analisis sebaran guru dikdasmen di wilayah 3...

103
ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 T (TERLUAR, TERDEPAN DAN TERTINGGAL) TINJAUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016

Upload: voliem

Post on 06-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN

DI WILAYAH 3 T (TERLUAR, TERDEPAN DAN TERTINGGAL)

TINJAUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2016

Page 2: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN

DI WILAYAH 3 T (TERLUAR, TERDEPAN DAN TERTINGGAL)

TINJAUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2016

Page 3: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T ii

KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kemendikbud, Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T

(Tinjauan Sekolah Menengah Pertama) Tahun 2016 Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data. – Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2016

vii, 95 hal, bbl, ilus, 23 cm

1. ANALISIS 2. GURU 3. SEBARAN 4. DIKDASMEN 5. WILAYAH 3T

Pengarah: Bastari Nara Sumber: Siti Sofiah Penulis: Handoko Arwi Hasthoro Nanik Ambarwati Pengolah Data: Wahono Penyunting: Sudarwati Desain Sampul: Abdul Hakim

© PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, 2016

Page 4: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T iii

KATA PENGANTAR

Buku Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T, Tinjauan Sekolah Menengah Pertama Tahun 2016 ini merupakan publikasi Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Buku ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para pengambil keputusan dan penyusun kebijakan dalam memperoleh informasi tentang sebaran guru SMP di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut, PDSPK, Kemendikbud telah menyiapkan buku ini dengan sumber data utama adalah Data Pokok Pendidikan Tahun 2016. Dengan menggunakan sumber data tersebut maka dapat disajikan analisis sebaran guru sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah 3T, sarana prasarana dan mutu siswa.

Buku ini mencoba mengulas dan menggambarkan kondisi keadaan pendidikan dan sebaran guru di wilayah 3T dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Data yang berhasil digali dari berbagai sumber diharapkan menjadi rujukan yang bisa dipercaya sehingga hasil analisis dalam tulisan ini dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan tertentu di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada tim penyusun buku ini sehingga publikasi ini dapat terwujud. Saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan terbitan berikutnya.

Kepala,

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan,

Dr. Ir. Bastari, MA NIP 19660730 1990011001

Page 5: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. . iii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...... iv DAFTAR TABEL…………………………………………………………………........ v DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………… vi BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 5 C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….... 5 D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… 6 A. Standar Nasional Pendidikan tentang Standar

Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Permendikbud no. 23 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar …………………………. 6

B. UU Guru dan Dosen …………………………………………………….. 11 C. Kriteria Wilayah 3T …………..……………………………………….... 14 D. Metodologi …………………………………………………………………. 18

BAB III HASIL DAN BAHASAN……………………………………………........ 19 A. Gambaran Umum Keadaan SMP di Wilayah 3T …………… 19 B. Wilayah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal) …………... 21 C. Gambaran Keadaan SMP di Wilayah 3T …..…....……………. 25 D. Gambaran Kepala Sekolah dan Guru di Wilayah 3T ……. . 87

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………….... . 92 A. Simpulan ……………………………………………………………........... 92 B. Rekomendasi ……………………………………………………….......... 92

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….............. 94

Page 6: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T v

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Gambaran Umum SMP Wilayah Terluar ………………... 22 Tabel 2. Gambaran Umum SMP Wilayah Terdepan .……………. 23 Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..…………… … 20 Tabel 4. Gambaran Keadaan Kepala Sekolah di Wilayah 3T …………………………………………………………… … 89 Tabel 5. Gambaran Keadaan Guru di Wilayah 3T ………………… 90 Tabel 6. Gambaran Keadaan Kepala Sekolah dan Guru di Wilayah 3T ……………………………………….……………... … 91

Page 7: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Terluar ..................... 26 Grafik 2 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Terdepan .................. 27 Grafik 3 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Tertinggal ................. 28 Grafik 4 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terluar ... 31 Grafik 5 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terdepan ………………………………………………………………… 32 Grafik 6 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Tertinggal ..................................................................... 34 Grafik 7 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terluar ………………………………………………………. 37 Grafik 8 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terdepan …………………………………………………… 38 Grafik 9 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Tertinggal ....................................................... 40 Grafik 10 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terluar ………… 42 Grafik 11 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terdepan …….. 43 Grafik 12 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Tertinggal ……. 45 Grafik 13 Rasio Siswa per Rombel (R-S/Rb) Wilayah Terluar …… 48 Grafik 14 Rasio Siswa per Rombel (R-S/Rb) Wilayah Terdepan .. 49 Grafik 15 Rasio Siswa per Rombel (R-S/Rb) Wilayah Tertinggal .. 50 Grafik 16 Angka Mengulang (AU) Wilayah Terluar ……….…………. 52 Grafik 17 Angka Mengulang (AU) Wilayah Terdepan ……………… 53 Grafik 18 Angka Mengulang (AU) Wilayah Tertinggal …………….. 55 Grafik 19 Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terluar ……………. 57 Grafik 20 Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terdepan ………… 58 Grafik 21 Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Tertinggal ……….. 60 Grafik 22 Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terluar ............ 62 Grafik 23 Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terdepan …….. 63 Grafik 24 Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Tertinggal …… . 65 Grafik 25 Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terluar .......... 67 Grafik 26 Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terdepan ..... 68

Page 8: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T vii

Grafik 27 Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Tertinggal ….. 70 Grafik 28 Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Terluar ........................................... 73 Grafik 29 Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Terdepan ....................................... 74 Grafik 30 Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Teringgal ........................................ 75 Grafik 31 Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terluar .......................................................................... 77 Grafik 32 Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terdepan ...................................................................... 78 Grafik 33 Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Tertinggal ..................................................................... 82 Grafik 34 Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terluar .......................................................................... 82 Grafik 35 Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terdepan ...................................................................... 83 Grafik 36 Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Tertinggal ..................................................................... 85

Page 9: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 salah satunya adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud merupakan kecerdasan yang didapat dari proses pendidikan. Pondasi dari proses tersebut tentu saja adalah pendidikan dasar. Seperti yang pernah dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1994 bahwa wajib belajar selama 9 (sembilan) tahun yang setidaknya mencakup keseluruhan pendidikan pada tingkat dasar. Hal ini berarti setiap warga negara mempunyai kewajiban dan kesempatan untuk, paling tidak, menempuh pendidikan dasar.

Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya, dimana seluruh lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan dan kesempatan melaksanakan perannya dalam proses pembangunan. Tanggungjawab pembangunan merupakan tanggungjawab bersama pemerintah beserta masyarakat untuk menuju kesejahteraan sosial. Dalam sudut pandang pembangunan manusia, jika kita sungguh-sungguh ingin membangun bangsa, maka idealnya pembangunan bangsa ini berpangkal pada pengarusutamaan proses penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan harus menjadi prioritas dalam strategi pembangunan nasional dan menjadikannya sebagai alat utama dalam membangun bangsa. Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan peradaban masyarakat bangsa tertentu. Perkembangan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan budaya. Kemudian landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan. Pendidikan dalam suatu negara akan berjalan dengan baik tergantung pada pandangan terhadap landasan filosofis pendidikan yang digunakan dan akan menjadi dasar bagi landasan-landasan lainnya.

Page 10: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 2

Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo telah dicetuskan program kerja yang merupakan harapan-harapan pemerintah yang tertuang dalam Nawacita. Nawacita adalah Sembilan program yang diharapkan agar Bangsa Indonesia lebih mandiri, khususnya mandiri dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya agar tidak mudah didikte oleh bangsa lain. Ada 2 (dua) poin dalam Nawacita yang terkait langsung dengan bidang pendidikan, yaitu: poin ke-5 yang menyatakan akan meningkatkan kualitas pendidikan dan poin ke-8 yang menyatakan akan melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional.

Pendidikan merupakan hal yang wajib untuk diusahakan baik secara pribadi maupun kelembagaan dan kenegaraan. Kajian pendidikan yang perlu dikembangkan tersebut tentunya baik secara teoritis, praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya suatu landasan bagi dunia pendidikan yang dapat mempertahankan esensi dari pendidikan tersebut. Perkembangan dalam dunia pendidikan terinspirasi oleh adanya tuntutan humanisasi dan tuntutan kebutuhan atas suatu peradaban manusia. Jika suatu negara membangun pendidikan berlandaskan pada kebutuhan manusia, maka kesadaran itu akan lebih cepat muncul sebagai solusi terhadap kesenjangan dunia pendidikan yang ada.

Fungsi pendidikan dalam pembangunan nasional sangat penting dan memegang peran yang sangat vital. Menurut Hasan Lagulung, fungsi pendidikan ada 3, yaitu: Pertama, menyiapkan generasi muda untuk memiliki kemampuan agar bisa memegang peranan-peranan pada masa yang akan datang di tengah kehidupan bermasyarakat. Kedua, memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan-peranan diatas dari generasi tua ke generasi muda. Ketiga, memindahkan nilai-nilai dari generasi tua ke generasi muda dengan tujuan agar keutuhan dan kesatuan masyarakat terpelihara, sebagai syarat berlangsungnya kehidupan suatu masyarakat dan juga peradaban. Selain itu pendidikan juga berfungsi sebagai alat untuk pengembangan kepribadian dan proses integrasi sosial. Pendidikan merupakan proses yang sangat penting

Page 11: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 3

dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan harus terus berjalan demi keberlangsungan kehidupan manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan ada perpindahan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai.

Mengingat pendidikan memegang peranan yang penting dalam proses pembangunan nasional maka tenaga pendidik (guru) juga memegang peran yang tidak kalah penting. Peran guru dalam pendidikan akan sangat menentukan seberapa efektif dan efisien proses belajar mengajar yang diselenggarakan. Menurut Syamsuddin (2003) peran guru yang ideal adalah: Pertama, sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan. Kedua, sebagai inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan. Ketiga, sebagai transmitor (penerus) sistem nilai tersebut kepada peserta didik. Keempat, sebagai transformator (penerjemah) sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik. Kelima, sebagai organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara formal maupun moral. Dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher consule), dimana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, analisa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya harus membantu pemecahannya. Peran yang begitu penting dan banyak menjadikan masalah tersendiri bagi pemerintah, tidak hanya dalam meningkatkan kualitas guru tapi juga kuantitas guru terutama dalam masalah sebaran guru yang bisa menjangkau seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Renstra Kemendikbud RI) menunjukkan bahwa tema pembangunan pendidikan tahun 2015-2019 adalah daya saing regional. Hal ini terkait dengan dimulainya era masyarakat ekonomi ASEAN, yang mana pendidikan merupakan salah satu sektor yang akan berkompetisi dengan negara-negara anggota ASEAN untuk masuk dalam dunia kerja ke masing-masing negara anggota tersebut. Renstra tersebut juga menyatakan beberapa paradigma pendidikan seperti (diantaranya) pendidikan untuk semua,

Page 12: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 4

pendidikan sepanjang hayat, dan pendidikan sebagai suatu gerakan. Hal ini mempunyai makna bahwa Kemendikbud RI menginginkan akses pendidikan harus bisa dinikmati semua anak bangsa di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada sejumlah permasalahan dalam mewujudkan paradigma pendidikan tersebut yang dihadapi oleh Kemendikbud RI, seperti peran pelaku pembangunan pendidikan yang belum optimal, pelaksanaan wajar pendidikan 12 tahun yang berkualitas tetapi belum maksimal, peningkatan manajemen guru yang belum maksimal, dan pengentasan keniraksaraan yang belum merata. Kemendikbud RI kemudian melakukan rencana-rencana untuk mengatasi permasalahan tersebut yang diintegrasikan dengan program Nawacita. Hal tersebut salah satunya tertuang dalam Misi Kemendikbud RI No 2 yaitu Mewujudkan akses yang merata, meluas, dan berkeadilan yang berupa mengoptimalkan capaian wajib belajar 12 tahun, meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang termasuk dalam kategori wilayah 3T perlu mendapat perhatian yang lebih serius dalam pembangunan pendidikan. Kemendikbud RI merespon hal ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2012 Tentang Kriteria Daerah Khusus dan Pemberian Tunjangan Khusus Bagi Guru, dengan beberapa poin penting tertuang pada Pasal 1: Yang dimaksud dengan daerah khusus dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini adalah: a) daerah yang terpencil atau terbelakang, b) daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, c) daerah perbatasan dengan negara lain, d) daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain dan/atau dan e) pulau kecil terluar. Pasal 3: Penetapan daerah khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan dasar pemberian tunjangan khusus bagi guru yang bertugas di daerah khusus.

Page 13: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 5

Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T, adalah Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Program ini meliputi (1) Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dengan Kewenangan Tambahan (PPGT), (2) Program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM-3T), (3) Program Kuliah Kerja Nyata di daerah 3T dan PPGT (KKN-3T PPGT), (4) Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi Kolaboratif (PPGT Kolaboratif), (5) Program S-1 Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan (S-1 KKT). Program-program tersebut merupakan jawaban untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di daerah 3T, membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama masalah kekurangan tenaga pendidik. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji yaitu “Bagaimanakah kondisi pendidikan dan kebutuhan tenaga pengajar/pendidik (guru) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah 3T?”. C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi pendidikan dan sebaran tenaga pengajar/pendidik (guru) SMP di wilayah 3T sebagai bahan acuan penyusunan kebijakan.

D. Ruang Lingkup

Analisis ini hanya untuk wilayah 3T pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Page 14: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka sebagai kerangka

acuan utama dalam penyusunan tulisan. Tinjauan pustaka terdiri dari pedoman dan peraturan-peraturan tentang pendidikan yang terkait dengan guru dan permasalahan yang ada didalamnya.

A. Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan serta Permendikbud no. 23 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar

Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Ada 8 (delapan) standar dalam Standar Nasional Pendidikan, yang salah satunya adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dalam Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan disebutkan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Tenaga pengajar/pendidik (guru) merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam belajar. Bila guru dapat melakukan pembelajaran yang profesional, misalnya menyenangkan,

Page 15: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 7

memudahkan, mampu menumbuhkan aktivitas dan kreativitas siswa, serta membelajarkan siswa, maka siswa akan memiliki minat yang tinggi terhadap proses pembelajaran. Guru kurang profesional, menyajikan materi pelajaran berpusat pada dirinya, menyebabkan siswa sulit memahami, otoriter dan akhirnya membuat siswa malas belajar, maka siswa akan kehilangan minatnya terhadap proses pembelajaran.

Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Berdasar pada asas profesionalisme, guru dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yakni guru yang profesional (walau dia tidak tersertifikasi) dan guru yang belum profesional (termasuk yang tersertifikasi).

Tujuan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarksan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Indonesia merdeka 64 tahun dan 100 tahun kebangkitan nasional, pendidikan yang diharapkan tidak tercapai.

Tugas pembangunan pendidikan tentu saja tidak hanya oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah kabupaten/kota, juga ikut bertanggungjawab atas terselenggaranya pembangunan pendidikan di daerah. Dalam persaingan global bidang pendidikan terus diupayakan agar peserta didik mendapatkan kualitas pembelajaran yang setara dengan negara lainnya. Indikator-indikator perkembangan kualitas pendidikan harus senantiasa dicermati dan diperhatikan dengan baik. Laporan Indeks

Page 16: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 8

Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Program Pembangunan (UNDP) baru-baru ini menyatakan Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen. Direktur UNDP Indonesia Christophe Bahuet (2015) mengatakan ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur IPM Indonesia tahun 2014, yakni angka harapan hidup sebesar 68,9, harapan tahun bersekolah 13,0, rata-rata waktu sekolah yang sudah dijalani oleh orang berusia 25 tahun keatas sebesar 7,6 dan pendapatan nasional bruto per kapita 9.788.

Pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan harus dikelola dengan baik agar kualitas peserta didik meningkat dan berkontribusi positif terhadap pembangunan nasional. Pengelolaan pendidikan merupakan pengaturan kewenangan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengelolaan pendidikan ditujukan untuk menjamin akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata, terjangkau, bermutu, berdaya saing, efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam proses pembangunan sebagai usaha pengembangan martabat manusia pendidikan tidak berdiri sendiri. Pendidikan akan bermakna jika merupakan bagian dari usaha terpadu untuk meningkatkan martabat manusia. Pendidikan selain berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa juga untuk meningkatkan produktivitas perorangan dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan merupakan bagian dari usaha terpadu atau salah satu faktor penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan, dan memperluas peluang kerja. Kemendikbud RI dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang

Page 17: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 9

Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Isi dari peraturan tersebut adalah sebagai berikut: Ketentuan Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: (1) Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM

pendidikan merupakan kewenangan kabupaten/kota. (2) Penyelenggaraan pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi: a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota :

1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 6 km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil;

2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis;

3. Setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4. Setiap SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru;

5. Setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;

6. Setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

7. Setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-

Page 18: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 10

masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

8. Setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

10. Setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

11. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan

12. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

b). Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan:

1. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik;

2. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi;

3. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan;

4. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

a) Kelas I – II : 18 jam per minggu; b) Kelas III : 24 jam per minggu; c) Kelas IV - VI : 27 jam per minggu; atau d) Kelas VII - IX : 27 jam per minggu;

Page 19: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 11

5. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

6. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya;

7. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

8. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

9. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik;

10. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester; dan

11. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS).

Jadi, inti dari permendikbud tersebut adalah beberapa kewenangan pemerintah kabupaten/kota pada standar pelayanan minimal pendidikan dasar mulai dari penyediaan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik dan kependidikan. Selain itu, kepala daerah pemerintah kabupaten/kota wajib memberi laporan ke berbagai pejabat diatasnya sebagai dasar pelaksanaan evaluasi.

B. UU Guru dan Dosen

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan

Page 20: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 12

relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005, yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar prinsip: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memliki jaminan perlindungan hukum dalam menjalankan tugas keprofesionalan; dan (j) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan. Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

Page 21: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 13

keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Dalam menjalankan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam proses pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama, dan etika, dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan pembiayaan kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Guru memiliki peran strategis dalam memperkukuh ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan dasar dan

Page 22: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 14

menengah yang diselenggarakan pemerintah. Kewajiban tersebut tidak hanya oleh pemerintah pusat tetapi juga kewajiban pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya. Selain itu, penyelenggara satuan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi guru tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.

Pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara obyektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundangan. Daerah khusus bisa mendapatkan guru yang diangkat oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pada pasal 29 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa setiap guru yang diangkat wajib menandatangani pernyataan ditugaskan di daerah khusus paling sedikit selama 2 (dua) tahun. Guru yang ditugaskan di daerah khusus tersebut memperoleh hak yang meliputi kenaikan pangkat rutin secara otomatis, kenaikan pangkat istimewa sebanyak 1 (satu) kali, dan perlindungan dalam pelaksanaan tugas.

C. Kriteria Wilayah 3T

Pengertian daerah tertinggal didefinisikan berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek alam, aspek manusianya, maupun prasarana pendukungnya). Kriteria penentuan wilayah tertinggal dengan menggunakan pendekatan perhitungan 6 (enam) kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik daerah. Kebijakan dan strategi pembangunan daerah tertinggal, ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi daerah tertinggal secara umum berupa pemihakan, percepatan, dan pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah. Program prioritas yang harus dilaksanakan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah, meliputi: pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, pengembangan daerah perbatasan pemutusan keterisolasian, penanganan komunitas adat terpencil (KAT), pengembangan daerah perbatasan, pengembangan prasarana dan sarana, serta pencegahan dan rehabilitasi bencana. Sumber-

Page 23: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 15

sumber pendanaan pembangunan daerah tertinggal berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Swasta dan Masyarakat, serta Dana Penerimaan Lainnya yang sah.

Dokumen Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal ini bersifat umum dan diarahkan kepada para pemegang kebijakan baik di pusat maupun di daerah agar dapat mempercepat pembangunan daerah tertinggal di wilayah yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan karakteristik masing-masing sehingga mampu memberi pengaruh yang nyata terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya secara berkelanjutan. Pada pendidikan dasar sudah sepatutnya memiliki perhatian khusus dari pemerintah mengenai segi pengadaan kurikulum untuk pendidikan dasar tersebut. Sebagai timbal balik yang normal proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang ada dalan pendidikan dasar harus steril dari jamahan masyarakat. Dalam Undang-Undang 50 mengenai pendidikan dasar disebutkan bahwa: Pendidikan dasar merupakan pendidikan rendah, yang disini definisinya sangat jelas bahwa pendidikan dasar merupakan level untuk menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah tubuh dan naluri. Pada hakikatnya satuan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar kemampuan seperti kemampuan kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Agar terlaksananya tujuan dengan baik serta agar tercapainya tujuan pendidikan nasional dengan memuaskan disinilah dituntut peran dari guru untuk proses pembelajaran serta pengajaran agar siswa memiliki keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2012 Tentang Kriteria Daerah Khusus dan Pemberian Tunjangan Khusus Bagi Guru, yang dimaksud dengan daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana (alam dan sosial) dan daerah yang berada dalam keadaan darurat, dan atau daerah pulau kecil terluar. Kriteria daerah yang

Page 24: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 16

terpencil atau terbelakang adalah di mana akses transportasi sulit dijangkau dan mahal disebabkan oleh tidak tersedianya jalan raya, tergantung pada jadwal tertentu, tergantung pada cuaca, satu-satunya akses dengan jalan kaki, memiliki hambatan dan tantangan alam yang besar. Daerah tersebut tidak tersedia dan atau sangat terbatasnya layanan fasilitas umum, fasilitas pendidikan, fasilitas listrik, fasilitas kesehatan, fasilitas informasi dan komunikasi, dan sarana air bersih. Pada daerah itu juga harga-harga tinggi dan sulitnya ketersediaan bahan pangan, sandang, dan papan atau perumahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Perencanaan pembangunan yang dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan hasil kepada para pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhannya, seharusnya memasukkan faktor bentang alam dan karakter sosial budaya masyarakat sebagai bagian dari masukan perencanaan (Li & Scullion, 2006 dalam BAPPENAS 2014). Penelitian yang mereka lakukan di Cina menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan hasil pembangunan pada wilayah perbatasan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan bentang alam antara satu wilayah dengan wilayah lain. Perbedaan yang tidak menjadi pertimbangan dalam menyusun perencanaan menyebabkan melebarnya perbedaan hasil pembangunan. Pada wilayah yang “mudah” dibangun dan kaya akan sumber daya alam, hasil pembangunan dapat dimaksimalkan. Sementara wilayah yang “sulit” dan terbatas sumber daya alamnya membutuhkan pengetahuan dari pemerintah maupun pemangku kepentingan yang lain, untuk lebih aktif meningkatkan kapasitas institusinya dan mengelola pengetahuan akan wilayahnya, dengan lebih baik.

Hal lain yang menjadi temuan dari Li & Scullion (2006, dalam BAPPENAS 2014) adalah dibutuhkannya beberapa lapis platform pengetahuan untuk mengelola wilayah perbatasan. Pemerintah maupun para pelaku kegiatan ekonomi (terutama) di wilayah perbatasan juga harus menguasai konsep wilayah perbatasan. Keterbatasan pengetahuan akan konsep ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat menyurutkan kualitas pembangunan di wilayah tersebut. Faktor geografis dan potensi fisiknya merupakan hal yang harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan yang dikuasai negara yang berbeda

Page 25: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 17

dan memiliki potensi yang berbeda mendorong terjadinya kesenjangan. Karena itu penguasaan akan potensi dan kondisi geografis menjadi kunci kesetaraan dalam pembangunan wilayah perbatasan. Kondisi fisik ruang muka bumi dan jarak juga menjadi kunci keberhasilan. Jarak pusat permukiman yang terbentang jauh antar dua negara, berbeda dampaknya dengan permukiman yang berjarak dekat. Kedekatan jarak menjadi pendorong munculnya berbagai kegiatan ekonomi dan berjalannya kegiatan perdagangan. Hal ini memunculkan bias kewarganegaraan karena sesungguhnya para pemukim tersebut dapat berasal dari satu suku bangsa, bahkan dapat juga mereka bersaudara.

Tantangan untuk mewujudkan pemerataan dan keterpaduan pembangunan dalam suatu wilayah juga berkaitan dengan perlunya koordinasi kebijakan pembangunan nasional maupun kekuatan/ kemauan politik (political will) yang terstruktur. Seperti diketahui bahwa, ketimpangan wilayah seringkali memberikan “kerugian” yang lebih besar bagi negara. Pembelajaran kasus di kawasan perbatasan negara (di klaimnya Sipadan-Ligitan) oleh negara lain (Malaysia), serta konflik horisontal, merupakan beberapa contoh mengapa pemerataan pembangunan wilayah menjadi tujuan pembangunan. Pemerataan pembangunan juga merupakan bagian dari kewajiban negara dan hak dasar masyarakat sebagaimana amanat undang-undang dasar 1945. Dengan memperhatikan tujuan pembangunan nasional dan berbagai tantangan tersebut, pembangunan berdimensi spasial atau wilayah menjadi penting, relevan dan mendesak dalam menjamin pembangunan secara merata ke seluruh wilayah. Pendekatan wilayah menegaskan perlunya pengembangan suatu kebijakan yang spesifik (affirmative policy) untuk membangun wilayah tertinggal dan perbatasan, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, serta kawasan rawan bencana sebagai landasan utama dalam pengembangan wilayah, maupun bencana sebagai pengarusutamaan (mainstream) pembangunan.

Regionalisasi dalam pengembangan wilayah nasional dalam RPJMN 2010-2014 mengacu pada keserasian dan keseimbangan pembangunan ekonomi wilayah dengan kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan kelestarian lingkungan, sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

Page 26: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 18

development). Dalam konteks pembangunan Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal (KKDT), maka tujuan utama pembangunan yaitu untuk mengurangi ketimpangan wilayah antar Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), Daerah Tertinggal dengan daerah Non Tertinggal, Kawasan Perbatasan Negara dengan wilayah negara tetangga. Kawasan rawan bencana maupun tata ruang seyogyanya menjadi landasan utama dalam konteks keterpaduan pembangunan mengurangi potensi resiko bencana, konflik kepentingan, pembangunan lintas wilayah dan lintas sektoral, yang pada akhirnya akan memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tantangan untuk mengurangi ketimpangan wilayah di Indonesia, bukan suatu hal yang mudah. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, pembangunan cenderung mengarah di wilayah Jawa maupun Sumatera. Sementara wilayah Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua tetap tertinggal dalam pembangunan (BAPPENAS 2014).

D. Metodologi

Data yang digunakan dalam studi ini adalah data pokok pendidikan (Dapodik) bersumber dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Data dianalisa mengunakan teknik analisis data statistik deskriptif untuk menggambarkan keadaan pendidikan dan analisis rasio untuk mengetahui sebaran guru untuk melayani siswa di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal. Standar untuk menilai kecukupan guru adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Analisa rasio merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam pos data dengan pos data lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Analisis lain yang digunakan adalah menghitung persentase keadaan guru berdasar masing-masing wilayah sesuai dengan peraturan Mendikbud No 23 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Page 27: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 19

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Keadaan SMP di Wilayah 3T

Wilayah 3T merupakan wilayah yang sebagian besar infrastruktur belum memadai sehingga tidak banyak orang yang bersedia ditempatkan pada daerah tersebut. Banyak problem yang menyelimuti pelaksanaan pendidikan di wilayah yang masuk kategori terluar, terdepan dan tertinggal. Permasalahan di dalam dunia pendidikan di daerah terpencil telah lama kita sadari. Namun dengan dalih keterbatasan pembiayaan dan berbagai peraturan berlaku selalu dijadikan alasan untuk menunda pemecahan masalah tersebut. Sebagai ilustrasi betapa sulitnya menempatkan tenaga guru di daerah-dareh tersebut. Demikian pula sulitnya membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi atau langkanya alat-alat bantu proses belajar mengajar. Begitu pula tuntutan sistem pendidikan yang standar mengenai jenjang pendidikan serta kurikulum nasional menghambat daerah terpencil untuk mengejar ketertinggalan. Sedikit bernapas lega pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang pemberian tunjangan guru di daerah khusus ( Undang-Undang Guru dan Dosen: pasal 18).

Langkah diatas saja tidak cukup, artinya diperlukan pendekatan baru dalam menangani pendidikan didaerah terpencil ini. Diperlukan berbagai terobosan atau penanganan khusus tentu dalam rangka menuju sistem pendidikan nasional. Setiap terobosan memiliki arah yang jelas dan berakhir apabila tujuan utamanya tercapai. Tujuan utama pendidikan di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan dalam jangka pendek dan jangka menengah ialah mengangkat martabat manusia yang lebih layak, sehingga dapat ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan dengan cara pengadaan dan penempatan guru.

Jumlah guru yang kurang bukan satu-satunya masalah yang dihadapi masyarakat dan pemerintah di daerah tersebut, kualitas guru pun juga merupakan masalah yang penting. Apakah siswa bisa mempelajari sesuatu bila cara guru mengajar hanya masuk dalam kelas, membuka buku dan membacanya dengan keras? Pertanyaan ini berkecamuk di benak ribuan siswa dan orang tua siswa yang

Page 28: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 20

berada di desa-desa kecil yang tersebar di seluruh Indonesia, dimana para guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama umumnya masuk ke dalam kelas dan “mengajar” dari buku tanpa membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Para pemerhati pendidikan melihat bahwa kondisi guru-guru yang “kurang bersemangat saat mengajar” disebabkan pada ketidaktahuan para guru untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanan Pembelajaran yang baik.

Meski kualitas guru adalah hal yang penting, sebaran guru di wilayah atau daerah 3T juga merupakan persoalan yang penting. Jumlah guru yang kurang di wilayah atau daerah 3T sebenarnya hanya di wilayah tertentu saja, sedangkan di wilayah 3T lainnya jumlah guru cukup memadai. Jadi, persoalan yang sangat penting untuk dipecahkan adalah sebaran atau distribusi guru. Berkaitan dengan manajemen guru, perlu perhatian khusus untuk beberapa hal yang sangat esensial, seperti termuat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005. Pertama, pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan. Kedua, pemerintah propinsi wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar negeri dan pendidikan khusus negeri sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP) di wilayah kewenangannya masing-masing. Ketiga, pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru PNS, baik jumlah, kualifikasi, kompetensi maupun pemerataannya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar negeri dan pendidikan anak usia dini jalur formal sesuai dengan SNP di wilayah kewenangannya masing-masing. Keempat, penyelenggara satuan pendidikan atau satuan pendidikan dasar, menengah, atau anak usia dini jalur formal yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi kebutuhan guru tetap, baik jumlah, kualifikasi, maupun kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan formal sesuai dengan SNP.

Hal ini jika diikuti secara konsisten oleh pihak-pihak yang terkait, masalah manajemen guru akan dapat dipecahkan. Tentu saja hal itu harus ditunjang oleh sistem pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara obyektif dan transparan. Pengadaan dan

Page 29: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 21

penempatan guru haruslah merupakan satu paket. Artinya tenaga guru untuk wilayah tersebut harus dipersiapkan dalam suatu program secara cermat, baik dalam jumlah maupun kualifikasi akademik maupun fisik dalam suatu program khusus. Tidak kalah pentingnya adalah sistem insentif yang menyertainya agar calon guru tersebut tertarik, dan apabila sudah bertugas merasa kerasan ditempat tugasnya. Selain tunjangan khusus perlu dikembangkan juga: a) Rotasi tugas dalam kabupaten sesudah mengabdi 3 tahun, b) Kenaikan pangkat istimewa setiap mengabdi selama 5 tahun ditempat yang sama di wilayah terpencil, c) Memperoleh beasiswa melanjutkan studi bagi yang menunjukkan prestasi yang inovatif serta kemampuan akademik, dan d) Memberikan perumahan yang layak di tempat tugas.

B. Wilayah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal)

Berdasarkan surat nomor: 2421/Dt.7.2/04/2015 tanggal 21 April 2015 yang ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), wilayah 3T (Terluar, Terdepan dan Tertinggal) dimaksud meliputi 26 provinsi, 142 kabupaten/kota, dengan rincian sebagai berikut: 1. Wilayah terluar yang terdapat di 9 provinsi dengan jumlah

kabupaten/kota sebanyak 20. 2. Wilayah terdepan yang terdapat di 8 provinsi dengan jumlah

kabupaten/kota sebanyak 23. 3. Wilayah tertinggal yang terdapat di 22 provinsi dengan jumlah

kabupaten/kota sebanyak 99.

1. Wilayah Terluar Berdasarkan tabel 1 ternyata untuk wilayah terluar terdapat di 9

provinsi, jumlah wilayah sebanyak 20 dengan rincian 16 kabupaten dan 4 kota. Provinsi Aceh terdapat 3 wilayah terluar yang terdiri dari 2 kabupaten dan 1 kota. Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 kabupaten wilayah terluar. Provinsi Riau terdapat 6 wilayah terluar yang terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota. Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Utara dan Papua terdapat 1 kabupaten wilayah terluar, Provinsi Sulawesi Utara terdapat 2 kabupaten wilayah terluar. Luas wilayah yang termasuk wilayah

Page 30: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 22

terluar sebesar 136.729,89 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.489.464 orang, jumlah sekolah sebanyak 1.234 sekolah, dengan jumlah kepala sekolah dan guru sebanyak 19.705 orang.

Tabel 1

Gambaran Umum SMP Wilayah Terluar

2. Wilayah Terdepan Berdasarkan tabel 2 ternyata untuk wilayah terdepan terdapat

di 8 provinsi dengan jumlah wilayah sebanyak 23 yang keseluruhan adalah kabupaten. Provinsi Kalimantan Barat terdapat 4 kabupaten wilayah terdepan, Kalimantan Timur terdapat 1 kabupaten, Kalimantan Utara terdapat 1 kabupaten, Maluku terdapat 3 kabupaten, Maluku Utara terdapat 1 kabupaten, Nusa Tenggara Timur terdapat 7 kabupaten, Papua terdapat 5 kabupaten, Papua Barat terdapat 1 kabupaten wilayah terdepan. Luas wilayah yang termasuk wilayah terdepan sebesar 231.223,33 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 997.410 orang, jumlah sekolah sebanyak 1.220 sekolah, dengan jumlah kepala sekolah dan guru sebanyak 16.750 orang.

1 Aceh Kab. Aceh Besar 2.969,00 73.120 70 64 1.398 1.462

Kota Sabang 153,00 8.012 9 9 248 257

2 Sumatera Utara Kab. Serdang Bedagai 1.900,22 140.142 84 64 1.439 1.503

3 R i a u Kab. Rokan Hilir 8.881,59 164.156 117 102 1.708 1.810

Kota Dumai 1.623,28 64.341 32 28 760 788

Kab. Bengkalis 6.975,41 141.274 97 84 1.857 1.941

Kab. Kepulauan Meranti 3.707,84 41.973 46 34 631 665

Kab. Pelalawan 12.758,45 80.431 65 54 1.022 1.076

Kab. Indragiri Hilir 12.614,78 161.120 133 99 1.561 1.660

4 Kepulauan Riau Kab. Karimun 912,75 55.621 50 34 721 755

Kota Batam 960,25 213.578 133 104 2.127 2.231

Kab. Bintan 1.318,21 36.620 30 20 482 502

Kab. Kepulauan Anambas 590,14 12.007 25 18 265 283

Kab. Natuna 2.009,04 19.304 21 18 311 329

5 Kalimantan Barat Kab. Sanggau 12.857,80 92.461 115 99 1.164 1.263

6 Kalimantan Timur Kab. Berau 21.240,00 47.591 46 39 769 808

7 Kalimantan Utara Kab. Malinau 42.620,70 17.922 29 28 418 446

8 Sulawesi Utara Kab. Kep. Sangihe 461,11 25.007 58 47 550 597

Kab. Kepulauan Talaud 1.240,40 17.056 41 30 509 539

9 Papua Kota Jayapura 935,92 77.728 33 28 762 790

136.729,89 1.489.464 1.234 1.003 18.702 19.705Jumlah

Luas Wilayah

(Km2)No. Provinsi Kabupaten/Kota Penduduk

Kepala

SekolahGuru

Ka. Sekolah +

Guru Sekolah

Page 31: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 23

Tabel 2 Gambaran Umum Wilayah Terdepan

3. Wilayah Tertinggal Berdasarkan tabel 3 ternyata untuk wilayah tertinggal terdapat

di 22 provinsi dengan jumlah wilayah sebanyak 99 yang keseluruhan adalah kabupaten. Provinsi Banten terdapat 2 kabupaten wilayah tertinggal. Provinsi Jawa Timur terdapat 4, provinsi Aceh terdapat 1 kabupaten, Sumatera Utara terdapat 4 kabupaten, Sumatera Barat terdapat 3 kabupaten, Sumatera Selatan terdapat 2 kabupaten, Gorontalo terdapat 2 kabupaten, Sulawesi Tengah terdapat 9 kabupaten wilayah tertinggal, Sulawesi Selatan terdapat 1 kabupaten, Sulawesi Barat terdapat 2 kabupaten, Sulawesi Tenggara terdapat 3 kabupaten, Maluku terdapat 5 kabupaten, Maluku Utara terdapat 5 kabupaten, Nusa Tenggara Barat terdapat 8 kabupaten, Nusa Tenggara Timur terdapat 11 kabupaten, Papua terdapat 21 kabupaten, Papua Barat terdapat 6 kabupaten wilayah tertinggal. Luas wilayah yang termasuk wilayah tertinggal sebesar 554.889,64 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 5.872.362 orang, jumlah sekolah sebanyak 5.754 sekolah, dengan jumlah kepala sekolah dan guru sebanyak 82.947 orang.

1 Kalimantan Barat Kab. Sambas 6.716,52 101.663 116 89 1.460 1.549

Kab. Bengkayang 5.075,48 50.991 75 58 808 866

Kab. Sintang 21.638,20 96.594 109 95 1.258 1.353

Kab. Kapuas Hulu 29.842,00 71.830 94 81 899 980

2 Kalimantan Timur Kab. Mahakam Ulu 15.315,00 21.749 13 11 186 197

3 Kalimantan Utara Kab. Nunukan 13.841,90 46.128 45 38 593 631

4 Maluku Kab. Maluku Tenggara Barat 4.465,79 28.115 58 49 712 761

Kab. Kepulauan Aru 8.152,42 29.168 35 28 348 376

Kab. Maluku Barat Daya 4.581,06 20.617 52 42 358 400

5 Maluku Utara Kab. Kepulauan Morotai 2.476,00 16.458 25 23 272 295

6 Nusa Tenggara Timur Kab. Kupang 5.434,76 70.869 133 87 1.822 1.909

Kab. Timor Tengah Utara 2.669,70 53.358 91 84 1.375 1.459

Kab. Belu 1.284,97 43.631 40 39 829 868

Kab. Alor 2.864,60 43.605 96 77 1.235 1.312

Kab. Rote-Ndao 1.280,00 28.370 35 29 590 619

Kab. Sabu Raijua 460,54 19.069 19 15 324 339

Kab. Malaka 1.160,63 40.603 58 52 1.054 1.106

7 Papua Kab. Merauke 44.071,00 102.245 51 49 734 783

Kab. Boven Digoel 27.108,00 41.565 13 11 208 219

Kab. Pegunungan Bintang 15.682,00 19.564 9 9 79 88

Kab. Keerom 8.390,00 23.675 12 11 212 223

Kab. Supiori 678,32 8.030 11 11 130 141

8 Papua Barat Kab. Raja Ampat 8.034,44 19.514 30 29 247 276

231.223,33 997.410 1.220 1.017 15.733 16.750

SekolahKepala

SekolahGuru

Ka. Sekolah +

Guru

Jumlah

No. Provinsi Kabupaten/KotaLuas Wilayah

(Km2)Penduduk

Page 32: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 24

Tabel 3 Gambaran Umum SMP Wilayah Tertinggal

1 Banten Kab. Pandeglang 2.746,89 321.558 140 115 2.356 2.471

Kab. Lebak 3.426,56 293.027 195 161 2.761 2.922

2 Jawa Timur Kab. Bondowoso 1.525,97 136.150 98 69 1.536 1.605

Kab. Situbondo 1.669,87 122.996 89 56 1.581 1.637

Kab. Bangkalan 1.001,44 231.029 206 163 2.437 2.600

Kab. Sampang 1.233,08 237.662 231 177 2.357 2.534

3 Aceh Kab. Aceh Singkil 2.185,00 31.307 36 30 544 574

4 Sumatera Utara Kab. Nias 1.842,51 39.376 49 39 631 670

Kab. Nias Selatan 1.825,20 88.425 128 98 1.660 1.758

Kab. Nias Utara 1.202,78 40.124 50 39 737 776

Kab. Nias Barat 473,73 24.800 38 27 532 559

5 Sumatera Barat Kab. Kepulauan Mentawai 6.011,35 22.402 24 20 373 393

Kab. Solok Selatan 3.346,20 37.786 38 34 591 625

Kab. Pasaman Barat 3.887,77 95.469 62 51 1.217 1.268

6 Sumatera Selatan Kab. Musi Rawas 6.350,10 81.102 64 47 1.211 1.258

Kab. Musi Rawas Utara 6.008,55 43.529 27 18 451 469

7 Bengkulu Kab. Seluma 2.400,44 40.643 46 39 635 674

8 Lampung Kab. Lampung Barat 2.142,78 67.763 55 45 886 931

Kab. Pesisir Barat 2.907,23 32.228 35 30 476 506

9 Kalimantan Barat Kab. Landak 8.915,10 87.014 98 73 1.143 1.216

Kab. Ketapang 31.240,74 111.873 126 101 1.309 1.410

Kab. Melawi 10.640,80 43.714 103 62 765 827

Kab. Kayong Utara 4.568,26 24.795 37 30 390 420

10 Kalimantan Tengah Kab. Seruyan 16.404,00 31.376 55 29 548 577

11 Kalimantan Selatan Kab. Hulu Sungai Utara 892,70 52.450 28 25 464 489

12 Gorontalo Kab. Boalemo 1.521,88 32.417 52 48 564 612

Kab. Pohuwato 4.244,31 32.912 40 36 469 505

Kab. Gorontalo Utara 1.676,15 28.672 46 33 559 592

13 Sulawesi Tengah Kab. Banggai Kepulauan 2.488,79 26.809 53 43 633 676

Kab. Donggala 4.275,08 69.632 91 78 1.026 1.104

Kab. ToliToli 4.079,77 51.781 63 48 683 731

Kab. Buol 4.043,57 36.488 60 47 543 590

Kab. Parigi Moutong 5.089,91 98.217 98 75 1.114 1.189

Kab. Tojo Una-Una 5.721,15 37.655 49 32 453 485

Kab. Sigi 5.196,02 50.849 62 43 798 841

Kab. Banggai Laut 725,67 16.018 35 29 370 399

Kab. Morowali Utara 10.004,28 24.300 42 31 459 490

14 Sulawesi Selatan Kab. Jeneponto 706,52 87.097 73 56 1.163 1.219

15 Sulawesi Barat Kab. Polewali Mandar 1.775,65 97.109 81 50 1.222 1.272

Kab. Mamuju Tengah 30.014,37 33.859 28 19 394 413

16 Sulawesi Tenggara Kab. Konawe 4.435,28 59.485 62 56 933 989

Kab. Bombana 3.001,00 33.931 55 51 629 680

Kab. Konawe Kepulauan 867,58 8.010 15 10 131 141

17 Maluku Kab. Maluku Tengah 7.953,81 102.386 130 114 1.988 2.102

Kab. Buru 4.932,32 32.183 49 43 588 631

Kab. Seram Bagian Barat 5.033,38 51.499 76 68 940 1.008

Kab. Seram Bagian Timur 6.429,88 32.297 49 40 471 511

Kab. Buru Selatan 3.780,56 19.274 36 32 356 388

18 Maluku Utara Kab. Halmahera Barat 1.704,20 26.693 62 54 531 585

Kab. Kepulauan Sula 3.304,32 28.526 51 44 515 559

Kab. Halmahera Selatan 8.148,90 59.642 103 86 900 986

Kab. Halmahera Timur 6.471,37 19.990 34 30 398 428

Kab. Pulau Taliabu 1.469,93 13.407 28 24 296 320

19 Nusa Tenggara Barat Kab. Lombok Barat 896,56 145.999 83 48 1.465 1.513

Kab. Lombok Tengah 1.095,03 201.026 144 95 2.397 2.492

Kab. Lombok Timur 1.230,76 279.496 199 119 3.301 3.420

Kab. Sumbawa 6.643,98 91.175 100 61 1.657 1.718

Kab. Dompu 2.391,54 67.018 57 35 1.525 1.560

Kab. Bima 3.405,63 121.973 124 99 3.471 3.570

Kab. Sumbawa Barat 1.849,02 25.928 32 26 613 639

Kab. Lombok Utara 776,25 45.355 33 16 535 551

20 Nusa Tenggara Timur Kab. Sumba Barat 2.183,18 38.033 35 30 622 652

Kab. Sumba Timur 7.000,50 66.454 74 68 1.008 1.076

Kab. Timor Tengah Selatan 3.947,00 122.669 139 129 1.841 1.970

Kab. Lembata 1.266,00 32.009 45 28 595 623

Kab. Ende 2.046,50 66.782 86 74 1.346 1.420

Kab. Manggarai 2.096,44 94.762 64 57 1.185 1.242

Kab. Manggarai Barat 2.397,03 77.463 79 71 1.164 1.235

Kab. Sumba Tengah 1.868,74 21.598 31 22 455 477

Kab. Sumba Barat Daya 1.480,46 110.160 76 53 1.135 1.188

Kab. Nagakeo 1.416,96 35.992 53 48 793 841

Kab. Manggarai Timur 2.642,93 75.536 125 100 1.576 1.676

21 Papua Kab. Jaya wijaya 7.030,66 49.069 29 23 342 365

Kab. Nabire 11.112,61 53.590 43 41 596 637

Kab. Kepulauan Yapen 2.050,00 36.083 27 24 332 356

Kab. Biak Numfor 2.602,00 49.783 51 48 523 571

Kab. Paniai 6.525,25 30.251 13 11 144 155

Kab. Puncak Jaya 4.989,51 10.648 7 7 66 73

Kab. Mappi 24.118,00 39.854 14 9 188 197

Kab. Asmat 31.983,69 29.794 13 11 161 172

Kab. Yahukimo 17.152,00 56.612 29 22 163 185

Kab. Tolikara 5.588,13 29.397 17 16 140 156

Kab. Sarmi 17.742,00 13.678 17 15 159 174

Kab. Waropen 10.977,09 9.950 14 11 169 180

Kab. Memberamo Raya 23.813,91 10.234 13 9 108 117

Kab. Nduga 2.168,00 7.527 7 5 57 62

Kab. Lanny Jaya 2.248,00 29.411 23 19 114 133

Kab. Membramo Tengah 1.275,00 8.048 8 6 61 67

Kab. Yalimo 1.253,00 15.669 15 15 111 126

Kab. Dogiyai 4.237,40 21.770 13 12 140 152

Kab. Intan Jaya 3.922,02 7.470 6 4 37 41

Kab. Deiyai 537,39 11.728 11 11 120 131

Kab. Puncak 8.055,00 7.777 4 4 51 55

22 Papua Barat Kab. Teluk Wondama 3.959,53 8.355 11 11 117 128

Kab. Teluk Bintuni 20.840,83 16.551 32 31 292 323

Kab. Sorong Selatan 6.594,31 14.145 16 14 226 240

Kab. Sorong 6.544,23 24.380 36 34 388 422

Kab. Tambrauw 11.529,18 4.838 13 13 97 110

Kab. Maybrat 5.461,69 6.586 12 12 129 141

554.889,64 5.872.362 5.754 4.515 78.432 82.947

Kepala

SekolahGuru

Ka. Sekolah +

Guru

Jumlah

No. Provinsi Kabupaten/KotaLuas Wilayah

(Km2)Penduduk Sekolah

Page 33: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 25

C. Gambaran Keadaan SMP di Wilayah 3T Pola sebaran guru SMP di wilayah 3T dianalisa berdasar data

yang tersedia dan dituangkan dalam tabel dan grafik. Tabel dan grafik disajikan dalam tiga wilayah, yang pertama untuk wilayah terluar, yang kedua untuk wilayah terdepan dan yang ketiga untuk wilayah tertinggal. Sebagian besar wilayah perbatasan di Indonesia masih merupakan wilayah tertinggal dengan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi yang masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan wilayah perbatasan di beberapa daerah menjadi tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Sebaran guru yang terjadi di wilayah 3T dapat digambarkan dalam tabel dan grafik sebagai berikut :

1. Rasio Guru per Sekolah (R-G/Sek)

a. Rasio Guru per Sekolah (R-G/Sek) Wilayah Terluar

Pembangunan wilayah terluar dibidang pendidikan masih dirasa belum memadai, hal ini dapat dilihat dari jumlah guru yang mengajar di tiap-tiap sekolah masih dibawah angka nasional. Rasio guru per sekolah (R-G/Sek) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 1 berkisar antara 10,29 terendah (Kabupaten Kepulauan Sangihe) sampai 28,56 tertinggi (Kota Sabang) dengan angka nasional sebesar 18,41. Terdapat 5 wilayah kabupaten/kota (25,00%) yang telah melebihi nasional, yaitu: 1) Kab. Bengkalis, 2) Kab. Aceh Besar, 3) Kota Jayapura, 4) Kota Dumai dan 5) Kota Sabang. Sisanya sebanyak 15 kabupaten/kota (75,00%) memiliki rasio guru per sekolah lebih rendah atau sama dengan nasional.

Page 34: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 26

Grafik 1 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Terluar

b. Rasio Guru per Sekolah (R-G/Sek) Wilayah Terdepan R-G/Sek wilayah terdepan seperti terdapat pada grafik 2

berkisar antara 21,70 (Kabupaten Belu) tertinggi dan 7,69 (Kabupaten Maluku Barat Daya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 18,41. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (18,41), maka hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi R-G/Sek maka proses belajar mengajar makin baik karena jumlah guru tiap mata pelajaran lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah mata pelajaran. Terdapat 3 kabupaten (13,04%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Keerom, 2) Kab. Malaka, dan 3) Kab. Belu. Sebaliknya, kabupaten dengan R-G/Sek lebih rendah dari norma nasional terdapat di 20 kabupaten/kota (13,04%).

10,29

10,98

11,32

12,48

13,15

14,46

15,10

15,38

15,47

15,67

16,55

16,73

16,77

17,57

17,89

18,41

20,01

20,89

23,94

24,63

28,56

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Sanggau

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Karimun

Kab. Malinau

Kab. Rokan Hilir

Kab. Natuna

Kab. Pelalawan

Kab. Bintan

Kota Batam

Kab. Berau

Kab. Serdang Bedagai

Nasional

Kab. Bengkalis

Kab. Aceh Besar

Kota Jayapura

Kota Dumai

Kota Sabang

Rasio Guru per Sekolah

Angka Nasional

Rasio Guru

per Sekolah(18,41)

Page 35: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 27

Grafik 2 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Terdepan

c. Rasio Guru per Sekolah (R-G/Sek) Wilayah Tertinggal R-G/Sek wilayah tertinggal seperti terdapat pada grafik 3

berkisar antara 28,79 (Kabupaten Bima) tertinggi dan 5,78 (Kabupaten Lanny Jaya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 18,41. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (18,41), maka hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi R-G/Sek maka proses belajar mengajar makin baik karena jumlah guru tiap mata pelajaran lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah mata pelajaran. Terdapat 7 kabupaten (7,07%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Sumba Barat, 2) Kab. Manggarai, 3) Kab. Musi Rawas, 4) Kab. Sumbawa Barat, 5) Kab. Pasaman Barat, 6) Kab. Dompu, dan 7) Kab. Bima. Sebaliknya, kabupaten dengan R-G/Sek lebih rendah dari norma nasional terdapat di 92 kabupaten (92,93%).

7,69

9,20

9,78

10,43

10,74

11,55

11,80

12,41

12,82

13,12

13,35

13,67

14,02

14,35

15,15

15,35

16,03

16,85

17,69

17,84

18,41

18,58

19,07

21,70

0,00 10,00 20,00 30,00

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Raja Ampat

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Bengkayang

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Sintang

Kab. Supiori

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Sambas

Kab. Alor

Kab. Nunukan

Kab. Kupang

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Merauke

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Boven Digoel

Kab. Rote-Ndao

Kab. Sabu Raijua

Nasional

Kab. Keerom

Kab. Malaka

Kab. Belu

Rasio Guru per Sekolah

Angka Nasional

Rasio Guru

per Sekolah(18,41)

Page 36: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 28

Grafik 3 Rasio Guru per Sekolah Wilayah Tertinggal

13,23

13,26

13,41

13,56

13,67

13,73

13,75

13,84

14,07

14,17

14,46

14,54

14,65

14,71

14,75

14,81

14,98

15,00

15,39

15,52

15,63

15,63

15,70

15,87

15,94

15,95

16,17

16,38

16,38

16,45

16,51

16,70

16,70

16,93

17,18

17,19

17,31

17,37

17,46

17,65

18,23

18,39

18,41

18,63

19,41

19,66

19,97

20,45

27,37

28,79

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kab. Asmat

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Manggarai Timur

Kab. Sigi

Kab. Nias

Kab. Nias Selatan

Kab. Puncak

Kab. Lembata

Kab. Mappi

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Pesisir Barat

Kab. Sumba Timur

Kab. Seluma

Kab. Nias Barat

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Nabire

Kab. Lebak

Kab. Sorong Selatan

Kab. Sumba Tengah

Kab. Nias Utara

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Manggarai Barat

Kab. Polewali Mandar

Kab. Nagakeo

Kab. Aceh Singkil

Kab. Konawe

Kab. Maluku Tengah

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Bondowoso

Kab. Solok Selatan

Kab. Ende

Kab. Lombok Utara

Kab. Jeneponto

Kab. Lampung Barat

Kab. Sumbawa

Kab. Lombok Timur

Kab. Lombok Tengah

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Pandeglang

Kab. Lombok Barat

Kab. Situbondo

Nasional

Kab. Sumba Barat

Kab. Manggarai

Kab. Musi Rawas

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Pasaman Barat

Kab. Dompu

Kab. Bima

Rasio Guru per Sekolah

Angka Nasional

Rasio Guru

per Sekolah(18,41)

Page 37: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 29

Grafik 2A Rasio Guru per Sekolah Wilayah Tertinggal (lanjutan)

5,78

6,38

6,83

8,03

8,38

8,40

8,46

8,86

9,00

9,18

9,40

9,44

9,57

9,83

9,90

10,09

10,24

10,43

10,43

10,49

10,78

10,96

10,97

11,19

11,20

11,35

11,40

11,43

11,60

11,64

11,67

11,69

11,72

11,75

11,77

11,91

11,92

12,13

12,13

12,36

12,41

12,59

12,59

12,62

12,63

12,75

12,86

12,87

12,88

13,19

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kab. Lanny Jaya

Kab. Yahukimo

Kab. Intan Jaya

Kab. Melawi

Kab. Membramo Tengah

Kab. Yalimo

Kab. Tambrauw

Kab. Nduga

Kab. Memberamo Raya

Kab. Tolikara

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Halmahera Barat

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Buol

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Sarmi

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Puncak Jaya

Kab. Seruyan

Kab. Buru Selatan

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Sampang

Kab. Ketapang

Kab. Biak Numfor

Kab. Kayong Utara

Kab. Banggai Laut

Kab. Pulau Taliabu

Kab. ToliToli

Kab. Teluk Wondama

Kab. Morowali Utara

Kab. Dogiyai

Kab. Sorong

Kab. Maybrat

Kab. Boalemo

Kab. Deiyai

Kab. Paniai

Kab. Donggala

Kab. Parigi Moutong

Kab. Bombana

Kab. Landak

Kab. Jaya wijaya

Kab. Halmahera Timur

Kab. Bangkalan

Kab. Pohuwato

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Waropen

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Buru

Kab. Kepulauan Yapen

Rasio Guru per Sekolah (lanjutan)

Page 38: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 30

2. Persentase Guru Layak (% G-layak) Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

harus memenuhi kualifikasi tertentu atau yang disebut dengan kelayakan mengajar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satu kualifikasi yang disyaratkah adalah kualifikasi akademik. Menurut UU No 14 Tahun 2005, kualifikasi akademik untuk menjadi guru SMP adalah berijazah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV). Berdasar data, seluruh daerah di wilayah 3 T yang berjumlah 142 kabupaten/kota jumlah guru berijazah S-1/D-IV belum ada yang mencapai seratus persen (100%). Berikut gambaran persentase guru berijazah minimal S-1/D-IV diwilayah 3T diurutkan dari wilayah terluar, terdepan dan tertinggal.

a. Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terluar

Persentase Guru Layak (% G-layak) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 4 berkisar antara 76,99 terendah (Kabupaten Kepulauan Talaud) sampai 95,72 tertinggi (Kota Sabang) dengan angka nasional sebesar 87,25. Bila digunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebesar 70,00, maka keseluruhan kabupaten/kota terluar telah memenui standar SPM. Terdapat 6 wilayah kabupaten/kota (30,00%) yang telah melebihi nasional, yaitu 1) Kota Jayapura, 2) Kota Batam, 3) Kab. Serdang Berdagai, 4) Kab. Bengkalis, 5) Kab. Bintan dan 6) Kota Sabang. Sisanya sebanyak 14 kabupaten/kota (70,00%) memiliki persentase guru layak lebih rendah atau sama dengan nasional.

Page 39: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 31

Grafik 4 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terluar

b. Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terdepan

% G-layak wilayah terdepan terdapat pada grafik 5 berkisar antara 90,68% (Kabupaten Merauke) tertinggi dan 50,50% (Kabupaten Maluku Barat Daya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 87,25%. Apabila dikaitkan dengan SPM % G-layak (70,00%) maka norma nasional lebih tinggi. Terdapat 3 kabupaten (13,04%) yang lebih rendah dari SPM yang berarti % G-layak masih dibawah 70,00%, yaitu 1) Kab. Kepulauan Aru, 2) Kab. Maluku Tenggara Barat, dan 3) Kab. Maluku Barat Daya. Sebaliknya, kabupaten dengan % G-layak wilayah terdepan lebih tinggi dari SPM terdapat di 20 kabupaten (86,96%).

70,00

76,99

77,77

79,73

80,90

81,63

81,99

82,11

82,67

84,53

85,84

86,22

86,99

87,00

87,07

87,25

88,48

89,38

89,89

90,01

91,24

95,72

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

SPM

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Sanggau

Kab. Karimun

Kota Dumai

Kab. Natuna

Kab. Malinau

Kab. Aceh Besar

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Pelalawan

Kab. Berau

Kab. Rokan Hilir

Nasional

Kota Jayapura

Kota Batam

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Bengkalis

Kab. Bintan

Kota Sabang

Persentase Guru Layak

Angka Nasional

PersentaseGuru Layak

(87,25)

SPMPersentaseGuru Layak

(70,00)

Page 40: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 32

Grafik 5 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Terdepan

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (87,25%) maka SPM lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional guru layak dan berarti persentase guru layak telah lebih tinggi dari dari SPM walaupun masih ada 3 kabupaten dengan persentase guru layak dibawah SPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 kabupaten (26,09%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Sintang, 2) Kab. Pegunungan Bintang, 3) Kab. Rote-Ndao, 4) Kab. Timor Tengah Utara, 5) Kab. Nunukan, 6) Kab. Merauke. Sebaliknya, kabupaten dengan % G-layak lebih rendah dari norma nasional terdapat di 17 kabupaten/kota (73,91%).

50,50

65,18

69,95

70,00

74,58

77,03

79,26

79,70

80,72

82,25

82,55

83,69

85,31

85,49

85,87

86,76

86,95

87,02

87,25

87,36

87,50

88,53

89,44

90,33

90,68

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Kepulauan Aru

SPM

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Malaka

Kab. Belu

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Keerom

Kab. Sambas

Kab. Alor

Kab. Supiori

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Kupang

Kab. Raja Ampat

Kab. Boven Digoel

Kab. Bengkayang

Kab. Sabu Raijua

Nasional

Kab. Sintang

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Rote-Ndao

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Nunukan

Kab. Merauke

Persentase Guru Layak

SPMPersentaseGuru Layak

(70,00)

Angka Nasional

PersentaseGuru Layak

(87,25)

Page 41: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 33

c. Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Tertinggal % G-layak wilayah tertinggal seperti terdapat pada grafik 6

berkisar antara 97,34 (Kabupaten Hulu Sungai Utara) tertinggi dan 14,29 (Kabupaten Lanny Jaya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 87,25. Apabila dikaitkan dengan SPM (70,00) maka norma nasional lebih tinggi dan berarti jumlah guru layak lebih banyak dan telah melebihi SPM. Terdapat 16 kabupaten (16,16%) yang lebih rendah dari SPM yang berarti persentase guru layak dibawah 70,00%, yaitu 1) Kab. Kepulauan Sula, 2) Kab. Sumba Barat Daya, 3) Kab. Dogiyai, 4) Kab. Paniai, 5) Kab. Intan Jaya, 6) Kab. Memberamo Raya, 7) Kab. Maluku Tengah, 8) Kab. Yahukimo, 9) Kab. Nias Selatan, 10) Kab. Biak Numfor, 11) Kab. Deiyai, 12) Kab. Yalimo, 13) Kab. Nduga, 14) Kab. Membramo Tengah, 15) Kab. Tolikara dan 16) Kab. Lanny Jaya. Sebaliknya, kabupaten dengan % G-layak wilayah tertinggal lebih tinggi dari SPM terdapat di 83 kabupaten (83,84%).

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (87,25) maka SPM lebih rendah dan berarti masih banyak guru yang berijazah dibawah S-1 atau D-IV. Terdapat 32 kabupaten (32,32%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Tambrauw, 2) Kab. Banggai Kepulauan, 3) Kab. Pandeglang, 4) Kab. Nias Barat, 5) Kab. Musi Rawas, 6) Kab. Donggala, 7) Kab. Lombok Barat, 8) Kab. Konawe Kepulauan, 9) Kab. Bangkalan, 10) Kab. Parigi Moutong, 11) Kab. Pohuwato, 12) Kab. Toli Toli, 13) Kab. Konawe, 14) Kab. Mamuju Tengah, 15) Kab. Seruyan, 16) Kab. Boalemo, 17) Kab. Sumbawa Barat, 18) Kab. Nias, 19) Kab. Solok Selatan, 20) Kab. Kayong Utara, 21) Kab. Sumbawa, 22) Kab. Sorong, 23) Kab. Situbondo, 24) Kab. Maybrat, 25) Kab. Buol, 26) Kab. Lebak, 27) Kab. Bondowoso, 28) Kab. Lombok Utara, 29) Kab. Asmat, 30) Kab. Sorong Selatan, 31) Kab. Aceh Singkil dan 32) Kab. Hulu Sungai Utara. Sebaliknya, kabupaten dengan % G-layak lebih rendah dari norma nasional terdapat di 67 kabupaten (67,68%).

Page 42: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 34

Grafik 6 Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Tertinggal

84,8085,0685,0785,7485,7685,8885,8885,9486,1986,2686,2886,3086,3286,3586,7186,8487,1487,2587,2787,5787,8288,1988,3188,5988,6388,6588,7388,9088,9189,1989,2889,5989,6089,8789,9890,1590,4090,4890,8691,0091,2691,4991,5391,6892,0992,2092,4492,5093,21

97,34

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Sarmi

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Bombana

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Bima

Kab. Pasaman Barat

Kab. Teluk Wondama

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Lombok Tengah

Kab. Jeneponto

Kab. Manggarai Barat

Kab. Seluma

Kab. Polewali Mandar

Kab. Lombok Timur

Kab. Morowali Utara

Nasional

Kab. Tambrauw

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Pandeglang

Kab. Nias Barat

Kab. Musi Rawas

Kab. Donggala

Kab. Lombok Barat

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Bangkalan

Kab. Parigi Moutong

Kab. Pohuwato

Kab. ToliToli

Kab. Konawe

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Seruyan

Kab. Boalemo

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Nias

Kab. Solok Selatan

Kab. Kayong Utara

Kab. Sumbawa

Kab. Sorong

Kab. Situbondo

Kab. Maybrat

Kab. Buol

Kab. Lebak

Kab. Bondowoso

Kab. Lombok Utara

Kab. Asmat

Kab. Sorong Selatan

Kab. Aceh Singkil

Kab. Hulu Sungai Utara

Persentase Guru Layak

Angka Nasional

PersentaseGuru Layak

(87,25)

Page 43: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 35

Grafik 6A Persentase Guru Layak (% G-layak) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

14,2929,49

50,7551,6152,38

60,3161,8263,31

65,4167,0867,5268,2969,0369,7469,7869,9570,0070,2471,0771,1172,0272,1972,8474,3174,9276,3676,3976,7177,3277,6977,7678,6578,7279,2579,4580,6281,3181,7982,0682,2282,5282,8583,5983,7383,9984,1584,2584,3084,4584,4684,62

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Lanny Jaya

Kab. Tolikara

Kab. Membramo Tengah

Kab. Nduga

Kab. Yalimo

Kab. Deiyai

Kab. Biak Numfor

Kab. Nias Selatan

Kab. Yahukimo

Kab. Maluku Tengah

Kab. Memberamo Raya

Kab. Intan Jaya

Kab. Paniai

Kab. Dogiyai

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Kepulauan Sula

SPM

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Mappi

Kab. Lembata

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Pesisir Barat

Kab. Landak

Kab. Puncak

Kab. Sumba Timur

Kab. Puncak Jaya

Kab. Buru Selatan

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Sumba Barat

Kab. Ketapang

Kab. Melawi

Kab. Sumba Tengah

Kab. Jaya wijaya

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Halmahera Timur

Kab. Dompu

Kab. Lampung Barat

Kab. Waropen

Kab. Nagakeo

Kab. Manggarai

Kab. Sigi

Kab. Ende

Kab. Buru

Kab. Nias Utara

Kab. Manggarai Timur

Kab. Nabire

Kab. Sampang

Kab. Banggai Laut

Kab. Halmahera Barat

Persentase Guru Layak (lanjutan)

SPMPersentaseGuru Layak

(70,00)

Page 44: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 36

3. Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan

untuk memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses belajar-mengajar atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran.

Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus memenuhi kualifikasi tertentu atau yang disebut dengan kelayakan kepala sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satu kualifikasi yang disyaratkah adalah kualifikasi akademik. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Kemendikbud telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota yang berisi antara lain adalah setiap kabupaten/kota semua kepala sekolah SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.

a. Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terluar

Persentase Guru Layak (% KS-layak) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 7 berkisar antara 72,22% terendah (Kabupaten Anambas) sampai 100,00% tertinggi (Kota Sabang) dengan angka nasional sebesar 94,53%. Bila digunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebesar 100,00%, maka terdapat satu kabupaten/kota perbatasan telah memenui standar SPM yaitu Kota Sabang. Terdapat 6 wilayah terluar kabupaten/kota (30,00%) memiliki persentase Kepala Sekolah layak yang telah melebihi nasional, yaitu 1) Kab. Bintan, 2) Kab. Serdang Bedagai, 3) Kab. Kepulauan Meranti, 4) Kab. Berau, 5) Kab. Pelalawan, dan 6) Kota Sabang. Sisanya sebanyak 14 kabupaten/kota (70,00%) memiliki persentase guru Kepala Sekolah layak lebih rendah atau sama dengan nasional.

Page 45: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 37

Grafik 7 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terluar

b. Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terdepan

% KS-layak wilayah terdepan seperti terdapat pada Grafik 8 berkisar antara 100,00 (Kabupaten Keerom) tertinggi dan 23,81 (Kabupaten Maluku Barat Daya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 94,53. Apabila dikaitkan dengan SPM % KS-layak (100,00) maka norma nasional masih lebih rendah dari SPM. Terdapat satu kabupaten (4,35%) yang lebih tinggi atau sama dengan SPM yang berarti % KS-layak lebih atau sama dengan 100,00%, yaitu Kab. Keerom. Sebaliknya, kabupaten dengan % KS-layak wilayah terdepan lebih rendah dari SPM terdapat di 22 kabupaten (95,65%).

72,22

76,67

77,78

85,71

85,86

91,92

92,19

92,86

92,86

93,14

93,62

94,05

94,12

94,23

94,53

95,00

95,31

97,06

97,44

98,15

100,00

100,00

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Natuna

Kab. Malinau

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Sanggau

Kab. Aceh Besar

Kota Dumai

Kota Jayapura

Kab. Rokan Hilir

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Bengkalis

Kab. Karimun

Kota Batam

Nasional

Kab. Bintan

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Berau

Kab. Pelalawan

SPM

Kota Sabang

Persentase Kepala Sekolah Layak

SPMPersentase

Kepala Sekolah Layak

(100,00)

StandarNasional

PersentaseKepala Sekolah

Layak(94,53)

Page 46: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 38

Grafik 8 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Terdepan

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (94,53) maka SPM lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional kepala sekolah layak dan berarti persentase kepala sekolah layak belum sesuai dengan SPM walaupun sudah ada 1 kabupaten yang sesuai SPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 kabupaten (17,39%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Nunukan, 2) Kab. Bengkayang, 3) Kab. Sintang, dan 4) Kab. Keerom. Sebaliknya, kabupaten dengan % KS-layak lebih rendah dari norma nasional terdapat di 19 kabupaten/kota (82,61%).

23,81

36,36

53,57

67,31

68,83

71,43

75,86

77,78

79,31

81,82

82,05

86,67

88,89

89,29

90,80

90,91

91,30

91,84

94,38

94,53

94,74

94,83

98,95

100,00

100,00

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Supiori

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Malaka

Kab. Alor

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Raja Ampat

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Rote-Ndao

Kab. Boven Digoel

Kab. Belu

Kab. Sabu Raijua

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Kupang

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Merauke

Kab. Sambas

Nasional

Kab. Nunukan

Kab. Bengkayang

Kab. Sintang

SPM

Kab. Keerom

Persentase Kepala Sekolah Layak

SPMPersentase

Kepala Sekolah Layak

(100,00)

StandarNasional

PersentaseKepala Sekolah

Layak(94,53)

Page 47: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 39

c. Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Tertinggal % G-layak wilayah tertinggal seperti terdapat pada grafik 9

berkisar antara 100,00 (Kabupaten Solok Selatan) tertinggi dan 21,05 (Kabupaten Lanny Jaya) terendah, dengan rata-rata nasional sebesar 94,53. Apabila dikaitkan dengan SPM (100,00) maka norma nasional masih lebih rendah dibandingkan dengan SPM. Terdapat 11 kabupaten (11,11%) yang telah sesuai dengan SPM yang berarti seluruh kepala sekolah telah berijazah S-1 atau D-IV, yaitu 1) Kab. Seluma, 2) Kab. Hulu Sungai Utara, 3) Kab. Boalemo, 4) Kab. Banggai Laut, 5) Kab. Jeneponto, 6) Kab. Konawe Kepulauan, 7) Kab. Sumbawa Barat, 8) Kab. Lombok Utara, 9) Kab. Puncak Jaya, 10) Kab. Sorong dan 11) Kab. Solok Selatan. Sebaliknya, kabupaten dengan % KS-layak wilayah tertinggal yang belum sesuai SPM terdapat di 88 kabupaten (88,89%).

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (94,53) maka terdapat 29 kabupaten (29,29%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Mamuju Tengah, 2) Kab. Pandeglang, 3) Kab. Nias, 4) Kab. Banggai Kepulauan, 5) Kab. Toli Toli, 6) Kab. Lombok Barat, 7) Kab. Parigi Moutong, 8) Kab. Situbondo, 9) Kab. Seruyan, 10) Kab. Halmahera Timur, 11) Kab. Morowali Utara, 12) Kab. Lebak, 13) Kab. Bima, 14) Kab. Donggala, 15) Kab. Lampung Barat, 16) Kab. Buol, 17) Kab. Polewali Mandar, 18) Kab. Sumbawa, 19) Kab. Seluma, 20) Kab. Hulu Sungai Utara, 21) Kab. Boalemo, 22) Kab. Banggai Laut, 23) Kab. Jeneponto, 24) Kab. Konawe Kepulauan, 25) Kab. Sumbawa Barat, 26) Kab. Lombok Utara, 27) Kab. Puncak Jaya, 28) Kab. Sorong dan 29) Kab. Solok Selatan. Sebaliknya, kabupaten dengan % KS-layak lebih rendah dari norma nasional terdapat di 70 kabupaten (70,71%).

Page 48: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 40

Grafik 9 Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Tertinggal

90,5390,7690,9190,9191,4191,5391,6791,6791,6791,8992,1692,6592,8692,8693,0293,3393,6293,9494,1294,2094,5394,7494,7894,8795,3595,8395,8396,0096,4396,5596,6796,7796,8996,9797,4497,7897,8798,0098,36100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00

20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

Kab. Lombok Tengah

Kab. Lombok Timur

Kab. Asmat

Kab. Waropen

Kab. Bangkalan

Kab. Sampang

Kab. Pohuwato

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Ende

Kab. Pasaman Barat

Kab. Sumba Timur

Kab. Konawe

Kab. Sorong Selatan

Kab. Sigi

Kab. Aceh Singkil

Kab. Musi Rawas

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Bombana

Kab. Bondowoso

Nasional

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Pandeglang

Kab. Nias

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. ToliToli

Kab. Lombok Barat

Kab. Parigi Moutong

Kab. Situbondo

Kab. Seruyan

Kab. Halmahera Timur

Kab. Morowali Utara

Kab. Lebak

Kab. Bima

Kab. Donggala

Kab. Lampung Barat

Kab. Buol

Kab. Polewali Mandar

Kab. Sumbawa

SPM

Kab. Seluma

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Boalemo

Kab. Banggai Laut

Kab. Jeneponto

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Lombok Utara

Kab. Puncak Jaya

Kab. Sorong

Kab. Solok Selatan

Persentase Kepala Sekolah Layak

SPMPersentase

Kepala Sekolah Layak

(100,00)

StandarNasional

PersentaseKepala Sekolah

Layak(94,53)

Page 49: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 41

Grafik 9A Persentase Kepala Sekolah Layak (% KS-layak) Wilayah Tertinggal

(lanjutan)

21,0525,00

40,0044,44

50,0050,0050,00

60,0060,71

62,5063,64

65,8968,18

70,8371,7972,7372,7372,7373,3373,5373,5874,4975,0075,0075,00

77,7878,0878,26

80,0080,2881,2581,8283,0083,8784,6285,1985,9686,0586,6786,6787,0487,5087,7287,8088,1288,3788,5788,7188,8990,00

20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

Kab. Lanny Jaya

Kab. Tolikara

Kab. Yalimo

Kab. Memberamo Raya

Kab. Biak Numfor

Kab. Membramo Tengah

Kab. Intan Jaya

Kab. Nduga

Kab. Lembata

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Deiyai

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Sumba Tengah

Kab. Nagakeo

Kab. Nias Utara

Kab. Paniai

Kab. Yahukimo

Kab. Teluk Wondama

Kab. Sumba Barat

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Nias Selatan

Kab. Dogiyai

Kab. Puncak

Kab. Maybrat

Kab. Mappi

Kab. Landak

Kab. Jaya wijaya

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Manggarai Barat

Kab. Buru Selatan

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Manggarai Timur

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Tambrauw

Kab. Nias Barat

Kab. Maluku Tengah

Kab. Buru

Kab. Pesisir Barat

Kab. Sarmi

Kab. Halmahera Barat

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Manggarai

Kab. Nabire

Kab. Ketapang

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Dompu

Kab. Melawi

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Kayong Utara

Persentase Kepala Sekolah Layak (lanjutan)

Page 50: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 42

4. Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Rasio Siswa per Guru (R-S/G) adalah jumlah seluruh siswa

dibagi dengan jumlah guru yang ada. Semakin tinggi angka rasio maka semakin banyak siswa yang dilayani oleh satu guru dan angka nasional rasio siswa per guru untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) 14,73.

a. Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terluar

Rasio Siswa per Guru (R-S/G) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 10 berkisar antara 5,28 terendah (Kota Sabang) sampai 18,84 tertinggi (Kota Batam) dengan angka nasional sebesar 14,73. Terdapat 5 wilayah terluar kabupaten/kota (25,00%) memiliki rasio siswa per guru yang lebih tinggi dari angka nasional, yaitu 1) Kota Dumai, 2) Kab. Sanggau, 3) Kab. Sedang Berdagai, 4) Kota Jayapura, dan 5) Kota Batam. Sisanya sebanyak 15 kabupaten/kota (75,00%) memiliki rasio siswa per guru lebih rendah atau sama dengan nasional.

Grafik 10

Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terluar

5,28

7,38

8,15

8,79

9,06

9,33

9,46

9,86

11,89

13,09

13,42

13,49

13,84

13,96

14,50

14,73

15,56

16,03

16,16

17,61

18,84

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00

Kota Sabang

Kab. Aceh Besar

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Malinau

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Natuna

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Berau

Kab. Pelalawan

Kab. Bintan

Kab. Rokan Hilir

Kab. Bengkalis

Kab. Karimun

Nasional

Kota Dumai

Kab. Sanggau

Kab. Serdang Bedagai

Kota Jayapura

Kota Batam

Rasio Siswa per Guru

Angka Nasional Rasio Siswa per

Guru (14,73)

Page 51: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 43

b. Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terdepan Rasio Siswa per Guru (R-S/G) wilayah terdepan seperti

terdapat pada grafik 11 berkisar antara 8,16 (Kabupaten Mahakam Ulu ) terendah sampai dengan 18,96 (Kabupaten Sambas) tertinggi, dengan rata-rata nasional sebesar 14,73. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (14,73) maka terdapat 6 kabupaten (26,09%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Pegunungan Bintang, 2) Kab. Belu, 3) Kab. Bengkayang, 4) Kab. Sintang, 5) Kab. Sabu Raijua, dan 6) Kab. Sambas. Sebaliknya, kabupaten dengan R-S/G lebih rendah dari norma nasional terdapat di 17 kabupaten/kota (73,91%).

Grafik 11

Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Terdepan

8,16

8,51

9,95

10,01

10,06

10,24

10,38

10,66

10,79

11,20

11,88

12,31

12,97

13,00

13,55

13,56

14,25

14,73

14,80

14,83

14,87

15,09

15,89

15,96

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Alor

Kab. Keerom

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Supiori

Kab. Raja Ampat

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Malaka

Kab. Kupang

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Boven Digoel

Kab. Rote-Ndao

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Nunukan

Kab. Merauke

Nasional

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Belu

Kab. Bengkayang

Kab. Sintang

Kab. Sabu Raijua

Kab. Sambas

Rasio Siswa per Guru

StandarNasional

Rasio Siswa

per Guru(14,73)

Page 52: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 44

c. Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Tertinggal Rasio Siswa per Guru (R-S/G) wilayah tertinggal seperti

terdapat pada grafik 12 berkisar antara 6,86 (Kabupaten Bima) terendah sampai dengan 23,33 (Kabupaten Tolikara) tertinggi, dengan rasio siswa per guru nasional sebesar 14,73. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (14,73) maka terdapat 16 kabupaten (16,16%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Musi Rawas Utara, 2) Kab. Ketapang, 3) Kab. Kepulauan Yapen, 4) Kab. Puncak Jaya, 5) Kab. Biak Numfor, 6) Kab. Lebak, 7) Kab. Landak, 8) Kab. Pandeglang, 9) Kab. Manggarai, 10) Kab. Sumba Barat Daya, 11) Kab. Jaya wijaya, 12) Kab. Yahukimo, 13) Kab. Paniai, 14) Kab. Lanny Jaya, 15) Kab. Mappi, dan 16) Kab. Tolikara. Sebaliknya, kabupaten dengan R-S/G lebih rendah dari norma nasional terdapat di 83 kabupaten (83,84%).

Page 53: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 45

Grafik 12 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Tertinggal

12,0612,0812,1612,2612,2912,3012,3812,4812,5212,5612,5712,7612,7912,8512,8912,9313,0313,0413,0513,1013,3013,6013,6113,6713,7213,8013,8213,8313,8613,86

14,2614,28

14,6514,7314,76

15,6416,2416,2916,35

16,9017,21

17,8718,9019,0219,17

19,8120,32

22,7922,85

23,33

5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

Kab. Pesisir Barat

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Nabire

Kab. Bondowoso

Kab. Melawi

Kab. Seluma

Kab. Asmat

Kab. Lombok Barat

Kab. Donggala

Kab. ToliToli

Kab. Nias Utara

Kab. Nias Selatan

Kab. Dogiyai

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Puncak

Kab. Kayong Utara

Kab. Lombok Utara

Kab. Musi Rawas

Kab. Buol

Kab. Yalimo

Kab. Parigi Moutong

Kab. Manggarai Barat

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Polewali Mandar

Kab. Situbondo

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Bangkalan

Kab. Sumba Timur

Kab. Teluk Wondama

Kab. Sumba Barat

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Nias

Nasional

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Ketapang

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Puncak Jaya

Kab. Biak Numfor

Kab. Lebak

Kab. Landak

Kab. Pandeglang

Kab. Manggarai

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Jaya wijaya

Kab. Yahukimo

Kab. Paniai

Kab. Lanny Jaya

Kab. Mappi

Kab. Tolikara

Rasio Siswa per Guru

Angka Nasional Rasio Siswa per

Guru (14,73)

Page 54: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 46

Grafik 12A Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

6,867,67

8,098,138,288,658,939,059,139,299,399,589,609,619,649,669,739,799,8610,0810,1010,1010,1710,1910,2710,3910,5810,6010,7110,7210,7310,9511,0511,0611,0911,1411,1511,1711,2411,3511,3711,6011,6611,7011,7011,7611,7712,0112,0312,06

5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

Kab. Bima

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Maybrat

Kab. Banggai Laut

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Dompu

Kab. Waropen

Kab. Tambrauw

Kab. Nduga

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Bombana

Kab. Solok Selatan

Kab. Halmahera Timur

Kab. Sorong Selatan

Kab. Intan Jaya

Kab. Buru Selatan

Kab. Nagakeo

Kab. Boalemo

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Deiyai

Kab. Maluku Tengah

Kab. Lombok Tengah

Kab. Sumba Tengah

Kab. Ende

Kab. Lembata

Kab. Halmahera Barat

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Sorong

Kab. Lampung Barat

Kab. Jeneponto

Kab. Membramo Tengah

Kab. Pohuwato

Kab. Sumbawa

Kab. Pasaman Barat

Kab. Nias Barat

Kab. Sigi

Kab. Buru

Kab. Aceh Singkil

Kab. Morowali Utara

Kab. Konawe

Kab. Lombok Timur

Kab. Sarmi

Kab. Manggarai Timur

Kab. Memberamo Raya

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Sampang

Kab. Seruyan

Rasio Siswa per Guru (lanjutan)

Page 55: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 47

5. Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Perbandingan antara jumlah siswa dengan rombongan belajar

atau dengan dengan kata lain jumlah siswa dalam setiap rombongan belajar untuk SMP sesuai dengan SPM adalah tidak melebihi 36 orang. Sedangkan untuk angka nasional sebesar 29,30.

a. Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Terluar

Rasio siswa per rombongan belajar (R-S/Rb) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 13 berkisar antara 20,27 terendah (Kota Sabang) sampai 33,00 tertinggi (Kota Batam) dengan angka nasional sebesar 29,30. Bila digunakan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dengan R-S/Rb tidak melebihi sebesar 36,00, maka tidak terdapat satu kabupaten/kota yang melebihi standar SPM. Sedangkan apabila digunakan angka nasional maka terdapat 5 Wilayah perbatasan kabupaten/kota (25,00%) memiliki rasio siswa per rombel lebih tinggi dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Bintan, 2) Kota Dumai, 3) Kota Jayapura, 4) Kab. Serdang Berdagai, dan 5) Kota Batam. Sisanya sebanyak 15 kabupaten/kota (75,00%) memiliki rasio siswa per rombel lebih rendah atau sama dengan nasional.

Page 56: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 48

Grafik 13 Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Terluar

b. Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Terdepan R-S/Rb wilayah terdepan seperti terdapat pada grafik 14

berkisar antara 21,78 (Kabupaten Maluku Barat Daya) terendah sampai dengan 29,72 (Kabupaten Belu) tertinggi, dengan rata-rata nasional sebesar 29,30. Apabila dikaitkan dengan SPM R-S/Rb (36,00) maka norma nasional masih lebih rendah dan belum melebihi dari SPM. Tidak ada kabupaten/kota dengan R-S/Rb yang lebih tinggi atau sama dengan SPM.

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (29,30) maka SPM lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu kabupaten (4,35%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu Kabupaten Belu. Sebaliknya, kabupaten dengan R-S/Rb lebih rendah dari norma nasional terdapat di 22 kabupaten/kota (96,65%).

20,27

20,88

21,01

21,17

23,36

23,58

24,03

24,74

25,09

27,78

28,12

28,18

28,59

28,75

29,02

29,30

29,32

30,80

32,50

32,74

33,00

36,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

Kota Sabang

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Aceh Besar

Kab. Natuna

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Malinau

Kab. Karimun

Kab. Berau

Kab. Rokan Hilir

Kab. Pelalawan

Kab. Sanggau

Kab. Bengkalis

Nasional

Kab. Bintan

Kota Dumai

Kota Jayapura

Kab. Serdang Bedagai

Kota Batam

SPM

Rasio Siswa per Rombel

SPMRasio Siswa per Rombel

(36,00)

AngkaNasional

Rasio Siswa per Rombel

(29,30)

Page 57: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 49

Grafik 14 Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Terdepan

c. Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Tertinggal R-S/Rb wilayah tertinggal seperti terdapat pada grafik 15

berkisar antara 16,63 (Kabupaten Intan Jaya) terendah sampai dengan 38,41 (Kabupaten Paniai) tertinggi, dengan rata-rata nasional sebesar 29,30. Apabila dikaitkan dengan SPM (36,00) maka norma nasional masih lebih rendah dibandingkan dengan SPM. Terdapat satu kabupaten (1,01%) yang melebihi SPM yaitu Kabupaten Paniai (38,41). Sebaliknya, kabupaten dengan % R-S/Rb wilayah tertinggal yang dibawah SPM terdapat di 98 kabupaten (98,99%).

Apabila dikaitkan dengan standar nasional (36,00) maka terdapat 18 kabupaten (18,18%) yang lebih tinggi dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Kepulauan Yapen, 2) Kab. Biak Numfor, 3) Kab. Musi Rawas, 4) Kab. Nias Selatan, 5) Kab. Nias, 6) Kab. Nias Utara, 7) Kab. Sumba Barat, 8) Kab. Pandeglang, 9) Kab. Yahukimo, 10) Kab. Manggarai, 11) Kab. Lebak, 12) Kab. Landak, 13) Kab. Mappi, 14) Kab.

21,78

22,87

22,98

23,23

23,54

24,10

24,36

24,36

24,47

24,57

24,76

25,47

25,54

26,12

26,22

27,25

27,77

28,18

28,39

28,41

28,68

28,91

29,30

29,72

36,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Keerom

Kab. Alor

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Raja Ampat

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Kupang

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Supiori

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Malaka

Kab. Merauke

Kab. Rote-Ndao

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Sabu Raijua

Kab. Bengkayang

Kab. Sintang

Kab. Boven Digoel

Kab. Sambas

Kab. Nunukan

Nasional

Kab. Belu

SPM

Rasio Siswa per Rombel

SPMRasio Siswa per Rombel

(36,00)

AngkaNasional

Rasio Siswa per Rombel

(29,30)

Page 58: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 50

Jaya Wijaya, 15) Kab. Sumba Barat Daya, 16) Kab. Lanny Jaya, 17) Kab. Tolikara, dan 18) Kab. Paniai. Sebaliknya, kabupaten dengan R-S/Rb lebih rendah dari norma nasional terdapat di 81 kabupaten (81,82%).

Grafik 15

Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Tertinggal

25,9426,0326,2326,2526,3226,3626,4726,6026,6126,6526,6726,8827,1327,1427,1427,2927,5327,7427,7527,8728,1228,1828,3028,3128,3128,4128,4428,4928,9629,0829,3029,5129,7429,7429,8330,2130,2830,5930,7330,7931,1331,1831,66

32,6233,8034,2934,44

35,0036,00

38,41

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

Kab. Ende

Kab. Nabire

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Manggarai Timur

Kab. Seluma

Kab. Situbondo

Kab. Bondowoso

Kab. Manggarai Barat

Kab. Sumbawa

Kab. Sumba Tengah

Kab. Pasaman Barat

Kab. Lombok Barat

Kab. Pesisir Barat

Kab. Polewali Mandar

Kab. Nias Barat

Kab. Teluk Wondama

Kab. Aceh Singkil

Kab. Lombok Timur

Kab. Lombok Utara

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Bangkalan

Kab. Sumba Timur

Kab. Dogiyai

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Puncak Jaya

Kab. Yalimo

Kab. Puncak

Kab. Ketapang

Kab. Deiyai

Kab. Musi Rawas Utara

Nasional

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Biak Numfor

Kab. Musi Rawas

Kab. Nias Selatan

Kab. Nias

Kab. Nias Utara

Kab. Sumba Barat

Kab. Pandeglang

Kab. Yahukimo

Kab. Manggarai

Kab. Lebak

Kab. Landak

Kab. Mappi

Kab. Jaya wijaya

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Lanny Jaya

Kab. Tolikara

SPM

Kab. Paniai

Rasio Siswa per Rombel

SPMRasio Siswa per Rombel

(36,00)

AngkaNasional

Rasio Siswa per Rombel

(29,30)

Page 59: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 51

Grafik 15A Rasio Siswa per Rombongan Belajar (R-S/Rb) Wilayah Tertinggal

(lanjutan)

16,6319,9220,00

20,6521,1821,4121,5421,5621,7322,2622,7722,8022,8122,8622,9222,9323,2923,2923,3423,4123,6423,6723,6923,8123,9123,9223,9423,9924,0424,0824,2824,4124,5624,5824,6124,6224,7024,7424,7624,8324,8624,9725,0025,0325,1925,3425,3725,5025,5525,7525,83

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

Kab. Intan Jaya

Kab. Tambrauw

Kab. Maybrat

Kab. Banggai Laut

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Bombana

Kab. Halmahera Barat

Kab. Boalemo

Kab. Waropen

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Melawi

Kab. Sorong

Kab. Morowali Utara

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Buru Selatan

Kab. Sigi

Kab. Maluku Tengah

Kab. Pohuwato

Kab. Seruyan

Kab. Bima

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Sorong Selatan

Kab. Konawe

Kab. Lombok Tengah

Kab. Halmahera Timur

Kab. Nagakeo

Kab. Buol

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Donggala

Kab. Nduga

Kab. Solok Selatan

Kab. Buru

Kab. Lembata

Kab. ToliToli

Kab. Sarmi

Kab. Dompu

Kab. Asmat

Kab. Sampang

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Parigi Moutong

Kab. Kayong Utara

Kab. Jeneponto

Kab. Memberamo Raya

Kab. Membramo Tengah

Kab. Lampung Barat

Kab. Kepulauan Mentawai

Rasio Siswa per Rombel (lanjutan)

Page 60: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 52

6. Angka Mengulang (AU) Angka mengulang adalah perbandingan antara jumlah siswa

mengulang dengan jumlah siswa dan dinyatakan dalam persentase. Dengan Idealnya adalah 0,00 persen dan semakin rendah nilainya, berarti makin baik.

a. Angka Mengulang (AU) Wilayah Terluar

Angka Mengulang (AU) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 16 berkisar antara 0,05 terendah (Kabupaten Indragiri Hilir) terbaik sampai 1,02 tertinggi (Kabupaten Bintan) terburuk dengan angka nasional sebesar 0,25. Terdapat 9 wilayah terluar kabupaten/kota (45,00%) memiliki angka mengulang yang lebih rendah atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Indragiri Hilir, 2) Kab. Serdang Bedagai, 3) Kab. Pelalawan, 4) Kab. Kepulauan Talaud, 5) Kota Dumai, 6) Kab. Sanggau, 7) Kab. Rokan Hilir, 8) Kota Batam dan 9) Kab. Kepulauan Meranti. Sisanya sebanyak 11 kabupaten/kota (55,00%) memiliki angka mengulang lebih tinggi atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 16

Angka Mengulang (AU) Wilayah Terluar

0,05

0,10

0,12

0,17

0,18

0,19

0,21

0,21

0,22

0,25

0,30

0,33

0,34

0,38

0,44

0,45

0,48

0,74

0,89

0,92

1,02

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Pelalawan

Kab. Kepulauan Talaud

Kota Dumai

Kab. Sanggau

Kab. Rokan Hilir

Kota Batam

Kab. Kepulauan Meranti

Nasional

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Bengkalis

Kab. Malinau

Kota Sabang

Kab. Berau

Kab. Aceh Besar

Kab. Natuna

Kota Jayapura

Kab. Karimun

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Bintan

Angka Mengulang

Angka Nasional Angka

Mengulang(0,25)

Page 61: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 53

b. Angka Mengulang (AU) Wilayah Terdepan Angka Mengulang (AU) wilayah terdepan seperti terdapat pada

Grafik 17 berkisar antara 0,03 (Kabupaten Morotai) terendah atau terbaik sampai dengan 2,32 (Kabupaten Boven Digoel) tertinggi atau terburuk, dengan rata-rata nasional sebesar 0,25. Apabila dikaitkan dengan angka nasional (0,25) maka terdapat 7 kabupaten (30,43%) yang lebih rendah atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Kepulauan Morotai, 2) Kab. Maluku Tenggara Barat, 3) Kab. Timor Tengah Utara, 4) Kab. Belu, 5) Kab. Maluku Barat Daya, 6) Kab. Pegunungan Bintang dan 7) Kab. Malaka. Sebaliknya, kabupaten dengan AU lebih tinggi atau lebih buruk dari angka nasional terdapat di 16 kabupaten/kota (69,57%).

Grafik 17

Angka Mengulang (AU) Wilayah Terdapat

0,03

0,08

0,11

0,12

0,17

0,22

0,23

0,25

0,37

0,40

0,41

0,43

0,44

0,45

0,45

0,59

0,61

0,65

0,70

1,33

1,47

1,56

2,26

2,32

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Belu

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Malaka

Nasional

Kab. Supiori

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Bengkayang

Kab. Kupang

Kab. Alor

Kab. Rote-Ndao

Kab. Raja Ampat

Kab. Nunukan

Kab. Sintang

Kab. Sambas

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Sabu Raijua

Kab. Keerom

Kab. Merauke

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Boven Digoel

Angka Mengulang

Angka Nasional Angka

Mengulang(0,25)

Page 62: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 54

c. Angka Mengulang (AU) Wilayah Tertinggal Angka Mengulang (AU) wilayah tertinggal seperti terdapat

pada grafik 18 berkisar antara 0,00 (terdapat di 8 kabupaten) terendah atau terbaik sampai dengan 12,35 (Kabupaten Puncak) tertinggi atau terburuk, dengan AU nasional sebesar 0,25. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (0,25) maka terdapat 38 kabupaten (38,38%) yang lebih rendah dari norma nasional, yaitu 1) Kab. Buru Selatan, 2) Kab. Tolikara, 3) Kab. Lanny Jaya, 4) Kab. Yalimo, 5) Kab. Dogiyai, 6) Kab. Intan Jaya, 7) Kab. Deiyai, 8) Kab. Sorong Selatan, 9) Kab. Pesisir Barat, 10) Kab. Lampung Barat, 11) Kab. Manggarai, 12) Kab. Seram Bagian Barat, 13) Kab. Manggarai Timur, 14) Kab. Manggarai Barat, 15) Kab. Parigi Moutong, 16) Kab. Puncak Jaya, 17) Kab. Timor Tengah Selatan, 18) Kab. Morowali Utara, 19) Kab. Dompu, 20) Kab. Banggai Kepulauan, 21) Kab. Maluku Tengah, 22) Kab. Sumbawa Barat, 23) Kab. Musi Rawas, 24) Kab. Sumbawa, 25) Kab. Pandeglang, 26) Kab. Tojo Una-Una, 27) Kab. Halmahera Barat, 28) Kab. Lembata, 29) Kab. Buru, 30) Kab. Ende, 31) Kab. Bondowoso, 32) Kab. Nias Utara, 33) Kab. Nduga, 34) Kab. Buol, 35) Kab. Gorontalo Utara, 36) Kab. Bima, 37) Kab. Sumba Barat dan 38) Kab. Sumba Barat Daya. Sebaliknya, kabupaten dengan AU lebih tinggi dari norma nasional terdapat di 61 kabupaten (61,62%).

Page 63: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 55

Grafik 18 Angka Mengulang (AU) Wilayah Tertinggal

0,370,370,380,380,390,430,440,450,460,470,480,480,510,530,560,610,620,630,640,640,650,680,690,690,700,760,770,770,780,800,810,820,830,850,870,870,900,940,950,960,991,131,15

2,182,80

3,533,59

5,005,14

12,35

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

Kab. Polewali Mandar

Kab. ToliToli

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Paniai

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Jaya wijaya

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Lombok Utara

Kab. Yahukimo

Kab. Lombok Timur

Kab. Pohuwato

Kab. Situbondo

Kab. Sorong

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Ketapang

Kab. Seruyan

Kab. Donggala

Kab. Seluma

Kab. Jeneponto

Kab. Nias

Kab. Sumba Tengah

Kab. Landak

Kab. Melawi

Kab. Kayong Utara

Kab. Pasaman Barat

Kab. Nias Selatan

Kab. Bangkalan

Kab. Nabire

Kab. Membramo Tengah

Kab. Waropen

Kab. Boalemo

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Solok Selatan

Kab. Maybrat

Kab. Aceh Singkil

Kab. Sampang

Kab. Tambrauw

Kab. Biak Numfor

Kab. Memberamo Raya

Kab. Sumba Timur

Kab. Konawe

Kab. Banggai Laut

Kab. Bombana

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Sarmi

Kab. Teluk Wondama

Kab. Mappi

Kab. Asmat

Kab. Puncak

Angka Mengulang

Page 64: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 56

Grafik 18A Angka Mengulang (AU) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

0,000,000,000,000,000,000,000,000,020,030,040,040,050,070,070,080,090,090,090,110,130,130,150,170,170,170,170,170,180,200,200,210,220,220,220,230,230,240,250,250,270,280,280,300,300,310,320,320,320,35

0,00 5,00 10,00 15,00

Kab. Buru Selatan

Kab. Tolikara

Kab. Lanny Jaya

Kab. Yalimo

Kab. Dogiyai

Kab. Intan Jaya

Kab. Deiyai

Kab. Sorong Selatan

Kab. Pesisir Barat

Kab. Lampung Barat

Kab. Manggarai

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Manggarai Timur

Kab. Manggarai Barat

Kab. Parigi Moutong

Kab. Puncak Jaya

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Morowali Utara

Kab. Dompu

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Maluku Tengah

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Musi Rawas

Kab. Sumbawa

Kab. Pandeglang

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Halmahera Barat

Kab. Lembata

Kab. Buru

Kab. Ende

Kab. Bondowoso

Kab. Nias Utara

Kab. Nduga

Kab. Buol

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Bima

Kab. Sumba Barat

Kab. Sumba Barat Daya

Nasional

Kab. Lebak

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Sigi

Kab. Halmahera Timur

Kab. Nagakeo

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Lombok Barat

Kab. Nias Barat

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Lombok Tengah

Kab. Musi Rawas Utara

Angka Mengulang (lanjutan)

Angka Nasional Angka

Mengulang(0,25)

Page 65: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 57

7. Angka Putus Sekolah (APS) Angka putus sekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa

yang keluar dari sistem persekolahan sebelum mendapatkan ijazah dengan jumlah siswa dan dinyatakan dalam persentase. Idealnya APS adalah 0,00 persen dan semakin rendah nilainya berarti makin baik.

a. Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terluar

Angka Putus Sekolah (APS) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 19 berkisar antara 0,17 terendah (Kota Dumai) terbaik sampai 1,19 tertinggi (Kabupaten Kepulauan Anambas) terburuk dengan angka nasional sebesar 0,52. Terdapat 10 wilayah terluar kabupaten/kota (50,00%) memiliki angka putus sekolah yang lebih rendah atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kota Dumai, 2) Kab. Aceh Besar, 3) Kab. Karimun, 4) Kab. Berau, 5) Kab. Kepulauan Talaud, 6) Kab. Bintan, 7) Kab. Pelalawan, 8) Kota Sabang, 9) Kota Jayapura dan 10) Kab. Kepulauan Meranti. Sisanya sebanyak 10 kabupaten/kota (50,00%) memiliki angka putus sekolah lebih tinggi atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 19

Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terluar

0,17

0,23

0,24

0,26

0,30

0,36

0,44

0,45

0,47

0,50

0,52

0,54

0,55

0,62

0,62

0,63

0,64

0,65

0,73

0,74

1,19

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

Kota Dumai

Kab. Aceh Besar

Kab. Karimun

Kab. Berau

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Bintan

Kab. Pelalawan

Kota Sabang

Kota Jayapura

Kab. Kepulauan Meranti

Nasional

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Natuna

Kab. Malinau

Kab. Bengkalis

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Sanggau

Kab. Rokan Hilir

Kota Batam

Kab. Kepulauan Anambas

Angka Putus Sekolah

Angka Nasional Angka Putus

Sekolah(0,52)

Page 66: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 58

b. Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terdepan Angka Putus Sekolah (APS) di wilayah terdepan seperti

terdapat pada grafik 20 berkisar antara 0,35 terendah (Kabupaten Sabu Raijua) terbaik sampai 5,40 tertinggi (Kabupaten Mahakam Ulu) terburuk dengan angka nasional sebesar 0,52. Terdapat 4 wilayah terdepan kabupaten/kota (17,39%) memiliki angka putus sekolah yang lebih rendah atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Sabu Raijua, 2) Kab. Bengkayang, 3) Kab. Kepulauan Morotai, dan 4) Kab. Maluku Barat Daya. Sisanya sebanyak 19 kabupaten/kota (82,61%) memiliki angka putus sekolah lebih tinggi atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 20

Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Terdepan

0,35

0,36

0,45

0,48

0,52

0,60

0,61

0,63

0,66

0,70

0,72

0,82

0,84

0,90

1,05

1,06

1,40

1,47

1,51

1,53

1,89

3,90

4,04

5,40

0,00 2,00 4,00 6,00

Kab. Sabu Raijua

Kab. Bengkayang

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Maluku Barat Daya

Nasional

Kab. Kupang

Kab. Belu

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Alor

Kab. Sambas

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Rote-Ndao

Kab. Sintang

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Merauke

Kab. Malaka

Kab. Keerom

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Boven Digoel

Kab. Raja Ampat

Kab. Nunukan

Kab. Supiori

Kab. Mahakam Ulu

Angka Putus Sekolah

Angka Nasional Angka Putus

Sekolah(0,52)

Page 67: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 59

c. Angka Putus Sekoah (AU) Wilayah Tertinggal Angka putus sekolah (APS) wilayah tertinggal seperti terdapat

pada grafik 21 berkisar antara 0,00 (Kabupaten Paniai) terendah atau terbaik sampai dengan 5,45 (Kabupaten Membramo Tengah) tertinggi atau terburuk, dengan APS nasional sebesar 0,52. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (0,52) maka terdapat 32 kabupaten (32,32%) yang lebih rendah dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Paniai, 2) Kab. Deiyai, 3) Kab. Kepulauan Sula, 4) Kab. Banggai Kepulauan, 5) Kab. Sumbawa Barat, 6) Kab. Pesisir Barat, 7) Kab. Sigi, 8) Kab. Maluku Tengah, 9) Kab. Tojo Una-Una, 10) Kab. Mamuju Tengah, 11) Kab. Lombok Tengah, 12) Kab. Sumba Tengah, 13) Kab. Kayong Utara, 14) Kab. Dompu, 15) Kab. Solok Selatan, 16) Kab. Nias Barat, 17) Kab. Aceh Singkil, 18) Kab. Sorong Selatan, 19) Kab. Sumbawa, 20) Kab. Hulu Sungai Utara, 21) Kab. Seruyan, 22) Kab. Situbondo, 23) Kab. Tolikara, 24) Kab. Landak, 25) Kab. Halmahera Barat, 26) Kab. Lombok Barat, 27) Kab. Sorong, 28) Kab. Lembata, 29) Kab. Ende, 30) Kab. Tambrauw,31) Kab. Halmahera Timur dan 32) Kab. Puncak. Sebaliknya, kabupaten dengan APS lebih tinggi dari norma nasional terdapat di 67 kabupaten (67,68%).

Page 68: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 60

Grafik 21 Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Tertinggal

0,72

0,72

0,74

0,76

0,77

0,77

0,78

0,78

0,80

0,85

0,85

0,86

0,89

0,90

0,90

0,91

0,91

0,91

0,91

0,94

0,95

0,95

0,96

0,97

0,98

1,02

1,05

1,07

1,11

1,11

1,11

1,12

1,16

1,18

1,22

1,23

1,25

1,36

1,40

1,42

1,51

1,51

1,72

1,75

2,26

2,29

4,11

4,62

4,93

5,45

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Kab. Musi Rawas

Kab. Nias

Kab. Asmat

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Bondowoso

Kab. Nias Utara

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Nabire

Kab. Donggala

Kab. Parigi Moutong

Kab. Sarmi

Kab. Intan Jaya

Kab. Pandeglang

Kab. Biak Numfor

Kab. Morowali Utara

Kab. Manggarai Timur

Kab. Jeneponto

Kab. Manggarai

Kab. Manggarai Barat

Kab. Buru

Kab. Lampung Barat

Kab. Nagakeo

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Bombana

Kab. Sumba Barat

Kab. Waropen

Kab. Melawi

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Buol

Kab. Bangkalan

Kab. Memberamo Raya

Kab. Teluk Wondama

Kab. Konawe

Kab. Maybrat

Kab. Yahukimo

Kab. Polewali Mandar

Kab. Mappi

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Banggai Laut

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Nias Selatan

Kab. Pohuwato

Kab. Buru Selatan

Kab. Dogiyai

Kab. Jaya wijaya

Kab. Puncak Jaya

Kab. Nduga

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Membramo Tengah

Angka Putus Sekolah

Page 69: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 61

Grafik 21A Angka Putus Sekolah (APS) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

0,00

0,09

0,15

0,19

0,23

0,26

0,30

0,30

0,30

0,30

0,31

0,35

0,36

0,36

0,39

0,40

0,41

0,42

0,42

0,43

0,45

0,45

0,45

0,47

0,47

0,48

0,49

0,49

0,49

0,50

0,50

0,51

0,52

0,53

0,54

0,55

0,55

0,56

0,57

0,60

0,61

0,62

0,62

0,62

0,63

0,64

0,65

0,66

0,66

0,67

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

Kab. Paniai

Kab. Deiyai

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Pesisir Barat

Kab. Sigi

Kab. Maluku Tengah

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Lombok Tengah

Kab. Sumba Tengah

Kab. Kayong Utara

Kab. Dompu

Kab. Solok Selatan

Kab. Nias Barat

Kab. Aceh Singkil

Kab. Sorong Selatan

Kab. Sumbawa

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Seruyan

Kab. Situbondo

Kab. Tolikara

Kab. Landak

Kab. Halmahera Barat

Kab. Lombok Barat

Kab. Sorong

Kab. Lembata

Kab. Ende

Kab. Tambrauw

Kab. Halmahera Timur

Kab. Puncak

Nasional

Kab. Sumba Timur

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. ToliToli

Kab. Lombok Timur

Kab. Seluma

Kab. Bima

Kab. Yalimo

Kab. Boalemo

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Lebak

Kab. Lombok Utara

Kab. Lanny Jaya

Kab. Ketapang

Kab. Pasaman Barat

Kab. Sampang

Angka Putus Sekolah (lanjutan)

Angka Nasional Angka Putus

Sekolah

Page 70: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 62

8. Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara

jumlah siswa SMP dengan penduduk usia 13-15 tahun dan dinyatakan dalam persentase. Hal ini dapat untuk mengetahui banyaknya penduduk 13-15 yang bersekolah di SMP tiap kabupaten/kota.

a. Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terluar

Angka Partisipasi Kasar (APK) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 22 berkisar antara 79,67 terendah (Kota Jayapura) sampai 108,97 tertinggi (Kabupaten Aceh Besar) dengan angka nasional sebesar 100,72. Terdapat 6 wilayah terluar kabupaten/kota (30,00%) memiliki APK yang lebih tinggi atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Serdang Bedagai, 2) Kota Sabang, 3) Kab. Kepulauan Sangihe, 4) Kab. Sanggau, 5) Kab. Kepulauan Talaud dan 6) Kab. Aceh Besar. Sisanya sebanyak 14 kabupaten/kota (70,00%) memiliki APK lebih rendah atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 22

Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terluar

79,67

85,98

91,11

91,82

93,63

95,93

96,00

96,02

96,76

96,96

97,89

98,71

99,04

99,08

100,72

101,26

101,93

103,70

107,67

108,34

108,97

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kota Jayapura

Kab. Malinau

Kab. Pelalawan

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Karimun

Kab. Bintan

Kota Dumai

Kab. Berau

Kab. Rokan Hilir

Kota Batam

Kab. Bengkalis

Kab. Natuna

Nasional

Kab. Serdang Bedagai

Kota Sabang

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Sanggau

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Aceh Besar

Angka Partisipasi Kasar

Angka Nasional

APK(100,72)

Page 71: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 63

b. Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terdepan Angka Partisipasi Kasar (APK) di wilayah terdepan seperti

terdapat pada grafik 23 berkisar antara 56,75 (Kabupaten Merauke) terendah sampai 109,69 (Kabupaten Maluku Tenggara Barat) tertinggi dengan angka nasional sebesar 100,72. Terdapat 7 wilayah terdepan (30,43%) memiliki APK yang lebih tinggi atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Kupang, 2) Kab. Maluku Barat Daya, 3) Kab. Rote-Ndao, 4) Kab. Kapuas Hulu, 5) Kab. Kepulauan Morotai, 6) Kab. Kepulauan Aru dan 7) Kab. Maluku Tenggara Barat. Sisanya sebanyak 16 kabupaten/kota (69,57%) memiliki APK lebih rendah atau sama dengan angka nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 23

Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Terdepan

56,75

57,61

58,88

60,92

67,71

87,96

92,02

94,53

95,40

95,86

97,29

98,14

98,80

98,94

99,32

100,36

100,72

101,47

102,16

102,30

105,12

107,01

107,86

109,69

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kab. Merauke

Kab. Supiori

Kab. Boven Digoel

Kab. Keerom

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Raja Ampat

Kab. Nunukan

Kab. Sabu Raijua

Kab. Alor

Kab. Sintang

Kab. Bengkayang

Kab. Belu

Kab. Sambas

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Malaka

Nasional

Kab. Kupang

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Rote-Ndao

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Maluku Tenggara Barat

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Nasional APK

(100,72)

Page 72: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 64

c. Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Tertinggal Angka Partisipasi Kasar (APK) wilayah tertinggal seperti

terdapat pada grafik 24 berkisar antara 47,93 (Kabupaten Ndunga) terendah sampai dengan 110,68 (Kabupaten Situbondo) tertinggi, dengan APK nasional sebesar 100,72. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (100,72) maka terdapat 43 kabupaten (43,43%) yang lebih tinggi dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Parigi Moutong, 2) Kab. Timor Tengah Selatan, 3) Kab. Mamuju Tengah, 4) Kab. Lampung Barat, 5) Kab. Pasaman Barat, 6) Kab. Hulu Sungai Utara, 7) Kab. Lombok Timur, 8) Kab. Buru, 9) Kab. Lebak, 10) Kab. Banggai Kepulauan, 11) Kab. Bombana, 12) Kab. Sumbawa Barat, 13) Kab. Nias Utara, 14) Kab. Halmahera Timur, 15) Kab. Lombok Utara, 16) Kab. Aceh Singkil, 17) Kab. Nias Selatan, 18) Kab. Polewali Mandar, 19) Kab. Lombok Barat, 20) Kab. Nias Barat, 21) Kab. Tojo Una-Una, 22) Kab. Buol, 23) Kab. Pulau Taliabu, 24) Kab. Buru Selatan, 25) Kab. Dompu, 26) Kab. Nias, 27) Kab. Kepulauan Sula, 28) Kab. Seram Bagian Barat, 29) Kab. Sumbawa, 30) Kab. Morowali Utara, 31) Kab. Bondowoso, 32) Kab. Lombok Tengah, 33) Kab. Manggarai Barat, 34) Kab. Banggai Laut, 35) Kab. Seram Bagian Timur, 36) Kab. Konawe, 37) Kab. ToliToli, 38) Kab. Halmahera Barat, 39) Kab. Sigi, 40) Kab. Donggala, 41) Kab. Halmahera Selatan, 42) Kab. Konawe Kepulauan, dan 43) Kab. Situbondo. Sebaliknya, kabupaten dengan APK lebih rendah dari angka nasional terdapat di 56 kabupaten (56,57%).

Page 73: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 65

Grafik 24 Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Tertinggal

99,5699,6799,7599,86100,34100,41100,72101,08101,48102,00102,07102,15102,63102,84103,19103,38103,94104,05104,56104,83105,09105,32105,72105,84106,06106,20106,45106,63106,74107,05107,16107,27107,36107,50107,67108,00108,59108,73108,77108,77108,85109,03109,18109,26109,47109,73109,81109,87109,87110,68

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kab. Solok Selatan

Kab. Seruyan

Kab. Bangkalan

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Bima

Kab. Maluku Tengah

Nasional

Kab. Parigi Moutong

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Lampung Barat

Kab. Pasaman Barat

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Lombok Timur

Kab. Buru

Kab. Lebak

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Bombana

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Nias Utara

Kab. Halmahera Timur

Kab. Lombok Utara

Kab. Aceh Singkil

Kab. Nias Selatan

Kab. Polewali Mandar

Kab. Lombok Barat

Kab. Nias Barat

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Buol

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Buru Selatan

Kab. Dompu

Kab. Nias

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Sumbawa

Kab. Morowali Utara

Kab. Bondowoso

Kab. Lombok Tengah

Kab. Manggarai Barat

Kab. Banggai Laut

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Konawe

Kab. ToliToli

Kab. Halmahera Barat

Kab. Sigi

Kab. Donggala

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Situbondo

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Nasional APK

(100,72)

Page 74: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 66

Grafik 24A Angka Partisipasi Kasar (APK) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

47,93

52,26

56,60

56,92

57,34

57,57

58,20

62,01

63,66

63,67

63,74

63,74

65,36

66,06

66,06

67,06

67,44

69,70

70,16

72,26

75,49

82,74

89,39

91,35

93,34

94,03

95,12

95,25

95,46

95,61

95,72

95,92

96,37

96,40

96,42

96,47

96,54

96,56

96,85

97,06

97,40

97,47

97,83

97,85

98,17

98,36

98,52

98,65

98,67

99,44

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

Kab. Nduga

Kab. Waropen

Kab. Yahukimo

Kab. Asmat

Kab. Puncak

Kab. Sarmi

Kab. Puncak Jaya

Kab. Nabire

Kab. Dogiyai

Kab. Mappi

Kab. Lanny Jaya

Kab. Intan Jaya

Kab. Paniai

Kab. Tolikara

Kab. Yalimo

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Biak Numfor

Kab. Deiyai

Kab. Jaya wijaya

Kab. Membramo Tengah

Kab. Memberamo Raya

Kab. Pandeglang

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Sorong Selatan

Kab. Sorong

Kab. Pohuwato

Kab. Lembata

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Pesisir Barat

Kab. Seluma

Kab. Boalemo

Kab. Teluk Wondama

Kab. Ketapang

Kab. Jeneponto

Kab. Sumba Barat

Kab. Landak

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Sumba Timur

Kab. Sampang

Kab. Manggarai Timur

Kab. Nagakeo

Kab. Ende

Kab. Maybrat

Kab. Manggarai

Kab. Melawi

Kab. Tambrauw

Kab. Sumba Tengah

Kab. Kayong Utara

Kab. Musi Rawas

Angka Partisipasi Kasar (lanjutan)

Page 75: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 67

9. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan

antara jumlah siswa SMP usia 13-15 tahun dengan penduduk usia 13-15 tahun dan dinyatakan dalam persentase. Hal ini dapat untuk mengetahui banyaknya penduduk 13-15 yang bersekolah di SMP tiap kabupaten/kota.

a. Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terluar

Angka Partisipasi Murni (APM) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 25 berkisar antara 54,52 terendah (Kabupaten Malinau) sampai 90,60 tertinggi (Kabupaten Kepulauan Talaud) dengan angka nasional sebesar 80,68. Terdapat 6 wilayah terluar kabupaten/kota (30,00%) memiliki APM yang lebih tinggi atau lebih baik dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Serdang Bedagai, 2) Kab. Bengkalis, 3) Kab. Kepulauan Sangihe, 4) Kota Batam, 5) Kab. Aceh Besar, dan 6) Kab. Kepulauan Talaud. Sisanya sebanyak 14 kabupaten/kota (70,00%) memiliki APK lebih rendah atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 25

Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terluar

54,52

57,33

59,56

66,84

71,70

72,14

73,34

73,58

73,77

73,99

75,93

77,53

77,63

78,79

80,68

81,13

82,41

83,01

89,76

90,31

90,60

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Malinau

Kab. Kepulauan Anambas

Kota Jayapura

Kab. Bintan

Kab. Natuna

Kab. Pelalawan

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Karimun

Kota Dumai

Kab. Sanggau

Kab. Rokan Hilir

Kab. Berau

Kab. Kepulauan Meranti

Kota Sabang

Nasional

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Bengkalis

Kab. Kep. Sangihe

Kota Batam

Kab. Aceh Besar

Kab. Kepulauan Talaud

Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Nasional

APM(80,68)

Page 76: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 68

b. Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terdepan Angka Partisipasi Murni (APM) di wilayah terdepan seperti

terdapat pada grafik 26 berkisar antara 29,25 (Kabupaten Pegunungan Bintang) terendah sampai 84,67 tertinggi (Kabupaten Maluku Tenggara Barat) dengan angka nasional sebesar 80,68. Terdapat satu wilayah terdepan kabupaten Maluku Tenggara Barat memiliki APK yang lebih tinggi atau lebih baik dari angka nasional. Sisanya sebanyak 22 kabupaten/kota (95,65%) memiliki APK lebih rendah atau sama dengan angka nasional yang berarti lebih buruk.

Grafik 26

Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Terdepan

29,25

32,56

36,85

40,85

42,81

53,89

58,86

61,89

62,75

63,08

63,69

64,92

65,47

66,25

67,99

68,73

70,78

71,60

74,73

75,01

78,54

80,13

80,68

84,67

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Supiori

Kab. Merauke

Kab. Boven Digoel

Kab. Keerom

Kab. Raja Ampat

Kab. Nunukan

Kab. Sintang

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Sabu Raijua

Kab. Bengkayang

Kab. Belu

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Malaka

Kab. Kupang

Kab. Alor

Kab. Sambas

Kab. Rote-Ndao

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Kepulauan Aru

Nasional

Kab. Maluku Tenggara Barat

Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Nasional

APM(80,68)

Page 77: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 69

c. Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Tertinggal Angka Partisipasi Murni (APM) wilayah tertinggal seperti

terdapat pada grafik 27 berkisar antara 10,70 (Kabupaten Intan Jaya) terendah sampai dengan 90,17 (Kabupaten Aceh Singkil) tertinggi, dengan APK nasional sebesar 80,68. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (80,68) maka terdapat 15 kabupaten/kota (15,15) yang lebih tinggi atau lebih baik dari angka nasional yaitu 1) Kab. Lebak, 2) Kab. Bondowoso, 3) Kab. Lombok Timur, 4) Kab. Tojo Una-Una, 5) Kab. Banggai Kepulauan, 6) Kab. Seram Bagian Barat, 7) Kab. Lombok Barat, 8) Kab. Morowali Utara, 9) Kab. Toli Toli, 10) Kab. Donggala, 11) Kab. Halmahera Barat, 12) Kab. Lombok Tengah, 13) Kab. Sumbawa, 14) Kab. Situbondo, dan 15) Kab. Aceh Singkil. Sisanya sebanyak 84 kabupaten/kota (84,85%) memiliki APK lebih rendah atau sama dengan nasional yang berarti lebih buruk.

Page 78: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 70

Grafik 27 Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Tertinggal

71,3372,4172,4672,6873,5874,3674,6375,5075,5875,6375,6475,7775,7875,9077,1977,2077,2377,2977,5877,6677,8278,0478,0678,2678,2778,6679,2279,3579,8479,8680,0180,0980,2780,6280,6880,7280,7481,0181,2681,3182,6483,0583,2983,7983,9084,2085,9287,7688,8590,17

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Jeneponto

Kab. Seluma

Kab. Halmahera Timur

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Bombana

Kab. Nias Selatan

Kab. Pesisir Barat

Kab. Solok Selatan

Kab. Pasaman Barat

Kab. Sigi

Kab. Bima

Kab. Dompu

Kab. Nias

Kab. Parigi Moutong

Kab. Maluku Tengah

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Lombok Utara

Kab. Konawe

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Nias Barat

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Buru Selatan

Kab. Polewali Mandar

Kab. Nias Utara

Kab. Manggarai Barat

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Musi Rawas

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Buol

Kab. Buru

Kab. Lampung Barat

Nasional

Kab. Lebak

Kab. Bondowoso

Kab. Lombok Timur

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Lombok Barat

Kab. Morowali Utara

Kab. ToliToli

Kab. Donggala

Kab. Halmahera Barat

Kab. Lombok Tengah

Kab. Sumbawa

Kab. Situbondo

Kab. Aceh Singkil

Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Nasional

APM(80,68)

Page 79: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 71

Grafik 27A Angka Partisipasi Murni (APM) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

10,7028,0428,55

30,8131,1631,4031,41

33,3834,1134,4236,03

38,5638,61

41,5041,8642,0043,4743,83

46,2347,2048,2948,9349,2649,40

58,0358,4059,3859,49

62,2462,6662,9864,6264,9064,9365,6765,8265,9366,5166,9567,0167,6168,0868,1168,3068,4468,7069,2969,7870,44

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Intan Jaya

Kab. Mappi

Kab. Asmat

Kab. Puncak

Kab. Yahukimo

Kab. Sarmi

Kab. Nduga

Kab. Membramo Tengah

Kab. Paniai

Kab. Waropen

Kab. Puncak Jaya

Kab. Dogiyai

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Lanny Jaya

Kab. Yalimo

Kab. Memberamo Raya

Kab. Biak Numfor

Kab. Nabire

Kab. Sorong Selatan

Kab. Jaya wijaya

Kab. Tolikara

Kab. Deiyai

Kab. Tambrauw

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Teluk Wondama

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Sumba Barat

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Sampang

Kab. Landak

Kab. Sumba Timur

Kab. Manggarai Timur

Kab. Lembata

Kab. Sumba Tengah

Kab. Maybrat

Kab. Pandeglang

Kab. Ende

Kab. Manggarai

Kab. Banggai Laut

Kab. Pohuwato

Kab. Bangkalan

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Sorong

Kab. Nagakeo

Kab. Melawi

Kab. Ketapang

Kab. Boalemo

Kab. Seruyan

Angka Partisipasi Murni (APM) (lanjutan)

Page 80: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 72

10. Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) R-Rb/RK merupakan perbandingan antara jumlah rombongan

belajar dengan jumlah ruang kelas. Idealnya adalah 1, berarti ruang kelas hanya digunakan sekali, kurang dari 1 berarti terdapat ruang kelas yang belum digunakan dan lebih dari 1 berarti terdapat ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali. Makin tinggi nilainya berarti makin kurang jumlah ruang kelas yang dimiliki. Kegunaan untuk mengetahui kekurangan/kelebihan ruang kelas di sekolah dan wilayah sehingga dapat dijadikan bahan untuk menentukan prioritas sekolah mana yang akan diberi tambahan ruang kelas. a. Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah

Terluar Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) di wilayah

terluar seperti terdapat pada grafik 28 berkisar antara 0,87 terkecil yang berarti terdapat ruang kelas yang belum digunakan atau kelebihan ruang kelas (Kabupaten Natuna) sampai 1,23 tertinggi yang berarti terdapat ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali (Kota Dumai) dengan angka nasional sebesar 1,02. Terdapat 9 wilayah terluar kabupaten/kota (45,00%) memiliki R-Rb/RK yang lebih rendah dari angka nasional, yaitu 1) Kab. Natuna, 2) Kab. Kepulauan Sangihe, 3) Kab. Kepulauan Talaud, 4) Kota Sabang, 5) Kab. Kepulauan Anambas, 6) Kab. Aceh Besar, 7) Kab. Bengkalis, 8) Kota Jayapura dan 9) Kab. Bintan. Sisanya sebanyak 11 kabupaten/kota (55,00%) memiliki R-K/RK lebih tinggi atau sama dengan nasional yang berarti terdapat ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali.

Page 81: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 73

Grafik 28 Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Terluar

b. Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Terdepan

Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) di wilayah terdepan seperti terdapat pada grafik 29 berkisar antara 0,92 terendah (Kabupaten Kepulauan Aru) sampai 1,59 (Kabupaten Kepulauan Morotai) tertinggi dengan angka nasional sebesar 1,02. Terdapat 7 kabupaten/kota (30,4%) wilayah terdepan memiliki APK yang lebih rendah atau sama dengan angka nasional yaitu 1) Kab. Kepulauan Aru, 2) Kab. Keerom, 3) Kab. Sintang, 4) Kab. Maluku Tenggara Barat, 5) Kab. Kapuas Hulu, 6) Kab. Malaka, dan 7) Kab. Supiori. Sisanya sebanyak 16 kabupaten/kota (65,57%) memiliki R-Rb/RK lebih tinggi dari angka nasional.

0,87

0,91

0,92

0,93

0,93

0,96

0,98

1,00

1,02

1,02

1,02

1,05

1,07

1,08

1,10

1,11

1,11

1,12

1,13

1,21

1,23

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

Kab. Natuna

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Kepulauan Talaud

Kota Sabang

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Aceh Besar

Kab. Bengkalis

Kota Jayapura

Kab. Bintan

Nasional

Kab. Rokan Hilir

Kab. Karimun

Kab. Serdang Bedagai

Kab. Malinau

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Kepulauan Meranti

Kota Batam

Kab. Sanggau

Kab. Berau

Kab. Pelalawan

Kota Dumai

Rasio Rombel per Ruang Kelas

Angka Nasional R-K/RK(1,02)

Page 82: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 74

Grafik 29 Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah

Terdepan

c. Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Tertinggal

Rasio rombongan belajar per ruang kelas (R-Rb/RK) wilayah tertinggal terdapat pada grafik 30 berkisar antara 0,83 (Kabupaten Pesisir Barat) terendah yang berarti terdapat ruang kelas yang belum dimanfaatkan sampai dengan 1,80 (Kabupaten Memberamo Raya) tertinggi yang berarti terdapat ruang kelas yang digunakan untuk belajar mengajar lebih dari satu kali, dengan R-Rb/RK nasional sebesar 1,02. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (1,02) maka terdapat 22 kabupaten/kota (22,22%) yang lebih besar dari angka nasional yaitu 1) Kab. Melawi, 2) Kab. Ende, 3) Kab. Bima, 4) Kab. Nias Utara, 5) Kab. Musi Rawas Utara, 6) Kab. Seram Bagian Timur, 7) Kab. Waropen, 8) Kab. Aceh Singkil, 9) Kab. Konawe, 10) Kab. Asmat,

0,92

0,96

1,00

1,00

1,01

1,01

1,02

1,02

1,04

1,04

1,05

1,06

1,06

1,07

1,09

1,10

1,11

1,14

1,15

1,17

1,19

1,24

1,33

1,59

0,50 0,70 0,90 1,10 1,30 1,50 1,70

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Keerom

Kab. Sintang

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Malaka

Kab. Supiori

Nasional

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Rote-Ndao

Kab. Merauke

Kab. Sambas

Kab. Boven Digoel

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Alor

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Belu

Kab. Sabu Raijua

Kab. Nunukan

Kab. Bengkayang

Kab. Raja Ampat

Kab. Kupang

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Kepulauan Morotai

Rasio Rombel per Ruang Kelas

Angka Nasional R-K/RK(1,02)

Page 83: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 75

11) Kab. Nias, 12) Kab. Maluku Tengah, 13) Kab. Nabire, 14) Kab. Musi Rawas, 15) Kab. Seluma, 16) Kab. Pandeglang, 17) Kab. Donggala, 18) Kab. Kepulauan Sula, 19) Kab. Teluk Bintuni, 20) Kab. Toli Toli, 21) Kab. Biak Numfor, dan 22) Kab. Yalimo. Sisanya sebanyak 77 kabupaten/kota (77,78%) memiliki R-Rb/RK lebih rendah atau sama dengan nasional.

Grafik 30

Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah Tertinggal

1,07

1,08

1,08

1,08

1,09

1,09

1,09

1,09

1,09

1,09

1,09

1,10

1,10

1,10

1,10

1,10

1,11

1,11

1,11

1,12

1,12

1,13

1,13

1,14

1,14

1,15

1,16

1,17

1,18

1,18

1,18

1,18

1,18

1,19

1,19

1,19

1,21

1,21

1,21

1,24

1,25

1,26

1,35

1,40

1,42

1,44

1,62

1,68

1,68

1,80

0,50 1,00 1,50 2,00

Kab. Sumbawa

Kab. Parigi Moutong

Kab. Tolikara

Kab. Sumba Timur

Kab. Ketapang

Kab. Halmahera Barat

Kab. Lebak

Kab. Sigi

Kab. Morowali Utara

Kab. Polewali Mandar

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Deiyai

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Nias Barat

Kab. Jaya wijaya

Kab. Bondowoso

Kab. Situbondo

Kab. Lombok Timur

Kab. Membramo Tengah

Kab. Halmahera Timur

Kab. Bombana

Kab. Buru

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Nias Selatan

Kab. Sumba Barat

Kab. Lombok Tengah

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Manggarai

Kab. Sorong

Kab. Banggai Laut

Kab. Bangkalan

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Sampang

Kab. Tambrauw

Kab. Buol

Kab. Maybrat

Kab. Yahukimo

Kab. Paniai

Kab. Lembata

Kab. Dompu

Kab. Dogiyai

Kab. Manggarai Barat

Kab. Manggarai Timur

Kab. Sarmi

Kab. Mappi

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Puncak Jaya

Kab. Memberamo Raya

Rasio Rombel per Ruang Kelas

Page 84: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 76

Grafik 30A Rasio Rombongan Belajar per Ruang Kelas (R-Rb/RK) Wilayah

Tertinggal (lanjutan)

0,83

0,86

0,88

0,89

0,90

0,92

0,92

0,92

0,94

0,94

0,94

0,96

0,96

0,96

0,98

0,98

0,98

0,99

0,99

1,00

1,00

1,00

1,00

1,01

1,01

1,02

1,02

1,02

1,02

1,02

1,02

1,03

1,03

1,03

1,03

1,03

1,03

1,04

1,04

1,04

1,05

1,05

1,05

1,05

1,05

1,05

1,05

1,06

1,07

1,07

0,50 1,00 1,50 2,00

Kab. Pesisir Barat

Kab. Hulu Sungai Utara

Kab. Nduga

Kab. Puncak

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Lampung Barat

Kab. Nagakeo

Kab. Solok Selatan

Kab. Lanny Jaya

Kab. Seruyan

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Pohuwato

Kab. Intan Jaya

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Buru Selatan

Kab. Sorong Selatan

Kab. Jeneponto

Kab. Pasaman Barat

Kab. Kayong Utara

Kab. Landak

Kab. Lombok Barat

Kab. Lombok Utara

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Sumba Tengah

Kab. Boalemo

Kab. Teluk Wondama

Kab. Banggai Kepulauan

Nasional

Kab. Melawi

Kab. Ende

Kab. Bima

Kab. Nias Utara

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Waropen

Kab. Aceh Singkil

Kab. Konawe

Kab. Asmat

Kab. Nias

Kab. Maluku Tengah

Kab. Nabire

Kab. Musi Rawas

Kab. Seluma

Kab. Pandeglang

Kab. Donggala

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Teluk Bintuni

Kab. ToliToli

Kab. Biak Numfor

Kab. Yalimo

Rasio Rombel per Ruang Kelas (lanjutan)

Angka Nasional R-K/RK(1,02)

Page 85: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 77

11. Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) a. Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terluar

Persentase ruang kelas baik (% RKB) di wilayah terluar seperti terdapat pada grafik 31 berkisar antara 8,52 terkecil (Kabupaten Kepulauan Meranti) sampai 53,22 tertinggi (Kota Batam) yang baru separoh lebih sedikit % RKB yang baik dengan angka nasional sebesar 26,97. Terdapat 9 wilayah kabupaten/kota terluar (45,00%) memiliki % RKB yang lebih tinggi dari angka nasional, yaitu 1) Kota Dumai, 2) Kab. Bengkalis, 3) Kota Sabang, 4) Kab. Malinau, 5) Kab. Karimun, 6) Kab. Kepulauan Sangihe, 7) Kab. Kepulauan Anambas, 8) Kab. Pelalawan, dan 9) Kota Batam. Sisanya sebanyak 11 kabupaten/kota (55,00%) memiliki % RKB lebih tinggi atau sama dengan nasional.

Grafik 31 Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terluar

8,52

12,55

16,44

16,61

17,73

18,08

19,76

21,76

25,00

25,10

26,64

26,97

27,45

29,19

30,56

31,01

31,38

34,01

37,29

38,04

53,22

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Sanggau

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Aceh Besar

Kab. Rokan Hilir

Kab. Berau

Kab. Bintan

Kab. Natuna

Kab. Serdang Bedagai

Kota Jayapura

Nasional

Kota Dumai

Kab. Bengkalis

Kota Sabang

Kab. Malinau

Kab. Karimun

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Pelalawan

Kota Batam

% Ruang Kelas Baik (% RKB)

Angka Nasional

% RKB(26,97)

Page 86: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 78

b. Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terdepan Persentase ruang kelas baik (% RKB) di wilayah terdepan

seperti terdapat pada grafik 32 berkisar antara 5,00 (Kabupaten Mahakam Ulu) terendah sampai 58,53 (Kabupaten Kepulauan Aru) tertinggi dengan angka nasional sebesar 26,97. Terdapat 4 kabupaten/kota (17,39%) wilayah terdepan memiliki % RKB yang lebih rendah atau sama dengan angka nasional yaitu 1) Kab. Nunukan, 2) Kab. Sabu Raijua, 3) Kab. Boven Digoel, dan 4) Kab. Kepulauan Aru. Sisanya sebanyak 19 kabupaten/kota (82,61%) memiliki % RKB lebih tinggi dari angka nasional.

Grafik 32

Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Terdepan

5,00

6,60

11,58

11,63

11,76

12,42

12,84

13,03

13,21

14,63

15,79

16,60

17,68

18,13

18,50

18,56

18,75

20,02

23,63

26,97

28,06

39,41

47,47

58,53

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Rote-Ndao

Kab. Alor

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Keerom

Kab. Malaka

Kab. Raja Ampat

Kab. Merauke

Kab. Bengkayang

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Supiori

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Sintang

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Kupang

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Belu

Kab. Sambas

Kab. Maluku Barat Daya

Nasional

Kab. Nunukan

Kab. Sabu Raijua

Kab. Boven Digoel

Kab. Kepulauan Aru

% Ruang Kelas Baik (% RKB)

Angka Nasional

% RKB(26,97)

Page 87: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 79

c. Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Tertinggal Persentase ruang kelas baik (% RKB) wilayah tertinggal yang

terdapat pada grafik 33, berkisar antara 0,00 (Kab. Intan Jaya, Kab. Puncak dan Kab. Maybrat) terendah yang berarti tidak ada ruang kelas keadaan baik sampai dengan 88,66 (Kabupaten Lanny Jaya) tertinggi, dengan % RKB nasional sebesar 26,97. Apabila dikaitkan dengan standar nasional (26,97) maka terdapat 18 kabupaten/kota (18,18%) yang lebih besar dari angka nasional yaitu 1) Kab. Lampung Barat, 2) Kab. Lombok Timur, 3) Kab. Nagakeo, 4) Kab. Toli Toli, 5) Kab. Seruyan, 6) Kab. Donggala, 7) Kab. Gorontalo Utara, 8) Kab. Pohuwato, 9) Kab. Seluma, 10) Kab. Sigi, 11) Kab. Tojo Una-Una, 12) Kab. Manggarai, 13) Kab. Nabire, 14) Kab. Lombok Utara, 15) Kab. Membramo Tengah, 16) Kab. Pasaman Barat, 17) Kab. Kayong Utara, dan 18) Kab. Lanny Jaya. Sisanya sebanyak 81 kabupaten/kota (81,82%) memiliki R-RKB lebih rendah atau sama dengan nasional.

Page 88: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 80

Grafik 33 Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Tertinggal

18,8019,0719,2319,2419,3019,4719,6319,6720,1020,8020,8121,0521,0921,4922,0522,2622,3922,6823,1623,2623,3223,5323,6023,6823,8224,4924,6524,6725,2125,9126,2126,7426,9727,3327,9728,3929,51

31,6531,8533,5933,7335,7836,7336,9036,9637,84

41,3142,3142,62

45,9188,66

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Landak

Kab. Situbondo

Kab. Nduga

Kab. Seram Bagian Barat

Kab. Yalimo

Kab. Lombok Barat

Kab. Biak Numfor

Kab. Timor Tengah Selatan

Kab. Jaya wijaya

Kab. Bondowoso

Kab. Maluku Tengah

Kab. Banggai Laut

Kab. Polewali Mandar

Kab. Melawi

Kab. Sumbawa

Kab. Musi Rawas

Kab. Kepulauan Sula

Kab. Ende

Kab. Lombok Tengah

Kab. Boalemo

Kab. Lebak

Kab. Asmat

Kab. Manggarai Timur

Kab. Waropen

Kab. Pandeglang

Kab. Yahukimo

Kab. Halmahera Barat

Kab. Bima

Kab. Manggarai Barat

Kab. Morowali Utara

Kab. Sorong Selatan

Kab. Hulu Sungai Utara

Nasional

Kab. Lampung Barat

Kab. Lombok Timur

Kab. Nagakeo

Kab. ToliToli

Kab. Seruyan

Kab. Donggala

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Pohuwato

Kab. Seluma

Kab. Sigi

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Manggarai

Kab. Nabire

Kab. Lombok Utara

Kab. Membramo Tengah

Kab. Pasaman Barat

Kab. Kayong Utara

Kab. Lanny Jaya

% Ruang Kelas Baik (% RKB)

Angka Nasional

% RKB(26,97)

Page 89: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 81

Grafik 33A Persentase Ruang Kelas Baik (% RKB) Wilayah Tertinggal (lanjutan)

0,00

0,00

0,00

1,52

2,63

3,79

5,00

5,43

6,34

6,82

7,14

7,69

7,83

8,09

8,20

8,33

8,59

9,21

9,38

10,20

10,97

11,17

11,39

12,00

12,22

12,50

12,67

12,73

13,18

13,43

13,70

14,20

14,29

14,29

14,35

14,72

15,63

15,98

16,17

16,70

16,96

17,01

17,62

17,89

17,99

18,12

18,12

18,55

18,62

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Intan Jaya

Kab. Puncak

Kab. Maybrat

Kab. Sarmi

Kab. Memberamo Raya

Kab. Kepulauan Yapen

Kab. Sumba Barat

Kab. Nias Utara

Kab. Nias

Kab. Tambrauw

Kab. Deiyai

Kab. Puncak Jaya

Kab. Kepulauan Mentawai

Kab. Nias Barat

Kab. Dogiyai

Kab. Pulau Taliabu

Kab. Nias Selatan

Kab. Paniai

Kab. Teluk Wondama

Kab. Mappi

Kab. Aceh Singkil

Kab. Sampang

Kab. Sorong

Kab. Konawe

Kab. Buru Selatan

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Teluk Bintuni

Kab. Buru

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Jeneponto

Kab. Pesisir Barat

Kab. Parigi Moutong

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Tolikara

Kab. Halmahera Timur

Kab. Buol

Kab. Dompu

Kab. Halmahera Selatan

Kab. Sumba Timur

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Sumba Tengah

Kab. Solok Selatan

Kab. Bangkalan

Kab. Bombana

Kab. Lembata

Kab. Ketapang

% Ruang Kelas Baik (% RKB) (lanjutan)

Page 90: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 82

12. Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Rasio kepala sekolah per sekolah (R-KS/Sek) merupakan perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah kepala sekolah. R-KS/Sek dapat dipergunakan untuk menggambarkan berapa sekolah yang belum mempunyai kepala sekolah. a. Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terluar

R-KS/Sek wilayah terluar seperti terlihat pada grafik 34 berkisar antara 66,67 terendah (Kabupaten Bintan) dan 100,00 (kota Sabang). Hal ini dapat dikatakan bahwa wilayah terluar yang kebutuhan kepala sekolah telah terpenuhi atau kata lain bahwa tiap sekolah sudah mempunyai kepala sekolah hanya 1 yaitu kota Sabang. Seadangkan 19 kabupate/kota masih kekurangan kepala sekolah, dengan terendah adalah kabupaten Bintan dan kebupaten Karimun dengan masing masing kekurangan kepala sekolah sebesar 33,33% dan 32,00%.

Grafik 34 Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terluar

66,67

68,00

72,00

73,17

73,91

74,44

76,19

78,20

81,03

83,08

84,78

84,85

85,71

86,09

86,60

87,18

87,50

91,43

96,55

100,00

100,00

40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Bintan

Kab. Karimun

Kab. Kepulauan Anambas

Kab. Kepulauan Talaud

Kab. Kepulauan Meranti

Kab. Indragiri Hilir

Kab. Serdang Bedagai

Kota Batam

Kab. Kep. Sangihe

Kab. Pelalawan

Kab. Berau

Kota Jayapura

Kab. Natuna

Kab. Sanggau

Kab. Bengkalis

Kab. Rokan Hilir

Kota Dumai

Kab. Aceh Besar

Kab. Malinau

Nasional

Kota Sabang

Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek)

Page 91: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 83

b. Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terdepan Rasio kepala sekolah per sekolah (R-KS/Sek) di wilayah

terdepan seperti terdapat pada grafik 35 berkisar antara 65,41 terendah sampai 100,00 (Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Supiori) tertinggi. Terdapat 21 kabupaten/kota (91,30%) wilayah terdepan memiliki R-KS/Sek memiliki angka kurang dari 100,00 yang berarti masih kekurangan kepala sekolah.

Grafik 35

Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Terdepan

65,41

76,72

77,33

78,95

80,00

80,21

80,77

82,86

84,44

84,48

84,62

84,62

86,17

87,16

89,66

91,67

92,00

92,31

96,08

96,67

97,50

100,00

100,00

100,00

40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Kupang

Kab. Sambas

Kab. Bengkayang

Kab. Sabu Raijua

Kab. Kepulauan Aru

Kab. Alor

Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Rote-Ndao

Kab. Nunukan

Kab. Maluku Tenggara Barat

Kab. Mahakam Ulu

Kab. Boven Digoel

Kab. Kapuas Hulu

Kab. Sintang

Kab. Malaka

Kab. Keerom

Kab. Kepulauan Morotai

Kab. Timor Tengah Utara

Kab. Merauke

Kab. Raja Ampat

Kab. Belu

Nasional

Kab. Pegunungan Bintang

Kab. Supiori

Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek)

Page 92: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 84

c. Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Tertinggal Rasio kepala sekolah per sekolah (R-KS/Sek) wilayah tertinggal

yang terdapat pada grafik 36, berkisar antara 48,48 (Kabupaten Lombok Utara) terendah yang berarti masih kekurangan kepala sekolah sampai dengan 100,00 tertinggi atau dengan kata lain kepala sekolah sudah terpenuhi. Terdapat 8 kabupaten/kota (7,07%) mempunyai R-KS/Sek sebesar 100,00 atau sama dengan angka nasional atau dengan kata lain kepala sekolah sudah cukup atau telah terpenuhi 1 sekolah 1 kepala sekolah yaitu 1) Kab. Puncak Jaya, 2) Kab. Yalimo, 3) Kab. Deiyai, 4) Kab. Puncak, 5) Kab. Teluk Wondama, 6) Kab. Tambrauw, dan 7) Kab. Maybrat. Hal ini dapat dikatakan bahwa masih terdapat 92 kabupaten/kota (92,93%) masih kekurangan kepala sekolah.

Page 93: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 85

Grafik 36 Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Tertinggal

82,2682,5682,6182,8683,3383,3383,5084,6284,6284,7885,7185,7185,7185,7186,0586,2787,1087,5087,6987,7688,2488,2488,8988,8989,0689,2989,4789,4789,8790,0090,3290,57

91,8992,3192,3192,7392,81

94,1294,1294,4495,35

96,88100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00100,00

40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Pasaman BaratKab. Lebak

Kab. Lanny JayaKab. Banggai LautKab. Aceh Singkil

Kab. Kepulauan MentawaiKab. Halmahera Selatan

Kab. PaniaiKab. Asmat

Kab. SelumaKab. Pesisir Barat

Kab. DonggalaKab. Pulau TaliabuKab. Sumba Barat

Kab. EndeKab. Kepulauan Sula

Kab. Halmahera BaratKab. Sorong SelatanKab. Maluku Tengah

Kab. BuruKab. Halmahera Timur

Kab. SarmiKab. Buru Selatan

Kab. Kepulauan YapenKab. Manggarai

Kab. Hulu Sungai UtaraKab. Solok Selatan

Kab. Seram Bagian BaratKab. Manggarai Barat

Kab. PohuwatoKab. Konawe

Kab. NagakeoKab. Sumba Timur

Kab. BoalemoKab. Dogiyai

Kab. BombanaKab. Timor Tengah Selatan

Kab. Biak NumforKab. TolikaraKab. SorongKab. Nabire

Kab. Teluk BintuniNasional

Kab. Puncak JayaKab. YalimoKab. Deiyai

Kab. PuncakKab. Teluk Wondama

Kab. TambrauwKab. Maybrat

Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek)

Page 94: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 86

Grafik 36A Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek) Wilayah Tertinggal

(lanjutan)

48,48

52,73

57,83

59,80

60,19

61,00

61,40

61,73

62,22

62,92

64,29

65,31

65,97

66,67

66,67

66,67

67,86

69,23

69,35

69,74

70,41

70,97

71,05

71,43

71,74

73,44

73,81

74,49

75,00

75,86

76,19

76,53

76,56

76,62

76,71

78,00

78,33

78,57

79,13

79,31

79,59

79,84

80,00

80,16

81,08

81,13

81,25

81,63

81,82

82,14

40,00 60,00 80,00 100,00

Kab. Lombok Utara

Kab. Seruyan

Kab. Lombok Barat

Kab. Lombok Timur

Kab. Melawi

Kab. Sumbawa

Kab. Dompu

Kab. Polewali Mandar

Kab. Lembata

Kab. Situbondo

Kab. Mappi

Kab. Tojo Una-Una

Kab. Lombok Tengah

Kab. Musi Rawas Utara

Kab. Konawe Kepulauan

Kab. Intan Jaya

Kab. Mamuju Tengah

Kab. Memberamo Raya

Kab. Sigi

Kab. Sumba Barat Daya

Kab. Bondowoso

Kab. Sumba Tengah

Kab. Nias Barat

Kab. Nduga

Kab. Gorontalo Utara

Kab. Musi Rawas

Kab. Morowali Utara

Kab. Landak

Kab. Membramo Tengah

Kab. Yahukimo

Kab. ToliToli

Kab. Parigi Moutong

Kab. Nias Selatan

Kab. Sampang

Kab. Jeneponto

Kab. Nias Utara

Kab. Buol

Kab. Waropen

Kab. Bangkalan

Kab. Jaya wijaya

Kab. Nias

Kab. Bima

Kab. Manggarai Timur

Kab. Ketapang

Kab. Kayong Utara

Kab. Banggai Kepulauan

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Seram Bagian Timur

Kab. Lampung Barat

Kab. Pandeglang

Rasio Kepala Sekolah per Sekolah (R-KS/Sek)(lanjutan)

Page 95: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 87

D. Gambaran Kepala Sekolah dan Guru SMP di Wilayah 3T Distribusi guru yang tidak merata bukanlah masalah yang

sederhana. Banyak faktor yang saling terkait. Sekurang-kurangnya ada empat faktor yang paling banyak berpengaruh terhadap kebijakan distribusi guru yaitu (1) ketiadaan regulasi penempatan dan distribusi guru dalam bentuk payung hukum yang kuat, (2) lemahnya sistem data informasi kependidikan, (3) lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, dan (4) kekuatan permainan elit politik lokal. Regulasi penempatan dan distribusi guru merupakan payung hukum bagi pemeritah daerah dalam mengatur penempatan dan mutasi guru. Hampir di seluruh daerah kabupaten/kota di Indonesia nampaknya belum memiliki Peraturan daerah dan atau sekurang-kurangnya Peraturan Bupati (Perbup) yang memberi kekuatan hukum bagi kepala dinas untuk menempatkan guru dan memutasi guru. Lemahnya regulasi tetang penempatan dan distribusi guru pernah terjadi di Kabupaten Gorontalo. Para guru menggugat terhadap Kepala Dinas Pendidikan karena mereka “tidak rela” dipindah-tugaskan ke daerah terpencil. Para guru mengajukan gugatan melalui PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) dan kepala dinas hampir dikalahkan, namun pada akhirnya dinas pendidikan menang karena dasar pengambilan kebijakan terbukti tidak menyalahi aturan.

Permasalahan di dalam dunia pendidikan di daerah terpencil (3T, Terluar, Terdepan, dan Tertinggal) telah lama kita sadari. Namun dengan dalih keterbatasan pembiayaan dan berbagai peraturan berlaku selalu dijadikan alasan untuk menunda pemecahan maslah tersebut. Sebagai ilustrasi betapa sulitnya menempatkan tenaga guru di daerah-daerah tersebut. Demikian pula sulitnya membangun sarana pendidikan standar karena kesulitan komunikasi atau langkanya alat-alat bantu proses belajar mengajar. Begitu pula tuntutan sistem pendidikan yang standar mengenai jenjang pendidikan serta kurikulum nasional menghambat daerah terpencil untuk mengejar ketertinggalan. Patut disyukuri pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang pemberian tunjangan guru di daerah khusus (Undang-Undang Guru dan Dosen: pasal 18).

Distribusi guru yang proporsional merupakan kebutuhan prioritas mengingat kondisi yang dihadapi dalam ketenagaan guru di

Page 96: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 88

Indonesia. Data guru dari seluruh provinsi di Indonesia menunjukkan terdapat kelebihan dan kekurangan guru pada satuan pendidikan, pada kabupaten/kota dan provinsi yang juga ditambahi dengan adanya alih fungsi guru. Hal tersebut telah menimbulkan kesenjangan pemerataan guru antara satuan pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis pendidikan, antar kabupaten/kota, dan antar provinsi. Untuk mengatasi masalah distribusi yang dihadapi hampir seluruh daerah di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri pada Oktober 2011 lalu. Kesepakatan di antara Menteri Pendidikan Nasional, Menter Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama tersebut, dimaksudkan untuk terlaksananya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Peraturan bersama tersebut mengatur agar guru pegawai negeri sipil (PNS) dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota dan provinsi lain.

Gambaran keadaan Kepala Sekolah di wilayah 3T seperti terlihat pada tabel 4 menunjukkan bahwa apabila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa untuk seluruh wilayah 3T lebih besar laki-laki dibanding dengan perempuan (71,88%, 81,71% dan 84,10%). Dilihat menurut status kepegawaian menunjukkan bahwa kurang dari 30,00% jumlah kepala sekolah berstatus bukan PNS (masing-masing wilayah 28,91%, 14,16% dan 23,54%). Sedangkan kepala sekolah status PNS di wilayah 3T masing-masing 71,09%, 85,84% dan 76,46%, dan yang paling banyak adalah golongan IV masing-masing (74,75%, 60,14% dan 66,28%), sedangkan kepala sekolah PNS terkecil adalah golongan II masing-masing 0,84%, 0,92% dan 1,45%.

Dilihat menurut ijazah di wilayah 3T menunjukkan bahwa lebih dari 80,00% kepala sekolah telah mempunyai ijazah S-1 atau lebih. Bahkan wilayah terluar telah mencapai 91,92%. Dilihat dari kelompok usia menunjukkan bahwa kepala sekolah di wilayah 3T terbanyak pada kelompok usia 46-50 tahun dan 51-55 tahun. Dari dua kelompok usia tersebut jumlah untuk masing-masing wilayah 3T telah mencapai lebih dari 50,00% dan kelompok terkecil pada usia kurang atau sama dengan 30 tahun.

Page 97: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 89

Tabel 4 Gambaran Keadaan Kepala Sekolah Wilayah 3T

Gambaran keadaan Guru di wilayah 3T seperti terlihat pada

tabel 5 menunjukkan bahwa apabila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa untuk seluruh wilayah 3T lebih besar guru perempuan dibanding dengan laki-laki (65,54%, 55,32% dan 51,55%).

Dilihat menurut status jabatan menunjukkan bahwa paling besar jumlah guru berstatus PNS (masing-masing wilayah 52,42%, 50,89% dan 48,13%) dan urutan terbanyak selanjutnya adalah guru dengan status honorer daerah (masing-masing 20,08%, 32,58% 33,82%). Sedangkan guru status tidak tetap di wilayah 3T masing-masing 12,51%, 10,40% dan 7,57%.

Dilihat menurut status kepegawaian menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah guru berstatus bukan PNS (masing-masing wilayah 52,12%, 53,54% dan 56,69%). Sedangkan guru status PNS di wilayah 3T masing-masing 47,88%, 46,46% dan 43,31%, dan yang paling banyak adalah golongan III masing-masing 57,43%, 61,03% dan 60,82%, sedangkan guru PNS terkecil adalah golongan II masing-masing 4,59%, 6,29%, dan 4,01.

Jenis Kelamin

% Laki-laki 71,88 81,71 84,10

% Perempuan 28,12 18,29 15,90

Status Kepegawaian

Golongan II 0,84 0,92 1,45

Golongan III 24,40 38,95 32,27

Golongan IV 74,75 60,14 66,28

PNS 71,09 85,84 76,46

Bukan PNS 28,91 14,16 23,54

Ijazah

<S1 8,08 17,40 12,54

>=S1 91,92 82,60 87,46

Kelompok Usia

<=30 2,89 1,57 3,88

31-35 5,98 5,70 8,15

36-40 8,18 11,60 11,07

41-45 12,96 13,77 13,78

46-50 30,61 25,27 23,92

51-55 23,03 26,35 24,01

>=56 16,35 15,73 15,19

Variabel TertinggalTerluar Terdepan

Page 98: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 90

Dilihat menurut ijazah di wilayah 3T menunjukkan bahwa lebih dari 82,00% guru telah mempunyai ijazah S-1 atau lebih (masing-masing 85,30%, 82,81% dan 83,13%). Dilihat dari kelompok usia menunjukkan bahwa guru di wilayah 3T terbanyak pada kelompok usia di bawah 35 tahun. Sedangkan kelompok terkecil pada usia lebih besar atau sama dengan 56 tahun.

Tabel 5

Gambaran Keadaan Guru di Wilayah 3T

Jenis Kelamin

% Laki-laki 34,46 44,68 48,45

% Perempuan 65,54 55,32 51,55

Jabatan

PNS 52,42 50,89 48,13

PNS Kemenag 0,37 0,64 0,28

PNS DPK 0,36 0,43 0,32

Tetap Yayasan 13,78 4,65 9,64

Guru Bantu 0,49 0,49 0,24

Honor Daerah 20,08 32,52 33,82

Guru Tidak Tetap 12,51 10,40 7,57

Status Kepegawaian

Golongan II 4,59 6,29 4,01

Golongan III 57,43 61,03 60,82

Golongan IV 37,98 32,67 35,17

PNS 47,88 46,46 43,31

Bukan PNS 52,12 53,54 56,69

Ijazah

<S1 14,70 17,19 16,87

>=S1 85,30 82,81 83,13

Kelompok Usia

<=30 22,83 28,41 30,55

31-35 18,98 22,21 20,80

36-40 14,03 13,83 14,12

41-45 12,97 9,21 10,18

46-50 14,93 11,26 11,59

51-55 10,49 9,13 8,12

>=56 5,77 5,94 4,63

Variabel TertinggalTerluar Terdepan

Page 99: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 91

Gambaran keadaan Kepala Sekolah dan Guru di wilayah 3T seperti terlihat pada tabel 6 menunjukkan bahwa apabila dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa untuk wilayah terluar dan terdepan lebih besar perempuan dibanding dengan laki-laki (63,64% dan 53,07%), sedangkan untuk wilayah tertinggal kepala sekolah dan guru perempuan sedikit lebih kecil daripada laki-laki (49,61%). Dilihat menurut status kepegawaian menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah kepala sekolah dan guru berstatus bukan PNS (masing-masing wilayah 50,94%, 51,15% dan 54,88%). Sedangkan kepala sekolah dan guru status PNS paling banyak adalah golongan III (55,00%, 58,69% dan 58,19%), sedangkan kepala sekolah dan guru PNS terkecil adalah golongan II (4,31%, 5,72% dan 3,77%).

Dilihat menurut ijazah di wilayah 3T menunjukkan bahwa lebih dari 80,00% kepala sekolah dan guru telah mempunyai ijazah S-1 atau lebih. Sedangkan apabila dilihat dari kelompok usia menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru di wilayah 3T terbanyak pada usia lebih kecil atau sama dengan 30 tahun dan kelompok terkecil pada usia lebih besar atau sama dengan 56 tahun.

Tabel 6

Gambaran Keadaan Kepala Sekolah dan Guru di Wilayah 3T

Jenis Kelamin

% Laki-laki 36,36 46,93 50,39

% Perempuan 63,64 53,07 49,61

Status Kepegawaian

Golongan II 4,31 5,72 3,77

Golongan III 55,00 58,68 58,19

Golongan IV 40,69 35,60 38,04

PNS 49,06 48,85 45,12

Bukan PNS 50,94 51,15 54,88

Ijazah

<S1 14,36 17,21 16,63

>=S1 85,64 82,79 83,37

Kelompok Usia

<=30 21,82 26,78 29,10

31-35 18,32 21,21 20,11

36-40 13,73 13,70 13,96

41-45 12,97 9,49 10,37

46-50 15,73 12,11 12,26

51-55 11,13 10,17 8,99

>=56 6,31 6,54 5,21

Variabel TertinggalTerluar Terdepan

Page 100: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 92

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Sebaran kepala sekolah dan guru jenjang SMP di Indonesia belum merata ke seluruh wilayah NKRI, khususnya di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). 2) Terdapat banyak kabupaten/kota dengan kategori wilayah 3T masih kekurangan kepala sekolah dan guru SMP berdasarkan pada standar indikator pendidikan nasional yang ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 3) Selain dari sisi kuantitas kepala sekolah dan guru, ada pekerjaan rumah bagi pemerintah baik pusat maupun daerah untuk memikirkan kualitas kepala sekolah dan guru yang sudah ada. Kualitas mulai dari kualifikasi akademik (S-1/D-IV), kemampuan pedagogik, dan sertifikasi. Sebaran kepala sekolah dan guru yang berkualitas juga belum merata ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah yang termasuk kategori 3T. 4). Sarana dan prasarana pendidikan jenjang SMP wilayah 3T baik kuantitas maupun kualitas perlu ditingkatkan.

B. Rekomendasi

Tujuan pembangunan nasional dan amanat dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Seluruh anak bangsa berhak mendapatkan pendidikan dasar di manapun di wilayah NKRI ini. Maka, problematika dalam sebaran kepala sekolah dan guru khususnya di wilayah 3T harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Rekomendasi yang dapat diusulkan kepada para pengambil kebijakan baik di pemerintah daerah maupun kementerian adalah sebagai berikut: 1). Pemerintah diharapkan mempunyai program untuk

memeratakan atau redistribusi jumlah kepala sekolah dan guru yang bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah 3T. Program bisa berupa mutasi atau penyebaran kepala sekolah dan guru dari daerah yang kelebihan ke daerah yang kekurangan guru.

Page 101: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 93

2). Mengadakan pengangkatan atau rekruitmen guru untuk memenuhi kekurangan guru oleh pemerintah daerah yang wilayahnya termasuk dalam kategori 3T berdasar pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

3). Pengangkatan atau rekruitmen guru hendaknya mengikuti aturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Kebutuhan guru tidak mungkin bisa dipenuhi sekaligus agar segera bisa sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pemenuhan kebutuhan dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada anggaran yang dimiliki oleh masing-masing pemerintah kabupaten/kota di wilayah 3T. Paling tidak pemerintah kabupaten/kota harus memiliki rancangan dalam pemenuhan kebutuhan guru.

4). Pemerintah agar mendorong peran serta masyarakat untuk mengupayakan peningkatan jumlah guru yang memenuhi stardar sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

5). Perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 102: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 94

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmuid, M. 2013. Manajemen Pendidikan. Batang: Penerbit Pengging Mangkunegaran.

Aedi, N. 2016. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Goysen Publishing.

Anonim. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011, 48 tahun 2011, 158/pmk.01/2011, 11 tahun 2011.

Anonim. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Anonim. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Anonim. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 7 Tahun 2010

Tentang Pemenuhan Kebutuhan, Peningkatan Profesionalisme, dan Peningkatan Kesejahteraan Guru, Kepala Sekolah/Madrasah, dan Pengawas di Kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil Terluar.

Anonim. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 34 Tahun 2012 Tentang Kriteria Daerah Khusus dan Pemberian Tunjangan Khusus Bagi Guru.

Anonim. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Anonim. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

BAPPENAS. 2014. Laporan Akhir: Kajian Evaluasi Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal.

Page 103: ANALISIS SEBARAN GURU DIKDASMEN DI WILAYAH 3 Tpublikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_D106C225-660A-4208-96... · Tabel 3. Gambaran Umum Wilayah Tertinggal ……..………………

Analisis Sebaran Guru Dikdasmen di Wilayah 3T 95

Langgulung, H. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa

Psikologi, Falsafah dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al Husna.

Rustad, S. Dkk. 2013. Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal: Menempa Diri Demi Ibu Pertiwi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Syamsuddin, A.M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya Remaja.

http://Wilayahtertinggal.blogspot.co.id/ http://id.undp.org