arak nida
TRANSCRIPT
KULIAH KE-5
Pokok Bahasan : Dampak merugikan atau Penyakit artropoda sebab kelas Araknida ordo Acarina (Caplak dan Tungau) yang menginfestasi : ajing, babi, domba, kambing, kelinci, kucing, kuda, sapi.
TIK : pada akhir pertemuan ini mahasiswa mampu mendiagnosa dan menangani artropoda yang menginfestasi ternak
Diskripsi singkat : pada kuliah ini akan membahas secara lengkap Etiologi ( causa atau penyebab penyakit), cara penularan yang sangat terkait dengan siklus hidup, patogenesa (mekanisme sampai terjadinya gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh artropoda), gejala klinis (kelainan yang teramati), diagnosa (menetapkan penyebab penyakit) serta bagaimana cara menanganinya (mencakup tindakan pengobatan dan kontrol)
Buku acuan :
1. Bowman. D.D (1999). Georgi’s Parasitology for Veterinary. 8th Ed. Saunders an Imprint of Elsevier Science.
2. Levine, N.D (1990). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gajah Mada University Press.
3. Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed. Bailliere. Tindal. London.
4. Urquhart, G.M; J. Amour; J.L. Duncan; A.M. Dunn and F.W. Jenning (1985). Veterinary Parasitology. Longman Scientific and Thecnical
5. Walker, A (1994). Arthropods of Humans and Domestic Animals. A Guide to Priliminary Identification. 1th Ed. Chapman & Hall
13
KELAS ARAKNIDAORDO ACARINA
14
Boophilus
Sarcoptes
Demodex
Ordo acarina termasuk didalamnya adalah caplak dan tungau.
Caplak adalah araknida
yang ukurannya besar (makroskopis), hipostomanya menonjol dan bergigi, tekstur
tubuh keras (kecuali caplak lunak), memiliki 8 (4 pasang) kaki, tubuhnya dapat
dibedakan menjadi sefalotorak dan abdomen, serta tubuhnya tertutup oleh rambut
pendek.
Siklus hidup dan Cara penularan, caplak betina dewasa bertelur pada tempat
tersembunyi, dari dalam telur akan menetas dan keluarlah larva, larva akan menghisap
darah dan kemudian jatuh lagi ketanah dan menyilih menjadi nimfa. Nimfa secara aktif
akan mencari hospes definitif untuk menghisap darah, setelah kenyang akan jatuh lagi
ketanah untuk menyilih terakhir kalinya menjadi caplak dewasa. Dalam siklus hidup
caplak ada istilah, caplak berumah (satu, dua atau tiga). Berumah satu (hanya sekali
jatuh ketanah), berumah dua (dua kali jatuh ketanah) dan berumah tiga (tiga kali jatuh
ketanah) selama menyelaikan siklus hidupnya.
Tungau, adalah araknida yang kebanyakan ukurannya kecil (mikroskopis),
hipostomanya tersembunyi dan tidak bersenjata, tekstur tubuhnya nampak membranosa
dan biasanya tertutup oleh rambut panjang. Siklus hidup, tungau betina akan bertelur
pada tempat predileksinya, dari dalam telur akan keluar larva memakan epitel atau
darah, menyilih menjadi nimfa dan akhirnya menyilih lagi menjadi tungau dewasa .
SUBORDO IXODIDEA
FAMILI IXODIDAECAPLAK KERAS)
Pendahuluan, Caplak keras ada beberapa genus (Ixodes, Boophilus,
Margarophus, Rhipicephalus, Dermacentor, Rhipicentor, Anocentor, Haemaphysalis,
15
Amblyomma, Hyalomma dan Aponomma), tertular karena caplak aktif mencari hospes
definitif, gigitannya menimbulkan kelukaan dan air liurnya bersifat toksik, serta
beberapa spesiesnya dapat menularkan beberapa penyakit baik virus, bakteri, rickettsia,
protozoa serta ada yang menyebabkan paralisa
ETIOLOGI
SPESIESCAPLAK
HOSPESDEFINITIF
VEKTOR
Ixodes (holocyclus*, rubicundus*, recinus)
Sapi, kuda, mamalia kecil, unggas
Babesia, pyemia, Anaplasma
Boophilus Sapi, kemungkinan ternak kecil, kuda
Babesia, Anaplasma dan Rickettsia
Margarophus Sapi AnaplasmaRhipicephalus
(appendiculatus, sanguineus, pulcellus,
evertsi*, bursa*)
Sapi, anjing, domba, kambing
Theileria, Babesia, Ehrlicia
Dermacentor (reticularis, andersoni*,
variabilis*, nitens)
Kuda, anjing, sapi Babesia, Anaplasma
Rhipicentor Sapi, anjing, domba, kambing
-
Anocentor Dewasa mamalia besar, larva mamalia kecil
Anaplasma, Babesia
Haemaphysalis (punctata*)
Sapi, kadang-kadang unggas dan anjing
Theileria, Babesia, Anaplasma
Amblyomma (variegatum, hebraeum)
Mamalia, unggas, reptilia, amphibi
Rickettsia, Theileria, Anaplasma,
DermatophilosisHyalomma
(truncatum*)Sapi, domba, kambing Rickettsia, Babesia,
TheileriaAponomma Reptilia -
Catatan : * menyebabkan paralisa
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Pada saat menghisap darah menimbulkan rasa sakit sehingga mengganggu
ketenangan ternak, selain itu tempat gigitannya timbul kelukaan (terutama genus Ixodes
dan Amblyomma) dan terjadi reaksi alergi. Gejala klinis yang teramati antar lain :
terjadi kegatalan sehingga hewan akan menggosok, menanduk, mencakar tempat
16
gigitan, selain itu kulit terlihat kemerahan, diikuti oleh infeksi sekunder (bakteri
Staphylococcus sp) sehingga timbul abses lokal atau menyebar (pyemia), dan jika
infestasinya berat bisa menyebabkan anemia yang ditandai dengan terlihatnya selaput
lendir kepucatan, pada akhirnya akan terjadi penurunan produksi dan kerusakan kulit.
Menurut Soulsby (1982), caplak merugikan hospes difinitif karena :
1. Menimbulkan kelukaan pada saat menggigit sehingga memungkinkan larva lalat
masuk kedalam luka menyebabkan Myiasis atau jika terjadinya infeksi sekunder
(Staphylococcus sp) menyebabkan terjadinya pyemia.
2. Menghisap darah, satu ekor caplak betina dewasa dapat menghisap darah 0,5 – 2 ml.
3. Menularkan : virus, bakteri, rickettsia dan protozoa
4. Menyebabkan paralisa .
DIAGNOSA
Sangat mudah dengan mengamati caplak yang menginfestasi serta selanjutnya
dilakukan identifikasi.
PENGOBATAN dan KONTROL
Anjing - Kucing : Pipronil, Pyrethrins, Permethrin (tetapi toksik terhadap
kucing) (secara topical), penggunaan “collar” (ikat bahu) yang mengandung amitraz,
Chlorpyriphos, Diazinon, Methyl carbamate, Tetrachlorvinphos dan semprot kandang
menggunakan Diazinon.
Sapi laktasi, digunakan Coumaphos, Dichlorvos (disemprot), sapi potong dan
yang tidak laktasi digunakan : Coumaphos, Dichlorvos, Malathion (direndam atau
disemprot.
Kontrol, terkait dengan siklus hidupnya, maka kontrol caplak berdasarkan Soulsby,
1982 ada tiga tindakan pokok yang harus dilakukan antara lain :
1. Membunuh pinjal yang menginfestasi ternak menggunakan insektisida
17
2. Memutus siklus hidupnya, dengan malakukan penyemprotan menggunakan
insektisida pada lingkungan tempat berkembangnya larva atau dilakukan
penyedotan menggunakan alat sedot debu untuk menghilangkan larva dan kokon
3. Menghindarkan dari infeksi ulang, dengan cara jauhkan ternak dari ternak
terinfestasi atau lingkungan terinfestasi.
PARALISA CAPLAK
Pendahuluan, paralisa caplak disebabkan karena air liur caplak bersifat toksin.
Pada saat caplak menghisap darah toksin akan ikut masuk kedalam darah dan akhirnya
ikut mengalir kedalam peredaran darah menuju keseluruh tubuh. Jika sampai otak
menyebabkan paralisa yang dicirikan (karakteristik) dengan terjadinya paralisa syaraf
motorik secara akut beberapa hari setelah infestasi dan berakibat fatal jika sampai
terjadi paralisa otot pernafasan.
ETIOLOGI
Dermacentor (andersoni, variabilis), Amblyomma (Americana, maculatum),
Ixodes (holocyclus, rubicundus), Rhipicephalus (evertsi, bursa), Haemaphysalis
punctata, Hyalomma truncatum.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Pada saat caplak betina menghisap darah, air liurnya bersifat toksik akan masuk
melalui luka tusukan dan akhirnya beredar bersama aliran darah. Satu ekor caplak telah
terbukti dapat melumpuhkan manusia, anjing dan kucing terutama apabila tempat
menghisapnya dekat dengan kepala, sedangkan jika infestasi berat baru bisa
menimbulkan paralisa pada sapi.
Gejala klinis yang mungkin teramati, pada awalnya terjadi inkoordinasi kaki
belakang yang segera diikuti oleh paralisa keempat kaki, kemudian paralisa leher dan
terakhir paralisa otot pernafasan sehingga berakibat fatal.
PENGOBATAN
18
Setelah menghilangkan penyebabnya, kesembuhan akan cepat terjadi, Awal
ditemukan akarisida digunakan HCH 500 ppm, Toxaphen 0,25% (disemprot atau
direndam), tetapi kemudian banyak timbul resistensi, sehingga dekade berikutnya
dipakailah DDT, tetapi juga insektisida ini menimbulkan residu pada jaringan lemak
sehingga dekade berikutnya dipergunakan Organophosphat dan Carbamat.
SUBORDO IXODIDEA
FAMILI IXODIDAE(CAPLAK LUNAK)
ETIOLOGI
SPESIESCAPLAK
HOSPESDEFINITIF
Argas persicus), bersembunyi pada (sarang ayam, celah kadang, celah tembok, celah lantai dan tempat tersembunyi lainnya).
Caplak dewasa menghisap darah Unggas (1), ayam, kalkun, merpati, bebek, angsa, kenari dan bahkan manusia.
Ornithodoros (saingnyi, lahoren sis), bersembunyi pada gubuk-gubuk penduduk yang tidak dirawat baik atau didalam pasir dibawah pohon,
Caplak menghisap darah hewan dan manusia .
Otobius (megnini) hidup pada tempat tersembunyi.
Larva dan nimfa menghisap darah, pada telinga anjing, kuda, sapi, tetapi kadang-kadan juga kambing, domba, babi, kucing dan manusia.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup dan cara penularan serupa dengan caplak keras.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Larva Argas persicus dapat menyebabkan paralisa yang bersifat fatal pada
unggas muda, bebek, menghisap darah pada malam hari pada saat hospes definitif
sedang tidur, menyebabkan tidur tidak nyenyak. Jika terinfestasi dalam jumlah banyak,
sehingga bisa menimbulkan anemia (terlihat selaput lendir kepucatan) dan dampak
akhirnya terjadi penurunan produksi telur bahkan sampai berhenti sama sekali.
Ornithodoros (saingnyi dan lahorensis) pada babi menyebabkan penurunan
produksi, gigitannya mengganggu ketenangan ternak dan pada beberapa kejadian air
liur caplak bersifat toksik dan bisa menimbulkan reaksi alergi. Paralisa mungkin terjadi
karena tertelannya Ornithodoros (saingnyi atau lahorensis).
19
Otobius megnini, gigitannya mengganggu ketenangan ternak, menyebabkan
nafsu makan menurun (anoreksia) dan akhirnya kondisi umum menurun. Kelainan pada
tempat gigitan terjadi kelukaan yang disertai peradangan kulit (kemerahan), serta
memudahkan terjadinya Myiasis. Jika terjadi infeksi sekunder akan memperparah
keadaan dengan terbentuknya nanah. Selain kelukaan juga terjadi kegatalan, sehingga
hewan akan menggosok, mencakar telinga sehingga keluar eksudat seperti lilin dan jika
infesasinya berat bisa menimbulkan keluarnya darah.
DIAGNOSA
Argas persicus, mudah dengan menemukan caplak pada celah dinding, lantai
atau tempat tersembunyi lainnya.
Otobius megnini, pada infestasi berat akan ditemukan larva dan nimfa penuh
dalam lubang telinga, pada beberapa kasus eksudat seperti lilin diperiksa menggunakan
loop akan ditemukan caplaknya.
Ornithodoros, menemukan caplaknya pada tempat persembunyiannya.
KONTROL
Karena caplak termasuk parasit datang – pergi (hanya sewaktu-waktu
mengunjungi hospes definitifnya), maka pengobatan tidak begitu berhasil. Tindakan
yang paling bedaya guna dan berhasil guna adalah melakukan kontrol dengan baik.
Kontrol Argas, bebaskan kandang dari infestasi caplak dengan menggunakan akarisida,
seperti : HCH 0,05% (disemprot) atau emulsi 1,27% diberikan 4,5ml/m2. Pyrethroid,
Permethrin, Decamethrine.. Kontrol untuk infestasi Otobius, HCH 15%, Chlordane 40%
.
SUBORDO SARCOPTIFORMES
FAMILI SARCOPTIDAE
20
(Tungau Kudis Membuat Terowongan didalam Kulit)
Pendahuluan, tungau Famili Sarcoptidae, anggotanya kesemuanya membuat
terowongan kedalam kulit, memakan epitel kulit dan cairan limfe, menyerang hewan
dan manusia. Ada tiga genus yang penting antara lain: Sarcoptes, Notoedres dan
Knemidocoptes,
SKABIES (KUDIS SARCOPTIK)
Pendahuluan, Skabies (kudis sarcoptik) adalah penyakit kudis yang disebabkan
oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei, menyerang hewan dan manusia, tertular secara
kontak langsung, tungau akan membuat terowongan didalam kulit sehingga terjadi
reaksi kulit serta air liurnya menimbulkan reaksi alergi
ETIOLOGI
Disebabkan oleh Sarcoptes scabiei,
salah satu tungau yang telah mengalami
adaptasi biologi membentuk strain yang
bisa menginfestasi banyak hospes definitif,
termasuk manusia. Sarcoptes scabiei akan
membuat terowongan pada epidermis
berbentuk saluran panjang, memakan epitel
kulit dan menyerang : Anjing, kucing, babi, sapi, domba, kambing dan kuda, menyerang
kulit di bagian telinga, moncong, wajah, siku dan jika sudah lanjut seluruh tubuh, aksial,
inguinal.
HOSPESDIFINITIF
PREDILEKSI
Anjing telinga, moncong, wajah, siku dan jika sudah lanjut seluruh tubuh, aksial, inguinal.
Kucing jarang, umumnya menyerang telinga, wajah, leher jika meluas sampai abdomen.
Babi mata, sekitar moncong, bagian cekung dari kulit telingan luar.Sapi seluruh bagian kulit
DombaKambing
siku, sekitar mata dan disebelah telinga.
Kuda jarang, kepala, leher dan plana.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Sama dengan subordo sarcoptiformes lainnya
21
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Anjing, tungau akan membuat terowongan didalam kulit, telinga, moncong,
wajah, siku dan jika sudah lanjut seluruh tubuh, aksial, inguinal, sehingga akan terjadi
kerusakan kulit, selain itu air liurnya bersifat toksik dan menimbulkan alergi. Gejala
klinis yang menciri (karakteristik) adalah kegatalan yang berkelanjutan (terus menerus)
bersamaan dengan terlihatnya kulit kemerahan (eritema) dan terbentuk papula. Karena
gatal, anjing akan menggosok, menggigit, mencakar tempat gigitan, timbul kelukaan
sehingga keluar cairan serum atau darah yang semakin lama akan mengering dan
akhirnya terbentuklah sisik (keropeng) , kerontokan rambut (Alopesia). Gejala lainnya
anjing akan tertekan, kulit keriput, semakin lemah dan kurus, bau khas yang merupakan
ciri dari bentuk kudis dan berakhir dengan kematian jika tidak diobati.
Kucing, kudis sarcoptik jarang pada kucing, pada beberapa kasus nampak
serupa dengan infestasi Notoedres yang terjadi kegatalan, sehingga kucing akan
mencakar, menggosok tempat gigitan sehingga terjadi kerontokan rambut telinga,
wajah, leher dan bisa meluas sampai abdomen.
Babi, kegatalan yang terus menerus sehingga babi akan menggosok tempat
gigitan (mata, sekitar moncong, bagian cekung dari kulit telingan luar), bersamaan
dengan ditemukan papula kecil berwarna kemerahan atau terlihat luka garuk berwarna
kemerahan, kerusakan kulit (exoriasis) dan diikuti terlihat pengelupasan epidermis,
berwarna kecoklatan, mengkerut, terlihat endapan dan menebal (hyperkeratosis).
Sapi, umumnya menginfestasi sapi yang terus dikandangkan pada infestasi
ringan terjadi kegatalan sehingga sapi akan menggosok-gosokkan atau mencakar tempat
gigitan, sehingga kulit tampak bersisik dan sedikit terjadi kerontokan rambut, tetapi
pada kasus yang lebih berat terlihat kulit menebal dan kerontokan rambut semakin jelas,
kulit menjadi keras, serta dampak akhirnya terjadi penurunan produksi.
Domba – Kambing, sering kali bersifat kronis, pada awalnya terjadi kegatalan
sehingga domba – kambing akan menggosok atau menggaruk tempat gigitan (siku,
sekitar mata dan disebelah telinga), sehingga terjadi peradangan kulit yang terlihat
kemerahan, terlihat adanya nodul, kerusakan kulit dan kerontokan rambut. Pada kasus
lebih lanjut kulit menebal, mengeras.
Kuda, (kejadiannya jarang) Gejala klinis umumnya dimulai dari daerah kepala,
leher dan plana, mula-mula terjadi kegatalan dan terbentukkanya papula, sehinga kuda
akan menggosok, menggigit, menggaruk tempat gigitan, menyebabkan bulunya rontok,
22
kulitnya mengalami peradangan ditandai dengan warna kemerahan serta sering terjadi
kelukaan, eksudat yang keluar dari dalam luka lama-kelamaan akan mengering dan
terbentuklah keropeng, kasus lebih lanjut terjadi penebalan kulit, kulit pecah-pecah,
serta gejala umum lainnya seperti kelemahan umum, kekurusan dan akhirnya mati.
DIAGNOSA
Diagnosa infestasi Sarcoptes scabiei adalah dengan pemeriksaan mikroskopis
kerokan kulit atau keropeng pada kulit yang mengalami kudis (biasanya batas antara
kulit yang mengalami perubahan dan yang normal), untuk mengarahkan diagnosa,
beberapa tanda yang bisa dipakai patokan antara lain : sering menginfestasi telinga,
menimbulkan rasa gatal sehingga akan digaruk atau digosok atau digigit sehingga
terlihat peradangan kulit, dan sangat menular (kontagius).
PENGOBATAN dan KONTOL
Anjing, HCH, Bromyclen, Ronnel, Selamectin, Ivermectin, Amitraz, Benzyl
Benzoate, serbuk sulfur, Phosmet dan Rothenone (1). HCH 0,016 – 0,03% (dimandikan,
direndam atau disemprot) dengan interval 10 – 14 hari, Benzyl benzoate dalam emulsi
atau dicampur ½ bagian sabun, Tetraethylthiuram monosulphide 5%, Ivermectin
(injeksi IM).
Kucing, kulit yang mengeras pertama-tama dilunakkan dengan parafin cair atau
larutan sabun sebelum diberikan acarisida. Selenium sulphide khusus direkomendasikan
diperuntukkan untuk kucing sejak diketahui Organochloride toksik pada kucing .
Babi, Amitraz, Trichlorform,Bromocyclin, Phosmet, Ivermectin.
Sapi, Hexachlorocyclohexane (HCH) (cuci atau semprot), Ivermectin (injeksi),
Phosmet (dibedaki).
Domba – Kambing, Hexachlorocyclohexane (HCH) (semprot), Ivermectin
(injeksi), Kortiko steroid (injeksi) untuk menghilangkan gatalnya.
Ruminansia : Avermectin, Ivermectin, Moxidectin, Doramectin, Eprinomectin
(injeksi IM), rendam atau semprot dengan serbuk sulfur, Phosmet dan
Tetrachlorvinphos.
KUDIS NOTOEDRIK
Pendahuluan, kudis Notoedrik adalah penyakit kudis kulit yang sangat
kontagius, disebabkan oleh tungau Notoedres cati, menyerang utamanya kucing dan
23
jarang pada anjing dan kelinci, tungau membuat terowongan didalam kulit telinga atau
wajah, tertular secara kontak langsung, pada saat tungau memakan epitel kulit
menyebabkan iritasi dan air liurnya menimbulkan alergi.
ETIOLOGI
Notoedrs cati, menginfestasi utamanya kucing, jarang pada anjing dan kelinci,
tungau membuat terowongan pada kulit telinga dalam, meluas kulit telinga luar, wajah,
kaki depan dan pangkal kuku, pada kucing muda bisa menginfestasi seluruh permukaan
tubuh.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup - cara penularan sama dengan subordo Sarcoptiformes lainnya.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Pada saat tungau membuat terowongan dan memakan epitel muda menimbulkan
kerusakan kulit, selain itu juga air liurnya menyebabkan alergi. Gejala klinis yang
nampak : mula-mula terjadi kegatalan sehingga kucing, anjing atau kelinci akan
menggosok atau menggaruk tempat gigitan, terjari kerontokan rambut (alopesia), kulit
terlihat kering, berwarna abu-abu, bersisik (hyperkeratosis) serta banyak serpihan
epidermis, jika terjadi infeksi sekunder bisa menimbulkan pyoderma, terbentuk
keropeng berwarna kuning dan terjadi penebalan kulit.
DIAGNOSA
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis, dihubungkan dengan terjadinya
kegatalan, lokasi dari infestasi dan penyebarannya yang sangat cepat .
PENGOBATAN dan KONTOL
Kulit yang mengeras pertama-tama dilunakkan dengan paraffin cair atau larutan
sabun sebelum diberikan acarisida. Selenium sulphide khusus direkomendasikan
diperuntukkan untuk kucing sejak diketahui Organochloride toksik pada kucing.
Selamectin, Ivermectin (injeksi IM 0,3 mg/kg), serbuk sulfur (dimandikan dengan
perbandingan 1 : 40 air hangat), Malathion 0,25%-1,25% , Benzyl Benzoate, HCH
dalam sediaan emulsi, sulfur 3-10% dalam sediaan salep kulit.
KUDIS KAKI BERSISIK(“SCALY LEG)
24
Pendahuluan, kudis kaki bersisik adalah penyakit kudis kulit yang disebabkan
oleh tungau Genus Knemidocoptes sp, menyerang unggas, berpredileksi dibawah sisik
kulit kaki atau kulit yang jarang bulunya serta membuat terowongan didalannya, terlular
karena kontak langsung, pada saat tungau membuat terowongan dan memakan epitel
kulit mengakibatkan terjadinya peradangan disertai eksudasi dan juga menimbulkan
reaksi alergi.
ETIOLOGI
SPESIESTUNGAU
PREDILEKSI HOSPES DEFINITIF
Knemidocoptes mutans
sisik kaki Ayam, burung yang disangkarkan, kalkun
Knemidocoptes gallinae.
bulu halus dasar bulu sayap, punggung, kepala dan leher
Ayam dan burung yang disangkarkan
Knemidocoptes pilae.
telapak kaki, dan pangkal paruh, kulit wajah dan seluruh tubuh
Ayam dan burung yang disangkarkan
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup dan cara penularan sama dengan tungau subordo sarkoptiformes
lainnya.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Knemidocoptes mutans akan menggali terowongan dibawah sisik kaki,
menyebabkan peradangan serta disertai eksudasi dan kegatalan. Eksudat yang keluar
lama-kelamaan akan mengering dan mengeras berbentuk seperti kapur, mengakibatkan
sisik kaki terangkat, permukaannya tidak rata dan tidak teratur. Gejala klinis lainnya
terjadi kepincangan, terlihat jari kuku kaki bengkok.
Knemodocoptes gallinae, berpredileksi pada bulu halus dasar bulu sayap,
punggung, kepala dan leher, tungau akan membuat terowongan dan masuk kedalam
lubang pangkal bulu dan timbul rasa gatal. Gejala klinis nampak terjadi peradangan
kulit yang ditandai dengan warna kemerahan, akibat rasa gatal unggas akan mematuk,
mencakar tempat gigitan sehingga menyebabkan bulu rontok (terjadi kerontokan bulu)
yang sering terlihat pada daerah punggung, sayap, kepala dan leher.
Knemidocoptes pilae dan Knemidocoptes jamaicensis, tungau akan membuat
terowongan didawah kulit telapak kaki, pangkal paruh, kulit wajah dan seluruh tubuh,
paling sering menginfestasi burung sejenis betet, tetapi juga psitacines seperti parkit
dan kenari pernah dilaporkan. Gejala klinisnya terjadi kegatalan, sehingga burung akan
mematuk, mencakar tempat gigitan, tetapi kelainan kulit berlangsung lambat.
25
DIAGNOSA
Menemukan tungau dalam pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis
dihubungkan dengan rontoknya bulu pada tempat predileksi tungau.
PENGOBATAN dan KONTOL
Knemidocoptes mutans, kaki direndam dengan larutan HCH 0,1% atau sulfur
10% atau Sodium floride 0,5% atau Coumaphos atau Carbaryl 1% .
Knemidocoptes gallinae, Carbaryl, HCH (mandi debu atau semprot), campuran
Sodium floride, Sulfur, sabun dan air; Lindanr 0,02%, Pyrethrum, 10% emulsi Benzyl
Benzoate (direndam).
SUBORDO SARCOPTIFORMES
FAMILI PSOROPTIDAE(Tungau tidak membuat terowongan didalam kulit)
26
Pendahuluan, tungau famili Psoroptidae, anggotanya tidak membuat
terowongan kedalam kulit (hidup bebas di atas mermukaan kulit), memakan epitel kulit
dan remukan bulu, dan ada yang menghisap cairan limfe, menyerang hewan dan
manusia. Genus yang terpenting adalah : Psoroptes, Chorioptes dan Otodectes
KUDIS PSOROPTIK
Pendahuluan, kudis psoroptik adalah kudis kulit yang disebabkan oleh tungau
Psoroptes sp, menyerang beberapa hewan piara, tertular secara kontak langsung, pada
saat tungau memakan sel epitel atau cairan linfe akan menimbulkan kerusakan kulit dan
timbul reaksi alergi
ETIOLOGI
SPESIESTUNGAU
HOSPESDEFINITIF
PREDILEKSI
Psoroptes ovis, natalensis
sapi Abdomen, leher belakang, pre-putium, kasus lanjut seluruh tubuh
Psoroptes equi kuda lubang telingaPsoroptes cuniculi kuda – kelinci
domba – kambinglubang telinga
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup, sama dengan tungau subordo Sarcoptiformes lainnya, dimana
mulai telur, larva, nimfa dan dewasa hanya terjadi pada tempat predileksinya. Cara
penularannya secara kontak langsung dengan hewan terinfestasi.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Sapi, merupakan kudis yang gangguannya cukup serius dan mudah menyebar.
Saat tungau menggigit dan menghisap cairan limfe menimbulkan rasa gatal dan reaksi
alergi, terbentuk vesikula (peradangan yang diinfiltrasi oleh sel radang dan serum)
berdiameter 5 mm dengan warna kuning kehijauan. Karena gatal sapi akan digosok,
meggaruk, menanduk tempat gigitan sehingga menyebabkan bulu rontok dan bisa
sampai terjadi kelukaan, vesikula yang terbentuk juga bisa pecah, eksudatnya akan
keluar dan mengering sehingga terbentuklah sisik. Pada beberapa kasus akan disertai
berkurangnya nafsu makan sampai 20%.
Kuda, kelinci, kambing dan domba, pada saat tungau menghisap cairan limfe
akan mengakibatkan terjadinya peradangan kulit disertai reaksi alergi. Gejala klinis
27
yang teramati : ternak akan menggeleng-gelengkan kepala, menggaruk telinga, lubang
telinga tertutup oleh material yang berwarna keabu-abuan (keropeng) yang menandakan
terjadi peradangan telinga tengah (Otitis media) dan tidak seimbang (berjalan
sempoyongan) karena terjadi peradangan selaput otak (meningitis) aseptic.
DIAGNOSA
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikroskopis terhadap kerokan kulit atau
keropeng yang terdapat didalam lubang telinga.
PENGOBATAN dan KONTOL
Sapi, Ivermectin, Organophosphate atau Chlorinated Hidrocarbon, Coumaphos,
Phosmet, serbuk sulfur panas.
Kuda, kelinci, domba, kambing : sama dengan pengobatan Otodectes pada
anjing dan kucing
.
KUDIS CHORIOPTIK
Pendahuluan, kudis chorioptik adalah penyakit kudis kulit yang disebabkan
oleh tungau Chorioptes sp, yang hidup bebas diatas permukaan kulit, menginfestasi
28
sapi, kambing, domba dan kuda, tertular karena kontak langsung dengan ternak tertular,
pada saat tungau makan remukan kulit menyebabkan peradangan dan alergi
Tidak sama dengan Psoroptes sp, karena memiliki alat mulut yang tidak dapat
dipergunakan untuk menusuk kulit, tetapi telah beradaptasi yang hanya bisa digunakan
untuk mengunyah dan memakan sisik (kerak) rambut dan beberapa remukan kulit .
ETIOLOGI
SPESIESTUNGAU
HOSPESDEFINITIF
PREDLEKSI
Chorioptes bovis
Sapi leher, kepala, pantat dan kaki
Chorioptes caprae
Domba – kambing
terutama sendi kaki, kasus lanjut lengan dan wajah
Chorioptes equi Kuda kulit keras pergelangan kaki
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup sama dengan tungau Psoroptes dan cara penularannya secara
kontak langsung dengan ternak tertular
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Sapi, terutama menginfestasi sapi yang dikandangkan dan hanya beberapa ekor
dari kelompok keseluruhan (artinya tidak terlalu menular). Secara ekonomi tungau
sangat merugikan karena menyebabkan kegatalan, sehingga sapi akan menggosok
(leher, kepala, pantat dan kaki, sehingga terjadi kerusakan kulit, terjadi peradangan kulit
yang ditandai dengan kulit berwarna kemerahan, disertai terlihatnya serpihan endapan
yang mengering (sisik)
Domba – kambing, terjadi kegatalan serta diikuti lesi kulit ringan pada sendi
kaki, pada beberapa kasus disertai terbentuknya pustula, keropeng, kulit menebal dan
keriput. Laporan kasus : domba – kambing di New Zaeland, tungau berpredileksi pada
skrotum, ditemukan banyak keropeng dan peradangan kulit skrotum, menyebabkan
testisnya mengecil dan spermatogenesisnya terhenti. Dampak yang ditimbulkan
kemampuan reproduksi pejantan menurun atau steril, tetapi gangguan ini akan kembali
normal jika sudah terjadi kesembuhan.
Kuda, terkenal dengan kudis kaki atau gatal kaki, karena gejala karakteristik
dari infestasi tungau ini adalah terjadi kegatalan, terlihat ada keropeng pada kulit keras
(atau rambut panjang) persendian kaki. Tungau aktif bergerak pada permukaan kulit
luar, menyebabkan iritas, kegelisahan terutama pada malam hari. Jika kudis terjadi pada
29
pergelangan kaki bawah, sehingga kuda sering menendang-nendang lantai, juga pernah
terlihat pustula dan keropeng.
DIAGNOSA
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan kulit.
PENGOBATAN dan KONTOL
Sapi, sama dengan pengobatan kudis lainnya, Domba – Kambing,
Organophosphat (direndam atau topical), Kuda, Crotoxyphos, Coumaphos, serbuk
sulfur (rendam atau semprot ), HCH 1% (dicuci), Fenchlorphos, Trichlorphos,
Diazinon, serbuk sulfur.
KUDIS OTODECTIK
Pendahuluan, kudis otodectik adalah penyakit kudis kulit yang disebabkan oleh
tungau genus Otodectes, menginfestasi anjing dan kucing, tertular karena kontak
langsung dengan ternak terinfestasi, pada saat tungau memakan epitel kulit
menyebabkan iritasi dan tempat gigitan timbul alergi
ETIOLOGI
Otodectis cynotis, alat mulut disesuaikan untuk mengunyah dan memakan sisik
(kerak) rambut dan beberapa epitel kulit lubang telinga luar dan kulit yang berdekatan
dari ternak anjing dan kucing
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup sama dengan Psoroptes dan cara penularannya secara kontak
langsung dengan ternak terinfestasi
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Kebanyakan menginfestasi kucing dibandingkan anjing, umumnya tungau hidup
komensal. Pada kasus dimana pathogenitas tungau meningkat, pada saat tungau
menggigit epitel kulit menyebabkan iritasi dan alergi, sehingga gejala klinis yang
teramati ternak akan selalu mengibas-ngibaskan atau menggaruk telinga, lubang telinga
akan terlapisi oleh eksudat seperti lilin atau ditemukan kerak berwarna hitam, menjadi
tanda karakteristik Otitis Otodectes, Otitis Parasitik, kalau diamati lebih teliti ditemukan
perdarahan atau ulserasi yang bahkan bisa melubangi membrana tympani, serta kadang-
kadang ditemukan nanah jika terjadi infeksi sekunder. Karena dikibas-kibaskan atau
digaruk sering terjadi Haematoma. Pada infestasi yang serius bisa menyebar ketelinga
tengah, dalam bahkan otak, sehingga gejala klinisnya bisa tortikolis.
30
DIAGNOSA
Diagnosa tentatif (pasti) berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis endapan
yang menyerupai lilin dan eksudat pada lubang telinga dan ditemukan tungaunya atau
melihat tungau menggunakan Auroscope didalam lubang telinga .
PENGOBATAN dan KONTOL
Bersihkan lubang telinga dengan acarisida (ear drop) yang tersedia, Obati
dengan acarisida HCH, Piperonyl butoxide, Rotetone, Karena ada infeksi sekunder,
berikan anti biotika dan anti jamur, pengobatan diulangi 10 – 14 hari kemudian. Telinga
dibersihkan dari lapisan lilin, kemudian diberikan insektisida dalam bentuk salep kulit
atau krim. 0,1% HCH diulang setelah 2 minggu, BBE (20%) dan berikan anti gatal dan
anti biotika.
SUBORDO TROMBIDIFORMES
FAMILI DEMODICIDAE(Tugau Kudis Folikel Rambut dan Kelenjar)
31
Tungau dari famili Demodicidae, anggotanya hanya satu yang terpenting yaitu
Demodex, tungau berbentuk memanjang seperti cerutu, hidup didalam folikel rambut
dan kelenjar (sebacea atau meibon), memakan epitel dan cairan limfe dari beberapa
hewan (kecuali unggas) dan juga bisa menginfestasi manusia
DEMODEXOSIS atau KUDIS FOLIKEL
Pendahuluan, Demodekosis adalah penyakit kudis menular, disebabkan oleh
infestasi tungau Demodex sp, menyerang hampir semua ternak (kecuali unggas).
Tungau demodex sp adalah flora normal pada kulit hewan, jumlahnya akan semakin
banyak sangat berhubungan dengan menurunnya kekebalan tubuh, penyakit sistemik
dan pengobatan immunosupresif, selain itu sebagai predisposisi infestasi tungau antara
lain : gizi buruk, stres dan keturunan. Tungau berpredileksi didalam folikel rambut dan
kelenjar (sebacea atau meibon), dan baru-baru ini ada ditemukan berpredileksi pada
epidermis kulit, tertular secara kontak langsung dengan ternak terinfeksi, tanda
karakteristiknya untuk membedakan dengan kudis lainnya adalah tidak terjadi kegatalan
jika tidak diikuti infeksisekunder, serta gejala lainnya secara umum terjadi perubahan
kulit berbentuk squamous atau pustula, disertai tercium bau khas kudis folikel.
Sebagai predisposisi dari Demodekosis adalah : umur, gizi buruk, infeksi
(terutama virus), penyakit sistemik (misalnya hyperadrenocortism, hipotiroidisme,
diabetes mellitus, neoplasis), terapi imunosupresif dan penggunaan shampo atau sabun
alkali yang tidak semestinya. Tungau Demodex sp adalah flora normal kulit, hampir
53% kulit binatang terinfestasi tungau ini tanpa menampakkan kelainan, gejala klinis
baru akan terlihat jika pertahanan tubuh gagal mengatasi patogenitasnya.
ETIOLOGI
SPESIESTUNGAU
HOSPESDEFINITIF
PREDILEKSI
Demodex phyloides
Babi seluruh tubuh
Demodex canis, injai, cornei
Anjing – kucing
wajah dan lengan, disekeliling mata, mulut dan diatas penonjolan tulang kaki.
Demodex canis,
kucing wajah dan lengan, disekeliling mata, mulut dan diatas penonjolan tulang kaki.
Demodex bovis
Sapi leher, kaki depan, kelopak mata, vulpa dan skrotum
32
Demodex equi
Kuda Folikel rambut dan kelenjar Meibon seluruh tubuh
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Hampir sama dengan tungau kudis lainnya, dimana telur, larva, nimfa dan
dewasa kesemuanya terjadi pada tempat predileksinya. Siklus hidup diselesaikan dalam
18 – 24 hari dan cara penularannya secara kontak langsung.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Anjing, umumnya menginfestasi anjing umur 3 – 9 bulan, patogenesanya sangat
komplek yang terpenting, pada beberapa kasus terjadi immunosupresi (karena terjadi
penekanan produksi limfosit T)
Gejala klinis, berupa kelainan kulit pada kasus demodekosis dapat dibedakan
menjadi 2 bentuk , antara lain : :
1. Bentuk squamosa, (sebab D. canis dan D. cornei) teramati kulit sedikit kemerahan
(kudis merah), kasar dan kering, kebotakan atau rambut jarang secara menyeluruh,
terjadi pengelupasan kulit dan disertai penebalan kulit dan berkerut-kerut, akibat
infeksi sekunder (kuman Staphylococcus sp) menyebabkan terbentuknya pustula,
pada beberapa kasus tercium bau khas kudis folikel (bau tidak enak).
2. Bentuk pustula, (sebab D. canis dan D. injai), karena adanya infeksi bakteri
(Staphylococcus sp) serta diikuti oleh infiltrasi sel-sel netrofil dan plasma sel,
ditandai dengan ditemukan beberapa bentuk pustula yang besarnya sebesar biji
kacang polong, atau abses dengan peradangan yang terlokalisir. Selain itu bentuk
kudis ini disertai dengan bentuk squamous, seperti kulit terlihat berkerut dan
menebal dan ditemukan beberapa pustula kecil yang didalamnya mengandung
serum, nanah dan hancuran darah, sehingga bentuk kudis ini umum dikenal dengan
kudis merah. Pada anjing sering disertai dengan bau khas kudis folikel. Kematian
pada kasus Demodekosis pada anjing disebabkan karena toksimea dan atau
kekurusan. Bentuk pustula oleh D. injai, gejala klinisnya seperti diatas, kecuali tidak
terjadi alipesia.
Sapi, tungau Demodex sp pada sapi umumya merupakan flora normal. Gejala
klinis yang terpenting (karakteristik) untuk membedakan dengan kudis lainnya : adalah
tidak terjadi kegatalan. Pada awalnya terlihat adanya nodul atau pustula yang berukuran
sebesar kacang polong, bahkan bisa sampai sebesar telur, didalamnya ditemukan
material kaseus; nanah berbentuk pasta dan beberapa ribu tungau. Infestasi tungau ini
33
sangat merugikan perusahaan penyamakan kulit di Australia, karena tempat nodul atau
pustule akan menyebabkan robeknya kulit.
Domba - Kambing, mirip pada sapi, nodul berukuran bisa lebih dari 2 cm yang
didalamnya ditemukan masa kekuningan, material kaseus dan banyak tungau.
Babi, gejala klinisnya ditemukan nodul dan penebalan kulit, pustula sebesar
kacang polong, keberadaannya sangat rapuh dan mudah pecah.
Kuda, (jarang), kalau terinfestasi gejala klinisnya lebih sering ditemukan dalam
bentuk squamous dibandingkan bentuk pustular, gejala yang nampak rambut rontok dan
terlihat terbentuk pustula.
Kucing, menyerupai anjing, biasanya permulaan lesi terjadi pada kepala dan
jarang sampai menyerang seluruh tubuh.
DIAGNOSA
Melakukan pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit yang dikerok sampai cukup
dalam (sampai keluar darah), tetapi sebelumnya kulit ditetesi parafin cair, KOH, selain
itu memeriksa isi pustula atau abses.
PENGOBATAN dan KONTOL
Anjing, karena predileksinya didalam folikel rambut dan kelenjar sebacea maka
pengobatannya tidak gampang menggunakan acarisida secara topikal serta
pengobatannya memerlukan waktu yang cukup lama. Amitaz baru menampakkan hasil
setelah 14 hari pengobatan, Benzyl Benzoate (lotion), Rotenone (salep kulit), Ronnel,
Cythioate, Amitraz dalam alcohol 1%, bawang putih, Rotenone 3% (dioleskan pada
daerah kecil), Emulsi Benzyl Benzoate 20%, Benzyl cresol 0,5%, BHC 0,25%
(dioleskan setiap hari pada area kecil, tetapi Benzyl Benzoat toksik pada area besar),
Fenchlorphos, Trichlorphon, Dichlorphos 30 mg/kg dengan interval 2 minggu, Amitraz
250 ppm diberikan 3 – 6 kali pengobatan, anthelmintik Closantel efektif untuk
mengobati Demodekosis local.
34
SUBORDO MESOSTIGAMATA
FAMILI DERMANYSSIDAE(Tungau tidak kudis)
Famili Dermanyssidae adalah tungau yang hidupnya tidak menetap pada tubuh
hospes defitif dan tidak menimbulkan kudis, hanya akan mengunjungi hospes definitif
jika menghisap darah dan umumnya pada malam hari, anggotanya yang terpenting
adalah : Dermanyssus dan Ornithonyssus
INFESTASI DERMANYSSUS
ETIOLOGI
Dermanyssus gallinae (tungau merah) berpredileksi pada sarang ayam, celah
kandang, retakan dinding atau tempat lain yang dapat dipakai untuk bersembunyi,
menghisap darah unggas, mamalia dan bahkan manusia.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup, tungau betina akan bertelur pada tempat persembunyiannya, dari
dalam telur menetaslah larva yang tidak menghisap darah, selanjutnya akan menyilih
menjadi protonimpa, protoninfa secara aktif akan mencari hospes definitif untuk
menghisap darah, kemudian bersembunyi lagi dan menyilih menjadi deutonimfa,
deutonimfa akan aktif menghisap darah dan bersembunyi lagi kemudian menyilih lagi
menjadi tungau dewasa. Tungau akan bisa bertahan hidup tanpa menghisap darah
selama 4-5 bulan.Cara penularannya tungau secara aktif akan mencari hospes definitif .
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Tungau dewasa dan nimfa akan mendatangi hospes pada malam hari, umumnya
menginfestasi dengan jumlah banyak, pada saat menghisap darah menimbulkan iritasi
dan tempat gigitannya timbul reaksi alergi. Gejala klinis yang teramati : karena
mengiritasi dan tempat gigitannya timbul kegatalan, maka akan mengganggu
ketenangan ayam, menjadi gelisah, tidur tidak nyenyak mencakar atau mematuk tempat
gigitan dan akhirnya lemah sehingga berdampak pada penurunan produksi. Tungau
35
umumnya menyerang peternakan dengan system battery dan pada infestasi berat bisa
menimbulkan anemia (terlihat selaput lendir pucat) dan pada kasus lanjut bisa berakibat
fatal (mematikan).
DIAGNOSA
Mudah, karena tungau bisa dilihat dengan mata telanjang, apalagi setelah tungau
menghisap darah akan berwarna merah (dikenal dengan tungau merah). Pada beberapa
kasus klinis anemia pada ayam bisa disebabkan oleh Argas persicus, lalat Simulium dan
kutu busuk.
PENGOBATAN dan KONTOL
Pengobatan pada hospes definitif umumnya simptomatis (menghilangkan
gejalanya), selanjutnya mengupayaka menghilangkan tungau dari kandang dengan cara
dicuci dengan air mendidih, Carbaryl, Pyrethroid, atau 0,5% Lindane, 2% Chlordane,
2% Malathion ditaburkan pada alas kandang rata-rata 225 g/m2. Pengobatan individu
menggunakan Pyrethrum atau Carbaryl (Urquhart et al, 1985). Tempat persembunyian
tungau dihilangkan. (celah lantai atau tembok diplester), taburkan 0,25% Carbaryl pada
lantai dan alas kandang setiap 2 – 3 minggu, Pyrethrin, Amitraz, atau Malathion, HCH
(disemprot).
ORNITHONYSSUS
ETIOLOGI
Disebabkan oleh Ornithonyssus sp, menghisap darah ayam dan beberapa
burung, bersembunyi pada sarang atau kandang sehingga lebih banyak kasus menyerang
anak-anak ayam.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Siklus hidup dan cara penularan sama dengan tungau tidak kudis lainnya. Cara
penularannya tungau secara aktif akan mencari hospes definitif.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Gigitannya menimbulkan kegatalan ringan, ayam menjadi tidak tenang, gelisah
dan dampak akhirnya adalah penurunan berat badan, penurunan produksi telur dan jika
kekurangan darah banyak (teramati selaput lendir pucat) bisa menyebabkan kematian.
DIAGNOSA
36
Diagnosa mudah, karena tungau dapat dilihat dengan mata telanjang.
PENGOBATAN dan KONTROL
Sevim , Fenchlorphos, Trichlorphon, Coumaphos, Nikotine 4%, Malathion 4%
(ditaburkan diatas kandang).
SUBORDO TROMBIDIFORMES
FAMILI TROMBICULIDAETROMBICULA
ETIOLOGI
Disebabkan oleh Trombicula (autumnalis, akamushi, delhiensis, sarcina,
alfreddugesi, spenden, batatas), hanya stadium larva yang parasitik (nimfa dan dewasa)
hidup non-parasitik, menyerang umumnya rodensia kecil, unggas dan manusia.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Tungau jantan akan meletakkan spermatofora (katong yang berisi sperma)
umumnya pada ujung tangkai yang lentur, kemudian akan membuahi betina jika lukang
kelaminnya kontak dengan spermatofora. Tungau betina akan meletakkan telurnya
diatas permukaan tanah yang lembab, setelah 4 – 5 hari telur akan pecah dan tampaklah
deutovum yang tidak bergerak, 6 – 7 hari berikutnya keluarlah larva yang aktif bergerak
mencari hospes definitif untuk makan selama 2 – 10 hari.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Tungau akan menempel selama stadium larva (2 - 10 ) menggigit epitel kulit,
selanjutnya proses pencernaan dibantu oleh air liurnya yang dapat menghidrolisa
kutikula kulit. Akibat gigitannya menyebabkan iritasi dan kegatalan, serta kulit terlihat
kemerahan, membengkak dan kadang-kadang disertai oedema
DIAGNOSA
Diagnosa mudah dengan melihat kulit yang berwarna kemerakan serta terlihat
tungaunya.
PENGOBATAN dan KONTROL
Toxaphen, Chlordane,, Lindane,DDT, Benzyl Benzoat, HCH, Pyrethroid, BHC.
37
TUGAS
CAPLAK KERAS
1. Apa kerugian dari infestasi caplak ………………………………………….. ?2. Spesies caplak yang umum menginfestasi unggas adalah ………………….. ?3. Penyakit yang bisa ditularkan oleh caplak adalah …………………………... ?4. Paralisa caplak disebabkan oleh spesies …. ………………………………… ?5. Jelaskan patogenesa sampai terjadinya kematian pada paralisa caplak …...… ?
CAPLAK LUNAK
1. Spesies caplak lunak yang menginfestasi unggas adalah ……….…….. ,dan yang menimbulkan paralisa dan bersifat fatal adalah ……………………………. ?
2. Bagaimana cara melakukan kontrol …………………………………………. ?
TUNGAU KUDIS
1. Lengkapilah tabel dibawah ini, isilah pada kolom yang belum terisi dengan Spesies dari tungau yang menginfestasi ternak (disesuaikan dengan Familinya), serta lengkapi dengan predileksinya …………………………………….……. ?
ETIOLOGIHOSPES
DEFINITIFFAMILI
SARCOPTIDAEFAMILI
PSOROPTIDAEFAMILI
DEMODICIDAESpesies & Predileksi Spesies & Predileksi Jenis - Predileksi
SapiAnjingKucingKudaBabi
DombaKambing
Ayam
2. Jelaskan patogenesa dari penyakit kudis kulit …………………………………..?3. Apa perbedaan karakteristik (menciri) antara kudis kulit dan kudis folikel …… ?4. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit kudis kulit ……………………………. ?5. Acarisida golongan apa yang toksik terhadap kucing ……………….., serta apa
nama bahan aktifnya …………………………………………………………… ?6. Pengobatan kudis kulit menggunakan acarisida, karena predileksi tungau
berlainan (ada diatas kulit, dalam kulit, dalam folikel, dalam lubang telinga),
38
maka dalam pemilihan aplikasi (penggunaan) obat, yang perlu diperhatikan adalah…………………………………………………………………………. . ?
TUNGAU TIDAK KUDIS1. Tungau tidak kudis yang sering menginfestasi unggas adalah genus ……….….?2. Bagaimana cara penularannya …………………………………………………. ?3. Jelaskan Patogenesa dan gejala klinisnya ……………………………………… ?4. Bagaimana cara mendiagnosanya ………………………..……………………. ?
INSEKTISIDA
BOTANICAL (1), Synthetic Pyrethroids (SPs) (2)bahan aktif : Rotenone, Pyrethrin, Pyrethroid (1) . Pyrethroid (generasi I)
bahan aktifnya : Lethrin (1) , (generasi II) bahan aktifnya : Lesmethrin, Tetramethrin (1), (generasi III) bahan aktifnya : Permethrin (1,2), (generasi IV) bahan aktifnya : Cyfluthrin (1) , Cypermethrin (1,2) dan Lambdacyhalothrin (1). Deltamethrin, Fenvalerate dan Cyhalothrin (2)
CARBAMAT, bahan aktifnya : Carbaryl (1,2), Methomyl (1), Butocarb, Carbanolate (2)
ORGANO PHOSPHATES (1,2), (OPs) (2) (1) derivat aliphatic , bahan aktif : Dichlorvos (1,2) (DDVP), Ethion (1)(2) derivat phenhyl, bahan aktifnya : Famphur, Fenthion, Tetrachlorvinphos (1,2) (3) derivat heterosiklik bahan aktifnya : Chlorpyrifos, Coumaphos, Diazinon,
Phosmet (1,2) dan Pirimiphos (1), Chlorfenvinphos, Crotoxyphos, Crufomate, Cytioate, Dichlorfention, Iodofenphos, Malathion, Propetamphos, Ronnel, dan Trichlorfon (2)
CHLORINATED HYDROCARBON (1) ( Organochlorines) (OCs) (2),bahan aktif : Dichloro Diphenyl Trichlorethane ( DDT) (1,2) ,Metoxychlor
(1), Hexachlorocyclohexane (HCH), Benzene hexachloride (BHC) dengan gamma isomer Lindane, Dieldrin, Aldrin, Bromocyclen dan Toxaphene (2)
FORMAMIDINES (1)bahan aktif : Amitraz (larutan Mitaban mengandung 19,9% Amitraz dilarutkan
hingga konsantrasinya 0,025%)
NOVEL INSECICIDAbahan aktif : Piperonil, Imidacloprid, Nitenpyram (1)
REPELLENTS
Bahan aktif : Deet, Di-N- propyl Isocinchomeronate (1)
39
INSECT GROWTH REGULATORS bahan aktif : Cyromazine, Diflubenzuron, Ufenuron, Methoprene dan
Pyriproxyfen (1)
SYNERGIST
bahan aktif : N-octyl bicycloheptene dicarboximide, Piperonyl Butoxide (1)
MISCELLANEUS INSECTICIDESbahan aktifnya : Benzyl Benzoate, Borax (asam orthoboric) (1)
MACROLIDES (macrocyclic lactone) (1) Avermectins (2) yaitu obat revolusioner yang dipakai kontrol parasit baik pada hewan dan
manusia, dapat membunuh Helminths (Cacing) dan Artropoda. Bahan aktifnya : Avermectin, Doramectin (Dectomax), Eprinomectin, Ivermectin, Milbemycin oxime, Moxidectin dan Selamectin (1)----------------------------------------------Sumber :
1. Bowman, D.D; R.C. Lynn and M.L. Eberhard (2003). Georgis, Parasitology for Veterinarians. 8th Ed. Saunders
2. Urquhart, G.M; J. Amour, J.L. Duncan; A.M. Dunn and F.W. Jennings (1985). Veterinery Parasitology. Department of Veterinary Parasitology. The faculty of Veterinary Medicine. The University of Glasgow. Scotland. Longman Scientific & Technical.
INSEKTISIDA(INDEK OBAT INDONESIA, 2000)(bahan aktif, bentuk sediaan, nama dagang)
AVERMECTIN Ivermectin 1% w/v (cair) (Ivomex)
BOTANICAL Flumethrin 60g/lt (cair) (Bayticol 60% EC) Cypermethrin 25% (serbuk) (Cyper killer 25 wp)
KARBAMAT l-naftil N-metil karbamat 500 mg/g (powder) (Antipar 500) 2-isopropoksifenil N-metil karbamat 1mg/g (powder) (Bolfo powder) Propoksur 200 mg/ml (susp) (Bolfo 20% EC) Propoksur 94 mg/g (collar = kalung bahu) (Bolfo Dog Collar) Propoksur 1,1 mg/ml (cair) (Bolfo shampoo)
ORGANOCHLORINES (OCs) Lindane 130 mg/ml (cair) (Emulpan) Mesulfen 200 mg/ml (cair) (Odylen)
40
ORGANOPHOSPAHATE Kumafos 160 mg/ml (cair) (Asuntol 16%), Kumafos 500 mg/ml (serbuk) (Asuntol Powder) Ethion 600 mg/ml (cair) (Bovinox) Ethion 600 mg/ml (cair) (Rhodiacide) Cythioate 30 mg/tab (tablet) (Cyflee tablets) Diklorfen 75 mg/g (spray) (Footrot and Ringworm Aerosol) Diklofention 1% (aerosol) (Gusanex aerosol) Trichlorfon (serbuk) (Neguvon)
CAMPURAN Coumaphos 3% dengan Anona Mericate 1% (Antick) Setiap ml mengandung Gameksan 100 mg, asam salisilat 20 mg, belerang 40 mg,
benzyl benzoate 250 mg (cair) (Demodis suspensi) Setiap ml mengandung Gameksan 10 mg, asam salisilat 20 mg (serbuk) (Deodorin) Balsamum peruvianum 1%, mentholum 1%, asam salisilat 1% (serbuk) (Doggie
Medicated Powder) Setiap gram mengandung gameksan 20 mg, dimetil ditiofosfat 0,03 ml (serbuk)
(Kututox) Coumaphos 3,5%, balsamum peruvianum 2%, mentholium 0,1% (serbuk) (Doggie
Tick Powder) o,o-dietil-o-(3-kloro-4-metil-7-koumerinil-tiofosfat 30 mg, 2-isopropoksipenil-N-
metil karbamat 20mg, sulfanilamide 50 mg (serbuk) (Negasunt powder) setiap gram mengandung Gameksan 1,35 mg, mesulfen 100 mg, benzyl benzoate
250 mg, seng undesilenat 80 mg (salep) (Temadex skin dressing)
41