teladan seorang pendidik
Post on 11-Apr-2017
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TELADAN SEORANG PENDIDIK
By: Agnescia Clarissa Sera
“Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku,
imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku” 2 Timotius 3 : 10
Ada sebuah kisah nyata tentang seorang pendeta yang melayani seorang anak laki-laki yang
menjadi korban perang. Di tengah masa kritisnya, pendeta menanyakan kepada anak itu apakah
dia mempunyai pesan terakhir untuk ibunya. “Ya,” jawab anak itu, “Katakan padanya, saya
meninggal dalam keadaan bahagia.” “Ada pesan lain?,” tanya sang pendeta. “Ya. Tulislah surat
untuk guru sekolah minggu saya. Katakan kepadanya, saya meninggal sebagai orang Kristen dan
saya tidak pernah melupakan ajarannya.”
Beberapa minggu kemudian, pendeta itu menerima sepucuk surat dari guru sekolah minggu
tersebut. Bunyinya demikian: “Tuhan Maha Pengampun! Baru bulan lalu saya mengundurkan diri
dari kelas sekolah minggu karena merasa saya bukan seorang yang memiliki kemampuan mengajar
yang baik. Karena kekurangsetiaan saya, saya mundur dari pelayanan saya. Namun, ketika saya
menerima surat dari Bapak, yang mengatakan bahwa apa yang saya ajarkan bermanfaat
memenangkan jiwa, saya kembali ke sekolah minggu. Di dalam nama Kristus, saya akan terus
mengajar. Saya akan setia mendidik sampai akhir hidup saya seperti Kristus sudah mendidik saya.”
Sahabat, pendidikan bisa dikatakan seperti sebuah transportasi yang dapat membawa bangsa
menuju taraf hidup yang lebih baik, maju dan beradab. Salah satu kunci keberhasilan pendidikan
terletak pada mutu dan karakter pendidiknya. Apabila seorang pendidik memiliki hati yang tulus
memberikan seluruh daya yang ia miliki untuk mendidik seorang anak menjadi pribadi yang suka
belajar, penuh rasa ingin tahu, terampil, berkarakter dan memiliki iman yang kuat, tentunya
bangsa kita akan menjadi bangsa yang tangguh.
Namun, terkadang ada saja hal yang dapat menyurutkan semangat mengajar seorang pendidik.
Melihat anak didik yang terkadang tidak peduli dengan pengajaran yang disampaikan, semangat
belajar mereka yang rendah, mental yang selalu ingin instan, lebih memilih asyik dengan gadget
untuk have fun semata dibanding memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang sudah diajarkan. Ditambah lagi, manajemen dan sistem
pendidikan yang morat-marit, dicampur dengan kepentingan politik dan kepentingan golongan
tertentu.
Kondisi seperti ini tidak mengherankan. Dalam 2 Tim 3 : 1-5, Paulus mengingatkan kita tentang
keadaan manusia di akhir zaman. Hal yang senada juga disampaikan lagi dalam 2 Tim 4: 3-4,
“Karena akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
Bagaimana kita menghadapi kondisi semacam ini? Jawabannya adalah dengan terus menjadi
teladan yang baik bagi anak didik kita. Seperti kisah nyata di atas, bagaimana seorang murid hidup
bertumbuh dalam pengajaran yang ia terima dari guru sekolah minggunya. Seorang pendidik
selayaknya mengajar dengan hati yang tulus. Bukan hanya memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dikuasai, tapi juga membentuk murid menjadi orang yang berkarakter, mampu
melihat pekerjaannya sebagai panggilan jiwa dan memiliki iman yang kokoh di dalam Kristus.
Menjadi seorang pendidik tidak terbatas dengan menjadi seorang guru saja. Sebagai orang tua,
kita sudah menjadi pendidik bagi anak-anak kita. Sebagai seorang kakak KTB, kita pun sudah
menjadi pendidik bagi adik KTB kita. Selayaknya kita terus menjadi teladan bagi orang yang kita
muridkan. Dengan menjadi teladan, ajaran kita akan lebih berkuasa, lebih bisa diterima karena
orang melihat buktinya secara langsung.
Keteladanan tidak berhubungan dengan usia. Keteladanan diperoleh melalui disiplin tinggi dan
kerendahan hati untuk taat dibentuk. Jadilah teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam
kasih, kesetiaan, dan kesucianmu (1 Tim 4:12). Kita mengakui, memang tidak mudah untuk
menjadi teladan bagi orang di sekeliling kita. Namun, menjaga kesaksian dan menjadi teladan
bukanlah sebuah pilihan melainkan kewajiban seorang pendidik sejati. Kristus adalah teladan yang
sempurna (Mat 7:28-29). Bersama Kristus tidak ada yang mustahil.
Bayangkan, surat seperti apa akan kita terima dari orang yang kita didik? Sudahkah mereka
mengalami Kristus melalui hidup kita, para pendidiknya?
What the teacher is, is more important than what he teaches
(Karl Menninger)
top related