamatnya
itu yakin dirinya bisa
berenang bisa
berenang kita bisa
langsung
mengangkat
korban ketika kita
tidak dapat
berenang kita
dapat melempar
seperti pelampung
atau jika disungai
kita dapat
melempar seperti
kayu untuk
menolong korban
atau misalnya
pohon pohon
pisang itu kita
lempar untuk
menolong
sikorban
kemudian setelah
kita mengangkat
korban ke atas
yang pertama kita
lakukan
pengkajian pada
korban
pengkajian ABC
yang pertama kita
pakai kapal lah terus
kalau disungai
sungai gitu kalau
masih arusnya masih
bisa terjangkau
masih bisa kita
berenang iya kita
tolong kita berenang
kalau tidak kita
ambil alat misalnya
kayak kayu atau ada
ban atau karet yang
bisa mengapung kita
lemparkan ke dia
supaya dia bisa
mengapung atau bisa
naik kepermukaan
air
jadi jika kita seperti
yang anda bilang tadi
kita bisa
menolongnya dengan
berenang bagaimana
cara kita membawa
korban pertama iya
kita bawa dia ke
daratan dataran
rendah terus jika ada
pinggir dari simulasi
yang anda ikuti
adakah cara lain yang
dilakukan yang saya
perhatikan orang itu
seperti memegang
leher baru menarik
sampai ke pinggir
gitu jika kita temukan
korban tidak sadarkan
diri yang pertama
kan kita membawa ke
pinggir selanjutnya
ee... kita
kitamemberikan
nafas mungkin nafas
kepada sikorban dari
mulut atau dari
hidung mungkin
apabila sebenarnya
yang pertama kita
mencek keadaan
sikorban apakah dia
henti nafas atau henti
jantung apabila henti
nafas kita coba
memberikan ee..
melalui mulut apabila
pertama yang kita
lakukan yaitu
memriksa nadinya
ketika kita periksa
hal tersebut kita
periksa apakah
teraba atau tidak
kalau tidak teraba
maka kita lakukan
istilahnya ada kom
kompres itu
ataupun istilah RJP
yang setelah itu
sudah kita lakukan
kemudian kita cari
bantuan dari
rumah sakit untuk
itu bantuan dari
rumah sakit ini
ketika sikorban itu
kita tahu
mengalami hal hal
yang tidak kita
inginkan misalnya
ada gangguan
paru-paru kita
langsung bawa ke
rumah sakit tapi
langsung jatuh
terjun kedalam air
untuk menolong
sikorban kemudian
bisa juga biasanya
dengan
menggunakan alat
yang ada di
sekitarsungai
tersebut misalnya
seperti kayu
disodorkan kayu
yang agak panjang
kearah sikorban jika
kita menemukan
korban tenggelam
yang sudah tidak
sadarkan diri jadi
tindakan apa yang
bisa kita lakukan
untuk selanjutnya
menolong korban e...
jika kita menemukan
korban yang tidak
sadarkan diri itu
sudah kita
selamatkan bisa kita
periksa dulu
kaji Airway atau
pernafasan
korban kita kaji
apakah ada
sumbatan atau
ada benda benda
asing yang
menghalangi
pernafasan
korban misalnya
ada sekret yang
tertinggal atau
ada misalnya
siapa tahu ada
ikan yang masuk
kedalam
pernafasan
korban jadi bisa
kita keluarkan
terlebih dahulu
untuk
melonggarkan
atau agar
sikorban dapat
bernafas setelah
itu jika ee..
setelah kita
lakukan
orang kita minta
tolong dulu kepada
orang kita cek dulu
nadinya denyut
nadinya denyut nadi
di leher sikorban
terus itu kita tengok
pernapasnnya kita
tengok masih bisa
nggak bernapas baru
setelah itu jika tidak
ada kita berusaha
untuk memberikan
nafas buatan setelah
itu kalau tidak bisa
kita RJP lah berapa
lama waktu misalnya
kita kasih dulu 5
menit atau 3 siklus
setelah sipasien udah
sadarkan diri kita
miringkan pasien
dengan posisi
nyaman dan jika dia
lemas gitu dia maka
kita panggil bantuan
atau dirujuk ke RS
atau puskesmas
kita sudah
menemukan dia henti
jantung kita bisa
melakukan tindakan
RJP atau resusitasi
jantung paru apakah
masih ada yang saya
tahu hanya itu
baiklah terimakasih
atas jawaban yang
telah diberikan kepada
saya dan terima kasih
juga atas waktu yang
diberikan kepada
saya.
kalau misalnya kita
yang sudah ketika
kita
menyelamatkan
dengan tadi cara
RJP tapi itu
berhasil maka tidak
perlu lagi kita
panggil rumah
sakit tak perlu kita
bawa dia ke rumah
sakit jadi seperti
yang anda bilang
tadi orang awam
jadi semua orang
kah bis berenang
atau nggak perlu
kita tahu kedalaman
airnya atau sebelum
berenang apa yang
perlu kita perhatikan
sebelum kita
berenang menolong
korban yang perlu
kita perhatikan
pasti tempat
kejadian korban
tersebut kan
pernapasannya
dengan pemeriksaan
ABC yaitu kita
periksa Airwey nya
Brething dan
Circulation nya jika
tidak terdengar
nafasnya bisa kita
lakukan tindakan
RJP
pengkajian bahwa
sikorban
mengalami henti
nafas si korban
tidak dapat
mengalami
sikorban tidak
bisa bernafas kita
dapat mengecek
nadi karotis
apakah masih ada
nadi jika tidak
ada nadi kita
dapat melakukan
RJPuntuk
memberikan
pijatan pada
jantung korban
sehingga dapat
mengalirkan
darah kembali
keseluruh tubuh
korban setelah itu
setelah kita
lakukan RJP kita
dapat kita dapat
menunggu hingga
bantuan datang
baiklah terimakasih
atas jawaban yang
telah diberikan
kepada saya dan
terima kasih juga atas
waktu yang diberikan
kepada saya.
misalnya kalau
tempat korbannya
ini kalu dikolam
renang iya
tentukan pasti
orang-orang yang
bisa berenang pasti
menyelamatkannya
tapi kalau biasanya
korbannya
tenggelam didanau
dilaut mungkin
tidak bisa kita
lakukan sendiri
dengan langsung
berenang didalam
air itu yang harus
kita perhatikan
mungkin kondisi
seberapa
jangkauan kita
untuk mendapatkan
sikorban yang
didalam iar tadi
kemudian
kedalaman air
tersebut nggak
mungkin kan kalau
dan membawa
korban ke rumah
sakit untuk
menhindari
trejadinya
komplikasi
komplikasi yang
akan datang jadi
menurut
pengalaman yang
anda alami waktu
tenggelam itu
apakah sudah
dilakukan
pertolongan cara
pertolongan
seperti itu atau ada
cara lain yang bisa
digunakan waktu
itu kemarin itu
ketika yang terjadi
pada diri saya
sendiri memang
sudah ada
dilakukan
pertolongan itu
dilakukan oleh
teman saya dia
misalnya didalam
kedalaman air nya
itu misalnya lebih
dari apa nggak
mungkin kita apa
kita selamatkan dia
mungkin dengan
bantuan lain atau
ataupun memanggil
bantuan
pemerintah
setempat yang
berkewajiban untuk
menyelamatkan
sikorban terus
kalau yang dia
medis tadi setelah
dia bisa bernafas
setelah di RJP posisi
apa yang bisa kita
lakukan pada
korban setelah kita
tolong dia selamat
dari RJP itu posisi
seperti apa yang kita
berikan pada korban
kalau kita sebagai
medis biasanya itu
langsung menarik
saya keatas
menarik saya
ketepi kolam
renang tersebut
sehingga saya
tidak jadi
tenggelamdan
yang pernah
terjadi yang sya
lihat itu sudah
dilakukan
pertolongan yaitu
melempar
beberapa rakitan
bambu untuk
menolong
sikorban dan
mereka naik
keatas rakitan
bambu tresebut
karena air yang
cukup dalam
tetapi memang
korban tidak bis
diselamatkan lagi
korban sudah
meninggal tetapi
posisi supinasi
mungkin itu
supinasi istilahnya
kita baringkan
klien kemudian kan
tadi sesudah kita
baringkan yang
kita namakn RJP
tadi kemudian
ketika air itu sudah
keluar pasiennya
langsung ada
respon kemudian
kita rilekskan dia
kemudian kita
dudukkan sebentar
untuk agar bisa di
rileks dan istirahat
mungkin seperti itu
baiklah terimakasih
atas jawaban dari
pertanyaan saya dan
terima kasih juga
atas waktu yang
sudah disempatkan
kepada saya.
sudah ada usaha
dari warga sekitar
untuk menolong
sikorban tersebut
baiklah
terimakasih atas
jawaban yang
telah diberikan
kepada saya dan
terima kasih juga
atas waktu yang
diberikan kepada
saya