artikel ilmiah studi populasi monyet ekor panjang …repository.unja.ac.id/3089/1/artikel.pdf ·...

15
Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1 ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821) DI HUTAN ADAT DESA RANTAU IKIL, KECAMATAN JUJUHAN, KABUPATEN BUNGO OLEH Azrul Ahmar RSA1C411024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2018

Upload: dinhdieu

Post on 02-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

ARTIKEL ILMIAH

STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821)

DI HUTAN ADAT DESA RANTAU IKIL, KECAMATAN JUJUHAN,

KABUPATEN BUNGO

OLEH

Azrul Ahmar

RSA1C411024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JANUARI 2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2

Page 3: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3

STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis Raffles, 1821)

DI HUTAN ADAT DESA RANTAU IKIL, KEC, JUJUHAN, KABUPATEN BUNGO

Azrul Ahmar1)

, Afreni Hamidah2)

,Evita Anggereini,2)

1)Mahasiswa Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi

2)Dosen Pembimbing Skripsi

Email: 1)

[email protected]

ABSTRAK

Hutan adat kawasan Desa Rantau Ikil kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo dilindungi

kelestariannya oleh penduduk desa untuk mempertahankan kehidupan satwa liar,

keanekaragaman hayati, dan keberlangsungan ekosistem tanpa adanya campur tangan

manusia. Monyet ekor panjang (M. fascicularis) merupakan salah satu biota penyusun

ekosistem hutan adat yang terdapat di Desa Rantau Ikil. Dalam ekosistem, monyet ekor

panjang memiliki peranan sebagai penyebar biji-bijian alami kehutan, mediator penyerbukan

dan pengendali populasi serangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi

dan kerapatan populasi monyet ekor panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil. Penelitian ini

menggunakan metode concentration count. Penelitian dilakukan dengan metode pengamatan

sistem jelajah keseluruh hutan adat dengan menggunakan tiga zona suvei jalur yang akan

ditelusuri untuk mengumpulkan data monyet ekor panjang. Berdasarkan hasil penelitian

terhadap populasi monyet ekor panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil, Kabupaten Bungo

didapatkan populasi monyet ekor panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil, Kabupaten Bungo

berjumlah 73 ekor yang terbagi kedalam tiga kelompok dengan kepadatan populasi total

sebesar 2,02 ekor/ha. Hal ini menunjukan bahwa kerapatan populasi monyet ekor panjang

sangat rendah. Persentase struktur umur yang ditemukan yaitu 13,69% bayi, 45,20% remaja

dan 41,08% dewasa yang menunjukan bahwa monyet ekor panjang dapat mengalami

peningkatan jumlah populasi di masa mendatang. Hal ini dikarenakan tingginya jumlah

individu muda yang ada dibandingkan jumlah individu dewasa monyet ekor panjang di hutan

adat Desa Rantau Ikil. Sehingga, struktur umurnya termasuk memiliki daya regenerasi yang

cukup baik.

Kata Kunci : Studi Populasi Monyet Ekor Panjang Di Hutan Adat Desa Rantau Ikil,

Kecamtan Jujuhan, Kabupaten Bungo

Jambi, Januari 2018

Mengetahui dan menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Afreni Hamidah, S.Pt., M.Si Dr. Evita Anggereini, M.Si

NIP. 197304211999032001 NIP. 196703071991032002

Page 4: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4

POPULATION STUDY OF LONG-TAILED MONKEY (Macaca fascicularis Raffles, 1821)

IN THE TRADITIONAL FOREST OF RANTAU IKIL VILLAGE, JUJUHAN,

BUNGO

By:

Azrul Ahmar1)

, Afreni Hamidah2)

,Evita Anggereini,2)

1)The Student Of Biology Education Study Program Of Education of Mathematics and

Sciences Department, Education and Teacher Training Faculty of Jambi University 2)

Thesis Advisor

Email: 1)

[email protected]

ABSTRACT

The traditional forest of Rantau Ikil Village, Jujuhan, Bungo District is protected by the

villagers to preserve the wildlife, biodiversity, and ecosystem sustainability without human

intervention. Long tailed monkey (M. fascicularis) is one of the biota of customary forest

ecosystem found in Rantau Ikil Village. In the ecosystem, long-tailed monkeys have a role as

a natural seed dispersal of forest, pollinator mediators and insect population controllers. The

purpose of this research is to know population and density of long tail monkey population in

indigenous forest of Rantau Ikil Village. This study uses the method of concentration count.

The research was conducted by observing the system of cruising throughout the customary

forest using three zone suvei path that will be traced to collect data of long-tailed monkeys.

Based on the results of research on long tail monkey population in customary forest of

Rantau Ikil Village, Bungo Regency obtained long tail monkey population in indigenous

forest of Rantau Ikil Village, Bungo Regency amounted to 73 heads divided into three groups

with total population density of 2.02 tail / ha . This shows that the density of the long tailed

monkey population is very low. The percentage of age structure found was 13.69% of infants,

45.20% of adolescents and 41.08% of adults showed that long-tailed monkeys could

experience an increase in the number of populations in the future. This is due to the high

number of existing young individuals compared to the number of adult individuals of long

tailed monkeys in the traditional forest of Rantau Ikil Village. Thus, the age structure

includes having good regeneration power.

Keywords : Population Study Of Long-Tailed Monkey (Macaca fascicularis raffles, 1821)

In The Traditional Forest Of Rantau Ikil Village, Jujuhan, Bungo

.

Page 5: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hutan adat merupakan hutan lindung

di kawasan Desa Rantau Ikil Kecamatan

Jujuhan Kabupaten Bungo. Hutan adat ini

dilindungi kelestariannya oleh penduduk

desa untuk mempertahankan kehidupan

satwa liar, keanekaragaman hayati, dan

keberlangsungan ekosistem tanpa adanya

campur tangan manusia. Dikarenakan

sebagian besar hutan desa yang telah

banyak dialih fungsikan masyarakat

sebagai area perkebunan untuk kebutuahan

perekonomian. Upaya masyarakat untuk

melestarikan kembali kawasan hutan adat

ini telah berlangsung selama dua tahun

dengan luas area sebesar kurang lebih 143

ha. Dengan adanya hutan adat ini telah

tampak adanya perubahan positif seperti

adanya peningkatan populasi hewan dan

kepadatan tumbuhan ( Dinas Kehutanan

Kabupaten Bungo, 2013 : 3 ).

Rantau Ikil merupakan salah satu

daerah yang berada di Kecamatan Jujuhan,

Kabupaten Bungo. Wilayah hutan

Kabupaten Bungo banyak dimanfaatkan

dan dialih fungsikan oleh sebagian

penduduk sebagai sumber penghidupan,

terutama untuk pencarian rotan serta

sebagai pemburuan satwa liar seperti

kancil dan burung. Kebanyakan hutan adat

dialih fungsikan manjadi perkebunan

masyarakat Rantau Ikil, ini akan memberi

tekanan pada hutan adat di daerah tersebut.

Aktivitas penduduk dan pengalihan lahan

yang menyebabkan rusaknya hutan adat di

daerah tersebut, dengan penebangan untuk

dikonversi menjadi lahan pertanian dan

pengambilan sumber daya kayu, sehingga

terjadi pengolahan dan pengurangan luasan

hutan adat yang pada akhirnya berdampak

terhadap penurunan populasi satwa liar

yang hidup didalamnya dan dapat

mengancam kelestarian ekosistem hutan

sekunder didalamnya.

Populasi monyet ekor panjang di

Indonesia sangat besar dan tersebar luas.

Populasi ini lebih besar dari semua

populasi monyet ekor panjang di Asia

Tenggara daratan (Mackinnon, 1986)

karena ukuran luas wilayah dan

banyaknya kepulau. Namun status dan

distribusi di Indonesia masih belum

dipahami dengan lengkap. Pengetahuan

tentang monyet ekor panjang sangat

penting bagi Indonesia karena spesies ini

memiliki nilai ekonomi dalam bidang

biomedis, dan di sisi lain memiliki

dampak negatif karena sering menjadi

hama di sebagian wilayah Indonesia.

Informasi tentang monyet ekor panjang

sangat berguna untuk melindungi dan

meningkatkan populasi yang mulai punah.

Populasi monyet ekor panjang

tersebar luas secara acak di Asia Tenggara

(Southwick and Siddiqi 1994, Fooden

1995, Wheatley 1999). Monyet ekot

panjang ditemukan di berbagai lingkungan

dengan kelimpahan terbesar di hutan rawa

dan hutan sekunder (Crockett and Wilson

1980; Fooden 1995; Yanuar. 2009).

Monyet ekor panjang juga umumnya

ditemukan di tepi sungai sekitar hutan

karena spesies ini mencari perlindungan

pada waktu malam hari di sepanjang

sungai (Fittinghoff and Lindburg 1980;

van Schaik. 1996). Selain itu, banyak

populasi tumpang tindih dengan

pemukiman manusia ( Gumert, 2011).

Monyet ekor panjang merupakan

salah satu biota penyusun ekosistem hutan

adat yang terdapat di Desa Rantau Ikil

Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo.

Dalam ekosistem monyet ekor panjang

memiliki peranan sebagai penyebar biji-

Page 6: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

bijian alami kehutan, mediator

penyerbukan dan pengendali populasi

serangga. Menurut Wahyono ( 2005:10 )

monyet ekor panjang merupakan hewan

diurnal yang hidup secara berkelompok

yang terdiri dari beberapa ekor jantan dan

betina. Jumlah individu dalam satu

kelompok bervariasi antara 10 ekor hingga

50 ekor, namun di beberapa tempat jumlah

kelompok mencapai 200 ekor. Makanan

monyet ekor panjang sangat bervariasi

antara lain buah-buahan, biji-bijian dan

umbi.

Pada lokasi hutan adat sering

ditemui monyet ekor panjang memakan

buah atau biji sawit dan karet, dikarenakan

di hutan adat buah dan biji tumbuahan

jarang ditemukan, selain itu monyet ekor

panjang juga memakan sayuran serta

umbi-umbian. Berdasarkan sifat-sifat dan

morfologinya, monyet ekor panjang

memiliki kemiripan dengan manusia,

sehingga sering digunakan sebagai bahan

penelitian biomedis diantaranya untuk

menguji berbagai jenis obat-obatan,

pembuatan vaksin dan pembiakan sel, akan

tetapi pemanfaatan monyet ekor panjang

dilakukan dengan cara pengambilan

langsung di alam (Supriatna dan Wahyono,

2000:2). Selama periode tahun 1984-1988

terjadi gejala penurunan populasi monyet

ekor panjang di Indonesia. Penurunan

tersebut terjadi karena adanya perburuan

liar, fragmentasi dan degradasi habitat

yang dapat menjadi ancaman serius

terhadap populasi monyet ekor panjang di

alam ( Sinoel, 1994:1 ).

Penelitian mengenai populasi

monyet ekor panjang telah dilakukan di

berbagai lokasi di Indonesia misalnya

penelitian yang dilakukan di kebun karet

Indragiri Hulu, Riau oleh Supartono

(2001:39), menemukan 53 ekor monyet

ekor panjang dengan kepadatan populasi

sebesar 0,8 ekor/ha. Penelitian di Cagar

alam Ulolanang Kabupaten Batang, Jawa

Tengah oleh Fakhri, dkk (2012:122)

menemukan 33 ekor monyet ekor panjang

dengan kepadatan populasi sebesar 0,4

ekor/ha.

Penelitian di hutan sekitar Kampus

Pinang Masak Universitas Jambi oleh

Rasyid ( 2008:16 ) menemukan 51 ekor

monyet ekor panjang dengan kepadatan

populasi sebesar 2,04 ekor/ha. Selanjutnya

penelitian mengenai populasi monyet ekor

panjang juga telah dilakukan di Provinsi

Jambi yang ditemukan di hutan mangrove

Pangkal Babu Tanjung Jabung Barat oleh

Oktavianus (2014:36) yang ditemukan

berjumlah 37 ekor monyet ekor panjang

yang terbagi kedalam tiga transek dengan

kepadatan populasi total sebesar 0,8

ekor/ha. Persentase struktur umur monyet

ekor panjang yang ditemukan yaitu 20,3

% bayi, 50 % remaja dan 29,7 % dewasa.

Sebagian besar penelitian yang telah

dilakukan pada monyet ekor panjang yang

hidup di cagar alam dan fragmen-fragmen

hutan sekunder, sedangkan pada hutan adat

khususnya di kawasan hutan lindung adat

yang dikelilingi oleh perkebuan, di Desa

Rantau Ikil Kecamatan Jujuhan Kabupaten

Bungo belum pernah dilakukan. Kegiatan

monitoring dan pendataan populasi

monyet ekor panjang pada kawasan

konservasi sangat penting untuk dilakukan

sehingga dapat dievaluasi tingkat

keberhasilan upaya konservasi yang telah

dilakukan. Berdasarkan uraian di atas

penulis melakukan penelitian mengenai

Populasi monyet ekor panjang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian adalah

Page 7: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

1. Berapa ukuran populasi monyet ekor

panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil,

Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo

2. Bagaimana Kerapatan populasi monyet

ekor panjang di hutan adat Desa

Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan,

Kabupaten Bungo

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menghitung populasi monyet

ekor panjang di hutan adat Desa

Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan,

Kabupaten Bungo.

2. Untuk mengetahui kerapatan populasi

monyet ekor panjang di hutan adat

Desa Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan,

Kabupaten Bungo.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini adalah

1. Memberikan informasi ilmiah

mengenai populasi habitat monyet ekor

panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil,

Kecamatan Jujuhan.

2. Memberikan informasi pentingnya

peranan monyet ekor panjang di hutan

adat Desa Rantau Ikil, Kecamatan

Jujuhan.

3. Sebagai salah satu bahan ajar pada

mata kuliah Ekologi Umum.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan

Penelitian

1.5.1 Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini

adalah

1. Penelitian dilaksanakan di hutan adat

atau hutan lindung adat di Desa Rantau

Ikil, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten

Bungo, merupakan habitat monyet

ekor panjang.

2. Populasi yang diamati meliputi

kepadatan monyet ekor panjang yaitu

dewasa, remaja dan bayi/infant yang

ada di hutan adat dan kepadatan

monyet ekor panjang.

1.5.2 Batasan penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah

1. Pengamatan dilakukan terhadap

monyet ekor panjang yang ditemukan

dilokasi penelitian Desa Rantau Ikil,

Kecamatan Jujuhan, Kabupaten

Bungo.

2. Penelitian ini menggunakan metode

consentration count yang dilakukan

dengan perhitungan langsung pada saat

ditemukan primata atau monyet ekor

panjang.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian

ini adalah

1. Populasi adalah kumpulan individu

dari spesies monyet ekor panjang yang

berada di hutan adat atau hutan

sekunder, Desa Rantau Ikil, Kecamatan

Jujuhan, Kabupaten Bungo.

2. Hutan Adat adalah merupakan hutan

lindung suatu daerah atau desa

setempat dan komunitas tumbuhan

yang terdapat di daerah hutan lindung

adat dan di kelilingi oleh perkebunan

serta pertanian, di Desa Rantau Ikil,

Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo.

3. Kerapatan adalah hubungan antara

jumlah individu dan satuan luas atau

volume ruang yang ditempati pada

waktu tertentu.

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian kepadatan populasi dan

populasi monyet ekor panjang di hutan

adat di Desa Rantau Ikil, Kecamatan

Jujuhan Kabupaten Bungo merupakan

penelitian deskriptif kuantitatif.

Pengamatan dilakukan secara langsung

dengan mengobservasi keberadaan monyet

ekor panjang di hutan adat Desa Rantau

Ikil, Kecamatan Jujuhan Kabupaten

Page 8: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

Bungo. Pengamatan monyet ekor panjang

dilakukan dengan menggunakan metode

concentration count, pangamatan ini

dilakukan dengan penghitungan langsung

pada saat ditemukan primata tersebut.

Pengamatan dilakukan pada pagi hari

pukul 06.00-10.00 WIB dan sore hari

pukul 14.00-18.00 WIB pada kondisi ini

monyet ekor panjang sedang melakukan

aktivitas.

Penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode pengamatan sistem

jelajah atau concentration count.

Penelitian ini menggunakan tiga zona

suvei jalur yang akan ditelusuri untuk

mengumpulkan data monyet ekor panjang.

1. Zona A survei jalur darat diamati

dengan menghitung jumlah monyet

ekor panjang yang ditemukan saat

melakukan penelitian dilapangan.

2. Zona B survei seksi sungai diamati

aktifitas monyet ekor panjang

bermain, minum, makan dan

mandi.

3. Zona C survei jalur air diamati

dimana tempat monyet ekor

panjang beristirahat atau tempat

tidurnya dekat dengan pinggiran

sungai, karena pinggiran sungai

merupakan tempat aman monyet

ekor panjang untuk melindungi diri

dari mangsanya.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

monyet ekor panjang yang temukan saat

melakukan penelitian di hutan adat,

Sampel dalam penelitian ini adalah semua

monyet ekor panjang yang berada pada

setiap survei jalur pengamatan.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam

penalitian ini yaitu: buku dan alat tulis

untuk mencata monyet ekor panjang yang

di temukan di setiap penjelajahan atau

concentration coun di hutan adat,

kemudian teropong digunakan untuk

mengamati posisi monyet ekor panjang

berada, kamera untuk dokumentasi monyer

ekor panjang.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Penghitungan populasi monyet

ekor panjang dilakukan di hutan adat Desa

Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan

Kabupaten Bungo dengan teknik

pengumpulan data menggunakan

concentration count. Pangamatan ini

dilakukan dengan penghitungan langsung

pada saat ditemukan primata, (Rasyid,

2008:16) Metode yang digunakan dalam

teknik pengumpulan data populasi monyet

ekor panjang penghitungan dimulai dengan

sistem jelajah seluruh frakmen hutan adat

apabila ditemukan sekelompok monyet

ekor panjang, tidak dicatat melainkan

dilakukan pengamatan kelompok terlebih

dahulu. Pengenalan kelompok ini

dilakukan selama kurang lebih 1 bulan

pada pagi dan sore hari, selanjutnya

dilakukan pencatatan terhadap kelompok

monyet ekor panjang dewasa meliputi

jumlah individu setiap kelompok dan

distribusi umur.

Kemudian pemilihan survei jalur

berdasarkan hasil orientasi lapangan pada

beberapa tipe kerapatan populasi monyet

ekor panjang yang dilakukan sebelum

pengamatan. Karakteristik pemilihan

survei berdasarkan keadaan tempat

penelitian yaitu daratan, di pinggir sungai

dan jaur air dan juga di tempat dimana

primata ini memakan tumbuhan

perkebunan dan pertanian masyarakat,

vegetasi hutan adat dan karakter lokasi

yang berbeda. Dalam hal ini pengamatan

survei jalur dibuat dengan mengunakan

sistem jelajah atau di sebut dengan

concentration count. Dengan ini lebih

Page 9: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9

memungkinkan pengamatan monyet ekor

panjang mudah ditemukan di hutan adat,

pengamatan setiap survei jalur dilakukan

sebanyak 2 kali pengulangan. Pada pagi

hari pukul 06.00-10.00 WIB dan sore hari

pukul 14.00-18.00 WIB.

Parameter yang diamati dalam kegiatan ini

antara lain:

a. Kerapatan populasi yaitu besaran

populasi dalam satu unit luas atau

jumlah individu yang ditemukan.

b. Struktur umur yaitu individu

berdasarkan kelompok umur (bayi,

remaja dan dewasa). Penentuan

struktur umur dilakukan

berdasarkan ciri-ciri morfologis

dan prilaku. Monyet dewasa

memiliki ukuran tubuh yang besar,

memiliki jambul, dan jarang

bermain. Monyet remaja ukuran

tubuhnya lebih kecil dari monyet

dewasa, belum memiliki jambul

dan lebih sering bermain. Bayi

monyet ekor panjang selalu

digendong oleh induk betina.

c. Ukuran kelompok yaitu jumlah

individu dalam suatu kelompok

sosial monyet ekor panjang.

3.4.2 Analisis Data

Kepadatan monyet ekor panjang di

area penelitian dihitung dengan rumus

berikut (Rasyid, 2008:12):

Rata-rata individu (ha)

Rata-rata Individu per kelompok

(Individu/kelompok)

Kerapatan individu (ha)

Kerapatan

3.5.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian monyet ekor panjang

dilakukan di hutan adat, Desa Rantau Ikil

Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo,

yang terdiri atas tahap pengenalan

lapangan, dan tahap pengamatan

kepadatan dan populasi serta tahap

pengidentifikasian kelompok populasi M.

fascicularis. Pengamatan kerapatan dan

populasi dilaksanakan di hutan Desa

Rantau Ikil Kecamatan Jujuhan Kabupaten

Muaro Bungo. Pemilihan lokasi penelitian

kawasan ini merupakan kawasan hutan

adat yang memiliki ekosistem yang baik

untuk tempat tinggal populasi bagi satwa

liar terutama pada penelitian yang

dilakukan pada monyet ekor panjang (M.

fascicularis).

Titik koordinat dalam lokasi

penelitian yang tercantum dalam peta

lokasi terdapat di bagian awal titi koordiat

1°20’40”S dan 1°20’37”S kemudian

101°43’02”E dan 101°44’63”E, mengubah

titik koordinat menjadi hektar persegi di

koordinat 1°20’40”S terdapat 60,000m²

sebesar 6 hektar dan koordinat 1°20’37”S

terdapat 120,000m² sebesar 12 hektar,

pada koordinat 101°43’02”E terdapat

60,000m² sebesar 6 hektar dan

101°44’63”E 120,000m² sebesar 12 hektar,

pada perhitungan koordinat yang

dilakukan untuk menetukan luas wilayah

penepitian, terdapat luas keseluruhan

wilayah penelitian yaitu sebesar

360,000m² atau sama dengan 36 hektar

Selamjutnya menentukan jarak

jelajah pengambilan dokumentasi terhadap

monyet ekor panjang dengan cara

mengukur jarak langkah menggunakan

koordinat 1°20’40”S dan 101°43’16”E

Page 10: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10

terdapat 100,000m² atau sama dengan 10

hektar, dalam sepuluh hari dengan 100

meter perdokumentasi, titik koordinat

101°43’18”E dan 1°20’33”S

terdapat 160,000m² atau sama dengan 16

hektar dalam lima belas hari dengan 100

meter perdokumentasi, 101°43’52”E dan

1°20’40”S terdapat 100,000 m² atau sama

dengan 10 hektar dalam lima hari dengan

100 meter perdokumentasi.

Luas wilayah yang dijelajah dalam

penelitian di hutan adat desa rantau ikil

sebesar 36 ha persegi dengan luas wilayah

hutan ada 143 ha, penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui kerapatan populasi

monyet ekor panjang di hutan adat desa

rantau ikil dan karapatan hubungan antara

jumlah individu dan satuan luas atau

volume ruang yang di tempati pada waktu

tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Populasi Monyet Ekor Panjang

Berdasarkan hasil pengamatan

populasi monyet ekor panjang dengan

menggunakan metode concentration count

atau jelajah di hutan adat Rantau Ikil

Kabupaten Bungo (Gambar 4.1) dengan

luas areal jelajah 36 ha dari total luas hutan

adat 143 ha ditemukan 73 ekor monyet

ekor panjang. Populasi terbagi kedalam

tiga kelompok yaitu Dewasa berjumlah 30

ekor, Remaja berjumlah 33 ekor dan bayi

monyet / infant berjumlah 10 ekor

sehingga dapat diketahui kerapatan

populasinya sebesar 2,02 ekor/ha (2

ekor/ha).

Gambar 4.1 Monyet ekor panjang di lokasi

penelitian (Dokumentasi pribadi, 2017).

Tabel 4.1. Populasi Monyet Ekor Panjang di Hutan

Adat Rantau Ikil

Keterangan:

Luas areal pengamatan :36 ha

Populasi :73 ekor

Kerapatan populasi :2,02 ekor/ha (2 ekor/ha)

Gambar 4.2 Persentase Lingkungan Umur Monyet

Ekor Panjang di Hutan Adat Rantau Ikil.

Komposisi kelompok umur monyet

ekor panjang di hutan adat Rantau Ikil

terdiri atas dewasa 30 ekor (41,09%),

remaja 33 ekor (45,20%), dan bayi monyet

(Infant) 10 ekor (13,69%). Distribusi umur

dari setiap kelompok monyet ekor panjang

di hutan adat Rantau Ikil dapat terlihat

pada Gambar 4.3. Distribusi umur monyet

ekor panjang diketahui secara kualitatif

dengan membandingkan besar tubuh

monyet ekor panjang kemudian bisa

diketahui juga dari morfologi dan pola

perilaku monyet ekor panjang. Jalur A

survei jalur darat jumlah individu

sebanyak 23 ekor dengan distribusi umur

yaitu dewasa 8 ekor, remaja 12 ekor dan

bayi monyet (Infant) 3 ekor. Jalur B survei

seksi sungai jumlah individu sebanyak 26

ekor dengan distribusi umur yaitu dewasa

13 ekor, remaja 8 ekor dan bayi monyet

Jalur Kelompok Jumlah

Dewasa Remaja Bayi

A 8 12 3 23

B 13 8 5 26

C 9 13 2 24

Jumlah 30 33 10 73

Page 11: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11

(Infant) 5 ekor. Jalur C survei jalur air

jumlah individu sebanyak 24 ekor dengan

distribusi umur yaitu dewasa 9 ekor,

remaja 13 ekor dan bayi/ Infant monyet 2

ekor, Dalam pengambilan data foto

dokumentasi monyet ekor panjang dengan

jarak dokumentasi seratus meter

perdokumentasi terhadap monyet ekor

panjang.

Gambar 4.3 Distribusi Kelompok Umur Monyet

Ekor Panjang di Hutan Adat Rantau Ikil

4.2 Pembahasan

Kerapatan populasi monyet ekor

panjang yang ditemukan di hutan adat

Rantau Ikil lebih rendah jika dibandingkan

dengan penelitian-penelitian terdahulu

yang telah dilakukan. Penelitian oleh

Rasyid (2008:16) mengenai monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis) di hutan

sekitar Kampus Pinang Masak Universitas

Jambi didapatkan kerapatan populasi

sebesar 2,04 ekor/ha. Selanjutnya

Penelitian yang dilakukan Laksana dkk,

(2017: 224) mengenai monyet ekor

panjang (M. fascicularis) di Taman wisata

alam pananjungan Pangandran Jawa Barat

didapatkan kerapatan populasi sebesar

5,71 ekor/ha. Begitu juga penelitian yang

dilakukan oleh Gumert dkk (2012: 3) di

Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP)

Kalimantan Tengah dengan kerapatan

populasi sebesar 7500 individu/Ha.

Rendahnya tingkat populasi monyet ekor

panjang di hutan adat Rantau Ikil diduga

dipengaruhi oleh faktor aktifitas manusia.

Aktivitas pembukaan lahan dan

fragmentasi yang dilakukan oleh

masyarakat di Desa Rantau Ikil yang

berbatasan dengan hutan adat yang

merupakan habitat monyet ekor panjang

tentunya dapat memberi dampak terhadap

kelestarian populasi monyet ekor panjang.

Pembuatan jalan penghubung,

penambahan areal perkebunan dan

tingginya aktifitas berkebun oleh

masyarakat menyebabkan terjadi

fragmentasi habitat (Gambar 4.4). Kondisi

demikian diperkirakan dapat menyebabkan

semakin berkurangnya habitat alami bagi

monyet ekor panjang. Menurut Supriatna,

dkk (2017) bahwa aktifitas pembukaan

lahan (deforestasi) dan fragmentasi

menyebabkan habitat dari primata di hutan

Sumatera rusak. Deforestasi di hutan

Sumatera terus berlangsung dari tahun

2000 hingga 2012, walau grafik

menunjukan deforestasi yang menurun

namun hal itu tetap membuat habitat

primata rusak sehingga wilayah territorial

primata yang sebelumnya ideal untuk

mendukung kehidupan primate perlahan-

lahan menghilang dan mengisolasi

kehidupan primata.

Habitat yang semakin berkurang

menyebabkan monyet ekor panjang yang

berada di hutan adat Rantau Ikil sering

dijumpai mencuri buah dan merusak

tanaman di areal perkebunan masyarakat

sekitar hutan adat Rantau Ikil, akibatnya

warga sering berburu dan membunuh

monyet ekor panjang di sekitar areal

perkebunan karena dianggap sebagai

hama. Aktifitas perburuan tersebut

berdampak pada rendahnya kerapatan

populasi monyet ekor panjang di hutan

adat Rantau Ikil. Menurut Mackinnon

(1987) dalam Gumert dkk (2012: 4),

monyet ekor panjang sering menjadi hama

0

5

10

15

A B C

3 5

2

8

13

9 12

8

13

Jum

lah

In

div

idu

Kelompok

Bayi Dewasa Remaja

Page 12: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 12

di sebagian wilayah Indonesia. Beberapa

faktor yang mempengaruhi rendahnya

kerapatan populasi monyet ekor panjang di

hutan adat Desa Rantau Ikil Muaro Bungo

adalah struktur umur. Hal ini juga

diungkapkan oleh Supriatna, dkk (2017),

bahwa habitat yang rusak menyebabkan

primata sering masuk ke area perkebunan

masyarakat sehingga terjadi konflik.

Konflik antara primata dan masyarakat

tercatat terjadi di 15 taman nasional dan

hutan lindung di sumatera. Monyet ekor

panjang (M. fascicularis) merupakan

primate yang sering terlibat dalam konflik

dengan manusia dengan kejadian di 14/15

taman nasional dan hutan lindung di

sumatera.

Karateristik yang penting untuk

analisis dinamika populasi adalah stuktur

umur dan struktur umur dapat dijadikan

nilai yang menentukan keberhasilan

perkembangbiakan satwa liar. Hal ini juga

diperkuat oleh Alikodra (1990: 303) yang

menyatakan bahwa struktur umur dapat

digunakan untuk menilai keberhasilan

perkembangbiakan satwa. Menurut Dewi

(2005) dalam Wijaya (2006: 44) secara

garis besar, struktur umur populasi dapat

digolongkan atas tiga pola, yaitu: struktur

umur menurun, struktur umur stabil dan

struktur umur meningkat.

Struktur umur populasi monyet

ekor panjang di hutan adat Desa Rantau

Ikil menunjukan distribusi kelas umur

yang didominasi kelas umur pre-

reproduktif dengan jumlah individu fase

pre-reproduktif remaja yaitu 33 ekor

(45,20%) dan bayi monyet (Infant) 10 ekor

(13,69%) sedangkan jumlah individu fase

reproduktif dewasa 30 ekor (41,09%)

(Gambar 4.2). Persentase distribusi umur

yang didapatkan pada penelitian ini

mendekati angka penelitian yang sama

terhadap monyet ekor panjang di hutan

hujan tropis oleh Aldrich (1980: 39) yang

menyatakan bahwa setiap kelompok

monyet ekor panjang terdiri dari 50%

dewasa dan 50% remaja dan bayi monyet

(Infant).

Sturuktur umur yang didominasi

oleh kelas pre-reproduktif yang tinggi

dapat mengakibatkan proses reproduksi

tidak dapat terjadi secara optimal karena

jumlah individu dewasa yang dapat

melakukan perkawinan sedikit. Menurut

Lang (2006:4) monyet ekor panjang jantan

mengalami kematangan seksual pada umur

7 tahun. Monyet ekor panjang betina

dominan mengalami kematangan seksual

ketika berumur 4 tahun, dan mulai

bereproduksi sebelum usia 5,5 tahun

sedangkan yang bukan dominan akan

bereproduksi setelah berumur 5,5 tahun.

Populasi monyet ekor panjang di

hutan adat Desa Rantau Ikil diperkirakan

dapat mengalami peningkatan di masa

mendatang. Hal ini dikarenakan tingginya

jumlah individu muda yang ada

dibandingkan jumlah individu dewasa dan

struktur umur monyet ekor panjang di

hutan adat Desa Rantau Ikil termasuk

struktur umur yang meningkat. Hal ini

diperkuat oleh Fakhri dkk, (2012:122)

yang menyatakan bahwa struktur umur

meningkat adalah struktur umur pada

populasi dengan kerapatan kelompok umur

muda paling besar, populasi dengan

struktur umur demikian akan mengalami

peningkatan populasi yang cepat pada

periode mendatang Persentase kelompok

umur monyet ekor panjang di Hutan Adat

Rantau Ikil disajikan pada Gambar 4.2

Page 13: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 13

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

terhadap habitat dan populasi monyet ekor

panjang di hutan adat Desa Rantau Ikil

Muaro Bungo dapat disimpulkan:

1. Populasi monyet ekor panjang yang

ditemukan di hutan adat Desa Rantau

Ikil Muaro Bungo yang terbagi dalam

tiga kelompok. Persentase struktur

umur monyet ekor panjang di hutan

adat Desa Rantau Ikil Muaro Bungo

yang ditemukan yaitu 13,69% bayi

monyet (Infant), 45,20% remaja dan

41,09% dewasa.

2. Populasi monyet ekor panjang yang

ditemukan di hutan adat Desa Rantau

Ikil Muaro Bungo berjumlah 73 ekor

dengan kerapatan populasi monyet

ekor sebesar 2,02 ekor/ha. Hal ini

menunjukan bahwa kerapatan

populasi monyet ekor panjang rendah

karena dalam satu hektar belum tentu

dapat ditemukan monyet ekor

panjang.

5.2 Saran

1. Pada kerapatan monyet ekor

panjang dapat diketahui sebesar

2,02 ekor/ha (2 ekor/ha).

2. Populasi monyet ekor panjang di

hutan adat Desa Rantau Ikil Muaro

Bungo diharapkan dapat

berkembang dengan baik dengan

mengambil langkah-langkah

strategis seperti peningkatan

pengawasan terutama aspek

perlindungan hutan dan

perlindungan terhadap perburuan

satwa liar. Selain itu juga perlu

dilakukan edukasi terhadap

masyarakat di sekitar hutan adat

Desa Rantau Ikil untuk upaya

pengelolaan habitat dan vegetasi

sumber pakan dengan melindungi

serta menanam pohon jenis pakan

yang telah banyak berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa

Liar. Jilid 1. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Dirjen DIKTI. Pusat Antar

Universitas. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Aldrich, B.F.P.G. 1980. Long-tailed

Macaques in Malayan Primates: Ten

Years Studi in Tropical Rain Forest.

Plenum Press. New York.

Anwar, C. dan H. Gunawan. 2006.

Peranan ekologis dan sosial

ekonomis ekosistem hutan sekunder

dalam mendukung pembangunan

wilayah pesisir. Diakses pada

tanggal 20 Desember 2013.

Bahri, H. S., Djuwantoko, Ngariana, I. N.

1996. Komposisi jenis tumbuhan

pakan kera ekor panjang (Macaca

fascicularis) di habitat hutan jati.

Biota. 1(2):1-8.

Catterson, T. M., 1994: Strategies for

Volarization of Secondary Forest

as a Resource for Develoment: A

Position Paper for GTZ (Second

Draft).

Crockett, M.C., and Wilson, 1980. The

ecologi calseparation of Macaca

nemestrina and Macacafas

cicularis in Sumatra. In : The

Macaques : Studiesin Ecology,

Behavior and Evolution,

D.G.Lindburg (ed.), Van Nostrand

Reinhold New York, pp. 148–181.

Page 14: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 14

Dinas Kehutanan Kabupaten Bungo. 2007.

Dinas kehutanan Kabupaten

Bungo. Diakses pada tanggal 19

Januari 2016.

Fakhri, K. Priyono, B dan Rahayuningsih,

M. 2012. Studi Awal Populasi dan

Distribusi Macaca fascicularis

Raffles di Cagar Alam

Ulolanang.Unnes Journal of Life

science. 1(2) : 119-125.

Fittinghoff N.A.Jr, Lindburg D.G. 1980.

Riverine refuging in East Bornean

Macaca fascicularis. Di dalam

Lindburg DG, editor. The

Macaques : studiesin ecology,

behavior and evolution. New York

: Van Nostrand – Reinh old. Hlm

182 - 214.

Fooden, J (1995). Systematic review of

Southeast Asian longtail macaques,

Macaca fascicularis (Raffles,

1821). Fieldiana Zool., 81, 1 - 206.

Gumert, M.D. 2011. The common monkey

of Southeast Asia: long tailed

macaque populations,

ethnophoresy, and their occurrence

in human environments. Monkeys

onte Edge: Ecology and

Management of Long - tailed

Macaques and their Interface with

Humans, 3 - 44.

Gumert, Michael D., Devis Rachmawan.,

Entang , Joko., 2012. Populasi

Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis) di Taman Nasional

Tanjung Puting, Kalimantan

Tengah. Jurnal Primatologi

Indonesia. 9(1):3-12.ISSN 1410-

5373

Kemp, J. N dan Burnet, B.J. 2003.

Laporan: Kera Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) di Pulau

Nugini : Penilaian dan

Penatalaksanaan Resiko terhadap

Keanekaragaman Hayati. IPCA-

Universitas Cendrawasih.Jayapura.

Kyess, K.C., D. Sajuthi, E. Iskandar, D.

Iskandriati, J. Pamungkas, C.M

Crockett. 1997. Management of

natural habitat breeding colony of

long-tailed macaques. Tropical

Biodiversity. 5(2) :122-137.

Laksana., 2017. Struktur populasi monyet

ekor panjang (Macaca fascicularis)

di Taman Wisata Alam Pananjung

Pangandaran, Jawa Barat. Pros Sem

Nas Masy Biodiv Indon. 3(2): 224-

229. ISSN: 2407-8050

Lang, C. K. 2006. Primate Fachseets:

Long-Tailed Macaque (Macaca

fascicularis) Taxonomy,

Morphology and Ecology.

http://pin. Primate.Wisc.edu

/factsheets/entry/long-tailed

macaque. Diakses pada tanggal 6

September 2014.

Leckagul, B, J.A. dan McNeely. 1998.

Mammal of Thailand. Thailand:

Dharasuntha Press.

MacKinnon, J., 1986. Review of the

Protected Areas System in the

Afrotropical Realm. IUCN, Gland,

Switzerland and Cambridge, UK.

Ngamel, D. M. 1998. Studi Habitat Dan

Populasi Burung Mas (Caloenas

nicobarica) Di Pulau Nutabari

Pada Kawasan Taman Nasional

Laut Teluk Cenderawasih. skripsi

Jurusan Kehutanan. Fakultas

Pertanian. Universitas

Cenderawasih Manokwari

Odum, E. P., 1993. Dasar-dasar Ekologi,

Edisi Ketiga, Terjemahan T.

Samingan, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Page 15: ARTIKEL ILMIAH STUDI POPULASI MONYET EKOR PANJANG …repository.unja.ac.id/3089/1/ARTIKEL.pdf · 2)Dosen Pembimbing Skripsi Email: 1)azrulahmar93@gmail.com ABSTRAK Hutan adat kawasan

Azrul Ahmar (RSA1C411024) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 15

Oktavianus, E., 2014. Studi Habitat dan

Populasi Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis Raffles,

1821) Di Hutan Mangrove Pangkal

Babu Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Skripsi, Universitas Jambi,

Jambi.

Pamungkas, R. S. 2001, Studi

Keanekaragaman Jenis dan

Penyebaran Primata Di Wilayah

Sumatera Bagian Selatan, Skripsi,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pusat Studi Satwa Primta. 1998. Profil

Satwa Primata Indonesia: Macaca

fascicularis. Jurnal Primatologi

Indonesia. 2 (1) : 1-4

Rasyid, A. 2008. Populasi dan Habitat

Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis Raffles, 1821) di

Sekitar Kampus Pinang Masak

Universitas Jambi, Skripsi,

Universitas Jambi, Jambi.

Rizaldy, M Rifqu, Tjipto Haryono, dan

Ulfi Faizah. 2016. Aktifitas Makan

Monyet Ekor Panjang (Macaca

Fascicularis). Jurnal Lentera Bio.

5(1): 66-73.

Sinoel, K.E. 1994. Dibalik ekspor Kera

Ekor Panjang dan Beruk.

http//www.hamline-

edu/apakabar/basisdata/1994/08/08

/0003.html. Diakses pada tanggal 6

Januari 2014.

Subiarsyah, M. I., I. G. Soma, dan I K.

Suatha. 2014. Struktur populasi

monyet ekor panjang di kawasan

Pura Batu Pageh, Ungasan,

Badung, Bali. Indonesia Medicus

Veterinus. 3(3):183—191p.

Sudarmadji. 2004. Zonasi Hutan

Mangrove Di Taman Nasional

Baluran Jawa Timur (Zonation Of

Mangrove Forest At Baluran

Natioanal Park East Java). Jurnal

MIPA. 33 (2): 217-224).

Supartono, T. 2001. Studi Habitat dan

Populasi Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis Rafles ,1821)

di PT. Riau Andalan Pulp and

Paper, Skripsi, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Supriatna, J. dan Wahyono, H. E. 2000.

Panduan Primata Indonesia.

Jakarta: Yayasan Obor.

Supriatna, Jatna. Asri A. Dwiyahreni,

Nurul Winarni, Sri Mariati, dan

Chris Margules. 2017.

Deforestation of Primate Habitat

on Sumatra and Adjacent Islands,

Indonesia. Primate Conservation.

31

Southwick, C. H., & Siddiqi, M.F. (2011).

11 India’s rhesus populations :

Protectionism versus conservation

management. Monkeys on the edge

: Ecology and management of long-

tailed macaques and their interface

withhumans, 60, 275

Wahyono, H.E. 2005. Mengenal Beberapa

Primata Di Provinsi Nangroe Aceh

Darusalam. Conservation

Internasional Indonesia. Jakarta.

Wheatley, B.P., R Stephenson dan II

Kurashina. 1999. The effect of

hunting on the Longtailed

Macaques of Ngeaur Island, Palau.

Dalam P.Dolhinow dan A. Fuentes

(eds.) The Nonhuman Primates.

Mayfield Publishing California