anemia_pada_kehamilan_akibat_kekurangan.docx

8
Anemia Pada Kehamilan Akibat Kekurangan Zat Besi Anemia atau lebih dikenal dengan istilah “kurang darah” adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah nilai normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin di dalam tubuh berkisar antara 12-14g%. WHO (World Health Organization)menetapkan bahwa kadar hemoglobin normal pada wanita hamil adalah > 11g% . Maka, kadar hemoglobin < 11g% pada wanita hamil dapat sebagai suatu keadaan anemia pada kehamilan. Namun pada negara berkembang seperti Indonesia dan negara – negara berkembang lainnya, WHO menetapkan definisi anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin < 10g%. Prevalensi terjadinya anemia pada wanita hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 20%-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% . Sehingga dapat dikatakan 5 dari 10 wanita hamil di Indonesia menderita Anemia. WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester III. Dari beberapa penyebab terjadinya anemia pada kehamilan, anemia defisiensi besi merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan. Mengingat masih tingginya angka prevalensi anemia pada kehamilan dan fatalnya risiko yang diakibatkan, maka sangatlah penting bagi masyarakat dan para praktisi kesehatan untuk lebih memperhatikan masalah ini. Penambahan Volume Darah Selama Kehamilan Secara normal (fisiologis) darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) . Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.

Upload: dina

Post on 16-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

Anemia Pada Kehamilan Akibat Kekurangan Zat Besi

Anemia atau lebih dikenal dengan istilah “kurang  darah” adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di  bawah nilai normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin di dalam tubuh berkisar antara 12-14g%. WHO (World Health Organization)menetapkan bahwa kadar hemoglobin normal pada wanita hamil adalah > 11g% . Maka, kadar hemoglobin < 11g% pada wanita hamil  dapat  sebagai suatu keadaan anemia pada kehamilan. Namun pada negara berkembang seperti Indonesia dan negara – negara berkembang lainnya, WHO menetapkan definisi anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin < 10g%.

Prevalensi terjadinya anemia pada wanita hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 20%-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50% . Sehingga dapat dikatakan 5 dari 10 wanita hamil di Indonesia menderita Anemia. WHO melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester III.

Dari beberapa penyebab terjadinya anemia pada kehamilan, anemia defisiensi besi merupakan keadaan yang paling sering ditemukan. Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal mulai dari kelahiran prematur sampai kematian ibu dan bayi. Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan.

Mengingat masih tingginya angka prevalensi anemia pada kehamilan dan fatalnya risiko yang diakibatkan, maka sangatlah penting bagi masyarakat dan para praktisi kesehatan untuk lebih memperhatikan masalah ini.

Penambahan Volume Darah Selama Kehamilan

Secara normal (fisiologis) darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) . Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu (trimester I) dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (trimester III). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

Gejala yang ditimbulkan akibat anemia

Page 2: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

Gejala – gejala yang dapat ditimbulkan akibat anemia pada wanita hamil antara lain:

1. 1. Merasa mudah lelah dan lemah2. 2. Kulit tampak pucat secara progresif3. 3. Meningkatnya frekuensi detak jantung4. 4. Nafas terasa pendek5. 5. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi

Penyebab – penyebab anemia dalam kehamilan

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Diketahui penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma3. Kurangnya zat besi dalam makanan4. Kebutuhan zat besi meningkat5. Gangguan pencernaan dan absorbsi (penyerapan salam saluran cerna)6. Penyakit – penyakit kronis seperti TBC paru, cacingan, dan sebagainya

Kecenderungan terjadinya anemia pada kehamilan:

Ada beberapa faktor yang memperbesar kemungkinan terjadinya anemia pada wanita hamil antara lain: 

Jarak waktu antara dua kehamilan yang berdekatan Kehamilan multigravida (lebih dari satu anak) Sering muntah pada awal kehamilan (morning sickness) Tidak mengkonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup Memiliki riwayat perdarahan haid yang banyak

Akibat dari anemia dalam kehamilan:

Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal bagi ibu dan calon bayi/ bayinya. Akibat – akibat yang dapat ditimbulkan antara lain:

1. 1. Dapat terjadi keguguran2. 2. Dapat terjadi kecacatan pada bayi3. 3. Dapat terjadi kelahiran prematur4. 4. Dapat terjadi kelahirandengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan

kondisi bayi yang lemah5. 5. Dapat terjadi kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan

Page 3: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

Menghindari anemia selama kehamilan

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta (keperluan janin di dalam kandungan), 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan masa hemoglobin maternal (untuk mengoptimalkan kadar dan fungsi hemoglobin di dalam darah selama kehamilan). Kurang lebih 200 mg akan diekskresikan (dikeluarkan) lewat usus, urin dan kulit. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kurang untuk wanita hamil.

Nutrisi yang baik adalah solusi yang paling tepat untuk mencegah anemia terutama pada anemia defisiensi besi. Dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti sayuran hijau, daging merah, telur, kacang – kacangan, atau mengonsumsi makanan tambahan seperti royal jelly yang juga mengandung zat besi dapat membantu menjaga kadar zat besi di dalam tubuh dalam  jumlah yang optimal sehingga tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Apabila asupan zat besi tidak dapat dipenuhi dari intake makanan, maka wanita hamil dianjurkan untuk mengonsumsi tablet besi selama kehamilan. Preparat tablet besi yang biasa digunakan adalah  fero sulfat, fero glukonat  atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat meningkatkan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.  Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis (pencegahan) anemia.

Dengan intake makanan yang bergizi baik dan seimbang dan mengonsumsi makanan – makanan tambahan yang mengandung banyak mikronutrien yang dibutuhkan, serta mengonsumsi tablet besi secara teratur, maka diharapkan angka prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia dapat menurun, begitu pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi

http://www.pnccenter.co.id/index.php/id/read/2/anemia-pada-kehamilan-akibat-kekurangan-zat-besi.html (Selasa, 16 des 2014) 21.20wib

Page 4: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

Pengertian dan KlasifikasiAnemia Pada Ibu HamilAnemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Diketahui bahwa hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawah ke jaringan. Disamping oksigen, hemoglobin juga membawa karbondioksida membentuk ikatan karbonmonoksi haemoglobin yang juga berperan dalam keseimbangan pH darah (WHO, 2002)

Anemia selama kehamilan tidak hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Negara berkembang, tetapi juga merupakan masalah yang signifikan di negara maju. Sesuai laporan WHO (1992), 55-60% wanita hamil di negara berkembang menderita anemia, sedangkan di negara maju hanya sekitar 18% .

Menurut Fatmah (2007), anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Anemia terjadi pada wanita usia reproduksi terutama wanita hamil dan menyusui karena banyak yang mengalami defisiensi zat besi. Secara keseluruhan anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju, seperti di Amerika, 2% Wanita Usia Subur (WUS) (15 – 49 tahun) dan 11% wanita hamil mengalami anemia. Bahkan menurut Crawley (2004), anemia masih menjadi masalah kesehatan yang paling sulit diatasi pada negara-negara endemik malaria di Afrika. Lebih dari setengah wanita hamil dan anak-anak di bawah usia 5 tahun menderita anemia.

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin. Kriteria anemia menurut WHO (2002) adalah sebagai berikut:

Page 5: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

Laki-laki dewasa    : Hb <13 gr%/dl

Wanita dewasa    : Hb <12 gr%/dl

Wanita hamil    : Hb <11 gr%/dl

Anak usia 6 – 14 tahun    : Hb <12 gr%/dl

Anak usia 6 bulan – 6 tahun    : Hb <12 gr%/dl

Sedangkan derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin antara lain :

Ringan sekali    : Hb 10 gr%/dl – Batas normal

Ringan    : Hb 8 gr%/dl – 9,9 gr%/dl

Sedang    : Hb 6 gr%/dl – 7,9 gr%/dl

Berat    : Hb < 6 gr%/dl

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu faktor dari kehamilan risiko tinggi. Anemia pada kehamilan merupakan penyebab potensial morbiditas dan mortalitas ibu dan anak yang memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, Selain itu juga berpengaruh kurang baik bagi hasil konsepsi, seperti kematian janin, kematian neonatal, prematuritas, cacat bawaan, kurang cadangan zat besi dan BBLR (Belgnaoui & Belahsen, 2006).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa secara nasionalprevalensi anemia ibu hamil masih cukup tinggi yaitu sebesar 51,3%. Penyebab anemia yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia akibat kekurangan zat besi baik karena masukan melalui makanan yang masih kurang maupun karena kebutuhan yang meningkat, serta kurangnya konsumsi pemacu penyerapan zat besi seperti protein hewan dan vitamin C.

Menurut Oboro et al (2002), anemia dapat berperan sebagai faktor pokok yang menyebabkan seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal karena salah satu dari lima penyebab utama kematian maternal, yaitu perdarahan, sepsis, eklampsia, aborsi, dan partus macet. Maka tidak berlebihan jika Brabin et al ( 2001), berpendapat bahwa salah satu

Page 6: Anemia_Pada_Kehamilan_Akibat_Kekurangan.docx

komponen kunci dari safe motherhood adalah pemberantasan anemia selama kehamilan

Refference, antara lain : •  Belgnaoui, S & Belahsen, R. 2006. Nutrien intake and food consumption among pregnant women from an agricultural region of Marocco. International Journal of Food Sciences and Nutrition; •    Fatmah. 2007. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, PT Raja Grafindo Persada.•   Oboro, V.O., et. al. 2002, Prevalence and and risk factors for anaemia in pregnancy in South Southern Nigeria. J. Obstet. Gynaecol., •    WHO. (2002) Nutrition in adolescent-issues and challenges for the health sector: Issues in adolescent health and development,

http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/anemia-pada-bumil.html (Selasa, 16 des)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=176278&val=308&title=PEMBERIAN%20ZAT%20BESI%20(Fe)%20DALAM%20KEHAMILAN

https://books.google.co.id/books?id=1ki_J-WJb9wC&pg=PA282&lpg=PA282&dq=buku+mengenai+zat+besi&source=bl&ots=V8fMzFKiFG&sig=X3L5EDvXmoD4VXSErwTEgX4k4dk&hl=en&sa=X&ei=UEiQVKytFc21uQTliIHYAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=buku%20mengenai%20zat%20besi&f=false