analisis perubahan penggunaan lahan untuk

12
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 49 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Faizal Musaqqif Affan (10130020) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Luas pertumbuhan permukiman di kecamatan Genuk; (2) Luas pertumbuhan pembangunan industri di kecamatan Genuk; (3) Mengetahui hasil dari pengolahan citra satelit untuk penggunaan lahan yang ada di kecamatan Genuk. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan tiga variable yaitu luas wilayah yang menjadi permukiman di kecamatan Genuk, luas wilayah yang menjadi industri di kecamatan Genuk, dan luas wilayah di kecamatan Genuk. Objek penelitian adalah analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan industri yang ada di kecmatan Genuk kota Semarang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengolahan peta tematik dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) program Google Earth Pro, Global Mapper 11, dan Arcview 3.3 memiliki kecapatan, ketepatan, memiliki data yang up date dan dapat melakukan penyajian peta tematik yang lebih baik dan memiliki resiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan metode konvensional. Namun dalam melakukan metode ini perlu juga melakukan survey atau observasi lapangan/tempat yang diteliti agar kita mampu mengetahui seberapa akurat data yang didapat dari citra dengan keadaan yang nyata. (2) Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan industri di kecamatan Genuk banyak terjadi pertambahan permukiman di setiap kelurahan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 2013. Namun ada beberapa permukiman dan industri yang hilang atau sudah tidak ada di tahun 2013 dengan adanya beberapa factor yang salah satunya akibat bajir rob atau masuknya air laut ke daratan. Jika di urutkan dari kelurahan tertinggi pertambahan permukimannya maka akan diurutkan sebagai berikut Karangroto, Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Genuksari, Sembungharjo, Banjardowo, Kudu, Penggaron Lor, Gebangsari, Trimulyo, Terboyo Wetan, Muktiharjo Lor, dan Terboyo kulon. Sedangkan pertambahan di wilayah industri di urutkan dari yang tertinggi yaitu Trimulyo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Bangetayu Kulon, Banjardowo, Gebangsari, Karangroto, Sembungharjo, Bangetayu Wetan, Genuksari, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, dan Kudu. Kata kunci: Permukiman, Industri, SIG, Luas Wilayah, Genuk, Peta Tematik PENDAHULUAN Kecamatan Genuk merupakan bagian dari wilayah Semarang utara yang memiliki 13 kelurahan yaitu Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. Dan memiliki luas wilayah 27,38 km², jumlah penduduk 92.306 jiwa (2010), dengan kepadatan penduduk 3.371,29 jiwa/km 2 . Rata rata wilayah bagian dari kecamatan genuk berada di utara dekat dengan garis pantai laut Jawa. Dilihat dari jumlah penduduk di kecamatan Genuk sudah pasti tidak terlepas dari yang namanya rumah atau permukiman tempat tinggal sebagai hunian tetap masyarakat di kecamatan Genuk, yang bisa dibilang pertumbuhan penduduk disana sebanding dengan pertumbuhan hunian rumah yang menjadi permukiman. Dahulu wilayah Genuk yang sebagian besar berupa tanah sawah sekarang menjadi kawasan permukiman dan industri.

Upload: hoanganh

Post on 13-Jan-2017

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 49

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DAN

INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS (SIG)

Faizal Musaqqif Affan (10130020)

Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Luas pertumbuhan permukiman di kecamatan Genuk;

(2) Luas pertumbuhan pembangunan industri di kecamatan Genuk; (3) Mengetahui hasil dari

pengolahan citra satelit untuk penggunaan lahan yang ada di kecamatan Genuk. Jenis penelitian

adalah kualitatif dengan tiga variable yaitu luas wilayah yang menjadi permukiman di kecamatan

Genuk, luas wilayah yang menjadi industri di kecamatan Genuk, dan luas wilayah di kecamatan

Genuk. Objek penelitian adalah analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan

industri yang ada di kecmatan Genuk kota Semarang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: (1)

Pengolahan peta tematik dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) program Google Earth Pro,

Global Mapper 11, dan Arcview 3.3 memiliki kecapatan, ketepatan, memiliki data yang up date dan

dapat melakukan penyajian peta tematik yang lebih baik dan memiliki resiko yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan metode konvensional. Namun dalam melakukan metode ini perlu juga

melakukan survey atau observasi lapangan/tempat yang diteliti agar kita mampu mengetahui

seberapa akurat data yang didapat dari citra dengan keadaan yang nyata. (2) Perubahan

penggunaan lahan untuk permukiman dan industri di kecamatan Genuk banyak terjadi pertambahan

permukiman di setiap kelurahan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 – 2013. Namun ada

beberapa permukiman dan industri yang hilang atau sudah tidak ada di tahun 2013 dengan adanya

beberapa factor yang salah satunya akibat bajir rob atau masuknya air laut ke daratan. Jika di

urutkan dari kelurahan tertinggi pertambahan permukimannya maka akan diurutkan sebagai berikut

Karangroto, Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Genuksari, Sembungharjo, Banjardowo, Kudu,

Penggaron Lor, Gebangsari, Trimulyo, Terboyo Wetan, Muktiharjo Lor, dan Terboyo kulon.

Sedangkan pertambahan di wilayah industri di urutkan dari yang tertinggi yaitu Trimulyo, Terboyo

Kulon, Terboyo Wetan, Bangetayu Kulon, Banjardowo, Gebangsari, Karangroto, Sembungharjo,

Bangetayu Wetan, Genuksari, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, dan Kudu.

Kata kunci: Permukiman, Industri, SIG, Luas Wilayah, Genuk, Peta Tematik

PENDAHULUAN

Kecamatan Genuk merupakan bagian dari wilayah Semarang utara yang memiliki 13 kelurahan

yaitu Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu,

Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. Dan

memiliki luas wilayah 27,38 km², jumlah penduduk 92.306 jiwa (2010), dengan kepadatan penduduk

3.371,29 jiwa/km2. Rata – rata wilayah bagian dari kecamatan genuk berada di utara dekat dengan

garis pantai laut Jawa. Dilihat dari jumlah penduduk di kecamatan Genuk sudah pasti tidak terlepas

dari yang namanya rumah atau permukiman tempat tinggal sebagai hunian tetap masyarakat di

kecamatan Genuk, yang bisa dibilang pertumbuhan penduduk disana sebanding dengan pertumbuhan

hunian rumah yang menjadi permukiman. Dahulu wilayah Genuk yang sebagian besar berupa tanah

sawah sekarang menjadi kawasan permukiman dan industri.

Page 2: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 50

Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada dasarnya tidak dapat

dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono, 2004). Pertumbuhan penduduk yang pesat

serta bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan

kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan

rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2005). Sedangkan lahan itu sendiri bersifat terbatas dan tidak

bisa ditambah kecuali dengan kegiatan reklamasi (Sujarto, 1985 dalam Untoro, 2006). Keterbatasan

lahan di perkotaan juga menyebabkan kota berkembang secara fisik ke arah pinggiran kota. Terkait

dengan penggunaan lahannya, daerah pinggiran merupakan wilayah yang banyak mengalami

perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian

yang disebabkan adanya pengaruh perkembangan kota di dekatnya (Rahayu, 2009). Penurunan luas

lahan pertanian di wilayah ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat hal ini akan membawa

dampak negatif terhadap kehidupan kekotaan maupun kehidupan kedesaan. Mengingat wilayah ini

merupakan wilayah yang akan berubah menjadi kota sepenuhnya di masa mendatang maka perlu

komitmen dari penentu kebijakan untuk mengelola dan menata WPU agar menjadi kota yang ideal

sesuai dengan konsep kota yang berkelanjutan (Yunus, 2008).

Yunus (2008) menyebut daerah pinggiran sebagai wilayah “peri urban”. Wilayah Peri Urban

(WPU) didefinisikan sebagai wilayah yang ditandai dengan percampuran kenampakan fisikal

kekotaan dan kedesaan. Dalam teori Land Use Triangle : Continuum, Yunus menjelaskan bahwa

secara kontinum makin ke arah lahan kekotaan terbangun utama maka akan makin besar proporsi

lahan kekotaan dan makin jauh dari lahan terbangun utama makin besar proporsi kedesaannya. Teori

ini dianggap paling sesuai untuk menggambarkan kondisi WPU di Negara – Negara berkembang

termasuk Indonesia. Wilayah perkotaan di Indonesia telah berkembang dengan pesat pada periode

tahun 1983‐1993. Pada periode tersebut telah terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi

lahan non pertanian sebanyak kurang lebih 40.000 Ha/tahun dalam periode tahun tersebut (Setiawan

et al, 2006).

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam

ekosistem, diantaranya adalah sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi

kontruksi, system daur ulang bagi unsur hara dan sisa – sisa organic serta system bagi pasokan dan

penyaringan/penjernihan air. Tanpa tanah manusia tidak dapat bertahan hidup. Mengingat tanah

memainkan peranan amat penting dalam ekosistem kita, maka kita harus berhati – hati dalam

mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Setiap tahun berates – ratus bahkan beribu – ribu ton

tanah hilang karena erosi.

Prediksi sifat – sifat tanah dan tanggapanya terhadap pengolaan sangat diperlukan dalam bidang

pertanian dan kehutanan, untuk kajian kelayakan dan perencanaan pada proyek – proyek

pengembangan wilayah serta untuk berbagai pekerjaan keteknikan. Menurut Dent dan Young (1981),

tujuan utama survey tanah adalah untuk memprediksi lebih banyak serta lebih teliti berbagai tujuan

yang lebih spesifik mengenai pengolaan tanah.

1

Page 3: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 51

Untuk mencapai maksud tersebut, sangatlah perlu menentukan pola tutupan tanah dan membagi

pola – pola tersebut kedalam satuan – satuan yang relative homogeny, memetakan satuan sebaran

satuan – satuan tersebut sehingga memungkinkan diprediksinya daerah – daerah tersebut dan

menentukan karakteristik satuan peta demikian rupa sehingga dapat dibuat pernyataan yang

bermanfaat tentang penggunaan lahan potensial dan tanggapanya terhadap perubahan pengolaan.

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari

lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau

kawasan perdesaan. Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep

lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri

kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu

tempat bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan yang

jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.

Permukiman (Settlement) merupakan suatu proses seseorang mencapai dan menetap pada suatu

daerah (Van der Zee 1986). Kegunaan dari sebuah permukiman adalah tidak hanya untuk

menyediakan tempat tinggal dan melindungi tempat bekerja tetapi juga menyediakan fasilitas untuk

pelayanan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.

Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari: (1) isi, yaitu manusia sendiri maupun

masyarakat; dan (2) wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan

manusia. Dua elemen permukiman tersebut, selanjutnya dapat dibagi ke dalam lima elemen yaitu: (1)

alam yang meliputi: topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan iklim; (2) manusia

yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang,udara, temperatur, dsb), perasaan dan persepsi, kebutuhan

emosional, dan nilai moral; (3) masyarakat yang meliputi: kepadatan dan komposisi penduduk,

kelompok sosial, kebudayaan, pengembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan administrasi; (4) fisik

bangunan yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dsb), fasilitas rekreasi,

pusat perbelanjaan dan pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan administrasi; dan (5) jaringan

(network) yang meliputi: sistem jaringan air bersih, sistem jaringan listrik, system transportasi, sistem

komunikasi, sistem manajemen kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.

Kebijakan pengembangan kawasan industri yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 41

Tahun 1996 merupakan langkah yang ditempuh pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan

investasi di sektor industri serta memberikan kepastian hukum dan mengatur pengelolaan kawasan

industri dalam suatu daerah. Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas

industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik (industrial plants),

sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas

sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono, 2004). Pembangunan kawasan industri di Indonesia pertama

Page 4: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 52

dimulai pada tahun 1973 yaitu dengan berdirinya Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung (JIEP),

kemudian tahun 1974 dibangun Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), selanjutnya dibangun

Kawasan Industri Cilacap (tahun 1974), menyusul Kawasan Industri Medan (tahun 1975), Kawasan

Industri Makasar (tahun 1978), Kawasan Industri Cirebon (tahun 1984), dan Kawasan Industri

Lampung (tahun 1986) (Kwanda, 2000).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, tujuan pembangunan kawasan

industri adalah untuk (a) mengendalikan pemanfaatan ruang; (b) meningkatkan upaya pembangunan

industri yang berwawasan lingkungan; (c) mempercepat pertumbuhan industri di daerah; (d)

meningkatkan daya saing Industri; (e) meningkatkan daya saing investasi; dan (f) memberikan

kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan inftrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor

terkait. Keenam tujuan tersebut merupakan arah kebijakan pembangunan kawasan industri yang

ditempuh untuk mendorong pembangunan industri yang dilakukan melalui pembangunan lokasi

industri berupa Kawasan Industri (Sagala dkk., 2004).

Lumbuun (2005) berpendapat bahwa pemerintah daerah perlu mengembangkan perekonomian

dan investasi di daerahnya. Pengembangan kawasan industri penting untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Melalui pertumbuhan ekonomi satu persen saja dapat menyerap tenaga kerja

sekitar seratus ribu orang (Soeling, 2007). Hal yang penting diantisipasi dari perkembangan kawasan

industri adalah mengendalikan dan mengawasi terjadinya proses alih fungsi (konversi) lahan pertanian

yang berlebihan akibat kebutuhan guna pembangunan lokasi industri dan pemukiman. Pertumbuhan

industri menimbulkan konsekuensi logis meningkatnya permintaan terhadap lahan untuk industri,

pemukiman, dan lain-lain yang sebelumnya lahan tersebut sebagaian besar digunakan untuk areal

pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam Pasal 4 Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996

telah diatur bahwa pembangunan kawasan industri tidak mengurangi tanah pertanian. Hal ini penting

untuk mengantisipasi terjadinya pengalihan lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian yang akan

mengurangi areal pertanian dan mengganggu produktivitas hasil pertanian terutama padi. Alih fungsi

lahan pertanian akan menimbulkan pengaruh social dan ekonomi masyarakat karena berkurangnya

areal pertanian berakibat semakin berkurangnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan

mengancam kapasitas produksi hasil pertanian khususnya komoditi beras.

Namun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, pengaturan alih fungsi lahan tidak

disebutkan secara tegas, hanya diatur dalam bentuk pengendalian pemanfaatan ruang. Di samping

mendorong kemajuan industri, pemerintah juga merumuskan kebijakan publik pembangunan kawasan

industri yang berwawasan lingkungan, yang erat kaitannya dengan kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat sekitar kawasan yang terkena langsung dampaknya. Hal ini dapat menimbulkan masalah

kesehatan akibat pencemaran udara dan air, mempengaruhi kualitas tanah atau lahan sekitarnya

sehingga dapat menurunkan produksi pertanian. Kesejahteraan, pelayanan, dan kemakmuran rakyat

adalah produk dari system administrasi negara secara keseluruhan (Prasojo, 2006). Kebijakan publik

merupakan kewenangan pemerintah menjalankan tugas dan fungsinya dalam hubungannya dengan

Page 5: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 53

masyarakat dan dunia usaha. Pada dasarnya kebijakan pemerintah dalam mengembangkan kawasan

industri merupakan kebijakan negara yang berorientasi pada kepentingan publik (masyarakat).

Menurut Suharto (2005), kebijakan (policy) adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk

mengarahkan pengambilan keputusan. Lebih lanjut Islamy (1997) menguraikan beberapa elemen

penting dalam kebijakan publik bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk peraturannya berupa

tindakan-tindakan pemerintah, dilaksanakan dalam bentuk yang nyata dan mempunyai tujuan tertentu

untuk kepentingan seluruh masyarakat.

Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS)

adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi

keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis,

misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga

memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem

ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan

sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografidan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa

membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam,

atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan

dari polusi. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan

dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan

pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil

akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan

dengan geografi.

KAJIAN PUSTAKA

Lahan

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam

ekosistem, diantaranya adalah sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi

kontruksi, system daur ulang bagi unsur hara dan sisa – sisa organic serta system bagi pasokan dan

penyaringan/penjernihan air. Tanpa tanah manusia tidak dapat bertahan hidup. Mengingat tanah

memainkan peranan amat penting dalam ekosistem kita, maka kita harus berhati – hati dalam

mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Setiap tahun berates – ratus bahkan beribu – ribu ton

tanah hilang karena erosi.

Prediksi sifat – sifat tanah dan tanggapanya terhadap pengolaan sangat diperlukan dalam bidang

pertanian dan kehutanan, untuk kajian kelayakan dan perencanaan pada proyek – proyek

pengembangan wilayah serta untuk berbagai pekerjaan keteknikan. Menurut Dent dan Young (1981),

tujuan utama survey tanah adalah untuk memprediksi lebih banyak serta lebih teliti berbagai tujuan

Page 6: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 54

yang lebih spesifik mengenai pengolaan tanah. Untuk mencapai maksud tersebut, sangatlah perlu

menentukan pola tutupan tanah dan membagi pola – pola tersebut kedalam satuan – satuan yang

relative homogeny, memetakan satuan sebaran satuan – satuan tersebut sehingga memungkinkan

diprediksinya daerah – daerah tersebut dan menentukan karakteristik satuan peta demikian rupa

sehingga dapat dibuat pernyataan yang bermanfaat tentang penggunaan lahan potensial dan

tanggapanya terhadap perubahan pengolaan.

Dalam kaitanya dengan sumber daya alam, dikenal istilah tanah dan lahan yang pengertiannya

seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas daripada tanah, sebagaimana dalam

pengertian berikut ini. Sumber daya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklim,

topografi, tanah hidrologi dan vegetasi dimana pada batas – batas tertentu mempengaruhi kemampuan

penggunaan lahan (FAO, 1976). Dengan demikian dalam pengertian lahan, tanah termasuk di

dalamnya.

Permukiman

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari

lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau

kawasan perdesaan. Menurut Koestoer (1995) batasan permukiman adalah terkait erat dengan konsep

lingkungan hidup dan penataan ruang. Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri

kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan. Parwata (2004) menyatakan bahwa permukiman adalah suatu

tempat bermukim manusia yang telah disiapkan secara matang dan menunjukkan suatu tujuan yang

jelas, sehingga memberikan kenyamanan kepada penghuninya.

Menurut UU no. 4 tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar dari

kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam

berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang

terstruktur.

Industri

Kebijakan pengembangan kawasan industri yang diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 41

Tahun 1996 merupakan langkah yang ditempuh pemerintah pusat dalam mendorong peningkatan

investasi di sektor industri serta memberikan kepastian hukum dan mengatur pengelolaan kawasan

industri dalam suatu daerah. Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas

industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik (industrial plants),

sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas

sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono, 2004). Pembangunan kawasan industri di Indonesia pertama

Page 7: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 55

dimulai pada tahun 1973 yaitu dengan berdirinya Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung (JIEP),

kemudian tahun 1974 dibangun Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), selanjutnya dibangun

Kawasan Industri Cilacap (tahun 1974), menyusul Kawasan Industri Medan (tahun 1975), Kawasan

Industri Makasar (tahun 1978), Kawasan Industri Cirebon (tahun 1984), dan Kawasan Industri

Lampung (tahun 1986) (Kwanda, 2000).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS)

adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi

keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis,

misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga

memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem

ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan

sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografidan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa

membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam,

atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan

dari polusi. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan

dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan

pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil

akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan

dengan geografi.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha mengungkapkan kajian

persepsi tentang perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan industri. Hal ini senada dengan

pendapat Abizar (1999) yang menyatakan bahwa tujuan utama penelitian kualitatif adalah

menentukan makna dibalik tingkah laku lahiriah manusia sebagai anggota masyarakat dimana

masalah fenomologis merupakan salah satu basis bagi penelitian kualitatif.

Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April s/d Juni 2014 di Semarang, tempat dimana wilayah

ini yang dahulunya berupa rawa sekarang menjadi permukiman dan kawasan industri di kecamatan

Genuk yang memiliki 13 kelurahan yang berada di wilayah Semarang Utara.

Objek Dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian. Dalam skripsi ini yang menjadi fokus

penelitian adalah analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan industri di kecamatan

Genuk, dengan judul penelitian yaitu “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman

Page 8: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 56

Dan Industri Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kecamatan Genuk Kota

Semarang”. Sedangkan subjek penelitian ini adalah individu, benda atau organisme, yang dijadikan

sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, istilah subjek penelitian sering disebut sebagai informan yaitu pelaku yang memahami

objek penelitian. Jadi informan yang dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi informasi

tentang data yang dibutuhkan oleh peneliti, berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah individu yang terlibat dalam proses kehidupan

sehari – hari yang dialami yaitu warga Kecamatan Genuk dan perangkat pemerintahan yang berperan

dalam penataan tata kota dan lahan. Selain informan, kita juga mengenal istilah key informan atau

kunci sumber informasi.

Variabel penelitian

Peneliti menggunakan obyek penelitian mengenai Peta Perubahan Penggunaan Lahan untuk

Permukiman dan Industri di kecamatan Genuk kota Semarang. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dari citra

satelit Quickbird.

Variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Luas wilayah yang menjadi permukiman di Kecamatan Genuk.

b. Luas wilayah yang menjadi kawasan industri di Kecamatan Genuk.

c. Luas wilayah di Kecamatan Genuk.

Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi penelitian

Populasi dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah seluruh unit Perubahan lahan yang

tampak dan dapat dikenali pada citra daerah Kecamatan Genuk. Unit-unit perubahan lahan yang

tergambar pada citra ini apabila diinterpretasi merupakan sekumpulan poligon-poligon. Kumpulan

poligon tersebut juga menjadi dasar mapping unit.

b. Sampel Penelitian

Untuk penentuan jumlah sampel dalam penelitian dengan teknik penginderaan jauh

disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam menginterpretasi kenampakan pada citra. Sampel

dalam hal ini berguna untuk keperluan uji ketelitian dan cek lapangan, jumlahnya diusahakan

sesedikit mungkin dengan tanpa mengurangi keterwakilan masing-masing unit penggunaan lahan.

Pengambilan sample sesedikit mungkin dimaksudkan agar peneliti tidak terlalu banyak turun ke

lapangan.

Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat yang dipakai oleh peneliti dalam

mengumpulkan data. Dalam hal ini alat yang dipakai antara lain alat perekam untuk wawancara

langsung, kamera dan personal computer (PC), program SIG ArcView 3.3 dan Er Mapper.

Page 9: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 57

Jenis Data dan Pendekatan

Data penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang menunjukkan kualitas atau mutu dari

suatu yang ada, berupa keadaan, proses, kejadian/peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan dalam

bentuk perkataan. Sedangkan bentuk operasional data penelitian ini ialah melalui pendekatan

deskriptif kualitatif yaitu berupa narasi, cerita, pengaturan informan, dokumen-dokumen pribadi

seperti foto, catatan pribadi, perilaku, gerak tubuh dan banyak hal yang tidak didominasi angka-angka

sebagaimana penelitian kuantitatif.

Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Interpretasi

2. Observasi

3. Interview

4. Studi Pustaka

HAIL PENELITIAN

1. Perubahan Lahan Untuk Permukiman dan Industri

Bentuk dari penggunaan lahan yang semakin meluas dari yang diperuntukan sebagai

permukiman ataupun sebagai industri itu sangat berbanding lurus dengan kebutuhan manusiawi

sebagai makhluk yang memperlukan tempat tinggal dan pekerjaan sebagai penunjang kehidupan

social masyarakat. Dengan laju pertumbuhan penduduk di kecamatan Genuk maka secara otomatis

akan memacu pertumbuhan penggunaan lahan yang sebelumnya kosong/tak terpakai hanya

sebagai ladang atau sawah dikemudian akan menjadi permukiman ataupun industri.

Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Genuk yang memiliki luas wilayah 2798,4

hektar itu akan di bagi atas penggunaan lahan yang lain, dalam penelitian ini akan lebih membahas

penggunaan lahan untuk permukiman dan industri dalam kurun waktu 5 tahun di Kecamatan

Genuk antara tahun 2009 dan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 6, serta melihat akan

bertambahnya permukiman pada tahun 2013 serta pengurangan luas lahan tiap kelurahan di

kecamatan Genuk dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan lahan untuk permukiman dan industri tahun 2009 dan 2013

di Kecamatan Genuk

Penggunaan Lahan Kecamatan Genuk (Hektar/m2)

Tahun 2009 2.103,738 Tahun 2013 604,264

Permukiman 2009 402,737 Permukiman 2013 490.883

Industri 2009 291,925 Industri 2013 313.381

Jumlah 2.798,4 Jumlah 2.798,4

Page 10: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 58

Dari tabel diatas maka diketahui urutan dari paling besar sampai paling kecil pada 13 kelurahan di

Kecamatan Genuk pada tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 2. Kelurahan paling besar perluasan permukiman.

No Kelurahan

Permukiman Bertambah

(2009 - 2013)

(ha/m2)

1 Karangroto 19,986

2 Bangetayu Kulon 18,508

3 Bangetayu Wetan 14,744

4 Genuksari 12,53

5 Sembungharjo 11,994

6 Banjardowo 8,879

7 Kudu 3,033

8 Penggaron Lor 2,524

9 Gebangsari 0,664

10 Trimulyo 0,465

11 Terboyo Wetan 0,317

12 Muktiharjo Lor 0,98

13 Terboyo Kulon 0,78

Jumlah 95,404

Tabel 3. Kelurahan paling besar perluasan industri.

No Kelurahan

Industri Bertambah

(2009 - 2013)

(ha/m2)

1 Trimulyo 5,407

2 Terboyo Kulon 5,35

3 Terboyo Wetan 4,041

4 Bangetayu Kulon 3,096

5 Banjardowo 2,552

6 Gebangsari 1,836

7 Karangroto 1,073

8 Sembungharjo 0,903

9 Bangetayu Wetan 0,594

10 Genuksari 0,591

11 Muktiharjo Lor 0,394

12 Penggaron Lor 0,121

13 Kudu 0

Jumlah 18,005

Dari data di atas maka dapat dijelaskan bahwa luas permukiman dan industri yang ada di

Kecamatan Genuk dari kurun waktu 2009 sampai 2013 mengalami perluasan permukiman sebesar

95,404 ha/m2 dan perluasan industri sebesar 18,005 ha/m2, untuk area luas lahan selain

permukiman dan industri di kecamatan Genuk berkurang sebesar 7.761 ha/m2 untuk permukiman

Page 11: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 59

dan 3.278 ha/m2. Wilayah permukiman dan industri apabila dilihat dari tiap kelurahan yang paling

tinggi perluasan lahan untuk permukiman adalah kelurahan Karangroto sebesar 19,986 ha/m2

dan

perluasan lahan untuk industri adalah kelurahan Trimulyo sebesar 5,407 ha/m2. Pola permukiman

di Kecamatan Genuk kebanyakan berpola memanjang mengikuti jalan dan sungai, namun ada

beberapa kelurahan yang berpola menyebar dengan setiap bangunan permukiman memiliki jarak

antar permukiman lain.

KESIMPULAN

Dari hasil pemetaan yang telah dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis peneliti

berkesimpulan bahwa:

1. Pengolahan peta tematik dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) program Google Earth, Global

Mapper 11, dan Arcview 3.3 memiliki kecapatan, ketepatan, memiliki data yang up date dan dapat

melakukan penyajian peta tematik yang lebih baik dan memiliki resiko yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan metode konvensional.

2. Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan industri di kecamatan Genuk banyak terjadi

pertambahan permukiman di setiap kelurahan dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 – 2013.

Namun ada beberapa permukiman dan industri yang hilang atau sudah tidak ada di tahun 2013

dengan adanya beberapa factor yang salah satunya akibat bajir rob atau masuknya air laut ke

daratan. Jika di urutkan dari kelurahan tertinggi pertambahan permukimannya maka akan

diurutkan sebagai berikut Karangroto, Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Genuksari,

Sembungharjo, Banjardowo, Kudu, Penggaron Lor, Gebangsari, Trimulyo, Terboyo Wetan,

Muktiharjo Lor, dan Terboyo kulon. Sedangkan pertambahan di wilayah industri di urutkan dari

yang tertinggi yaitu Trimulyo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, Bangetayu Kulon, Banjardowo,

Gebangsari, Karangroto, Sembungharjo, Bangetayu Wetan, Genuksari, Muktiharjo Lor, Penggaron

Lor, dan Kudu.

DAFTAR PUSTAKA

Abizar, Agus I, Chatlinas S (1999). Buku Panduan Penulisan Tesis. Padang : PPs

BAPPEDA Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang., (2012). “ Kecamatan Genuk

Dalam Angka Tahun 2011 ”, di unduh pada tanggal 28 Mei 2014 dari

http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/08/zzGENUK2011.pdf

Darmawan, Mulyanto, (2011), “Sistem informasi Geografi (SIG) dan Standarisasi Pemetaan

Tematik”, http://www.bakosurtanal.go.id/assets/News/Artikel-pdf/Standarisasi_IGT.pdf, 25

Februari 2014

Page 12: ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK

Vol. 2 No. 1 Oktober 2014

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 60

Dwiyanto, Agung, (2009) “Kuantitas Dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Di Permukiman

Perkotaan”, Vol. 30, No. 2, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik/article/view/1861, 4

April 2014

Eko, Trigus, dkk, (2012), “Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya terhadap RDTR di

Wilayah Peri-Urban Studi Kasus: Kecamatan Mlati”, Vol. 8, No. 4,

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/issue/view/1260, 4 April 2014

Purwadhi, F.Sri Hardiyanti, (2001), “Interpretasi Citra Digital”. Jakarta: PT Grasindo

Rayes, M. Luthfi, (2007). “Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan”. Yogyakarta: C.V Andi

Offset

Siahaan, Sri Damaiyanti, dkk., (2013) “Dampak Pemukiman Perumahan Nasional (PERUMNAS)

Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakatnya (Studi Kasus) PERUMNAS Mandala,

Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera

Utara”,Vol 1, No 1, http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/citizenship/article/view/567/383,

4 April 2014

Syahruddin, (2010), “Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Industri”, Vol.

17, No. 1, http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/view/624/, 4 April 2014

Utomo, Dzati, (2011), “Analisis Pemanfaatan Ruang Yang Berwawasan Lingkungan Di Kawasan

Pesisir Kota Tegal” Vol. 9, No. 2,

Winda, (2012), “Karakteristik Permukiman Dan Pemanfaatan Pekarangan Rumah Di Zona Hilir

DAS Deli”. (http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-NonDegree-0122262/22823/permukiman, 4

April 2014

Yuliastuti, Nany, dkk, (2012), “Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun Terhadap Kualitas

Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Kelurahan Tembalang)” Vol.

9, No. 1, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/4806, 4 April 2014