uji efek antipiretik ekstrak etanol daun wortel …
Post on 09-Nov-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN
WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP MENCIT JANTAN
PUTIH GALUR SWISS WEBSTER
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1)
pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
Oleh :
AHMAD ADI HUMAEDI
D1A130853
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN
WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP MENCIT
JANTAN PUTIH GALUR SWISS WEBSTER
NAMA : AHMAD ADI HUMAEDI
NIM : DIAI30853
setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami
telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi
Bandung, Agustus 2017
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt Kusdi Hartono, S.Si., M.M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
anugrah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Uji Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Wortel (Daucus
carota L.) Terhadap Mencit Jantan Putih Galur Swiss Webster.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program
Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi
Universitas Al-Ghifari Bandung.
Dalam mempersiapkan, menyusun dan menulis skrispsi penulis mendapat
bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si., Selaku Rektor Universitas Al-
Ghifari.
2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt selaku Dekan FMIPA Universitas Al-
Ghifari
3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Universitas Al-ghifari
4. Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing satu.
Terima kasih telah memberikan dan merelakan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Kusdi Hartono, S,Si., M.M.Kes, selaku dosen pembimbing dua.
Terima kasih telah memberikan dan merelakan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Segenap dosen pengajar, staf sekretariatan serta rekan-rekan laboran
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Istri dan anak-anakku, terima kasih atas doa, kasih sayang, semangat, seta
dukungan moril maupun materil yang telah kalian berikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman Farmasi Universitas Al-Ghifari, atas kebersamaan
yang telah dilalui bersama.
Akhir Kata semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang diharapkan
dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih
yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bandung, Agustus 2017
Penulis
i
ABSTRAK
Demam merupakan salah satu keluhan utama terbanyak yang disampaikan pasien
pada saat berobat ke dokter atau ke tempat pelayanan kesehatan. Demam atau
pireksia didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengaturan suhu dihipotalamus yang dipengaruhi oleh
Interleukin 1. Untuk mengurangi atau menurunkan demam dapat digunakan obat
antipiretik. Secara empiris daun wortel memiliki khasiat antipiretik. Penelitian ini
bertujuan untuk uji efek antipiretik ekstrak etanol daun wortel (Daucus carota L.)
terhadap mencit jantan putih galur Swiss Webster. Demam diinduksi dengan
vaksin BCG. Hewan uji diberikan perlakuan sebagai berikut : Kelompok pertama
sebagai kontrol negatif (Na CMC 1%) , kelompok ke-2 sebagai kelompok
pembanding parasetamol, kelompok ke-3 diberi ekstrak daun wortel 100
mg/KgBB, kelompok ke-4 diberi ekstrak daun wortel 300 mg/KgBB, kelompok
ke-5 diberi ekstrak daun wortel 500 mg/KgBB. Hasil uji ANOVA menunjukan
bahwa ketiga dosis ekstrak daun wortel (Daucus carota L.) menunjukan efek
antipiretik karena terjadi penurunan suhu tubuh pada mencit jantan putih galur
Swiss Webster dengan taraf nyata α 0,01 sehingga kesimpulannya terdapat
perbedaan penurunan suhu mencit pada lima kelompok yang diuji yaitu dosis I
mampu menurunkan suhu tubuh 0,740C, dosis II 0,82
0C, dan dosis III 0,92
0C.
Hasil uji Tukey HSD menunjukan dosis yang paling efektif memiliki efek
antipiretik dalam menurunkan suhu tubuh ditunjukan dalam dosis III 500 mg / Kg
BB dengan penurunan suhu hingga 0,920C.
Kata Kunci : Demam, antipiretik, suhu, Daucus carota L., parasetamol.
ii
ABSTRACT
Fever is one of the most common primary complaints that patients present at the
time of seeing a doctor or to a health service. Fever or pyrexia is defined when
the body temperature is more than normal as a result of an increase in
temperature controlled center of the hypothalamus affected by Interleukin 1. To
reduce or decrease fever can be used antipyretic drugs. This study aims to test the
effect of antipyretic extract of carrot leaf ethanol (Daucus carota L.) against
white male males of Swiss Webster strain. Fever is induced by BCG vaccine. Test
animals were given the following treatment: The first group as negative control
(Na CMC 1%), the 2nd group as the paracetamol comparator group, the 3rd
group was given 100 mg / KgBB carrot leaf extract, the fourth group was given
300 mg/ KgBB, the fifth group was given 500 mg / KgBB of carrot leaf extract.
The result of ANOVA test showed that the three doses of carrot leaf extract
(Daucus carota L.) showed the antipyretic effect due to the decrease of body
temperature in white mice of Swiss Webster strain with the real level of ˂ 0,01 so
that the conclusion was the difference of decrease of temperature of the mice in
the five groups tested Namely the dose I can lower body temperature 0.74 0C,
dose II 0.82 0C, and dose III 0.92
0C. Tukey HSD test results showed the most
effective dose has antipyretic effect in lowering body temperature indicated in
dose III 500 mg / Kg BW with temperature drop to 0.92 0C.
Keywords: Fever, antipyretic, temperature, Daucus carota L., paracetamol.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.5. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1. Wortel (Daucus carota L.) ........................................................................... 5
2.1.1. Uraian Tumbuhan .................................................................................. 5
2.2.2. Klasifikasi Wortel .................................................................................. 6
2.2.3. Jenis - jenis Wortel ................................................................................ 6
2.2.4. Komposisi Gizi dan Manfaat Wortel ..................................................... 7
2.2. Pengertian Ekstraksi ..................................................................................... 9
2.2.1. Macam-macam Metode Ekstraksi ....................................................... 10
2.3. Demam ....................................................................................................... 12
2.3.1. Mekanisme Demam ............................................................................. 13
2.4. Parasetamol ................................................................................................ 14
2.4.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol ..................................................... 14
2.4.2. Farmakologi ......................................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 17
3.1. Alat dan Bahan ........................................................................................... 17
3.2. Pengumpulan Bahan Tanaman ................................................................... 17
3.3. Determinasi Tanaman ................................................................................. 17
3.4. Pengolahan Simplisia Daun Wortel (Daucus carota L.) ............................. 17
3.5. Penetapan Kadar Air Simplisia .................................................................. 18
iv
3.6. Skrining Fitokimia ...................................................................................... 18
3.7. Pembuatan Ekstrak Daun Wortel (Daucus carota L.) ............................... 20
3.8. Percobaan Efek Antipiretik ........................................................................ 21
3.9. Pengujian Antipiretik ................................................................................. 22
3.10. Perhitungan Dosis Parasetamol ................................................................ 23
3.11. Analisis Data ............................................................................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1. Determinasi Tanaman ................................................................................. 24
4.2. Penetapan Kadar Air .................................................................................. 24
4.3. Rendemen Ekstrak ...................................................................................... 24
4.4. Skrining Fitokimia ...................................................................................... 25
4.5. Pengujian Antipiretik ................................................................................. 25
4.6. Uji Perbandingan Penurunan Suhu Multikelompok ................................... 32
4.6.1. Uji Normalitas Data dan Uji Homogenitas Varians ............................ 32
4.6.2. Uji One Way ANOVA ......................................................................... 34
4.6.3. Uji Tukey HSD .................................................................................... 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 39
5.1. Simpulan ..................................................................................................... 39
5.2. Saran ........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN ......................................................................................................... 44
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Wortel .................................................................................................. 6
Gambar 4.1 Mekanisme Demam .......................................................................... 14
Gambar 4.2 Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Kontrol Negatif ......... 26
Gambar 4.3 Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Kontrol Positif .......... 27
Gambar 4.4 Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis I ....................... 28
Gambar 4.5 Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis II ..................... 29
Gambar 4.6 Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis III .................... 30
Gambar 4.7 Perbandingan Penurunan Suhu Mencit pada Lima Kelompok Uji ... 31
Gambar 4.9 Perbandingan Penurunan Suhu Mencit pada Lima Kelompok Uji ... 35
Gambar 4.10 Kurva Uji Hipotesis ANOVA ......................................................... 37
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi Wortel tiap 100 gram Bahan................................... 7
Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia ....................................................................... 25
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kelompok Kontrol Negatif ..................................... 26
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kelompok Kontrol Positif ....................................... 27
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis I ............................................. 28
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis II ............................................ 29
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis III........................................... 30
Tabel 4.7 Perbandingan Suhu yang Dihasilkan Setiap Kelompok Uji ................. 31
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data ..................................................................... 33
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Varians ............................................................ 33
Tabel 4.10 Tabel Perbandingan Selisih Penurunan Suhu Mencit ......................... 34
Tabel 4.11 Tabel Hasil Analisis of variance (ANOVA) ....................................... 36
Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Tukey HSD pada =0,01 ........................................... 37
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I KERANGKA KONSEP PENELITIAN .................................... 44
LAMPIRAN II HASIL DETERMINASI ........................................................... 46
LAMPIRAN III BAHAN PENELITIAN ............................................................. 47
LAMPIRAN IV HASIL SKRINING FITOKIMIA .............................................. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu keluhan utama tersering yang disampaikan
pasien pada saat berobat ke dokter atau ke tempat pelayanan kesehatan. Demam
atau pireksia didefinisikan bila suhu tubuh lebih dari normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengaturan suhu dihipotalamus yang dipengaruhi oleh
Interleukin 1 (Soedarmo, 2002). Demam disebabkan karena substansi pirogen
yang berhasil memasuki sirkulasi, baik sistemik maupun lokal, serta akibat respon
terhadap stimulan awal yang biasanya timbul karena infeksi atau inflamasi
(Harrison, 1999).
Untuk mengurangi atau menurunkan demam dapat digunakan obat antipiretik.
Obat antipiretik yang biasa digunakan adalah parasetamol. Parasetamol salah satu
obat yang dikonsumsi masyarakat Indonesia ketika gejala demam muncul karena
cukup aman, mudah didapat dan harganya terjangkau. Pada dosis yang
direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, tidak mempengaruhi
koagulasi darah, atau tidak mempengaruhi fungsi ginjal. Namun dari semua
kelebihan parasetamol obat ini juga memiliki beberapa kekurangan dan efek
samping. Pada dosis yang besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan
risiko gangguan pencernaan bagian atas. Selain itu, penggunaan parasetamol
diatas rentang dosis terapi dan jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko
hepatotoksik (Heirmayani, 2007).
2
Setelah banyaknya dijumpai efek samping yang tidak dikehendaki sebagai
akibat penggunaan obat kimia murni. Maka perlu suatu usaha untuk mendapatkan
alternatif obat baru yang memiliki efek samping seminimal mungkin. Salah
satunya yaitu dengan mencari obat baru yang berasal dari sumber alam hayati
dengan jalan mengembangkan penelitian dan pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat. Diantara sekian banyak tanaman obat di Indonesia dikenal beberapa tanaman
yang digunakan secara empiris untuk demam. Salah satunya adalah wortel, secara
empiris dalam Medicine Herbal 2002 bahwa wortel dapat digunakan sebagai obat
tradisional yang dapat melawan berbagai macam penyakit diantaranya untuk
kesehatan mata, antipiretik, antiseptik, antiinflamasi, antibakteri dan antelmintik.
Bagian wortel yang dapat digunakan yaitu umbi dan daun. Kandungan kimia
yang terdapat berupa senyawa golongan flavonoid, fenolik, antosianin dan
karotenoid (Sun et all, 2009). Senyawa kimia yang memiliki efek sebagai
antipiretik adalah flavonoid dan tanin yang dapat menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin sehingga demam
terhambat (Robinson, 1995; Hartini, 2012). Menurut Robinson (1995) bahwa
flavonoid memiliki kemiripan struktur dengan parasetamol.
Penelitian yang pernah dilakukan menggunakan daun wortel (Daucus carota
L.) ialah efek diuretik ekstrak etanol 70% daun wortel (Daucus carota L.) pada
tikus putih jantan galur wistar (Permana, 2008). Sampai saat ini belum ada
pengujian ilmiah tentang ekstrak etanol daun wortel sebagai obat antipiretik.
Berdasarkan hal di atas maka penulis ingin meneliti uji efek antipiretik ekstrak
3
etanol daun wortel (Daucus carota L.) pada mencit putih jantan galur Swiss
Webster.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak
etanol daun wortel sebagai obat antipiretik terhadap mencit putih galur Swiss
Webster yang diinduksi oleh vaksin BCG.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Apakah pemberian ekstrak etanol daun wortel (Daucus carota L.) dapat
memiliki aktivitas sebagai antipiretik terhadap mencit putih galur Swiss
Webster?
2. Pada dosis berapa ekstrak etanol daun wortel (Daucus carota L.) dapat
memiliki aktivitas sebagai antipiretik terhadap mencit putih galur Swiss
Webster?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan daun wortel (Daucus
carota L.) sebagai obat antipiretik alternatif yang dapat digunakan oleh
masyarakat luas.
4
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun wortel (Daucus carota
L.) yang dapat menurunkan panas pada mencit putih galur Swiss Webster.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang peranan pemberian ekstrak daun wortel (Daucus carota L.) sebagai
alternatif penggunaan obat antipiretik yang aman digunakan dalam jangka waktu
panjang.
1.5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2017 di Laboratorium
Bahan Alam, dan Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al Ghifari Bandung.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wortel (Daucus carota L.)
2.1.1. Uraian Tumbuhan
Wortel termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim berbentuk perdu
(semak) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30-100 cm atau lebih,
tergantung jenis atau varietasnya. Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim
karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur
pendek, yakni berkisar antara 70-120 hari, tergantung pada varietasnya (Cahyono,
2002).
Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang sangat bermanfaat
karena banyak mengandung betakaroten. Semakin orange warnanya, maka
semakin tinggi pula kandungan betakarotennya. Pemanenan wortel harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi luka pada umbinya. Luka akan
menyebabkan masuknya bakteri, antara lain bakteri kelompok Leuconostoc yang
cepat sekali tumbuh dan menguraikan gula yang ada dalam wortel yang akan
diubah menjadi dextran yaitu senyawa berbentuk lendir sehingga wortel tidak
layak untuk dikonsumsi (Kumalaningsih,2006).
Wortel merupakan salah satu jenis sayuran umbi yang memiliki peranan
penting dalam penyediaan sumber vitamin dan mineral. Sebagai sumber pangan
hayati, wortel banyak mengandung vitamin A dan zat-zat lain yang berkhasiat
obat, sehingga sangat baik untuk mencegah berbagai penyakit (Cahyono, 2002).
6
Gambar 2.1. Wortel (Sumber: Cahyono, 2002)
2.2.2. Klasifikasi Wortel
Menurut Cahyono (2002), wortel diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
2.2.3. Jenis - jenis Wortel
Rukmana (1995) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke
dalam tiga golongan, yaitu :
1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan
ujung runcing, mirip bentuk kerucut.
2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan
ujung tumpul dan tidak berakar serabut.
7
3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe peralihan
antara bentuk imperator dan tipe chantenay.
Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis).
Tanaman ini berasal dari daratan Asia, selanjutnya menyebar luas ke Eropa
hingga ke dataran Afrika dan Amerika hingga ke seluruh dunia. Penyebaran
wortel di berbagai wilayah yang ada di Indonesia menyebabkan wortel memiliki
sebutan yang berbedabeda di setiap daerah. Misalnya sebutan wortel untuk daerah
Sunda adalah bortol; wertel; wortol untuk daerah Jawa; dan ortel untuk Madura.
Sedangkan di kalangan internasional wortel dikenal dengan nama carrot
(Cahyono,2002).
2.2.4. Komposisi Gizi dan Manfaat Wortel
Adapun komposisi zat gizi wortel tiap 100 gram bahan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Komposisi Zat Gizi Wortel tiap 100 gram Bahan
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2009
8
Wortel terkenal sebagai vitamin A. Selain itu, wortel juga mengandung
mineral kalsium (Ca), fosfor (P), dan kalium (K) serta merupakan sumber serat
yang baik untuk tubuh. Dalam tiap 100 g bahan terkandung energi sebesar 42
kalori (Novary,2007).
Wortel kaya akan zat antioksidan betakaroten, mampu mencegah radikal
bebas menjadi kanker. Wortel dapat menurunkan resiko kanker prostat pada
lelaki. Mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi keganasan dari
radikal bebas. Sebaiknya tidak mengkonsumsi terlalu berlebihan karena akan
menyebabkan kulit menjadi kuning. Wortel selain dikonsumsi segar dapat pula
dikukus terlebih dahulu kemudian dikonsumsi.
Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang mempunyai
kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Sayuran banyak
mengandung betakaroten yang merupakan prekursor vitamin A. Wortel sebagai
sumber vitamin A berfungsi untuk membantu proses penglihatan. Vitamin
tersebut merupakan bagian yang sangat penting dari penerimaan cahaya mata .
Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi
anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dekstrosa, laktosa, dan maltosa),
pektin, glutanion, mineral (kalsium, fosfor, besi dan natrium), vitamin
(betakarotein, B1 dan C) serta asparagine. Betakaroten merupakan anti oksidan
yang menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu betakaroten
bisa mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam
lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi. Jika tubuh memerlukan vitamin A
9
maka betakaroten di hati akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A bisa
mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka dan mempersingkat
lamanya sakit campak. Sebuah wortel ukuran sedang mengandung sekitar 12000
SI betakaroten. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dengan mengkonsumsi
wortel yang dikukus sebentar akan memperbesar penyerapan betakaroten
(Kumalaningsih,2006).
Bagian wortel yang dapat digunakan yaitu umbi dan daun. Kandungan kimia
yang terdapat berupa senyawa golongan flavonoid, fenolik, antosianin dan
karotenoid (Sun et all, 2009). Senyawa kimia yang memiliki efek sebagai
antipiretik adalah flavonoid dan tanin yang dapat menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin sehingga demam
terhambat (Robinson, 1995; Hartini, 2012). Menurut Robinson (1995) bahwa
flavonoid memiliki kemiripan struktur dengan parasetamol.
Wortel juga dapat digunakan untuk keperluan kosmetik, yakni untuk merawat
kecantikan wajah dan kulit, menyuburkan rambut, dan lain-lain. Karoten dalam
umbi wortel bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit, dan memperlambat
timbulnya kerutan pada wajah, sehingga wajah selalu tampak berseri
(Cahyono,2002).
2.2. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent.
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari
10
cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven
ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2
fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.
Pemilihan solven menjadi sangat penting, dipilih solven yang memiliki sifat
antara lain:
a. Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit
atau tidak melarutkan diluen;
b. Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi;
c. Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali;
d. Tersedia dan tidak mahal.
2.2.1. Macam-macam Metode Ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
2.2.1.1. Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.
a. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
11
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk
zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2.2.1.2. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.
Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.
a. Metode Refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini
digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada
kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum
12
reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil
yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun
pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada
uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk
sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
b. Metode Soklet
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
2.3. Demam
Demam, yang berarti suhu tubuh diatas normal, dapat disebabkan oleh
kelainan didalam otak sendiri atau oleh bahan bahan toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu. Beberapa penyebab demam dan juga suhu dibawah normal
meliputi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, tumor otak dan keadaan
lingkungan yang dapat berakhir dengan heatstroke (Guyton dan Hall, 1997).
13
2.3.1. Mekanisme Demam
Beberapa percobaan telah menunjukkan bahwa interleukin-1(IL-1)
menyebabkan demam, pertama-tama dengan menginduksi pembentukan salah
satu prostaglandin, terutama prostaglandin E2(PGE2), atau zat yang mirip dan
selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam (Guyton
and Hall, 1997).
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan
sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen IL-1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6
(interleukin6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat.
Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di
suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan
menjadi 38,9°C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37°C
terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanismemekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2003).
14
Gambar 2.2. Mekanisme Demam
(Sherwood, 2001)
2.4. Parasetamol
2.4.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol
Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen.
Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida.
Rumus molekul : C8H9NO2
Rumus bangun :
15
Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %
C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
1 N, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
(DitJen POM., 1995).
2.4.2. Farmakologi
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 2005).
Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral
maupun secara perifer. Secara sentral diduga Paracetamol bekerja pada
hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di
tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang
mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada
keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan
lebih tinggi. Paracetamol bekerja dengan mengembalikan fungsi termostat ke
keadaan normal. Pembentukan panas tidak dihambat tetapi hilangnya panas
dipermudah dengan bertambahnya aliran darah ke perifer dan pengeluaran
16
keringat. Efek penurunan suhu demam diduga terjadi karena penghambatan
terbentuknya prostaglandin.
Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam
asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat.
(Andrianto.P., 2007).
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini daun wortel, vaksin BCG, Na
CMC, parasetamol, FeCl3, Mayer, Dragendorf, Bouchardat, HCl 2 N, NaOH,
kloroform, etanol, amoniak, amil alkohol, aquadest dan eter.
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan putih galur Swiss
Webster dengan berat badan antara 20-30 gram.
3.2. Pengumpulan Bahan Tanaman
Tanaman yang digunakan diperoleh dari perkebunan Selabintana Sukabumi.
3.3. Determinasi Tanaman
Determinasi akan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran, Sumedang.
3.4. Pengolahan Simplisia Daun Wortel (Daucus carota L.)
Daun wortel yang telah dikumpulkan disortasi basah dan dipisahkan, dicuci
dengan air mengalir hingga bersih, daun yang sudah dicuci bersih kemudiaan
dikeringkan. Pengeringan simplisia daun wortel dilakukan dengan cara di oven
18
pada suhu 400C, selama waktu tertentu sampai kandungan air dalam simplisia
dibawah 10%. Kemudian simplisia kering dilakukan kembali sortasi kering.
3.5. Penetapan Kadar Air Simplisia
Disiapkan alat pengukur kadar air (Moisture Meter), alat pengukur kadar air
dipastikan ada pada posisi nol dan jarum berada pada posisi netral, anak
timbangan 2 g diletakan dan dimasukan serbuk massa cetakan sampai stabil 2 g
dengan posisi jarum ditengah. Lampu dinyalakan dan suhu diatur maksimal
100oC. Setelah suhu mencapai 100
oC, dinyalakan stopwatch dan hitung waktunya
selama 15 menit dan suhu tetap dijaga. Lampu dimatikan dan tombol pengukur
diputar ke kiri sampai jarum menunjukan ke posisi semula. Kemudian dihitung
kadar air yang menyusut. Kadar air minimal yang diperbolehkan adalah di bawah
10 %.
3.6. Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia dalam daun
wortel (Daucus carota L.) secara kualitatif. Skrining ini dilakukan terhadap
simplisia dan ekstrak yang digunakan dalam penelitian meliputi pemeriksaan
senyawa kimia golongan alkaloid, glikosida, steroida/ triterpenoida, flavonoid,
saponin, tannin dan antrakinion. (Harbone, 2006).
Kadar air = Bobot awal – bobot akhir x 100%
Bobot awal simplisa
19
a. Identifikasi Alkaloid
Sampel dibasakan dengan 1 ml amonia pekat, kemudian tambahkan
kloroform 5 ml dan digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring,
kemudian ke dalamnya ditambahkan 1 ml asam klorida 2N. Campuran dikocok
kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi
menjadi tiga bagian:
a) Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid.
b) Bagian dua ditambahkan pereaksi Dragendroff. Bila terjadi endapan atau
kekeruhan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan
terkandung alkaloid.
c) Bagian tiga digunakan sebagai blanko (Harbone, 2006).
b. Senyawa Polifenol
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dipanaskan di atas penangas air,
kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan pereaksi besi (III) klorida.
Adanya senyawa fenolat/tanin ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru hitam
hingga hitam (Harbone, 2006).
c. Tanin
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dipanaskan di atas penangas air.
Kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya
senyawa tanin ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih. (Harbone,
2006).
20
d. Flavonoid
Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk
magnesium dan asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas penangas air, lalu
disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu
dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning
hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol. (Harbone, 2006).
e. Steroid dan triterpenoid
Sampel digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat
ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering.
Ke dalam hasil pengeringan ditambahkan pereaksi Liebermann-Bouchard.
Terjadinya warna ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan
adanya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid. (Harbone, 2006 ).
3.7. Pembuatan Ekstrak Daun Wortel (Daucus carota L.)
Simplisia kering daun wortel 500 gram dimasukan ke dalam maserator
kemudian dilakukan maserasi dengan pelarut etanol 96 %. Proses maserasi
dilakukan selama 3 x 24 jam. Ekstrak kemudian disaring untuk mendapatkan
filtrat dan residu. Maserat yang dihasilkan disaring, dikumpulkan dan diuapkan
dengan alat rotary evaporator pada suhu 40 oC, sehingga diperoleh ekstrak kental
etanol daun wortel. Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang dan dilakukan
perhitungan rendemen.
% Rendemen = Bobot Ekstrak x 100 %
Bobot awal simplisia
21
3.8. Percobaan Efek Antipiretik
Percobaan efek antipiretik meliputi penyiapan hewan uji, penyiapan alat dan
bahan, dan pengujian efek antipiretik.
1) Penyiapan hewan uji
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih Swiss Webster yang
berumur 2-3 bulan sebanyak 25 ekor dengan berat 20-30 gram. Sebelum
digunakan hewan diadaptasikan selama 1 minggu, kemudian dipuasakan selama
12 jam dan hanya diberi minum.
Mencit sebanyak 25 ekor dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak. Setiap
kelompok terdiri dari lima ekor, kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif,
kelompok 2 sebagai kelompok pembanding parasetamol, kelompok 3, 4, dan 5
sebagai kelompok uji.
2) Penyiapan Alat dan Bahan
a. Suspensi Na CMC untuk diberikan ke kelompok kontrol negatif
Serbuk Natrium CMC sebanyak 500 mg dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam air panas (70°C) sambil terus diaduk hingga terbentuk larutan koloidal
yang homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian
tambahkan aquadest sampai tanda batas.
b. Suspensi Parasetamol sebagai pembanding atau kontrol positif
Serbuk parasetamol 500 mg disuspensikan dengan natrium CMC 1% b/v
dalam lumpang hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
c. Ekstrak Etanol Daun Wortel (Daucus carota L.) sebagai bahan uji
22
Ekstrak dibuat sediaan suspensi dalam larutan natrium CMC dengan berbagai
konsentrasi, untuk diberikan dengan volume 1 ml/30 g BB mencit. Untuk
membuat sediaan berbagai konsentrasi, ekstrak masing-masing dimasukkan ke
dalam lumpang tersendiri, kemudian digerus sambil ditambahkan sedikit demi
sedikit larutan koloidal natrium CMC 1% b/v hingga terdispersi homogen.
Campuran dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10 ml, lumpang dibilas
dan dicukupkan volumenya dengan larutan koloidal natrium CMC 1% b/v sampai
batas tanda.
3.9. Pengujian Antipiretik
Masing – masing hewan uji dilakukan pengecekan suhu penggunakan
termometer infrared pada bagian kepala sebelum diinduksi. Selanjutnya semua
hewan uji diinduksi demam dengan vaksin BCG 0,5 mL melalui subkutan.
Hewan uji diberikan perlakuan sebagai berikut : Kelompok pertama diberi
kontrol negatif (Na CMC 1%) , kelompok ke-2 diberi kontrol pembanding
(parasetamol), kelompok ke-3 diberi ekstrak daun wortel 100 mg / Kg BB,
kelompok ke-4 diberi ekstrak daun wortel 300 mg / Kg BB dan kelompok ke-5
diberi ekstrak daun wortel 500 mg / Kg BB.
Setelah diberikan perlakuan suhu kepala hewan uji diukur setelah 60 menit
setelah pemberian vaksin, selanjutnya pengecekan suhu dilakukan dalam selang
setiap 15 menit selama 3 jam.
23
3.10. Perhitungan Dosis Parasetamol
Mencit yang memiliki berat tubuh 20 g. Dosis Parasetamol pada manusia
yaitu 500 mg. Dosis yang diberikan kepada mencit yaitu 0,0026 x 500 = 1,3
mg/20 g berat badan.
3.11. Analisis Data
Data dari hasil penelitian ini dianalisa secara statistik dengan ANOVA dua
arah. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Determinasi Tanaman
Hasil determinasi yang dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran, menunjukan bahwa tanaman tersebut benar merupakan
wortel (Daucus carota L.).
4.2. Penetapan Kadar Air
Simplisia yang telah kering diukur kada airnya dengan alat Moisture Meter.
Hasil kadar air daun wortel yang diperoleh adalah 3 % hal ini telah memenuhi
syarat kadar air yang ditetapkan bahwa kadar air untuk simplisia ˂ 10%.
4.3. Rendemen Ekstrak
Ekstrak cair yang telah diperoleh kemudian dipekatkan hingga diperoleh
ekstrak kental, ekstrak kental yang diperoleh kemudian dihitung rendemen
ekstraknya. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari 500 gram simplisia daun
wortel adalah 17 %.
25
4.4. Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol daun wortel yang
meliputi pemeriksaan golongan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, steroid dan
triterpenoid. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Skrining Fitokimia
Keterangan :
+ = Ada
- = Tidak Ada
Pada Tabel 4.1 dari hasil skrining fitokimia kandungan metabolit sekunde
yang terdapat pada daun wortel diantaranya adalah golongan alkaloid, flavonoid,
tanin, polifenol, steroid dan triterpenoid.
4.5. Pengujian Antipiretik
Hasil pengujian aktivitas antipiretik terhadap mencit jantan putih galur Swiss
Webster yang dilakukan dengan menggunakan beberapa variasi dosis, yaitu
Golongan
Senyawa
Pereaksi Pengamatan Simplisia Ekstrak
Flavonoid Serbuk Zn,
HCI 2N Mg,
HCI Pekat
Warna bening
warna kuning
kecoklatan
+ +
Fenol dan
Folifenol,
Tanin
FeCl3 1% Warna hijau
kehitaman
+ +
Alkaloid Mayer
Bouchardat
Dragendorff
Endapan putih
kekuningan
endapan kuning
endapan kuning
kecoklatan
+
+
+
+
+
+
Steroid /
triterpenoid
Eter, asam
asetat glasial,
H2SO4 pekat
Warna hijau + +
26
ekstrak daun wortel 100 mg/KgBB, 300 mg/KgBB dan 500 mg/KgBB, dengan
pemberian vaksin BCG 0,2 mL sebagai penginduksi, suspensi Na CMC sebagai
kontrol negatif dan pemberian suspensi parasetamol sebagai pembanding. Hasil
pengamatan dari pemberian ekstrak daun wortel terhadap efek antipiretik dalam
menurunkan suhu mencit diperlihatkan dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Kelompok Kontrol Negatif
Gambar 4.1
Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Kontrol Negatif
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
36,1 36,9 36,9 36,8 36,8 36,8 36,8 36,7 36,5 36,5 36,5 36,5 36,5 36,5 0,40
36,1 37,3 37,3 37,3 37,3 37,3 37,0 37,0 36,9 36,8 36,8 36,5 36,5 36,5 0,80
36,1 36,8 36,8 36,8 36,8 36,7 36,7 36,7 36,6 36,6 36,6 36,6 36,6 36,6 0,20
36,1 36,8 36,8 36,8 36,8 36,8 36,7 36,7 36,7 36,7 36,6 36,5 36,5 36,5 0,30
36,0 36,8 36,6 36,4 36,4 36,4 36,5 36,5 36,5 36,5 36,4 36,4 36,4 36,4 0,40
Rata-rata 36,08 36,92 36,88 36,82 36,82 36,80 36,74 36,72 36,64 36,62 36,58 36,50 36,50 36,50 0,42
PerlakuanSuhu Mencit (
0C)
Kontrol Negatif Na
Cmc 1 %
Δt
27
Pada Tabel 4.2 hasil penelitian bahwa pada percobaan hewan uji kelompok
kontrol negatif suhu mencit relatif konstan dalam keadaan demam, penurunan
suhu sangat kecil sehingga setelah 3 jam pengamatan hewan uji masih tetap
demam. Selama 180 menit hanya mampu menurunkan suhu sebesar 0,42C, dari
36,92C pada S1 menjadi 36,50C pada menit ke 180.
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Kelompok Kontrol Positif
Gambar 4.2
Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Kontrol Positif
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
36,2 36,8 36,5 36,4 36,3 36,3 36,2 36,1 36,1 35,9 35,9 35,7 35,6 35,6 1,20
36,2 37,0 36,3 36,2 36,2 36,0 36,0 35,9 35,9 35,8 35,8 35,7 35,6 35,5 1,50
36,2 36,9 36,3 36,2 36,0 36,0 36,0 36,0 36,1 36,0 35,9 35,8 35,5 35,3 1,60
35,8 36,5 36,3 36,0 36,1 36,1 36,0 36,0 36,0 36,0 35,9 35,7 35,6 35,6 0,90
36,0 36,9 36,0 35,9 35,8 35,8 35,8 35,8 35,7 35,7 35,6 35,6 35,6 35,4 1,50
Rata-rata 36,08 36,82 36,28 36,14 36,08 36,04 36,00 35,96 35,96 35,88 35,82 35,70 35,58 35,48 1,34
Kontrol Positif
(Parasetamol)
PerlakuanSuhu Mencit (
0C)
Δt
28
Pada Tabel 4.3 hasil penelitian hewan uji kelompok pembanding
parasetamol suhu hewan uji mengalami penurunan suhu sehingga pada jam ke 3
suhu hewan uji telah kembali normal, terjadi penurunan suhu sebesar 1,34C, dari
waktu S1 sebesar 36,82C menjadi 35,48C pada menit ke 180 pasca demam.
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis I
Gambar 4.3
Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis I Daun Wortel
Pada Tabel 4.4 hasil penelitian pada hewan uji menunjukan bahwa daun
wortel dosis 1 dapat memberikan efek antipiretik dengan menunjukan penurunan
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
36,1 36,6 36,3 36,2 36,1 36,0 35,9 35,9 35,9 35,8 35,8 35,9 35,9 36,0 0,60
36,1 36,7 36,3 36,2 36,1 36,1 36,0 36,0 35,9 35,9 36,0 36,0 36,0 36,0 0,70
36,0 36,6 36,3 36,2 36,0 36,0 36,0 36,0 36,1 36,0 35,9 35,9 36,0 36,0 0,60
36,1 36,6 36,1 36,0 36,1 36,1 36,0 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 0,70
36,1 36,8 36,1 36,0 36,0 35,9 35,9 35,8 35,8 35,8 35,7 35,7 35,7 35,7 1,10
Rata-rata 36,08 36,66 36,22 36,12 36,06 36,02 35,96 35,94 35,94 35,90 35,86 35,88 35,90 35,92 0,74
PerlakuanSuhu Mencit (
0C)
Dosis I Ekstrak
Daun Wortel
Δt
29
suhu hewan uji yang cukup signifikan. Penurunan suhu hewan uji dari
sebelumnya 36,66C pada S1 menjadi 35,92C pada 180 menit pasca demam atau
menurun sebesar 0,74C.
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis II
Gambar 4.4
Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis II Daun Wortel
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
35,9 36,6 36,3 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,8 35,7 35,8 0,80
35,7 36,7 36,3 36,2 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 35,8 0,90
36,0 36,7 36,3 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 35,8 35,7 1,00
36,0 36,7 36,2 36,2 36,0 36,0 35,9 35,9 35,8 35,8 35,8 35,8 35,8 36,0 0,70
36,1 36,6 36,2 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 35,9 35,9 0,70
Rata-rata 35,94 36,66 36,26 36,20 36,10 36,02 35,98 35,98 35,90 35,88 35,88 35,86 35,82 35,84 0,82
PerlakuanSuhu Mencit (
0C)
Dosis II Ekstrak
Daun Wortel
Δt
30
Pada Tabel 4.5 hasil penelitian pada hewan uji menunjukan bahwa daun
wortel dosis II dapat memberikan efek antipiretik dengan menunjukan penurunan
suhu hewan uji. Penurunan suhu hewan uji dari sebelumnya 36,66C pada S1
menjadi 35,84C pada 180 menit pasca demam atau menurun sebesar 0,82C.
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Kelompok Uji Dosis III
Gambar 4.5
Perkembangan Suhu Mencit pada Kelompok Dosis III Daun Wortel
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
36,0 36,6 36,3 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 35,9 35,9 0,70
36,1 36,8 36,3 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,8 35,8 35,8 35,8 1,00
36,1 36,7 36,2 36,1 36,0 36,0 36,0 35,9 35,9 35,9 35,9 35,8 35,7 35,7 1,00
36,0 36,6 36,2 36,1 36,0 35,9 35,9 35,7 35,7 35,7 35,8 35,7 35,8 35,8 0,80
36,1 36,7 36,1 36,0 35,9 35,9 35,8 35,8 35,8 35,7 35,7 35,7 35,7 35,6 1,10
Rata-rata 36,06 36,68 36,22 36,12 36,02 35,96 35,94 35,88 35,84 35,82 35,82 35,78 35,78 35,76 0,92
Dosis III Ekstrak
Daun Wortel
PerlakuanSuhu Mencit (
0C)
Δt
31
Tabel 4.6 menunjukan bahwa pada percobaan hewan uji dengan
pemberian ekstrak daun wortel dosis III ini penurunan suhu lebih besar dari dosis
I dan dosis II. Penurunan suhu hewan uji pada dosis III terjadi dari sebelumnya
36,68C pada S1 menjadi 35,76C pada 180 menit pasca demam atau menurun
sebesar 0,92C.
Berikut disajikan rekapitulasi perubahan suhu untuk setiap kelompok
perlakuan :
Tabel 4.7
Perbandingan Suhu yang Dihasilkan Setiap Kelompok Uji
Gambar 4.6
Grafik Perbandingan Penurunan Suhu Mencit pada Lima Kelompok Uji
S0 S1 t15 t30 t45 t60 t75 t90 t105 t120 t135 t150 t165 t180
Kontrol Negatif Na
Cmc 1 %36,08 36,92 36,88 36,82 36,82 36,80 36,74 36,72 36,64 36,62 36,58 36,50 36,50 36,50 0,42
Kontrol Positif
Parasetamol 36,08 36,82 36,28 36,14 36,08 36,04 36,00 35,96 35,96 35,88 35,82 35,70 35,58 35,48 1,34
Dosis I Ekstrak
Daun Wortel
100mg/KgBB
36,08 36,66 36,22 36,12 36,06 36,02 35,96 35,94 35,94 35,90 35,86 35,88 35,90 35,92 0,74
Dosis II Ekstrak
Daun Wortel
300mg/KgBB
35,94 36,66 36,26 36,20 36,10 36,02 35,98 35,98 35,90 35,88 35,88 35,86 35,82 35,84 0,82
Dosis III Ekstrak
Daun Wortel
500mg/KgBB
36,06 36,68 36,22 36,12 36,02 35,96 35,94 35,88 35,84 35,82 35,82 35,78 35,78 35,76 0,92
PerlakuanWaktu Pengamatan
Δt
32
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan uji menggunakan mencit putih
jantan mencit putih galur Swiss Webster menunjukan bahwa pada percobaan
kelompok dosis III demam menurun dan berangsur normal dengan hasil
penurunan yang lebih tinggi dibandingan dengan pemberian dosis I dan dosis II.
Dimana rentang dosis III ini menunjukkan penurunan suhu optimum dan hampir
mendekati efek penurunan suhu dari kelompok kontrol pembanding parasetamol.
4.6. Uji Perbandingan Penurunan Suhu Multikelompok
Untuk melihat kebermaknaan perbedaan penurunan suhu dari semua
kelompok perlakuan, digunakan uji Anova satu arah (one way Anova) jika data
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, dan menggunakan uji
Kruskal Wallis jika data tidak berdistribusi normal dan tidak memiliki varians
yang homogen.
4.6.1. Uji Normalitas Data dan Uji Homogenitas Varians
Untuk mengetahui distribusi data apakah berdistribusi normal atau tidak,
digunakan uji Shapiro Wilk jika data setiap kelompok yang akan diuji kurang dari
50 sampel. Hasil uji normalitas data dengan menggunakan software IBM SPSS
21.0 disajikan sebagai berikut :
33
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok Uji Shapiro-Wilk
Statistic db Sig.
Kontrol Negatif Na Cmc 1 % 0,860 5 0,228
Kontrol Positif (Parasetamol) 0,871 5 0,269
Dosis I Ekstrak Daun Wortel 100mg/KgBB 0,739 5 0,023
Dosis II Ekstrak Daun Wortel 300mg/KgBB 0,902 5 0,421
Dosis III Ekstrak Daun Wortel 500mg/KgBB 0,914 5 0,490
Dari Tabel 4.8 di atas diperoleh hasil signifikansi uji normalitas data
dengan menggunakan uji Shapiro Wilk sebesar 0,228 untuk data perubahan
kelompok Kontrol Negatif, 0,269 untuk kelompok Kontrol Positif, 0,023 untuk
kelompok Dosis I, 0,421 untuk kelompok Dosis II dan 0,490 untuk kelompok
Dosis III. Kelima nilai signifikansi tersebut melebihi batas signifikansi =0,01
sehingga dapat disimpulkan bahwa data perubahan suhu kelima kelompok
dinyatakan berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas varians disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas Varians
Levene Statistic db1 dk2 Sig.
0,890 4 20 0,488
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai statistik Levene’s sebesar 0,890
dan nilai signifikansi sebesar 0,488. Dikarenakan nilai signifikansi melebihi
=0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data dari kelima kelompok
perlakuan dinyatakan homogen.
34
Dari hasil uji normalitas data dan uji homogenitas varians di atas diketahui
bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen sehingga
persyaratan dilakukannya uji Anova dinyatakan terpenuhi.
4.6.2. Uji One Way ANOVA
Berikut disajikan rata-rata perubahan suhu setiap mencit pada setiap
kelompok perlakuan.
Tabel 4.10
Tabel Perbandingan Selisih Penurunan Suhu Mencit
Penurunan Suhu Mencit
Jumlah Rata-
Rata 1 2 3 4 5
Kelompok 1 (Na Cmc 1 %) 0,40 0,80 0,20 0,30 0,40 2,10 0,42
Kelompok 2 (Parasetamol) 1,20 1,50 1,60 0,90 1,50 6,70 1,34
Kelompok 3 (Dosis I DW) 0,60 0,70 0,60 0,70 1,10 3,70 0,74
Kelompok 4 (Dosis II DW) 0,80 0,90 1,00 0,70 0,70 4,10 0,82
Kelompok 5 (Dosis III DW) 0,70 1,00 1,00 0,80 1,10 4,60 0,92
Keterangan:
- Kelompok 1 : Kontrol negatif yang diberikan Na Cmc 1 %
- Kelompok 2 : Kontrol positif yang diberikan Parasetamol
- Kelompok 3 : Dosis I Ekstrak Daun Wortel yakni 100mg/KgBB
- Kelompok 4 : Dosis II Ekstrak Daun Wortel yakni 300mg/KgBB
- Kelompok 5 : Dosis III Ekstrak Daun Wortel yakni 500mg/KgBB
35
Gambar 4.7
Grafik Perbandingan Penurunan Suhu Mencit pada Lima Kelompok Uji
Hipotesis perbandingan multikelompok yang akan diuji adalah sebagai
berikut :
H0 : 1=2=3=4=5=0 ; tidak terdapat perbedaan penurunan suhu
mencit pada lima kelompok yang diuji, atau pemberian
ekstrak Daun Wortel dengan dosis yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap penurunan suhu mencit;
H1 : paling sedikit ada satu i0 ; terdapat perbedaan penurunan suhu
mencit pada lima kelompok yang diuji, atau pemberian
ekstrak Daun Wortel dengan dosis yang berbeda berpengaruh
terhadap penurunan suhu mencit;
= 0,01
0,42
0,74 0,82
0,92
1,34
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
Kontrol
Negatif
Dosis I Dosis II Dosis III Kontrol
Positif
Per
ub
ah
an
Su
hu
(°C
)
Kelompok Perlakuan
36
Dari rekapitulasi data pada Tabel 4.10 di atas, selanjutnya dilakukan
analisis perbandingan multikelompok dengan menggunakan Analisis of variance
(ANOVA) dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
Tabel Hasil Analisis of variance (ANOVA)
Penurunan Suhu JK Db KT F hitung F tabel P-value
Perlakuan 2,214 4 0,554 12,468 4,431 0,00003
Kekeliruan 0,888 20 0,044
Total 3,102 24
Keterangan : perbedaan bermakna jika p < 0,01
Dari Tabel 4.11 di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 12,468 dan p-value
sebesar 0,00003. Dengan =0,01, derajat bebas db1=4 dan db2=20, diperoleh nilai
F tabel sebesar 4,431. Dari nilai-nilai tersebut diketahui bahwa nilai F hitung
(12,468) > F tabel (4,431), demikian pula p-value yang diperoleh (0,00003) < 0,01
sehingga kesimpulannya adalah menolak H0 dan menerima H1, artinya terdapat
perbedaan penurunan suhu mencit pada lima kelompok yang diuji atau pemberian
ekstrak Daun Wortel dengan dosis yang berbeda terbukti berpengaruh signifikan
terhadap penurunan suhu mencit. Jika disajikan dalam kurva uji hipotesis, nilai F
hitung dan F tabel dapat diperlihatkan sebagai berikut :
37
Gambar 4.8
Kurva Uji Hipotesis ANOVA
Dari hasil uji hipotesis di atas menunjukkan bahwa rata-rata perubahan
suhu pada kelima kelompok dinyatakan berbeda signifikan antara satu dengan
yang lainnya. Untuk mengetahui lebih rinci pada kelompok mana saja perbedan
tersebut terjadi, pengujian akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Tukey HSD.
4.6.3. Uji Tukey HSD
Hasil uji Tukey HSD untuk =0,01 disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.12
Tabel Hasil Uji Tukey HSD pada =0,01
Kelompok 1 2 3
Kelompok 1. Kontrol Negatif Na Cmc 1 % 0,42
Kelompok 3. Dosis I Ekstrak Daun Wortel 100mg/KgBB 0,74 0,74
Kelompok 4. Dosis II Ekstrak Daun Wortel 300mg/KgBB 0,82 0,82
Kelompok 5. Dosis III Ekstrak Daun Wortel 500mg/KgBB 0,92 0,92
Kelompok 2. Kontrol Positif (Parasetamol) 1,34
12,468
F hitung
4,431
38
Tabel 4.12 dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
- Perubahan suhu mencit pada kelompok Dosis I dan Dosis II dinyatakan
tidak berbeda signifikan dengan kelompok Kontrol Negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa Dosis I dan Dosis II memberikan efek yang relatif
sama dengan Kontrol Negatif.
- Perubahan suhu mencit pada kelompok Dosis I, Dosis II dan Dosis III
dinyatakan tidak berbeda signifikan satu dengan yang lainnya, artinya
pemberian Dosis I, Dosis II dan Dosis III dapat dikategorikan akan
memberikan efek yang relatif sama jika tidak dibandingkan dengan
Kontrol Negatif dan Kontrol Positif.
- Perubahan suhu mencit pada kelompok Dosis III dinyatakan tidak berbeda
signifikan dengan kelompok Kontrol Positif. Hal ini menunjukkan bahwa
Dosis III memberikan efek yang relatif sama dengan Kontrol Positif,
dengan kata lain hasil optimal yang menyamai hasil dari Kontrol Positif
diberikan oleh perlakuan Dosis III.
39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak etanol daun wortel dapat digunakan sebagai bahan untuk obat
antipiretika.
2. Dosis optimal yang berpengaruh terhadap aktifitas antiperik adalah dosis
yang paling tinggi yaitu 500/KgBB mencit (Dosis III) yang menghasilkan
efek yang relatif sama dengan Kontrol Positif.
5.2. Saran
Penelitian aktifitas antiperik dari daun wortel merupakan penelitian
pendahuluan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh
dosis optimal yang dapat menurunkan demam.
40
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, P. 2007. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta. EGC
Cahyono Bambang, 2002 Wortel Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI., 2008., Farmakope Herbal., Jilid II., Departemen
Kesehatan RI., Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 1978., Materia Medika Indonesia., Edisi I.,
Departemen Kesehatan RI., Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Duke, J.A., 2002., Handbook of Medicinal Herbs., second edition., CRC Press.,
USA.
Freddy I.W. 2007. Analgetik, antipiretik, Anti Inflamasi Non Steroid dan
Obat Pirai. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 209-217.
Ganong WF. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC,
pp : 1141-1155.
41
Harborne, J.B. (2006). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan., Edisike-2., terjemahan: Kosasih Padmawinata &
Iwang Soediro. Bandung : Penerbit ITB.
Harrison, A.C., 1999., Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam., Penerjemah P.
Andrianto., Edisi 13., EGC., Jakarta. hal: 93–104 .
Hartini., 2012., Topical Application of Ethanol Extract of Starfruit Leaves
(Averrhoa bilimbi L.) Increases Fibroblasts in Gingival Wounds Healing of
White Male Rats., Journal of Biomedical Science., Vol. 6., No. 1:35-39.,
Faculty of Dentistry Mahasaraswati University., Bali.
Heirmayani., 2007., Toksikopatologi Hati Mencit Pada Pemberian
Parasetamol., Bogor., IPB.
Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami. Penangkal Radikal Bebas.
Surabaya: Trubus Agrisarana.
Nelwan R.H.H. 1990. Demam: Tipe dan Pendekatan, Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp: 407-408.
Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar
Swadaya, Jakarta
Nugroho, A.E., 2011., Belajar cepat statistik farmasi (Aplikasi SPSS)., Modul
Pelatihan. Universitas Gadjah Mada., Yogyakarta.
Pratama, A., 2008., Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Wortel (Daucus
carota L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar., Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta., Surakarta.
42
Robinson, T., 1995., Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi., Penerbit ITB.,
Bandung.
Rukmana., 1995., Bertanam Wortel., Kanisius., Yogyakarta.
Sherwood, L. 2002. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6. Editors.
Pendit, B,U. Editors bahasa indonesia. Pesdelita, N. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Silva Dias, J.C., 2014., Nutritional and Health Benefits of Carrots and Their
Seed Extracts.Food and Nutrition Sciences., Vol. 5., hal. 2147- 2156.
Soedarmo, P,, Garma, H., Hadinegoro., 2002., Infeksi dan Penyakit Tropis.,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakartta., hal 27-51.
Soedjatmiko, 2005. Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional.
Dalam: Tumbelaka, et al, Editor. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama. Jakarta: FKUI-RSCM, 32-41.
Soedjatmiko, 2005. Penanganan Demam Pada Anak Secara Profesional.
Dalam: Tumbelaka, et al, Editor. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama. Jakarta: FKUI-RSCM, 32-41.
Sun, T., Simon, P.W., Tanumihardjo, S.A., 2009., Antioxidant Phytochemicals
and Antioxidant Capacity of Biofortified Carrots (Daucus carota L.) of
Various Colors., Journal of Agricultural and Food Chemistry., 57., 4142–
4147.
Tjay Tan Hoen, Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, pp: 4-16, 45-46.
43
Wilmana, & Gan., (2007). Analgetik-Antipiretik,Analgetik Anti-Inflamasi Non
Steroid dan Obat Pirai : Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4. Jakarta.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman :
217- 218
44
LAMPIRAN 1
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
45
46
LAMPIRAN 2
HASIL DETERMINASI
47
LAMPIRAN 3
BAHAN PENELITIAN
Daun Wortel
Vaksin BCG NaCl Na CMC
Parasetamol Suspensi parasetamol, Na CMC
48
LAMPIRAN 4
HASIL SKRINING FITOKIMIA
top related