analisis pencemaran laut akibat tumpahan minyak di

6
ANALISIS PENCEMARAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT Oleh : Furkon 230210080062 Kasus kebocoran ladang minyak dan gas di lepas pantai memang telah menjadi sesuatu yang akrab di telinga kita, terakhir terjadi di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 pukul 04.30 WIB oleh operator kilang minyak PTTEP Australia yang berlokasi di Montara Welhead Platform (WHP), Laut Timor atau 200 km dari Pantai Kimberley, Australia. Kejadian seperti ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi di perairan Indonesia, tercatat sampai tahun 2001, telah terjadi 19 peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia (Mukhtasor, 2007). Tumpahan minyak tersebut telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara Pulau Rote. Tumpahan minyak tersebut tentu berdampak pada banyak hal, diantaranya, terhadap kondisi lingkungan laut, biota laut, dan tentu saja berdampak pada ekonomi nelayan Indonesia yang setiap harinya beraktivitas di daerah tersebut. Secara umum dampak langsung yang terjadi adalah sebanyak 400 barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut Timor per hari, permukaan laut tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah masuk ke Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas hidrokarbon terlepas ke atmosfer. Pengaruh terhadap lingkungan laut. Beberapa efek tumpahan minyak di laut dapat di lihat dengan jelas seperti pada pantai menjadi tidak indah lagi untuk dipandang, kematian burung laut, ikan, dan kerang-kerangan, atau meskipun beberapa dari organisme tersebut selamat akan tetapi menjadi berbahaya untuk dimakan. Efek periode panjang (sublethal) misalnya perubahan karakteristik populasi spesies laut atau struktur ekologi komunitas laut, hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap masyarakat pesisir yang lebih banyak menggantungkan hidupnya di sector perikanan dan budi daya, sehingga tumpahan minyak akan berdampak buruk terhadap upaya perbaikan kesejahteraan nelayan. Tabel 1. Indeks Kepekaan Tipe Pantai terhadap tumpahan minyak (Gunland dan Hayes, 1978 dalam Bishop, 1983) Indeks Tipe Garis Pantai Keterangan 1 Terekspose pada puncak batuan pantai Energy gelombang yang besar menyebabkan tumpahan minyak akan

Upload: muhammad-jafar-ibrahim

Post on 23-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ANALISIS PENCEMARAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

TRANSCRIPT

ANALISIS PENCEMARAN LAUT AKIBAT TUMPAHAN MINYAK DILAUT

Oleh :

Furkon 230210080062

Kasus kebocoran ladang minyak dan gas di lepas pantai memang telah menjadi sesuatu yang akrab di telinga kita, terakhir terjadi di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 pukul 04.30 WIB oleh operator kilang minyak PTTEP Australia yang berlokasi di Montara Welhead Platform (WHP), Laut Timor atau 200 km dari Pantai Kimberley, Australia. Kejadian seperti ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi di perairan Indonesia, tercatat sampai tahun 2001, telah terjadi 19 peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia (Mukhtasor, 2007). Tumpahan minyak tersebut telah memasuki wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 51 mil atau sekitar 80 km tenggara Pulau Rote.

Tumpahan minyak tersebut tentu berdampak pada banyak hal, diantaranya, terhadap kondisi lingkungan laut, biota laut, dan tentu saja berdampak pada ekonomi nelayan Indonesia yang setiap harinya beraktivitas di daerah tersebut. Secara umum dampak langsung yang terjadi adalah sebanyak 400 barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut Timor per hari, permukaan laut tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah masuk ke Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas hidrokarbon terlepas ke atmosfer.

Pengaruh terhadap lingkungan laut.

Beberapa efek tumpahan minyak di laut dapat di lihat dengan jelas seperti pada pantai menjadi tidak indah lagi untuk dipandang, kematian burung laut, ikan, dan kerang-kerangan, atau meskipun beberapa dari organisme tersebut selamat akan tetapi menjadi berbahaya untuk dimakan. Efek periode panjang (sublethal) misalnya perubahan karakteristik populasi spesies laut atau struktur ekologi komunitas laut, hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap masyarakat pesisir yang lebih banyak menggantungkan hidupnya di sector perikanan dan budi daya, sehingga tumpahan minyak akan berdampak buruk terhadap upaya perbaikan kesejahteraan nelayan.

Tabel 1. Indeks Kepekaan Tipe Pantai terhadap tumpahan minyak (Gunland dan Hayes, 1978 dalam Bishop, 1983)

Indeks

Tipe Garis Pantai

Keterangan

1

Terekspose pada puncak batuan pantai

Energy gelombang yang besar menyebabkan tumpahan minyak akan tercuci dengan sendirinya.

2

Terekspose pada platform batu-batuan

Aksi gelombang mempercepat pencucian minyak, umumnya dalam skala mingguan. Dalam beberapa kasus khususnya tidak diperlukan.

3

Dataran pantai berpasir lembut

Minyak biasanya membentuk lapisan tipis pada pemukan pasir. Pencucian dilakukan pada saat air pasang. Pada bagian pantai yang lebih bawah minyak mudah dibersihkan oleh aksi gelombang.

4

Pantai berpasir dengan ukuran sedang sampai kasar

Minyak membentuk lapisan tebal pada lapisan sedimen yang dapat mencapai kedalaman sampai sekitar 1 m. pencucian yang dilakukan dapat membahayakan pantai dan harus dilakukan pada saat air pasang tertinggi

5

Terekspose pada daerah pasang surut

Minyak tidak terpenetrasi pada permukaan sedimen yang kompak, tetapi secara biologis berbahaya. Pencucian hanya dilakukan jika kontaminan cukup berat

6

Pantai dengan campuran pasir dan kerikil

Minyak terpenetrasi dan terkubur sangat cepat, minyak dapat bertahan lama, sehingga mempunyai dampak yang cukup lama

7

Pantai berkerikil

Minyak dapat terpenetrasi dan terkubur cukup dalam.

8

Pantai berbatu yang terlindung

Minyak menempel pada permukaan batu-batuan dan genangan akibat pasang surut bertahan lama karena tidak adanya aktivitas gelombang.

9

Paparan pantai yang telindung

Dapat membahayakan kehidupan biologis dalam kurun waktu yang lama.

10

Rawa-rawa dan mangrove

Dapat menimbulkan kerusakan ekosistem yang cukup lama. Minyak mungkin tetap ada sampai sekitar 10 tahun atau lebih.

Pengaruh minyak pada komunitas laut.

Tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak yang larut dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan, dan tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis.

Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun organime intertidal, organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada daerah pasang surut, efeknya adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami kematian. Namun pada daerah intertidal ini, walaupun dampak awalnya sangat hebat seperti kematian dan berkurangnya spesies, tumpahan minyak akan cepat mengalami pembersihan secara alami karena pada daerah pasang surut umumnya dapat pulih dengan cepat ketika gelombang membersihkan area yang terkontaminasi minyak dengan sangat cepat. Sementara pada organisme interstitial yaitu, organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir tentu akan terkena dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan terakumulasi dan terendap pada dasar perairan seperti pasir dan batu-batuan, dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, reproduksi, dan pertumbuhan dan perkembangan hewan yang mendiami daerah ini seperti cacing policaeta, rotifer, Crustacea dan organisme lain.

Table 2. Efek Minyak pada Komunitas dan Populasi Laut ( Hyland dan Sceneider, 1976 dalam Bishop, 1983)

NO

Tipe Komunitas/Populasi

Perkiraan dampak awal

Perkiraan tingkat pemulihan

1

Plankton

Ringan-sedang

Cepat-sedang

2

Komunitas bentik :

- Pasut berbatuan

- Pasut Berlumpur/berpasir

- Daerah subtidal/offfshore

Ringan

Sedang

Berat

Cepat

Sedang

Lambat

3

Ikan

Ringan-sedang

Cepat-sedang

4

Burung

Berat

Lambat

5

Mamalia laut

Ringan

Lambat

Perilaku Minyak di Laut

Senyawa Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzene, touleuna, ethylbenzen, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat mutagenic dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air maupun didarat, sehingga hal ini akan mengalami proses biomagnetion pada ikan ataupun pada biota laut lain. Bila senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam darah, akan diserap oleh jaringan lemak dan akan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol, kemudian pada proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal (Kompas, 2004).

Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantaran proses tersebut adalah membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak (water in oil emulsions), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), fotooksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh planton dan bentukan gumpalan ter (Mukhstasor, 2007)

Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan angin, gelombang dan arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.

Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut membuat minyak lebih padat/ berat dan membuatnya tenggelam. Komponen hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan lebih tebal dan melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah minyak.

Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu cepat, ditambah dengan penguapan komponen dan penyebaran komponen hidrokarbon akan mengurangi volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa hari sejak pertama kali minyak tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti gasoline atau kerosin hamper semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan viskositas yang tinggi hanya mengalami pengurangan kurang dari 25%.

Kesimpulan :

Kasus pencemaran laut akibat dari tumpahan minyak dapat berpengaruh pada beberapa sector , diantaranya lingkungan pantai dan laut, ekosistem biota pantai dan laut, dan mengganggu aktivitas nelayan sehingga mempengaruhi kesejahteraan mereka. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain dapat mengubah karakteristik populasi spesies dan struktur ekologi komunitas laut, dapat mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serta reproduksi organisme laut, bahkan dapat menimbulkan kematian pada organism laut.

Referensi :

Fakhruddin.2004.Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Jakarta : Kompas

Mukhtasor. 2007.Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Sarodji, Heryadi.2009.Kebocoran Ladang Montara Diselidiki. Jakarta : Media Indonesia